NOTE:
SAYA BUKAN AHLI GEOLOGI ATAW APAPUN- SAYA AWAM..TETAPI MELIHAT GAMBAR DIBAWAH INI.. ADALAH TIMBUL PERTANYAAN..BESAR...?? APAKAH DINEGERI INI TIDAK ADA AHLI DI KEMENTRIAN PERTAMBANGAN MINERAL.. ?? INI TERKESAN ADA MINERAL BERHARGA DIATASNYA..KEMUDIAN ADA LAYER TANAH ATAW BATUAN BIASA..NAH BIG GOSAN ITU DIBAWAHNYA.. DAN DIBUAT TEROWONGAN KEDALAM SANA..?? SEDANG LAPISAN MINERAL ATAS SEPERTINYA DIGALI ATAW TAMBANG TERBUKA..YANG TENTUNYA.. AKAN DIISI AIR ATAW LIMBAH TAMBANG YANG DIGALI..?? APAKAH INI WAJAR..DAN AMAN..SECARA AKAL SEHAT DAN STRUKTUR LAPISAN GEOLOGI..?? AAAKH TERLALU RUMIT.. YANG PENTING HAJAR DAN AMBIL BATUAN MINERALNYA.. INI SANGAT MENGUNTUNGKAN.. KAN KALW PUN ADA RISIKO.. KAN PALING2 ORANG PRIBU,I DAN BUKAN PENGUSAHA ATAW INVESTOR..??!!!... MANA AHLI2 TAMBANG.. BISA BICARA JUJUR..TIDAK...??
BIG GOSSAN: METODE BARU, TAPI FREEPORT SANGAT “PERCAYA DIRI”
Freeport sangat percaya diri dengan proyek Big Gossan selama beberapa tahun ini. Setelah beroperasi, Majalah International Mining, edisi Februari 2010, menyebutkan Freeport menganggap Big Gossan sangat mapan dan kokoh karena sebagian besar keahlian mereka digunakan di Big Gossan.
Grasberg, kompleks tambang dimana sebagian besar lokasi pertambangan
Freeport Indonesia, termasuk Big Gossan, di semester pertama tahun 2016
akan berhenti beroperasi. Semua tambang Freeport akan dialihkan ke bawah
tanah. Inilah sebabnya Freeport terus menggenjot persiapan dan produksi
mereka. Mereka membangun terowongan yang akan menghubungkan semua
kompleks penambangan bawah tanah mereka yaitu Grasberg Block Cave (GBC),
Kucing Liar (KL), Mill Level Zone (MLZ), Deep Mill Level Zone (DMLZ)
dan Big Gossan (BG).
Banyak orang akan setuju jika pertambangan bawah tanah (underground mining) adalah salah satu keahlian Freeport Indonesia. Sejak 30 tahun lalu mereka melakukannya. Mulai dari Eastberg pada tahun 1980 yang berkapasitas puncak 30 ribu metrik ton/hari. Lalu berlanjut ke Intermediate Ore Zone (IOZ) dengan kapasitas puncak 19 ribu mt/hari tahun 1994-2003. Kemudian tahun 2003 mereka telah menambang lebih dalam lagi di Deep Ore Zone (DOZ) yang berkapasitas 25 ribu hingga mencapai 80 ribu mt/hari. Kompleks DOZ ditargetkan mencapai total produksi 282 juta metrik ton pada tahun 2020. DOZ saat ini merupakan tambang bawah tanah terbesar di dunia. Semua operasi ini dilakukan pada ketinggian 3.125 m-2.590 meter.
Big Gossan sedikit berbeda dengan lokasi pertambangan Freeport lainnya karena merupakan tambang bawah tanah yang menggunakan open stoping dengan hasil pengurukan sebagai metode pertambangan, bukan caving. Pembangunan modal dan konstruksi dasar untuk BG dilakukan oleh kontraktor PT Redpath Indonesia. Tambang bawah tanah ini diperkirakan memiliki cadangan 55 Mt dan diharapkan akan di produksi selama lebih dari 20 tahun. Produksi dirancang untuk mencapai titik puncak produksi 7.000 t/d di pertengahan tahun 2013, dengan tenaga kerja diperkirakan 600 orang selama produksi penuh.
Big Gossan diyakini merupakan tambang bawah tanah yang memiliki deposit bermutu tinggi yang terletak dekat kompleks pertambangan Freeport Indonesia di Grasberg. Big Gosan akan terus dikembangkan menjadi open stoping mine dengan menggunakan hasil pengurukan tailing dan semen, sebuah metodologi pertambangan baru buat Freeport sendiri. Produksi, yang dimulai pada kuartal keempat 2010, dirancang mencapai puncak hingga 7.000 metrik ton bijih per hari pada pertengahan tahun 2013. Ini setara dengan rata-rata agregat produksi tambahan tahunan, 125 juta pon tembaga dan 65.000 ons emas. PT Freeport Indonesia menerima 60 persen dari jumlah ini. Investasi modal untuk proyek ini diperkirakan sekitar $550.000.000, dimana saham PT Freeport Indonesia mencapai total nilai sekitar $518.000.000. Biaya proyek $494.000.000 telah dikeluarkan hingga 31 Desember 2011 ($50.000.000 selama 2011).
Meski Big Gossan merupakan metode tambang yang baru bagi operasi Freeport Indonesia, namun Freeport sangat percaya diri selama beberapa tahun ini. Freeport menganggap Big Gossan sangat kokoh dan mapan karena sebagian besar keahlian digunakan di situs Big Gossan. Dan mineral yang akan ditambang kompatibel dengan fasilitas pabrik yang mereka miliki. Metode pertambangan di Big Gossan juga menyediakan profil produksi yang fleksibel yang bisa dimulai dan berhenti, tanpa berdampak kepada cadangan modal kerja, karena permintaan tenaga kerja dan peralatan yang berfluktuasi oleh blok gua yang lebih besar lainnya yang juga sedang dikembangkan oleh Freeport.
Beberapa wartawan yang pernah berkunjung ke lokasi tambang bawah tanah ini, mengakui bahwa kompleks di bawah perut bumi tampak kokoh dan dibuat nyaman untuk para pekerjanya, termasuk ada fasilitas makan siang. Big Gossan, misalnya, dihubungkan dengan Terowongan Ali Budiardjo (AB Tunnel) sehingga membuat para wartawan yang berkunjung mengakui kompleks yang berada tepat di bawah perut open pit Grasberg itu aman.
Tambang bawah tanah ini dimulai sekitar tahun 1990. Tahun 1991, sebuah proyek pengeboran dengan dukungan helikopter mulai dilakukan untuk mengeksplorasi kandungan mineral di Big Gossan. Pengeboran ini menemukan menemukan kandungan mineral yang berkisar antara 4,25% sampai 5,33% Cu dan 0,044 oz / ton menjadi 0,28 oz/ton Au di kedalaman 33-170 kaki pada tahun 1992. Ditahun yang sama, ditemukan lagi 12,9% Cu dan 0,108 oz / ton Au di kedalaman lebih dari 42 ft saat dilakukan pengeboran 500 ft di bagian timur kegiatan eksplorasi awal. Freeport lalu memulai pengembangan Big Gossan ditehaun berikutnya. Kegiatan awal ini ditandai dengan pemindahan arah terowongan dari wilayah pabrik ke zona mineral di ketinggian 2.900 meter. Freeport terus melakukan pengeboran hingga tahun 1995. Di akhir tahun 1995 ini, total lebih dari 200 lobang telah digali oleh Freeport.
Studi kelayakan Freeport, hingga tahun 2002 masih belum dirilis oleh Freeport. Di tahun itu, Freeport mengumumkan studi kelayakan dan pembaharuan rencana pengembangan Big Gossan akan selesai pada tahun 2003, saat mereka menentukan tahun awal produksinya. Tahun 2007 Freeport merilis ambisi proyek dengan belanja modal $550.000.000 ini, yang disebut-sebut akan mencapai puncak produksi 7.000 metrik ton per hari pada akhir tahun 2010. Dan tahun 2012, Freeport merilis laporan tahunan yang memuat proyek Big Gossan didalamnya.
Kecelakaan demi kecelakaan di Freeport
Jelas, tragedi Big Gossan, bukanlah kejadian longsor pertama kali di lokasi pertambangan PT Freeport Indonesia (PTFI). Pada tahun 2011, terjadi 2 kali longsor di sekitar Grasberg.
Yang pertama terjadi sekitar bulan Maret 2011. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Freeport hanya melaporkan jika longsor telah menutup pintu masuk ke areal pertambangan Grassberg.
