Kasus Century, KPK: Ada Informasi Baru Dari Sri Mulyani
http://news.liputan6.com/read/580715/kasus-century-kpk-ada-informasi-baru-dari-sri-mulyani/?related=pbr&channel=n
Sri Mulyani
Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan
pemeriksaan terhadap mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, di Washington
DC, Amerika Serikat, selama dua hari. Ia diperiksa sebagai saksi
terkait kasus dana talangan Bank Century.
Juru Bicara KPK, Johan Budi mengungkapkan, dalam pemeriksaan Sri Mulyani sebagai saksi untuk tersangka yang juga mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Bidang Pengelolaan Moneter, Budi Mulya tersebut, penyidik telah menemukan sejumlah informasi dan bukti baru.
"Penyidik selama dua hari pada 30 April dan 1 Mei sudah melakukan pemeriksaan terhadap Sri Mulyani. Dan dari pemeriksaan tersebut penyidik menemukan bukti dan informasi baru," ujar Johan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (7/5/2013).
Namun, Johan enggan menjelaskan temuan apa yang kini sudah dipegang oleh penyidik lembaganya. "Itu sudah masuk materi dan saya tidak tahu," kata Johan.
Dalam kasus Century, KPK telah menetapkan mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Bidang Pengelolaan Moneter, Budi Mulya, sebagai tersangka. Ia diduga melakukan penyalahgunaan wewenang dalam pemberian FPJP ke Bank Century pada 2008 dan terkait penetapan Bank Century sebagai bank gagal. Namun, KPK sampai saat ini belum juga memeriksa Budi Mulya.(Yus)
Juru Bicara KPK, Johan Budi mengungkapkan, dalam pemeriksaan Sri Mulyani sebagai saksi untuk tersangka yang juga mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Bidang Pengelolaan Moneter, Budi Mulya tersebut, penyidik telah menemukan sejumlah informasi dan bukti baru.
"Penyidik selama dua hari pada 30 April dan 1 Mei sudah melakukan pemeriksaan terhadap Sri Mulyani. Dan dari pemeriksaan tersebut penyidik menemukan bukti dan informasi baru," ujar Johan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (7/5/2013).
Namun, Johan enggan menjelaskan temuan apa yang kini sudah dipegang oleh penyidik lembaganya. "Itu sudah masuk materi dan saya tidak tahu," kata Johan.
Dalam kasus Century, KPK telah menetapkan mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Bidang Pengelolaan Moneter, Budi Mulya, sebagai tersangka. Ia diduga melakukan penyalahgunaan wewenang dalam pemberian FPJP ke Bank Century pada 2008 dan terkait penetapan Bank Century sebagai bank gagal. Namun, KPK sampai saat ini belum juga memeriksa Budi Mulya.(Yus)
Selasa, 21 Mei 2013
[Media_Nusantara] Kejanggalan SKL- BLBI Layak Diselidiki
http://jaringanantikorupsi.blogspot.com/2012/12/medianusantara-kronologis-mega-skandal.html
[Media_Nusantara] Kronologis Mega Skandal Ekonomi Indonesia BLBI
Kronologis Mega Skandal Ekonomi Indonesia BLBI
by @InfoBLBI
http://jaringanantikorupsi.blogspot.com/2012/12/medianusantara-kronologis-mega-skandal.html
Berawal dari krisis ekonomi yang menerpa negara-negara di Asia tahun 1997. Satu per satu mata uang negara-negara di Asia merosot nilainya. Kemajuan perekonomian negara-negara di Asia yang banyak dipuji oleh banyak pihak sebelumnya, menjadi angin kosong belaka. Persis sebelum krisis ekonomi, @BankDunia pada 1997 menerbitkan laporan berjudul "The Asian Miracle" yang menunjukkan kisah sukses pembangunan di Asia. Ternyata kesuksesan pembangunan ekonomi di negara-negara Asia tersebut tidak berarti banyak karena pada kenyataannya, negara-negara tersebut tidak berdaya menghadapi spekulan mata uang yang tinggi dan berujung pada krisis ekonomi. Menyusul jatuhnya mata uang Baht, Thailand, nilai rupiah ikut merosot. Untuk mengatasi pelemahan rupiah, Bank Indonesia kemudian memperluas rentang intervensi kurs jual dan kurs beli rupiah, dari Rp. 192 (8%), menjadi Rp. 304 (12%). Guna mengurangi tekanan terhadap rupiah, Bank Indonesia mulai melakukan pengetatan likuiditas dengan menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 6% menjadi 14%. Akibat kondisi ini bank-bank umum kemudian meminta bantuan BI sebagai lender of the last resort. Ini merujuk pada kewajiban BI untuk memberikan bantuan kepada bank dalam situasi darurat. Dana talangan yang dikucurkan oleh BI ini yang dikenal dengan BLBI.
Sesehat apa pun sebuah bank, apabila uang dari masyarakat ditarik serentak tentu tidak akan sanggup memenuhinya. Penyimpangan BLBI dimulai saat BI berikan dispensasi kpd bank-bank umum utk mengikuti kliring, meski rekening gironya di BI bersaldo debet. Dispensasi diberikan ke semua bank tanpa melakukan pre-audit utk mengetahui apakah bank itu benar-benar butuh bantuan likuiditas & sehat. Akibatnya, banyak bank yang tidak mampu mengembalikan BLBI.
**11 JULI 1997: Pemerintah RI memperluas rentang intervensi kurs dari 192 (8%) menjadi 304 (12%), melakukan pengetatan likuiditas dan pembelian surat berharga pasar uang, serta menerapkan kebijakan uang ketat.
**14 AGUSTUS 1997: Pemerintah melepas sistem kurs mengambang terkendali (free floating). Masyarakat panik, lalu berbelanja dolar dlm jumlah sangat besar. Setelah dana pemerintah ditarik ke BI, tingkat suku bunga & deposito melonjak drastis krn bank berebut dana rakyat.
**1 SEPTEMBER 1997: BI menurunkan suku bunga SBI sebanyak 3 kali. Berkembang isu di masyarakat mengenai beberapa bank besar yg mengalami kalah kliring dan rugi dalam transaksi valas. Kepercayaan masyarakat terhadap bank nasional mulai goyah. Terjadi rush kecil-kecilan.
**3 SEPTEMBER 1997: Sidang Kabinet Terbatas Bid. Ekonomi, Keuangan & Pembangunan, Produksi & Distribusi berlangsung di Bina Graha, dipimpin langsung Soeharto. Hasilnya: pemerintah akan bantu bank sehat yg alami kesulitan likuiditas. Bank 'sakit', akan dimerger/likuidasi. Belakangan, kredit ini disebut bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
**1 NOVEMBER 1997: 16 bank dilikuidasi.
**26 DESEMBER 1997: Gubernur BI Soedradjad Djiwandono melayangkan surat ke Soeharto, memberitahukan kondisi perbankan nasional yang terus alami saldo debit akibat tekanan penarikan dana nasabah. Soedradjad usul: "mengganti saldo debit dgn Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) Khusus
**27 DESEMBER 1997: Surat Gubernur BI dijawab surat nomor R-183/M.Sesneg/12/1997, ditandatangani Mensesneg Moerdiono. Isinya, Presiden menyetujui saran direksi BI utk mengganti saldo debit bank dengan SBPU Khusus agar tidak banyak bank yg tutup dan dinyatakan bangkrut.
**10 APRIL 1998: Menkeu diminta untuk mengalihkan tagihan BLBI kepada BPPN dengan batas waktu pelaksanaan 22 April 1998.
**MEI 1998: BLBI yg dikucurkan ke 23 bank capai Rp 164 triliun, dana penjamin antarbank Rp 54 triliun, biaya rekapitalisasi Rp 103 triliun. Adapun penerima terbesar (hampir dua pertiga dari jumlah keseluruhan) hanya empat bank. Yakni BDNI Rp 37,039 triliun; BCA Rp 26,596 triliun; Danamon Rp 23,046 triliun; dan BUN Rp 12,067 triliun.
**4 JUNI 1998: Pemerintah diminta membayar seluruh tagihan kredit perdagangan (L/C) bank-bank dalam negeri oleh Kesepakatan Frankfurt. Ini merupakan prasyarat agar L/C yang diterbitkan oleh bank dalam negeri bisa diterima dunia internasional. Pemerintah terpaksa memakai dana BLBI senilai US$ 1,2 miliar (sekitar Rp 18 triliun pada kurs Rp 14 ribu waktu itu).
Bagian 2 ==> http://chirpstory.com/li/39183
Bagian 3 ==> http://chirpstory.com/li/39184
Bagian 4 ==> http://chirpstory.com/li/39370
Bagian 5 ==> http://chirpstory.com/li/41179
Baca Juga:
- "Kronologi Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)" ==> http://blog.korupedia.org/ ?p=42
- "Skandal Skenario KLBI Penyebab Terjadinya Skandal Mega Korupsi BLBI" ==> http://chirpstory.com/li/27890
- "Bantuan Likuiditas Bank Indonesia Sebagai Penyelamat Bank" ==> http://chirpstory.com/li/39113
- "Upaya Menghapus Kasus BLBI" ==> http://chirpstory.com/li/39114
- "Pentingnya Membuka Tabir Skandal BLBI Kembali" ==> http://chirpstory.com/li/39115
- "Daftar Penerima BLBI Berdasarkan MSAA" ==> http://chirpstory.com/li/39116
- "Rapuhnya Kondisi Perbankan Nasional Medio 1997" ==> http://chirpstory.com/li/39117
- "BLBI Salah Satu Skandal Perbankan & Kemanusiaan Paling Keji" ==> http://chirpstory.com/li/40267
- "Terbebaninya Rakyat Indonesia Akibat Hutang Obligor BLBI" ==> http://chirpstory.com/li/40613
- "Pembebanan APBN & Pembengkakan Hutang Akibat Penerbitan Obligasi BLBI" ==> http://chirpstory.com/li/40758
- "Boediono, dari BLBI hingga Century" ==> http:// jaringanantikorupsi.blogspot.co m/2012/12/ medianusantara-boediono-dari-bl bi.html
- "Kesalahan Boediono dari Masa kemasa" ==> http:// jaringanantikorupsi.blogspot.co m/2012/12/ medianusantara-kesalahan-boedio no-dari.html
Berawal dari krisis ekonomi yang menerpa negara-negara di Asia tahun 1997. Satu per satu mata uang negara-negara di Asia merosot nilainya. Kemajuan perekonomian negara-negara di Asia yang banyak dipuji oleh banyak pihak sebelumnya, menjadi angin kosong belaka. Persis sebelum krisis ekonomi, @BankDunia pada 1997 menerbitkan laporan berjudul "The Asian Miracle" yang menunjukkan kisah sukses pembangunan di Asia. Ternyata kesuksesan pembangunan ekonomi di negara-negara Asia tersebut tidak berarti banyak karena pada kenyataannya, negara-negara tersebut tidak berdaya menghadapi spekulan mata uang yang tinggi dan berujung pada krisis ekonomi. Menyusul jatuhnya mata uang Baht, Thailand, nilai rupiah ikut merosot. Untuk mengatasi pelemahan rupiah, Bank Indonesia kemudian memperluas rentang intervensi kurs jual dan kurs beli rupiah, dari Rp. 192 (8%), menjadi Rp. 304 (12%). Guna mengurangi tekanan terhadap rupiah, Bank Indonesia mulai melakukan pengetatan likuiditas dengan menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 6% menjadi 14%. Akibat kondisi ini bank-bank umum kemudian meminta bantuan BI sebagai lender of the last resort. Ini merujuk pada kewajiban BI untuk memberikan bantuan kepada bank dalam situasi darurat. Dana talangan yang dikucurkan oleh BI ini yang dikenal dengan BLBI.
Sesehat apa pun sebuah bank, apabila uang dari masyarakat ditarik serentak tentu tidak akan sanggup memenuhinya. Penyimpangan BLBI dimulai saat BI berikan dispensasi kpd bank-bank umum utk mengikuti kliring, meski rekening gironya di BI bersaldo debet. Dispensasi diberikan ke semua bank tanpa melakukan pre-audit utk mengetahui apakah bank itu benar-benar butuh bantuan likuiditas & sehat. Akibatnya, banyak bank yang tidak mampu mengembalikan BLBI.
**11 JULI 1997: Pemerintah RI memperluas rentang intervensi kurs dari 192 (8%) menjadi 304 (12%), melakukan pengetatan likuiditas dan pembelian surat berharga pasar uang, serta menerapkan kebijakan uang ketat.
**14 AGUSTUS 1997: Pemerintah melepas sistem kurs mengambang terkendali (free floating). Masyarakat panik, lalu berbelanja dolar dlm jumlah sangat besar. Setelah dana pemerintah ditarik ke BI, tingkat suku bunga & deposito melonjak drastis krn bank berebut dana rakyat.
**1 SEPTEMBER 1997: BI menurunkan suku bunga SBI sebanyak 3 kali. Berkembang isu di masyarakat mengenai beberapa bank besar yg mengalami kalah kliring dan rugi dalam transaksi valas. Kepercayaan masyarakat terhadap bank nasional mulai goyah. Terjadi rush kecil-kecilan.
**3 SEPTEMBER 1997: Sidang Kabinet Terbatas Bid. Ekonomi, Keuangan & Pembangunan, Produksi & Distribusi berlangsung di Bina Graha, dipimpin langsung Soeharto. Hasilnya: pemerintah akan bantu bank sehat yg alami kesulitan likuiditas. Bank 'sakit', akan dimerger/likuidasi. Belakangan, kredit ini disebut bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
**1 NOVEMBER 1997: 16 bank dilikuidasi.
**26 DESEMBER 1997: Gubernur BI Soedradjad Djiwandono melayangkan surat ke Soeharto, memberitahukan kondisi perbankan nasional yang terus alami saldo debit akibat tekanan penarikan dana nasabah. Soedradjad usul: "mengganti saldo debit dgn Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) Khusus
**27 DESEMBER 1997: Surat Gubernur BI dijawab surat nomor R-183/M.Sesneg/12/1997, ditandatangani Mensesneg Moerdiono. Isinya, Presiden menyetujui saran direksi BI utk mengganti saldo debit bank dengan SBPU Khusus agar tidak banyak bank yg tutup dan dinyatakan bangkrut.
**10 APRIL 1998: Menkeu diminta untuk mengalihkan tagihan BLBI kepada BPPN dengan batas waktu pelaksanaan 22 April 1998.
**MEI 1998: BLBI yg dikucurkan ke 23 bank capai Rp 164 triliun, dana penjamin antarbank Rp 54 triliun, biaya rekapitalisasi Rp 103 triliun. Adapun penerima terbesar (hampir dua pertiga dari jumlah keseluruhan) hanya empat bank. Yakni BDNI Rp 37,039 triliun; BCA Rp 26,596 triliun; Danamon Rp 23,046 triliun; dan BUN Rp 12,067 triliun.
**4 JUNI 1998: Pemerintah diminta membayar seluruh tagihan kredit perdagangan (L/C) bank-bank dalam negeri oleh Kesepakatan Frankfurt. Ini merupakan prasyarat agar L/C yang diterbitkan oleh bank dalam negeri bisa diterima dunia internasional. Pemerintah terpaksa memakai dana BLBI senilai US$ 1,2 miliar (sekitar Rp 18 triliun pada kurs Rp 14 ribu waktu itu).
Bagian 2 ==> http://chirpstory.com/li/39183
Bagian 3 ==> http://chirpstory.com/li/39184
Bagian 4 ==> http://chirpstory.com/li/39370
Bagian 5 ==> http://chirpstory.com/li/41179
Baca Juga:
- "Kronologi Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)" ==> http://blog.korupedia.org/
- "Skandal Skenario KLBI Penyebab Terjadinya Skandal Mega Korupsi BLBI" ==> http://chirpstory.com/li/27890
- "Bantuan Likuiditas Bank Indonesia Sebagai Penyelamat Bank" ==> http://chirpstory.com/li/39113
- "Upaya Menghapus Kasus BLBI" ==> http://chirpstory.com/li/39114
- "Pentingnya Membuka Tabir Skandal BLBI Kembali" ==> http://chirpstory.com/li/39115
- "Daftar Penerima BLBI Berdasarkan MSAA" ==> http://chirpstory.com/li/39116
- "Rapuhnya Kondisi Perbankan Nasional Medio 1997" ==> http://chirpstory.com/li/39117
- "BLBI Salah Satu Skandal Perbankan & Kemanusiaan Paling Keji" ==> http://chirpstory.com/li/40267
- "Terbebaninya Rakyat Indonesia Akibat Hutang Obligor BLBI" ==> http://chirpstory.com/li/40613
- "Pembebanan APBN & Pembengkakan Hutang Akibat Penerbitan Obligasi BLBI" ==> http://chirpstory.com/li/40758
- "Boediono, dari BLBI hingga Century" ==> http://
- "Kesalahan Boediono dari Masa kemasa" ==> http://
CHATIB BASRI MEMBAWA PERUBAHAN?
Hari ini saya membaca berita di halaman pertama koran Tribun Medan
(anak perusahaan Kompas Gramedia Group) berjudul "PDIP: Keluar dari
Ekonomi Liberal".
http://cahyono-adi.blogspot.com/
http://cahyono-adi.blogspot.com/
Dalam berita tersebut dituliskan pernyataan seorang
politisi PDI-P Arif Budimanta tentang pengangkatan Chatib Basri sebagai
menteri keuangan baru menggantikan menteri lama yang beralih tugas
menjadi Gubernur BI. Dalam pernyataannya tersebut Arif menyampaikan
harapannya bahwa Chatib Basri bisa membawa perubahan dengan keluar dari
faham liberalisme yang selama ini dianut oleh regim-regim Indonesia
paska reformasi.
"Saat ini ketimpangan semakin melebar dan pemerataan pembangunan terabaikan, ini tantangan utamanya," kata Arif dikutip Tribun Medan.
Arif menyatakan saat ini publik menantikan apakah sebagai menteri keuangan Chatib berani menghentikan kebijakan defisit anggaran (APBN), mengevaluasi hutang dan mereformasi struktur APBN.
Berita semacam itu, dan hal itu terjadi hampir di semua media massa mapan tanah air terkait pengangkatan seorang menteri keuangan baru, seolah-olah memberi harapan bahwa pada akhirnya Indonesia benar-benar akan dipimpin oleh birokrat-birokrat berintegritas dan cerdas. Yaitu birokrat-birokrat yang lebih memikirkan kepentingan rakyat daripada pribadinya sendiri.
Namun sayangnya, meski sudah berulangkali harapan disematkan terhadap presiden demi presiden dan menteri keuangan demi menteri keuangan, hal itu tidak pernah tercapai. Para presiden dan pembantu-pembantu ekonominya selalu saja terjerembab dalam kubangan kepentingan asing dengan faham liberalismenya.
"Saat ini ketimpangan semakin melebar dan pemerataan pembangunan terabaikan, ini tantangan utamanya," kata Arif dikutip Tribun Medan.
Arif menyatakan saat ini publik menantikan apakah sebagai menteri keuangan Chatib berani menghentikan kebijakan defisit anggaran (APBN), mengevaluasi hutang dan mereformasi struktur APBN.
Berita semacam itu, dan hal itu terjadi hampir di semua media massa mapan tanah air terkait pengangkatan seorang menteri keuangan baru, seolah-olah memberi harapan bahwa pada akhirnya Indonesia benar-benar akan dipimpin oleh birokrat-birokrat berintegritas dan cerdas. Yaitu birokrat-birokrat yang lebih memikirkan kepentingan rakyat daripada pribadinya sendiri.
Namun sayangnya, meski sudah berulangkali harapan disematkan terhadap presiden demi presiden dan menteri keuangan demi menteri keuangan, hal itu tidak pernah tercapai. Para presiden dan pembantu-pembantu ekonominya selalu saja terjerembab dalam kubangan kepentingan asing dengan faham liberalismenya.
Saya tidak tahu apakah Arif Budimanta juga
menyarankan hal yang sama terhadap Megawati saat beliau menjadi
presiden. Namun yang pasti Megawati tidak menjalankan apa yang
disarankan Arif terhadap Chatib Basri. Alih-alih Megawati justru menolak
pelunasan hutang IMF serta menjual murah asset-asset strategis
Indonesia kepada asing sebagai bentuk nyata praktik neo-liberalisme.
Lalu layakkah harapan keluarnya Indonesia dari jeratan neo-liberalisme disematkan kepada Chatib Basri?
Menurut saya hal itu kok terlalu na'if. Chatib Basri tidak pernah terdengar memiliki pemikiran-pemikiran yang anti neo-liberalisme. Alih-alih beliau adalah "anak emas" neo-liberalisme di Indonesia.
Lalu layakkah harapan keluarnya Indonesia dari jeratan neo-liberalisme disematkan kepada Chatib Basri?
Menurut saya hal itu kok terlalu na'if. Chatib Basri tidak pernah terdengar memiliki pemikiran-pemikiran yang anti neo-liberalisme. Alih-alih beliau adalah "anak emas" neo-liberalisme di Indonesia.
Selain aktif di "kawan
candradimuka"-nya paham neo-liberalisme Indonesia, yaitu LPEM-UI,
beliau juga pernah menjadi "pelayan" PT Freeport, perusahaan Amerika
yang baru saja melecehkan harkat martabat bangsa Indonesia dengan
kekurang ajarannya mengusir aparat keamanan dan para pejabat tinggi
Indonesia yang hendak melakukan penyelidikan kecelakaan pekerja.
Lalu apa maksud seorang politisi PDIP menyuarakan aspirasi anti-neo liberalisme di media pengusung neo-liberalisme semacam Kompas? Tidak lain hanya memberikan ilusi kepada sebagian rakyat Indonesia yang telah mulai kritis seolah-olah harapan adanya perbaikan kondisi ekonomi masih ada. Semua itu hanyalah "sandiwara" belaka, seperti sandiwaranya meneg BUMN Dahlan Iskan yang gembar-gembor akan membeli minyak dari Iran.
Lalu apa maksud seorang politisi PDIP menyuarakan aspirasi anti-neo liberalisme di media pengusung neo-liberalisme semacam Kompas? Tidak lain hanya memberikan ilusi kepada sebagian rakyat Indonesia yang telah mulai kritis seolah-olah harapan adanya perbaikan kondisi ekonomi masih ada. Semua itu hanyalah "sandiwara" belaka, seperti sandiwaranya meneg BUMN Dahlan Iskan yang gembar-gembor akan membeli minyak dari Iran.
SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259
BalasHapus