Penduduk Aleppo Ingin Pemberontak Suriah FSA Pergi
Posted on Mei 24, 2013 by A Nizami
http://kabarislam.wordpress.com/2013/05/24/penduduk-aleppo-ingin-pemberontak-suriah-fsa-pergi/
Penduduk Kota Aleppo demo ingin
pemberontak Suriah (FSA) keluar. Mereka menginginkan tentara Suriah
masuk. Karena ternyata pemberontak Suriah hanya memberi kekerasan dan
kekacauan pada mereka.
Ini sumber berita lainnya:
Fadhil Rumi 1.000.000 ORANG MENOLAK WAHABI
DI INDONESIA wahabi bilang rezim assad yang membantai sipil tapi
kenyataannya kok berbeda? kenapa rakyat suriah malah menginginkan FSA
tuh dihabisi?
“FSA pergilah dari tanah air kami dan semoga Tuhan menghancurkan kalian. Kalian telah membunuh ayah, saudara dan sahabat kami”
“Kami berharap mereka (FSA) semua mati “
“FSA adalah pencuri, kami menginginkan tentara Suriah (bukan FSA-red)”
“Negeri kami adalah negeri yang dirahmati
Allah. Lalu datanglah pencuri ini, mereka menghancurkan rumah kami,
semoga Allah menghancurkan mereka”
“FSA mengusir kami dari rumah kami, mereka keparat. Jika ibu mereka bukan wanita jalang, mereka tidak akan melakukan ini”
“Aku harap mereka semua mati, mereka
menghancurkan rumah-rumah dan kamipun kehilangan tempat tinggal, semoga
itu akan menimpa keluarga mereka juga “
“Kami semua salut pada Syrian Arab Army,
Semoga Allah melindungi mereka untuk kami dan semoga seluruh kawasan
Suriah bersih dari “MALING SAMPAH” ini.
Selengkapnya lihat disini:
People of Aleppo Take to the Streets: We
Want FSA OUT!!! We Want Syrian Army Part of channel(s): Syria (current
event) The residents of Aleppo apparently have had enough of the “Free
Syrian Army” (FSA) [aka Western-backed "freedom fighters"]. They took to
the streets of Aleppo in a big protest that started from al-Sabeel
neighborhood. The protest included all walks of life. What united all
these people was one message: “We want FSA out! We want the Syrian
Army”.
This sentiment is not confined to the
residents of Aleppo but is also a reflection of a large segment of
Syria’s population that extends from its north to its south.
During a recent football (soccer) match
in Kuwait between the Syrian national team and its Jordanian
counterpart, one “Syrian” supporter in the crowd carried the tri-star
French mandate flag of the FSA, and he was vociferously kicked out by
the Syrians, an act that shows how most Syrians actually despise all FSA
supporters.
Syria: Rebels losing support among
civilians in Aleppo As Aleppo continues to deteriorate, many residents
are losing patience with an increasingly violent and unrecognizable
opposition. ALEPPO, Syria — Behind the mansion they were occupying, a
group of half-naked rebels whooped with joy as they cannonballed into
the murky, half-filled swimming pool.
It was July in the small town of Anadan,
about 10 miles from Aleppo, Syria’s largest city. Anadan was a ghost
town, deserted except for the Free Syrian Army and the sounds of the
near constant barrage of regime shelling.
The junior commander, an illiterate
24-year old, joked that while the war raged all around it, the people of
Aleppo were only concerned about their barbecues. He swore the rebels
scrabbling through the countryside would soon make their way to Aleppo.
He promised Aleppo would burn.
Three months later, Aleppo is on fire.
The 1,000-year-old market has been gutted, and the rebel-controlled west
lies in ruins. Last week’s massive suicide car bombings, which leveled
blocks of the government center, left craters some 10 feet deep.
More from GlobalPost: Complete Coverage from Inside Syria
Aleppo, a city of about 3 million people,
was once the financial heart of Syria. As it continues to deteriorate,
many civilians here are losing patience with the increasingly violent
and unrecognizable opposition — one that is hampered by infighting and a
lack of structure, and deeply infiltrated by both foreign fighters and
terrorist groups.
The rebels in Aleppo are predominantly
from the countryside, further alienating them from the urban crowd that
once lived here peacefully, in relative economic comfort and with little
interference from the authoritarian government of President Bashar
al-Assad.
“The terrorism here in Syria is
spreading, and the government has to do something about it,” said
Mohamed Kabal, a 21-year-old university student.
“The people in Syria must have an iron
hand to rule them, otherwise we will eat each other,” he said,
unconcerned that the rebel sympathizers nearby might hear him. “If the
government is gone we will have a civil war that will never end.”
As suicide bombers become the rebels’
most effective weapon — illustrating both their desperation against
Assad’s air power and the growing presence of insurgents, both local and
foreign, who once fought the US occupation in Iraq — the regime’s
attacks too are getting more vicious.
The day after the suicide strike
destroyed the government center, the Syrian army retaliated by launching
an air assault on a school housing refugees. Witnesses called it a
massacre, 10 civilians killed and about 60 wounded. http://www.globalpost.com/dispatch/news/regions/middle-east/syria/121015/aleppo-syria-rebels-fsa-assad-support
FSA Aleppo commander: “Even the people
are fed up with us. We were liberators, but now they denounce us” by
NEWS SOURCES on DECEMBER 28, 2012
Ghaith Abdul-Ahad reports: It wasn’t the
government that killed the Syrian rebel commander Abu Jameel. It was the
fight for his loot. The motive for his murder lay in a great warehouse
in Aleppo which his unit had captured a week before. The building had
been full of rolled steel, which was seized by the fighters as spoils of
war.
But squabbling developed over who would
take the greater share of the loot and a feud developed between
commanders. Threats and counter-threats ensued over the following days.
Abu Jameel survived one assassination
attempt when his car was fired on. A few days later his enemies attacked
again, and this time they were successful. His bullet-riddled body was
found, handcuffed, in an alley in the town of al-Bab.
Captain Hussam, of the Aleppo military
council, said: “If he had died fighting I would say it was fine, he was a
rebel and a mujahid and this is what he had set out to do. But to be
killed because of a feud over loot is a disaster for the revolution.
“It is extremely sad. There is not one
government institution or warehouse left standing in Aleppo. Everything
has been looted. Everything is gone.”
Captured government vehicles and weapons
have been crucial to the rebels since the start of the conflict, but
according to Hussam and other commanders, and fighters interviewed by
the Guardian over a fortnight in northern Syria, a new phase has been
reached in the war. Looting has become a way of life. http://warincontext.org/2012/12/28/fsa-aleppo-commander-even-the-people-are-fed-up-with-us-we-were-liberators-but-now-they-denounce-us-and-demonstrate-against-us/
Suriah bantah gerilyawan kuasai penjara pusat di Kota Aleppo
Jumat, 24 Mei 2013 07:51 WIB |http://www.antaranews.com/berita/376381/suriah-bantah-gerilyawan-kuasai-penjara-pusat-di-kota-aleppo
Damaskus
(ANTARA News) -
Satu sumber militer Suriah membantah laporan media bahwa
gerilyawan telah menyerbu penjara pusat di Kota Aleppo di bagian utara
negeri itu, dan mengatakan gerilyawan hanya membom penjara itu dengan
mortir.
Pemboman itu menewaskan sejumlah tahanan, katanya. Sumber tersebut, yang pernyataannya disiarkan oleh stasiun TV pada Kamis (23/5), mengatakan "pelaku teror" takkan bisa menyerbu penjara itu.
Ditambahkannya, banyak tahanan juga cedera selama serangan mortir gerilyawan.
Pemboman itu menewaskan sejumlah tahanan, katanya. Sumber tersebut, yang pernyataannya disiarkan oleh stasiun TV pada Kamis (23/5), mengatakan "pelaku teror" takkan bisa menyerbu penjara itu.
Ditambahkannya, banyak tahanan juga cedera selama serangan mortir gerilyawan.
Gerilyawan, dukungan Barat, telah berusaha selama satu bulan
belakangan untuk menyerbu penjara tersebut dalam apa yang kelihatan
sebagai upaya untuk membebaskan rekan mereka.
Sementara itu, kelompok pro-oposisi Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan tujuh orang tewas di Daerah Masaken Hanano di Aleppo pada Kamis, akibat pemboman di wilayah tersebut, demikian laporan Xinhua, Jumat pagi.
Observatorium itu, yang berpusat di Inggris, juga melaporkan kerusuhan di beberapa daerah Aleppo dan tempat lain di negara yang dirongrong kerusuhan tersebut.
Krisis 26-bulan di Suriah itu telah merenggut lebih dari 70.000 jiwa dan membuat ratusan ribu orang lagi menjadi pengungsi di dalam negeri mereka dan ke negara tetangga, demikian data PBB baru-baru ini.