Satu bulan kemudian, tepatnya tanggal 19 April 2011, kejadian yang sama terjadi lagi. Kejadian ini menyebabkan satu orang hilang dan satu orang tewas. Penyebab kejadian ini adalah peledakan tambang yang berakibat runtuhnya atap tambang bawah tanah di DOZ.Hingga saat ini, tak ada laporan lanjut tentang korban yang hilang karena insiden ledakan DOZ ini.
Mundur ke belakang, bulan Mei 2000, empat orang yang tercatat sebagai karyawan kontraktor PT Freeport tewas karena batu-batu yang menjadi limbah tambang runtuh dan menimpa keempat orang itu. Batu-batu ini jatuh dari overburden ke arah danau Wanagon. Kejadian lebih parah lagi, terjadi pada 9 Oktober 2003. Longsor besar di open pit Grasberg sisi selatan menyebabkan 2,3 juta ton batuan dan lumpur runtuh. Reruntuhan ini menewaskan 8 orang dan melukai 5 lainnya. Pihak perusahaan menyatakan 5 tewas, 5 terluka dan 6 lainnya belum ditemukan dan diduga tewas. Freeport menyatakan kecelakaan terjadi karena adanya slippage material.
Tanggal 24 Maret 2006 terjadi lagi longsor di sekitar tambang Grasberg. Kali ini menewaskan tiga orang dan melukai empat orang lainnya. Karyawan yang tewas saat itu adalah Harsono Mokoginta, Tomas S Toatubun dan Wecky Sianturi. Semuanya karyawan PT Pontil, perusahaan subkontraktor Freeport.
Lima tahun kemudian, berselang empat bulan setelah kejadian di DOZ, karyawan Freeport berkewarganegaraan Australia tewas saat mengendarai mobil. Mobil Ford yang dikendarainya dihantam longsoran batuan di Mile 73 hingga jatuh ke dalam jurang sedalam 150 meter.
Selain longsor, pertambangan Freeport setidaknya telah berulangkali membawa masalah besar bagi masyarakat disekitar areal tambang itu. Bulan Juni 1998 gelombang air bercampur lumpur setinggi 6 meter meluap dari Danau Wanagon dan membanjiri Desa Waa. Setahun kemudian, terjadi lagi luapan air di danau Wanagon. Namun tak ada laporan adanya korban jiwa. Di tahun yang sama, lima orang penduduk asli sekitar tambang dilaporkan tewas keracunan tembaga dari biota yang mereka makan.
Di awal tahun 2013, tepatnya tanggal 19 Januari, empat orang karyawan Freeport terkena gas beracun di areal tambang. Satu meninggal di tempat, tiga lainnya berhasil dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Tembagapura. Korban yang tewas bernama Dony Asmon (38), karyawan di Departemen Geologi. Ia diduga kuat keracunan gas di terowongan Midle Low Area (MLA), Cross Cut 25 Amole Under Ground. selain Dony Asmon, semburan gas beracun ini juga menimpa Pahma, Awa Mardiana, dan Hery Purwanto. Ketiganya selamat karena segera mendapat pertolongan.
Dan insiden longsor di Big Gossan, yang terjadi pada tanggal 15 Mei 2013, menelan korban jiwa hingga 28 orang dan 10 lainnya berhasil diselamatkan, bisa jadi bukanlah kecelakaan terakhir di lokasi pertambangan PT Freeport Indonesia.
Meski secara teknis, ambruknya material yang sebagian besar adalah bebatuan alamiah dan tanah itu mengindikasikan hilangnya daya dukung atau kohesifitas batuan yang disebabkan oleh air permukaan dan udara yang meresap melalui proses kimiawi atau oksidasi di sepanjang rekahan atau patahan yang mengakibatkan kekuatan batuan menjadi lemah dan menyebabkan terjadi runtuh, sebagaimana penjelasan Vice President (VP) Geo Services PT Freeport Indonesia, Wahyu Sunyoto, kepada wartawan, Selasa (21/05), tetap saja nyawa manusia bukanlah taruhan untuk ribuan ton emas dan tembaga.
Big Gossan dari 1991 – 2012
* 1991-92, program pengeboran dengan dukungan helikopter berlangsung.
* 1992, pengeboran silang di beberapa zona mineralisasi menemukan kandungan mineral yang berkisar antara 4,25% sampai 5,33% Cu dan 0,044 oz / ton menjadi 0,28 oz / ton Au di kedalaman 33-170 ft
* Akhir 1992, pengeboran 500 ft di bagian timur kegiatan eksplorasi awal menemukan kandungan mineral yang setara dengan setidaknya dua dari zona mineral yang ditemukan dalam lubang inti awal. Pengeboran di lubang #2-1 menemukan kisaran hingga 12,9% Cu dan 0,108 oz / ton Au di kedalaman lebih dari 42 ft.
