Senin, 26 Februari 2018

WA MAKARU .. WA MAKARULLAH... WALLAHU KHAIRUL MAKIRIN...>>> ...... PENGKHIANATAN SULTHAN ABDUL AZIZ BIN ABDUL RAHMAN AL SAUD AL FAISAL...??? >>> Saya Sultan Abdul Aziz Bin Abdul Rahman Al Saud al-Faisal dan saya mengakui dan mengakui seribu kali untuk Sir Percy Cox, utusan Inggris, bahwa saya tidak keberatan untuk memberikan Palestina kepada Yahudi miskin atau bahkan untuk non-Yahudi , dan saya tidak akan pernah melanggar perintah mereka. >>> BENARKAH DOKUMEN ITU..??>> N UNTUK APA N SIAPA .DOKUMEN PALESTINA DIBUAT..?? N ATAS DASAR HUKUM APA DAN WEWENANG SIAPA SULTAN ABDUL AZIZ BIN ABDULRAHMAN AL SAUD AL FAISAL ... MMBERIKAN PALESTINA KEPADA YAHUDI..?? .... YAHUDI YG MANA..??? .... KOK SEJARAH ..... KONON.... ADA TERTULIS SEPERTI INI...???>> AWAS .. N WASPADA .... ?? >>> JELAS INI TDK SAH.. N PALESTINA BUKAN DALAM WEWENANG RAJA ARAB SAUDI.. UTK MMBERIKAN BUMI PALESTINA .. KPD SIAPPUN JG ......??? TERLEBIH KPD YAHUDI...??? .. UNTUK APA .. N KEPENTINGAN SIAPA ... SULTHAN ABD AZIZ... BEKERJA.. N MENGABDI ..??>> INI JELAS ANTEK PENJJH ... YG SANGAT BUSUK .. N KEJI.. LEPADA BANSA PALESTINA...??>> JELAAAASS .. PENGKHIANAT.. N MENJADI MUSUH BANGSA ARAB.. N RAKYAT TIMUR TENGAH ..SMWNYA...??>> WASPADA... N AWAS ??? >>> KLW BENER INI ADA DOKUMEN SEMACAM ITU..??>>> MK SAUDI HRS BERTANGGUNG JWB... ATAS ADANYA PENJJH ISRAEL DI BUMI PALESTINA ..???>> N HARUS SEGERA DI ENYAHKAN .. SELURUH PENJJH TSB DARI BUMI PALESTINA... >>> WASPADA.. N AWAS.. >>> ... Pernah suatu hari aku bilang kepadanya, “Kawin mut’ah itu boleh”. “Tidak!” sergahnya. Aku berkata, “Allah berfirman, “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (mut’ah) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban..” (an-Nisa 24)”. “Tetapi Umar yang mengharamkan mut’ah! Dengan mengatakan, “Dua mut’ah yang berlaku di masa Rasulullah, dan aku yang mengharamkan keduanya dan menghukum siapa yang melanggarnya”, katanya. Aku berkata, “Bukankah kau pernah bilang, “aku (Muhammad bin Abdul Wahab) lebih tahu dari Umar, lalu kenapa kau ikut Umar?. Dan jika Umar mengharamkan apa yang dihalalkan Rasul, mengapa kau tinggalkan pandangan al-Qur`an dan Rasul, dan kau ikuti pandangan Umar?”. Ia terdiam. Melihat ia diam bertanda puas dengan keteranganku, nampaknya bergejolak kebutuhan biologisnya (sementara ia belum punya istri). Aku bilang padanya, “Bukankah kita (aku dan kau) adalah orang bebas dan mengambil halalnya mut’ah dan kita bersenang-senang?” Ia mengangguk setuju, dan aku memanfaatkan sikap setujunya itu. Kemudian aku janjikan untuknya seorang wanita untuk dimut’ah olehnya. Keinginanku ialah membuyarkan rasa takutnya dari perselisihan antara ia dengan orang lain umumnya. Akhirnya ia memberi syarat bahwa ini rahasia antara aku dengannya dan tidak memberitahu namanya kepada perempuan yang akan dimut’ahinya. Maka aku langsung pergi ke tempat perempuan-perempuan Nasrani, yang mana mereka adalah antek-antek kementrian kami untuk merusak pemuda muslim. Aku dapatkan seorang wanita yang aku panggil dengan nama Shafiyah, dan telah aku ceritakan semuanya tentang pemuda ini. Dan pada waktu yang dijanjikan aku pergi bersama Muhammad, ke rumah Shafiyah yang saat itu sedang sendirian. Aku bacakan akad nikah mut’ah untuk Muhammad dalam waktu seminggu, dengan mahar sekian gram emas secara tunai. Aku senangkan hatinya dari luar sedangkan Shafiyah dari dalam. Setelah Shafiyah mengambil hatinya dan memberikan manisnya kemaksiatan yang dilakukan Muhammad terhadap syariat di bawah naungan pemikiran dan kemandirian pandangannya yang bebas. Tiga hari kemudian, aku berbincang-bincang panjang dengannya soal bahwa minuman khamar itu tidak haram. Aku perdaya dirinya dengan menyertakan dalil-dalil al-Qur`an dan hadis, dan pada akhirnya aku bilang padanya, “Dibenarkan bahwa Mu’awiyah dan Yazid serta khulafa Bani Umayyah dan Bani Abbas, mereka saling menawarkan khamar. Maka mungkinkah mereka itu berada dalam kesesatan dan kau sendiri dalam kebenaran? Sesungguhnya tidak syak lagi bahwa mereka itu lebih memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul, dan benarkah mereka tidak mengetahui hal yang haram sementara mereka memahami hal yang makruh dan dibenci? Sedangkan di kitab-kitab Yahudi dan Nasrani menunjukkan kehalalan khamar, masuk akalkah bila agama yang satu mengharamkan khamar sedangkan agama yang lain menghalalkannya? Sementara semua agama berasal dari sisi Tuhan Yang Maha esa! Kemudian disebutkan dalam riwayat bahwa Umar minum khamar sehingga turun ayat, “Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (al-Maidah 91). Bila khamar itu haram maka Rasul akan menghukumnya, tetapi ia tidak melakukannya maka ini menunjukkan kehalalannya. ...>>> LIHATLAH ANTARA LAIN JEBAKAN2 MR HEMPHER .. KPD MUHAMMAD BIN ABD WAHAB..?? ... >> PERDEBATAN FIQH YG TDK TUNTAS...?? >> N AKHIRNYA DIA DIJEBAK DG GODAAN SYAHWAT .. WANITA SOPHIAH... (MUNGKIN SAMARAN... KRN PEREMPUAN INGGRIS ITU.. ADALAH -SPY...??) ...???>>> AKHIRNYA TAKLUK DIBWH PERMAINN MR HEMPHER..???>> ... Pada kepulanganku nanti ke London, aku akan mengusulkan kepada kementrian agar menggaris letak kekuasaan atas aliran dua sungai ini, supaya Iraq menundukkan rakyat dengan sikap yang lunak. Dan apabila aliran air itu terputus maka penduduk akan tunduk dan mematuhi kepentingan-kepentingan kementrian. Dari Hullah aku berangkat ke Najaf dengan menyamar sebagai pedagang dari Azerbaejan dan aku bergabung dengan orang-orang ruhani, mengikuti acara-acara dan majlis-majlis ta’lim mereka. Aku begitu kagum dengan kesucian ruhani mereka, luasnya ilmu mereka dan kuatnya ketakwaan mereka. Tetapi aku dapati mereka yang tradisional dan tidak berfikir tentang pembaharuan urusan mereka. 1-Mereka sangat menentang terhadap pemerintahan di Turki (bukan karena mereka Syi’ah dan pemerintah itu Ahlus sunnah), tetapi karena tekanan pemerintah terhadap kebebasan mereka secara hebat, mereka tidak memikirkan tentang posisi pemerintah dan bagaimana agar bebas dari tekanan tersebut. 2-Sebagaimana aktifitas mereka terpaku pada ilmu agama, seperti para pendeta kami di masa yang jumud. Mereka tinggalkan ilmu dunia dan hanya sedikit yang tidak bermanfaat bagi mereka yang diambil. 3-Mereka tidak berfikir apa yang berlaku dan terjadi di sekitar mereka di dunia ini. Aku katakan pada diriku sendiri, “Rumah-rumah mereka dalam kelelapan sementara dunia dalam berjaga, dan suatu saat akan datang banjir yang menenggelamkan mereka. Dan aku berusaha berulang kali menggugah mereka untuk bangkit melawan khilafah (pemerintah), tetapi aku tidak menemukan kecenderungan mereka untuk itu. Sebagian mereka menghinaku seakan aku mengatakan pada mereka bahwa ‘aku akan menghancurkan dunia’. Mereka melihat bahwa khilafah (pemerintah mereka) adalah khilafah yang durhaka dan tidak mungkin mengatasinya kecuali dhuhurnya Wali al-Amr (Imam Mahdi). Wali al-Amr mereka adalah Imam yang ke dua belas dari dzurriyah Rasul, yang ghaib pada tahun 255 Hijriyah, yakni setelah 255 tahun Rasul mereka datang. Ia hidup sampai sekarang dan akan muncul ke dunia untuk menegakkan keadilan saat kezaliman merajalela.....>>> ..Kata-kata terakhir yang diucapkan sekretaris begini: “Para agen intelejen tinggi yang telah kita posisikan di Istambul adalah intel yang cerdas dan cekatan. Mereka melaksanakan planing kita secara tepat. Anda tahu apa yang mereke lakukan? Mereka melebur, menyatukan diri dengan masyarakat muslim yang membangun sekolah-sekolah untuk anak-anak mereka. Mereka juga membangun gereja. Mereka benar-benar sukses di dalam memasyarakatkan minuman keras, perjudian, kemesuman, dan membikin mereka menjadi kelompok-kelompok kecil melalui hasutan. Para intel tersebut menanamkan kebimbangan pada generasi muda Islam. Mereka membangkitkan khilafiyah yang memang sudah ada sebelumnya dan membakar mereka agar melawan pemerintah. Mereka menciptakan demonstrasi di mana-mana. Mereka merusak mentalitas pemegang administrasi dan para negarawan dengan menggunakan jebakan wanita yang diberi tugas merayu dan mengajak menikmati surga dunia. Dengan menggunakan pola kerja semacam ini, kekuatan utama ummat Islam hancur dan tentu akan meninggalkan ajaran agama yang selama ini mereka jadikan pedoman. Dan memecah belah persatuan mereka. Setelah hal itu berhasil, saatnya baru menggunakan kekuatan militer.”....>>> AWAS.. AWAS... SEKOLAH2 GEREJA.. N PERMAINN OPINI.. N ISSUE2.. TTG RAKYAT N UMAT N ANAK BANGSA NKRI...?? MENJADIKN KITA UMAT DI ADU2 .. N DITIPU.. DG KEDUSTAAN OLEH AGEN2 PENJAJAH ASENG ASING.. DG MMCH BELAH BANGSA N MENG-OBOK2 AGAMA N AJARAN ISLAM.. OLEH JARINGAN KOMPLOTAN .. ALA PKI-N ZIONIS.. N AGENT ASENG ASING.. YG RAKUS.. N JAHAT ... N MERAMPOG ASET NEGARA KITA..??>> WASPADA.. >>>> (1) Pemerintah Inggris menggunakan dua puluh satu langkah tersebut dalam program menghancurkan dua negara Islam yaitu Kesultanan India dan kekhilafahan Turki Utsmani. Mereka mendirikan aliran-aliran Islam seperti: Wahabi, Qodiyani, Tabligh Jamaat, dan Jamaatul Islamiyah di India. Kemudian dengan mudah mereka menginvasi India, menghancurkan administrasi secara keseluruhan, memenjarakan sultan dan menyembelih dua putranya. Barang-barang yang berharga serta harta benda lainnya yang telah berabad-abad menjadi hak rakyat India dijarah dan dikapalkan ke London. Mereka mengambil batu-batu permata seperti berlian, jamrud, merah delima dan hiasan dinding makam terkenal Taj mahal yang dibangun oleh Sultan Syah Jihan pada tahun 1041 Hijriyah (1631 M) di atas kuburan isterinya, Arjumen Beghum di Aghra, yang dilapisi dengan intan. Sebagaimana kata Allah, “Barang siapa berbuat makar terhadap Allah, maka Allah juga berbuat makar kepada mereka”. Balasan muncul ketika Perang Dunia ke dua pecah. Karena takut diinvasi Jerman, para pastur, pejabat negara dan sejumlah orang serta harta benda yang cukup banyak dikapalkan. Dalam perjalanan menuju Amerika, ranjau diluncurkan dari kapal perang Jerman, Graf Von Spee dan dua kapal penyergap sejenis. Serangan itu mampu menenggelamkan kapal mereka. Keseluruhan awak kapal dan penumpang serta harta benda yang mereka angkut tenggelam masuk ke dasar lautan Atlantik. Setelah Perang Dunia kedua berakhir, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan deklarasi Hak Asasi Manusia (The Human Rights Declaration) yang menolak adanya penjajahan di seluruh dunia. Deklarasi tersebut dikeluarkan di New York. Pemerintah Inggris kehilangan sumber utama pemasukan negara yang sudah mereka nikmati selama berabad-abad. Akhirnya, mereka mencopot gelar Great Britain ......>>>> ..Saya tinggal bersama Muhammad Annajd selama dua tahun. Kami membuat suatu program untuk meluncurkan gagasannya. Akhirnya, saya mengumumkan deklarasi aliran yang baru dalam dunia Islam pada tahun 1143 Hijriyah (1730 Masehi). Dengan jalan mengumpulkan penduduk di sekitar lingkungan dia sendiri. Dia mulai mendapat pendukung untuk menyebarkan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi terhadap orang-orang yang akrab dan dekat dengan dia. Hari demi hari, cakupan dakwahnya semakin luas. Untuk memastikan agar dakwahnya bisa berjalan lancar, saya membentuk suatu badan yang bertugas sebagai Body guard untuk melindungi dia dari tindakan orang-orang yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan Muhammad Annajd. Saya memberikan berapa saja uang yang mereka minta. Kapan saja ada musuh yang ingin menyerang perjalanan aktivitas Muhammad Annajd, saya selalu memberi semangat dan membesarkan hati para body guard tersebut. Seiring dengan dakwahnya yang semakin menyebar dan meluas, jumlah lawan-lawannya semakin bertambah. Kadang-kadang dia ingin menghentikan ajakannya, dakwahnya, khususnya ketika membanjirnya serangan dan intimidasi yang diarahkan ke padanya. Saya tidak tidak pernah meninggalkan dia sendirian, sebaliknya selalu memberi dorongan moral kepadanya. Saya memberi sedia semangat dia dengan mengatakan, “Nabi Muhammad jauh banyak mengalami penderitaan dari pada apa yang sejauh ini anda rasakan. Anda tahu, inilah jalan menuju kemenangan. Sebagaimana tokoh revolusioner lainnya, Anda tentu harus mengalami banyak kesulitan!”...>> ........ AYAH NYA MUHAMMAD MUHAMMAD BIN ABDIL WAHAB ... YI SYEIKH ABDUL WAHAB ADALAH SUNI YG BAIK.. N JG GURU2 NYA ??? ..... Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. ...>>> ... Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama’ besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat: “Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin......>> ...Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115).....>>> WASPADA ... AWAS....>> ...“Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, ?Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala....>>> ... Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari. Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid?ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.....>>>

  1. Memoirs of Mr. Hempher, The British Spy to the Middle East

    From Wikipedia, the free encyclopedia
    https://en.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of_Mr._Hempher,_The_British_Spy_to_the_Middle_East
     

    Confessions of a British Spy and British Enmity Against Islam
    Author Ayyub Sabri Pasha(?)
    Country Ottoman Empire
    Language Turkish
    Subject Anglophobia
    Anti-Wahhabi
    Genre Propaganda
    Publisher Waqf Ikhlas Publications
    Publication date
    1868
    Published in English
    2001

    Memoirs of Mr. Hempher, The British Spy to the Middle East or Confessions of a British Spy is a document purporting to be the account by an 18th-century British agent, Hempher, of his instrumental role in founding the conservative Islamic reform movement of Wahhabism, as part of a conspiracy to corrupt Islam. It first appeared in 1888, in Turkish, in the five-volume Mir'at al-Haramayn of Ayyub Sabri Pasha (who is thought to be the actual author by at least one scholar).[1] It has been described as "apocryphal",[2] a "forgery", "utter nonsense",[3] and "an Anglophobic variation on The Protocols of the Elders of Zion".[2] It has been widely translated and disseminated, is available on the internet,[3][4][5][6] and still enjoys some currency among some individuals in the Middle East and beyond. In 2002, an Iraqi military intelligence officer, in a "top secret document", made many of the same assertions regarding Wahhabism as are found in the book.[1][7]

    Contents

    Content

    In the book, a British spy named Hempher, working in the early 1700s, tells of disguising himself as a Muslim and infiltrating the Ottoman Empire with the goal of weakening it to destroy Islam once and for all. He tells his readers: "when the unity of Muslims is broken and the common sympathy among them is impaired, their forces will be dissolved and thus we shall easily destroy them... We, the English people, have to make mischief and arouse schism in all our colonies in order that we may live in welfare and luxury."[4]
    Hempher intends ultimately to weaken Muslim morals by promoting "alcohol and fornication," but his first step is to promote innovation and disorder in Islam by creating Wahhabism, which is to gain credibility by being on the surface morally strict. For this purpose, he enlists "a gullible, hotheaded young Iraqi in Basra named Muhammad ibn Abd al-Wahhab".[3] Hempher corrupts and flatters Wahhab until the man is willing to found his own sect. According to Hempher, he is one of 5,000 British agents with the assignment of weakening Muslims, which the British government plans to increase to 100,000 by the end of the 18th century. Hempher writes, "when we reach this number we shall have brought all Muslims under our sway" and Islam will be rendered "into a miserable state from which it will never recover again."[4]

    Analysis

    George Packer has characterised Hempher's Memoirs as "probably the labor of a Sunni Muslim author whose intent is to present Muslims as both too holy and too weak to organize anything as destructive as Wahhabism".[8] Bernard Haykel of Harvard's Olin Institute for Strategic Studies describes the document as an anti-Wahhabi forgery, "probably fabricated by one Ayyub Sabri Pasha".[1] Sabri Pasha, an Ottoman writer, studied at the naval academy and earned the rank of naval officer, serving for a time in the Hijaz and Yemen. He wrote historical works on the Saudi dynasty and died in 1890. In The Beginning and Spread of Wahhabism, Ayyub Sabri Pasha recounts the story of Abdul Wahhab's association with Hempher the British spy, and their plot to create a new religion.[9]

    Impact

    An example of a contemporary reference to the book or at least to the theory that Wahhabism is a British conspiracy, is Ayatollah Hussein-Ali Montazeri's 1987 denunciation of Wahhabis as "a bunch of British agents from Najd."[10]

    See also

    References


  2. Anti-Wahhabism: a footnote, Middle East Strategy at Harvard, Bernard Haykel, March 27, 2008
  3. Caught in the Crossfire by George Packer, The New Yorker, 17 May 2004
  4. The Saga of "Hempher," Purported British Spy by Daniel Pipes, January 1996
  5. CONFESSIONS of A BRITISH SPY and British Enmity Against Islam Archived 9 May 2015 at the Wayback Machine. 8th edition, HAKIKAT KITABEVI, WAQF IKHLĂ‚S
  6. "Confessions of a British spy and British enmity against Islam, (part1-4)". sunna.info. Retrieved 20 August 2014.
  7. "Continuation of the Memoirs Of Mr. Hempher, The British Spy To The Middle East (part 5-7)". sunna.info. Retrieved 20 August 2014.
  8. Correspondence dated 24 Sep 2002, within the General Military Intelligence Directorate (GMID), regarding a research study titled, "The Emergence of AI-Wahhabiyyah Movement and its Historical Roots", by Col Al-'Amiri, Sa'id Mahmud Najm, Iraqi General Military Intelligence Directorate. Captured by USA, May 2003, and translated into English.
  9. Packer, George (2004-05-17). "Caught in the Crossfire: Will moderate Iraqis embrace democracy-or Islamist radicalism?". The New Yorker. New York. ISSN 0028-792X. Retrieved 2014-09-26. Confessions of a British Spy reads like an Anglophobic variation on The Protocols of the Elders of Zion; it is probably the labor of a Sunni Muslim author whose intent is to present Muslims as both too holy and too weak to organize anything as destructive as Wahhabism [...].
  10. » The Beginning and Spread of Wahhabism www.sufi.it Martin S. Kramer, "Islam's Enduring Feud" in Itamar Rabinovich and Hai Shaken, eds., Middle East Contemporary Survey: 1987 (Boulder Westview Press, 1989) 174
  11. Humphrey’s ‘Memoirs’ 
    https://answers.yahoo.com/question/index;_ylt=AwrTHRKhxJRaZmEAUQdXNyoA;_ylu=X3oDMTByYnR1Zmd1BGNvbG8DZ3ExBHBvcwMyBHZ0aWQDBHNlYwNzcg--?qid=20080824124330AAQLzks&p=who%20is%20who%20mr%20hempher

    This book 30 was translated into Urdu in India and it was claimed by its publishers that Humphrey was an English spy whose duty was to spy on the Ottoman caliphate in the 18 th Century. He went through training in adopting an Islamic identity and learning Arabic, and then travelled to Basra where he met Sheikh Muhammad bin Abdul Wahhab, and a strong friendship developed between the two. The Publishers claim that these memoirs remained hidden until they fell into the hands of the Germans during World War II, who published it as a way of slandering the British government. It was translated into French, Arabic and Urdu. A perusal of this book makes it abundantly clear that it is an imaginary fictional narrative, coined deliberately to discredit Sheikh ibn Abdul Wahhab and his followers by the British. Our evidence to prove the book is a concoction is twofold: historical evidence from its contents, and our fruitless search to find the original English version.

    1. We began with a trip to the British Library’s Rare Books Section, which contains books printed prior to 1975. There were 72 entries under Humphrey, but none related to our subject. We found one entry under Humphrey’s Memoirs (printed 1734), but these were the memoirs of the Duke of Gloucester who recorded his relations with the ruling family of the time.

    The publishers of the offending book had also given a number of alternative titles such as ‘Colonisation Ideal’ and ‘The English spy in Islamic countries’. Needless to say we found no such book, and neither did our search under ‘spy’ reveal anything useful. The advent of computers has made access to rare and remote books very easy, and we have been forced to conclude after an intensive search that no such book exists and that we have a fabricated translation published by the enemies of the Sheikh ibn Abdul Wahhab.

    2. Humphrey claims he travelled to Istanbul in 1710 at the age of 20. He returned to London and then travelled to Basrah in 1712 after a long sea journey lasting six months. This claim is irrational as sea travel between England and Gulf was not that long. He also claims to have met Shaikh At Taee, one of the Sheikhs of Basrah. He then met a carpenter of Iranian origins called Abdul Riza with whom he began working, and there he met a. young man who spoke Turkish, Persian and Arabic. He wore the garb of students and was known as Muhammad bin Abdul Wahhab. [31] The claim of this acquaintance is clearly false. Sheikh ibn Abdul Wahhab was born in 1703, attaining majority at the age of twelve when his father arranged his marriage. After travelling to the Hijaz for the Hajj, he returned to Najd and stayed with his father to study. He did not travel to seek knowledge until 1722 when he travelled to Makkah, Madina and Basrah. There is thus no possibility of the Sheikh and the fictional Humphrey meeting in Basrah as the dates do not correspond. And all the scholars who have researched the biography of the Sheikh have rejected claims that the Sheikh travelled to Turkey and Persia. [32]

    3. The book claims that the Sheikh expressed a desire to travel to Istanbul, but was advised against it by Humphrey for fear of persecution from the Ottomans. He advised the Sheikh to travel to Isfahan instead, and the Sheikh did so. This too is a lie. Syyed Abdul Haleem al Jundi quotes in

    ‘Al Imam Muhammad ibn Abdul Wahhab ‘ the victory of the Salafi method’, ‘I discussed this with Sheikh ibn Baz, who denied the journey to Kurdistan and Iran. Sheikh Ibn Baz told me he took this information from his Sheikhs, including the grandchildren of Sheikh Ibn Abdul Wahhab, and especially his own Sheikh, Muhammad ibn Ibrahim’. [33]

    4. Humphrey claims that the Sheikh declared his da’wah in 1143 AH. This is the only time he uses the hijrah calendar in his book. It also reveals his ignorance of historical facts, as the Sheikh returned to Huraymilah three years before the death of his father in 1153, and declared his da’wah after the death of his father.

    5. There is yet more evidence that Humphrey was devoid of historical knowledge. Humphrey travelled to Istanbul in 1710, giving the ostensible reason that the British Empire was assigning great importance to its established colonies. The Empire was so vast it was said that the sun did not set within its boundaries. Although the British Isles were themselves relatively small, the extended territories including India, China and the Middle East were extensive and required careful governance. The Ministry for Colonies decided to recruit spies to gather information from the territories, and so Humphrey became involved. 34 It is historically inaccurate to place these events at the beginning of the 18 th Century. India at the time was not a colony; the East India Company began trading in the 17 th Century but had no political hold until.

    1757 when Bengal was captured. It began expanding until the rule of the Company was transferred to direct rule from England in 1857. Therefore, there was no Indian colony in 1710. There was also no British colonial involvement in China at the time; Hong Kong did not fall to the British until the Treaty of 1898.

    It is therefore clear that the inventor of the Memoirs has let his imagination run riot and abandon historical accuracy. He has set his story at the end of the 19 th Century in the heyday of the British Empire, when the sun truly did not set on its colonies. But in doing so, he has exposed himself to be a writer of fiction, not fact.

    6. The author attributes many actions and words to the Sheikh which are at clear odds with the beliefs, teachings and distinctly Islamic character of the Sheikh. There is no need to discuss these filthy slanders in any detail, as the authenticity of the facts in the book has been proven to be false.

    7. In order to lend credibility to his ‘memoirs’, the author sprinkles the novel with stories of plots by the British government to disunite the Muslims; to create ideological and religious upheaval among them; to spread evil among their men and women; to distance them from Arabic, the language of the Qur’an; to encourage the use of national and social languages; to establish missionary schools; and to weaken the position of the Muslims politically and economically.

    I have attempted to prove the fabrication of this book through its historical inaccuracy and doubtful authorship, as I believe that no one else has done so yet. In fact, a book as insignificant as this does not deserve even a second glance, let alone a serious critical study. But from a sense of duty and Amanah, I decided to shed light on the lies contained within it. And Allah knows best the intentions.


    Source(s): http://almuttaqoon.com/index.php?showtop...

    Memoirs of Mr. Hempher: Confessions of a British spy 
    Memoirs of Mr. Hempher: Confessions of a British spy

    An early 18th century British spy in the Ottoman lands revealed covert operations designed to spread separatism across the Muslim world. 

    http://www.worldbulletin.net/personage/127761/memoirs-of-mr-hempher-confessions-of-a-british-spy

    Ismail Cal / World Bulletin / History

    The Memoirs of Mr. Hempher was an autobiographical account of a British spy who had infiltrated the Ottoman Empire in the early 1700s. In the document, Hempher confesses to a number of plans to destroy the Ottoman Empire by promoting separatism in the Middle-East and thus leave the Muslim world in tatters.
    Hempher was a British spy who had been specially raised and sent to the Ottoman Empire. After receiving an in-depth education in Islam and the Turkish language in Britain, he was sent on his first mission in Istanbul.
    On arrival, after portraying himself as a lonely westerner who had converted to Islam, he came under the tutelage of a scholar known as Sheikh Ahmed. Under his tutelage, he learned Arabic and the Islamic sciences, as well as further enhancing his Turkish.
    Hempher later returned to Britain to be briefed by the British Imperial Ministry. He was then sent on a new mission to Basra, Iraq to study, stir and even provoke new separatist tendencies in the Muslim world. In a place where both Sunni and Shiite Muslims coexist, Basra was the ideal location for this mission.
    According to Hempher, nine other agents like himself were operating in the Ottoman lands. One of these agents went missing in Yemen, while another went missing in Russia. The agent in Egypt abandoned his mission after actually converting to Islam, whereas another agent died while on duty.
    In his memoirs, Hempher details the weak points of the Muslim world, and along with exposing tensions between Sunnis and Shiites, he also explained the formation of a new movement which later became known as Wahhabism.
    One of the most important confessions of Hempher was that the British Imperial Ministry was following political developments in the Muslim world so closely that they had even established a unit to predict new trends.
    The most shocking roles that this unit fulfilled was appointing individuals to operate as copycat covers of the Ottoman sultan and Sheikh-ul-Islam (Grand Mufti), as well as the Safavid ruler, grand vezir and the Shiite spiritual leaders. According to Hempher’s account, these individuals were specially trained the disguised to represent these personalities. Together with their advisers and scribes, they would collect information on their assigned districts.
    In his memoirs, Hempher stated that these units were able to correctly predict the trends and reflexes in the Muslim world seventy-five percent of the time.
    While in the city of Najaf, Hempher posed as a student of knowledge. In one particular instance, he recalled encountering one of these copycat spies, who was posing as a Shiite religious scholar, but at that time Hempher was not aware that the scholar was actually a spy like himself.
    Hempher asked the fake scholar if it was permissible to rebel against a Sunni regime. The scholar replied saying that it was not justified to rebel against a government just because it was Sunni, that all Muslims were brothers and that it would only ever be permissible if the Sunni establishment was subjecting the Muslims to oppression and cruelty within the boundaries of ordaining the good and forbidding the evil.
    Hempher was stunned when he found out that the fake scholar was actually a spy, as he himself was so convinced that he was actually speaking with a Shiite scholar. At the same time he felt proud of the other spy for pulling off such a great act.
    Despite all of this, Hempher still could not contain admitting his admiration for the Qur’an and the Prophet Muhammad (peace be upon him) at certain points in his memoirs.
     

    Peringatan Nabi SAW Tentang Munculnya Wahabi

    https://salafytobat.wordpress.com/2008/06/16/peringatan-nabi-saw-tentang-munculnya-wahabi/

    Peringatan Nabi SAW Tentang Munculnya Wahabi

    Ditulis oleh administrator www di/pada Oktober 22, 2007

    Hadits-hadits yang memberitakan akan datangnya Faham Wahabi.

    Sungguh Nabi s a w telah memberitakan tentang golongan Khawarij ini dalam beberapa hadits beliau, maka hadits-hadits seperti itu adalah merupakan tanda kenabian beliau s a w, karena termasuk memberitakan sesuatu yang masih ghaib (belum terjadi). Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan sebagian yang lain terdapat dalam selain kedua kitab tsb. Hadits-hadits itu antara lain:

    1. Fitnah itu datangnya dari sini, fitnah itu datangnya dari arah sini, sambil menunjuk ke arah timur (Najed-pen ).

    2. Akan muncul segolongan manusia dari arah timur, mereka membaca Al Qur’an tetapi tidak bisa membersihkannya, mereka keluar dari agamanya seperti anak panah yang keluar dari busurnya dan mereka tidak akan kembali ke agama hingga anak panah itu bisa kembali ketempatnya (busurnya), tanda-tanda mereka bercukur kepala (plontos – pen).

    3. Akan ada dalam ummatku perselisihan dan perpecahan kaum yang indah perkataannya namun jelek perbuatannya. Mereka membaca Al Qur’an, tetapi keimanan mereka tidak sampai mengobatinya, mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya, yang tidak akan kembali seperti tidak kembalinya anak panah ketempatnya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk, maka berbahagialah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka menyeru kepada kitab Allah, tetapi sedikitpun ajaran Allah tidak terdapat pada diri mereka. Orang yang membunuh mereka adalah lebih utama menurut Allah. Tanda-tanda mereka adalah bercukur kepala (plontos – pen).

    4. Di Akhir zaman nanti akan keluar segolongan kaum yang pandai bicara tetapi bodoh tingkah lakunya, mereka berbicara dengan sabda Rasulullah dan membaca Al Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka, meraka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, maka apabila kamu bertemu dengan mereka bunuhlah, karena membunuh mereka adalah mendapat pahala disisi Allah pada hari kiamat.

    5. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai mengobati mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur kepala (plontos – pen).

    6. Kepala kafir itu seperti (orang yang datang dari) arah timur, sedang kemegahan dan kesombongan (nya) adalah (seperti kemegahan dan kesombongan orang-orang yang) ahli dalam (menunggang) kuda dan onta.

    7. Dari arah sini inilah datangnya fitnah, sambil mengisyaratkan ke arah timur (Najed – pen).

    8. Hati menjadi kasar, air bah akan muncul disebelah timur dan keimanan di lingkungan penduduk Hijaz (pada saat itu penduduk Hijaz terutama kaum muslimin Makkah dan Madinah adalah orang-orang yang paling gigih melawan Wahabi dari sebelah timur / Najed – pen).

    9. (Nabi s a w berdo’a) Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau s a w bersabda: Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta disana pula akan muncul tanduk syaitan.

    10. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai membersihkan mereka. Ketika putus dalam satu kurun, maka muncul lagi dalam kurun yang lain, hingga adalah mereka yang terakhir bersama-sama dengan dajjal.

    Dalam hadits-hadits tsb dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur kepala (plontos – pen). Dan ini adalah merupakan nash atau perkataan yang jelas ditujukan kepada kaum khawarijin yang datang dari arah timur, yakni para penganut Ibnu Abdil Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya bercukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikut kepadanya tidaklah dibolehkan berpaling dari majelisnya sebelum melakukan perintah tsb (bercukur – plontos). Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya dari aliran-aliran SESAT lainnya. Oleh sebab itu, hadits-hadits tsb jelas ditujukan kepada mereka, sebagaimana apa yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal, seorang mufti di Zubaid. Beliau r a berkata: “Tidak usah seseorang menulis suatu buku untuk menolak Ibnu Abdil Wahhab, akan tetapi sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah s a w itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidaklah pernah berbuat demikian selain mereka.”

    Muhammad bin Abdul Wahhab (pendiri Wahabisme – pen) sungguh pernah juga memerintah kaum wanitanya untuk bercukur (gundul – pen). Pada suatu saat ada seorang wanita masuk agamanya dan memperbarui Islamnya sesuai dengan doktrin yang dia masukkan, lalu dia memerintahkan wanita itu bercukur kepala (gundul pacul – pen). Kemudian wanita itu menjawab: “anda memerintahkan kaum lelaki bercukur kepala, seandainya anda memerintahkan mereka bercukur jenggot mereka maka boleh anda memerintahkan kaum wanita mencukur rambut kepalanya, karena rambut kaum wanita adalah kedudukannya sama dengan jenggot kaum lelaki”.Maka dia kebingungan dan tidak bisa berkata apa-apa terhadap wanita itu. Lalu kenapa dia melakukan hal itu, tiada lain adalah untuk membenarkan sabda Nabi s a w atas dirinya dan para pengikutnya, yang dijelaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul/plontos). Jadi apa yang dia lalukan itu semata-mata membuktikan kalau Nabi s a w itu benar dalam segala apa yang disabdakan.

    Adapun mengenai sabda Nabi s a w yang mengisyaratkan bahwa akan ada dari arah timur (Najed – pen) keguncangan dan dua tanduk syaithon, maka sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk syaithon itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahhab.Sebagian ahli sejarah menyebutkan peperangan BANI HANIFAH, mengatakan: Di akhir zaman nanti akan keluar di negeri Musailamah seorang lelaki yang menyerukan agama selain agama Islam.

    Ada beberapa hadits yang didalamnya menyebutkan akan timbulnya fitnah, diantaranya adalah:

    1. Darinya (negeri Musailamah dan Muhammad bin Abdul Wahhab) fitnah yang besar yang ada dalam ummatku, tidak satupun dari rumah orang Arab yang tertinggal kecuali dimasukinya, peperangan bagaikan dalam api hingga sampai keseluruh Arab, sedang memeranginya dengan lisan adalah lebih sangat (bermanfaat – pen) daripada menjatuhkan pedang.

    2. Akan ada fitnah yang menulikan, membisukan dan membutakan, yakni membutakan penglihatan manusia didalamnya sehingga mereka tidak melihat jalan keluar, dan menulikan dari pendengaran perkara hak, barang siapa meminta dimuliakan kepadanya maka akan dimuliakan.

    3. Akan lahir syaithon dari Najed, Jazirah Arab akan goncang lantaran fitnahnya.Al-Allamah Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub As-Sayyid Abdullah Al-Haddad Ba’Alawi didalam kitabnya :”Jalaa’uzh zhalaam fir rarrdil Ladzii adhallal ‘awaam” sebuah kitab yang agung didalam menolak faham wahabi, beliau r a menyebutkan didalam kitabnya sejumlah hadits, diantaranya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib r a sbb :“Akan keluar di abad kedua belas nanti dilembah BANI HANIFAH seorang lelaki, tingkahnya seperti pemberontak, senantiasa menjilat (kepada penguasa Sa’ud – pen) dan menjatuhkan dalam kesusahan, pada zaman dia hidup banyak kacau balau, menghalalkan harta manusia, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah manusia, dibunuhnya manusia untuk kesombongan, dan ini adalah fitnah, didalamnya orang-orang yang hina dan rendah menjadi mulia (yaitu para petualang & penyamun digurun pasir – pen), hawa nafsu mereka saling berlomba tak ubahnya seperti berlombanya anjing dengan pemiliknya”. Kemudian didalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahhab dari Tamim. Oleh sebab itu hadits tersebut mengandung suatu pengertian bahwa Ibnu Abdul Wahhab adalah orang yang datang dari ujung Tamim, dialah yang diterangkan hadits Nabi s a w yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri r a bahwa Nabi s a w bersabda :“Sesungguhnya diujung negeri ini ada kelompok kaum yang membaca Al Qur’an, namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka membunuh pemeluk Islam dan mengundang berhala-berhala (Amerika, Inggeris dan kaum Zionis baik untuk penggalian berhala purbakala atau untuk kepentingan yang lain – pen), seandainya aku menjumpai mereka tentulah aku akan membunuh mereka seperti dibunuhnya kaum ‘Ad.Dan ternyata kaum Khawarij ini telah membunuh kaum muslimin dan mengundang ahli berhala (Amerika, Zionis dan sekutunya – pen). Ketika Imam Ali bin Abi Thalib kw ditebas oleh kaum khawarij, ada seorang lelaki berkata: “Segala Puji bagi Allah yang telah melahirkan mereka dan menghindarkan kita dari mereka”. Kemudian Imam Ali berkata: “Jangan begitu, demi Tuhan yang diriku berada didalam Kekuasaan-Nya, sungguh diantara mereka ada seorang yang dalam tulang rusuknya para lelaki yang tidak dikandung oleh perempuan, dan yang terakhir diantara mereka adalah bersama dajjal”.

    Ada hadits yang diriwayatkan oleh Abubakar didalamnya disebutkan BANI HANIFAH, kaum Musailamah Al-Kadzdzab, Beliau s a w berkata: “Sesungguhnya lembah pegunungan mereka senantiasa menjadi lembah fitnah hingga akhir masa dan senantiasa terdapat fitnah dari para pembohong mereka sampai hari kiamat”.Dalam riwayat lain disebutkan: “Celaka-lah Yamamah, celaka karena tidak ada pemisah baginya”

    Di dalam kitab Misykatul Mashabih terdapat suatu hadits berbunyi sbb: “Di akhir zaman nanti akan ada suatu kaum yang akan membicarakan kamu tentang apa-apa yang belum pernah kamu mendengarnya, begitu juga (belum pernah) bapak-bapakmu (mendengarnya), maka berhati-hatilah jangan sampai menyesatkan dan memfitnahmu”.Allah SWT telah menurunkan ayat Al Qur’an berkaitan dengan BANI TAMIM sbb:“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti”. (QS. 49 Al-Hujurat: 4).

    Juga Allah SWT menurunkan ayat yang khitabnya ditujukan kepada mereka sbb: “Jangan kamu semua mengangkat suaramu diatas suara Nabi”. (QS. 49 Al-Hujurat 2)Sayyid Alwi Al-Haddad mengatakan: “Sebenarnya ayat yang diturunkan dalam kasus BANI HANIFAH dan mencela BANI TAMIM dan WA”IL itu banyak sekali, akan tetapi cukuplah sebagai bukti buat anda bahwa kebanyakan orang-orang Khawarij itu dari mereka, demikian pula Muhammad bin Abdul Wahhab dan tokoh pemecah belah ummat, Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud (pendiri kerajaan Saudi Arabia – pen) adalah dari mereka”.

    Diriwayatkan bahwa Nabi s a w bersabda: “Pada permulaan kerasulanku aku senantiasa menampakkan diriku dihadapan kabilah-kabilah pada setiap musim dan tidak seorangpun yang menjawab dengan jawaban yang lebih buruk dan lebih jelek daripada penolakan BANI HANIFAH”. Sayyid Alwi Al-Haddad mengatakan: “Ketika aku sampai di Tha’if untuk ziarah ke Abdullah Ibnu Abbas r a, aku bertemu dengan Al-Allamah Syeikh Thahir Asy-Syafi’i, dia memberi tahukan kepadaku bahwa dia telah menulis kitab guna menolak faham wahabi ini dengan judul: “AL-INTISHARU LIL AULIYA’IL ABRAR”. Dia berkata kepadaku: “Mudah-mudahan lantaran kitab ini Allah memberi mafa’at terhadap orang-orang yang hatinya belum kemasukan bid’ah yang datang dari Najed (faham Wahabi), adapun orang yang hatinya sudah kemasukan maka tak dapat diharap lagi kebahagiannya, karena ada sebuah hadits riwayat Bukhari: ‘Mereka keluar dari agama dan tak akan kembali’. Sedang yang dinukil sebagian ulama yang isinya mengatakan bahwa dia (Muhammad bin Abdul Wahhab) adalah semata-mata meluruskan perbuatan orang-orang Najed, berupa anjuran terhadap orang-orang Baduy untuk menunaikan sholat jama’ah, meninggalkan perkara-perkara keji dan merampok ditengah jalan, serta menyeru kemurnian tauhid, itu semua adalah tidak benar”.

    Memang nampaknya dari luar dia telah meluruskan perbuatan manusia, namun kalau ditengok kekejian-kekejiannya dan kemungkaran-kemungkaran yang dilakukannya berupa:

    1. Mengkafirkan ummat muslimin sebelumnya selama 600 tahun lebih (yakni 600 tahun sebelum masa Ibnu Taimiyah dan sampai masa Wahabi, jadi sepanjang 12 abad lebih- pen).

    2. Membakar kitab-kitab yang relatif amat banyak (termasuk Ihya’ karya Al-Ghazali)

    3. Membunuh para ulama, orang-orang tertentu & masyarakat umum.

    4. Menghalalkan darah dan harta mereka (karena dianggap kafir – pen)

    5. Melahirkan jisim bagi Dzat Allah SWT.

    6. Mengurangi keagungan Nabi Muhammad s a w, para Nabi & Rasul a s serta para Wali r a

    7. Membongkar makam mereka dan menjadikan sebagai tempat membuang kotoran (toilet).

    8. Melarang orang membaca kitab “DALAA’ILUL KHAIRAT”, kitab Ratib dan dzikir-dzikir, kitab-kitab maulid Dziba’.

    9. Melarang membaca Shalawat Nabi s a w diatas menara-menara setelah melakukan adzan, bahkan telah membunuh siapa yang telah melakukannya.

    10. Menyuap orang-orang bodoh dengan doktrin pengakuan dirinya sebagai nabi dan memberi pengertian kepada mereka tentang kenabian dirinya dengan tutur kata yang manis.

    11. Melarang orang-orang berdo’a setelah selesai menunaikan sholat.

    12. Membagi zakat menurut kemauan hawa nafsunya sendiri.

    13. Dia mempunyai i’tikad bahwa Islam itu sempit.

    14. Semua makhluk adalah syirik.

    15. Dalam setiap khutbah dia berkata bahwa bertawasul dengan para Nabi, Malaikat dan para Wali adalah kufur.

    16. Dia mengkafirkan orang yang mengucapkan lafadz: “maulana atau sayyidina” terhadap seseorang tanpa memperhatikan firman Allah yang berbunyi: “Wasayyidan” dan sabda Nabi s a w kepada kaum Anshar: “Quumuu li sayyidikum”, kata sayyid didalam hadits ini adalah shahabat Sa’ad bin Mu’adz.

    17. Dia juga melarang orang ziarah ke makam Nabi s a w dan menganggap Nabi s a w itu seperti orang mati lainnya.

    18. Mengingkari ilmu Nahwu, lughat dan fiqih, bahkan melarang orang untuk mempelajarinya karena ilmu-ilmu tsb dianggap bid’ah.
    Dari ucapan dan perbuatan-perbuatannya itu jelas bagi kita untuk menyakini bahwa dia telah keluar dari kaidah-kaidah Islamiyah, karena dia telah menghalalkan harta kaum muslimin yang sudah menjadi ijma’ para ulama salafushsholeh tentang keharamannya atas dasar apa yang telah diketahui dari agama, mengurangi keagungan para Nabi dan Rasul, para wali dan orang-orang sholeh, dimana menurut ijma’ ulama’ keempat mazhab Ahlissunnah wal jama’ah / mazhab Salafushsholeh (yang asli – pen) bahwa mengurangi keagungan seperti itu dengan sengaja adalah kufur, demikian kata sayyid Alwi Al-Haddad”.

    Dia berusia 95 tahun ketika mati dengan mempunyai beberapa orang anak yaitu Abdullah, Hasan, Husain dan Ali mereka disebut dengan AULADUSY SYEIKH atau PUTRA-PUTRA MAHA GURU AGUNG (menurut terminologi yang mereka punyai ini adalah bentuk pengkultusan-individu, mengurangi kemuliaan para Nabi dan Rasul tapi memuliakan dirinya sendiri – dimana kejujurannya? – pen). Mereka ini mempunyai anak cucu yang banyak dan kesemuanya itu dinamakan AULADUSY SYEIKH sampai sekarang.

    Catatan: Kalau melihat 18 point doktrin Wahabi diatas maka jelaslah bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang preman dan petualang akidah serta sama sekali tidak dapat digolongkan bermazhab Ahlissunnah Wal Jama’ah atau mazhab Salafush-Sholeh.

    Ada lagi doktrin yang tidak disebutkan oleh penulis diatas yaitu:

    1. Melarang penggunaan alat pengeras untuk adzan atau dakwa atau apapun.
    2. Melarang penggunaan telpon.
    3. Melarang mendengarkan radio dan TV
    4. Melarang melagukan adzan.
    5. Melarang melagukan / membaca qasidah
    6. Melarang melagukan Al Qur’an seperti para qori’ dan qari’ah yakni yang seperti dilagukan oleh para fuqoha
    7. Melarang pembacaan Burdah karya imam Busiri rahimahullah
    8. Melarang mengaji “sifat 20″ sebagai yang tertulis dalam kitab Kifatayul Awam, Matan Jauharatut Tauhid, Sanusi dan kitab-kitab Tauhid Asy’ari / kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jama’ah, karena tauhid kaum Wahabi berkisar Tauhid “Rububiyah & uluhiyah” saja.
    9. Imam Masjidil Haram hanya seorang yang ditunjuk oleh institusi kaum Wahabi saja, sedang sebelum Wahabi datang imam masjidil Haram ada 4 yaitu terdiri dari ke 4 madzhab Ahlussunnah yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Inilah, apakah benar kaum Wahabi sebagai madzhab Ahlissunnah yang melarang madzhab Ahlussunnah?. Tepatnya, Wahabi adalah: “MADZHAB YANG MENGHARAMKAN MADZHAB”.
    10. Melarang perayaan Maulid Nabi pada setiap bulan Rabiul Awal.
    11. Melarang perayaan Isra’ Mi’raj yang biasa dilaksanakan setiap malam 27 Rajab, jadi peraktis tidak ada hari-hari besar Islam, jadi agama apa ini kok kering banget?
    12. Semua tarekat sufi dilarang tanpa kecuali.
    13. Membaca dzikir “La Ilaaha Illallah” bersama-sama setelah shalat dilarang
    14. Imam dilarang membaca Bismillah pada permulaan Fatihah dan melarang pembacaan Qunut pada shalat subuh.

    Doktrin-doktrin Wahabi ini tidak lain berasal dari gurunya Muhammad bin Abdul Wahhab yakni seorang orientalis Inggris bernama Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah guna mengadu domba kaum muslimin. Imprealisme / Kolonialisme Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru ditengah ummat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Jadi Wahabiisme ini sebenarnya bagian dari program kerja kaum kolonial.

    Mungkin pembaca menjadi tercenggang kalau melihat nama-nama putra-putra Muhammad bin Abdul Wahhab yaitu Abdullah, Hasan, Husain dan Ali dimana adalah nama-nama yang tekait dekat dengan nama tokoh-tokoh ahlilbait, hal ini tidak lain putra-putranya itu lahir sewaktu dia belum menjadi rusak karena fahamnya itu dan boleh jadi nama-nama itu diberikan oleh ayah dari Muhammad bin Abdul Wahhab yang adalah seorang sunni yang baik dan sangat menentang putranya setelah putranya rusak fahamnya dan demikian pula saudara kandungnya yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahhab sangat menentangnya dan menulis buku tentangan kepadanya yang berjudul :”ASH-SHAWA’IQUL ILAHIYAH FIRRADDI ALA WAHABIYAH”. Nama-nama itu diberikan oleh ayahnya tidak lain untuk bertabaruk kepada para tokoh suci dari para ahlilbait Nabi s a w. Kemudian nama-nama itu tidak muncul lagi dalam nama-nama orang yang sekarang disebut-sebut atau digelari Auladusy Syaikh tsb.

    Diantara kekejaman dan kejahilan kaum Wahabi adalah meruntuhkan kubah-kubah diatas makam sahabat-sahabat Nabi s a w yang berada di Mu’ala (Makkah), di Baqi’ & Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah diatas tanah dimana Nabi s aw dilahirkan, yaitu di Suq al Leil di ratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta. Saat ini karena gencarnya desakan kaum muslimin international maka kabarnya dibangun perpustakaan. Benar-benar kaum Wahabi itu golongan paling jahil diatas muka bumi ini. Tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam Semula Alkubbatul Khadra atau kubah hijau dimana Nabi Muhammad s a w dimakamkan juga akan didinamit dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman international maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya.

    Semula seluruh yang menjadi manasik haji itu akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentang termasuk Sayyid Almutawalli Syakrawi dari Mesir maka diurungkannya.

    Setelah saya memposting tentang Wahabi ini seorang ikhwan mengirim email ke saya melalui Japri dan mengatakan kepada saya bahwa pengkatagorian Wahabi sebagai kelompok Khawarij itu kurang lengkap, karena Wahabi tidak anti Bani Umaiyah bahkan terhadap Yazid bin Muawiyah pun membelanya. Dia memberi difinisi kepada saya bahwa Wahabi adalah gabungan sekte-sekte yang telah menyesatkan ummat Islam, terdiri dari gabungan Khawarij, Bani Umaiyah, Murji’ah, Mujassimah, Musyabbihah dan Hasyawiyah. Teman itu melanjutkan jika anda bertanya kepada kaum Wahabi mana yang lebih kamu cintai kekhalifahan Bani Umaiyah atau Abbasiyah, mereka pasti akan mengatakan lebih mencintai Bani Umaiyah dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat yang pada intinya meskipun Bani Abbas tidak suka juga pada kaum alawi tapi masih ada ikatan yang lebih dekat dibanding Bani Umaiyah, dan Bani Umaiyah lebih dahsyat kebenciannya kepada kaum alawi, itulah alasannya.

    Wahai saudaraku yang budiman, waspadalah terhadap gerakan Wahabiyah ini mereka akan melenyapkan semua mazhab baik Sunni (Ahlussunnah Wal Jama’ah) maupun Syi’ah, mereka akan senantiasa mengadu domba kedua mazhab besar. Sekali lagi waspadalah dan waspadalah gerakan ini benar-benar berbahaya dan jika kalian lengah, kalian akan terjengkang dan terkejut kelak. Gerakan ini dimotori oleh juru dakwa – juru dakwa yang radikal dan ekstrim, yang menebarkan kebencian dan permusuhan dimana-mana yang didukung oleh keuangan yang cukup besar (petro-dollar).

    Kesukaan mereka menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahlil bid’ah, itulah ucapan yang didengung-dengungkan disetiap mimbar dan setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri.

    Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng Islam kan penduduk negeri ini. Diantaranya timbulnya fitnah perang padri yang penuh kekejian dan kebiadaban persis seperti ketika Ibnu Sa’ud dan Ibnu Abdul Wahab beserta kaumnya menyerang haramain.

    Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih tercampur kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu jasanya telah meng Islam kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng Islam kan yang 10 % sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkapan orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwa ke negeri kita ini tentu orang-orang yang asal bunyi dan menjadi corong bicara kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir lainnya (Naudzu Billah min Dzalik).

    Klaim Wahabi bahwa mereka penganut As-Salaf, As-Salafushsholeh dan Ahlussunnah wal Jama’ah serta sangat setia pada keteladanan sahabat dan tabi’in adalah omong kosong dan suatu bentuk penyerobotan HAK PATEN SUATU MAZHAB. Mereka bertanggung jawab terhadap hancurnya peninggalan-pininggalan Islam sejak masa Rasul suci Muhammad s a w, masa para sahabatnya r a dan masa-masa setelah itu. Meraka menghancurkan semua nilai-nilai peninggalan luhur Islam dan mendatangkan arkeolog-arkeolog (ahli-ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan pra Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata dsb. Mereka dengan bangga setelah itu menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, maka jelaslah penghancuran nilai-nilai luhur peninggalan Islam tidak dapat diragukan lagi merupakan pelenyapan bukti sejarah hingga timbul suatu keraguan dikemudian hari. 

    Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-ngaku sebagai faham yang hanya berpegang pada Al Qur’an dan As-Sunnah serta keteladanan Salafushsholeh apalagi mengaku sebagai GOLONGAN YANG SELAMAT DSB, itu semua omong kosong dan kedok untuk menjual barang dagangan berupa akidah palsu yang disembunyikan. Sejarah hitam mereka dengan membantai ribuan kaum muslimin di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang di namakan Saudi, suatu nama bid’ah karena nama negeri Rasulullah s a w diganti dengan nama satu keluarga kerajaan yaitu As-Sa’ud). Yang terbantai itu terdiri dari para ulama-ulama yang sholeh dan alim, anak-anak yang masih balita bahkan dibantai dihadapan ibunya.
    klo kurang lengkap klik lagi :
    sejarah kelam wahabi yg ngaku salafy
    http://www.mail-archive.com/urangsunda@yahoogroups.com/msg32056.html

    Senin, 24 September 2012


    Pengakuan Mr. Hempher, Seorang Mata-mata Inggris di Negara-negara Islam

    http://indosyiah.blogspot.co.id/2012/09/pengakuan-mr-hempher-seorang-mata-mata.html 


    Bag (1)

    Kerajaan Britania Raya, sejak dari masa lampau dan dalam waktu yang panjang telah memikirkan tentang kelanggengan imperatur dengan kekuasaan yang luas dan besar, sebagaimana keadaannya sekarang dari timur sampai barat. Dulu negara kami kecil dibandingkan negara-negara jajahan yang kami kuasai sekarang, di India, Cina, Timur Tengah dan lainnya. Kami akui bahwa kami tidak pernah berkuasa secara nyata atas bagian-bagian besar dari negara-negara tersebut, sebab kekuasaan yang nyata berada di tangan para pemiliknya. Hanya saja politik kami di dalam negara-negara itu mengalami kesuksesan dan berpengaruh. Dan di tangan kamilah jatuhnya negara-negara itu secara menyeluruh, dan yang harus kami tempuh ialah memecahkan dua langkah di bawah ini:

    1-Bagaimana melestarikan kekuasaan kami dengan kekuasaan yang seutuhnya dan sesungguhnya.

    2-Bagaimana menyempurnakan secara nyata kekuasaan kami yang masih belum sempurna menjadi otoritas dan jajahan kami.

    Untuk mempelajari masalah yang penting ini, aku memasuki perwakilan di setiap bidang dan komisi di jajahan-jajahan kami. Dan aku sendiri sejak kami memasuki perwakilan ini mendapatkan sambutan yang baik, dipercaya oleh perdana mentri (India). Ia menyerahkan amanat yang penting (sebuah perserikatan di wilayah Timur India) kepadaku, yang mana kepentingan kami secara lahir terletak pada murni perniagaan, dan secara batin menguatkan tali-tali kekuasaan kami atas India. Yang kemudian membuka jalan bagi kami sampai pada wilayah-wilayah yang luas seluas benua.

    Pemerintahan kami di India menjadi kuat, melihat bermacam-macamnya kaum, agama, bahasa yang berbeda-beda dan adanya perselisihan-perselisihan. Sebagaimana pemerintahan kami di Cina, melihat adanya agama Budha dan Konghucu yang menjadi mayoritas di negara ini, tidak pernah mengkhawatirkan kami dengan tegaknya dua agama tersebut. Sebab dua keyakinan ini adalah dua agama yang mati, yang hanya menyibukkan diri dengan masalah-masalah kerohaniaan dan mengesampingkan sisi kehidupan dunia. Maka jauhlah bila dalam hati mereka tertanam cinta tanah air. Oleh karena itu dua keyakinan ini tidak mengkhawatirkan bagi pemerintahan Britania Raya. Jelas, kami tidak akan pernah lupa akan perkembangan dan kemajuan di masa datang, dan untuk itu telah kami persiapkan langkah-langkah panjang dan tetap untuk penguasaan kami dari perpecahan, kebodohan, kemiskinan dan bisa juga masalah penyakit. Dan kami tidak merasakan kesulitan dalam memenuhi niat-niat kami dengan topeng penyerupaan yang sama dengan mereka di negara ini, menyilaukan di luar dan kokoh dalam kenyataan. Kami lakukan itu mempraktekkan pepatah Budha kuno “Tinggalkan orang sakit, ia akan merasakan cintanya pada obat meskipun rasanya pahit

    Tetapi yang mengganggu pikiran kami adalah negara-negara Islam. Kalaupun kami telah mengadakan kesepakatan dengan seorang laki yang sakit (yang dimaksud adalah imperatur usmaniyah), maka beberapa perjanjian di dalamnya menguntungkan kami. Dan menurut pengamatan para ahli informasi perwakilan negara-negara jajahan kami, bahwa ‘orang laki’ itu akan mengakhiri dirinya kurang dari satu abad. Kami juga telah mengadakan kesepakatan dengan pemerintahan Parsi secara rahasia, dengan beberapa perjanjian. Dan kami telah menaruh beberapa mata-mata dan pekerja kami di dua negara ini, di samping penyuapan, hasrat yang buruk dan sibuknya para pemerintah bermain perempuan-perempuan cantik, telah merebah dipermukaan dua negri ini. Tetapi kami masih belum puas dengan hasil-hasil yang tampak, dikarenakan beberapa sebab:

    1-Kekuatan  Islam ada dalam jiwa-jiwa para penganutnya, karena seorang laki yang muslim berpegang pada Islam dengan segala kekeuatannya, sehingga anda lihat bahwa Islam bagi jiwa seorang muslim kedudukannya seperti ajaran Kristen dalam jiwa-jiwa para pendeta, dan jiwa-jiwa mereka melebur dalam ajaran Kristen. Sedangkan kaum muslimin di negara Parsi (kaum Syi’ah) lebih berbahaya, di mana mereka melihat kaum Nasrani adalah kafir dan najis. Seorang nasrani dalam pandangan orang syiah, adalah najis. Kedudukannya seperti kotoran busuk yang ada di tangan kami dan harus dihilangkan dari tangan mereka. Pernah aku tanyakan pada salah seorang dari mereka: “Kenapa kalian memandang demikian terhadap seorang kristen?”

    “Sesungguhnya Nabi Islam adalah seorang laki yang bijak. Beliau ingin membatasi setiap orang kafir dengan tekanan etika supaya merasa resah dan takut, dan agar menjadi salah satu faktor hidayah baginya kepada Allah dan memilih agama yang benar. Sebagaimana suatu pemerintahan jika merasakan bahaya dari seseorang, maka pemerintah akan membatasi orang itu dengan suatu pembatasan supaya ia kembali taat dan patuh. Dan mengenai najis yang anda singgung tadi adalah najis maknawi bukan najis materi dan lahiriyah, dan itu tidak hanya berlaku pada kaum masehi saja tetapi meliputi semua orang yang kafir, termasuk kaum majusi yang menjadi agama orang-orang Parsi kuno, mereka najis menurut Islam” jelasanya.

    Aku berkata padanya, “Baiklah! Tetapi kenapa orang-orang kristen najis sedangkan mereka mengimani Allah, kerasulan dan hari kebangkitan?”

    Ia berkata, “Dikarenakan dua perkara: pertama, mereka mengingkari Nabi kami (Muhammad saw), kalian mengatakan bahwa Muhammad adalah pembohong. Dan kami dalam pandang itu adalah pencelaan, maka kami katakan kepada mereka: “Wahai orang-orang kristen! Kalian adalah najis, sebagaimana dalil akal yang bijak menyatakan bahwa “Barangsiapa yang telah menyakitimu maka anda boleh menyakitinya”. Kedua, mereka menuduh para Nabi Allah dengan tuduhan yang tak pantas, seperti pernyataan bahwa: “Isa al-Masih pernah minum khamar dan ia dikutuk lantaran menggantung di atas kayu”

    Aku bantah ia dengan mengatakan: “Orang-orang kristen tidak mengatakan demikian?”.

    Ia berkata, “Anda tidak tahu bahwa di dalam kitab suci mereka mengatakan demikian!”.

    Aku terdiam, dan yakin bahwa orang laki itu berdusta soal perkara yang kedua, walaupun ia benar pada perkara yang pertama. Dan aku tidak pernah ingin berdebat panjang dengannya, karena aku takut diriku terpengaruh sehingga ragu.  “Ketika aku berada di atribut Islami, aku selalu menjauhi keadaan yang tersudutkan”.

    2-Islam pernah pada suatu hari adalah agama kehidupan dan kekuasaan, dan yang memberatkan ialah anda harus mengatakan kepada para pemimpin kalian bahwa “kalian adalah para budak”, sebab semangat kepemimpinan mendorong manusia pada kepercayaan yang tinggi meskipun keadaannya lemah dan terbelakang. Sedangkan kami tidak pernah mampu merubah sejarah Islam, supaya kami dapat menyampaikan kepada kaum muslimin bahwa kepemimpinan yang mereka anut adalah kepemimpinan yang menciptakan kondisi-kondisi khusus yang memalingkan dari kebenaran.

    3-Kami tidak merasa tenang dengan bangkitnya kesadaran dalam jiwa-jiwa “keluarga ‘Utsman” dan para ulama Iran, yang menggagalkan langkah-langkah kami dalam memperoleh kekuasaan. Menurut pengamatan kami, memang benar bahwa dua pemerintahan ini telah mengalami kelemahan yang cukup besar, kecuali adanya sebuah basis pemerintahan yang memimpin umat, yang mana tampuk kepemimpinan, harat dan senjata ada di tangannya, membuat manusia resah.

    4-Kami sangat gelisah dengan keberadaan ulama Islam antara lain: ulama Azhar (Mesir), ulama Iraq dan ulama Iran. Mereka betul-betul telah menghalangi langkah-langkah kami, mereka ini adalah orang-orang yang sangat bodoh tentang prinsip-prinsip kehidupan masa kini. Yang mereka angan-angankan hanyalah surga yang dijanjikan dalam al-Qur`an. Mereka tidak akan menyerahkan prinsip-prinsip mereka sedikitpun. Rakyat mengikuti mereka sedangkan seorang raja merasa takut seperti tikus yang takut dengan kucing. Memang benar bahwa kaum Ahlus sunnah sangat sedikit mengikuti ulama mereka, mereka mengikuti antara seorang raja dan seorang syeikh Islam. Sedangkan kaum Syi’ah sangat berpegang pada kepemimpinan ulama, karena mereka hanya mau dipimpin oleh seorang alim dan tidak percaya kepada seorang raja. Namun adanya perbedaan dua kelompok ini tidak cukup meringankan kegelisahan kami sedikitpun, kegelisahan yang mencekam perwakilan negara-negara jajahan bahkan para pemerintah Britania Raya.

    Kami sudah mengadakan berbagai mu`tamar untuk memecahkan problem-problem yang meresahkan ini, namun pada setiap kesempatan kami tetap tidak menemukan jalan keluar. Sementara perkiraan-perkiraan yang sudah kami susun dengan rapi melalui para pekerja dan mata-mata kami, telah merusak harapan kami. Hasilnya nol bahkan di bawah nol. Tetapi kami tetap tidak pernah putus asa, selama kami bisa bernafas kami tetap bersabar yang tiada batas.
    Pasukan Ibn Saud

    Aku jadi teringat, pada suatu kesempatan kami mengadakan sebuah mu`tamar yang dihadiri perdana mentri, para pendeta dan beberapa perwakilan. Jumlah anggota kami saat itu dua puluh orang. Dalam muktamar itu terjadi perdebatan yang memakan waktu lebih dari tiga jam, dan selesai tanpa membuahkan hasil satu masalah pun. Seorang pendeta berkata: “Kalian jangan bingung, Isa al-Masih tidak pernah mencapai suatu keputusan kecuali setelah tiga ratus tahun ia bangkit, terusir dan terbunuh bersama para pengikutnya. Semoga Al-Masih melihat kita dari langit dan mengkaruniakan kita  musnahnya orang-orang kafir dari basis-basis mereka, meskipun setelah tiga ratus tahun. Kita harus bersenjatakan iman yang kokoh dan kesabaran yang panjang, dan kita harus mengambil semua sarana dan jalan untuk kekuasaan dan menyebarkanj agama Masehi di tempat-tempat yang subur dengan orang-orang Islam, walaupun misalnya berhasil setelah beberapa abad. Sesungguhnya nenek moyang kita dahulu menanamkan berita-berita”

    Di kesempatan lain, sebuah muktamar antar perwakilan yang dihadiri oleh para tokoh dari Britania, Perancis dan Rusia. Pertemuan saat itu menjadi sebuah muktamar tingkat tertinggi, karena yang hadir terdiri dari lembaga-lembaga diplomasi dan tokoh-tokoh agama. Dan di waktu itu aku bernasib baik, aku hadir muktamar itu lantaran hubunganku yang erat dengan perdana mentri. Para peserta muktamar dengan sempurna memaparkan problem-problem orang-orang Islam. Mereka menerangkan tentang cara-cara memporak-porandakan mereka, dan mengikis keyakinan mereka dan merusak iman mereka. Seperti kembalinya Spanyol pada keyakinan semula setelah berperang dengan orang-orang Islam yang barbar selama beberapa abad. Tetapi hasilnya tetap belum memuaskan, dan aku catat setiap perdebatan di dalam muktamar ini dalam buku catatanku (disaksikan al-Masih di langit).

    Kesulitan kami ialah mencabut akar-akar pohon yang mengakar di Timur dan Barat Bumi. Tetapi manusia diharuskan menaklukkan kesulitan-kesulitan betapapun kadarnya. Dan sesungguhnya ajaran kristen tidak turun kecuali agar menyebar dan kami sudah berjanji dengan al-Masih sendiri. Adapun Muhammad akan mengalami kondisi kemunduran di Timur dan Barat. Dan akhirnya ia akan terpalingkan dan pengikutnya musnah bersamanya. Kami yakin bahwa suatu saat akan terbalik, para pengikut Muhammad akan jatuh sedangkan negri penganut al-Masih akan terangkat. Karena itu sekaranglah waktunya untuk membalas dan mengembalikan apa-apa yang hilang selama berabad-abad. Ialah pemerintahan kontemporer yang kokoh, yakni Britania Raya yang pada gilirannya akan berkuasa.



    Bag 2

    Pada tahun 1710 M, perwakilan negara-negara jajahan telah mengutusku ke Mesir, Iraq, Tehran, Hijaz dan Astana untuk mengumpulkan dokumen-dokumen lengkap yang akan memberi jalan keluar bagi kami untuk memporak-porandakan kaum muslimin dan meluaskan kekuasaan kami di atas negri-negri Islam. Pada waktu yang sama perwakilan mengutus sembilan pejabat yang terpilih, berjiwa patriot, disiplin dan pemberani. Mereka diutus untuk kekuasaan pemerintah ke selururuh bagian-bagian imperatur dan semua negara Islam. Kami dibekali harta yang cukup oleh perwakilan, maklumat yang diperlukan, peta-peta yang memadai dan nama-nama para hakim, ulama dan tokoh-tokoh tiap suku. Dan aku tidak senang dengan ucapan sekretaris di saat perpisahan ‘dengan nama al-Masih’, yang mengatakan: “Masa depan negri kita bergantung pada keberhasilan kalian, karena itu berjuanglah dengan sekuat tenaga kalian agar kalian berhasil”.
    Ibn Saud Family
    Maka aku berangkat menuju Astana sebuah basis khilafah Islam. Di sana ada beberapa pekerjaan pentingku sekaligus, ialah belajar bahasa Turki, bahasa kaum muslimin di sana. Di london aku pernah belajar tiga bahasa Turki, Arab (bahasa al-Qur`an) dan Parsi (bahasa pahlevi dan rakyat Iran). Namun belajar bahasa adalah sebuah perkara, sedangkan menguasai bahasa sampai batas mampu berbicara dengan bahasa suatu bangsa adalah perkara lain. Di mana perkara yang pertama tidak membutuhkan masa yang lama sedangkan perkara yang kedua lebih jauh lama lagi. Aku belajar bahasa dengan sedetailnya sehingga orang lain tidak menyangka asalku.

    Tetapi aku tidak khawatir dengan masalah itu, sebab kaum muslimin mempunyai jiwa toleransi, lapang dada dan baik sangka, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi mereka. Jadi keraguan mereka tidaklah sama dengan keraguan yang ada pada kami. Di sisi lain, pemerintahan Turki belum sampai pada tahap yang berkemampuan untuk mengungkap mata-mata dan pekerja kami. Dan yang menyenangkan kami bahwa Turki adalah pemerintahan yang pasif dan tak serius.
    Setelah perjalananku itu, kini aku sampai di Astana. Di sana aku punya nama Muhammad, dan aku harus pergi masjid (tempat ibadah kaum muslimin). Aku harus disiplin, rapi, bersih dan menjadi hamba yang taat sebagaimana yang mereka lakukan. Terlintas dalam benakku: “Mengapa kami memerangi mereka sebagai umat manusia? Mengapa kami berbuat mencerai-beraikan mereka dan mengambil apa yang mereka miliki? Inikah yang diajarkan al-Masih?”. Aku cepat-cepat kuasai diriku dan menghindar pikiran setan ini. Ku tuang minuman ke dalam gelas dan kuminum.

    Di sana aku bertemu dengan seorang syeikh yang alim namanya, Ahmad Afandam. Dia orang baik, penyabar, tulus dan cinta kebaikan. Aku tidak menemukan orang baik sepertinya pada para pendeta kami. Dia selalu berusaha siang malamnya mencontoh dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad. Dan dia selalu menjadikan Nabinya sebagai figur yang luhur. Setiap disebut nama Nabinya maka tergenang air matanya. Mujur nasibku karena ia tidak pernah -sepatahpun- menanyakan di mana aku berasal dan apa bangsaku. Dia memanggilku dengan nama ‘Muhammad Afandi’. Dia selalu mengajariku, bila aku bertanya dia menjawab. Dia selalu menyambutku dan besar perhatiannya terhadapku, karena menyadari bahwa aku adalah tamu di negrinya. Aki datang untuk bekerja dan sebagai orang yang patuh di bawah naungan pemerintah, sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad (ini yang aku jadikan alasan di Astana).

    Pernah aku mengutarakan kepada Syeikh, “Aku seorang pemuda, ayah dan ibuku telah meninggal dan aku tak punya saudara. Mereka meninggalkan warisan kepadaku. Kemudian aku berfikir, aku bekerja dan belajar al-Qur`an dan sunnah. Maka aku mendatangi pusat Islam untuk memperoleh ilmu agama dan dunia”. Syeikh sangat gembira dan mendukung niatku itu. Lalu ia mengatakan kepadaku -dan aku mencatat kata-katanya-, “Wajib atas kami disebabkan beberapa hal:

    1-Karena anda seorang muslim, dan antara muslimin adalah saudara.

    2-Karena anda seorang tamu, dan Rasulullah saw bersabda, “Muliakanlah tamumu”.

    3-Karena anda seorang penuntut ilmu dan Islam, dan memuliakan penuntut ilmu itu ditekankan.

    4-Karena anda bermaksud bekerja, dan dalam hadis disebutkan bahwa “Orang yang bekerja adalah kekasih Allah”.

    Sungguh aku takjub dengan keterangannya ini, dan aku katakan pada diriku, “andai saja orang-orang nasrani mempunyai jiwa mulia seperti ini”. Tetapi aku juga heran, bagaimana Islam yang begitu tinggi ini mengalami kelemahan dan terbelakang. Keadaan ini tentunya di tangan ulama yang su`, ulama yang bodoh akan kehidupan.

    Kukatakan pada syeikh, “Aku ingin belajar al-Qur`an!”. Maka ia menyambutku dan mengajariku surat Hamdalah dan menafsirkan makna-maknanya. Aku mengalami kesulitan dalam melafazkan sebagian bacaannya dan terkadang saking sulitnya tak mampu kuatasi. Aku teringat, bacaan yang selalu kuulangi sampai berpuluh-puluh kali dalam seminggu ialah bacaan “wa ‘alâ imamim mimmam ma’ak”, tapi tetap aku tak bisa melafazkannya dengan benar. Dan syeikh mengatakan padaku, “Anda harus menguasai idghâm meskipun ada rentetan delapan huruf mim”. Aku membaca al-Qur`an mulai dari awal surat sampai khatam di hadapannya dalam masa dua tahun penuh. Dan ketika ia hendak mengajariku cara wudu, ia menyuruhku berwudu mengikuti ia berwudu, kemudian kami duduk menghadap kiblat.

    Perlu aku sebutkan bahwa wudu menurut kaum muslimin, ialah membasuh dan mengusap. Cara mereka pertama, membasuh muka. Kedua, membasuh tangan yang kanan sampai sikut. Ketiga, membasuh tangan yang kiri sampai sikut. Keempat, mengusap kepala, telinga dan leher. Dan kelima, membasuh dua kaki.

    Mereka mengatakan dianjurkan  sebelum wudu, berkumur dan menghirup air ke dalam hidung.

    Dan aku sangat meragukan adanya anjuran miswâk, ialah sebuah amalan (kayu siwâk) yang mereka masukkan ke dalam mulut mereka untuk membersihkan gigi wudu. Dan aku yakin bahwa amalan ini merusak gigi dan mulut. Terkadang amalan ini melukai mulut dan mengeluarkan darah. Tetapi aku harus melakukannya, sebab menurut mereka adalah sunnah muakkadah dari Nabi mereka (Muhammad), dan mereka menyebutkan banyak manfaat dan keutamaan dari amalan ini.

    Hari-hariku di Astana pada waktu itu, aku tidur di kamar penjaga masjid dan aku beri ia uang. Ia adalah orang yang berwatak fanatik, namanya Marwan Afandi, nama yang diambil dari salah satu nama sahabat Nabi Muhammad. Pembantu masjid itu bangga punya nama yang berkah itu. Ia pernah mengatakan padaku, “kalau anda punya anak laki namailah Marwan, sebab Marwan adalah seorang sahabat besar yang berjuang untuk Islam”.

    Aku tinggal bersamanya, di mana ia selalu menyediakan untukku makanan. Dan tiap pada hari jum’at (hari besar kaum muslimin) aku libur bekerja. Adapun pada hari-hari biasa aku pergi bekerja sebagai tukang kayu. Gajiku kecil dan aku terima mingguan darinya. Dan bila aku bekerja di waktu pagi saja maka aku dapatkan separuh gaji. Juragan kayu itu bernama Khalid. Di waktu senggangnya ia banyak bicara tentang keutamaan Khalid bin Walid, sang pembuka Islam yang bersahabat dengan Nabi Muhammad dan mendapatkan nasib yang baik. Tetapi ia memisahkan diri ketika Umar bin Khathab menjabat khalifah.

    Sedangkan Khalid si juragan kayu itu buruk perangainya dan sangat fanatik. Dan dia sangat percaya padaku, aku tak kenapa. Mungkin dia percaya lantaran aku penurut dan mendengarkan kata-katanya. Aku tak pernah aku membantahnya jika ia bicara soal agama atau bicara soal tokonya. Dan ketika ia berdua denganku (untuk memenuhi nafsu bejatnya), ia memintaku melakukan liwath denganku dan perbuatan ini menurut Islam adalah sangat terlarang dan haram hukumnya –seperti yang telah diterangkan oleh syeikh. Dan Khalid adalah seorang muslim yang baik di luar dan buruk di dalam. Ia bergaul dan hadir salat Jum’at, tapi apakah dalam seharinya ia salat lima waktu atau tidak, aku tidak tahu!. Aku tolak permintaannya, dan aku kira ia telah melakukan perbuatan keji ini dengan sebagian buruhnya. Melihat salah satu pekerjanya, seorang anak muda yang tampan wajahnya. Slanik namanya. Seorang Yahudi yang kemudian masuk Islam. Terkadang aku melihatnya bersama Khalid di belakang tokonya dalam gudang kayu. Mereka berdua menampakkan (pura-pura) menata kayu di gudang, tapi aku tahu yang sebenarnya bahwa mereka di belakang untuk memenuhi syahwat.
    Saya Sultan Abdul Aziz Bin Abdul Rahman Al Saud al-Faisal dan saya mengakui dan mengakui seribu kali untuk Sir Percy Cox, utusan Inggris, bahwa saya tidak keberatan untuk memberikan Palestina kepada Yahudi miskin atau bahkan untuk non-Yahudi , dan saya tidak akan pernah melanggar perintah mereka.
    Aku makan siang di toko, setelah itu aku pergi ke masjid untuk salat Dhuhur dan aku tidak keluar dari masjid sampai waktu Ashar. Usai salat Ashar aku pergi ke rumah Syeikh Ahmad untuk belajar al-Qur`an, ebelajar bahasa Turki dan bahasa Arab selama dua jam. Dan setiap hari Jum’at aku sedekahkan sebagian uang yang aku peroleh dari gaji mingguan. Pada hakikatnya sedekah yang aku bayar hanyalah sogokanku supaya hubunganku dengannya terus berlangsung dan langgeng. Dan supaya dia mengajariku pelajaran yang terpenting. Dia tidak hanya mengajariku al-Qur`an, prinsip-prinsip Islam dan bahasa Turki dan Arab saja (tetapi juga pelajaran-pelajaran yang lain).
    Ketika Syeikh Ahmad tahu bahwa aku seorang bujangan, ia memintaku agar aku menikahi salah satu putrinya. Tetapi aku menolaknya dengan alasan bahwa aku lemah syahwat, tidak mempunyai kemampuan yang semestinya dimiliki seorang lelaki. Sebelum aku ungkapkan adanya uzur (kelainan), hubungan baikku dengannya nyaris terputus sampai-sampai ia mengatakan bahwa menikah itu sunnah Rasul. Dan beliau bersabda, “Barang siapa yang membenci sunnahku maka ia bukan dari golonganku”. Saat itu aku terpaksa berterus terang (padahal bohong) punya penyakit tersebut. Maka Syeikh mengangguk dan selamatlah hubunganku dengannya seperti biasanya, dengan kecintaan dan ketulusan.
    Setelah dua tahun lamanya aku tinggal di Astana, aku pamit kepada Syeikh untuk pulang ke tanah air. Tetapi ia menghalangiku sambil berkata, “Kenapa pulang? Di Astana ini sungguh menyenangkan di hati dan mempesona di mata, dan Allah menggabungkan dunia dan agama di sini. Bukankah kamu pernah bilang bahwa ayah dan ibumu telah mati dan kamu tidak punya saudara kandung? Karena itu jadikanlah Astanah ini tempat hidupmu”. Syeikh menyatakan bahwa ia senang sekali bila aku tinggal, dan aku juga merasakan demikian. Tetapi  negriku memaksa untuk (pertama) aku kembali ke London untuk memberikan laporan tentang ihwal wilayah-wilayah di ibu kota pemerintahan ini. Kedua utnuk mengambil perintah-perintah penting yang selanjutnya.
    Selama aku di Astana, misiku berjalan dengan baik. Setiap bulan aku kirim laporan ke kementrian negara-negara jajahan, tentang keadaanku dan perkembangan-perkembangan serta apa saja yang aku telah saksikan. Aku selipkan dalam catatan laporanku berita tentang juragan kayu yang memintaku melakukan liwath. Kemudian dijawab dengan nada protes, “Kenapa itu ditolak, jika perbuatan itu mengantarkan pada tujuan, maka no problem!”. Membaca jawaban ini, aku termenung dan berfikir, “Mengapa tokoh-tokoh kami tidak malu dengan perbuatan keji dan hina ini?”. Aku hanya bisa diam tanpa kata-kata dan tidak beranjak dari jamuan makan.

    Di waktu aku berpisah dengan Syeikh, air matanya berlinang dan memelukku sambil berkata, “Allah bersamamu wahai anakku! Bila kau kembali ke negri ini dan aku telah mati maka ingatlah aku, kelak kita akan bertemu dengan Rasulullah saw di padang Mahsyar”. Ia benar-benar mengharukan dan menyentuh hatiku, sampai aku menangis, ah..ini perasaan yang berlebihan.

    Bag (3)

    Ibn Saud, Mr. Piercy Cox & Mr. Bell
    Sembilan personel yang ditugasi begitu pula aku, harus kembali ke London untuk memberikan laporan kepada kementrian tentang apa saja yang mereka peroleh, namun buruknya yang kembali hanya enam orang.

    Sedangkan empat yang tidak kembali, seorang dari mereka telah menjadi muslim dan tinggal di Mesir. Tetapi sekretaris nampak senang di wajahnya, karena ia tidak membuka rahasia negara. Yang satunya lagi kabur ke Rusia, karena ia berasal dari Rusia. Dan sekretaris sakit hati sekali dengannya, bukan karena ia kembali tanah airnya tetapi sekrtaris menduga bahwa ia seorang mata-mata Rusia yang ditugasi oleh kementrian di sana. Dan ketika urusan dan kepentingannya selesai ia kembali ke negaranya.

    Yang ketiga mati di ‘Imarah sebuah negri sebelah Baghdad. Sekretaris memberitahu kami bahwa ia mati disebabkan penyakit menular yang mematikan. Adapun yang keempat, tidak diketahui jejaknya ketika kementrian menghubunginya ke San’a` di Yaman (sebuah negri arab). Sebelumnya ia selalu kontak dengan kementrian dalam waktu setahun, tapi setelah itu hubungan terputus. Setiap kementrian berusaha melacaknya tapi tidak menghasilkan apa-apa tentangnya.

    Pihak kementrian rugi besar dan duka berat atas kehilangan empat dari sepuluh personilnya, di mana menurut perhitungan kami tiap personelnya sangat berarti dan bernilai tinggi. Karena kami ini adalah bangsa yang sedikit jumlahnya, namun besar ambisinya. Kehilangan empat personel kami sangat menyedihkan hati kami.

    Setelah sekrtaris mendengarkan laporan-laporanku, ia kemudian menugasi kami (kami berenam) untuk membacakan laporan-laporan kami di sebuah pertemuan, di hadapan para pejabat tinggi dari kementrian yang dipimpin perdana mentri sendiri. Kawan-kawanku telah menyampaikan laporan-laporan penting mereka sesuai apa yang menjadi tugas mereka. Begitu pula aku dengan laporanku yang dicatat oleh dewan juri.

    Perdana mentri, sekrtaris dan sebagian yang hadir memujiku atas kerjaku, tetapi dua kawanku lebih hebat dariku. Mereka adalah George Blacud yang menjadi terbaik pertama dan Henry Fans yang menjadi terbaik kedua, sedangkan aku terbaik yang ketiga.

    Aku telah benar-benar berhasil bisa menguasai bahasa Turki, bahasa arab, al-Quran dan syariat. Tapi belum berhasil dalam memberikan laporan kepada kementrian tentang sisi-sisi kelemahan pemerintahan Usmaniah. Usai pertemuan yang memakan enam jam, aku tunjukkan kepada sekretaris sebuah poin yang bisa melemahkan dengan mengatakan, “Target sementaraku ialah mempelajari bahasa, hukum Islam dan al-Qur`an. Karena itu sulit sekali bagiku meluangkan waktu untuk mengerjakan apa yang harus kerjakan selain ini, dan aku pastikan pada tugas mendatang -jika aku masih dipercaya- akan kuserahkan amanat yang anda berikan”

    Sekretaris berkata, “Aku percaya karena kau berhasil, tapi aku berharap kau pertahankan keberhasilanmu ini untuk meraih yang lebih lagi.

    “Sesungguhnya tugas pentingmu Mr Hamper..! untuk perjalanan mendatang, ada dua:

    1-Menemukan titik kelemahan kaum muslimin. Kita harus mampu menyusup ke dalam tubuh mereka dan mencerai beraikan akar-akar mereka. Inilah letak kemenangan kita yang mendasar atas musuh-musuh kita.

    2-Kau harus berterus terang kepada kami jika tidak mampu menemukan ‘titik kelemahan’, tapi jika kau merasa mampu menjalankannya mudah-mudahan kau akan menjadi yang terbaik dari yang terbaik, dan kau layak mendapatkan bintang jasa dari kementrian.

    Aku tinggal di London selama enam bulan dan aku menikah dengan putri pamanku (Mary Shway). Ia lebih tua setahun dariku, saat itu umurku 22 tahun sedangkan ia berumur 23 tahun. Ia gadis biasa yang cerdas dan sangat cantik. Aku bahagia hidup dengannya dan dalam waktu enam bulan itu ia mengandung. Dengan penuh sabar aku menanti kelahiran buah hati, tiba-tiba aku diberi tugas dari kementrian supaya aku brangkt ke Iqlim (Iraq) negri arab yang dijajah sejak dari masa lampau.

    Sungguh ini hal yang tidak menyenangkan bersamaan menunggu kelahiran anakku. Namun negaraku kepentingan negaraku dan cintaku kepada kawan-kawan melebihi perasaan cintaku kepada istri dan anakku. Karena itu aku terima tugas meskipun istriku memohon agar ditunda sampai anak lahir. Dan ketika perpisahanku dengannya kami menangis tersedu-sedu. Dan istriku berkata, “Sempatkan kirim surat tentang keadaanmu di sana, dan akan kukabarkan bila buah hati lahir dan tentang keadaanku di sini”. Kata-katanya begitu mengharukan sampai-sampai aku berniat batal berangkat, tetapi aku kuasai diriku dari perasaan ini. Aku memeluknya, dan berangkat ke kementrian untuk mengambil pesan-pesan penting.

    Enam bulan aku di Bashrah (Iraq), negri ‘Asya’iri yang penduduknya bermazhab sunni dan syi’ah, dua mazhab besar Islam. Dan sedikit sekali dari mereka yang beragama Nasrani. Mereka terdiri dari dua bangsa, Arab dan Persia.

    Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku mendapatkan mazhab Syi’ah dan bangsa Persia. Syi’ah adalah sebuah mazhab yang dinisbatkan kepada Ali bin Abu Thalib, sepupu Nabi Islam sekaligus menantu Nabi Islam atas putrinya Fatimah. Syiu’ah meyakini bahwa Nabi mereka Muhammad telah memilih Ali sebagai khalifah setelahnya, dan menyatakan bahwa Ali dan anak keturunannya yang sebelas adalah khalifah secara berurutan.

    Aku menduga bahwa kebenaran bersama Syi’ah (pengikut khalifah Ali, Hasan dan Husein). Sebab yang tetap dalam sejarah -menurut pengamatanku- Ali mempunyai sifat yang istimewa dan jiwa yang luhur yang layak menduduki kepemimpinan. Dan mendekati kebenarannya bahwa Nabi Muhammad pernah berkata bahwa Hasan dan Husein adalah dua imam. Ini pula tidak dipungkiri oleh Ahlus sunnah, tetapi pada saat yang sama aku ragu, bahwa anak keturunan Husein yang sembilan juga telah dipilih oleh Rasul sebagai khulafâ-nya. Bagaimana Rasul bisa tahu masa mendatang? Sedangkan ia mati pada saat Husein masih kecil. Bagaimana ia bisa tahu bahwa Husein akan mempunyai anak keturunan yang mana secara silsilah mereka sampai sembilan?. Kalau memang Muhammad adalah seorang Rasul yang haq, maka ia mengetahui semua itu dari petunjuk Allah. Sebagaimana al-Masih memberi kabar masa datang. Tetapi menurut kami sebagai kaum Nasrani, meragukan akan kenabian Muhammad.

    Kaum muslimin mengatakan bahwa al-Qur`an adalah dalil kenabian Muhammad, tetapi yang aku baca tiada satupun dalilnya dalam al-Qur`an. Memang tidak diragukan bahwa al-Qur`an adalah kitab luhur, bahkan kedudukannya lebih luhur dari kitab Taurat dan Injil. Di dalam al-Qur`an terdapat undang-undang, peraturan dan ajaran akhlak dan lain-lain. Tetapi apakah ini sudah cukup merupakan dalil bagi kebenaran Muhammad?.

    Sesungguhnya aku bingung tentang pribadi Muhammad, bingung sekali. Ia seorang laki badui, tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis, bagaimana ia bisa datang dengan membawa kitab yang suci ini. Ia adalah pribadi yang memiliki akhlak dan kecerdasan yang tiada seorang arabpun yang berpendidikan di masanya seperti dirinya. Lalu di satu sisi mungkinkah seorang arab badui yang tidak membaca dan menulis ini membawa kitab yang tinggi itu? Dan di sisi lain apakah ini cukup menjadi bukti bahwa ia seorang nabi?

    Aku selalu mencari dan membaca untuk memecahkan hakikat ini. Pernah aku lontarkan masalah ini kepada seorang pendeta di London, tetapi jawaban yang diberikannya tidak memuaskan dan ia menjawab dengan kefanatikan dan keras kepala. Sama halnya dengan pribadi Syeikh Ahmad ketika aku tanyakan masalah ini, dan jawabannya masih mengambang. Tapi dengan jujur aku katakan, bila aku bicara terus terang dengan Syeikh, aku khawatir akan terbongkar rahasia diriku atau akan meragukan diriku.

    Alhasil aku menilai bahwa Muhammad orang besar, dan tidak diragukan ia adalah semacam nabi Allah yang diberitakan oleh Para nabi sebelumnya -sebagaimana yang aku baca- di dalam kitab-kitab. Hanya saja sampai sekarang aku masih belum puas dengan kenabiaannya. Andai kata ia bukan seorang nabi, tidak mungkin orang yang mendengarkan nuraninya meyakini bahwa ia seperti orang-orang yang dikagumi dan mencengangkan, bahkan tidak diragukan ia di atas mereka dan di atas orang-orang yang cerdas (jenius).

    Adapun Ahlus sunnah meyakini bahwa setelah wafatnya, Abu Bakar kemudian Umar lalu Ustman lebih layak menjadi khlaifah (pengganti)nya dari Ali. Karena itu mereka melanggar perintah Rasul (Muhammad) dan memilih khulafa yang tiga (lalu Ali).

    Perselisihan ini ada di setiap agama tak terkecuali agama Masehi (Kristen) dengan pandangan yang khusus. Tetapi aku tidak mengerti apa yang terbaik dari adanya perselisihan ini, Ali dan Umar telah mati dan kaum muslimin -jika mereka berfikir- seharusnya mereka memikirkan hari sekarang bukan hari yang telah lampau dan jauh.

    Pada suatu kesempatan pernah aku sampaikan kepada pejabat-pejabat di kementrian tentang adanya perselisihan Ahlus sunnah dan Syi’ah. Aku katakan kepada mereka, “Jika mereka memahami kehidupan maka mereka tinggalkan perselisihan dan bersatu dalam satu kalimah!”.

    Tiba-tiba Bapak kepala membentakku, “Yang harus anda lakukan, ialah berusaha memperuncing perselisihan ini bukan berusaha mempersatukan muslimin!”.

    Tentang perselisihan ini, di suatu pertemuan sebelum kepergianku ke Iraq, aku hadir bersama sekretaris dan ia mengatakan kepadaku, “Ketahuilah wahai Mr Hamper! Bahwa perselisihan adalah fenomena yang alami antara umat manusia sejak Tuhan menciptakan Habil dan Qabil, dan perselisihan ini akan terus terjadi sampai al-Masih kembali (ke dunia ini):

    1-Adanya perbedaan warna kulit.

    2-Adanya bermacam-macam suku.

    3-Adanya bermacam-macam negeri.

    4-Adanya bermacam-macam kaum.

    5-Adanya perbedaan agama.

    Maka tugas penting di perjalananmu nanti yang harus kamu kuasai ialah tentang perselisihan dan perbedaan antara kaum muslimin dan titik rawan yang menimbulkan gejolak dari perselisihan tersebut. Kementrian akan memberimu arahan dan maklumat secara rinci tentang masalah ini, dan jika kamu mampu memancarkan api perselisihan ini maka kamu berada di puncak pengabdian bagi Britania Raya.

    Kita sebagai bangsa Britania tidak akan hidup dalam kebahagiaan dan kesenangan melainkan menebarkan isu-isu fitnah dan perpecahan di seluruh negara-negara jajahan. Sebagaimana kita tidak akan mampu menjatuhkan raja Ustmani kecuali dengan memfitnah antara pejabat-pejabatnya. Atau bagaimana sekiranya bangsa yang kecil ini dapat menguasai bangsa-bangsa yang besar? Karena itu berjuanglah sekuat tenaga untuk menemukan peluang dan kau gunakan peluang itu, tetapi kau harus mengetahui kelemahan-kelemahan kerajaan Turki dan kerajaan Persia. Yang harus kau lakukan ialah mempengaruhi rakyat agar menentang pemerintah mereka. Sebagaimana orang-orang pergerakan di sepanjang sejarah yang menentang para pemerintah. Jika berpecah kalimah mereka dan bercerai berai kekuatan mereka, maka kekuasaan mereka dengan mudah dalam genggaman kita.



    Bag 4


    Ketika aku sampai di Bashrah, untuk mencari tempat tinggal aku pergi ke salah satu masjid. Di masjid itu ada seorang alim sunni, arab tulen namanya Syeikh Umar ath-Thâ`i. Aku perkenalkan diriku dan beramah-tamah dengannya. Tetapi sejak pandangan pertama, orang laki ini sudah curiga kepadaku. Ia bertanya di mana aku berasal, soal nasab dan keluargaku. Ia juga menyelidiki hal-ihwalku. Mungkin karena warna kulit dan logat bicaraku yang membuat dirinya ragu. Tetapi aku berusaha meyakinkan dirinya bahwa aku dari keturunan Aghdir di Turki, aku murid Syeikh Ahmad di Astana, aku pernah bekerja sebagai tukang kayu di juragan Khalid dan seterusnya…Apa saja yang aku ketahui dan alami selama aku di Turki dan aku sempat bicara beberapa dengan bahasa Turki. Dan berhati-hati ketika Syeikh memberi isyarat kepada salah satu hadirin, bahwa aku bicara bahasa Turki atau tidak!? Orang yang mencoba mengetesku, mengisyaratkan kepadanya dengan jawaban positif. Aku senang sekali bahwa aku berhasil meyakinkan Syeikh. Tetapi dugaku, kepercayaannya terhadapku hanya siasatnya saja. Aku yakin hal ini ketika setelah beberapa hari, diam-diam ia memandangku curiga. Dan menduga bahwa aku seorang mata-mata Turki. Aku mengetahui kecurigaannya setelah jelas bahwa Syeikh adalah seorang penentang Wali kota yang dipilih pemerintah. Antara keduanya saling tuding dan berburuk sangka.

    Alhasil mau tidak mau, aku harus hengkang dari masjid milik Syeikh Umar pindah ke Khan. Tempat penginapan para turis dan musafir. Di sana aku sewa kamar. Dan pemilik penginapan, adalah seorang pandir yang setiap pagi rajin mengganggu istirahatku. Awal waktu subuh dia sudah mendatangi kamar dan menggedor pintu dengan keras, untuk membangunkanku salat subuh. Dan aku harus menuruti cara  doktrinnya dan aku bangun untuk salat subuh, kemudian ia menyuruhku membaca al-Qur`an sampai matahari terbit. Ketrika aku katakan bahwa membaca al-Qur`an itu tidak wajib (sunnah), “lalu kenapa memaksaku sedemikian rupa?”.

    “Tidur di waktu pagi akan menyebabkan kemiskinan dan malapetaka bagi penginapan dan penghuninya” jawabnya. Maka mau tidak mau aku menuruti kata-katanya, salat di awal waktu dan kemudian membaca al-Qur`an selama satu jam lebih pada setiap hari. Karena kalau tidak, ia akan mengusirku.
    Musykilah tidak berhenti sampai di situ, ketika suatu hari pemilik lain penginapan itu yang bernama Mursyid Afandam menemuiku, mengatakan padaku, “Sejak anda menginap di sini, banyak problem yang aku hadapi dan aku pikiranku hanya tertuju padamu, dan aku pikir kaulah sebabnya. Sebab kau seorang bujang sedangkan bujangan itu membawa sial. Maka pilihlah salah satu dari dua hal ini: kau menikah atau tinggalkan penginapan ini!”.

    Aku jawab, “Aku tidak punya harta untuk persiapan menikah (aku takut jika mengatakan bahwa aku tidak punya sesuatu yang semestinya dimiliki kaum lelaki umumnya, lalu ia mencoba melihat auratku apakah benar apa yang aku katakan?). Jika aku beralasan dengan uzur ini, maka ia pasti ingin tahu kebenarannya.

    Afandam berkata kepadaku, “Wahai yang imannya lemah, bukankah anda membaca firman Allah, “Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunianya”.

    Aku sangat bingung dan bimbang dengan perkara ini, apa yang harus kuperbuat? Dengan alasan apa harus kujawab? Akhirnya aku katakan kepadanya, “Baiklah, lalu bagaimana aku menikah tanpa harta? Apakah anda bersedia membantuku dengan harta yang cukup atau anda temukan untukku seorang perempuan yang kunikai tanpa mahar?”.

    Dia berfikir sejenak kemudian mengangkat kepalanya sambil berkata, “Aku tidak mengerti ucapanmu! Begini saja aku beri waktu sampai awal bulan Rajab, jika anda tidak menikah juga maka anda harus pergi dari penginapan ini”.

    Sementara memasuki awal bulan Rajab masih ada dua puluh lima hari lagi, dan waktu itu tanggal lima bulan Jumadil tsani.

    Berkenaan dengan nama-nama bulan Islam, secara berurutan pertama dimulai bulan: Muharram, lalu Shafar, Rabi’ul awal, Rabi’ul tsani, Jumadil awal, Jumadil tsani, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah. Menurut perhitungan Hilal, yang masyhur tidak lebih dari tiga puluh hari dan tidak kurang dari dua puluh sembilan.

    Akhirnya aku pecahkan masalah Afandam, ketika aku telah temukan sebuah tempat milik seorang tukang kayu. Aku melamar pekerjaan kepadanya dan ia menerimaku bekerja dengan gaji kecil, dan aku makan dan tinggal di tempatnya. Akhirnya sebelum akhir bulan (Jumadil tsani) aku sudah keluar dari penginapan Afandam, dan pindah ke toko kayu milik Abdur Ridha, juragan kayu yang berbangsa Parsi dari desa Khurasan. Ia seorang syi’i, pintar dan terhormat. Ia perlakukan aku seperti anaknya sendiri. Dan tidak aku sia-siakan keberadaan diriku bersamanya untuk belajar bahasa Parsi. Setiap waktu Ashar di rumahnya, orang-orang syiah berbangsa ‘ajam berkumpul, berbincang-bincang dari soal politik sampai masalah ekonomi. Mereka sangat menentang pemerintah mereka sebagaimana mereka juga menentang Khalifah di Astana. Namun jika muncul perdebatan yang tidak mereka ketahui, mereka berhenti dan mengalihkan ke pembicaraan masalah-masalah pribadi mereka.

    Aku sendiri tidak mengerti, mengapa mereka percaya kepadaku. Akhirnya aku tahu bahwa mereka menyangka aku berasal dari Azerbaijan, mendengar bahwa aku bicara dengan bahasa Turki. Ditambah warna kulitku yang putih seperti kulit bangsa Azerbaijan.

    Keadaan yang demikian itu, aku berkenalan dengan seorang anak muda yang sering datang ke toko, namanya Muhammad bin Abdul Wahab. Ia mengerti tiga bahasa: Turki, Parsi dan Arab. Ia pernah belajar ilmu agama, seorang pemuda yang angkuh dan keras kepala. Ia anti pemerintah Usmaniah, adapun pemerintah Parsi ia tidak berkomentar. Adapun sebab ia bersahabat dengan pemilik toko, bahwa mereka sama-sama anti Khalifah. Aku tidak tahu, dari mana ia bisa berbahasa Parsi padahal ia seorang sunni sedangkan Abdur Ridha adalah seorang syi’i? Di Bashrah adalah hal biasa jika orang sunni bergaul dengan orang syi’ah, mereka seperti saudara. Dan mayoritas penduduk setempat (Bashrah) mengerti bahasa Parsi dan (sudah tentu) Arab. Dan tidak sedikit mereka mengerti bahasa Turki.

    Muhammad Abdul Wahab seorang pemuda yang berfikir bebas, tidak fanatik terhadap syi’ah -tidak seperti kaum sunni umumnya yang fanatik dan anti syi’ah. Hingga sampai pada batas, tokoh-tokoh mereka mengkafirkan orang-orang syi’ah dan mengatakan mereka bukan kaum muslimin- sebagaimana ia tidak pernah melihat sebuah perbandingan untuk mengikuti empat mazhab yang berlaku di antara Ahlus sunnah. Dan ia mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan empat mazhab melalui seorang penguasa”.

    Adapun riwayat empat mazhab, ialah bahwa muncul sebuah jalan dari kaum muslimin sesudah lebih dari satu abad setelah nabi mereka wafat, dengan lahirnya dari mereka empat ulama. Mereka adalah Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, Malik dan Muhammad bin Idris. Sebagian khulafa mewajibkan agar kaum muslimin bertaqlid (mengikuti) salah seorang dari empat imam ini. Dan bahwa tiada seorang alim yang berijtihad di dalam al-Qur`an dan sunnah, dan pandangan ini pada hakikatnya menutup pintu pemahaman mereka dan bahwa pengharaman ijtihad akan menjumudkan kaum muslimin. Adapun kaum Syi’ah menggunakan peluang itu dengan mengembangkan mazhab (pemikiran) mereka seluas mungkin. Sehingga setelah jumlah kaum syi’ah tidak mencapai angka sepuluh dari jumlah Ahlus sunnah, kini jumlah mereka lebih banyak dan menyamai jumlah mereka. Dan hal yang alami bahwa ijtihad merupakan perkembangan Islam di bidang fikih dan memperluas pemahaman al-Qur`an dan sunnah sesuai kebutuhan zaman seperti senjata yang canggih. Dan sebaliknya pembatasan mazhab dalam metode yang khusus, dan menutup pintu pemahaman dan pendengaran dari seruan kebutuhan-kebutuhan zaman, maka itu ibarat senjata yang lemah. Seumpama anda punya senjata yang lemah sedangkan musuh anda bersenjatakan canggih, maka -cepat atau lambat- anda pasti berusaha mengalahkan musuh anda! (Perkiraanku, akan datang dengan dekat di suatu masa, orang-orang Ahlus sunnah yang berakal membuka pintu ijtihad. Jika tidak, maka aku kabarkan kepada Ahlus sunnah bahwa mereka akan berlalu pada masa kurun waktu dengan jumlah yang semakin sedikit dan Syi’ah akan menjadi jumlah yang besar!).
    Muhammad bin Abdul Wahab, si pemuda angkuh ini mengikuti apa yang ia pahami dalam al-Qur`an dan sunnah, dan membandingkan dengan pandangan masyâikh (ulama)nya. Ia tidak mengikuti pandangan ulama zamannya dan tidak pula mazhab yang empat. Bahkan ia menolak pandangan Abu Bakar dan Umar, jika apa yang ia pahami dari al-Qur`an berbeda dengan apa yang mereka pahami. Ia mengatakan, “Bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Aku tinggalkan kepada kalian al-Kitab (al-Qur`an) dan Sunnah, dan beliau tidak bersabda aku tinggalkan kepada kalian al-Kitab, Sunnah, Sahabat dan mazhab-mazhab”. Karena yang wajib diikuti adalah al-Qur`an dan Sunnah meskipun pandangan keduanya berbeda dengan pandangan-pandangan mazhab-mazhab dan sahabat serta ulama.

    Pernah ketika ia (dan kami) bertamu di rumah salah satu ulama Persia (Abdul Ridha), memenuhi undangan jamuan makan bersama. Kami yang menjadi para tamunya, ialah Muhammad Abdul Wahab, Syeikh Jawad al-Qummi (Seorang alim syi’i), dan aku bersama sebagian temannya tuan rumah. Terjadi perdebatan seru dan serius antara Muhammad dan Syeikh, dan aku tidak ingat semuanya dari perdebatan itu, yang aku ingat adalah poin-poinnya.

    Syeikh al-Qummi berkata kepadanya, “Jika anda berfikir bebas dan berijtihad sebagaimana yang anda nyatakan, kenapa anda tidak mengikuti Ali seperti orang syi’ah?”.

    “Karena Ali seperti Umar dan lainnya yang ucapannya bukan hujjah. Sesungguhnya hanya al-Qur`an dan Sunnah lah yang menjadi hujjah” jawab Muhammad.

    Syeikh: “Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa “Aku kota ilmu dan Ali pintunya”? Jika begitu Ali tidak sama dengan sahabat yang lainnya”.

    Muhammad: “Jika ucapan Ali itu hujjah, lalu mengapa Rasulullah tidak mengatakan Kitabullah dan Ali bin Abu Thalib?”.

    Syeikh: “Bahkan beliau bersabda, “Kitabullah dan ‘Itrah Ahlul Baitku”, sementara Ali adalah kepala ‘Itrah!”.

    Muhammad tidak menerima bahwa Rasulullah pernah mengatakan demikian. Namun Syeikh memberi jawaban yang memuaskan sehingga Muhammad diam dan tidak menjawab. Tetapi ia membantahnya, “Jika Rasulullah mengatakan “Kitabullah dan ‘Itrahku” maka di mana sunnahnya?”.

    “Sunnah Rasul adalah syarahnya Kitabullah! Ketika beliau mengatakan “Kitabullah dan ‘Itrahku” yang beliau maksud adalah Kitabullah dengan syarahnya yaitu Sunnah” jawabnya.

    Muhammad: “Kalau begitu, ucapan Itrah juga merupakan syarah bagi Kitabullah! Lalu apa perlunya dengan mereka (karena sudah ada sunnah)?”.

    Syeikh: “Ketika Rasulullah wafat, umat membutuhkan syarah al-Qur`an, sebuah syarah yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan zaman. Karena itu Rasulullah mengembalikan umat kepada al-Qur`an sebagaimana asal dan kepada Itrah seperti Para pensyarah bagi al-Qur`an yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan zaman”.

    Aku kagum yang tak terhingga dengan pembahasan ini. Melihat Muhammad seorang pemuda di hadapan seorang Syeikh yang sudah berumur tua, seperti seekor burung kecil yang tidak berkutik dalam gengaman tangan seorang pemburu.

    Aku menemukan kebingunganku selama ini ada pada dirinya (Muhammad bin Abdul Wahab), kebebasan, keangkuhan dan kekerasannya terhadap masyâikh (ulama) zamannya serta kemandirian berfikirnya yang tidak mengikut pandangan orang lain jika tidak sesuai dengan apa yang ia pahami dari al-Qur`an dan Sunnah, termasuk khulafa yang empat. Inilah titik kelemahan yang paling menonjol, yang mana dengan itu aku mampu menjatuhkan dirinya. Jelas pemuda yang sesat ini tidak dapat dibandingkan dengan Syeikh Turki, yang mana aku pernah belajar dengannya sewaktu aku di Turki. Syeikh adalah figur salaf yang kokoh seperti gunung. Jika Syeikh (ia pengikut mazhab Hanafi) hendak menyebut nama Abu Hanifah, ia akan bangkit dan berwudu kemudian menyebut nama Abu Hanifah. Jika ia ingin mengambil kitab al-Bukhari (kitab besar yang amat disucikan oleh Ahlus sunnah), ia mengambil wudu terlebih dahulu.

    Adapun Muhammad bin Abdul Wahab sangat mencela Abu Hanifah, dan ia pernah berkata, “Aku lebih paham dari Abu Hanifah”. Dan juga pernah berkata, “Sesungguhnya separuh kita al-Bukhari adalah batil”.

    Aku telah menjalin hubungan sangat erat dengannya. Ia selalu aku besarkan hatinya dan aku katakan kepadanya bahwa dirinya lebih utama dari Ali dan Umar. Jika Rasulullah hadir kembali ke dunia ini, maka ia akan memilihmu sebagai khlifahnya. Dan selalu aku katakan padanya, “Pikirkanlah, bahwa kemajuan Islam ada di tangnmu! Kau adalah penyelamat satu-satunya yang diharapkan oleh Islam yang sedang jatuh ini).

    Aku telah sepakat dengannya bahwa “kita harus mengkritik penafsiran al-Qur`an berdasarkan jalan pemikiran kita, bukan berdasarkan pandangan sahabat dan imam mazhab serta ulama. Kita membaca al-Qur`an dan bicara tentang poin-poin darinya (aku bermaksud  menjerumuskannya ke dalam perangkap). Dan ia menunjukkan sependapat dengan pandanganku dan menampakkan kepribadiannya yang bebas dan sangat mempercayai aku.

    Suatu hari aku berkata kepadanya, “Jihad itu tidak wajib”.

    “Bagaimana dengan firman Allah “dan perangilah orang-orang kafir”?”, sergahnya.

    Aku berkata, “Perangilah orang-orang kafir dan munafiqin”. Jika jihad itu wajib, lalu kenapa Rasulullah tidak memerangi kaum munafik?”.

    “Rasulullah memerangi mereka dengan lisannya”, katanya.

    “Kalau begitu jihad melawan kuffar adalah wajib dengan lisan!” tambahku.

    Ia berkata, “Tetapi Rasul berperang dengan Kuffar”.

    “Perangnya Rasul adalah difa’ mempertahankan nyawa, ketika mereka hendak membunuhnya maka beliau melawan mereka” kataku. Akhirnya Muhammad menganggukkan kepalanya tanda menerima.

    Pernah suatu hari aku bilang kepadanya, “Kawin mut’ah itu boleh”.

    “Tidak!” sergahnya.

    Aku berkata, “Allah berfirman, “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (mut’ah) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban..” (an-Nisa 24)”.

    “Tetapi Umar yang mengharamkan mut’ah! Dengan mengatakan, “Dua mut’ah yang berlaku di masa Rasulullah, dan aku yang mengharamkan keduanya dan menghukum siapa yang melanggarnya”, katanya.

    Aku berkata, “Bukankah kau pernah bilang, “aku (Muhammad bin Abdul Wahab) lebih tahu dari Umar, lalu kenapa kau ikut Umar?. Dan jika Umar mengharamkan apa yang dihalalkan Rasul, mengapa kau tinggalkan pandangan al-Qur`an dan Rasul, dan kau ikuti pandangan Umar?”.

    Ia terdiam. Melihat ia diam bertanda puas dengan keteranganku, nampaknya bergejolak kebutuhan biologisnya (sementara ia belum punya istri).

    Aku bilang padanya, “Bukankah kita (aku dan kau) adalah orang bebas dan mengambil halalnya mut’ah dan kita bersenang-senang?”

    Ia mengangguk setuju, dan aku memanfaatkan sikap setujunya itu. Kemudian aku janjikan untuknya seorang wanita untuk dimut’ah olehnya. Keinginanku ialah membuyarkan rasa takutnya dari perselisihan antara ia dengan orang lain umumnya. Akhirnya ia memberi syarat bahwa ini rahasia antara aku dengannya dan tidak memberitahu namanya kepada perempuan yang akan dimut’ahinya. Maka aku langsung pergi ke tempat perempuan-perempuan Nasrani, yang mana mereka adalah antek-antek kementrian kami untuk merusak pemuda muslim. Aku dapatkan seorang wanita yang aku panggil dengan nama Shafiyah, dan telah aku ceritakan semuanya tentang pemuda ini. Dan pada waktu yang dijanjikan aku pergi bersama Muhammad, ke rumah Shafiyah yang saat itu sedang sendirian. Aku bacakan akad nikah mut’ah untuk Muhammad dalam waktu seminggu, dengan mahar sekian gram emas secara tunai. Aku senangkan hatinya dari luar sedangkan Shafiyah dari dalam.

    Setelah Shafiyah mengambil hatinya dan memberikan manisnya kemaksiatan yang dilakukan Muhammad terhadap syariat di bawah naungan pemikiran dan kemandirian pandangannya yang bebas. Tiga hari kemudian, aku berbincang-bincang panjang dengannya soal bahwa minuman khamar itu tidak haram. Aku perdaya dirinya dengan menyertakan dalil-dalil al-Qur`an dan hadis, dan pada akhirnya aku bilang padanya, “Dibenarkan bahwa Mu’awiyah dan Yazid serta khulafa Bani Umayyah dan Bani Abbas, mereka saling menawarkan khamar. Maka mungkinkah mereka itu berada dalam kesesatan dan kau sendiri dalam kebenaran? Sesungguhnya tidak syak lagi bahwa mereka itu lebih memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul, dan benarkah mereka tidak mengetahui hal yang haram sementara mereka memahami hal yang makruh dan dibenci? Sedangkan di kitab-kitab Yahudi dan Nasrani menunjukkan kehalalan khamar, masuk akalkah bila agama yang satu mengharamkan khamar sedangkan agama yang lain menghalalkannya? Sementara semua agama berasal dari sisi Tuhan Yang Maha esa! Kemudian disebutkan dalam riwayat bahwa Umar minum khamar sehingga turun ayat, “Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (al-Maidah 91). Bila khamar itu haram maka Rasul akan menghukumnya, tetapi ia tidak melakukannya maka ini menunjukkan kehalalannya.

    Muhammad menyimak keteranganku dengan penuh perhatian, kemudian ia bangkit sambil mengatakan, “Bahkan dibenarkan dalam riwayat bahwa Umar mencampur khamar dengan air lalu meminumnya, dan mengatakan jika mabuk, itu haram. Tetapi jika tidak mabuk maka tidak haram”. Kemudian ia menambahkan bahwa Umar bvenar dalam masalah ini, sebab al-Qur`an mengatakan, “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang..” (al-Maidah 91). Maka jika khamar itu tidak memabukkan maka hal tidak akan terjadi seperti ayat yang telah aku sebutkan, karena itu khamar tidak dilarang jika tidak memabukkan.

    Shafiyah memberitahu apa yang berlaku, ia berhasil menuangkan khamar keras kepada pemuda ini dan memberitahuku bahwa ia telah meminumnya sampai mabuk, berkelakuan kasar dan menyetubuhi dirinya beberapa kali di malam itu. Dan telah aku lihat badannya lemah dan mengkurus lantaran malam itu. Demikianlah aku dan Shafiyah mengendalikan dirinya sepenuhnya.

    Sungguh ini menggetarkan diriku tentang pesan penting yang dikatakan mentri negara-negara jajahan, ketika aku mohon izin berangkat, “Kami telah berhasil mengembalikan Spanyol dari tangan orang-orang kafir (maksudnya kaum muslimin) dengan khamar dan kesesatan, maka kita harus berusaha negara-negara yang menjadi milik kami dengan dua formula itu”.

    Pada suatu hari, aku bicara tentang puasa dengan Muhammad, aku katakan, “Sesungguhnya al-Qur`an mengatakan “dan berpuasa lebih baik bagimu..” (al-Baqarah 184) dan tidak mengatakan berpuasa wajib bagimu, maka puasa dalam pandangan Islam itu sunnah dan bukan wajib!. Tetapi ia bangkit dan mengatakan, Hai Muhammad (nama samaran Mr Hamper), Kau ingin mengeluarkanku dari agamaku!?”.

    “Ya Wahab, agama itu kesucian hati, keselamatan jiwa dan tiada permusuhan dengan yang lain. Bukankah Rasulullah pernah bersabda, “Agama itu cinta”? Bukankah al-Qur`an menyebutkan bahwa “Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yakin” (al-Hijr 99). Jadi jika manusia mendapati keyakinan akan Allah dan Hari Akhir, maka itulah kebajikan hati dan kebersihan amal, dialah orang yang paling utama. Tetapi dia menggelengkan kepala tanda menolak dan tidak senang.

    Pernah aku bilang kepadanya, “Salat itu tidak wajib”.

    “Kok begitu?” tanyanya.

    Aku berkata, “Sebab di dalam al-Qur`an, Allah berfirman, “dan dirikanlah salat untuk mengingatku” (Thaha 14), maka yang dimaksud salat ialah mengingat Allah swt. Jadi ingatlah Allah swt sebagai ganti salat!”.

    Wahab berkata, “Ya aku pernah dengar, sebagian ulama mengingat Allah swt di waktu-waktu salat sebagai ganti pekerjaan salat”.

    Betapa senangnya diriku mendengar perkataanya itu, maka aku bumbui pandangannya ini hingga aku perkirakan bahwa aku dapat mengendalikan jalan pikirannya. Tak lama kemudian aku melihatnya tidak lagi serius dengan perkara salat, terkadang ia salat dan terkadang tidak. Terutama di waktu subuh, ia sering meninggalkan salat subuh. Setelah semalam aku asyik mengobrol panjang dengannya sampai tengah malam lewat, sehingga mendekati subuh ia kelelahan dan tinggalkan salat.

    Begitulah aku tanggalkan pakaian keimanan dari pundak Wahab sedikit demi sedikit. Pernah suatu kali aku mendebatnya seputar Rasul, tiba-tiba ia langsung menunjuk wajahku dan melotot, lalu berkata, “Jika kau bicara lagi soal ini, maka aku tidak mau berteman lagi denganmu”. Aku khawatir ia akan marah dan benci padaku, karena itu aku menahan diri untuk bicara soal itu lagi.

    Tetapi minimal aku telah memperdaya dirinya bahwa ia berpegang pada pemikiran yang ketiga, yang bukan Ahlus sunnah juga bukan Syi’ah, dan ia sangat menerima pemikiran ini dengan sepenuhnya karena dirinya dipenuhi dengan kesombongan dan kemandiriannya (yang kelewatan).

    Ditambah dengan keberadaan Shafiyah yang selalu menemaninya selama seminggu, juga dengan akad-akad yang diperbaharuinya, sehingga kami benar-benar mengendalikan dirinya.

    Aku bilang pada Wahab, “Banarkah Nabi mempersaudarakan antara sahabatnya?”

    “Ya”, jawabnya.

    “Apakah hukum-hukum Islam itu bersifat temporal atau permanen?”, tanyaku.

    Ia menjawab, “Permanen, sebab Rasulullah pernah bersabda, “Halalnya Muhammad adalah halal sampai hari kiamat dan haramnya Muhammad adalah haram sampai hari kiamat”.

    “Jika begitu, mari kita mempersaudarakan antara aku dan kau, maka terjalinlah persaudaraan antara ia dan aku. Setelah itu, aku selalu bersamanya dan menemaninya ke mana ia pergi. Dan aku bersemangat untuk memetik buah hasil dari  pohon yang telah aku tanam sebelumnya. Buah hasil yang paling berharga di masa mudaku.

    Setiap bulan, aku tulis hasil kerjaku kepada kementrian sebagaimana itu sudah menjadi tugasku sejak aku pergi dari London. Dan jawaban yang aku terima cukup memuaskan diriku. Aku dan Wahab berjalan di jalan (pemikiran)yang telah kami bangun berdua dengan langkah-langkah yang cepat, dan aku tidak pernah meninggalkannya di manapun ia berada. Targetku ialah memperkuat jiwanya yang berpikir sangat bebas dan memperuncing keraguannya. Dan aku selalu mendukungnya dengan suka cita dan memuji jiwanya yang berapi-api. Dan dirinya yang kritis dan terkadang aku bersikap lembut padanya dengan mengatakan, “Kemarin malam aku mimpi melihat Rasulullah, aku melihatnya seperti yang digambarkan oleh para penceramah di mimbar-mimbar. Ia duduk di atas kursi dan di sekitarnya sekelompok ulama yang tidak aku kenal seorangpun dari mereka. Dan aku melihatmu datang dengan wajahmu yang memancarkan sinar, ketika kamu sampai kepada Rasulullah, beliau berdiri memuliakanmu dan memlukmu, lalu berkata, “Wahai Muhammad (bin Abdul Wahab), kau adalah namaku, mewarisi ilmuku dan menduduki kedudukanku dalam mengatur urusan agama dan dunia”

    Kemudian kamu berkata, “Wahai Rasulullah, aku takut menampakkan ilmuku kepada manusia”

    Rasulullah berkata kepadamu, “Janganlah takut, sesungguhnya kedudukanmu itu tinggi”.

    Mendengar kisah mimpiku, dirinya melambung kesenangan, dan bertanya apakah benar mimpimu itu?”.

    “Ya”, kataku. Setiap ia menanyakan hal itu aku jawab dengan positif sampai ia yakin. Dan aku kira, mulai saat itu ia berniat untuk melaksanakan kewajibannya.





    Bag (5)


    Selama aku tinggal di sana (Bashrah), beberapa perintah sampai kepadaku dari London supaya aku pergi ke Karbala dan Najaf, tempat dambaan hati muslimin syi’ah, basis ilmu dan spiritual mereka. Dan untuk dua wilayah ini ceritanya panjang.

    Adapun kisah Najaf, dimulai dari hari dimakamkannya di situ Ali, khalifah keempat menurut Ahlus sunnah dan khalifah pertama menurut mazhab Syi’ah. Kota yang jaraknya dari Najaf kira-kira satu farsakh (satu jam jalan kakinya seorang laki), di namakan Kufah, pusat pemerintahan khilafah Ali. Ketika ia terbunuh, kedua putranya (Hasan dan Husein) memakamkannya di luar Kufah, yakni di tempat yang sekarang di namakan Najaf. Kemudian Najaf menjadi hidup menyala sedangkan Kufah dalam kerusakan. Di Najaf beberapa ulama Syi’ah berkumpul, di sana ada rumah-rumah, pasar-pasar dan sekolahan-sekolahan. Sekarang Najaf menjadi basis ulama Syi’ah, dan khalifah di Astana memberi sumbangan dan menghormati mereka, karena beberapa perkara:

    1-Pemerintahan Syi’ah di Persia membantu mereka, dan bila khalifah (Astana) menyentuh kehormatan mereka maka hubungan antara kedua pemerintahan itu menjadi tegang dan terkadang sampai pada batas perang.

    2-Di sekitar Najaf banyak kaum ‘Asya`irah yang membantu ulama, berupa alat persenjataan. Meskipun bukan senjata canggih dan tiada undang-undang bagi mereka kecuali undang-undang ‘Asyâiri. Tetapi yang dimaksud ialah posisi kepemimpinan ulama agar bergabung bersama A’syâirah dalam peperangan yang menumpahkan darah. Dan bagi pemerintah tidak ada kepentingan yang serius untuk memaksa menarik penentangan ulama terhadap mereka.

    3-Ulama di sana menjadi Para marja’ bagi muslimin Syi’ah di dunia, di India, Afrika dan lain-lain. Jadi jika pemerintah menyentuh kehormatan mereka maka orang-orang syi’ah di semua tempat akan berontak.

    Adapun kisah Karbala, dimulai sejak terbunuhnya cucu Rasulullah (al-Husein bin Ali, putra Fatimah binti Rasul). Penduduk Iraq mengundang al-Husein untuk datang kepada mereka dan untuk membai’atnya sebagai khalifah mereka. Tetapi ketika ia bersama keluarganya sampai di tanah Karbala -yang jaraknya dari Kufah sekitar 12 farsakh-, mereka berubah (ingkar janji). Mereka keluar untuk membunuh al-Husein atas perintah Yazid, anak Mu’awiyah khalifah Umawi yang berkuasa di Syam. Tentara Umawi yang berjumlah banyak dengan nekat membunuh al-Husein bin Ali bersama keluarganya. Di peperangan itu, tentara Umawi menampakkan semua penghinaan mereka terhadap al-Husein dan keluarganya. Sejak itu kaum Sy’iah menjadikan tempat itu sebagai basis spiritual, mereka datang dari segala tempat dan mereka datang berhimpit-himpitan (penuh semangat) tidak seperti spiritualitas Kristen yang ada pada kami.

    Inilah kota Karbala, sebuah kota Syi’ah dan di sana terdapat ulama Syia’h dan beberapa madrasah. Karbala dan Najaf satu sama lain saling mendukung.

    Ketika aku dapat perintah untuk pergi ke dua kota ini, aku putuskan berangkat dari Bashrah ke Baghdad, markas wali kota yang dirampas oleh khalifah di Astana. Dan dari situ aku berangkat ke Hullah, sebuah kota yang terletak di tepi sungai Furat.

    Furat dan Dajlah adalah dua sungai besar yang membelah Iraq dari Turki dan bermuara ke Laut. Kesuburan pertanian Iraq terletak pada dua sungai ini.

    Pada kepulanganku nanti ke London, aku akan mengusulkan kepada kementrian agar menggaris letak kekuasaan atas aliran dua sungai ini, supaya Iraq menundukkan rakyat dengan sikap yang lunak. Dan apabila aliran air itu terputus maka penduduk akan tunduk dan mematuhi kepentingan-kepentingan kementrian.

    Dari Hullah aku berangkat ke Najaf dengan menyamar sebagai pedagang dari Azerbaejan dan aku bergabung dengan orang-orang ruhani, mengikuti acara-acara dan majlis-majlis ta’lim mereka. Aku begitu kagum dengan kesucian ruhani mereka, luasnya ilmu mereka dan kuatnya ketakwaan mereka. Tetapi aku dapati mereka yang tradisional dan tidak berfikir tentang pembaharuan urusan mereka.

    1-Mereka sangat menentang terhadap pemerintahan di Turki (bukan karena mereka Syi’ah dan pemerintah itu Ahlus sunnah), tetapi karena tekanan pemerintah terhadap kebebasan mereka secara hebat, mereka tidak memikirkan tentang posisi pemerintah dan bagaimana agar bebas dari tekanan tersebut.

    2-Sebagaimana aktifitas mereka terpaku pada ilmu agama, seperti para pendeta kami di masa yang jumud. Mereka tinggalkan ilmu dunia dan hanya sedikit yang tidak bermanfaat bagi mereka yang diambil.

    3-Mereka tidak berfikir apa yang berlaku dan terjadi di sekitar mereka di dunia ini.

    Aku katakan pada diriku sendiri, “Rumah-rumah mereka dalam kelelapan sementara dunia dalam berjaga, dan suatu saat akan datang banjir yang menenggelamkan mereka. Dan aku berusaha berulang kali menggugah mereka untuk bangkit melawan khilafah (pemerintah), tetapi aku tidak menemukan kecenderungan mereka untuk itu. Sebagian mereka menghinaku seakan aku mengatakan pada mereka bahwa ‘aku akan menghancurkan dunia’. Mereka melihat bahwa khilafah (pemerintah mereka) adalah khilafah yang durhaka dan tidak mungkin mengatasinya kecuali dhuhurnya Wali al-Amr (Imam Mahdi).

    Wali al-Amr mereka adalah Imam yang ke dua belas dari dzurriyah Rasul, yang ghaib pada tahun 255 Hijriyah, yakni setelah 255 tahun Rasul mereka datang. Ia hidup sampai sekarang dan akan muncul ke dunia untuk menegakkan keadilan saat kezaliman merajalela.

    Aku heran, bagaimana orang-orang meyakini keyakinan yang khurafat ini. Keyakinan ini semacam keyakinan yang dianut sebagian kaum Kristen yang khurafat, yang yakin bahwa al-Masih akan kembali dari kedudukannya yang tinggi untuk menegakkan keadilan di dunia.

    Aku katakan kepada mereka, “Bukankah yang wajib adalah merubah kezaliman sebagaimana yang dilakukan Rasul Islam?”

    “Sesungguhnya Rasul dibantu Allah, karena itu ia mampu”, jawabnya.

    Aku katakan, “Di dalam al-Qur`an dikatakan, “Jika kamu menolong (membela) Allah, maka Allah akan menolong kamu”. Maka kalian juga akan dibantu oleh Allah, jika kalian bangkit dengan pedang melawan kezaliman pemerintah”.
    “Kau ini pedagang, pemahamanmu ‘cetek’ dan tidak akan menyambung, sedangkan ini masalah yang bersifat ilmiyah.

    Makam Ali bin Abu Thalib dihiasi sangat indah, halamannya elok, kubahnya dilapisi emas dan dua menara menjulang tinggi. Setiap hari berbondong-bondong orang datang menziarahi makam Ali bin Abu Thalib ini. Mereka melakukan ritual keagamaan di dalamnya. Ada aturan bagi peziarah ke makam ini. Setiap dari mereka yang mau masuk, berhenti dulu di depan pintu masuk, mencium pintu tersebut baru mengucapkan salam, meminta izin untuk masuk, baru memasuki ruangan makam. Makam yang mempunyai halaman yang cukup luas itu, ada beberapa ruangan yang khusus dipergunakan untuk berdoa.

    Ada dua makam yang mirip dengan makam Ali bin Abu Thalib ini, yaitu makam yang terletak di Karbala. Yang satu adalah makam Husain bin Ali sedang satunya lagi Abbas yang juga syahid bersama Husain di Karbala. Di Karbala orang-orang Syiah juga melakukan ritual keagamaan seperti apa yang mereka lakukan di Najaf. Hanya saja kondisi Karbala sedikit lebih menyenangkan dibanding kondisi yang ada di Najaf. Karbala dipenuhi dengan perkebunan buah-buahan yang elok dan pengaturan irigasi yang apik.

    Selama misi saya di Iraq, saya menemukan gambaran suasana yang bisa memberi gagasan hati saya. Ada sejumlah kejadian yang menunjukkan keinginan masyarakat untuk mengakhiri gubernur yang berkuasa di Iraq. Mereka mempunyai alasan bahwa gubernur yang ditunjuk Istambul tidak sesuai dengan aspirasi yang berkembang di Iraq. Gubernur tersebut tidak mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menjadi gubernur dan kejam. Dia itu hanya sok bijaksana. Tentu saja rakyat tidak menyukainya. Orang Sunni sendiri tidak bisa berbuat banyak akan hal ini karena gubernur membatasi gerak mereka, tentu ini sama sekali tidak menguntungkan mereka. Pengikut Syi’ah di sisi lain tidak puas dengan tindakan Istambul ini karena di antara mereka ada S-a-y-i-d(l) dan S-y-a-r-i-e-f,(2) keturunan nabi yang menurut mereka lebih berhak untuk dipilih menjadi gubernur.

    (1) Keturunan Sayyidina Husain radiyalla anhu
    (2) Keturunan Sayyidina Hasan radiyalla anhu

    Rata-rata orang Syi’ah berada dalam kondisi kurang beruntung. Hidup dalam lingkungan yang mengenaskan. Lalu lintas jalan kurang nyaman. Para preman jalanan sering menyerang para kafilah bila aparat keamanan tidak terlihat disana. Karena itu, pemerintah Turki menunjuk seorang detasemen yang bertugas khusus mengawal para kafilah saat melewati gerombolan preman tersebut.

    Selain dari itu, penganut Syi’ah senang berperang, saling membunuh dan menjarah. Buta huruf yang merupakan potret kebodohan masih menjadi pemandangan yang umum terlihat. Situasi semacam ini mengingatkan saat Eropa berada di bawah kekuasaan para pendeta. Yang terdidik hanyalah para pemuka agama yang hidup di Najaf dan Karbala dan sebagian kecil dari mereka. Hampir bisa dipastikan hanya satu dari seribu orang yang tahu tentang baca tulis.

    Saat ekonomi di Iraq mengalami kemunduran, banyak dari mereka menderita kelaparan serta kerja para pejabat tidak beres. Orang Syi’ah mengajukan protes terhadap pemerintahan Istambul. Dalam kondisi semacam ini saya melihat rakyat Iraq memandang satu sama lain dalam kecurigaan. Dan sebagai konsekewensi logis, hubungan di antara mereka tentu saja tidak harmonis. Kemudian yang terjadi selanjutnya, para pemuka Syi’ah mengeritik pedas orang-orang Sunni yang berada di pemerintahan, dikatakan telah mengabaikan pendidikan, perekonomian, agama, dan urusan-urusan dunia lainnya.

    Saya tinggal di Karbala dan Najaf hanya selama empat bulan. Saat di Najaf saya mengalami sakit yang cukup serius. Waktu itu rasanya sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Saya pergi ke dokter lalu diberi resep obat. Beruntung setelah minum obat, kesehatanku berangsur pulih kembali. Dalam jangka tiga minggu, saya sembuh seperti semula. Selama sakit saya berada di sebuah ruangan bawah tanah. Karena saya sakit, tuan rumah yang menyiapkan obat dan makanan. Sebagai imbalan atas pelayanannya yang baik, saya memberikan sejumlah uang. Masih ingat sewaktu saya sakit, dokter menyarankan hanya memekan gajih ayam, entah apa alasannya. Pada minggu ketiga dari sakit, saya baru diperbolehkan makan soup dan ayamnya. Saya mengatakan pada tuan rumah bahwa saya mau berziarah ke makam Ali bin Abu Thalib.

    Ketika merasa sudah sembuh betul, saya melanjutkan perjalanan menuju Bagdad. Saya mempersiapkan sebuah laporan yang terdiri atas seratus halaman terhadap observasi saya tentang kondisi dan situasi Najaf, Hulla dan Baghdad. Saya serahkan laporan tersebut kepada perwakilan kementrian yang bermarkas di Bagdad. Selanjutnya saya menunggu perintah berikutnya, harus tetap di Iraq atau kembali ke London.

    Saya sendiri sesungguhnya sudah kepingin betul balik ke London, karena saya sudah cukup lama berada di negeri orang. Saya sudah rindu tanah air dan famili saya. Terlebih saya ingin melihat Si buah hati, anak saya, Rasputin yang lahir setelah keberangkatan saya. Dengan alasan ini saya melampirkan dalam laporan saya permohonan izin untuk barang sebentar kembali ke London. Saya juga ingin menyampaikan laporan lisan atas kesan-kesan saya selama tiga tahun misi saya di wilayah Iraq dan juga ingin istirahat sejenak.

    Perwakilan kementrian yang berada di Iraq memberi saran kepada saya agar tidak terlalu sering menghubungi. Jika tidak, orang-orang akan menaruh curiga. Dia juga menyarankan saya untuk menyewa tempat di salah satu penginapan di sepanjang sungai Tigris dan berkata, “Nanti akan saya beritahu apa jawaban dari kementrian segera setelah saya menerima surat dari London.” Selama tinggal di Bagdad, saya sempat mencatat perbedaan spiritual, yang terjadi antara Istambul, ibukota kekhalifahan dan Bagdad.

    Saya masih teringat kembali saat meninggalkan Basrah menuju Karbala dan Najaf. Ada semacam pertanyaan, “Benarkah Muhammad Annajd berada di jalan yang saya inginkan?” Karena bagaimanapun dia adalah tipe yang mempunyai jiwa kurang stabil dan sedikit gugup. Jangan-jangan semuanya jadi berantakan. Ah, tidak. Saat itu dia punya rencana mau pergi ke Istambul. Saya sempat menyampaikan pesan agar dia tetap pada pendiriannya. Saya katakan pada dia, “Saya khawatir jika Anda sampai di sana, Istambul membuat pernyataan yang menjadikan orang di sana menuduhmu sebagai orang murtad dan akhirnya membunuhmu.

    Kondisi begini masih menyelimuti hati saya. Boleh jadi setelah di Istambul, dia bertemu dengan ulama besar yang berbobot dan meluruskan pemikirannya yang ada selama ini dan membawa dia kepada paham Sunni yang senenarnya yang tentunya akan membuat semua cita-cita saya musnah. Karena Istambul merupakan tempat, pusat ilmu pengetahuan Islam.

    Ketika Muhammad Annajd saya lihat sudah tidak ingin lagi tinggal di Basrah, saat itu aku menyarankan agar dia pergi ke Isfahan atau Syraz. Dengan alasan dua kota ini cukup nyaman dan penduduknya adalah penganut Syi’ah dalam hal ini tidak mungkin ada minat mempengaruhi pemikiran Muhammad Annajd. Sehingga dia tidak bakal mengubah sesuatu yang telah saya tanamkan.

    Ketika kami berpisah, saya katakan padanya, “Kamu ingat apa yang terjadi pada Taqiya?” “Ya saya ingat,” jawabnya. Taqiya adalah salah satu sahabat Nabi yang disiksa dan orang tuanya dibunuh oleh orang-orang kafir. Peristiwa Taqiya bisa diambil sebagai pelajaran. Taqiya secara terbuka menyatakan bahwa dia adalah pengikut Nabi. Kendati setelah dia melapor pada Nabi, Nabi tidak menyalahkan terhadap yang telah dilakukan oleh Taqiya berkenaan dengan kejadian tersebut. Maka saya menyarankan pada Muhammad Annadj, “Jangan mengatakan pada Syi’ah bahwa kamu Sunni jika tidak mau menjadi sasaran orang Syi’ah. Manfaatkan negara dan ulama mereka! Pelajari adat dan tradisi mereka. Mereka itu tak kenal kompromi dan keras kepala.”

    Saya memberikan dia sejumlah uang atas nama zakat saat saya meninggalkannya. Zakat adalah pajak dalam Islam, yang dikumpulkan untuk kemudian dibagikan bagi orang yang membutuhkan. Selain itu saya memberi kenang-kenangan sebuah pelana.

    Sejak saat itu, saya kehilangan kontak dengan dia. Namun demikian, kami telah membuat satu kesepakatan bahwa siapa yang duluan datang ke Basrah dan tidak bisa ketemu, agar meninggalkan surat di rumah Abdur Ridla.

    Bag (6)

    BAGIAN KE ENAM
    Tidak lama tinggal di Bagdad, kemudian saya menerima pesan yang menyuruh saya untuk kembali ke London, kota yang telah saya tinggalkan. Di London saya berbincang-bincang dengan Sekretaris dan sejumlah pejabat kementrian. Saya ceritakan kepada mereka seluruh aktivitas penelitian saya dalam misi panjang di Negeri orang. Mereka cukup puas dengan informasi yang saya berikan mengenai situasi dan kondisi Iraq. Disisi lain Safiyah, teman wanita Muhammad Annajd juga mengirimkan satu laporan yang isinya sama persis dengan apa yang saya laporkan. Saya baru saja mengetahui bahwa seluruh misi yang jalankan itu dibuntuti oleh seseorang utusan dari kementrian. Orang ini juga mengirimkan laporan yang berbarengan dengan laporan yang saya kirim dan isinya sama dengan cerita yang telah saya sampaikan pada Sekretaris.

    Sekretaris menyuruh saya untuk menemui Mentri. Saat saya menghadap, dia menunjukkan satu sikap sepertinya saya belum pernah melaporkan kedatangan saya dulu dari Istambul. Saya melihat bahwa sekarang mendapat tempat yang istimewa di hatinya.

    Mentri sangat senang setelah mengetahui bahwa saya telah mendapatkan Muhammad Annajd. Katanya, “Dia adalah satu senjata yang dicari Kementrian kita. Berilah janji-janji kepadanya. Adalah itu lebih baik waktu yang Anda luangkan bersamanya digunakan untuk mendoktrin dia.

    Ketika saya katakan saya khawatir akan kondisi Muhammad Annajd yang boleh jadi mengubah haluan pemikirannya. Mentri mengatakan, “Jangan khawatir. Dia tetap pada pendiriannya saat Anda meninggalkannya. Agen rahasia kementrian kita bertemu dia di Isfahan dan memberikan laporannya kepada kementrian kita bahwa Muhammad Annajd tetap pada pendiriannya. “Saya menanyakan pada diri saya sendiri, “Bagaimana mungkin Muhammad Annajd menyingkap semua rahasia itu pada orang lain, orang yang belum dia kenal betul?” Saya tidak berani menanyakan perihal ini kepada mentri. Baru setelah saya bertemu Muhammad Annajd berikutnya, saya mengetahui bahwa di I-s-f-a-h-a-n ada seseorang yang bernama “A-b-d-u-l K-a-r-i-m” bertemu dia dan menemukan rahasia tersebut karena adanya kata-kata, “Saya saudara Muhammad (maksudnya saya, H-e-m-p-h-er). Muhammad Anajd menceritakan kepada saya bahwa dia kenal dekat dengan kamu.”

    Muhammad Annajd mengatakan pada saya, “S-a-f-i-y-a-h pergi bersama saya ke Isfahan dengan status nikah mut’ah selama lebih dari dua bulan. Abdul Karim menemani saya pergi ke S-y-i-r-a-z dan mempertemukan saya dengan seorang wanita yang bernama A-s-i-y-a-h, yang lebih cantik dan menarik dari pada Safiyah. Dengan nikah bersama wanita itu saya benar-benar menikmati saat paling menyenangkan.”

    Berikutnya saya tahu bahwa Abdul Karim adalah seorang agen rahasia Kristen yang menetap di Isfahan distrik J-e-l-f-a yang bekerja pada kementrian. Sedang Asiyah, seorang Yahudi yang tinggal di Syiraz, adalah agen rahasia lain dari kementrian. Empat dari kami mengkoordinasi jalan untuk membidik Muhammad Annajd menuju satu kondisi yang sedemikian rupa yang di masa mendatang akan melakukan sesuatu yang kami inginkan melalui jalan yang tepat.

    Saat saya mengaitkan peristiwa-peristiwa di atas di hadapan Mentri, Sekretaris, dan dua anggota dari Kementrian yang tidak saya kenal, Mentri berkata kepadaku, “Kamu berhak mendapat hadiah terbesar dari Kementrian. Karena kamu masuk daftar terbaik di antara sekian agen rahasia terpenting dari Kementrian. Sekretaris akan memberikan sejumlah rahasia negara yang nantinya akan banyak membantu misi yang kamu jalankan.”

    Habis itu Kementrian memberikan cuti kepada saya selama sepuluh hari, di mana saya dapat menjenguk famili. Segera setelah saya pulang, saya luangkan kesempatan yang bagus ini bersama anakku, yang sangat mirip dengan aku. Anakku sudah sedikit bisa  mengucapkan beberapa kata dan sudah bisa berjalan, di mana saya melihatnya begitu senang sehingga rasanya anakku itu merupakan bagian dari diriku sendiri. Sepuluh hari cuti itu benar-benar sangat membawa kebahagiaan besar bagi saya. Saya benar-benar merasakan merasakan seakan-akan terbang ke angkasa karena sangking senangnya. Saat-saat demikian merupakan kebahagiaan besar bisa kembali pulang, bercanda ria bersama keluarga. Selama cuti sepuluh hari tersebut saya sempat bertandang ke rumah tante, yang sangat mencintai saya. Tentu sangat bijak bagi saya untuk bertandang ke rumahnya. Namun sayang, dia meninggal dunia setelah keberangkatan saya dalam misi ketiga. Sangat berduka saya saat itu.

    Cuti sepuluh hari berjalan begitu cepat serasa se jam saja. Bila saja hari-hari yang penuh ceria itu berjalan begitu cepat, hari-hari duka serasa seperti berabad-abad. Masih ingat saat saya mengalami sakit yang cukup serius di Najaf. Rasanya bertahun-tahun saat itu.

    Saat saya mau menghadap Kementrian untuk menerima perintah selanjutnya, saya bertemu dengan sekretaris dengan wajah berseri-seri, ceria serta menyenangkan. Dia langsung menjabat tanganku, menyambut kedatanganku dengan sambutan yang hangat dan dengan penuh keramahan. Dia mengatakan pada saya, “Demi perintah mentri dan komite yang membiayai urusan kolonial, saya akan mengungkap dua rahasia negara untuk kamu. Yang pasti kamu nanti akan banyak bisa mengambil manfaat dari rahasia tersebut. Tak seorangpun bisa mengetahui rahasia itu kecuali orang-orang yang memang benar-benar bisa menerima kepercayaan.”

    Sambil menggandeng tanganku, sekretaris membawa saya ke sebuah ruangan Kementrian. Di dalam ruangan tersebut saya menemui orang-orang yang cukup menarik perhatian saya. S-e-p-u-l-u-h orang duduk mengelilingi meja bundar. Orang p-e-r-t-a-m-a menyamar sebagai khalifah Turki Usmani dengan segala atribut yang dipakainya. Tentunya sudah menguasai bahasa Turki, bahasa kekhilafahan Utsmani dan Inggris karena memang bahasanya sendiri. Yang k-e-d-u-a mirip seperti Syaikhul Islam di Istambul, baik dari pakaian, cara bicara maupun sikapnya. Yang ke t-i-g-a memakai pakaian serta atribut seperti atribut yang dipakai Syah Iran. Yang ke-e-m-p-a-t menyamar sebagai Perdana Mentri di Istana Iran. Sedang yang ke-l-i-m-a menyamar seperti Ulama besar Syi’ah di Najaf. Tiga orang terakhir ini menguasai bahasa Inggris dan Persi. Setiap satu dari lima orang ini mempunyai asisten yang duduk di samping mereka dan menulis apa saja yang ingin mereka sampaikan. Asisten-asisten ini memberikan informasi yang diperlukan oleh lima orang ini dengan mencari tahu secara pasti atas tipe-tipe mereka di Istambul, Iran dan Najaf.

    Sekretaris berkata, “Lima orang ini mewakili lima orang tipe yang ada di sana. Untuk mengetahui tipe pemikiran orang di sana, kami telah mendidik dan melatih orang-orang ini dan persis sama dengan tipe, gaya, dan sikap serta pemikiran orang di sana. Kami telah mendalami informasi yang kami dapat tentang keaslian mereka di sana, Istambul, Teheran dan Najaf terhadap orang-orang ini. Dan dalam hal ini lima orang ini, menyerupakan diri, membayangkan diri mereka menjadi orang-orang asli daerah tersebut. Kami juga telah melakukan gladi bersih terhadap hasil penyamaran ini. Kami berani menjamin bahwa penyamaran ini tujuh puluh persen sesuai dengan tipe kondisi orang yang ada di sana.

    “Jika perlu, Anda boleh memberikan penilaian dengan mengajukan pertanyaan terhadap mereka. Anda sendiri telah bertemu Ulama besar Syi’ah di Najaf dan menanyakan sejumlah pertanyaan.” Saya mengiakan kata-kata sekretaris tersebut karena memang benar bahwa saya  bertemu dengan Ulama besar Syi’ah di Najaf. Saya mengambil sejumlah pertanyaan yang pernah kuajukan kepada Ulama di Najaf dan kemudian saya ajukan kepada orang yang menyamar sebagai U-l-a-m-a Najaf tersebut, “Guru, bolehkan kita mengadakan perlawanan terhadap pemerintah karena alasan pemerintahan tersebut Sunni dan karena mereka itu fanatik?” Dia berfikir sejenak dan kemudian menjawab, “Tidak, tidak boleh kita mengadakan perlawanan terhadap pemerintah hanya karena alasan mereka itu Sunni. Semua orang Islam itu bersaudara. Kita boleh bangkit berperang melawan mereka hanya jika mereka melakukaan kezaliman, penganiayaan serta penindasan terhadap Umat Islam. Dan bahkan dalam hal ini kita mesti mengacu pada prinsip Amar ma’ruf dan Nahyi mungkar. Kita harus mengadakan gencatan senjata segera setelah mereka berhenti melakukan penindasan.”

    Saya bertanya lagi, “Guru, bolehkah saya tahu akan pendapat bapak tentang apakah benar bahwa orang Yahudi dan Kristen itu curang?” Dia menjawab, “Ya, mereka curang,” dia meneruskan kata-katanya, “Perlu bagi kita untuk menjauhi mereka semua.” Ketika saya tanyakan alasannya, dia menjawab, “Hal yang demikian ini dilakukan adalah sebagai pembalasan atas penghinaan mereka. Mereka mencap kita sebagai orang kafir dan mengingkari Nabi kita Muhammad. Karena itu, kita mengadakan pembalasan atas sikap mereka.” Saya menanyakan permasalahan lain dengan mengatakan, “Guru, bukankah kebersihan itu termasuk sebagian dari iman? Kendati pada kenyataan jalan utama dan jalan-jalan di sekitar Sahnis-Syarief(1) tidak terjaga kebersihannya.
    —————–
    (1) Tempat  di sekitar makam Ali bin Abu Thalib.

    Bahkan sekolah, tempat mereka belajar, tidak memenuhi sebagai dikatakan bersih.” Dia menjawab, “Ya, itu benar adanya bahwa kebersihan itu sebagian dari iman, walaupun orang Syi’ah sendiri banyak yang kurang memperhatikan soal kebersihan.”

    Benar-benar menakjubkan, jawaban-jawaban yang diberikan anak buah Kementrian yang ada dalam ruangan tersebut benar-benar sesuai dengan jawaban-jawaban yang telah saya terima dari Ulama Syi’ah di Najaf. Keakuratan sikap, pemikiran, dan identitas yang benar-benar persis ini, yaitu antara orang dari Kementrian dan Ulama di Najaf sangat membuat saya terheran-heran. Selain itu, orang ini pinter bahasa Persi.

    Sekretaris mengatakan, “Jika Anda menemukan tipe lain yang belum dimiliki oleh empat orang lain, Anda bisa berbincang-bincang dengan orang-orang ini, dan untuk memberikan contoh bagaimana tipe kepribadiannya, lalu perlu ditest agar orang-orang ini benar-benar bisa menyamarkan diri dengan tipe kepribadian orang asli di sana. Ketika saya katakan, “Saya kenal betul bagaimana cara berpikir Syaikhul Islam di Istambul. Karena guru saya Ahmad Efendi memberikan keterangan yang cukup jelas gambaran- gambaran Syaikhul Islam kepada saya.” Kata sekretaris, “Kalau begitu Anda bisa berembuk dengan orang dari Kementerian tersebut dan mendiskusikan bagaimana baiknya.”

    Saya mendekat dan bertanya kepada model yang menjadi S-y-a-i-k-h-u-l Islam, begini,. “Apakah merupakan kewajiban untuk mentaati Khalifah?” “Ya, hal itu wajib,” jawabnya. “Apakah itu wajib mentaati Allah dan Nabi?” Ketika saya menanyakan dalil yang mendasari akan keharusan menaati Allah dan Nabi ini, dia menjawab, “Tidakkah anda pernah mendengar ayat Al-Qur’an yang menyatakan, “Taatilah kamu sekalian terhadap Allah, Rasul-Nya dan Ulil amri di antara kamu sekalian.”
    ————-(1) Surat Annisa, ayat: 59

    Saya katakan, “Apakah ini berarti Allah menyuruh kita untuk taat kepada Khalifah Yazid, yang memberi perintah kepada prajuritnya untuk menyerang penduduk Kota Madinah dan membunuh cucu Muhammad dan juga Walid yang hobi meneguk minuman keras?”
    Jawabannya begini: “Anakku! Yazid adalah Amirul mu’minin atas izin Allah. Dia tidak mengeluarkan perintah untuk membunuh Husain, cucu Nabi. Jangan percaya kebohongan orang-orang Syi’ah! Bacalah buku sejarah dengan benar! Dia memang pernah berbuat salah. Tapi kemudian dia bertobat, minta ampunan Allah atas kesalahannya. Memang benar Yazid memerintahkan untuk menyerang penduduk Madinah. Karena penduduk tidak mau patuh dan tidak bisa dikendalikan. Sedang masalah khalifah Walid ya, memang dia itu berdosa. Dalam hal minum minuman keras. Kita tidak wajib mengikuti apa yang diperbuat, tapi mematuhi perintahnya dengan tuntutan syari’ah itu tetap wajib.” Saya telah menanyakan pertanyaan yang sama ini kepada guru saya Muhammad Efendi dan jawaban yang saya terima ini hanya terdapat sedikit perbedaan.

    Kemudian saya bertanya kepada sekretaris, “Apa tujuan pokok alasan mempersiapkan model-model orang semacam ini?” Dia menjawab, “Dengan metode semacam ini kita bisa membuat satu perkiraan atau barometer sampai sejauh kapasitas mental khalifah dari kekhilafahan Turki Usmani, Ulama mereka baik itu Sunni maupun Syi’ah. Kita sekarang ini sedang mencari satu barometer yang tepat, yang akan bisa membantu kita untuk menguasai dan menaklukkan mereka.

    Contoh sederhana, jika saja anda tahu persis dari arah mana datangnya musuh, tentu Anda akan bisa membuat persiapan yang benar-benar efektif tanpa harus membuang banyak biaya dan tenaga. Segala sesuatu yang sia-sia bisa ditekan sekecil mungkin, dan Anda bisa menempatkan pasukan pada posisi yang tepat sehingga bisa membikin kocar-kacir pertahanan musuh. Berbeda jika Anda tidak mengetahui dari arah mana datangnya serangan musuh, tentu Anda menempatkan pasukan sembarangan di sana sini dan pada akhirnya bertekuk lutut, kalah. Sama saja jika Anda mengetahui secara betul dasar hukum dan dalil-dalil yang membuktikan kebenaran agama yang mereka anut, mazhah yang mereka ikuti, akan memungkinkan Anda bisa menyiapkan dalil-dalil tandingan yang bisa menangkis argumentasi dalil yang mereka pegang dan dengan demikian Anda bisa mengalahkan mereka, juga dengan dasar yang mereka pegangi.”

    Sekretaris memberi saya sebuah buku setebal seribu halaman yang berisi tentang hasil dari suatu proyek penelitian yang dilaksanakan oleh lima perwakilan di atas sejumlah tempat atau departemen, seperti kemiliteran, perekonomian, pendidikan dan agama. Sekretaris berkata, “Silakan baca di rumah dan bila sudah selesai, segera kembalikan lagi kepada saya.” Saya bawa buku tersebut kerumah dan saya baca dengan serius, dengan segenap perhatian saya selama masa liburan tiga minggu.

    Ternyata buku tersebut isinya benar-benar menakjubkan. Dokumen-dokumen penting dalam buku tersebut yang merupakan hasil kerja keras yang dalam pelaksanaannya banyak mengalami hambatan itu, isinya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Menurut saya sendiri, informasi yang disampaikan oleh lima perwakilan yang merupakan copi dari tipe orang di Timur Tengah itu tujuh puluh persen sesuai dengan fakta lapangan. Makanya tidak berlebihan jika sekretaris mengeluarkan komentarnya bahwa yang dikatakan oleh lima perwakilan tersebut 70% benar.

    Dengan membaca buku tersebut, sekarang percaya diri yang dimiliki negeri saya semakin bertambah besar dan kuat dan mulai saat itu juga saya bisa mengetahui dengan pasti bahwa rencana Pemerintahan Kolonial Inggris dalam usaha untuk meruntuhkan, memporak porandakan, melumpuhkan, dan menghancurkan kekhilafahan Turki Usmani yang direncanakan dalam jangka waktu kurang satu abad tersebut benar-benar telah dipersiapkan dengan matang. Sekretaris juga mengatakan, “Di ruangan yang sama lainnya, kita juga mempunyai ruangan meja bundar serupa yang dimaksudkan untuk negara-negara yang sudah dijajah dan negara-negara yang masuk daftar Waiting list untuk dijajah.”

    Ketika saya menanyakan kepada Sekretaris di mana ditemukan orang yang begitu cerdas dan berbakat tersebut, dia menjawab, “Agen rahasia kita di seluruh dunia selalu siap siaga dalam menyiapkan intel yang handal. Sebagaimana Anda melihat sendiri, lima perwakilan yang menjadi model ini benar-benar expert dalam bidang mereka. Bisa diambil pelajaran, jika Anda diberi informasi atau keterangan yang dipunyai oleh orang yang memang punya reputasi, Anda mestinya mempunyai cara berpikir seperti orang tersebut dan kemudian membuat pernyataan ataupun keputusan seperti yang dia buat. Karena Anda sekarang akan mengcopi atau yang akan menjiplak tipe cara berpikir dan sikap pribadinya.”

    Sekretaris melanjutkan pembicaraannya dengan mengatakan, “Ya begitulah rahasia pertama dari negara kita yang bisa saya sampaikan pada Anda. Rahasia ke dua akan saya berikan pada Anda nanti bulan depan kalau Anda selesai membaca buku yang saya pinjamkan tadi dan mengembalikannya kepada saya.”

    Saya baca buku tersebut bagian demi bagian dari awal hingga akhir, dengan melibatkan seluruh perhatian saya. Buku tersebut bisa menambah pengetahuan saya tentang siapa sesungguhnya pengikut Muhammad tersebut, apa kelemahan mereka, apa kelebihan mereka, apa yang membuat mereka berkuasa, punya kekuatan yang begitu hebat dan bagaimana menempatkan kekuatan mereka itu satu titik yang paling rawan. Titik kelemahan orang Islam sebagaimana yang tertera dalam buku tersebut adalah sebagai berikut:

    01. Konflik yang mengakar antara Sunni-Syi’ah, perselisihan antara pejabat dan rakyat, ketidak-akuran Pemerintah Turki dan Pemerintah Iran, percekcokan antar suku dan permusuhan Ulama dengan pemerintahan.
    02. Dengan sedikit pengecualian bahwa orang Islam itu tidak disiplin, tidak patuh, dan tidak terpelajar

    03. Kekuatan spiritual cukup minim, rendahnya pendidikan, dan tidak mempunyai keseriusan.

    04. Mereka benar-benar telah hanyut dengan permasalahan yang berkaitan dengan akhirat, sementara mengabaikan dan tidak memperhatikan urusan-urusan dunia.(1)
    (1)    Sesungguhnya apa yang dikatakan “Britsh spy” dalam hal ini tidak benar. Dalam hadits (?) dikatakan, “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu mati besuk.”

    05. Fara khalifah adalah diktator yang zalim.
    06. Jalan-jalannya tidak nyaman dan pengaturan lalu lintas acak-acakan.

    07. Tidak ada tindakan pencegahan yang diambil penyakit menular yang mewabah seperti kolera, yang bisa mematikan ribuan rakyat kecil setiap tahunnya, serta kebersihan air tidak dijaga.

    08. Pengaturan tata kota kurang dan tidak ada pelayanan air bersih untuk minum.

    09. Tidak ada pasukan yang secara khusus ditugaskan untuk mengatasi para pemberontak dan pengacau. Di sana ada kerancuan hukum, tatanan Al-Qur’an yang mereka banggakan hampir bisa dikatakan tidak terlihat dalam kehidupan mereka.

    10. Perekonomian runtuh.
    11. Angkatan bersenjata tidak terorganisir secarab rapi, juga tidak punya perlengkapan persenjataan yang memadai, kalaupun ada itu adalah persenjataan dibilang sudah kuno.

    12. Terjadi pelanggaran hak-hak para wanita.

    14. Lingkungan tidak sehat dan tidak bersih.

    Setelah menerangkan tentang kelemahan dan titik rawan yang ada pada orang Islam, kemudian buku tersebut memberikan informasi tentang hakikat Islam yang sesungguhnya.

    01. Islam menyuruh bersatu dan melarang perpecahan serta menganjurkan kerja sama. Hal ini telah dinyatakan dalam Al-Qur’an. “Berpeganglah kamu sekalian pada tali Allah dan jangan bercerai-berai.” (1)
    02. Islam memerintahkan agar umatnya berpikir dan mengadakan penelitian. Sebagaimana tersebut dalam Qur an: “Berjalanlah kamu di muka bumi. “(2)
    (2) Surat Ali Imran; ayat: 107.

    03. Islam menyuruh umatnya agar menuntut ilmu. Hal ini dinyatakan dalam hadits yang berbunyi “Menuntut ilmu itu wajib bagi orang muslim dan muslimat.”

    04. Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja giat dalam urusan dunia, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an: “Dan di antara mereka ada yang berdoa: Tuhanku berilah bagi kami kebaikan di dunia dan akhirat.” (1)
    (1)Surat Albaqarah, ayat: 201

    05. Dalam setiap permasalahan, Islam memerintahkan untuk mengadakan musyawarah. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an: “Sedang urusan mereka diputuskan dengan musya’warah di antara mereka. “(2)
    (2) Surat Asyura, ayat: 38

    06. Islam memerintahkan untuk membangun jalan. Sebagaimana Al-Qur’an mengatakan: “Berjalanlah kamu sekalian di muka bumi. “(3)
    (3) Surat Almulk, ayat:15

    07. Orang Islam dituntut agar memperhatikan bidang kesehatan. Hadits meriwayatkan: “llmu itu atas 4 bagian:
    (1) Ilmu fiqih untuk menjaga keimanan,
    (2) Ilmu kedokteran untuk menjaga kesehatan,
    (3) Ilmu nahwu dan shorof untuk menjaga bahasa,
    (4) Ilmu astronomi untuk mengetahui waktu.”
    08. Islam memerintahkan adanya perkembangan. Sebagaimana tertera dalam Al-Qur’ an: “Allah menciptakan apa-apa yang ada di bumi untuk kamu. “(4)
    (4)    Surat Albaqarah, ayat: 29

    09. Islam memerintahkan adanya ketertiban dan kerapian. Al-Qur’an menyebutkan: “Dan Kami tumbuhkan segala sesuatu menurut ukurannya. “(1)
    (1) Surat Alhijr, ayat:19

    10. Islam menyerukan untuk membangun ekonomi yang kuat. Dalam Al hadist (?) disebutkan: “Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan kamu mati besuk.”

    11. Islam menyuruh umatnya agar membangun kekuatan bersenjata yang kuat. Al-Qur’an menyatakan: “Persiapkanlah kekuatan sebaik mungkin untuk menghadapi mereka. “(2)(2) Surat Al-anfal, ayat: 60

    12. Islam menyuruh untuk memperhatikan hak para wanita. Sebagai mana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Sebagaimana laki-laki punya hak terhadap para wanita, begitu juga para wanita punya hak terhadap laki-laki.”(3)
    (3) Surat Albaqarah ayat: 228

    13. Islam sangat memperhatikan terhadap kebersihan. Hal terseb’ut diriwayatkan dalam hadits: “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”
    Selanjutnya dalam buku tersebut menyarankan agar menghancurkan dan sebisa mungkin merusak serta menghilangkan kekuatan yang dimiliki orang Islam. Kekuatan basis penyangga Islam yang mesti dirusak atau dihapuskan tersebut adalah sebagai berikut:

    01. Islam tidak mengenal perbedaan ras, bahasa, tradisi, adat, dan kedaerahan.

    02. Bunga bank, lintah darat, prostitusi, minuman keras dan katak semuanya itu dilarang dalam Islam.

    03. Orang muslim pada dasarnya benar-benar taat terhadap Ulama mereka.

    04. Mayoritas orang Sunni bisa menerima keberadaan Khalifah sebagai yang mewakili Nabi. Mereka berpendapat bahwa wajib mentaati khalifah sebagaimana wajibnya mentaati Allah dan Rasul.
    05. Jihad atau perang membela Islam adalah wajib.

    06. Menurut sebagian orang Syi’ah, semua orang segolongan mereka yaitu Sunni dan non-muslim adalah curang.

    07. Semua muslim meyakini bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang benar.

    08. Mayoritas muslim yakin bahwa wajib hukumnya meng usir orang Yahudi dan Kristen dari Semenanjung Arab.

    09. Mereka benar-benar serius dalam melaksanakan ibadah.

    10. Orang Syi’ah yakin bahwa haram hukumnya membangun gereja di negara-negara Islam.
    11. Orang Islam rata-rata berpegang kuat terhadap prinsip keimanan mereka.

    12. Menurut Syi’ah wajib memberikan seperlima humus, harta yang diperoleh dari rampasan perang kepada Ulama.

    13. Muslim sangat memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, sehingga mereka tidak mungkin meninggalkan cara hidup yang ditempuh orang tua mereka.

    14. Wanita muslim memakai jilbab yang menutupi badan mereka, sehingga sulit bagi orang yang punya niat jahat terhadap mereka.

    15. Muslim mayoritas melaksanakan shalat secara berjama’ah, yang bisa membawa kebersamaan lima kali dalam sehari.

    16. Karena menurut mereka makam Rasul dan makam Ali itu tempat yang keramat, mereka berziarah ke tempat-tempat ini.

    17. Ada sejumlah orang yang merupakan keturunan Nabi Muhammad, yang bemama Sayid dan Syarief, yang mengingatkan muslim terhadap Nabi dan ini akan tetap hadir dalam ingatan muslim.

    18. Saat muslim berada dalam satu perkumpulan, para mubalig selalu membarui iman dan menyuruh mereka untuk menambah ketaqwaan.

    19. Wajib bagi setiap muslim untuk ber’amar-ma’ruf dan nahyi-mungkar.

    20. Merupakan anjuran untuk menikahi wanita lebih dari satu orang agar bisa menambah populasi umat Islam.

    21. Mengajak satu orang untuk masuk Islam itu lebih baik dan lebih bernilai dari pada dunia dan isinya.

    22. Hadits mengatakan, “Barang siapa menciptakan suatu kebajikan, maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikuti melakukan kebajikan tersebut” Hadits ini sangat terkenal di kalangan umat Islam.

    23. Orang Islam menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai rujukan umat dalam kehidupan mereka. Mereka meyakinkan betul bahwa hanya berperang pada kedua sumber hukum inilah satu-satunya jalan untuk mencapai surga.

    Informasi selanjutnya dari buku setebal seribu halaman tersebut adalah advise untuk merobohkan sikap fanatik orang Islam terhadap prinsip yang mereka pegangi di mana ini merupakan kekuatan penyangga utama Islam juga saran untuk mempopulerkan kelemahan-kelemahan mereka. Ini digambarkan secara jelas dan rinci, sekaligus bagaimana hal ini bisa dilaksanakan secara baik.

    Langkah-langkah yang perlu diambil untuk menggiring muslim menuju satu kondisi yang mudah dihancurkan adalah tertulis seperti tersebut di bawah ini.
    0l.  Ciptakan konflik dengan memancing rasa permusuhan di antara aliran sekte yang berselisih paham, menciptakan perasaan saling curiga, dan dengan media massa untuk tindak lanjut memperuncing konflik tersebut

    02. Kapan saja kondisi memungkinkan, halangi sekolahan dan media massa yang ada serta bakar buku literatur yang mereka punya. Pastikan bahwa anak-anak orang Islam tetap dalam kebodohan dengan menimbulkan fitnah pada pribadi pemuka agama dan kemudian mencegah orang tua muslim dari mengirim anak-anak mereka ke pusat pendidikan agama.

    03. Junjung akan pentingnya mendapatkan kenikmatan surga di hadapan mereka dan yakinkan bahwa mereka tidak perlu banyak mengurusi urusan dunia. Perluas kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tasawuf. Giring mereka agar hanyut dengan persoalan akhirat dengan mendorong mereka untuk aktiv membaca buku-buku yang menganjurkan zuhud, seperti buku “Ihya Ulumuddien” karangan Imam Ghozali, buku “Mesnevi” karangan Maulana dan buku yang sejenis karangan Muhyidin Arabi.(1) (1) Zuhud yang dianjurkan dalam buku-buku tasawuf, tidak berarti mengabaikan urusan dunia. Tapi itu mempunyai makna bahwa orang Islam tidak boleh terlalu mencintai dunia. Dengan kata lain, bekerja mencari nafkaah untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah termasuk ibadah yang berpahala.

    04. Bujuk para khalifah agar berbuat kezaliman dan dengan hasutan kata-kata seperti ini: Tuan adalah khalifah Tuhan di bumi. Pada sesungguhnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Bani Umayah, dan Bani Abasiah, semuanya bisa berkuasa dengan menggunakan kekuatan senjata dan mereka semua bisa berdaulat. Contohnya, Abu Bakar menjadi khalifah atas bantuan Umar dan dengan melalui cara membakar rumah-rumah orang yang tidak mau mentaatinya, seperti rumah Fatimah.(1)
    (1) Saat Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, salah seorang sahabat, Abu Sufyan datang ke rumah Ali, menawarkan bantuan jika Ali mau menjadi khalifah, tapi itu ditolak oleh Ali.
    Dan Umar menjadi khalifah atas dasar keputusan dari Abu Bakar. Utsman, di sisi lain, menjadi khalifah atas surat perinutah dari Umar Sedang Ali, menjadi khalifah dengan dipilih oleh para penyamun. Mu’awiyah menjadi khalifah dengan mengangkat senjata. Kemudian pada zaman Bani Umayah berkuasa, kepemimpinan Islam berubah menjadi warisan yang diberikan secara turun-temurun. Begitu juga halnya dengan Bani Abasiyah. Ini semua merupakan bukti bahwa dalam Islam kekuasaan dibentuk melalui keputusan tunggal, kediktatoran, dan bukan lewat pemilihan.

    05. Hapuskan hukum mati dari kitab perundang-undangan. Rintangi, cegah aturan yang menghukum para preman dan perampok. Pastikan bahwa perjalanan tidak bisa memberi kenyamanan bagi musafir dengan cara mempersenjatai para preman dan perampok tersebut.

    06. Kita bisa menggiring mereka pada kondisi kehidupan yang tidak sehat, dengan program seperti berikut:

    Segala sesuatu itu tergantung pada taqdir Allah. Pengobatan tidak akan mempunyai arti dalam menyembuhkan suatu penyakit. Bukankah telah dinyatakan dalam Al-Qur’an, “Tuhanku yang memberi makan dan minum saya. Dan dialah yang menyembuhkan saya ketika saya sakit. Dan dia sendiri mematikan aku, kemudian menghidupkan kembali(1) (1) Surat Asyura, ayat: 79-80-81
    Jadi tidak ada seorang pun mati tanpa kehendak Allah.
    07. Ciptakan pernyataan seperti berikut dalam mendorong kezaliman: Islam adalah agama yang amat mengurusi permasalahan ibadah. Urusan negara adalah di luar Islam. Nabi Muhammad dan khalifah penggantinya tidak pernah mengangkat mentri atau menetapkan hukum-hukum kenegaraan.

    08. Kemunduran ekonomi adalah konsekwensi logis hasil propaganda tersebut nomor 07. Kita bisa menghentikan pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan kebun, menenggelamkan kapal yang digunakan sebagai alat utama roda perdagangan, membakar pasar, membikin bobol bendungan yang digunakan sebagai irigasi dengan serangan, sehingga pusat lahan pertanian dan industri yang tertinggal tergenang air, yang pada akhirnya mencemari air minum yang dialirkan lewat pipa-pipa.

    09. Menggiring para pejabat pemerintahan untuk hobi main perempuan, alkohol, berjudi, korupsi, kolusi, dan penipuan serta mengajari mereka caranya mencuri harta negara untuk kepentingan pribadi. Dorong juga rakyat kecil untuk berbuat demikian dan berilah orang-orang ini hadiah.

    Dalam buku tersebut diberikan satu catatan: Agen mata-mata yang melaksanakan tugas ini agar benar-benar waspada dan hati-hati agar semua rahasia ini tidak bocor ke tangan orang luar, yang bisa berakibat fatal, mata-mata bisa saja ditangkap warga muslim.

    10. Populerkan macam-macam riba. Karena riba tidak hanya meriutuhkan tatanan ekonomi, tapi lebih dari itu membiasakan orang Islam dan mengabaikan norma aturan Islam. Sekali orang melanggar satu hukum, ini akan mudah baginya untuk cenderung melakukan pelanggaran yang lainnya. Mereka harus diberi pengertian bahwa bunga uang atau riba itu bisa haram hanya jika berlipat. Karena hal itu telah dinyatakan dalam Al-Qur’an: Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda.(1)
    (1) Surat Ali Imran, Ayat: 130.
    Karena itu, tidak setiap bentuk interest rate (bunga uang) itu haram.

    11. Sebarkan sikap terbalik dari warga muslim yaitu, dari menghormati para Ulama menjadi membenci mereka  dengan cara menimpakan fitnah terhadap pribadi Ulama, sehingga umat Islam akan dengan terang-terangan mencaci terhadap tingkah laku yang dilakukan para Ulama, yang padahal itu adalah sandiwara yang kita buat, agar umat menjauhi pemimpin mereka, yaitu para Ulama. Untuk merealisasikan ini kita akan menurunkan beberapa orang yang sudah digodok, dilatih yang bertugas menyamar sebagai ulama. Kemudian pada gilirannya orang-orang kita ini menyerupakan diri dengan sedemikian rupa, sehingga mereka ini benar-benar persis seperti Ulama dilihat dari segala sudut. Berikut, orang-orang ini melakukan satu tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh Ulama. Sehingga orang-orang Islam akan bingung dengan tindakan para Ulama, melihat kondisi yang ada. Dan setiap Ulama akan memendang satu sama lain dalam kecurigaan. Kemudian orang-orang yang menyamar sebagai Ulama, yaitu dari mata-mata kita tadi disusupkan masuk ke sentral pendidikan Al-Azhar, Istambul, Najaf, dan Karbala. Tindakan selanjutnya, kita membuka sekolah-sekolah dan sejumlah universitas dalam rangka menjauhkan muslim dari pemuka mereke, Ulama. Di sekolah-sekolah ini kita didik anak-anak dari Bizantium, Yunani, dan Armenia. Dan menjadikan mereka semua sebagai musuh-musuh orang Islam. Sedang anak-anak orang Islam, kita mesti memasukkan satu pemikiran pada mereka ini dengan satu keyakinan bahwa orang tua mereka adalah orang-orang yang bodoh. Untuk membawa agar anak-anak muslim ini benci terhadap khalifah, ulama, dan pejabat-pejabat pemerintahan mereka sendiri. Kita akan memberi penjelasan secara gamblang apa yang menjadi kesalahan khalifah, ulama, dan pejabat-pejabat mereka, meyakinkan mereka bahwa khalifah, pejabat dan ulama tersebut hanya disibukkan dengan apa yang menjadi hobi mereka. Bersenang-senang dengan para gundik mereka, menyalahgunakan harta rakyat dan tidak lagi memperhatikan bahwa mereka itu adalah penerus Nabi yang mestinya tidak berbuat begitu.

    12. Untuk menyebarluaskan fitnah bahwa Islam tidak atau kurang menyukai keberadaan wanita, kita bisa mengambil dasar dan ayat Al-Qur’an itu sendiri yang menyatakan “Allah melebihkan laki-laki atas perempuan,” (1)
    (1) Surat Annisa, ayat: 34
    dan hadits: “Perempuan adalah sumber kejahatan.”

    13. Kotor adalah sebuah akibat kurangnya air. Maka dari itu, kita berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi suplai air dengan jumlah yang cukup.

    Langkah-langkah yang perlu diambil yang disarankan oleh buku seribu halaman tersebut dalam menghancurkan benteng pertahanan muslim adalah seperti berikut di bawah.

    01. Berilah rangsangan seperti membangkitkan jiwa patriotik ras dan nasionalis di antara umat Islam, semisal menarik kembali menarik perhatian mereka terhadap kepahlawanan jaman pra Islam. Munculkan kembali model kepemimpinan Fir’aun saat berkuasa di Mesir, periode Magi di Iran, periode orang Babilonia di Iraq, zaman tirani Attila dan Dzengiz di Turki.

    02 Selanjutnya kemungkaran harus dimasyarakatkan baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, seperti minum-nimuman keras, judi, prostitusi atau pelacuran, dan daging babi. Untuk memastikan agar hal tersebut bisa berhasil dengan baik, warga Kristen, Yahudi, penganut leluhur Iran, dan non-muslim dimanfaatkan secara maksimal. Bagi mereka yang bekerja dalam bidang ini harus digaji dengan bayaran yang lebih tinggi dari gaji yang ada di tempat tersebut. Dan tentunya disediakan oleh Kementrian Persemakmuran.

    03. Tebarkan kerancuan pengertian di kalangan muslim terhadap apa sesungguhnya jihad. Tanamkan pada mereka bahwa jihad itu merupakan suatu perintah dalam Islam yang bersifat temporer atau sementara, dan untuk saat ini tidak berlaku, sudah usang. Hilangkan satu pendapat yang telah mengakar di penganut Syi’ah bahwa orang Kristen dan Yahudi adalah curang. Untuk meyakinkan bahwa pendapat demikian ini salah, angkat ke permukaan ayat Al-Qur’an yang mengatakan, “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi kitab yaitu Yahudi dan Kristen itu halal bagimu, dan makanan kamu juga halal pula bagi mereka,”(1)
    (1) Surat Almaidah, ayat : 05
    dan tunjukkan pada mereka contoh kongkrit dari sejarah bahwa Nabi Muhammad memperistri seorang wanita Yahudi yang bernama “Shofiyah” dan wanita Kristen yang bernama “Mariya Alqibti” dan isteri Nabi tersebut juga orang-orang yang baik.

    05. Tanamkan keyakinan pada mereka orang muslim bahwa apa yang pernah dikatakan Nabi dengan Islam adalah sebuah agama yang sempurna, sehingga pengertian ini bisa mencakup keseluruhan agama baik itu Yahudi, Kristen maupun Islam. Perkokoh keyakinan tersebut dengan alasan dasar berikut: Al-Qur’an itu memberi istilah ‘Muslim’ untuk keseluruhan penganut agama samawi. Contohnya, disebutkan dalam riwayat Nabi Yusuf Alaihissalam pernah mengajukan permohonan terhadap Allah, “Ya Allah, matikan saya dalam keadaan menjadi seorang Muslim,” dan Nabi Ibrahim bersama Ismail ketika sedang berdoa mengatakan, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang Muslim (orang yang tunduk patuh) terhadap Mu dan (jadikanlah) anak cucu kami menjadi Muslim (tunduk patuh) kepada Engkau dan tunjukkanlah ke pada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami, “(1)
    (1) Surat Al Baqarah, ayat: 128.
    Dan juga Nabi Ya’kub pernah memberi wejangan terhadap anaknya, “Janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. “(2)
    (2) Surat Al Baqarah, ayat:132.
    Itu semua menunjukkan bahwa yang dicakup dalam istilah ‘Islam’ merujuk kesemua agama samawi.

    06. Katakanlah kepada mereka berulang-ulang bahwa membangun gereja itu tidak haram. Adalah Nabi Muhammad dan Khalifah penggantinya tidak pernah menghancurkan gereja malah sebaliknya menghargai keberadaan gereja. Dalam Al-qur’an dinyatakan, “Sekiranya saja Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya disebut nama Allah. “(1)
    (1) Surat Alhaj, ayat: 40.
    Ayat tersebut menunjuk bahwa Islam menghormati tempat-tempat ibadah, bukan mcnghancurkannya, dan Islam menjaga tempat-tempat tersebut dari siapa saja yang bermaksud mau menghancurkan.

    07. Kacaukan pengertian tentang hadits yang mengatakan, “Buanglah orang-orang Yahudi dari Semenanjung Arab,” dan hadits “Dua agama tidak akan bisa berjalan bersama-sama di Semenanjung Arab.” Kata”‘Seandainya dua hadits ini memang benar adanya tentu Nabi tidak akan memperisteri orang Yahudi dan Kristen. Juga  tidak akan membuat suatu perjanjian dengan orang Nasrani dari Najran.”

    08. Cobalah untuk menghalangi orang-orang Islam dari kegiatan peribadatan mereka dan taburkan kebimbangan tentang manfaat dan kegunaan ibadah dengan mengatakan, “Allah itu tidak membutuhkan ibadah seseorang.” Cegah mereka dari melaksanakan Haji juga dari bentuk-bentuk ibadah lainnya yang membawa mereka menuju kebersamaan.  Demikian juga, cobalah untuk merintangi mereka dari membangun masjid-masjid, makam-makam, sekolah-sekolah, dan perbaikan Ka’bah.
    09. Kacaukan pengertian yang ada di kalangan orang-orang Syi’ah tentang hukum seperlima dari harta ghanimah yang diperoleh dari musuh dalam peperangan yang diberikan kepada Ulama dan beri penjelasan bahwa seperlima itu milik harta rampasan yang diambil dan Daarul-Harb. Dan hal tersebut tidak ada kaitannya dengan harta komersial atau perdagangan di mana Ulama dalam hal ini masuk pada golongan fi sabilillah yang berhak penerima zakat yang dikeluarkan dari harta komersial tersebut. Kemudian tambahkan bahwa humus hanya bisa diberikan kepada Nabi atan Khalifah, bukan kepada Ulama karena Ulama sudah diberi perumahan, hewan peternakan dan perkebunan. Karena itu, tidak pada tempatnya untuk memberikan humus kepada Ulama.
    10. Masukkan bid’ah ke dalam ajaran Islam dan berikan kritik yang pedas karena Islam adalah agama yang senang melakukan teror. Jelaskan secara tegas bahwa Negara-negara Islam berada dalam kondisi sekarat dan sekarang ini sudah pada posisi akan runtuh. Kemudian lakukan untuk membuat mereka umat Islam keluar dari konsep hukum Islam.

    11. Sangat penting! Jauhkan para generasi muda yang dipegangi para orang tua, kemudian asingkan pendidikan generasi tua sebelum mereka. Kita didik generasi muslim tersebut, dan konskwensinya, pada saatnya nanti mereka itu akan benar-benar terpisah dari ajaran pendidikan orang tua mereka. Usahakan bagi mereke agar tidak punya lagi waktu untuk menyentuh yang berkaitan dengan keimanan, ibadah, dan yang membuat mereka dekat dengan para Ulama.

    12. Pancinglah para wanitanya untuk bisa membuang jauh-jauh adat menutup aurat. Berilah alasan palsu yang seperti, “Menutup aurat itu bukan merupakan ajaran Islam yang sesungguhnya. Hal itu adalah tradisi yang muncul ke permukaan pada masa pemerintahan Abasiah. Dulunya, orang-orang bisa melihat para isteri Nabi dan wanita-wanita lain ikut serta dalam segala macam kegiatan sosial dalam masyarakat.” Setelah kita bisa menelanjangi para wanita, gadis muslim dari tradisi kebiasaan menutup aurat, ciptakan suatu kegiatan yang memungkinkan para pemuda Islam bisa berkumpul dan menyatu dengan wanita-wanita tersebut, ini akan membuat mereka terdorong untuk menjalin hubungan dan berbuat di luar norma-norma aturan Islam. Inilah cara paling ampuh dan mujarab untuk menjerat pemuda pemudi Islam sebagai jalan untuk meruntuhkan kekuatan penyangga utama Islam. Untuk pertamanya sebagai pioner dalam hal ini peralat wanita non-muslim, dalam jangka waktu tertentu para wanita muslim secara otomatis akan mengikuti budaya pergaulan yang ada dan dekadensi moral barang tentu akan menjadi pemandangan yang umum.

    13. Pergunakan setiap ada kesempatan untuk menghentikan mereka melaksanakan shalat secara berjamaah dengan menyebutkan kekurangan para imam masjid, melalui cara mengungkapkan kesalahan para imam masjid. Dan dengan cara memancing perselisihan dan perpecahan di antara para imam dan para jamaah yang selalu mengikuti mereka di belakang saat shalat berjamaah.

    14. Tanamkan perasaan skeptis di kalangan umat Islam serta bimbang terhadap yang mana sesungguhnya yang dikatakan Sayyid, yang merupakan keturunan Nabi Muhammad. Campur adukkan para Sayyid yang biasa berpakaian serban hitam dan serban hijau tersebut dengan orang non-Sayyid yang sudah dibuat sedemikian rupa agar bisa membuat bingung umat Islam, sehingga pada gilirannya nanti perlahan tapi pasti, bisa sedikit demi sedikit mengikis respek serta kepercayaan mereka terhadap Sayyid tersebut. Lucuti serban yang merupakan ciri para pemuka Islam dan ciri khas para Sayyid, sehingga dengan demikian bisa mengaburkan silsilah keturunan Nabi Muhammad dan yang ada tidak lagi punya pamor di mata rakyat biasa.

    (1) Sayyid Abdul Hakim Arwasi, dalam bukunya yang berjudul, “Ashhabil kiram”, yang beliau tulis di Istambul, Turki mengatakan, “Fatimah, putri Rasulullah, dan keturunannya sampai akhir zaman tetap merupakan Ahlu u bukan muslim yang taat. Menyintai, membantu dengan segenap jiwa dan raga kita serta memperhatikan hak mereka akan bisa menyebabkan mati dalam keadaan beriman. Dulu pernah ada sebuah badan hukum yang secara khusus mengurusi para Sayyid yang berada di Hama, sebuah kota kecil di Siria. Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah di Mesir, para keturunan Hassan diberi gelar Sarief dan sudah menjadi keputusan bahwa mereka ini memakai serban putih. Sedang keturunan Husein diberi gelar Sayyid dengan memakai serban hijau. Setiap anak lahir dari dua keturunan ini dicatat di hadapan Jaksa dan disaksikan oleh dua orang. Semenjak rezim Sultan Abdul Majid Khan, Rasyid Pasha, antek Inggris yang menjadi perdana mentri, mencabut badan hukum ini atas saran dari bosnya pemerintah Inggris. Orang muslim biasa yang tidak diketahui silsilahnya dipanggil Sayyid. Para sayyid palsu dari Iran bermunculan di sana-sini. Juga disebutkan dalam buku Fatawa alkhaditsiah bahwa di masa permulaan Islam, mereka yang keturunan Nabi diberi gelar Syarif. Hanya ketika Bani Fatimiyah berkuasa di Mesir keturunan Husain dan Hasan diberi ciri khas tersendiri.

    15. Kampanyekan kepada umat Islam bahwa keberadaan bangunan makam yang besar, yang indah dan menara yang ada di sekelilingnya seharusnya dihancurkan, serta diratakan dengan tanah. Dengan satu alasan bahwa bangunan makam yang besar dan dihias seperti itu tidak pernah ada pada zaman Rasulullah. Perbuatan membangun tersebut jelas merupakan bid’ah yang ada dalam Islam. Selain itu, cegahlah setiap muslim yang ingin berziarah ke makam Nabi makam Khalifah dan Ulama dengan mengemukakan kepada mereka bukti-bukti yang meyakinkan bahwa ziarah tersebut bukan merupakan ajaran Islam yang sesungguhnya. Serta putar balikkan fakta yang sebenarnya seperti dengan mengatakan, Sesungguhnya yang benar itu makam Nabi Muhammad berada di dekat makam ibunya, sedang makam Abu Bakar dan Umar berada di sebuah pekuburan yang bernama Baqi. Makam Utsman, khalifah ketiga umat Islam tidak diketahui di mana letaknya. Husain yang merupakan cucu nabi, kepalanya ditanam di Hanana. Sedang jasad cucu Nabi tersebut tidak seorangpun tahu di mana letaknya. Pekuburan yang berada di daerah Kazimiyah yang diyakini orang Syi ‘ah sebagai makam keturunan Nabi yang bernama Syaikh Qasim dan Syaikh Jawwad adalah makam dua khalifah. Satu makam yang berada di kota Tus, yang menurut mayoritas muslim diyakini sebagai makam Syaikh Ali Ridha, itu sesungguhnya hanyalah makam seorang muslim yang bernama Harun. Makam-makam yang ada di kota Sammarah adalah pekuburan Bani Abasiyah, bukan makam Syaikh Hadi, Syaikh Asy’ari dan Syaikh Mahdi, yang disebut-sebut sebagai keturunan Nabi. Semua tindakan membangun makam-makam dan menara-menara tersebut adalah tidak mengikuti ajaran Islam. Oleh karena itu, keberadaannya harus dihilangkan di seluruh wilayah kekuasaan Islam.

    16. Katakan kepada mereka bahwa wajib untuk menghancurkan tempat bangunan yang digunakan ritual perkabungan masal oleh muslim Syi’ah dengan alasan hal tersebut merupakan penyimpangan ajaran Islam. Orang-orang harus dihalangi dari ikut menghadiri kegiatan ritual perkabungan masal di tempat tersebut. Jumlah penceramah yang biasa memberikan semangat dalam acara tersebut harus dikurangi. Untuk mendukung tujuan ini bagi penceramah dan yang mempunyai tempat yang digunakan sebagai pusat kegiatan ritual perkabungan masal ini harus ditarik pajak. Hal ini sedikit menghambat jalannya kegiatan. Yang jelas kegiatan yang bersifat membuat mereka menuju kebersamaan harus ditekan atau dikurangi.

    17. Dengan menggunakan dalih love of freedom (cinta kebebasan), yakinkan kepada setiap muslim bahwa setiap orang bebas untuk melakukan apa saja yang ia suka. Tidak wajib hukumnya melaksanakan amar-ma’ruf nahyi mungkar atau mengajari prinsip-prinsip Islami. Selain itu tanamkan satu pemikiran bahwa orang Kristen akan tetap berada pada posisi memeluk agama Kristen dan Yahudi begitu juga akan berada pada keimanan mereka dalam beragama Yahudi. Tidak seorangpun bisa mempengaruhi hati orang lain. Urusan hati adalah tergantung pada Tuhan. Kendati sudah diajak masuk Islam seribu kali, kalau Tuhan tak memberi hidayah, hal ini tidak akan bisa terjadi. Dan amar-ma’ruf nahyi-mungkar itu sendiri adalah tugas para ulama dan Khalifah.

    18. Untuk menghambat laju pertambahan populasi umat Islam, kelahiran bayi mesti dibatasi dan poligami dilarang. Masalah pernikahan harus tunduk terhadap hukum. Misalnya, harus ada aturan suku bangsa Arab tidak boleh menikahi suku bangsa dari Iran, sebaliknya orang Iran tidak bolel nikah dengan orang Arab juga orang Turki tidak boleh nikah dengan orang Arab.

    19. Pastikan untuk menghentikan perambatan dan masuknya orang di luar Islam ke agama Islam. Siarkan sebuah konsep bahwa Islam adalah agama yang hanya dikhususkan untuk suku bangsa Arab saja. Untuk mendukung konsep ini angkat ayat Al-Qur’ an berikut ini, Ini adalah sebuah Dzikir (Islam) untuk kamu dan orang-orang kamu.”

    20. Lembaga-lembaga pendidikan yang mengacu kepada pembentukan iman harus dibatasi melalui hukum dan dikurangi, hanya pendidikan dan sekolah negeri yang diizinkan. Orang yang bersifat pribadi atau lembaga swasta harus ditekan agar tidak bisa mendirikan lembaga pendidikan semacam sekolah-sekolah atau pesantren.

    21. Munculkan keraguan akan keautentikan Al-Qur’an dan cetak serta publikasikan terjemahan Al-Qur’an yang memuat pembredelan sebagian ayat, penambahan dan penyisipan dan katakan pada orang-orang ini, “Copian Al-Qur’an yang ada sekarang sudah tidak layak lagi untuk dijadikan rujukan. Satu ayat di satu Al- Qur ‘an tidak ada di Al- Qur’an lain. Buanglah ayat-ayat yang memojokkan keberadaan Yahudi, Nasrani, dan non muslim lainnya dan juga ayat yang memuat perintah jihad, amar-ma’ruf nahyi-munkar. Terjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain, seperti ke dalam bahasa Turki, Persi, dan India. Sehingga, dengan cara begini kita bisa mencegah orang di luar Negara Arab mempelajari bahasa Arab. Dan dalam hal adzan, sholat dan do’a usahakan untuk tidak menggunakan bahasa Arab. Demikian juga, orang-orang Islam harus dibuat ragu akan keberadaan hadits-hadits Nabi yang ada. Sejumlah terjemahan, kritik, dan penyisipan sebagaimana yang telah dilakukan terhadap Al-Qur’an bisa diaplikasikan juga terhadap Hadits.

    Setelah saya selesai membaca keseluruhan isi buku yang berjudul “How Can We Demolish Islam” (Bagai mana cara kita bisa menghancurkan Islam), saya benar-benar kagum dan terkesan atas isi yang terkandung di dalamnya. Benar-benar hebat. Buku tersebut merupakan yang sangat berharga bagi studi yang akan saya jalankan. Saya mengembalikan buku tersebut kepada sekretaris dan berterima kasih kepadanya. Saya katakan buku tersebut benar-benar sangat membantu misi yang akan saya jalankan. Sekretaris berkata kepada saya, “Pasti sekarang Anda yakin bahwa dalam melaksanakan tugas ini Anda tidak sendirian. Kami telah merekrat tenaga kerja yang cukup banyak dalam melaksanakan satu pekerjaan yang sama, seperti pekerjaan yang akan Anda jalankan. Kementrian kita telah menandatangani lebih dari lima ribu orang dalam menjalankan misi ini. Kementerian memprediksi ada kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah dan mencapai seratus ribu orang. Bila kita sudah bisa mencapai jumlah tersebut tadi, dipastikan kita bisa membawa seluruh wilayah kekuasaan Islam ke dalam payung kekuasaan Inggris Raya.”

    Beberapa waktu kemudian sekretaris mengatakan, ” Ada berita bagus untukmu! Kementrian kita paling lama membutuhkan waktu satu abad untuk merealisasi program ini. Kita boleh jadi tidak bisa melihat dan menikmati hari-hari yang menyenangkan itu, tapi anak-anak kita yang pasti akan menikmati hari-hari yang menyenangkan tersebut. Betapa indahnya perkataan ini: “Saya telah menikmati apa yang telah orang tua dulu tanam, dan begitu juga sekarang saya sedang menanam untuk dinikamti generasi kami selanjutnya.” Program yang dilaksanakan pemerintah Inggris ini secara tidak langsung telah membuat senang seluruh Umat Nasrani dan telah bisa menyelamatkan mereka semua dari abad kedua belas, yaitu abad kegelapan masyarakat Eropa.”

    Selanjutnya sekretaris memberi komentarnya tentang realita sejarah seperti berikut, “Expedisi Pasukan Salib yang berlangsung selama satu abad sama sekali tidak menghasilkan sesuatu yang berarti. Begitu juga apa yang telah dilakukan Pasukan Mongol dari Timur yang dipimpin oleh Jengis Khan, tidak bisa menghancurkan kekuatan Islam. Hal tersebut dikarenakan sistem kerja mereka secara tiba-tiba, tidak sistematis dan tidak kuat mengakar ke tanah. Sehingga dengan begitu kekuatan musuh masih bisa bangkit. Konsekwensinya mereka menjadi kecapekan dalam waktu yang cukup singkat. Tetapi kini para pemegang admimstrasi kita yang sudah expert dalam bidangnya, sedang merobohkan kekuatan utama penyangga Islam memakai taktik planing yang bagus, yang benar-benar disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dan dengan memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi. Kita juga harus menggunakan kekuatan militer, namun harus digunakan pada episode paling akhir. Yaitu setelah kita benar-benar bisa menguasai kekuatan Islam, setelah kita bisa menghalau dan menghadang gerak langkah umat Islam dari segenap penjuru dan membuatnya sama sekali tidak berdaya dan lumpuh, yang tidak pernah akan sembuh dan bangkit melawan kita.”

    Kata-kata terakhir yang diucapkan sekretaris begini: “Para agen intelejen tinggi yang telah kita posisikan di Istambul adalah intel yang cerdas dan cekatan. Mereka melaksanakan planing kita secara tepat. Anda tahu apa yang mereke lakukan? Mereka melebur, menyatukan diri dengan masyarakat muslim yang membangun sekolah-sekolah untuk anak-anak mereka. Mereka juga membangun gereja. Mereka benar-benar sukses di dalam memasyarakatkan minuman keras, perjudian, kemesuman, dan membikin mereka menjadi kelompok-kelompok kecil melalui hasutan. Para intel tersebut menanamkan kebimbangan pada generasi muda Islam. Mereka membangkitkan khilafiyah yang memang sudah ada sebelumnya dan membakar mereka agar melawan pemerintah. Mereka menciptakan demonstrasi di mana-mana. Mereka merusak mentalitas pemegang administrasi dan para negarawan dengan menggunakan jebakan wanita yang diberi tugas merayu dan mengajak menikmati surga dunia. Dengan menggunakan pola kerja semacam ini, kekuatan utama ummat Islam hancur dan tentu akan meninggalkan ajaran agama yang selama ini mereka jadikan pedoman. Dan memecah belah persatuan mereka. Setelah hal itu berhasil, saatnya baru menggunakan kekuatan militer.”


    (1) Pemerintah Inggris menggunakan dua puluh satu langkah tersebut dalam program menghancurkan dua negara Islam yaitu Kesultanan India dan kekhilafahan Turki Utsmani. Mereka mendirikan aliran-aliran Islam seperti: Wahabi, Qodiyani, Tabligh Jamaat, dan Jamaatul Islamiyah di India. Kemudian dengan mudah mereka menginvasi India, menghancurkan administrasi secara keseluruhan, memenjarakan sultan dan menyembelih dua putranya. Barang-barang yang berharga serta harta benda lainnya yang telah berabad-abad menjadi hak rakyat India dijarah dan dikapalkan ke London. Mereka mengambil batu-batu permata seperti berlian, jamrud, merah delima dan hiasan dinding makam terkenal Taj mahal yang dibangun oleh Sultan Syah Jihan pada tahun 1041 Hijriyah (1631 M) di atas kuburan isterinya, Arjumen Beghum di Aghra, yang dilapisi dengan intan. Sebagaimana kata Allah, “Barang siapa berbuat makar terhadap Allah, maka Allah juga berbuat makar kepada mereka”. Balasan muncul ketika Perang Dunia ke dua pecah. Karena takut diinvasi Jerman, para pastur, pejabat negara dan sejumlah orang serta harta benda yang cukup banyak dikapalkan. Dalam perjalanan menuju Amerika, ranjau diluncurkan dari kapal perang Jerman, Graf Von Spee dan dua kapal penyergap sejenis. Serangan itu mampu menenggelamkan kapal mereka. Keseluruhan awak kapal dan penumpang serta harta benda yang mereka angkut tenggelam masuk ke dasar lautan Atlantik. Setelah Perang Dunia kedua berakhir, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan deklarasi Hak Asasi Manusia (The Human Rights Declaration) yang menolak adanya penjajahan di seluruh dunia. Deklarasi tersebut dikeluarkan di New York. Pemerintah Inggris kehilangan sumber utama pemasukan negara yang sudah mereka nikmati selama berabad-abad. Akhirnya, mereka mencopot gelar Great Britain.

    Bag (7)

     Dengan mengetahui rahasia negara yang pertama saya ingin untuk segera mengetahui rahasia negara yang ke dua. Akhirnya, pada suatu hari sekretaris memberi penjelasan rahasia negara yang ke dua yang telah ia janjikan tempo dulu. Rahasia ke dua ini termuat dalam sebuah dokumen yang isinya satu rancangan yang terdiri dari lima puluh halaman yang dipersiapkan bagi para pejabat teras atas yang bekerja pada kementrian yang bertugas menghancurkan Islam secara menyeluruh dalam kurun waktu satu abad. Rancangan ini terdiri atas empat belas alinea. Dokumen yang berisikan rancangan jamgka panjang tersebut betul-betul disimpan rapi agar jangan sampai bocor keluar apa lagi jatuh ke tangan muslim. Berikut ini adalah rancangan yang terdiri atas 14 alinea ini:

    1.   Kita harus membentuk suatu pendirian aliansi yang baik dan perjanjian yang saling menguntungkan dengan orang Rusia Tsar untuk menginvasi Bukhoro, Tajikistan, Armenia, Khurasan dan tetangganya. Dan lagi genderang kesepakatan itu harus didirikan dengan pemerintahan Rusia agar bisa menginvasi tetangganya, Turki.

    2.   Kita menjalin kerja sama yang baik dengan Perancis dalam menghancurkan dunia Islam, baik dari luar maupun dari dalam.

    3.   Kita mesti menyuburkan persengkatan yang ada dan pertikaian pemerintahan Turki dan Iran, serta menanamkan fanatik kebangsaan dan kesukuan pada kedua negara tersebut. Selain itu, semua suku bangsa dan negara muslim yang bertetangga harus dibuat agar saling bermusuhan. Keseluruhan sekte-sekte agama, termasuk yang sudah mati dihidupkan lagi dan dipancing untuk saling menyerang satu sama lain.

    4.   Bagian bawah dari pemerintahan negara Islam harus diambil alih oleh masyarakat non-muslim. Contohnya, Madinah harus diberikan kepada Yahudi, Alexandria kepada Nasrani, Imarah kepada Saiba, Kermansyah kepada sekte Nusairiyah, yaitu aliran yang mengkultuskan Ali bin Abu Talib, Mousul kepada sekte Yazidis, Teluk Iran kepada Hindus, Kars kepada sekte Alawis, Masqat kepada Khawarij. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mempersenjatai kelompok-kelompok tersebut, sehingga setiap dari mereka akan menjadi onak dalam tubuh Islam. Wilayah-wilayah mereka harus diperluas sampai kekuasaan, pemerintahan Islam berantakan dan kacau balau.

    5.   Sebuah jadwal harus dibuat sedemikian rupa untuk memecah belah Islam dan Pemerintahan Turki Utsmani menjadi negara-negara kecil yang terpisah dari Pemerintahan pusat, yang selalu cekcok satu sama lain.
    Contoh kongkrit dari hal ini adalah India saat ini. Dengan teori yang sudah tak asing lagi di telinga kita “Break, and you will dominate, and break, and you will destroy.” (Dengan memecah belah Anda akan bisa menguasai, dan dengan memecah belah juga Anda akan bisa menghancur kan).


    6.   Perlu adanya langkah untuk memalsukan pokok-pokok ajaran Islam dengan menyisipkan sekte-sekte ke dalamnya. Kita harus menempuh dan menggunakan cara-cara yang halus, sehingga penyisipan ajaran tersebut benar-benar sesuai dengan nurani dan aspirasi dari orang-orang yang akan kita jadikan sasaran. Kita akan menumbuhkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam aliran Syi’ah:

    (1) sekte yang mengagungkan Husain
    (2) sekte yang mengagungkan Syaikh Ja’far Shadiq
    (3) sekte yang mengagungkan Imam Mahdi
    (4) sekte yang mengagungkan Ali Ridha.


    Yang pertama sesuai untuk Karbala, yang ke dua untuk Isfahan, yang ketiga cocok untuk Sammarah, sedang yang ke empat sesuai untuk Khurasan. Dalam waktu yang sama juga kita harus membikin keberadaan empat madzhab yang ada menjadi sekte-sekte yang berdiri sendiri bukan dalam satu naungan Sunni. Setelah ini semua bisa terlaksana, kita mendirikan satu sekte baru dalam Islam di Najd, dan kita kemudian menghasut sekte-sekte yang ada tersebut agar terjadi kerusuhan berdarah di antara mereka. Kita selanjutnya menghapus keberadaan literatur-literatur milik empat mazhab tersebut, sehingga setiap sekte dari sekte-sekte yang ada menganggap bahwa dirinyalah satu-satunya kelompok Islam yang benar dan memandang serta menganggap sekte lain sebagai ahli bidah yang boleh dibunuh.

    7.   Tanamkan kebiasaan yang bisa menimbulkan kejahatan dan kebencian, seperti kemesuman, homoseksual, alkohol, dan judi, semua ini harus disebarkan di tengah-tengah umat Islam. Non muslim yang tinggal di negara-negara muslim bisa dipekerjakan untuk membantu merealisasi tujuan ini.

    8.   Kita harus mengerahkan segala daya upaya untuk melatih dan mendidik para pmimpim yang tegas dan komandan militer yang kejam di wilayah kekuasaan Islam, dan menjadikan mereka berkuasa, sehingga dengan begitu akan mengabaikan hukum syari’ah. Kita meletakkan mereka pada posisi di mana mereka akan tmduk terhadap apa yang diperintahkan Kementerian Persemakmuran dan sebaliknya apa yang mereke tunut sudah sepantasnya dipenuhi oleh Kementrian. Melalui mereka kita harus bisa memaksakan kehendak kita kepada orang Islam dengan menggunakan para pejabat penegak hukum. Kita harus menciptakan gaya hidup dalam masyarakat. Yaitu semacam kegiatan badah yang keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya, sebagai langkah mundur praktek keagamaan mereka. Kita jebak mereka agar memasuki kedalam pemilihan pemimpin yang kandidatnya berasal dari non muslim. Untuk mencapai tujuan ini, kita harus menyamarkan sejumlah intel sebagai Ulama dan meletakkan mereka menduduki posisi pemerintahan yang memungkinkan mereke bisa melaksanakan planing-planing kita.

    9.   Lakukanlah sebisa mungkin untuk mencegah mereka mempelajari Bahasa Arab. Masyarakat bahasa-bahasa selain Arab seperti Parsi, Kurdi, dan Pashto. Populerkan bahasa-bahasa tersebut di negara-negara Arab dan dialek-dialek lokal yang ada untuk menghapus keberadaan literatur dan sastra Arab yang menjadi bahasa Al-Qur’an dan Hadits.

    10. Tempatkan orang-orang kita untuk duduk di sekitar pejabat-pejabat pemerintahan. Kita nanti secara berangsur-angsur bisa mendudukkan mereka menjadi sekretaris pejabat negara tersebut dan melalui mereka kita bisa melaksanakan apa yang menjadi program kementrian kita. Cara termudah dalam hal ini adalah dengan siasat perdagangan budak. Pertama-tama kita harus memberikan latihan yang cukup terhadap mata-mata yang akan dikirim yang disamarkan sebagai para budak dan para gundik. Kemudia kita menjual mereka itu kepada keluarga-keluarga terdekat para pejabat pemerintahan. Contohnya kepada anak-anak mereka, isteri-isteri mereka, orang-orang yang disukai para pejabat dan orang-orang yang terpandang. Budak-budak ini setelah kita jual kepada mereka, akan secara perlahan mendekati para pejabat negara. Dengan adanya mereka menjadi ibu-ibu yang mengasuh dan mengajari anak-anak mereka, benar-benar akan bisa mengepung para pejabat muslim seperti gelang yang sudah terpasang di pergelangan tangan.

    11. Areal lapangan para missionaris harus diperluas sehingga bisa menembus sampai ke seluruh tingkatan kelas atas, menengah maupun kelas bawah dan ke seluruh departeman, khususnya kedokteran, permesinan dan media massa. Kita harus membuka pusat-pusat propaganda dan penerbitan di bawah lindungan nama gereja, sekolah, rumah sakit, perpustakaan dan lembaga-lembaga sosial di negara-negara Islam dan menyebarluaskan mereka ke seluruh penjuru. Kita mesti mendistribusikan sejumlah bukti tentang agama Kristen secara cuma-cuma. Kita harus menerbitkan sejarah tentang agama Kristen dan hukum-hukum kenegaraan di samping sejarah Islam. Kita harus harus menyamarkan mata-mata kita sebagai pastur dan biarawati yang ada. Kita angkat mereka semua menjadi pimpinan-pimpinan pergerakan nasrani. Orang ini pada saat yang bersamaan punya tugas mendeteksi seluruh pergerakan dan kecenderungan perubahan yang terjadi pada dunia Islam. Kita harus membentuk satu pasukan dari orang-orang asrani di bawah naungan embel-embel nama  Profesor, Ahli science. Peneliti, yang akan membelokkan dan memutar balikkan sejarah Islam, mempelajari yang sebenar cara hidup orang Islam, akhlaq dan prinsip-prinsip agama yang mereka pegangi dan kemudian membumi hanguskan keseluruhan buku-buku penting mereka serta membasmi pengajaran Islam.

    12. Kita harus membuat bimbang dan bingung otak-otak generasi muda Islam dan membangun keraguan pada mereka tentang Islam. Kita harus benar-benar bisa menguliti moral yang Islami dari badan mereka lewat sekolah, buku-buku, majalah-majalah. Dan dalam hal ini, intel yang melasanakan tugas berat ini harus benar-benar terlatih dengan matang. Adalah suatu prasarat dalam membuka kegiatan bawah tanah untuk mendidik dan melatih warga Yahudi, Nasrani dan generasi muda non muslim lainnya, dan menjadikan mereka sebagai umpan pemikat untuk menjebak generasi muda Islam.

    13. Tindakan provokasi harus diambil untuk memancing timbulnya perang sipil dan pemberontakan. Orang Islam dibuat sedemikian rupa agar saling berperang, menyerang satu sama lain, bahkan terhadap non muslim lainnya, agar energi mereka benar-benar terkuas, terbuang sia-sia sehingga tidak mungkin bagi mereka untuk bisa mengadakan perbaikan dan rekonsiliasi. Kondisi mental dinamis serta sumber finansial harus dibinasakan. Prasarana dan segala sesuatu yang bisa meremajakan dan mengaktifkan mereka kembali harus dijauhkan. Ketentraman yang ada pada mereka harus diubah menjadi terror dan anarkhi.

    14. Perekonomian mereka harus benar-benar diruntuhkan sama sekali. Sumber pemasukan utama dan areal pertanian harus dirusak. Jaringan irigasi yang mengairi areal pertanian dan kanal harus dihancurkan dan bila mungkin sungai dibikin kering. Orang-orang harus dibuat enggan dalam melaksanakan shalat dan bekerja. Kemalasan harus dimasyarakatkan. Lokasi tempat bermain harus dibuka bagi orang-orang yang malas. Narkotik dan alkohol harus dijadikan makanan sehari-hari mereka. (1)(1) Dalam alenia ini keterangan dilengkapi dengan peta gambar dan grafik.

    Saya sangat berterima kasih atas diberinya salinan dokumen rahasia negara tersebut.

    Setelah selama satu bulan tinggal di London, saya menerima sebuah pesan dari Mentri Persemakmuran yang menyuruh saya agar balik ke Iraq untuk kembali melihat Muhammad Annajd. Saat saya berpamitan untuk berangkat melaksanakan misi saya, sekretaris berpesan , “Jangan sembrono terhadap Muhammad Annajd! Sebagaimana diketahui dari laporan yang dikirim secara berantai oleh mata-mata kita sampai sekarang, Muhammad Annajd adalah sebuah sosok pribadi yang sangat tepat untuk merealisir tujuan kita”.
    “Katakan secara terus terang kepadanya. Intel kita telah berbicara panjang dengan dia dan mengatakan secara blak-blakan di Isfahan. Muhannnad Annajd bisa menerima sejumlah draft persetujuan yang kita inginkan. Dia menyepakati draft tersebut dengan mengajukan prasyarat bahwa dia harus disokong dengan biaya yang memadai dan persenjataan yang melindungi dia dari ancaman masyarakat dan pemuka Islam yang berniat mau menyerang dia karena peluncuran gagasan-gagasan dan pandangannya yang independen terhadap Islam. Sebuah kerajaan nantinya akan didirikan kendati dalam kala kecil di negerinya. Mentri Persemakmuran bisa menerima apa yang dia ajukan sebagai prasasti!

    Mentri Persemakmuran telah menemukan program yang tepat yang harus dilaksanakan berkenaan dengan Muhammad Annajd. Program-program itu sebagai berikut.

    1.   Dia akan mengumumkan bahwa semua orang Islam yang tidak mengikuti alirannya adalah kafir , yang halal darahnya dan boleh harta bendanya diambil, serta hak kemerdekaannya dihilangkan. Yang laki-laki dijadikan budak yang bisa dijual di pasar budak, sedang yang perempuan bisa dijadikan jariyah.

    2.   Dia akan mengeluarkan statemen bahwa Ka’bah adalah berhala dan karena itu harus dihacurkan. Untuk menghapus pelaksanaan ibadh haji, dia akan memprovokasi sejumlah suku untuk menyerang dan menjarah barang milik jamaah muslim yang akan melakukan ibadah haji dan membunuh mereka.

    3.   Dia akan berusaha keras menghasut rakyat untuk tidak mengindahkan, tidak mentaati khalifah. Dia akan memancing mereka agar melawan pemerintah pusat. Untuk tujuan ini dia akan mempersiapkan sejumlah pasukan bersenjata. Dia akan menggunakan setiap kesempatan untuk menyebarluaskan satu keyakinan bahwa perlunya tindakan diambil untuk melawan Ulama terkemuka Hijaz.

    4.   Dia akan mengeluarkan pernyataan bahwa bangunan besar di atas makam, menaranya, dan tempat-tempat keramat di wilayah kekuasaan Islam termasuk hal yang mengacu kepada tindakan yang menyebabkan seseorang musyrik, dan karena itu keberadaan bangunan-bangunan tersebut harus dihancurkan. Dia akan melakukan yang terbaik untuk menciptakan setiap kesempatan untuk memojokkan posisi Nabi Muhammad, Khalifah penggantinya dan para Ulama mazhad terkemuka.

    5.   Dia akan melakukan dengan sepenuh hati untuk mengadakan pemberontakan, demonstrasi dan perbuatan yang mengarah anarkhi di wilayah kekuasaan Islam.

    6.   Dia akan mencoba untuk menerbitkan salinan Qur’an yang telah sebagiannya disisipi, ditambahi dan penghilangan sebagian ayat, sebagaimana yang akan juga dilakukan terhadap keberadaan hadits.

    Setelah menerangkan enam pharagrap di atas, sekretaris menambahkan pesan, “Jangan panik dengan program yang terlihat sangat kontroversi ini. Karena bagaimanapun tujuan kita adalah menghancurkan kekuatan Islam. Nanti ada generasi di belakang kita yang akan menyempurnakan tugas ini. Pemerintahan Inggris telah mendirikan suatu kebiasaan untuk menjadi orang yang sabar dan maju selangkah demi selangkah. Bukankah Nabi Muhammad tokoh revolusioner yang hebat, yang besar itu juga seorang manusia biasa? Dan dalam hal ini Muhamad Annajd mengambil pelajaran dari sejarah Islam dan berjanji akan melakukan sebuah revolusi seperti yang dilakukan Nabi Muhammad.”

    Kemudian saya minta permisi kepada Menteri persemakmuran dan sekretaris dan mengucapkan salam perpisahan kepada keluarga, teman, dan lalu berangkat menuju Basrah. Saat itu anak saya berpesan, “Cepat pulang, ya, Pa!” Air mata saya meleleh. Saya tidak bisa menyembunyikan kesedihan saya. Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan ini, akhirnya, aku sampai di Basrah pada malam hari. Saya langsung menuju rumah Abdur Ridha. Saat itu dia sedang tidur. Ketika bangun dan melihat saya, dia sangat senang. Dia menyambut kedatangan saya dengan sambutan yang hangat dan ramah. Saya tinggal semalam di sana. Pagi harinya ia berkata kepada saya, “Muhammad Annajd meningalkan sebuah surat untuk kamu. Ini suratnya.” Saya buka surat tersebut. Dia menulis dalam surat itu bahwa dia saat ini lagi pulang kampung ke Najd, dan dia meninggalkan alamatnya. Saat itu juga saya berangkat ke Najd. Setelah melakukan perjalanan cukup panjang, akhirnya saya sampai di sana juga. Saya menemukan Muhammad Annajd di rumahnya dalam kondisi cukup kritis. Dia banyak kehilangan berat badan. Dalam kondisi seperti itu, saya tidak mengatakan apa-apa tentang diri saya. Berikutnya saya mengetahui bahwa dia saat itu baru saja menikah.

    Sudah tercapai kesepakatan di antara kami agar saya diperkenalkan kepada orang lain sebagai budaknya, yang baru saja pulang dari suatu tempat.

    Saya tinggal bersama Muhammad Annajd selama dua tahun. Kami membuat suatu program untuk meluncurkan gagasannya. Akhirnya, saya mengumumkan deklarasi aliran yang baru dalam dunia Islam pada tahun 1143 Hijriyah (1730 Masehi). Dengan jalan mengumpulkan penduduk di sekitar lingkungan dia sendiri. Dia mulai mendapat pendukung untuk menyebarkan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi terhadap orang-orang yang akrab dan dekat dengan dia. Hari demi hari, cakupan dakwahnya semakin luas. Untuk memastikan agar dakwahnya bisa berjalan lancar, saya membentuk suatu badan yang bertugas sebagai Body guard untuk melindungi dia dari tindakan orang-orang yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan Muhammad Annajd. Saya memberikan berapa saja uang yang mereka minta. Kapan saja ada musuh yang ingin menyerang perjalanan aktivitas Muhammad Annajd, saya selalu memberi semangat dan membesarkan hati para body guard tersebut. Seiring dengan dakwahnya yang semakin menyebar dan meluas, jumlah lawan-lawannya semakin bertambah. Kadang-kadang dia ingin menghentikan ajakannya, dakwahnya, khususnya ketika membanjirnya serangan dan intimidasi yang diarahkan ke padanya. Saya tidak tidak pernah meninggalkan dia sendirian, sebaliknya selalu memberi dorongan moral kepadanya. Saya memberi sedia semangat dia dengan mengatakan, “Nabi Muhammad jauh banyak mengalami penderitaan dari pada apa yang sejauh ini anda rasakan. Anda tahu, inilah jalan menuju kemenangan. Sebagaimana tokoh revolusioner lainnya, Anda tentu harus mengalami banyak kesulitan!”

    Para musuh menyerang setiap saat. Saya oleh karena itu, mengambil orang bayaran untuk memata-matai lawan-lawan Muhammad Annajd. Kapan saja musuh-musuhnya mengganggu dia orang tadi melaporkan kepada saya dan saya menetralisir gangguan tersebut. Pernah suatu ketika saya dilapori akan ada musuh yang ingin menghabisi Muhammad Annajd. Saya dengan segera mengambil tindakan pencegahan untuk menggagalkan persiapan mereka. Kapan saja orang di sekitar Muhammad Annajd mendengar rencana makar para musuh, mereka segera bergegas mengatasi atau menggagalkan rencana makar, tidak segan-segan bertindak lebih jauh. Mereka akhirnya masuk ke dalam perangkap yang mereka pasang sendiri.

    Muhammad Annajd berjanji akan melaksanakan enam draft program dengan memberi satu catatan, “Untuk sementara waktu saya hanya bisa melaksanakan dari sebagian draft yang ada.” Dia bagaimanapun benar dalam hal

    Saya mendapatinya tidak mungkin untuk melakukan penghancuran Ka’bah. Dan dia juga tidak mau merealisasi satu gagasan untuk mengumumkan bahwa Ka’bah itu berhala. Selain itu dia menolak dengan tegas untuk menerbitkan salinan Al-Qur’an yang mengalami perubahan atau intervensi tangan manusia. Yang paling dia takuti dalam hal ini adalah reaksi yang akan muncul dari Syarif Imam Masjidil Haram di Mekah dan pemerintah Istambul. Dia mengatakan kepada saya, “Jika saja kita melakukan 2 naskah ini, dipastikan kita akan diserang oleh pasukan Istambul yang bersenjata lengkap. Saya bisa memahami alasannya. Karena dia benar. Situasi dan kondisi sama sekali tidak mendukung.

    Beberapa tahun berikutnya, Mentri Persemakmuran berusaha keras untuk membujuk Muhammad bin Su’ud, gubemur Dir’iyyah, untuk bergabung dengan jalur aliran agama yang kami jalani. Kementrian Persemakmuran mengirim kepada saya sebuah utusan yang memberitahu tentang hal ini dan yang akan membentuk suatu hubungan kerja sama yang saling menguntungkan di antara dua Muhammad, yaitu Muhammad Annajd dan Muhammad bin Su’ud. Untuk bisa memperoleh kepercayaan, dan dukungan dari masyarakat muslim, kami menempatkan Muhammad Annajd sebagai kekuatan secara moral dan Muhammad bin Su’ud dari sisi politik. Merupakan fakta sejarah bahwa suatu negara yang didirikan atas dasar agama bisa hidup lama dan lebih kuat serta lebih stabil.

    Akhirnya, kami dalam tahap-tahap berikutnya semakin menjadi kuat dan mengakar. Kami menjadikan Dir’iyyah sebagai ibukota negara dan memberikan nama terhadap aliran baru tersebut Wahhabi. Kementrian Persemakmuran mendukung dan memperkuat pemerintahan Wahhabi lewat jalan belakang. Dalam pemerintahan baru Inggris melibatkan sekitar sebelas ahli dari pemerintahnya. Mereka sudah terbiasa berbahasa Arab dan sudah terlatih melakukan perang di gurun pasir Mereka semua bersembunyi di balik nama budak. Kami mempercepat program-program kami dengan menjalin kerja sama bersama pemerintah. Kedua Muhammad telah setuju jalan yang saya tunjukkan. Kapan saja kami tidak menerima perintah dari Kementrian Persemakmuran, sedang kami punya suatu persoalan, maka kami mengambil keputusan sendiri.

    Kami semua menikahi wanita-wanita dari berbagai suku. Kami sangat senang dan merasakan bahagia atas  sikap setia yang ditunjukkan wanita Islam kepada suaminya. Sehingga dengan dernikian kami telah bisa menjalin hubungan dengan suku-suku tersebut. Segala sesuatunya lancar. Iklim aktivitas kami semakin hari semakin baik. Asal saja segaala sesuatunya sesuai dengan rencana, kami akan bisa menikmati apa yang telah kami tanam. Kami telah melakukan apa saja yang perlu dilakukan setelah menabur benih untuk kemudian nanti kami petik.

    Ottoman-era Qurans found in Palestinian town

    Ottoman-era Qurans found in Palestinian town

    Holy books were discovered during ongoing renovation of West Bank’s Omar bin al-Khattab Mosque 

    http://www.worldbulletin.net/haber/196552/ottoman-era-qurans-found-in-palestinian-town

    World Bulletin / News Desk
    Three Qurans published during the reign of Ottoman Sultan Abdul Hamid II (1876-1908) have been found in a mosque in Palestine's historical West Bank town of Tabiye.

    Aziz, the mosque’s muezzin, told Anadolu Agency on Monday that the Qurans had been stumbled upon during renovations now underway on the Omar bin al-Khattab Mosque, which was built during Abdul Hamid II’s reign.

    "We had no idea they were there. They were just sitting among a group of other books… We found it during the renovations," Aziz said.
    According to the books’ Arabic-language introduction, they were handwritten by a scribe named Seyyid Mustafa Nazif Effendi in 1887 before being published by a print house in Istanbul and sent to buyers in Palestine.

    "I was shocked when I first saw these treasures,” Aziz said. “These Qurans will certainly contribute to our mosque’s -- and our town’s -- historical importance."
    The books would soon be displayed in an exhibition, he explained, going on to speculate about the possibility of other such antique texts being found in other Ottoman-era mosques in the West Bank.

    Theodor Herzl, founder of modern Zionism, failed to convince Sultan Abdul Hamid II to allow Jewish immigrants to establish a Jewish “homeland” in Palestine, which at the time was an Ottoman territory.

    Herzl, however, eventually managed to enlist the support of the British Empire -- through the now-infamous Balfour Declaration -- in 1917.
    In this regard, the sultan is known to have: "I won't sell anything -- not an inch of territory, for this country doesn't belong to me, but to my people.”
    “My people,” he added, “will sell this land for the same price they paid for its conquest: blood."

    Fakta Wahhabi: Peran Mr. Hempher dan Campur Tangan Inggris Di Balik Kelahiran Wahabisme

    https://islam-institute.com/fakta-wahabi-peran-mr-hempher-dan-campur-tangan-inggris-di-balik-kelahiran-wahabisme/

    Fakta Wahhabi: Peran Mr. Hempher dan Campur Tangan Inggris Di Balik Kelahiran Wahabisme. Di blog ini pernah ada komentar dari pengunjung ASWAJA yang mengatakan bahwa pencetus nama WAHHABI adalah Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab, kakak dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Tapi pernyataan ini dibantah dengan tegas oleh pengikut WAHHABI, bahwa yang benar sebagai pecetus nama Wahhabi adalah Inggris. Anda bisa cek bantahan pengikut WAHABI tersebut di link ini, silahkan KLIK DISINI. 

    Ketahuilah bahwa ternyata bantahan pengikut WAHHABI tersebut adalah terbukti benar juga. Ya, pencetus pertamakali sebutan nama WAHHABI adalah seorang bernama MR. Hempher, dialah mata-mata kolonial Inggris yang ikut secara aktif menyemai dan membidani kelahiran sekte WAHHABI. Tujuannya adalah untuk menghancurkan kekuatan ajaran Islam dari dalam, dengan cara menyebarkan isu-isu kafir-musyrik dan bid’ah.

    Dengan fakta ini maka terbongkarlah misteri SIKAP WAHHABI yang keras permusuhannya kepada kaum muslimin yang berbeda paham. Itulah sebabnya kenapa ajaran Wahhabi penuh kontradiksi di berbagai lini keilmuan, dan kontradiksi itu akan semakin jelas  manakala dihadapkan dengan paham Ahlussunnah Waljama’ah. Walaupun begitu, ironisnya mereka tanpa risih mengaku-ngaku sebagai kaum ASWAJA. Atas klaim sebagai ASWAJA itu, lalu  ada pertanyaan yang muncul, sejak kapan WAHHABI berubah jadi Ahlussunnah Waljama’ah?

    Wajar jika pertanyaan itu muncul, sebab bagaimanapun mereka memakai baju Ahlussunnah Waljama’ah, ciri khas ke-wahabiannya tidak menjadi samar. Untuk lebih jelas dalam mengenali apa, siapa, kenapa, darimana WAHABISME, sebaiknya kita terlebih dulu mengetahui latar belakang sejarahnya. Mari kita ikuti bersama…..

    LATAR BELAKANG BERDIRINYA KERAJAAN SAUDI ARABIA DAN PAHAM WAHABI

    Dr. Abdullah Mohammad Sindi *], di dalam sebuah artikelnya yang berjudul : Britain and the Rise of Wahhabism and the House of Saud menyajikan tinjauan ulang tentang sejarah Wahabisme, peran Pemerintah Inggeris di dalam perkembangannya, dan hubungannya dengan peran keluarga kerajaan Saudi. “Salah satu sekte Islam yang paling kaku dan paling reaksioner saat ini adalah Wahabi,” demikian tulis Dr. Abdullah Mohammad Sindi dalam pembukaan artikelnya tersebut. Dan kita tahu bahwa Wahabi adalah ajaran resmi Kerajaaan Saudi Arabia, tambahnya.

    Wahabisme dan keluarga Kerajaan Saudi telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sejak kelahiran keduanya. Wahabisme-lah yang telah menciptakan kerajaan Saudi, dan sebaliknya keluarga Saud membalas jasa itu dengan menyebarkan paham Wahabi ke seluruh penjuru dunia. One could not have existed without the other – Sesuatu tidak dapat terwujud tanpa bantuan sesuatu yang lainnya.

    Wahhabisme memberi legitimasi bagi Istana Saud, dan Istana Saud memberi perlindungan dan mempromosikan Wahabisme ke seluruh penjuru dunia. Keduanya tak terpisahkan, karena keduanya saling mendukung satu dengan yang lain dan kelangsungan hidup keduanya bergantung padanya.

    Tidak seperti negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme memperlakukan perempuan sebagai warga kelas tiga, membatasi hak-hak mereka seperti : menyetir mobil, bahkan pada dekade lalu membatasi pendidikan mereka.

    Juga tidak seperti di negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme :

    – melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw
    – melarang kebebasan berpolitik dan secara konstan mewajibkan rakyat untuk patuh   secara mutlak kepada pemimpin-pemimpin mereka.
    – melarang mendirikan bioskop sama sekali.
    – menerapkan hukum Islam hanya atas rakyat jelata, dan membebaskan hukum atas kaum   bangsawan, kecuali karena alasan politis.

    – mengizinkan perbudakan sampai tahun ’60-an.

    Mereka juga menyebarkan mata-mata atau agen rahasia yang selama 24 jam memonitor demi mencegah munculnya gerakan anti-kerajaan.
    Wahabisme juga sangat tidak toleran terhadap paham Islam lainnya, seperti terhadap Syi’ah dan Sufisme (Tasawuf). Wahabisme juga menumbuhkan rasialisme Arab pada pengikut mereka. 1] Tentu saja rasialisme bertentangan dengan konsep Ummah Wahidah di dalam Islam.
    Wahhabisme juga memproklamirkan bahwa hanya dia saja-lah ajaran yang paling benar dari semua ajaran-ajaran Islam yang ada, dan siapapun yang menentang Wahabisme dianggap telah melakukan BID’AH dan KAFIR!

    LAHIRNYA AJARAN WAHABI:

    Wahhabisme atau ajaran Wahabi muncul pada pertengahan abad 18 di Dir’iyyah sebuah dusun terpencil di Jazirah Arab, di daerah Najd.

    Kata Wahabi sendiri diambil dari nama pendirinya, Muhammad Ibn Abdul-Wahhab (1703-92). Laki-laki ini lahir di Najd, di sebuah dusun kecil Uyayna. Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mubaligh yang fanatik, dan telah menikahi lebih dari 20 wanita (tidak lebih dari 4 pada waktu bersamaan) dan mempunyai 18 orang anak. 2]

    Sebelum menjadi seorang mubaligh, Ibn Abdul-Wahhab secara ekstensif mengadakan perjalanan untuk keperluan bisnis, pelesiran, dan memperdalam agama ke Hijaz, Mesir, Siria, Irak, Iran, dan India.



    Walaupun Ibn Abdul-Wahhab dianggap sebagai Bapak Wahabisme, namun aktualnya Kerajaan Inggeris-lah yang membidani kelahirannya dengan gagasan-gagasan Wahabisme dan merekayasa Ibn Abdul-Wahhab sebagai Imam dan Pendiri Wahabisme, untuk tujuan menghancurkan Islam dari dalam dan meruntuhkan Daulah Utsmaniyyah yang berpusat di Turki. Seluk-beluk dan rincian tentang konspirasi Inggeris dengan Ibn Abdul-Wahhab ini dapat Anda temukan di dalam memoar Mr. Hempher : “Confessions of a British Spy” 3]
    Selagi di Basra, Iraq, Ibn Abdul-Wahhab muda jatuh dalam pengaruh dan kendali seorang mata-mata Inggeris yang dipanggil dengan nama Hempher yang sedang menyamar (undercover), salah seorang mata-mata yang dikirim London untuk negeri-negeri Muslim (di Timur Tengah) dengan tujuan menggoyang Kekhalifahan Utsmaniyyah dan menciptakan konflik di antara sesama kaum Muslim. Hempher pura-pura menjadi seorang Muslim, dan memakai nama Muhammad, dan dengan cara yang licik, ia melakukan pendekatan dan persahabatan dengan Ibn Abdul-Wahhab dalam waktu yang relatif lama.
    Hempher, yang memberikan Ibn Abdul-Wahhab uang dan hadiah-hadiah lainnya, mencuci-otak Ibn Abdul-Wahhab dengan meyakinkannya bahwa : Orang-orang Islam mesti dibunuh, karena mereka telah melakukan penyimpangan yang berbahaya, mereka – kaum Muslim – telah keluar dari prinsip-prinsip Islam yang mendasar, mereka semua telah melakukan perbuatan-perbuatan bid’ah dan syirik.
    Hempher juga membuat-buat sebuah mimpi liar (wild dream) dan mengatakan bahwa dia bermimpi Nabi Muhammad Saw mencium kening (di antara kedua mata) Ibn Abdul-Wahhab, dan mengatakan kepada Ibn Abdul-Wahhab, bahwa dia akan jadi orang besar, dan meminta kepadanya untuk menjadi orang yang dapat menyelamatkan Islam dari berbagai bid’ah dan takhayul.
    Setelah mendengar mimpi liar Hempher, Ibn Abdul-Wahhab jadi ge-er (wild with joy) dan menjadi terobsesi, merasa bertanggung jawab untuk melahirkan suatu aliran baru di dalam Islam yang bertujuan memurnikan dan mereformasi Islam.
    Di dalam memoarnya, Hempher menggambarkan Ibn Abdul-Wahhab sebagai orang yang berjiwa “sangat tidak stabil” (extremely unstable), “sangat kasar” (extremely rude), berakhlak bejat (morally depraved), selalu gelisah (nervous), congkak (arrogant), dan dungu (ignorant).
    Mata-mata Inggeris ini, yang memandang Ibn Abdul-Wahhab sebagai seorang yang bertipikal bebal/dungu (typical fool), juga mengatur pernikahan mut’ah bagi Ibn Abdul Wahhab dengan 2 wanita Inggeris yang juga mata-mata yang sedang menyamar.
    Wanita pertama adalah seorang wanita beragama Kristen dengan panggilan Safiyya. Wanita ini tinggal bersama Ibn Abdul Wahhab di Basra. Wanita satunya lagi adalah seorang wanita Yahudi yang punya nama panggilan Asiya. Mereka menikah di Shiraz, Iran. 4]

    KERAJAAN SAUDI-WAHHABI PERTAMA : 1744-1818

    Setelah kembali ke Najd dari perjalanannya, Ibn Abdul-Wahhab mulai “berdakwah” dengan gagasan-gagasan liarnya di Uyayna. Bagaimana pun, karena “dakwah”-nya yang keras dan kaku, dia diusir dari tempat kelahirannya. Dia kemudian pergi berdakwah di dekat Dir’iyyah, di mana sahabat karibnya, Hempher dan beberapa mata-mata Inggeris lainnya yang berada dalam penyamaran ikut bergabung dengannya. 5]
    Dia juga tanpa ampun membunuh seorang pezina penduduk setempat di hadapan orang banyak dengan cara yang sangat brutal, menghajar kepala pezina dengan batu besar 6]
    Padahal, hukum Islam tidak mengajarkan hal seperti itu, beberapa hadis menunjukkan cukup dengan batu-batu kecil. Para ulama Islam (Ahlus Sunnah) tidak membenarkan tindakan Ibn Abdul-Wahhab yang sangat berlebihan seperti itu.
    Walaupun banyak orang yang menentang ajaran Ibn Abdul-Wahhab yang keras dan kaku serta tindakan-tindakannya, termasuk ayah kandungnya sendiri dan saudaranya Sulaiman Ibn Abdul-Wahhab, – keduanya adalah orang-orang yang benar-benar memahami ajaran Islam -, dengan uang,  mata-mata Inggeris telah berhasil membujuk Syeikh Dir’iyyah, Muhammad Saud untuk mendukung Ibn Abdul-Wahhab. 7]
    Pada 1744, al-Saud menggabungkan kekuatan dengan Ibn Abdul-Wahhab dengan membangun sebuah aliansi politik, agama dan perkawinan. Dengan aliansi ini, antara keluarga Saud dan Ibn Abdul-Wahhab, yang hingga saat ini masih eksis, Wahhabisme sebagai sebuah “agama” dan gerakan politik telah lahir!
    Dengan penggabungan ini setiap kepala keluarga al-Saud beranggapan bahwa mereka menduduki posisi Imam Wahhabi (pemimpin agama), sementara itu setiap kepala keluarga Wahhabi memperoleh wewenang untuk mengontrol ketat setiap penafsiran agama (religious interpretation).
    Mereka adalah orang-orang bodoh, yang melakukan kekerasan, menumpahkan darah, dan teror untuk menyebarkan paham Wahabi (Wahhabism) di Jazirah Arab. Sebagai hasil aliansi Saudi-Wahhabi pada 1774, sebuah kekuatan angkatan perang kecil yang terdiri dari orang-orang Arab Badui terbentuk melalui bantuan para mata-mata Inggeris yang melengkapi mereka dengan uang dan persenjataan. 8]
    Sampai pada waktunya, angkatan perang ini pun berkembang menjadi sebuah ancaman besar yang pada akhirnya melakukan teror di seluruh Jazirah Arab sampai ke Damaskus (Suriah), dan menjadi penyebab munculnya Fitnah Terburuk di dalam Sejarah Islam (Pembantaian atas Orang-orang Sipil dalam jumlah yang besar).
    Dengan cara ini, angkatan perang ini dengan kejam telah mampu menaklukkan hampir seluruh Jazirah Arab untuk menciptakan Negara Saudi-Wahhabi yang pertama.
    Sebagai contoh, untuk memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai syirik dan bid’ah yang dilakukan oleh kaum Muslim, Saudi-Wahhabi telah mengejutkan seluruh dunia Islam pada 1801, dengan tindakan brutal menghancurkan dan menodai kesucian makam Imam Husein bin Ali (cucu Nabi Muhammad Saw) di Karbala, Irak. Mereka juga tanpa ampun membantai lebih dari 4.000 orang di Karbala dan merampok lebih dari 4.000 unta yang mereka bawa sebagai harta rampasan. 9]
    Sekali lagi, pada 1810, mereka, kaum Wahabi dengan kejam membunuh penduduk tak berdosa di sepanjang Jazirah Arab. Mereka menggasak dan menjarah banyak kafilah peziarah dan sebagian besar di kota-kota Hijaz, termasuk 2 kota suci Makkah dan Madinah.
    Di Makkah, mereka membubarkan para peziarah, dan di Madinah, mereka menyerang dan menodai Masjid Nabawi, membongkar makam Nabi, dan menjual serta membagi-bagikan peninggalan bersejarah dan permata-permata yang mahal.
    Para teroris Saudi-Wahhabi ini telah melakukan tindak kejahatan yang menimbulkan kemarahan kaum Muslim di seluruh dunia, termasuk Kekhalifahan Utsmaniyyah di Istanbul.
    Sebagai penguasa yang bertanggung jawab atas keamanan Jazirah Arab dan penjaga masjid-masjid suci Islam, Khalifah Mahmud II memerintahkan sebuah angkatan perang Mesir dikirim ke Jazirah Arab untuk menghukum klan Saudi-Wahhabi.
    Pada 1818, angkatan perang Mesir yang dipimpin Ibrahim Pasha (putra penguasa Mesir) menghancurkan Saudi-Wahhabi dan meratakan dengan tanah ibu kota Dir’iyyah .
    Imam kaum Wahhabi saat itu, Abdullah al-Saud dan dua pengikutnya dikirim ke Istanbul dengan dirantai dan di hadapan orang banyak, mereka dihukum pancung. Sisa klan Saudi-Wahhabi ditangkap di Mesir.

    KERAJAAN SAUDI-WAHHABI KE-II : 1843-1891

    “Walaupun kebengisan fanatis Wahabisme berhasil dihancurkan pada 1818, namun dengan bantuan Kolonial Inggeris, mereka dapat bangkit kembali. Setelah pelaksanaan hukuman mati atas Imam Abdullah al-Saud di Turki, sisa-sisa klan Saudi-Wahhabi memandang saudara-saudara Arab dan Muslim mereka sebagai musuh yang sesungguhnya (their real enemies) dan sebaliknya mereka menjadikan Inggeris dan Barat sebagai sahabat sejati mereka.” Demikian tulis Dr. Abdullah Mohammad Sindi *]
    Maka ketika Inggeris menjajah Bahrain pada 1820 dan mulai mencarai jalan untuk memperluas area jajahannya, Dinasti Saudi-Wahhabi menjadikan kesempatan ini untuk memperoleh perlindungan dan bantuan Inggeris.
    Pada 1843, Imam Wahhabi, Faisal Ibn Turki al-Saud berhasil melarikan diri dari penjara di Cairo dan kembali ke Najd. Imam Faisal kemudian mulai melakukan kontak dengan Pemerintah Inggeris. Pada 1848, dia memohon kepada Residen Politik Inggeris (British Political Resident) di Bushire agar mendukung perwakilannya di Trucial Oman. Pada 1851, Faisal kembali memohon bantuan dan dukungan Pemerintah Inggeris. 10]
    Dan hasilnya, Pada 1865, Pemerintah Inggeris mengirim Kolonel Lewis Pelly ke Riyadh untuk mendirikan sebuah kantor perwakilan Pemerintahan Kolonial Inggeris dengan perjanjian (pakta) bersama Dinasti Saudi-Wahhabi.
    Untuk mengesankan Kolonel Lewis Pelly bagaimana bentuk fanatisme dan kekerasan Wahhabi, Imam Faisal mengatakan bahwa perbedaan besar dalam strategi Wahhabi : antara perang politik dengan perang agama adalah bahwa nantinya tidak akan ada kompromi, kami membunuh semua orang . 11]
    Pada 1866, Dinasti Saudi-Wahhabi menandatangani sebuah perjanjian “persahabatan” dengan Pemerintah Kolonial Inggeris, sebuah kekuatan yang dibenci oleh semua kaum Muslim, karena kekejaman kolonialnya di dunia Muslim.
    Perjanjian ini serupa dengan banyak perjanjian tidak adil yang selalu dikenakan kolonial Inggeris atas boneka-boneka Arab mereka lainnya di Teluk Arab (sekarang dikenal dengan : Teluk Persia).
    Sebagai pertukaran atas bantuan pemerintah kolonial Inggeris yang berupa uang dan senjata, pihak Dinasti Saudi-Wahhabi menyetujui untuk bekerja-sama/berkhianat dengan pemerintah kolonial Inggeris yaitu : pemberian otoritas atau wewenang kepada pemerintah kolonial Inggeris atas area yang dimilikinya.
    Perjanjian yang dilakukan Dinasti Saudi-Wahhabi dengan musuh paling getir bangsa Arab dan Islam (yaitu : Inggeris), pihak Dinasti Saudi-Wahhabi telah membangkitkan kemarahan yang hebat dari bangsa Arab dan Muslim lainnya, baik negara-negara yang berada di dalam maupun yang diluar wilayah Jazirah Arab.
    Dari semua penguasa Muslim, yang paling merasa disakiti atas pengkhianatan Dinasti Saudi-Wahhabi ini adalah seorang patriotik bernama al-Rasyid dari klan al-Hail di Arabia tengah dan pada 1891, dan dengan dukungan orang-orang Turki, al-Rasyid menyerang Riyadh lalu menghancurkan klan Saudi-Wahhabi.
    Bagaimanapun, beberapa anggota Dinasti Saudi-Wahhabi sudah mengatur untuk melarikan diri; di antara mereka adalah Imam Abdul-Rahman al-Saud dan putranya yang masih remaja, Abdul-Aziz. Dengan cepat keduanya melarikan diri ke Kuwait yang dikontrol Kolonial Inggeris, untuk mencari perlindungan dan bantuan Inggeris.

    KERAJAAN SAUDI-WAHHABI KE III (SAUDI ARABIA) : Sejak 1902

    Ketika di Kuwait, Sang Wahhabi, Imam Abdul-Rahman dan putranya, Abdul-Aziz menghabiskan waktu mereka “menyembah-nyembah” tuan Inggersi mereka dan memohon-mohon akan uang, persenjataan serta bantuan untuk keperluan merebut kembali Riyadh. Namun pada akhir penghujung 1800-an, usia dan penyakit nya telah memaksa Abdul-Rahman untuk mendelegasikan Dinasti Saudi Wahhabi kepada putranya, Abdul-Aziz, yang kemudian menjadi Imam Wahhabi yang baru.
    Melalui strategi licin kolonial Inggeris di Jazirah Arab pada awal abad 20, yang dengan cepat menghancurkan Kekhalifahan Islam Utsmaniyyah dan sekutunya klan al-Rasyid secara menyeluruh, kolonial Inggeris langsung memberi sokongan kepada Imam baru Wahhabi Abdul-Aziz.
    Dibentengi dengan dukungan kolonial Inggeris, uang dan senjata, Imam Wahhabi yang baru, pada 1902 akhirnya dapat merebut Riyadh. Salah satu tindakan biadab pertama Imam baru Wahhabi ini setelah berhasil menduduki Riyadh adalah menteror penduduknya dengan memaku kepala al-Rasyid pada pintu gerbang kota. Abdul-Aziz dan para pengikut fanatik Wahhabinya juga membakar hidup-hidup 1.200 orang sampai mati. 12]
    Imam Wahhabi Abdul-Aziz yang dikenal di Barat sebagai Ibn Saud, sangat dicintai oleh majikan Inggerisnya. Banyak pejabat dan utusan Pemerintah Kolonial Inggeris di wilayah Teluk Arab sering menemui atau menghubunginya, dan dengan murah-hati mereka mendukungnya dengan uang, senjata dan para penasihat.  Sir Percy Cox, Captain Prideaux, Captain Shakespeare, Gertrude Bell, dan Harry Saint John Philby (yang dipanggil “Abdullah”) adalah di antara banyak pejabat dan penasihat kolonial Inggeris yang secara rutin mengelilingi Abdul-Aziz demi membantunya memberikan apa pun yang dibutuhkannya.
    Dengan senjata, uang dan para penasihat dari Inggeris, berangsur-angsur Imam Abdul-Aziz dengan bengis dapat menaklukkan hampir seluruh Jazirah Arab di bawah panji-panji Wahhabisme untuk mendirikan Kerajaan Saudi-Wahhabi ke-3, yang saat ini disebut Kerajaan Saudi Arabia.
    Ketika mendirikan Kerajaan Saudi, Imam Wahhabi, Abdul-Aziz beserta para pengikut fanatiknya, dan para “tentara Tuhan”, melakukan pembantaian yang mengerikan, khususnya di daratan suci Hijaz. Mereka mengusir penguasa Hijaz, Syarif, yang merupakan keturunan Nabi Muhammad Saw.
    Pada May 1919, di Turbah, pada tengah malam dengan cara pengecut dan buas mereka menyerang angkatan perang Hijaz, membantai lebih 6.000 orang.
    Dan sekali lagi, pada bulan Agustus 1924, sama seperti yang dilakukan orang barbar, tentara Saudi-Wahabi mendobrak memasuki rumah-rumah di Hijaz, kota Taif, mengancam mereka, mencuri uang dan persenjataan mereka, lalu memenggal kepala anak-anak kecil dan orang-orang yang sudah tua, dan mereka pun merasa terhibur dengan raung tangis dan takut kaum wanita. Banyak wanita Taif yang segara meloncat ke dasar sumur air demi menghindari pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan tentara-tentara Saudi-Wahhabi yang bengis.
    Tentara primitif Saudi-Wahhabi ini juga membunuhi para ulama dan orang-orang yang sedang melakukan shalat di masjid; hampir seluruh rumah-rumah di Taif diratakan dengan tanah; tanpa pandang bulu mereka membantai hampir semua laki-laki yang mereka temui di jalan-jalan; dan merampok apa pun yang dapat mereka bawa. Lebih dari 400 orang tak berdosa ikut dibantai dengan cara mengerikan di Taif. 11]
    The end
    http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/22/latar-belakang-berdirinya-kerajaan-   saudi-arabia-dan-paham-wahabi-bag-i/
    ________________________________________
    * Dr. Abdullah Mohammad Sindi adalah seorang profesor Hubungan Internasional (professor of International Relations) berkebangsaan campuran Saudi-Amerika. Dia memperoleh titel BA dan MA nya di California State University, Sacramento, dan titel Ph.D. nya di the University of Southern California. Dia juga seorang profesor di King Abdulaziz University di Jeddah, Saudi Arabia. Dia juga mengajar di beberapa universitas dan college Amerika termasuk di : the University of California di Irvine, Cal Poly Pomona, Cerritos College, and Fullerton College. Dia penulis banyak artikel dalam bahasa Arab maupun bahasa Inggeris. Bukunya antara lain : The Arabs and the West: The Contributions and the Inflictions.
    Catatan Kaki :
    [1] Banyak orang-orang yang belajar Wahabisme (seperti di Jakarta di LIPIA) yang     menjadi para pemuja syekh-syekh Arab, menganggap bangsa Arab lebih unggul dari     bangsa lain. Mereka (walaupun bukan Arab) mengikuti tradisi ke-Araban atau         lebih tepatnya Kebaduian (bukan ajaran Islam), seperti memakai jubah panjang,       menggunakan kafyeh, bertindak dan berbicara dengan gaya orang-orang Saudi. [2] Alexei Vassiliev, Ta’reekh Al-Arabiya Al-Saudiya [History of Saudi Arabia],     yang diterjemahkan dari bahasa Russia ke bahasa Arab oleh Khairi al-Dhamin dan     Jalal al-Maashta (Moscow: Dar Attagaddom, 1986), hlm. 108. [3] Untuk lebih detailnya Anda bisa mendownload “Confessions of a British Spy” :
    Cara ini juga dilakukan Imperialis Belanda ketika mereka menaklukkan kerajaan-    kerajaan Islam di Indonesia lewat Snouck Hurgronje yang telah belajar lama di   Saudi  Arabia dan mengirinmnya ke Indonesia. Usaha Snouck berhasil gemilang,   seluruh kerajaan Islam jatuh di tangan Kolonial Belanda, kecuali Kerajaan Islam  Aceh. Salah satu provokasi Snouck yang menyamar sebagai seorang ulama Saudi         adalah menyebarkan keyakinan bahwa hadis Cinta pada Tanah Air adalah lemah!         (Hubbul Wathan minal Iman). Dengan penanaman keyakinan ini diharapkan         Nasionalisme bangsa Indonesia hancur, dan memang akhirnya banyak pengkhianat        bangsa bermunculan. [4] Memoirs Of Hempher, The British Spy To The Middle East, page 13. [5] Lihat “The Beginning and Spreading of Wahhabism”, [6] William Powell, Saudi Arabia and Its Royal Family (Secaucus, N.J.: Lyle Stuart     Inc., 1982), p. 205. [7] Confessions of a British Spy. [8] Ibid. [9] Vassiliev, Ta’reekh, p. 117. [10] Gary Troeller, The Birth of Saudi Arabia: Britain and the Rise of the House of      Sa’ud (London: Frank Cass, 1976), pp. 15-16. [11] Quoted in Robert Lacey, The Kingdom: Arabia and the House of Saud (New York:      Harcourt Brace Jovanovich, 1981), p. 145.


    Sejarah Wahabi

    https://maroebeni.wordpress.com/2008/09/04/sejarah-wahabi/


    Mungkin tidak banyak dari kita tahu atau ingin tahu tentang wahabi-salafy. Mudah-mudahan tulisan berikut ini membuka mata kita bagaimana sebenarnya wahabi yang cenderung suka menyalahkan kaum yang bukan golongannya sendiri.

    Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.

    Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. 

    Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama’ besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat: “Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.

    Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)

    Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.


    Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.

    Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.

    Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama? besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : ?Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. 

    Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.

    Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka?bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma?la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa?ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi?i yang sudah mapan.

    Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma?la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan.

    Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.

    Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.

    “Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, ?Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.


    Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.

    Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid?ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.

    Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).

    Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid?ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid?ah? Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa’ud.
    Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana,” sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
    “Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban

    Nabi SAW pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: “Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.”, Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.
    Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: “Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian. Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala?udz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW: “Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin”. AI-Hadits.
    BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.

    Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama’ mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: “Ba daa halaakul khobiits” (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji) (Masun Said Alwy)
    sumber: kutiban jawaban habib Munzir Almusawa yang ana kutib dr situs http://www.majelisrasulullah.org