(C003)
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © 2013
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com
Gerilyawan Suriah rebut pangkalan militer, tewaskan 40 prajurit
Kamis, 23 Mei 2013 21:49 WIB | 3077 Views
http://www.antaranews.com/berita/376315/gerilyawan-suriah-rebut-pangkalan-militer-tewaskan-40-prajurit
Beirut
(ANTARA News) - Gerilyawan Suriah menewaskan sedikitnya 40 prajurit yang
setia kepada Presiden Bashar al-Assad saat mereka merebut satu
pangkalan militer di Provinsi Idlib, bagian barat-laut negeri itu, kata
Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Kelompok pemantau anti-Bashar tersebut mengatakan gerilyawan, termasuk petempur dari Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al Qaida, merebut Kamp Militer Ash-Shabiba di dekat Kota Kecil Nayrab di jalan utama menuju Suriah Barat dari Aleppo ke Laut Tengah.
Sebanyak 14 gerilyawan juga tewas dalam pertempuran untuk merebutkan kekuasaan atas kamp itu dan beberapa pos pemeriksaan militer di dekatnya, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis petang. Pertempuran tersebut terjadi dua pekan setelah pertempuran sengit, katanya.
Observatorium, yang memantau kerusuhan di Suriah melalui jaringan sumber di lapangan, menyatakan gerilyawan merebut Pangkalan Ash-Shabiba sehinga menjadi pukulan keras terhadap pasukan militer Bashar --yang telah membuat kemajuan dalam serangkaian serangan balasan lebih ke selatan negeri itu.
Tentara Bashar, yang didukung oleh gerilyawan Lebanon --Hizbullah, telah berusaha mengusir gerilyawan dari Kota Kecil Al-Qussair di perbatasan Lebanon, yang berada di dekat jalur pasokan strategis yang penting buat gerilyawan dan pasukan pemerintah.
Kelompok pemantau anti-Bashar tersebut mengatakan gerilyawan, termasuk petempur dari Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al Qaida, merebut Kamp Militer Ash-Shabiba di dekat Kota Kecil Nayrab di jalan utama menuju Suriah Barat dari Aleppo ke Laut Tengah.
Sebanyak 14 gerilyawan juga tewas dalam pertempuran untuk merebutkan kekuasaan atas kamp itu dan beberapa pos pemeriksaan militer di dekatnya, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis petang. Pertempuran tersebut terjadi dua pekan setelah pertempuran sengit, katanya.
Observatorium, yang memantau kerusuhan di Suriah melalui jaringan sumber di lapangan, menyatakan gerilyawan merebut Pangkalan Ash-Shabiba sehinga menjadi pukulan keras terhadap pasukan militer Bashar --yang telah membuat kemajuan dalam serangkaian serangan balasan lebih ke selatan negeri itu.
Tentara Bashar, yang didukung oleh gerilyawan Lebanon --Hizbullah, telah berusaha mengusir gerilyawan dari Kota Kecil Al-Qussair di perbatasan Lebanon, yang berada di dekat jalur pasokan strategis yang penting buat gerilyawan dan pasukan pemerintah.
(C003)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2013
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com
Rencana Cabut Embargo untuk Suriah
http://www.analisadaily.com/backup/news/read/2013/05/29/131536/eropa_gagal_capai_kesepakatan/#.UaWdOtiN6So
Brussels,
(Analisa). Negara-negara Uni Eropa, Selasa (28/5), gagal menyelesaikan
perbedaan mereka atas usulan perlu tidaknya mencabut embargo agar dapat
mempersenjatai para pemberontak Suriah.
"Tidak
mungkin membuat kompromi dengan Prancis dan Inggris," kata Menlu
Austria Michael Spindelegger setelah berlangsungnya pembicaraan selama
sembilan jam bersama 26 mitranya.
Para pejabat
dan diplomat mengatakan bahwa, kendati demikian, perundingan akan terus
dilakukan, dengan --terutama Jerman dan Belanda-- berupaya mencapai
kesepakatan. "Pekerjaan akan terus berjalan. Masih ada peluang bagi
tercapainya kesepakatan politik," kata seorang pejabat Jerman.
Negara-negara
EU diliputi sengketa yang telah berlangsung lama menyangkut langkah
untuk mempersenjatai para pemberontak Suriah setelah embargo berakhir
pekan ini.
Inggris dan Perancis berargumentasi
bahwa pemasokan persenjataan kepada para pejuang oposisi bisa membantu
masalah ketimpangan militer serta menekan Presiden Bashar al-Assad untuk
mencari solusi politis bagi konflik mematikan yang saat ini memasuki
tahun ketiga.
"Penting bagi kita untuk
menunjukkan bahwa kita siap mengubah embargo senjata kita sehingga rezim
Assad melihat dengan jelas bahwa mereka harus melakukan negosiasi
secara serius," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.
Sementara
itu, Austria, Swedia, Finlandia dan Republik Ceko terlihat segan
terhadap ide untuk mencurahkan lebih banyak senjata ke dalam konflik
yang sudah merenggut sekira 94.000 nyawa itu.
Dengan
tidak tercapainya kesepakatan, sanksi-sanksi UE secara luas yang
diterapkan selama dua tahun terhadap rezim Assad, termasuk embargo
senjata terhadap Suriah, terancam melewati 31 Mei tengah malam.
"Hal
yang mengecewakan bahwa kami tidak bisa membuat posisi bersama yang
berarti sanksi-sanksi terhadap rezim (Assad, red) akan berakhir pada 1
Juni," kata Spindelegger.
Menteri Luar Negeri
Perancis Laurent Fabius mengatakan Paris mendukung opsi kompromi yang
membolehkan negara-negara Uni Eropa mempersenjatai oposisi utama Suriah,
Koalisi Nasional, namun terbatas pada syarat-syarat ketat serta di
bawah kerangka waktu yang terikat dengan negosiasi politik.
Jika
disetujui oleh semua negara UE, hal itu akan "mendorong tercapainya
konsensus oleh Eropa, memungkinkan para pejuang untuk mendapatkan
persenjataan yang mereka perlukan beserta pengawasan terhadap
senjata-senjata tersebut. (Ant/AFP)
Pasukan Rezim Assad Siapkan Serangan Untuk Rebut Aleppo dari Tangan Oposisi
BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) -
Pasukan
pemerintah rezim Bashar Al-Assad bersiap-siap untuk merebut kembali kota
utara Aleppo yang dari tangan pejuang oposisi Suriah, koran lokal
Libanon Al-Akhbar melaporkan Selasa (28/5/2013).
Surat kabar itu, mengutip sumber-sumber keamanan, mengatakan tentara Suriah telah mulai memobilisasi pasukan di sekitar Aleppo dalam persiapan untuk menyerbu provinsi itu dan mendapatkan kembali kontrol kota terbesar Suriah tersebut.
Pejuang oposisi Suriah telah menguasai Aleppo sejak Juli tahun lalu.
Al-Akhbar mengatakan tentara Suriah akan meluncurkan ofensif untuk merebut kembali Aleppo setelah mereka mendapatkan kembali kendali penuh dari kota Qushair di provinsi Homs.
"Beberapa hari telah memisahkan kita dari pertempuran untuk Aleppo," harian tersebut, mengutip satu sumber, melaporkan.
Al-Akhbar mengatakan jika berhasil, rezim akan berhasil mendapatkan kembali kendali atas provinsi yang paling signifikan di negara itu, selain provinsi Homs.
Sementara itu, surat kabar pan-Arab Al-Hayat, yang mengutip seorang pejabat oposisi Suriah, Selasa melaporkan bahwa Hizbullah tampaknya memperluas lingkup operasi militer di luar titik bentrokan Qushair ke pinggiran ibukota Suriah.
"Sesuatu yang sangat berbahaya sedang terjadi: milisi Syi'ah Hizbullah telah mulai pindah ke pinggiran Damaskus. Hal ini merupakan perkembangan baru yang tidak kita harapkan, "Khaled Saleh, juru bicara Koalisi Nasional Suriah, kata.
"Tampaknya bahwa milisi Hizbullah benar-benar terlibat di Suriah dan ini telah dikonfirmasi dalam laporan intelijen yang kami terima dari negara-negara sekutu," tambahnya.
Selama akhir pekan, Hasan Nasrallah, pemimpin Syi'ah Hizbullah, menegaskan untuk pertama kalinya kekuatan militernya sangat terlibat dalam perang Suriah. Dia bersumpah bahwa Hizbullah, yang mendukung pasukan rezim, akan bertarung di Suriah sampai mendapat kemenangan.
Kelompk Syi'ah bersenjata Libanon itu sendiri telah kehilangan puluhan petempurnya dalam pertempuran terakhir untuk mengambil alih kota strategis Qushair, di provinsi Homs yang terletak hanya 10 kilometer dari perbatasan Libanon. (an/tds)
Surat kabar itu, mengutip sumber-sumber keamanan, mengatakan tentara Suriah telah mulai memobilisasi pasukan di sekitar Aleppo dalam persiapan untuk menyerbu provinsi itu dan mendapatkan kembali kontrol kota terbesar Suriah tersebut.
Pejuang oposisi Suriah telah menguasai Aleppo sejak Juli tahun lalu.
Al-Akhbar mengatakan tentara Suriah akan meluncurkan ofensif untuk merebut kembali Aleppo setelah mereka mendapatkan kembali kendali penuh dari kota Qushair di provinsi Homs.
"Beberapa hari telah memisahkan kita dari pertempuran untuk Aleppo," harian tersebut, mengutip satu sumber, melaporkan.
Al-Akhbar mengatakan jika berhasil, rezim akan berhasil mendapatkan kembali kendali atas provinsi yang paling signifikan di negara itu, selain provinsi Homs.
Sementara itu, surat kabar pan-Arab Al-Hayat, yang mengutip seorang pejabat oposisi Suriah, Selasa melaporkan bahwa Hizbullah tampaknya memperluas lingkup operasi militer di luar titik bentrokan Qushair ke pinggiran ibukota Suriah.
"Sesuatu yang sangat berbahaya sedang terjadi: milisi Syi'ah Hizbullah telah mulai pindah ke pinggiran Damaskus. Hal ini merupakan perkembangan baru yang tidak kita harapkan, "Khaled Saleh, juru bicara Koalisi Nasional Suriah, kata.
"Tampaknya bahwa milisi Hizbullah benar-benar terlibat di Suriah dan ini telah dikonfirmasi dalam laporan intelijen yang kami terima dari negara-negara sekutu," tambahnya.
Selama akhir pekan, Hasan Nasrallah, pemimpin Syi'ah Hizbullah, menegaskan untuk pertama kalinya kekuatan militernya sangat terlibat dalam perang Suriah. Dia bersumpah bahwa Hizbullah, yang mendukung pasukan rezim, akan bertarung di Suriah sampai mendapat kemenangan.
Kelompk Syi'ah bersenjata Libanon itu sendiri telah kehilangan puluhan petempurnya dalam pertempuran terakhir untuk mengambil alih kota strategis Qushair, di provinsi Homs yang terletak hanya 10 kilometer dari perbatasan Libanon. (an/tds)
Pemberontak Suriah Bunuh Ulama di Aleppo
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pasukan pemberontak Suriah menewaskan seorang ulama Sunni pro-rezim di ko...
http://berita.plasa.msn.com/internasional/republika/pemberontak-suriah-bunuh-ulama-di-aleppo
REPUBLIKA.CO.ID,
BEIRUT --
Pasukan pemberontak Suriah menewaskan seorang ulama Sunni
pro-rezim di kota Aleppo, dengan beberapa laporan menyatakan ia
dipenggal, dan kemudian jenazahnya diseret di sepanjang jalan, kata satu
kelompok pengawas pada Sabtu.
Sheikh Hassan Seifeddin, imam
sebuah masjid di lingkungan Sheikh Maqsud, Aleppo utara, "dibunuh Jumat
malam para pejuang pemberontak di sebelah timur wilayah itu dan tubuhnya
diseret melewati jalan-jalan," kata Observatorium Suriah untuk Hak
Asasi Manusia.
Kantor berita Suriah SANA melaporkan
Seifeddin "dibunuh teroris yang memutilasi tubuhnya setelah itu,"
sementara itu stasiun televisi resmi Al-Ikhbariya mengatakan ia telah
"disembelih" dan dipenggal.
"Para ulama Aleppo mengutuk kejahatan
keji yang dilakukan musuh-musuh umat manusia yang membunuh Sheikh Hassan
Seifeddin dan meletakkan kepalanya di menara Masjid Al-Hassan di Sheikh
Maqsud," laporan stasiun televisi itu.
Sheikh Maqsud adalah
lingkungan perumahan dengan mayoritas Kurdi di Kabupaten Aleppo, dan
pertempuran sengit antara pemberontak dan pasukan rezim telah berkecamuk
di sana sejak Jumat di wilayah timur di mana banyak warga Sunni
non-Kurdi tinggal.
Para ulama menyerukan kepada tentara Suriah
untuk "membebaskan Suriah dari kejahatan tentara bayaran dengan ide-ide
kolot," dalam referensi yang jelas tertyhy pada kelompok jihad garis
keras di antara oposisi bersenjata.
Satu serangan bom bunuh diri
pada 22 Maret di satu masjid Damaskus pusat diklaim telah dilakukan oleh
pemberontak menewaskan 42 orang, termasuk tokoh menonjol ulama Sunni
pro rezim.
Observatory mengatakan 31 orang telah tewas di Sheikh
Maqsud dalam 24 jam, termasuk 10 warga sipil, 14 orang bersenjata
pro-rezim dan tujuh pemberontak.
Setidaknya 157 orang tewas di
seluruh Suriah pada Jumat, menurut kelompok pengawas itu yang
mengumpulkan informasi dari jaringan aktivis dan petugas medis di
lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar