Metroislam.com – Juni adalah bulan Soekarno. Di bulan ia lahir dan wafat ini penting untuk kita mengingat kembali gagasan pendiri bangsa ini tentang Islam. Perhatiannya terhadap Islam begitu bergairah di zaman kemerdekaan. Berbagai gagasannya tentang Islam masih sangat relevan hingga kini.
Presiden pertama Indonesia yang akrab disapa Bung Karno ini mengedepankan esensi dan substansi Islam ketimbang simbol-simbol Islam yang kaku. Ia menyalakan, apa yang ia sebut sebagai, api Islam. Ia ingin menghidupkan kembali jiwa Islam sebagai ajaran universal sebagaimana visi etik Al-Quran dan sunah Nabi Muhammad.
Karena itu, ia menolak kecenderungan apa yang ia sebut sebagai masyarakat onta atau Islam Sontoloyo. Kecenderungan ini bukan hanya masih menggejala, bahkan kian menguat kini.
Sebagai pencetus Pancasila dan merumuskan nilai-nilainya, ia mengadopsi apa yang dilakukan Nabi Muhammad di Madinah sebagai petun­juk urusan menyusun dan membangkitkan masyarakat. Pancasila itu salah satu wujud bagaimana Bung Karno menerapkan visi etik Al-Quran dan sunah nabi itu.

Bung Karno mendalami Islam saat berada di Endeh. Bahkan menurut H.A. Notosoetardjo dalam Rakyat Bertanya Bung Karno Menjawab, ia menekuni pengetahuan Islam berawal saat dari Penjara Sukamiskin kemudian dilanjutkan dengan lebih intensif saat pembuangan di Endeh. Ia baru mulai mengeluarkan berbagai pendapatnya di media massa mengenai masalah-masalah Islam saat ia dipindahkan ke Bengkulu.

Dalam berbagai tulisannya tentang Islam itu tampak pengetahuan Bung Karno tentang Islam begitu luas dan mendalami persoalan. Selain melahap berbagai buku dari para ulama di berbagai negeri Islam, ia juga murid dari tokoh utama Sarekat Islam: Tjokroaminoto (Baca:Islam Progresif Tjokroaminoto).

Bisa dibilang, berbagai gagasannya tentang Islam ikut memberi landasan Islam Indonesia atau Nusantara.

Berikut lima ciri masyarakat onta atau Islam Sontoloyo yang menurutnya membuat Islam mundur dan konflik tak berujung di tengah masyarakat dan penghambat kemajuan bangsa.
  1. Royal Mencap Kafir
Dalam Surat-surat Islam dari Endeh (1930-an) dan Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara(1940), Bung Karno menulis kritik terhadap kecenderungan sebagian ulama dan umat Islam saat itu yang begitu mudah mencap kafir.

“Kita royal sekali dengan perkataan “kafir”, kita gemar sekali mencap segala barang yang baru dengan cap “kafir”. Pengetahuan Barat kafir; radio dan kedokteran kafir; sendok dan garpu dan kursi  kafir; tulisan Latin  kafir; yang bergaul dengan bangsa yang bukan bangsa Islam pun kafir!”
  1. Taklid Buta
Bagi Bung Karno, taklid itu seperti abu, debu, dan asap. Ia bukan api Islam. Islam tak lagi jadi agama yang boleh dipikirkan secara merdeka, tapi telah menjadi monopoli kaum fakih dan kaum tirakat.

“Hampir seribu tahun akal dikungkung sejak kaum Mu’tazilah sampai Ibnu Rusyd dan lainnya. Asy’arisme pangkal taklidisme dalam Islam. Akal tidak diperkenankan lagi. Akal itu dikutuk seakan-akan dari setan datangnya,” paparnya.

Mengutip Snouck Hurgronje, ia mengatakan ulama dari segala waktu terikat pada ucapan ulama terdahulu, masing-masing dalam kalangan mazhabnya. Syariat itu akhirnya bergantung kepada ijma’ dan tidak kepada maksud-maksud firman yang asli.

Padahal jelas, baginya, dua sumber utama Islam adalah Kalam Allah dan Sunah Rasul. Dari dua sumber ini pula para ulama mengambil kesimpulan hukum. Dari dua sumber utama ini pula kita mesti menyalakan api Islam.

Menurut Bung Karno, Al-Quran dan Hadits itu tidak berubah. Bahkan “teguh selama-lamanya, tidak lapuk di hujan, tidak lekang di panas.” Tapi pandangan masyarakat yang senantiasa berubah, berevolusi, dinamis, mengalir.
  1. Mengutamakan Fikih
Dalam Islam Sontoloyo (1940), Bung Karno menulis bahwa fikih bukanlah satu-satunya tiang keagamaan. Tiang utamanya ialah terletak dalam ketundukan kita punya jiwa pada Allah.
“Fikih itu, walaupun sudah kita saring semurni-murninya, belum mencukupi semua kehendak agama. Belum dapat memenuhi syarat-syarat ketuhanan yang sejati, yang juga berhajat kepada tauhid, akhlak, kebaktian ruhani, kepada Allah,” tulisnya.
Menurutnya, Al-Quran dan api Islam seakan-akan mati karena kitab fikih itu sajalah yang dijadikan pedoman hidup, bukan kalam Illahi sendiri.
“Dunia Islam sekarang ini setengah mati, \tiada nyawa, tiada api, karena umat Islam sama sekali tenggelam dalam kitab fikihnyasaja, tidak terbang seperti burung garuda di atas udara-udaranya Levend Geloof, yakni udara-udaranya agama yang hidup.”
Hal itu tak berarti Bung Karno membenci fikih. Menurutnya, fikih tetap penting. Bahkan ia menyebutkan, masyarakat Islam tak dapat berdiri tanpa hukum-hukum fikih. Sebagaimana tiada masyarakat tanpa aturan perundang-undangan.
“Saya hanya membenci orang atau perikehidupan agama yang terlalu mendasarkan diri kepada fikih, kepada hukum-hukumnya syariat itu saja,” tulisnya.
Dengan mengutip Farid Wadji, Muhammad Ali, Kwada Kamaludin, Amir Ali, ia mengatakan bahwa alangkah baiknya di samping mempelajari fikih kita juga dengan sungguh belajar nilai dan visi etik Al-Quran.
Ini Bung Karno praktikkan, salah satunya saat anjing yang ia pelihara menjilat air di dalam panci di­ dekat sumur. Ia kemudian Ia pun meminta Ratna Juami untuk membuang air itu dan mencuci  panci itu beberapa kali dengan sabun dan kreolin.
“Di zaman Nabi belum ada sabun dan kreolin! Nabi s.a.w. sendiri telah menyerahkan kepada kita sendiri perihal urusan dunia, membenarkan segala urusan dunia yang baik dan tidak nyata haram atau makruh,” paparnya.
  1. Tak Melek Sejarah
 Dalam Surat-surat Islam dari Endeh (1930-an), Bung Karno menulis, umumnya kita punya ulama dan kiai tapi tak ada sedikitpun “feeling” kepada sejarahnya. Mereka punya minat hanya tertuju pada agama, terutama pada bagian fikih. Tapi pengetahuan tentang sejarah umumnya nihil. Padahal sejarah adalah padang penyelidikan yang maha penting!
“Kebanyakan mereka tak mengetahui sedikitpun dari sejarah itu. Sejarah, apalagi bagian “yang lebih dalam”, yakni yang mempelajari kekuatan-kekuatan masayarakat yang menyebabkan kemajuan atau kemundurannya sesuatu bangsa. Sejarah itu sama sekali tidak menarik mereka punya perhatian,” tulisnya.
Paling mujur, lanjut Bung Karno, mereka hanya mengetahui tarikh Islam saja. Dari tarikh Islam ini seharusnya mereka sudah dapat menggali juga banyak ilmu yang berharga. Tapi umumnya kita mempelajari hukum, kenal isi kitab fikih, mengetahui tiap perintah dan larangan agama hingga yang terkecil, tapi kita tidak mengetahui bagaimana cara Nabi, para sahabat, tabiin, khalifah menaafsirkan perintah dan larangan-larangan Allah di dalam urusan sehari-hari dan urusan negara.
“Kita sama sekali gelap dan buta buat di dalam hal menafsirkan itu oleh karena tidak mengenal tarikh,” imbuhnya.
Menurutnya, pelajaran terbesar dari sejarah adalah bahwa Islam di zamannya yang pertama dapat terbang meninggi seperti burung garuda di atas angkasa karena fikih tidak berdiri sendiri. Fikih disertai dengan tauhid dan etiknya Islam yang menyala-nyala. Fikih  hanyalah “kendaraan” saja.
Kendaraan ini dikusiri oleh rohnya etik Islam serta tuhid yang hidup. Dengan fikih yang demikian itulah umat Islam menjadi cakrawati (pucuk pimpinan) di separuh dunia!
Dengan mengutip Essad Bey, Bung Karno mengatakan, jia kedudukan fikih begitu sentral  di situlah Islam membeku menjadi satu sistem formil belakang. Ia tiada bergerak lagi, ia mandek! Bukanlah saja mandek, fikih bukan lagi menjadi petunjuk dan pembatas hidup.
Jika pemuka dan umat Islam Indonesia tetap tidak mengindahkan pelajaran besar dari sejarahnya sendiri dan mengikuti jejak para pemimpin besar di negeri lain serta hanya berorientasi fikih, maka jangan harap umat Islam Indonesia akan dapat mempunyai kekuatan jiwa hebat untuk menjunjung dirinya dari keadaan aib yang sekarang ini.
  1. Hadis Lemah sebagai Pedoman
Menurut sebagian ulama, hadis lemah (da’if) bisa dijadikan sumber hukum selama tak bertentangan dengan Al-Quran. Bagi Bung Karno sendiri, hadis lemah di antara yang menyebabkan kemunduran Islam.
“Saya perlu kepada Bukhari atau Muslim itu karena di situlah dihimpun hadis-hadis sahih. Walaupun dari keterangan salah seorang pengamat Islam bangsa Inggris, di Bukhari pun masih terselip hadis-hadis yang lemah. Dia pun menerangkan, bahwa kemunduran Islam, kekunoan Islam, kemesuman Islam, ketakhayulan orang Islam banyaklah karena hadis-hadis lemah itu yang sering lebih laku daripada ayat-ayat Al-Quran. Saya kira anggapan ini adalah benar.”
Source: www.madinaonline.id

Islam sontoloyo menurut Bung Karno

Kunjoy- Juni dikatakan merupakan bulan Soekarno. Tepat dimana bulan tersebut adalah bulan kelahiran dan wafatnya sang pendiri terbesar bangsa Indonesia.
Di bulan Juni itulah mengingatkan kita kembali mengenai gagasan Islam dari salah satu pionir terbesar lahirnya bangsa Indonesia ini.


5-tanda-islam-sontoloyo-kata-bung-karno
Bung Karno sapaan akrabnya, dia lebih mementingkan esensi dan sustansi mengenai Islam ketimbang pada simbol-simbol Islam yang dinilainya sangat kaku. Pancasila merupakan gagasan yang ia ambil dari tindakan Nabi Muhammad di Madina. Visi dari Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad itu ada di dalam Pancasila.
Endeh merupakan saksi bisu dimana Bung Karno mendalami Islam. Menurut pendapat dari H.A. Notosoetardjo melalui Rakyat Bertanya Bung Karno Menjawab mengatakan bahwa di Penjara Sukamiskin, Bung Karno menekuni ajaran Islam kemudian lebih mendalam saat dibuang di Endeh dan di Bengkulu. Pendapatnya mengenai masalah-masalah Islam dimuat di media massa.
Jika melihat kembali beberapa tulisan mengenai Islam, ternyata Bung Karno memiliki pemahaman yang begitu luas dan sangat mendalami persoalan mengenai Islam. Hal ini dikarenakan ia suka membaca buku dari para ulama di berbagai negeri Islam dan juga merupakan murid dari seorang tokoh utama sarekat Islam yang bernama Tjokroaminoto.
Kalau boleh di bilang, ia mendirikan Bangsa Indonesia dengan gagasan mengenai Islam atau lebih tepatnya Islam Indonesia/ Nusantara.
Berikut ini beberapa tanda Islam Sontoloyo menurut Bung Karno yang mengakibatkan penghambatan kemajuan bangsa, konflik dan juga kemunduran dalam agama Islam.

LIMA TANDA ISLAM SONTOLOYO KATA BUNG KARNO


Gampang mengatakan kafir

http://kunjoy.blogspot.com/2015/07/5-tanda-islam-sontoloyo-kata-bung-karno.html

Bung Karno menyampaikan kritiknya terhadap para ulama dan umat Islam yang telalu gampang menyebut kafir dalam Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara (1940) dan Surat-Surat Islam dari Endeh (1930-an).
Gampang sekali menyebut kafir pada sesuatu hal. Kafir pada pengetahuan barat; Kafir bila bergaul dengan bangsa yang bukan Islam; Kafir mengenai barang-barang baru; Kafir mengenai sendok, garpu dan bahkan kursi. Radio dan kedokteran juga Kafir.
Bagi Bung Karno, yang mengatakan kafir pada pengetahuan dan kecerdasan, listrik, radio dan sesuatu yang baru/ update adalah mereka-mereka yang ingin tinggal dalam keterbelakangan. Bayangkan makan tanpa menggunakan sendok dan selalu naik onta.
"Astagfirullah...Inikah agama yang direstui Allah? Inikah Islam?", tulisnya.

Taklid yang buta

Menurut Bung Karno taklid itu diibaratkan seperti debu, asap, abu dan bukan api. Islam bukan sesuatu yang harus dipikirkan lagi secara bebas tapi lebih untuk monopoli kaum tirakat dan kaum fakih.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa para ulama dalam segala waktu terikat pada perkataan ucapan ulama terdahulu, masing-masing dari kalangan mazhabnya. Akhirnya syariat itu bergantung pada 'ijma' dan bukan lagi bersumber dari firman yang asli yang ia kutip dari Snouck Hurgronje.
"Padahal sumber utama dari Islam itu adalah Sunnah Rasul dan Kalam Allah. Dengan kedua hal itulah para ulama harusnya mengambil kesimpulan pada suatu hukum', imbuhnya.
Bagi Bung Karno, Al-Quran dan Hadits tidak akan pernah berubah bahkan akan tetap teguh selama-lamanya, tidak akan pernah lapuk bila terkena hujan dan tidak akan lekang bila terkena panas. Hanya saja pandangan masyarakat yang akan selalu berubah, mengalir, berevolusi dan dinamis.

Fikih yang diutamakan

Tiang keagamaan Islam bukan satu-satunya adalah fikih. Tiang paling utama terletak pada ketaatan dan ketundukan jiwa kita pada Allah.
Menurut Bung karno, bila 'fikih' disaring sedemikian rupa untuk mencapai kemurniaan maka tidak dapat mencangkup syarat sejati mengenai ketuhanan, akhlak, berhajat kepada tauhid dan kebaktian ruhani kepada Allah.
Hal ini bukan berarti bahwa Bung Karno sangat membenci fikih. Fikih itu tetap penting. Masyarakat Islam tidak bisa berdiri bila tanpa hukum-hukum fikih dan hal ini seperti halnya aturan perundang-undangan dalam masyarakat.
Bagi Bung Karno, ia hanya membenci orang-orang dan kehidupan agama yang lebih mendasarkan diri kepada fikih. Kepada mereka yang hanya dan terlalu mendasarkan diri pada hukum syariat-syariat itu saja. Hal yang lebih baik adalah selain mempelajari mengenai fikih tapi juga belajar pada visi dan nilai yang terkandung dalam Al-Quran.

Sejarahnya tidak paham

Kata Bung Karno, baik ulama dan para kyai yang ada dan kita punyai tidak banyak yang mengerti mengenai sejarah Islam. Minat mereka hanya pada agama dan terutama bila mengenai fikih. Tapi kosong dalam hal pengetahuan sejarah Islam. Bila diselidiki, sejarah Islam merupakan padang yang sangat penting dalam hal penyelidikan.
Paling beruntung kata Bung Karno jika mereka sudah mengetahui tarikh Islam. Seharusnya mereka sudah bisa menggali dan menemukan ilmu yang berharga bila mempelajari tarikh Islam.
"Namun pada umumnya kita hanya mengenal isi keseluruhan kitab fikih, tahu semua larangan dari yang paling besar sampai yang paling kecil tapi tidak tahu mengenai apa yang dilakukan Nabi, Sahabat Nabi, Tabiin dan Khalifah dalam kehidupan sehari-hari dan mengurus negara", lanjutnya.
"Kebutaan ini disebabkan karena tidak mengenal tarikh. Padahal jika dilihat dari sejarahnya, Islam itu bisa terbang dengan tinggi layaknya burung garuda karena tidak hanya menggaungkan fikih tapi juga tauhid dan etik Islam yang membara. Fikih itu hanya kendaraan saja", tegasnya.

Hadis lemah digunakan sebagai pedoman

Sebagian dari ulama menyatakan bahwa hadis lemah bisa dijadikan sumber dalam hukum asal tidak bertentangan dengan Al-Quran. Namun bagi Bung Karno, hadis lemah merupakan salah satu diantara penyebab kemunduran Islam.

Bung Karno menerangkan bahwa ketakhayulan Islam, kemesuman Islam, kekunoan Islam dan kemunduran Islam lebih banyak disebabkan oleh hadis-hadis yang lemah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa hadis-hadis yang lemah lebih sering laku dibandingkan dengan ayat Al-Quran.

- Informasi lebih lengkap dapat anda temukan di anda baca buku: Di Bendera Revolusi Jilid Pertama
- Artikel ini dilansir melalui madinaonline.id

Fakta Perbedaan Antara Akidah Wahabi dan Akidah Islam ( bag. II )

http://ummatipress.com/fakta-perbedaan-antara-akidah-wahabi-dan-akidah-islam-bag-ii.html


Qur'an Surat ke _5_11


Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.
Qur'an Surat ke _5_11

=====================================================================

Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.



Qur'an Surat ke _5_64

Perbedaan Aqidah Wahabi dan Islam ( bag: II )



Berikut adalah beberapa kutipan DARI PARA Ulama, MEREKA bersaksi bahwa:

1-IMAM IBNU HAJAR Al Asqalaaniyy mengatakan mereka bukan muslim:


ﻗﺎﻝ ﺣﺬﺍﻕ ﺍﻟﻤﺘﻜﻠﻤﻴﻦ ﻣﺎ ﻋﺮﻑ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺷﺒﻬﻪ ﺑﺨﻠﻘﻪ ﺃﻭ ﺃﺿﺎﻑ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﻴﺪ ﺃﻭ ﺃﺿﺎﻑ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻓﻤﻌﺒﻮﺩﻫﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﺒﺪﻭﻩ ﻟﻴﺲ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺇﻥ ﺳﻤﻮﻩ ﺑﻪ (ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ ,ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺍﻟﻌﺴﻘﻼﻧﻲ,ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻤﻌﺮﻓﺔ- ﺑﻴﺮﻭﺕ,1379, 3/359 )

: Para ulama AHLI kalaam brilian berkata: "BARANG-SIAPA menyamakan Allah dengan ciptaan-Nya, atau MENYANDARKAN TANGAN KEPADA-Nya (dalam arti bagian atau anggota TUBUH) atau MENYANDARKAN seorang anak, MAKA yang ia SEMBAH  BUKANLAH Allah, WALAU PUN ia menyebutnya Allah .

2-An-Nawawiyy dan Al-Qaađi IYAđ mengatakan mereka bukan muslim:


  ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ(ﻓﻠﻴﻜﻦ ﺃﻭﻝ ﻣﺎ ﺗﺪﻋﻮﻫﻢ ﺇﻟﻴﻪ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺈﺫﺍ ﻋﺮﻓﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺄﺧﺒﺮﻫﻢ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮﻩ)ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﺬﺍ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻬﻢ ﻟﻴﺴﻮﺍ ﺑﻌﺎﺭﻓﻴﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻫﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺣﺬﺍﻕ ﺍﻟﻤﺘﻜﻠﻤﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺃﻧﻬﻢ ﻏﻴﺮ ﻋﺎﺭﻓﻴﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﺒﺪﻭﻧﻪ ﻭﻳﻈﻬﺮﻭﻥ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ ﻟﺪﻻﻟﺔ ﺍﻟﺴﻤﻊ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﻻ ﻳﻤﻨﻊ ﺃﻥ ﻳﻌﺮﻑ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﻛﺬﺏ ﺭﺳﻮﻻ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻋﺮﻑ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺷﺒﻬﻪ ﻭﺟﺴﻤﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﺃﻭ ﺍﺟﺎﺯ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺒﺪﺍﺀ ﺃﻭ ﺃﺿﺎﻑ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻣﻨﻬﻢ ﺃﻭ ﺃﺿﺎﻑ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﺼﺎﺣﺒﺔ ﻭﺍﻟﻮﻟﺪ ﻭﺃﺟﺎﺯ ﺍﻟﺤﻠﻮﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺍﻻﻧﺘﻘﺎﻝ ﻭﺍﻻﻣﺘﺰﺍﺝ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺃﻭ ﻭﺻﻔﻪ ﻣﻤﺎ ﻻ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ ﺃﻭ ﺃﺿﺎﻑ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﺸﺮﻳﻚ ﻭﺍﻟﻤﻌﺎﻧﺪ ﻓﻲ ﺧﻠﻘﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺠﻮﺱ ﻭﺍﻟﺜﻨﻮﻳﺔ ﻓﻤﻌﺒﻮﺩﻫﻢ ﺍﻟﺬﻯ ﻋﺒﺪﻭﻩ ﻟﻴﺲ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻥ ﺳﻤﻮﻩ ﺑﻪ ﺍﺫ ﻟﻴﺲ ﻣﻮﺻﻮﻓﺎ ﺑﺼﻔﺎﺕ ﺍﻻﻟﻪ ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ ﻟﻪ ﻓﺎﺫﻥ ﻣﺎ ﻋﺮﻓﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻓﺘﺤﻘﻖ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻨﻜﺘﺔ ﻭﺍﻋﺘﻤﺪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﻗﺪ ﺭﺃﻳﺖ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻟﻤﺘﻘﺪﻣﻰ ﺃﺷﻴﺎﺧﻨﺎ ﻭﺑﻬﺎ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﺍﺑﻮﻋﻤﺮﺍﻥ ﺍﻟﻔﺎﺭﺳﻰ ﺑﻴﻦ ﻋﺎﻣﺔ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﻘﻴﺮﻭﺍﻥ ﻋﻨﺪ ﺗﻨﺎﺯﻋﻬﻢ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻫﺬﺍ ﺁﺧﺮ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ. (ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ ﺷﺮﺡ ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺠﺎﺝ, ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ,ﺩﺍﺭ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﺍﻟﺘﺮﺍﺙ ﺍﻟﻌﺮﺑﻲ, 1392,1/199-200 )

Perkataan Nabi (ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ) "YANG PALING pertama MESTI ENGKAU LAKUKAN ADALAH MENGAJAK mereka untuk menyembah Allah, maka ketika mereka tahu Allah, MAKA beritahuKAN mereka ..DST dll'', Al-Qaadii Iaađ (ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ) mengatakan:  " pernyataan Nabi (ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ) INI menunjukkan bahwa mereka (Kristen) tidak tahu Allah, ini adalah perkataan para ulama kalaam brilian mengenai orang Yahudi dan Nasrani bahwa mereka tidak tahu Allah (ﺗﻌﺎﻟﻰ ) WALAU PUN mereka menyembah- Nya (panggilan yang mereka menyembah dengan nama-Nya) dan MENampakkAN seolah-olah mereka mengenal-Nya, berdasarkan apa yang mereka ceritakan DAN MEREKA DENGAR DI antara mereka sendiri, meskipun bukan tidak mungkin MENURUT AKAL bahwa seseorang yang mendustakan RASUL DAPAT MENGETAHUI Allah. "  Al-Qaađii Iiaađ (ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ) mengatakan: BARANG SIAPA menyamakan Allah dengan ciptaan-Nya, SEPERTI diyakini orang Yahudi dan Kristen, atau percaya bahwa Dia BERUBAH dari waktu ke waktu, atau diklaim Dia memiliki anak, atau MEMILIKI seorang perempuan pendamping dan anak, atau mengatakan dia bisa ada dalam hal-hal yang diciptakan, atau BERPindah dari satu tempat ke tempat lain, atau BERcampur dengan ciptaan, SEPERTI KEYAKINAN di antara orang-orang Kristen, atau dikaitkan dengan-Nya apa yang tidak pantas, atau berhubungan dengan-Nya mitra atau lawan dalam menciptakan SEPERTI KEYAKINAN Majusi DAN PENYEMBAH BERHALA, MAKA apa yang mereka sembah BUKANLAH Allah, WALAU PUN mereka menyebutnya ALLAH. Hal ini karena tidak dikaitkan SIFAT yang SESUAI PADA-Nya, Oleh karena itu, mereka tidak tahu Allah (ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ),  maka sadarilah hal ini dengan baik, dan bergantung padanya, dan aku telah melihat titik ini dibuat oleh syekh pendahulu kita."


3-Ar-Raaziyy mengatakan mereka bukan muslim:

  ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺇﻥ ﺍﻹﻟﻪ ﺟﺴﻢ ﻓﻬﻮ ﻣﻨﻜﺮ ﻟﻺﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻥ ﺇﻟﻪ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﻣﻮﺟﻮﺩ ﻟﻴﺲ ﺑﺠﺴﻢ ﻭﻻ ﺣﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﺴﻢ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﻧﻜﺮ ﺍﻟﻤﺠﺴﻢ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻮﺟﻮﺩ ﻓﻘﺪ ﺃﻧﻜﺮ ﺫﺍﺕ ﺍﻹﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﺎﻟﺨﻼﻑ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺠﺴﻢ ﻭﺍﻟﻤﻮﺣﺪ ﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻔﺔ ﺑﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺬﺍﺕ ﻓﺼﺢ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺠﺴﻢ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞ ﺍﻟﺘﻲ ﺣﻜﻴﺘﻤﻮﻫﺎ ﻓﻬﻲ ﺍﺧﺘﻼﻓﺎﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻔﺔ ﻓﻈﻬﺮ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﻭﺃﻣﺎ ﺇﻟﺰﺍﻡ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺤﻠﻮﻟﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﺮﻭﻓﻴﺔ ﻓﻨﺤﻦ ﻧﻜﻔﺮﻫﻢ ﻗﻄﻌﺎ ﻓﺈﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﻔﺮ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺑﺴﺒﺐ ﺃﻧﻬﻢ ﺍﻋﺘﻘﺪﻭﺍ ﺣﻠﻮﻝ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻋﻴﺴﻰ ﻭﻫﺆﻻﺀ ﺍﻋﺘﻘﺪﻭﺍ ﺣﻠﻮﻝ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺃﻟﺴﻨﺔ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺟﺴﺎﻡ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﺘﺐ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﺈﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺤﻠﻮﻝ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺬﺍﺕ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﺘﻜﻔﻴﺮ ﻓﻸﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺤﻠﻮﻝ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺷﺨﺎﺹ ﻭﺍﻷﺟﺴﺎﻡ ﻣﻮﺟﺒﺎ ﻟﻠﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺘﻜﻔﻴﺮ ﻛﺎﻥ ﺃﻭﻟﻰ(ﻣﻔﺎﺗﻴﺢ ﺍﻟﻐﻴﺐ-ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ,16/ 24)

"Bukti memberitahu kita bahwa ORANG yang mengatakan Tuhan adalah JISIM / tubuh adalah kafir KEPADA Tuhan (MAHA TINGGI ALLAH). Alasannya KARENA TUHAN SEMESTA ALAM bukanLAH tubuh, atau ditempatkan di tubuh. Jadi jika orang yang percaya bahwa Tuhan adalah tubuh, DAN menolak keberadaan non-fisik, maka dia telah kafir kepada Tuhan ITU sendiri. Artinya bahwa PERBEDAAN antara yang percaya bahwa Tuhan adalah JISIM / tubuh, dan monoteis (dalam arti Islam) BUKAN DALAM MASALAH SIFAT tetapi tentang DZAT-NYA (yaitu SESUATU identitas YANG dikaitkan dengan Ketuhanan.) DENGAN Ini, dikatakan, bahwa orang yang percaya bahwa Tuhan adalah tubuh, MAKA IA tidak percaya pada Allah ....  Ada pun ĥuluuliyyah (mereka yang percaya bahwa Allah berdiam dalam hal-hal yang diciptakan) seperti di langit atau dalam tubuh manusia ATAU DI CIPTAAN LAINNYA ) dan JUGA ĥuruufiyyah (mereka yang percaya bahwa SIFAT KALAM Allah terdiri dari huruf dan suara), kita mengatakan DENGAN TEGAS bahwa mereka kafir. Hal ini karena Allah menyatakan kristen KAFIR KARENA percaya bahwa KALAM Allah itu ada PADA DIRI Yesus, sedangkan ĥuruufiyyah percaya bahwa  KALAM ALLAH berdiam di lidah semua orang yang membaca Al-Qur'an, dan dalam segala hal fisik yang ditulisKAN ALQURAN. Oleh karena itu, jika keyakinan dalam KALAM ALLAH ADA dalam satu tubuh (Yesus) merupakan KEKAFIRAN, maka lebiH KAFIR LAGI ORANG YANG percaya bahwa KALAM ALLAH berdiam dalam segala bentuk dan tubuh. "

4-IMAM As-Subkiy menyebut mereka penyembah berhala:


As-Subkiyy DALAM Tabaqatu Sħafi'IyaH AL Kubraa MENJELASKAN tentang teks-teks Al kitab yang DOHIRnya MENUNJUKAN MAKNA JISIM / tubuh:

ﻃﺒﻘﺎﺕ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ:ﺇﻧﻤﺎ
ﺍﻟﻤﺼﻴﺒﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ ﻭﺍﻟﺪﺍﻫﻴﺔ ﺍﻟﺪﻫﻴﺎﺀ ﺍﻹﻣﺮﺍﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭﺍﻻﻋﺘﻘﺎﺩ ﺃﻧﻪ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻭﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺴﺘﺤﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ ﻓﺬﻟﻚ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻤﺠﺴﻤﺔ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻮﺛﻦ
ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﺯﻳﻎ ﻳﺤﻤﻠﻬﻢ ﺍﻟﺰﻳﻎ ﻋﻠﻰ ﺍﺗﺒﺎﻉ ﺍﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻪ ﺍﺑﺘﻐﺎﺀ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻟﻌﺎﺋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﺘﺮﻯ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﺑﻌﺪ ﺃﺧﺮﻯ ﻣﺎ ﺃﺟﺮﺃﻫﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻭﺃﻗﻞ ﻓﻬﻤﻬﻢ ﻟﻠﺤﻘﺎﺋﻖ 

ﻃﺒﻘﺎﺕ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ ﺝ 5 ﺹ 192

: "SUNGGUH MUSIBAH BESAR DAN KEKELIRUAN YANG SANGAT KELIRU ADALAH MENJALANKAN DOHIRNYA (TEKS MUTASABEHAT) DAN MENG'ITIQADKAN BAHWA DOHIRNYA ITU YANG DI MAKSUD DAN MENYATAKAN HAL ITU TIDAK MUSTAHIL BAGI ALLAH, INI ADALAH YANG dikatakan mujassimah (anthropomorphists) penyembah berhala, mereka fokus pada ayat- ayat ambigu...DST"

5-Al-Qurţubiyy dan Ibn Al-arabiyy BERKATA:


ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺘﻜﻔﻴﺮﻫﻢ,ﺇﺫ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﻭﺑﻴﻦ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻷﺻﻨﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﻮﺭ.

Demikian pula, Al-Qurtubīy dalam komentarnya DALAM TAFSIR Qur'an meriwayatkan KEPADA beliau, Syaikh Ibnu Al-'Arabīy mengenai orang-orang yang mengatakan ALlah BERUPA JISIM / FISIK: "KEPutusan PENDAPAT YANG SOHEH adalah mereka KAFIR,  karena tidak ada perbedaan  antara mereka dan orang-orang yang menyembah berhala dan gambar."  (Tafsiir Al-Qurţubiyy, 4 / 14).

KESIMPULAN: Mereka yang menyamakan Allah DENGAN ciptaan ada 2 jenis:
  1] Orang yang benar-benar percaya bahwa ta'ala Allahu adalah ADALAH bentuk atau gambaR FISIK, seperti yang di YAKINI oleh sekte MujassimaH, INI tidak di ragukan lagi, BAHWA MEREKA kafir.

2] Mereka yang berpegang pada makna literal dari Wajh, yaad, ain dll untuk Allah, dengan mengatakan seperti yang LAYAK untuk-Nya, tanpa meNYamakan DENGAN FISIK, seperti SEKTE YANG SEKARANG ADA YAITU SEKTE Wahabis, MAKA INI hanya Ahlul Bid'aH dan tidak KAFIR....

Kelompok YANG 1, Tuhan DALAM imajinasi mereka, seperti yang diperjelas oleh ulama besar Islam juga oleh Imam Hujjathul Islam Abu Hamid al-Ghazali. Ra, dalam KITABnya 'Iljamul Awam'.  "Dalam bentuk atau gambar Manusia,"  tidak hanya ITU, PERKATAAN Al- Ghazaaliy JUGA dalam IljaamuL AWAM-- adalah:

ﺃﻋﻨﻲ ﺑﺎﻟﺠﺴﻢ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻣﻘﺪﺍﺭ ﻟﻪ ﻃﻮﻝ ﻭﻋﺮﺽ ﻭﻋﻤﻖ

"YANG Saya maksud dengan tubuh ADALAH kuantitas yang memiliki panjang, lebar dan kedalaman"

Kemudian ia berkata:

ﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﺟﺴﻤﺎ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ ﺑﺈﺟﻤﺎﻉ ﺍﻷﻣﺔ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻣﻨﻬﻢ ﻭﺍﻟﺨﻠﻒ

"BARANG SIAPA menyembah JISIM, MAKA DIA adalah KAFIR MENURUT konsensus ULAMA, baik generasi SALAF ATAU PUN KHOLAF."  WALLAHU A'LAM.