* 1993, awal pengembangan tambang bawah tanah dimulai, ketika terowongan diarahkan dari wilayah pabrik ke zona mineral di tingkat elevasi 2.900 M. Berbagai “stopping metode” digunakan untuk menambang deposit yang ditemukan di Big Gossan, dengan harapan produksi bisa dimulai dalam sepuluh tahun ke depan saat tambang bawah tanah lainnya tak lagi berproduksi.
*1994, program penggalian, eksplorasi bawah tanah di zona silang Big Gossan kembali menemukan cadangan kandungan mineral emas dan tembaga.
*January 31 1995, pengeboran pada sisi barat deposit Gossan Big memastikan kandungan tembaga dan emas berkualitas tinggi.
* Desember 31 1995, lebih dari 200 lubang pengeboran telah dilakukan.
* Tahun 2002, Freeport McMoran mengatakan studi kelayakan dan pembaharuan rencana pengembangan Big Gossan akan selesai pada tahun 2003 untuk menentukan kapan produksi dimulai.
*Maret 31 2007, Freeport McMoran mulai merilis ambisi proyek Big Gossan. Freeport menyebutkan belanja modal untuk Big Gossan mencapai sekitar $ 20 juta pada kuartal pertama 2007. Produksi diharapkan mencapai puncak produksi 7.000 metrik ton per hari pada akhir tahun 2010.
*Februari 2012, Freeport McMoran merilis laporan tahunannya. Ini laporan tahunan pertama yang memuat proyek Big Gossan didalamnya.
(Jubi/Victor Mambor)
Referensi :
1. John Chadwick, International Mining Magazine; Freeport Indonesia’s next underground mine, Februari 2010
2. FREEPORT MCMORAN COPPER & GOLD INC (FCX ), 10−K Annual report pursuant to section 13 and 15(d); Filed on 2/27/2012, Filed Period 12/31/2011
3. Richard C Adkerson, Freeport-McMoRan Copper & Gold Presentation; RBC Capital Global Mining & Materials Conference, Toronto, Canada, June 2009.
4. http://energitoday.com ; Bencana Freeport dalam catatan
MENELISIK RUNTUHNYA TEROWONGAN BIG GOSSAN
Penulis : Dominggus Mampioper | 09:39
Jayapura, 22/5(Jubi)—Pemerintah Pusat telah
mencanangkan untuk melakukan investigasi lokasi reruntuhan terowongan
Big Gossan yang terjadi pada Selasa(14/5) pukul 07.15 WIT. Bahkan Polda
Papua juga siap menerjunkan tim untuk menelisik faktor-faktor apa yang
mempengaruhi runtuhnya terowongan bawah tanah itu.
Kapolda Papua M Tito Karnavian mengatakan tim investigasi yang akan diturunkan Polda Papua dipimpin langsung Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum dibantu Ditreskrimsus Polda Papua bekerjasama dengan Tim Ahli PT. Freeport Indonesia dan SDM Bagian Tambang.
Kapolda Papua juga menambahkan akan bekerjasama dengan kalangan eksternal lainnya yang memahami tentang teknologi system keselamatan terowongan bawah tanah. “Hal ini diperlukan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya longsor, apakah ada unsure kesengajaan, kelalaian, atau betul-betul ini adalah bencana alam,”kata Kapolda Papua, Irjen Pol Drs. M. Tito Karnavian,MA kepada wartawan belum lama ini.
Andaikata tewasnya 28 orang karena bencana alam, maka menurut Kapolda Papua proses investigasi akan dihentikan. Investigasi di sini sangat penting karena menyangkut keselamatan pekerja yang lain. Ini artinya kalau ivestigasi harus benar-benar berpihak kepada keselamatan pekerja dan bukan sekadar investigasi untuk menyenangkan semua pihak terutama perusahaan.
Sebenarnya jika dikaji lebih mendalam prinsip-prinsip terowongan dalam tanah mengikuti jalur air tanah jelas memakan biaya yang sangat tinggi (hight cost). Akibatnya akan dibuat terowongan yang mendekati cadangan atau core aquifer. Misalnya cadangan di atas ke bawah ada cebakan ore ada horizontal. Jadi standar pembuatan terowongan harus memotong dan bukan langsung standar lokasi ore. Kalau sudah digali baru namanya ore, bijih kandungan diambil ore atau bijih.
Pakar tambang dan geologi menilai dalam terowongan bawah tanah seringkali terjadi pergeseran batu-batuan akibat gaya tarik bumi dan aktivitas bawah tanah lainnya. Misalnya ada aktifitas dalam terowongan hingga ada getaran atau pergerakan kecil.
Yang jelas semua pergerakan dalam terowongan harus direcord oleh tim dari Departemen Geotek Perusahaan untuk menjamin jangan sampai ada runtuhan yang dashyat dalam terowongan.
Ada tiga faktor bahaya di dalam terowongan di lokasi under ground mining antara lain,
Kapolda Papua M Tito Karnavian mengatakan tim investigasi yang akan diturunkan Polda Papua dipimpin langsung Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum dibantu Ditreskrimsus Polda Papua bekerjasama dengan Tim Ahli PT. Freeport Indonesia dan SDM Bagian Tambang.
Kapolda Papua juga menambahkan akan bekerjasama dengan kalangan eksternal lainnya yang memahami tentang teknologi system keselamatan terowongan bawah tanah. “Hal ini diperlukan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya longsor, apakah ada unsure kesengajaan, kelalaian, atau betul-betul ini adalah bencana alam,”kata Kapolda Papua, Irjen Pol Drs. M. Tito Karnavian,MA kepada wartawan belum lama ini.
Andaikata tewasnya 28 orang karena bencana alam, maka menurut Kapolda Papua proses investigasi akan dihentikan. Investigasi di sini sangat penting karena menyangkut keselamatan pekerja yang lain. Ini artinya kalau ivestigasi harus benar-benar berpihak kepada keselamatan pekerja dan bukan sekadar investigasi untuk menyenangkan semua pihak terutama perusahaan.
Sebenarnya jika dikaji lebih mendalam prinsip-prinsip terowongan dalam tanah mengikuti jalur air tanah jelas memakan biaya yang sangat tinggi (hight cost). Akibatnya akan dibuat terowongan yang mendekati cadangan atau core aquifer. Misalnya cadangan di atas ke bawah ada cebakan ore ada horizontal. Jadi standar pembuatan terowongan harus memotong dan bukan langsung standar lokasi ore. Kalau sudah digali baru namanya ore, bijih kandungan diambil ore atau bijih.
Pakar tambang dan geologi menilai dalam terowongan bawah tanah seringkali terjadi pergeseran batu-batuan akibat gaya tarik bumi dan aktivitas bawah tanah lainnya. Misalnya ada aktifitas dalam terowongan hingga ada getaran atau pergerakan kecil.
Yang jelas semua pergerakan dalam terowongan harus direcord oleh tim dari Departemen Geotek Perusahaan untuk menjamin jangan sampai ada runtuhan yang dashyat dalam terowongan.
Ada tiga faktor bahaya di dalam terowongan di lokasi under ground mining antara lain,
Pertama, peristiwa Big Gossan sangat besar
dan banyak korban. Yang jadi soal adalah apakah pergerakan batuan itu
sudah tercatat sebelumnya oleh tim Geotek dari PT Freerport Indonesia.
Pergerakan batuan ini harus dipantau terus oleh tim Geotek karena
pergerakan batuan bisa terjadi karena gaya tarik bumi gravitasi dan juga
adanya aktivitas lain di dalam terowongan.
Mestinya pihak menejemen geotek harus
memberikan jaminan kalau daerah Big Gossan aman karena mereka telah
merekam gejala-gejala awal dari pergerakan batuan. Biasanya pergerakan
besar harus diawali dengan pergerakan-pergerakan batuan kecil dan
selanjut reruntuhan yang sangat besar.
Kedua, bahaya gas beracun di dalam terowongan karena itu perlu ventilasi untuk menghindari dari gas-gas beracun sepertri Sianida, CO dan lain-laon. Apalagi di dalam tanah sistem perut bumi di daerah bukaan harus ada ventilasi. Gas Sianida, CO dan bau-bau mirip telur busuk harus ada ventilasi atau pun ada respirator harus ada untuk menganisipasi gas beracun. Under ground mining ini lebih banyak gaya gravitas sehingga kalau sudah selesai akan runtuh dengan sendirinya.
Ketiga, bahaya kebanjiran pasalnya ini bisa terjadi karena , memotong lapisan air tanah di dalam. Oleh karena itu ada satu departemen, yang bisa mengatur agar air tanah tidak menyebabkan banjir. Biasanya tugas ini dilakukan oleh hidrologi tambang untuk tetap menjaga agar terowongan bawah tanah tidak kebanjiran.
Lepas dari penelisikan penyebab runtuhnya Big Gossan, mestinya ruang training bagi peserta dengan mencari tempat lain yang dinilai aman. Memang lokasi Big Gossan bisa aman tetapi harus terus dipantau pergerakan batuan oleh tim geotek. Peran tim geotek sangat penting untuk memantau pergerakan batuan batuan di bawah tanah.
Andaikata tim geotek hanya kerja satu kali saja memantau dan bukan setiap hari maka bisa jadi tidak semua lokasi terdeteksi pergerakan batuannya. Paling tidak harus ada tim investigasi yang independen agar Big Gossan ini tidak terulang lagi. Atau minimal jangan sampai ada Big Gossan yang baru lagi muncul di lokasi tambang PT Freeport Ind.(Jubi/dominggus a mampioper)
TEROWONGAN LONGSOR: Pemerintah & PT Freeport Dinilai Lamban Dan Tertutup
Oleh Newswire
on Monday, 20 May 2013
JAKARTA– Serikat Pengacara Rakyat (SPR)
melakukan gugatan warga negara (citizen law suit) terhadap PT Freeport
Indonesia dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait tragedi
terowongan longsor di Tembagapura, Papua 14 Mei 2013.
Gugatan tersebut diajukan oleh FX Arief Poyuono dan Satya Wijayantara
yang mendesak Presiden untuk membatalkan kontrak karya PT Freeport
Indonesia.
“Tragedi terowongan longsor tersebut sangat memprihatinkan karena
merupakan salah satu insiden kecelakaan terburuk yang pernah terjadi di
Indonesia,” kata kuasa hukum penggugat, Habiburokhman di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, Senin (20/5).
Dia menambahkan, yang lebih memprihatinkan, adalah sikap pemerintah
dan PT Freeport yang terkesan tertutup, lamban dan tidak melakukan upaya
maksimal untuk menyelamatkan para korban yang hingga saat ini masih
terperangkap di lokasi runtuhnya fasilitas pelatihan tambang bawah tanah
Big Gossan.
“PT Freeport maupun pemerintah sama-sama layak digugat ke pengadilan
karena telah lalai menjalankan kewajibannya hingga terjadi terowongan
longsor ini,” jelasnya.
Penggugat menilai pemerintah dan PT Freeport telah melanggar Pasal 86
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Untuk itu, kata Habib, meminta agar majelis hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat dapat memutuskan untuk menghukum pemerintah c.q. presiden
RI untuk membatalkan kontrak karya PT Freeport.
“Konsekuensi hukum dari pelanggaran tersebut adalah pencabutan izin operasi dan denda,” kata Habib.
Penggugat juga meminta pengadilan menghukum PT Freeport untuk
memberikan santunan masing-masing Rp50 miliar untuk korban meninggal
dunia dan Rp25 miliar untuk korban selamat.
Selain itu juga meminta pengadilan menghukum para tergugat untuk
meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia dengan memasang iklan
permintaan maaf di enam stasiun TV nasional, enam surat kabar nasional,
enam portal berita nasional dan enam stasiun radio.
Habib menambahkan bahwa gugatan ini diajukan agar peristiwa ini tidak
terulang lagi di kemudian hari. Dalam pemberitaan sebelumnya, pada 14
Mei terjadi insiden longsornya area fasilitas pelatihan Freeport dan
menyebabkan 38 pekerjanya menjadi korban.
Hingga Senin ini telah ditemukan 11 orang tewas dan 10 dinyatakan
selamat dari peristiwa tersebut. Hingga saat ini, masih ada pekerja yang
belum dapat dikeluarkan dari reruntuhan sekitar 17 pekerja lagi.
(Antara/Juanda)
Popularity: 1% [?]
You must be logged in to post a comment Login
Salah Satu Korban Longsor Freeport Dimakamkan di Magelang
antara
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/05/21/mn5ovg-korban-pemotongan-alat-kelamin-tiga-hari-bisa-dibawa-pulang
REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Salah satu korban meninggal dalam
tragedi runtuh tambang bawah area fasilitas pelatihan Big Gossan PT
Freeport Indonesia di Papua, Muntadhim Ahmad (50), dimakamkan di
Magelang, Jawa Tengah, Selasa malam.
Penyerahan jenazah dari pihak perwakilan manajemen PT Freeport Indonesia kepada keluarga dilakukan di rumah orang tua korban di Jalan Bonang V No. 10 Kampung Karet Kelurahan Jurang Ombo Selatan Kecamatan Magelang Selatan di Kota Magelang sekitar pukul 20.00 WIB.
Korban merupakan anak pertama dari enam bersudara pasangan Romsyah Zainudin dan Umi. Selama ini, korban tinggal di Bandung bersama istri dan dua anaknya.
Jenazah diterbangkan dari Papua sekitar pukul 10.00 WIT dan sampai di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta pukul 17.45 WIB, kemudian diantar menggunakan mobil ambulans.
Sebelum dimakamkan di pemakaman setempat, pihak keluarga sempat meminta apat melihat kondisi terakhir jenazah yang dimasukkan dalam peti. Namun pihak PT Freeport Indonesia tidak mengizinkan.
Istri korban, Hadiawati (45) yang sebelumnya ikut menjemput korban di Papua, terlihat masih tidak kuasa menahan tangis sembari menabur bunga di atas pemakaman korban.
Adik kandung korban, Muntaha Ahwan (44) mengatakan, tidak ada firasat terkait kejadian yang merenggut nyawa kakaknya tersebut. Dia mengaku terakhir bertemu sekitar satu bulan lalu saat menghadiri pemakaman mertua korban di Bandung.
Pada pertemuan terakhir itu, pria yang bekerja sebagai salah satu tenaga kepelatihan (instruktur) itu sempat menyampaikan kepada ibunya jika nanti bulan Juni 2013 dia akan menjalani cuti panjang.
Selain itu, korban berangkat kembali ke Papua hanya membawa satu koper berisi dua lembar pakaian.
"Hanya membawa dua lembar pakaian, tapi menurut kami itu bukan firasat," katanya lagi.
Menurut Muntaha, korban merupakan sosok panutan dalam keluarga. Sikapnya bertanggungjawab dan penyayang selalu dijadikan contoh bagi adik-adiknya.
Korban meninggalkan dua orang putri yakni Nabilla (kelas satu SMA) dan Amanda (kelas enam SD).
Korban juga mulai bekerja di PT Freeport Indonesia sejak 1997.
Manajemer Geo Service PT Freeport Indonesia, Anton Perdana yang mewakili pihak manajemen mengantarkan korban ke rumah duka, mengatakan, para keluarga korban longsor itu sudah diberangkatkan ke Papua sejak Rabu (15/5) setelah peristiwa terjadi.
Mereka turut serta menunggu proses evakuasi yang dilakukan oleh tim gabungan. Korban ditemukan pada Senin (20/5) pukul 15.33 WIT dan sudah dalam kondisi meninggal dunia, kemudian langsung dievakuasi, dimandikan dan diurus secara Islam.
Selanjutnya korban dibawa ke tempat yang lebih datar menggunakan helikopter dan dibawa ke Bandara Wamena Papua. Ia mengatakan, pihak perusahaan akan tetap memberikan santunan sesuai ketentuan yang berlaku di perusahaan tersebut.
Namun kebijakan terkait musibah ini, kata dia, ada mekanisme sendiri yakni melalui corporate communication yang akan menjelaskan secara detail.
Penyerahan jenazah dari pihak perwakilan manajemen PT Freeport Indonesia kepada keluarga dilakukan di rumah orang tua korban di Jalan Bonang V No. 10 Kampung Karet Kelurahan Jurang Ombo Selatan Kecamatan Magelang Selatan di Kota Magelang sekitar pukul 20.00 WIB.
Korban merupakan anak pertama dari enam bersudara pasangan Romsyah Zainudin dan Umi. Selama ini, korban tinggal di Bandung bersama istri dan dua anaknya.
Jenazah diterbangkan dari Papua sekitar pukul 10.00 WIT dan sampai di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta pukul 17.45 WIB, kemudian diantar menggunakan mobil ambulans.
Sebelum dimakamkan di pemakaman setempat, pihak keluarga sempat meminta apat melihat kondisi terakhir jenazah yang dimasukkan dalam peti. Namun pihak PT Freeport Indonesia tidak mengizinkan.
Istri korban, Hadiawati (45) yang sebelumnya ikut menjemput korban di Papua, terlihat masih tidak kuasa menahan tangis sembari menabur bunga di atas pemakaman korban.
Adik kandung korban, Muntaha Ahwan (44) mengatakan, tidak ada firasat terkait kejadian yang merenggut nyawa kakaknya tersebut. Dia mengaku terakhir bertemu sekitar satu bulan lalu saat menghadiri pemakaman mertua korban di Bandung.
Pada pertemuan terakhir itu, pria yang bekerja sebagai salah satu tenaga kepelatihan (instruktur) itu sempat menyampaikan kepada ibunya jika nanti bulan Juni 2013 dia akan menjalani cuti panjang.
Selain itu, korban berangkat kembali ke Papua hanya membawa satu koper berisi dua lembar pakaian.
"Hanya membawa dua lembar pakaian, tapi menurut kami itu bukan firasat," katanya lagi.
Menurut Muntaha, korban merupakan sosok panutan dalam keluarga. Sikapnya bertanggungjawab dan penyayang selalu dijadikan contoh bagi adik-adiknya.
Korban meninggalkan dua orang putri yakni Nabilla (kelas satu SMA) dan Amanda (kelas enam SD).
Korban juga mulai bekerja di PT Freeport Indonesia sejak 1997.
Manajemer Geo Service PT Freeport Indonesia, Anton Perdana yang mewakili pihak manajemen mengantarkan korban ke rumah duka, mengatakan, para keluarga korban longsor itu sudah diberangkatkan ke Papua sejak Rabu (15/5) setelah peristiwa terjadi.
Mereka turut serta menunggu proses evakuasi yang dilakukan oleh tim gabungan. Korban ditemukan pada Senin (20/5) pukul 15.33 WIT dan sudah dalam kondisi meninggal dunia, kemudian langsung dievakuasi, dimandikan dan diurus secara Islam.
Selanjutnya korban dibawa ke tempat yang lebih datar menggunakan helikopter dan dibawa ke Bandara Wamena Papua. Ia mengatakan, pihak perusahaan akan tetap memberikan santunan sesuai ketentuan yang berlaku di perusahaan tersebut.
Namun kebijakan terkait musibah ini, kata dia, ada mekanisme sendiri yakni melalui corporate communication yang akan menjelaskan secara detail.
Redaktur : Djibril Muhammad |
Sumber : Antara |
Semua Korban Longsor Freeport Ditemukan
antara
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/22/mn6cmi-semua-korban-longsor-freeport-ditemukan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --
Setelah melakukan pencarian selama
satu pekan, PT Freeport Indonesia akhirnya berhasil mengevakuasi seluruh
korban longsor di tambang Big Gossan, Mimika, Papua. Dari 38 korban
yang terkubur, 10 orang selamat dan sisanya meninggal.
"Hari ini adalah hari yang penuh duka cita yang akan ditandai dengan
upacara peringatan yang akan dilaksanakan di Kantor Freeport di Jakarta
dan Papua setelah Emergency Response Team berhasil mengevakuasi dan
mengidentifikasi pekerja terakhir yang terkubur dalam reruntuhan," kata
Sekretaris Perusahaan, Daisy Primayanti, Rabu (22/5).
Jasad terakhir berhasil diidentifikasi Rabu dinihari.
Sebanyak 38
orang terkubur dalam ruangan fasilitas tambang bawah tanah Big Gossan
saat terowongan runtuh pada 15 Mei 2013. Tim ERT berhasil mengevakuasi
10 korban selamat, namun gagal menyelamatkan nyawa sisanya.
Berikut daftar korban meninggal longsor Big Gossan
1 Aan Nugraha
2 Amir Tika
3 Aris Tikupasang
4 Artinus Magal
5 Daniel Tedy Eramuri
6 David Gobai
7 Febry Tandungan
8 Ferry Edison Pangarbuan
9 Frelthon Wantalangi
10 Gito Sikku
11 Hengky Ronald Hendambo
12 Herman Susanto
13 Jhoni Michael Ugadje
14 Joni Tulak
15 Lestari Siahaan
16 Lewi Mofu
17 Ma’mur
18 Mateus Agus Marandof
19 Muntadhim Ahmad
20 Petrus Frengo Marangkerena
21 Petrus Padak Duli
22 Retno Bone
23 Rooy Rogers Kailuha
24 Selpianus Edowai
25 Suleman
26 Victoria Sanger
27 Wandi
28 Yapinus Tabuni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar