Bukannya Dibui, Boediono Malah Masuk Istana
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/11/20/bukannya-dibui-boediono-malah-masuk-istana/
…Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tidak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi
Bila tidak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan!
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tidak mampu dengan revolusi, dengan demonstrasi
Bila tidak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan!
HTI Press-
Itulah penggalan puisi Negeri Para
Bedebah yang dibacakan kembali oleh penulisnya Adhie M Massardi dalam
acara Halqah Islam dan Peradaban edisi 14, Kamis (19/11) siang di Wisma
Antara Jakarta.
Dalam talkshow yang bertema Mafioso Peradilan: Potret Bobroknya
Sistem Peradilan Sekuler (Indonesia di Bawah Bayang People Power?) itu
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto menyatakan
diperdengarkannya rekaman komunikasi Anggodo dengan sejumlah pihak itu
sesunguhnya mengkomfirmasikan kepada publik tentang suatu perkara yang
selama ini sudah menjadi omongan berbagai pihak tentang bobroknya hukum
dan peradilan di Indonesia.
“Ini juga merupakan fenomena gunung es yang memunculkan sebagian kecil saja dari megakorupsi Republik Indonesia,” paparnya.
Lebih anehnya lagi, dalam kasus kriminalisasi KPK itu Anggodo tidak
ditahan. “Kalau Anggodo ditahan, dia akan menyanyi dan nyanyiannya akan
lebih nyaring dari Wiliardi Wizard!” timpal Kuasa Hukum KPK Ahmad
Rifa’i.
Dalam seminar itu dungkapkan bahwa kriminalisasi ini berawal dari
dari upaya KPK yang akan mengusut kasus Bank Century. Itu sangat
berbahaya bagi para bedebah yang terlibat Century maka dibuatlah
sekenario kriminalisasi KPK agar Bank century tidak jadi diusut.
“Saya melihat di beberap surat kabar asing kasus Bank Century ini
mereka samakan dengan kasus Watergate. Karena kejahatannya itu merupakan
persekongkolan politik tingkat tinggi, ada menteri ekonomi, ada
gubernur Bank Indonesia, papar Adhie Massardi, Mantan Jubir Presiden
era Gus Dur itu.
Boediono, Gubernur BI saat itu, sampai saat ini tetap dapat menghirup
udara bebas. Bandingkan dengan Gubernur BI lainnya yang sama-sama
berbuat hal serupa dengan nominal hampir delapan kali lipat di bawahnya.
Syahrir Sabirin, ketika menjabat Gubernur BI, mengeluarkan uang Rp
900 milyar untuk Bank Bali. Dia, ujar Massardi, tidak ambil seperak pun
tetapi masuk bui. Kemudian Burhanuddin Abdullah, ketika menjadi
Gubernur BI, menandatangani uang dari BI RP 100 milyar juga masuk bui.
“Boediono ini menandatangani 6,7 trilyun tapi dia malah masuk
istana!” ujarnya dengan geram sehingga memplesetkan kepanjangan
Bareskrim Polri menjadi badan rekayasa dan kriminalisasi KPK.
Ahmad Wirawan Adnan, yang sudah malang melintang 26 tahun di dunia
peradilan merumuskan bahwa mafia peradilan adalah satu kekuatan yang
adanya itu di luar pengadilan. Meraka sering disebut dengan orang yang
untouchable, orang yang tidak tersentuh hukum.
Karena apa? Mereka bisa melakukan strategi cover up, melakukan
semuanya seolah-olah sesuai dengan hukum padahal sedang menjalankan
pelanggaran hukum. Jadi kelihatannya sedang melakukan penegakkan
pemberantasan korupsi tetapi sebenarnya yang sedang dilakukan adalah
kegagalan melakukan pemerasan sehingga seolah-olah menegakkan
pemberantasan korupsi.
Sehingga ia sangat yakin bahwa dalam sistem yang berlaku sekarang ini
mafia peradilan tidak akan bisa diberantas. “Dengan sistem pemerintahan
sekarang yang menjalankan sistem demokrasi ini, mafia peradilan itu
tidak mungkin akan bisa diberantas,” ujar Adnan.
Anggota Tim Pengacara Muslim ini pun menyebutkan bahwa sistem ini
salah karena kebenaran itu ditentukan oleh suara terbanyak. “Kalau suara
terbanyak ingin korupsi dan maksiat yang mana yang benar?” tanyanya
retorik.
Massardi pun meyakinkan ratusan peserta yang hadir di acara tersebut
bahwa sebenarnya para bedebah itu tidak sekuat yang umat bayangkan
sehingga sebetulnya mereka bisa dikalahkan. Namun tetap bercokolnya
mereka di kursi kekuasaan itu akibat kesalahan umat sendiri.
“Bukan karena mereka terlalu kuat tetapi kitalah yang lebih banyak
diam!” tandasnya. “Saya pikir setengah dari facebooker di tambah dengan
setengah dari massa Hizbut Tahrir turun ke jalan para bedebah itu bisa
diusir,” ujar Massardi.
Oleh karena itu ganti sistem ganti rezim adalah satu keniscayaan.
Hizbut Tahrir sedang merintis ke arah itu, dengan menggunakan istilah
Massardi dalam syairnya itu, Ismail mengatakan saat ini yang dilakukan
oleh HTI adalah menyadarkan masyarakat dengan diskusi, kemudian
demonstrasi lalu revolusi untuk mengganti sistem yang bobrok ini dengan
Syariah dan Khilafah. [] joko prasetyo
Adhie Massardi: Sumber Masalah Century Ada di Istana
Jakarta
– Wakil Presiden Boediono telah menjalani pemeriksaan KPK di Wisma
Negara terkait kasus Bank Century. Adhie Massardi menilai, pemeriksaan
Boediono di Wisma Negara makin menunjukkan kalau masalah Century
berujung di Istana.
“Boediono mengarahkan moncong hukum ke Istana Negara,” kata Adhie
Massardi dalam dalam diskusi di Rumah Perubahan, Jl Panglima Polim,
Jakarta Selatan, Minggu (2/5/2010).
Adhie mengkritik KPK yang menurut kepada Wapres Boediono dan Menkeu
Sri Mulyani untuk memeriksa mereka di tempat masing-masing. Seharusnya
KPK bisa tegas memeriksa mereka berdua di kantor KPK. Bahkan KPK bisa
memanggil paksa.
“Ini baru sekali dipanggil, langsung didatangi,” cetus mantan jubir mendiang Presiden Abdurrahman Wahid ini.
Pasca pemeriksaan Sri Mulyani dan Boediono, Adhie menilai ada kemelut
di antara instansi hukum. “Kita akan melihat pertarungan kemelut di
instansi hukum,” pungkasnya. (detik.com, 2/5/2010)
Sofyan Djalil: Menkeu Perintahkan Penempatan Dana di Century
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/03/03/sofyan-djalil-menkeu-perintahkan-penempatan-dana-di-century/
JAKARTA-Mantan
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil dipanggil Komisi Pemberantasan
Korupsi terkait penyelidikan skandal kasus Bank Century,Selasa (2/3).
Sofyan mengaku penempatan dana BUMN di Bank Century atas perintah
Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sofyan yang berkapasitas sebagai terperiksa keluar gedung KPK setelah
lima jam di ruang penyelidik. “Saya baru mengetahui penempatan dana
BUMN di Bank Century saat Menkeu Sri Mulyani mengadakan teleconference
dari Washington DC pada 13 November 2008 malam hari. Saat itu ,saya
berperan sebagai Menkeu ad interim,” ungkap Sofyan.
Menurut Sofyan, di tanggal yang sama, Gubernur Bank Indonesia
Boediono menelponnya dan ingin melaporkan perkembangan proses
penyelesaian status bailout Bank Century. Keduanya bertemu di kantor
Kementrian Negara BUMN. Saat itu, kata Sofyan, Boediono melaporkan bahwa
Bank Century kalah kliring. Sofyan pun mengaku menyetujui segala
kebijakan BI.
Malam harinya, Sri Mulyani menggelar teleconference. Saat itulah, Sri
Mulyani memerintahkan agar dana BUMN tak dipindahkan dari rekening Bank
Century. Pasalnya,langkah penarikan akan mengakibatkan rush (penarikan
dana besar-besaran). “Saya teruskan pesan itu ke direksi BUMN, tapi itu
wewenang masing-masing BUMN. Karena sebagai menteri ad interim kalau
diperintah Menkeu berarti saya sudah tidak berfungsi,” jelas Sofyan.
Sofyan pun menjelaskan, ia juga tak mengetahui jumlah persis BUMN yang
menyimpan dananya di Bank Century. Dari 140 BUMN tersebut, segala
kebijakan yang diambil direksinya tak perlu dilaporkan ke Kementrian
BUMN.
Meski kemudian Lembaga Penjamin Simpanan telah mengeluarkan edaran
pada BUMN agar tak menarik dananya. Nyatanya, imbuh Sofyan, masih ada
BUMN yang menarik dananya setelah kebijakan bailout hingga total
penarikan mencapai sekitar Rp 300 miliar.
Sofyan mengakui,selama ini banyak sekali keputusan pengelola BUMN
yang tidak sama dengan keputusan menteri, termasuk dalam kasus ini.
(republika.co.id, 2/3/2010)
Aneh! Menkeu tak Tanggapi Niat Baik Rafat dan Hisyam
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/01/20/aneh-menkeu-tak-tanggapi-niat-baik-rafat-dan-hisyam/
Jakarta
– Menkeu Sri Mulyani tidak pernah meresponi niat baik Rafat Ali Rizvi
dan Hisyam Al Waraq yang mau membayar kerugian Bank Century.
Hal ini disampaikan mantan Kabareskrim Susno Duadji dalam rapat
Pansus Century, Rabu (20/1). Bahkan diakuinya dia sudah dua kali
mengingatkan Menkeu perihal niat baik kedua pemilik Bank Century ini.
Memang, akunya, surat Rafat per Juni 2009 itu dikirimkan lewat
dirinya. Namun, karena merasa tidak berwenang untuk menjawab, Susno
memberikannya kepada Menkeu. Saat itu dia memberikan surat tersebtu saat
adanya rakor yang dihadiri Mendagri, Gubernur BI, Kapolri, dan Menteri
Hukum dan HAM.
Pemberitahuan kedua, lanjutnya, juga pernah dilakukan Susno di kantor
Menkeu. Saat itu dia mengingatkan kembali Menkeu perihat niat baik
kedua pemilik Bank Century ini. “Menkeu hanya bilang untuk dipelajari
dulu,” tukasnya.
Rafat dan Hisyam pada Juni 2009 pernah melayangkan surat ke RI
mengenai keinginan mereka untuk membayar kerugian Bank Century dan
menanyakan berapa sebenarnya kerugian tersebut.
Menurut Susno, niat baik kedua orang tersebut karena memang kartu
trufnya sudah ketahuan dan duitnya sudah terkunci. (inilah.com,
20/1/2010)
Sri Mulyani Tak Lapor Wapres soal Bank Century?
Di
penghujung masa jabatannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan
pengakuan yang mengejutkan. Sebagai Wakil Presiden yang sedang
menggantikan Presiden yang bertugas ke luar negeri, ia tak menerima
laporan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai kebijakan
pembengkakan dana penyelamatan untuk Bank Century. Padahal, menurut
Wapres, saat kebijakan itu diambil, dia sedang berada di Jakarta.
Hal itu disampaikan Wapres saat ditanya wartawan seusai shalat Jumat
di Masjid Baiturrahman, kompleks Istana Wapres Jakarta, Jumat (28/8)
siang. Sebelumnya, Wapres ditanyai mengenai pembengkakan dana penyehatan
yang semula hanya ratusan miliar, tiba-tiba menjadi Rp 6,7 trilun.
Dengan jumlah ini, negera berpotensi mengalami kerugian hingga Rp 5
triliun.
“Memang waktu itu krisis, tidak jelas waktu itu. Justru Presiden
sedang di luar negeri dan saya ada di Jakarta. Akan tetapi, saya tidak
tahu-menahu. Dan, tidak dilapori,” kata Kalla.
Kendati demikian, Wapres mengaku yakin bahwa Menteri Keuangan pada
waktu itu memiliki alasan yang cukup untuk menetapkan kebijakan
tersebut. “Jadi biarlah. Supaya fair, beri kesempatan Badan Pemeriksa Keuangan memeriksanya. Tentu Menkeu pada waktu itu memiliki alasan yang cukup,” tambahnya.
Namun sesungguhnya, Wapres menilai, untuk mengatasi bank gagal
seperti Bank Century, pemerintah seharusnya bersikap keras. “Tidak
dengan cara menggelontorkan dana terus menerus karena bukan di situ
masalahnya,” ungkapnya.
Lebih jauh, Wapres berkisah. Beberapa waktu silam, dirinya sempat menolak menandatangani blanket guarantee (jaminan penuh) yang diajukan Menkeu dan telah disetujui Gubernur Bank Indonesia Boediono. Blanket guarantee tersebut adalah untuk dana pihak ketiga perbankan.
“Coba bayangkan kalau blanket guarantee itu
dilaksanakan. Untuk satu bank kecil saja, hampir Rp 7 triliun dana
penyehatannya. Kalau banyak bank, kita bisa jebol, sampai ratusan
triliun lagi. Itu jadi BLBI jilid II. Singkat kata, kalau ada blanket guarantee tadi, habislah kita,” ungkap Kalla. (kompas.com, 28/8/2009)
Wapres: Periksa Dana Talangan Century
JAKARTA
— http://hizbut-tahrir.or.id/2009/08/28/wapres-periksa-dana-talangan-century/
Wakil Presiden Jusuf Kalla tak habis pikir dengan besarnya dana
bailout yang digelontorkan untuk menyelamatkan Bank Century. Dana
sebesar hampir Rp 7 triliun ini dimintanya untuk diperiksa agar tidak
terjadi penyimpangan.
Wapres tidak bisa membayangkan bank kecil seperti Century saja harus
membutuhkan suntikan dana hingga hampir Rp 7 triliun. ”Itu tentu harus
kita periksa jumlahnya, apa alasannya. Tentu ada alasannya jumlahnya
sebesar itu,” ujarnya mengomentari dana talangan Bank Century itu di
kantor Wapres di Jakarta, Jumat (28/8).
Wapres sependapat dengan langkah DPR yang meminta BPK untuk memeriksa
dana suntikan itu. Pemeriksaan BPK ini diyakininya sangat adil untuk
mengetahui penyebabnya. ”Ya tentu Menteri Keuangan juga punya alasan
yang cukup kuat karena waktu itu krisis,” sergahnya.
Keputusan penyuntikan dana hingga hampir Rp 7 triliun ini diambil
sewaktu Presiden ke luar negeri. Sementara, Wapres mengungkapkan dirinya
berada di dalam negeri. Sayangnya, keputusan itu tidak diberitahukan
kepadanya. Karena itulah, dia mengaku tidak tahu penggelontoran dana
sebesar itu ke Bank Century.
Mantan menko kesra ini mengaku tidak mendalami kasus bank yang
mayoritas sahamnya kini dimiliki LPS ini. Penyelesaian atas suntikan
dana triliunan rupiah itu pun dirinya tidak mengetahuinya. ”Waktu
penyelesaiannya juga saya tidak dilapori, saya tidak tahu,” ucapnya.
Menurut Wapres, Presiden yang nanti meminta pertanggungjawaban atas
kasus ini melalui Menkeu. Dia berpendapat mengatasi krisis ini harus
dengan sikap tegas. Krisis yang melanda perbankan tidak bisa
diselesaikan dengan cara terus-menerus menggelontorkan dana. ”Masalahnya
bukan di situ,” tegasnya.(Republika online, 28/8/2009)
Wapres: Soal Century Tinggal Meletus
JAKARTA– http://hizbut-tahrir.or.id/2009/09/05/wapres-soal-century-tinggal-meletus/
Wakil
Presiden M Jusuf Kalla mengatakan soal bank Century tinggal tunggu
meletusnya saja karena merupakan kasus pengelapan uang. “Ini penggelapan
(uang). Ini sebenarnya tinggal menunggu meletus,” kata Wapres M Jusuf
Kalla usai sholat Jumat di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya wartawan menanyakan soal kasus
bank Century, namun Wapres terus menghindar. Menurut Wapres pihaknya
tidak mau mengkomentari hal tersebut. Namun ketika ditanyakan
pembicaraannya saat menerima PBNU, Wapres menjelaskan bahwa kasus bank
Century sebenarnya kasus pidana murni. Yakni adanya pengelapan uang
nasabah oleh pemilik bank.
“Sebenarnya, ini bisa terjadi kapan saja,”
kata Wapres. Wapres juga membantah jika perintah penangkapan Robert
Tantular yang diberikannya kepada Kapolri dinilai sebagai bentuk
intervensi.”Apa yang salah. Saya pemerintah. Memerintah Kapolri itu
bagian dari tugas pemerintah,” kata Wapres.
Sebelumnya kepada pengurus PBNU Wapres menilai kasus bank Century akan panjang dan melebar kemana-mana.
“Wapres tadi bilang kasus bank Century kalau dibuka akan panjang dan melebar kemana-mana,” kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Agil Sirajd usai bertemu Wapres M Jusuf Kalla.
Namun ketika ditanyakan apa yang dimaksud
dengan akan panjang dan melebar-kemana, Said mengaku Wapres tidak
meneruskan dan tidak memberikan penjelasan.”Wah apa itu (melebar
kemana-mana) saya tak tahu. Wapres juga tidak menjelaskan Keheranan
kita, hari gini masih ada kasus seperti itu,” kata Said Agil.
Said menjelaskan dalam pertemuan dengan
Wapres tersebut, PBNU mempertanyakan soal kasus bank Century. Menurut
Said Agil, Wapres memberikan penjelasan mengenai masalah
tersebut.”Wapres mengatakan sejak awal mengenai bank Century beliau tak
mau ada ‘bailout’, karena ini perampokan,” kata Said Agil.
Karena itu tambah Said, Wapres akan tetap
pada pendiriannya tidak akan menyetujui adanya ‘bailout’ untuk bank
Century.”NU akan terus merespon dan mendorong siapa saja yang ingin
mengungkap kebenaran dalam kasus bank Century. Bahasanya amar ma’ruf
nahi mungkar,” kata Said Agil.
Said mengatakan dalam pertemuan tersebut
Wapres menilai PBNU masih memiliki kepedulian terhadap bangsa karena
mempertanyakan masalah bank Century. (Republika online, 4/9/2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar