Selasa, 28 Mei 2013

KOTA ALLEPO DAN KONDISI TERBARU...?? ...>>."Tidak mungkin membuat kompromi dengan Prancis dan Inggris," kata Menlu Austria Michael Spindelegger setelah berlangsungnya pembicaraan selama sembilan jam bersama 26 mitranya. Para pejabat dan diplomat mengatakan bahwa, kendati demikian, perundingan akan terus dilakukan, dengan --terutama Jerman dan Belanda-- berupaya mencapai kesepakatan. "Pekerjaan akan terus berjalan. Masih ada peluang bagi tercapainya kesepakatan politik," kata seorang pejabat Jerman. Negara-negara EU diliputi sengketa yang telah berlangsung lama menyangkut langkah untuk mempersenjatai para pemberontak Suriah setelah embargo berakhir pekan ini. ....>> ..surat kabar pan-Arab Al-Hayat, yang mengutip seorang pejabat oposisi Suriah, Selasa melaporkan bahwa Hizbullah tampaknya memperluas lingkup operasi militer di luar titik bentrokan Qushair ke pinggiran ibukota Suriah...>> Al-Akhbar mengatakan tentara Suriah akan meluncurkan ofensif untuk merebut kembali Aleppo setelah mereka mendapatkan kembali kendali penuh dari kota Qushair di provinsi Homs. "Beberapa hari telah memisahkan kita dari pertempuran untuk Aleppo," harian tersebut, mengutip satu sumber, melaporkan...>> Pasukan pemerintah rezim Bashar Al-Assad bersiap-siap untuk merebut kembali kota utara Aleppo yang dari tangan pejuang oposisi Suriah, koran lokal Libanon Al-Akhbar melaporkan Selasa (28/5/2013). Surat kabar itu, mengutip sumber-sumber keamanan, mengatakan tentara Suriah telah mulai memobilisasi pasukan di sekitar Aleppo dalam persiapan untuk menyerbu provinsi itu dan mendapatkan kembali kontrol kota terbesar Suriah tersebut...>> Pasukan pemberontak Suriah menewaskan seorang ulama Sunni pro-rezim di kota Aleppo, dengan beberapa laporan menyatakan ia dipenggal, dan kemudian jenazahnya diseret di sepanjang jalan, kata satu kelompok pengawas pada Sabtu. Sheikh Hassan Seifeddin, imam sebuah masjid di lingkungan Sheikh Maqsud, Aleppo utara, "dibunuh Jumat malam para pejuang pemberontak di sebelah timur wilayah itu dan tubuhnya diseret melewati jalan-jalan," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. Kantor berita Suriah SANA melaporkan Seifeddin "dibunuh teroris yang memutilasi tubuhnya setelah itu," sementara itu stasiun televisi resmi Al-Ikhbariya mengatakan ia telah "disembelih" dan dipenggal...>> Satu sumber militer Suriah membantah laporan media bahwa gerilyawan telah menyerbu penjara pusat di Kota Aleppo di bagian utara negeri itu, dan mengatakan gerilyawan hanya membom penjara itu dengan mortir. Pemboman itu menewaskan sejumlah tahanan, katanya. Sumber tersebut, yang pernyataannya disiarkan oleh stasiun TV pada Kamis (23/5), mengatakan "pelaku teror" takkan bisa menyerbu penjara itu. Ditambahkannya, banyak tahanan juga cedera selama serangan mortir gerilyawan. Gerilyawan, dukungan Barat, telah berusaha selama satu bulan belakangan untuk menyerbu penjara tersebut dalam apa yang kelihatan sebagai upaya untuk membebaskan rekan mereka...>> Gerilyawan Suriah menewaskan sedikitnya 40 prajurit yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad saat mereka merebut satu pangkalan militer di Provinsi Idlib, bagian barat-laut negeri itu, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia. Kelompok pemantau anti-Bashar tersebut mengatakan gerilyawan, termasuk petempur dari Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al Qaida, merebut Kamp Militer Ash-Shabiba di dekat Kota Kecil Nayrab di jalan utama menuju Suriah Barat dari Aleppo ke Laut Tengah. Sebanyak 14 gerilyawan juga tewas dalam pertempuran untuk merebutkan kekuasaan atas kamp itu dan beberapa pos pemeriksaan militer di dekatnya, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis petang. Pertempuran tersebut terjadi dua pekan setelah pertempuran sengit, katanya...>>

Penduduk Aleppo Ingin Pemberontak Suriah FSA Pergi

Penduduk Kota Aleppo demo ingin pemberontak Suriah (FSA) keluar. Mereka menginginkan tentara Suriah masuk. Karena ternyata pemberontak Suriah hanya memberi kekerasan dan kekacauan pada mereka.
Ini sumber berita lainnya:

Fadhil Rumi 1.000.000 ORANG MENOLAK WAHABI DI INDONESIA wahabi bilang rezim assad yang membantai sipil tapi kenyataannya kok berbeda? kenapa rakyat suriah malah menginginkan FSA tuh dihabisi?

“FSA pergilah dari tanah air kami dan semoga Tuhan menghancurkan kalian. Kalian telah membunuh ayah, saudara dan sahabat kami”
“Kami berharap mereka (FSA) semua mati “
“FSA adalah pencuri, kami menginginkan tentara Suriah (bukan FSA-red)”
“Negeri kami adalah negeri yang dirahmati Allah. Lalu datanglah pencuri ini, mereka menghancurkan rumah kami, semoga Allah menghancurkan mereka”
“FSA mengusir kami dari rumah kami, mereka keparat. Jika ibu mereka bukan wanita jalang, mereka tidak akan melakukan ini”
“Aku harap mereka semua mati, mereka menghancurkan rumah-rumah dan kamipun kehilangan tempat tinggal, semoga itu akan menimpa keluarga mereka juga “
“Kami semua salut pada Syrian Arab Army, Semoga Allah melindungi mereka untuk kami dan semoga seluruh kawasan Suriah bersih dari “MALING SAMPAH” ini.

Selengkapnya lihat disini:
People of Aleppo Take to the Streets: We Want FSA OUT!!! We Want Syrian Army Part of channel(s): Syria (current event) The residents of Aleppo apparently have had enough of the “Free Syrian Army” (FSA) [aka Western-backed "freedom fighters"]. They took to the streets of Aleppo in a big protest that started from al-Sabeel neighborhood. The protest included all walks of life. What united all these people was one message: “We want FSA out! We want the Syrian Army”.

This sentiment is not confined to the residents of Aleppo but is also a reflection of a large segment of Syria’s population that extends from its north to its south.

During a recent football (soccer) match in Kuwait between the Syrian national team and its Jordanian counterpart, one “Syrian” supporter in the crowd carried the tri-star French mandate flag of the FSA, and he was vociferously kicked out by the Syrians, an act that shows how most Syrians actually despise all FSA supporters.

Syria: Rebels losing support among civilians in Aleppo As Aleppo continues to deteriorate, many residents are losing patience with an increasingly violent and unrecognizable opposition. ALEPPO, Syria — Behind the mansion they were occupying, a group of half-naked rebels whooped with joy as they cannonballed into the murky, half-filled swimming pool.

It was July in the small town of Anadan, about 10 miles from Aleppo, Syria’s largest city. Anadan was a ghost town, deserted except for the Free Syrian Army and the sounds of the near constant barrage of regime shelling.
The junior commander, an illiterate 24-year old, joked that while the war raged all around it, the people of Aleppo were only concerned about their barbecues. He swore the rebels scrabbling through the countryside would soon make their way to Aleppo. He promised Aleppo would burn.
Three months later, Aleppo is on fire. The 1,000-year-old market has been gutted, and the rebel-controlled west lies in ruins. Last week’s massive suicide car bombings, which leveled blocks of the government center, left craters some 10 feet deep.
More from GlobalPost: Complete Coverage from Inside Syria
Aleppo, a city of about 3 million people, was once the financial heart of Syria. As it continues to deteriorate, many civilians here are losing patience with the increasingly violent and unrecognizable opposition — one that is hampered by infighting and a lack of structure, and deeply infiltrated by both foreign fighters and terrorist groups.
The rebels in Aleppo are predominantly from the countryside, further alienating them from the urban crowd that once lived here peacefully, in relative economic comfort and with little interference from the authoritarian government of President Bashar al-Assad.
“The terrorism here in Syria is spreading, and the government has to do something about it,” said Mohamed Kabal, a 21-year-old university student.
“The people in Syria must have an iron hand to rule them, otherwise we will eat each other,” he said, unconcerned that the rebel sympathizers nearby might hear him. “If the government is gone we will have a civil war that will never end.”
As suicide bombers become the rebels’ most effective weapon — illustrating both their desperation against Assad’s air power and the growing presence of insurgents, both local and foreign, who once fought the US occupation in Iraq — the regime’s attacks too are getting more vicious.
The day after the suicide strike destroyed the government center, the Syrian army retaliated by launching an air assault on a school housing refugees. Witnesses called it a massacre, 10 civilians killed and about 60 wounded. http://www.globalpost.com/dispatch/news/regions/middle-east/syria/121015/aleppo-syria-rebels-fsa-assad-support
FSA Aleppo commander: “Even the people are fed up with us. We were liberators, but now they denounce us” by NEWS SOURCES on DECEMBER 28, 2012
Ghaith Abdul-Ahad reports: It wasn’t the government that killed the Syrian rebel commander Abu Jameel. It was the fight for his loot. The motive for his murder lay in a great warehouse in Aleppo which his unit had captured a week before. The building had been full of rolled steel, which was seized by the fighters as spoils of war.
But squabbling developed over who would take the greater share of the loot and a feud developed between commanders. Threats and counter-threats ensued over the following days.
Abu Jameel survived one assassination attempt when his car was fired on. A few days later his enemies attacked again, and this time they were successful. His bullet-riddled body was found, handcuffed, in an alley in the town of al-Bab.
Captain Hussam, of the Aleppo military council, said: “If he had died fighting I would say it was fine, he was a rebel and a mujahid and this is what he had set out to do. But to be killed because of a feud over loot is a disaster for the revolution.
“It is extremely sad. There is not one government institution or warehouse left standing in Aleppo. Everything has been looted. Everything is gone.”
Captured government vehicles and weapons have been crucial to the rebels since the start of the conflict, but according to Hussam and other commanders, and fighters interviewed by the Guardian over a fortnight in northern Syria, a new phase has been reached in the war. Looting has become a way of life. http://warincontext.org/2012/12/28/fsa-aleppo-commander-even-the-people-are-fed-up-with-us-we-were-liberators-but-now-they-denounce-us-and-demonstrate-against-us/

 

Suriah bantah gerilyawan kuasai penjara pusat di Kota Aleppo

Jumat, 24 Mei 2013 07:51 WIB |http://www.antaranews.com/berita/376381/suriah-bantah-gerilyawan-kuasai-penjara-pusat-di-kota-aleppo
Damaskus (ANTARA News) - 
Satu sumber militer Suriah membantah laporan media bahwa gerilyawan telah menyerbu penjara pusat di Kota Aleppo di bagian utara negeri itu, dan mengatakan gerilyawan hanya membom penjara itu dengan mortir.

Pemboman itu menewaskan sejumlah tahanan, katanya. Sumber tersebut, yang pernyataannya disiarkan oleh stasiun TV pada Kamis (23/5), mengatakan "pelaku teror" takkan bisa menyerbu penjara itu.

Ditambahkannya, banyak tahanan juga cedera selama serangan mortir gerilyawan.

Gerilyawan, dukungan Barat, telah berusaha selama satu bulan belakangan untuk menyerbu penjara tersebut dalam apa yang kelihatan sebagai upaya untuk membebaskan rekan mereka.

Sementara itu, kelompok pro-oposisi Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan tujuh orang tewas di Daerah Masaken Hanano di Aleppo pada Kamis, akibat pemboman di wilayah tersebut, demikian laporan Xinhua, Jumat pagi.

Observatorium itu, yang berpusat di Inggris, juga melaporkan kerusuhan di beberapa daerah Aleppo dan tempat lain di negara yang dirongrong kerusuhan tersebut.

Krisis 26-bulan di Suriah itu telah merenggut lebih dari 70.000 jiwa dan membuat ratusan ribu orang lagi menjadi pengungsi di dalam negeri mereka dan ke negara tetangga, demikian data PBB baru-baru ini.

(C003)

Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © 2013
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Gerilyawan Suriah rebut pangkalan militer, tewaskan 40 prajurit

Kamis, 23 Mei 2013 21:49 WIB | 3077 Views
http://www.antaranews.com/berita/376315/gerilyawan-suriah-rebut-pangkalan-militer-tewaskan-40-prajurit



ilustrasi Pasukan loyalis Presiden Suriah Bashar al-Assad memperingati hari kemerdekaan ke 67 saat kolonial Perancis pergi pada 1946, di sebuah lokasi yang tidak disebutkan, dalam foto handout yang didistribusikan oleh kantor berita nasional Suriah SANA, Rabu (17/4). (REUTERS/SANA/Handout )
Berita Terkait
Beirut (ANTARA News) - Gerilyawan Suriah menewaskan sedikitnya 40 prajurit yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad saat mereka merebut satu pangkalan militer di Provinsi Idlib, bagian barat-laut negeri itu, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.

Kelompok pemantau anti-Bashar tersebut mengatakan gerilyawan, termasuk petempur dari Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al Qaida, merebut Kamp Militer Ash-Shabiba di dekat Kota Kecil Nayrab di jalan utama menuju Suriah Barat dari Aleppo ke Laut Tengah.

Sebanyak 14 gerilyawan juga tewas dalam pertempuran untuk merebutkan kekuasaan atas kamp itu dan beberapa pos pemeriksaan militer di dekatnya, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis petang. Pertempuran tersebut terjadi dua pekan setelah pertempuran sengit, katanya.

Observatorium, yang memantau kerusuhan di Suriah melalui jaringan sumber di lapangan, menyatakan gerilyawan merebut Pangkalan Ash-Shabiba sehinga menjadi pukulan keras terhadap pasukan militer Bashar --yang telah membuat kemajuan dalam serangkaian serangan balasan lebih ke selatan negeri itu.

Tentara Bashar, yang didukung oleh gerilyawan Lebanon --Hizbullah, telah berusaha mengusir gerilyawan dari Kota Kecil Al-Qussair di perbatasan Lebanon, yang berada di dekat jalur pasokan strategis yang penting buat gerilyawan dan pasukan pemerintah.

(C003)


Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2013
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Rencana Cabut Embargo untuk Suriah
http://www.analisadaily.com/backup/news/read/2013/05/29/131536/eropa_gagal_capai_kesepakatan/#.UaWdOtiN6So
Brussels, (Analisa). Negara-negara Uni Eropa, Selasa (28/5), gagal menyelesaikan perbedaan mereka atas usulan perlu tidaknya mencabut embargo agar dapat mempersenjatai para pemberontak Suriah.
"Tidak mungkin membuat kompromi dengan Prancis dan Inggris," kata Menlu Austria Michael Spindelegger setelah berlangsungnya pembicaraan selama sembilan jam bersama 26 mitranya. 

Para pejabat dan diplomat mengatakan bahwa, kendati demikian, perundingan akan terus dilakukan, dengan --terutama Jerman dan Belanda-- berupaya mencapai kesepakatan.  "Pekerjaan akan terus berjalan. Masih ada peluang bagi tercapainya kesepakatan politik," kata seorang pejabat Jerman. 

 Negara-negara EU diliputi sengketa yang telah berlangsung lama menyangkut langkah untuk mempersenjatai para pemberontak Suriah setelah embargo berakhir pekan ini. 

Inggris dan Perancis berargumentasi bahwa pemasokan persenjataan kepada para pejuang oposisi bisa membantu masalah ketimpangan militer serta menekan Presiden Bashar al-Assad untuk mencari solusi politis bagi konflik mematikan yang saat ini memasuki tahun ketiga. 

"Penting bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita siap mengubah embargo senjata kita sehingga rezim Assad melihat dengan jelas bahwa mereka harus melakukan negosiasi secara serius," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague. 

Sementara itu, Austria, Swedia, Finlandia dan Republik Ceko terlihat segan terhadap ide untuk mencurahkan lebih banyak senjata ke dalam konflik yang sudah merenggut sekira 94.000 nyawa itu. 

Dengan tidak tercapainya kesepakatan, sanksi-sanksi UE secara luas yang diterapkan selama dua tahun terhadap rezim Assad, termasuk embargo senjata terhadap Suriah, terancam melewati 31 Mei tengah malam.

"Hal yang mengecewakan bahwa kami tidak bisa membuat posisi bersama yang berarti sanksi-sanksi terhadap rezim (Assad, red) akan berakhir pada 1 Juni," kata Spindelegger. 

Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan Paris mendukung opsi kompromi yang membolehkan negara-negara Uni Eropa mempersenjatai oposisi utama Suriah, Koalisi Nasional, namun terbatas pada syarat-syarat ketat serta di bawah kerangka waktu yang terikat dengan negosiasi politik. 

Jika disetujui oleh semua negara UE, hal itu akan "mendorong tercapainya konsensus oleh Eropa, memungkinkan para pejuang untuk mendapatkan persenjataan yang mereka perlukan beserta pengawasan terhadap senjata-senjata tersebut. (Ant/AFP)



Pasukan Rezim Assad Siapkan Serangan Untuk Rebut Aleppo dari Tangan Oposisi

BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com)

Pasukan pemerintah rezim Bashar Al-Assad bersiap-siap untuk merebut kembali kota utara Aleppo yang dari tangan pejuang oposisi Suriah, koran lokal Libanon Al-Akhbar melaporkan Selasa (28/5/2013).

Surat kabar itu, mengutip sumber-sumber keamanan, mengatakan tentara Suriah telah mulai memobilisasi pasukan di sekitar Aleppo dalam persiapan untuk menyerbu provinsi itu dan mendapatkan kembali kontrol kota terbesar Suriah tersebut.


Pejuang oposisi Suriah telah menguasai Aleppo sejak Juli tahun lalu.

Al-Akhbar mengatakan tentara Suriah akan meluncurkan ofensif untuk merebut kembali Aleppo setelah mereka mendapatkan kembali kendali penuh dari kota Qushair di provinsi Homs.

"Beberapa hari telah memisahkan kita dari pertempuran untuk Aleppo," harian tersebut, mengutip satu sumber, melaporkan.


Al-Akhbar mengatakan jika berhasil, rezim akan berhasil mendapatkan kembali kendali atas provinsi yang paling signifikan di negara itu, selain provinsi Homs.

Sementara itu, surat kabar pan-Arab Al-Hayat, yang mengutip seorang pejabat oposisi Suriah, Selasa melaporkan bahwa Hizbullah tampaknya memperluas lingkup operasi militer di luar titik bentrokan Qushair ke pinggiran ibukota Suriah.

"Sesuatu yang sangat berbahaya sedang terjadi: milisi Syi'ah Hizbullah telah mulai pindah ke pinggiran Damaskus. Hal ini merupakan perkembangan baru yang tidak kita harapkan, "Khaled Saleh, juru bicara Koalisi Nasional Suriah, kata.

"Tampaknya bahwa milisi Hizbullah benar-benar terlibat di Suriah dan ini telah dikonfirmasi dalam laporan intelijen yang kami terima dari negara-negara sekutu," tambahnya.

Selama akhir pekan, Hasan Nasrallah, pemimpin Syi'ah Hizbullah, menegaskan untuk pertama kalinya kekuatan militernya sangat terlibat dalam perang Suriah. Dia bersumpah bahwa Hizbullah, yang mendukung pasukan rezim, akan bertarung di Suriah sampai mendapat kemenangan.

Kelompk Syi'ah bersenjata Libanon itu sendiri telah kehilangan puluhan petempurnya dalam pertempuran terakhir untuk mengambil alih kota strategis Qushair, di provinsi Homs yang terletak hanya 10 kilometer dari perbatasan Libanon. (an/tds)

Pemberontak Suriah Bunuh Ulama di Aleppo

Pemberontak Suriah Bunuh Ulama di Aleppo
Pemberontak Suriah Bunuh Ulama di Aleppo

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- 

Pasukan pemberontak Suriah menewaskan seorang ulama Sunni pro-rezim di kota Aleppo, dengan beberapa laporan menyatakan ia dipenggal, dan kemudian jenazahnya diseret di sepanjang jalan, kata satu kelompok pengawas pada Sabtu.

Sheikh Hassan Seifeddin, imam sebuah masjid di lingkungan Sheikh Maqsud, Aleppo utara, "dibunuh Jumat malam para pejuang pemberontak di sebelah timur wilayah itu dan tubuhnya diseret melewati jalan-jalan," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

Kantor berita Suriah SANA melaporkan Seifeddin "dibunuh teroris yang memutilasi tubuhnya setelah itu," sementara itu stasiun televisi resmi Al-Ikhbariya mengatakan ia telah "disembelih" dan dipenggal.

"Para ulama Aleppo mengutuk kejahatan keji yang dilakukan musuh-musuh umat manusia yang membunuh Sheikh Hassan Seifeddin dan meletakkan kepalanya di menara Masjid Al-Hassan di Sheikh Maqsud," laporan stasiun televisi itu.

Sheikh Maqsud adalah lingkungan perumahan dengan mayoritas Kurdi di Kabupaten Aleppo, dan pertempuran sengit antara pemberontak dan pasukan rezim telah berkecamuk di sana sejak Jumat di wilayah timur di mana banyak warga Sunni non-Kurdi tinggal.

Para ulama menyerukan kepada tentara Suriah untuk "membebaskan Suriah dari kejahatan tentara bayaran dengan ide-ide kolot," dalam referensi yang jelas tertyhy pada kelompok jihad garis keras di antara oposisi bersenjata.

Satu serangan bom bunuh diri pada 22 Maret di satu masjid Damaskus pusat diklaim telah dilakukan oleh pemberontak menewaskan 42 orang, termasuk tokoh menonjol ulama Sunni pro rezim.

Observatory mengatakan 31 orang telah tewas di Sheikh Maqsud dalam 24 jam, termasuk 10 warga sipil, 14 orang bersenjata pro-rezim dan tujuh pemberontak.

Setidaknya 157 orang tewas di seluruh Suriah pada Jumat, menurut kelompok pengawas itu yang mengumpulkan informasi dari jaringan aktivis dan petugas medis di lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar