AS Selidiki Berita Warganya Terbunuh di Suriah
AS Selidiki Berita Warganya Terbunuh di Suriah - http://kabarperang.blogspot.com/2013/06/AS-Selidiki-Berita-Warganya-Terbunuh-di-Suriah.html
Washington: Amerika Serikat sedang memeriksa satu
laporan oleh media pemerintah Suriah bahwa warga negara Amerika terbunuh
oleh pasukan pemerintah dalam perang saudara di negara itu.
Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat tak disebut namanya, mengatakan bahwa pemerintah AS mengetahui kasus ini. Ia menambahkan Washington sedang bekerja melalui misi Republik Ceko di Suriah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
"Seperti yang kita lakukan dalam semua kasus seperti itu, kami bekerja melalui perwakilan Ceko di Suriah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, dan kami menghargai upaya misi Ceko atas nama warga kami," kata pejabat itu.
Dia menambahkan bahwa pihak berwenang AS tidak bisa berkomentar lebih jauh "karena pertimbangan privasi." Televisi pemerintah Suriah pada Rabu menyiarkan apa yang disebut nama seorang perempuan Amerika yang tewas di Provinsi Idlib serta nama seorang pria yang katanya adalah warga Inggris yang juga tewas di negara itu.
Para pejabat AS mengatakan mereka menyadari materi yang diposting di internet itu menunjukkan bahwa wanita tersebut mungkin penduduk Michigan.
Tidak ada konfirmasi langsung yang tersedia dari statusnya atau identitasnya, juga informasi yang kredibel yang tersedia tentang keadaan kematiannya atau bagaimana dan mengapa dia pergi ke Suriah.
Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat tak disebut namanya, mengatakan bahwa pemerintah AS mengetahui kasus ini. Ia menambahkan Washington sedang bekerja melalui misi Republik Ceko di Suriah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
"Seperti yang kita lakukan dalam semua kasus seperti itu, kami bekerja melalui perwakilan Ceko di Suriah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, dan kami menghargai upaya misi Ceko atas nama warga kami," kata pejabat itu.
Dia menambahkan bahwa pihak berwenang AS tidak bisa berkomentar lebih jauh "karena pertimbangan privasi." Televisi pemerintah Suriah pada Rabu menyiarkan apa yang disebut nama seorang perempuan Amerika yang tewas di Provinsi Idlib serta nama seorang pria yang katanya adalah warga Inggris yang juga tewas di negara itu.
Para pejabat AS mengatakan mereka menyadari materi yang diposting di internet itu menunjukkan bahwa wanita tersebut mungkin penduduk Michigan.
Tidak ada konfirmasi langsung yang tersedia dari statusnya atau identitasnya, juga informasi yang kredibel yang tersedia tentang keadaan kematiannya atau bagaimana dan mengapa dia pergi ke Suriah.
ISSUE2 DUSTA...YANG DI SEBAR OLEH AGEN2 SUPER AGEN DAN AHLI2 PROVOKASI...JEMPOLAN..??
Propaganda Tiada Akhir – Perang Melawan Teror Adalah Hoax
Oleh: Paul Craig RobertsRabu, 4 Februari 2009
Menurut propaganda pemerintah AS, sel-sel teroris tersebar di seluruh Amerika, sehingga mengharuskan pemerintah memata-matai semua orang Amerika dan melanggar sebagian besar perlindungan konstitusional lain. Di antara kata-kata terakhir Presiden Bush saat meninggalkan jabatannya adalah peringatan bahwa Amerika akan segera diserang lagi oleh teroris Muslim.
Seandainya Amerika dijangkiti teroris, kita tak perlu pemerintah untuk memberitahu kita. Kita akan mengetahuinya dari peristiwa-peristiwa. Karena tak ada peristiwa, pemerintah AS mengganti peringatan demi menjaga ketakutan tetap hidup yang menyebabkan publik menerima perang tak berarti, pelanggaran kebebasan sipil, kartu ID nasional, dan ketidaknyamanan dan pengusikan saat terbang.
Indikasi paling kentara ketidakadaan sel teroris adalah bahwa tak ada satupun tokoh neokon yang dibunuh.
Saya tak menyetujui pembunuhan, dan saya malu atas pemerintahan negara saya atas keterlibatannya dalam pembunuhan politis. AS dan Israel telah memberi contoh buruk kepada al-Qaeda untuk dituruti.
AS menghadapi al-Qaeda dan Taliban dengan membunuh pemimpin-pemimpin mereka, dan Israel menghadapi Hamas dengan membunuh pemimpin-pemimpinnya. Beralasan jika berasumsi bahwa al-Qaeda akan menghadapi penghasut dan pemimpin perang Amerika di Timur Tengah dengan cara yang sama.
Hari ini setiap anggota al-Qaeda mengetahui keterlibatan tokoh-tokoh neokonservatif dalam kematian dan kerusakan yang ditimbulkan pada kaum Muslim di Irak, Afghanistan, Libanon, dan Gaza. Selain itu, tokoh neokon amat terlihat dan merupakan target lunak dibanding pemimpin Hamas dan Hizbullah. Tokoh neokon telah teridentifikasi di media selama bertahun-tahun, dan sebagaimana semua orang tahu, banyak daftar mereka tersedia online.
Tokoh neokon tak punya perlindungan Dinas Rahasia. Mengerikan untuk dibayangkan, tapi akan mudah sekali bagi al-Qaeda untuk membunuh semua dan setiap tokoh neokon. Tapi, tokoh-tokoh neokon berlenggang bebas, indikasi bagus bahwa AS tak punya persoalan teroris.
Jika, sebagaimana terus dituduhkan oleh tokoh neokon, teroris dapat menyelundupkan senjata nuklir atau bom radiaoktif ke AS untuk mendatangkan malapetaka pada kota-kota kita, teroris bisa memperoleh senjata untuk membunuh setiap tokoh neokon atau mantan pejabat pemerintah.
Tapi, tokoh-tokoh neokon, yang merupakan orang Amerika paling dibenci oleh Muslim, tetap tak tercederai.
“Perang melawan teror” adalah hoax yang menjadi kedok kendali Amerika atas jalur pipa minyak, laba kompleks keamanan-militer, serangan terhadap kebebasan sipil melalui negara polisi, dan perluasan teritori Israel.
Tak ada al-Qaeda di Irak sampai Amerika memancing mereka ke sana dengan menginvasi dan menggulingkan Saddam Hussein, yang mempertahankan Irak dari masuknya al-Qaeda. Taliban bukan organisasi teroris, melainkan pergerakan yang berupaya menyatukan Afghanistan di bawah hukum Islam. Orang Amerika yang terancam oleh Taliban hanyalah prajurit Amerika yang Bush kirim ke Afghanistan untuk membunuh Taliban dan memberlakukan negara boneka atas bangsa Afghan.
Hamas adalah pemerintahan Palestina yang dipilih secara demokratis, atau sedikit sisa dari Palestina setelah aneksasi ilegal Israel. Hamas merupakan organisasi teroris dalam pengertian bahwa pemerintahan Israel dan AS adalah organisasi teroris. Dalam upaya menaklukkan Hamas di bawah hegemoni Israel, Israel mempergunakan teror pengeboman dan pembunuhan terhadap warga Palestina. Hamas menjawab teror Israel dengan roket rumahan dan tak cakap.
Hizbullah mewakili kaum Syiah selatan Libanon, wilayah lain di Timur Tengah yang diburu Israel untuk perluasan teritorinya.
AS mencap Hamas dan Hizbullah sebagai “organisasi teroris” atas alasan, tak lain, bahwa AS berada di pihak Israel dalam konflik tersebut. Tak ada dasar objektif dalam “kesimpulan” Departemen Luar Negeri AS bahwa Hamas dan Hizbullah merupakan organisasi teroris. Itu cuma deklarasi bersifat propaganda.
Amerika dan Israel tidak menyebut pengeboman mereka terhadap warga sipil sebagai teror. Yang disebut teror oleh Amerika dan Israel adalah respon orang-orang tertindas yang tak bernegara karena negara mereka diatur oleh boneka yang setia kepada penindas. Orang-orang ini, tercabut hak miliknya atas negara mereka sendiri, tak punya Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan, kursi di PBB, atau suara di media mainstream. Mereka bisa tunduk kepada hegemoni asing atau melawan dengan alat terbatas yang tersedia.
Fakta bahwa Israel dan AS menjalankan propaganda tiada akhir untuk mencegah disadarinya fakta fundamental ini mengindikasikan bahwa Israel dan AS-lah yang salah dan orang Palestina, Libanon, Irak, dan Afghan-lah yang diperlakukan tak adil.
Purnawiarwan-purnawirawan jenderal AS yang menjadi pempropaganda perang untuk Fox “News” selalu mengklaim bahwa Iran mempersenjatai pemberontak Irak dan Afghan dan Hamas. Tapi di mana senjata-senjata itu? Untuk menghadapi tank-tank Amerika, para pemberontak harus membuat sendiri alat peledak rumahan dari selongsong artileri. Setelah enam tahun konflik, para pemberontak itu masih tak punya senjata melawan mesin tembak helikopter Amerika. Bandingkan “persenjataan” ini dengan senjata yang dipasok AS kepada orang-orang Afghan tiga dekade silam saat mereka bertempur untuk mengusir Soviet.
Film-film serangan Israel terhadap Gaza memperlihatkan banyaknya warga Gaza yang lari dari bom-bom Israel atau menjadi mayat atau orang buntung, dan tak satupun dari orang-orang ini bersenjata. Seseorang akan berpikir bahwa sekarang setiap orang Palestina sudah bersenjata, setiap pria, wanita, dan anak.-anak. Tapi, semua film-film serangan Israel itu memperlihatkan penduduk tak bersenjata. Hamas harus membuat roket rumahan yang sedikit lebih dari lambang perlawanan. Seandainya Hamas dipersenjatai oleh Iran, serangan Israel terhadap Gaza akan memakan korban dari pihak Israel berupa mesin tembak helikopternya, tanknya, dan ratusan nyawa prajuritnya.
Hamas adalah organisasi kecil bersenjatakan senapan kaliber kecil yang tak mampu menembus baju besi. Hamas tak mampu mencegah beberapa penetap Yahudi turun di desa-desa Tepi Barat, mengusir orang-orang Palestina, dan mengambil tanah mereka.
Misteri besarnya adalah: mengapa setelah 60 tahun ditindas, orang-orang Palestina maasih tak bersenjata? Jelas, negara-negara Muslim terlibat dengan Israel dan AS dalam membuat bangsa Palestina tetap tak bersenjata.
Pernyataan tak berdasar bahwa Iran memasok senjata canggih kepada orang Palestina sama seperti pernyataan tak berdasar bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah masal. Pernyataan-pernyataan ini merupakan justifikasi bersifat propaganda untuk membunuh warga sipil Arab dan menghancurkan infrastruktur sipil dalam rangka mengamankan hegemoni AS dan Israel di Timur Tengah.
Arab Saudi Bebaskan Semua Pesawat AS Terbang Di Wilayahnya
Friday, May 31, 2013
http://beritapohuwato.blogspot.com/2013/05/arab-saudi-bebaskan-semua-pesawat-as.html
POHUWATO ONLINE, Amerika Serikat dan Arab Saudi telah
menandatangani sebuah kesepakatan yang mengizinkan semua pesawat Amerika
terbang bebas tanpa batas di wilayah udara Saudi.
Duta Besar AS untuk Riyadh James Smith dan Wakil Ketua Penerbangan Saudi Faisal bin Hamad al-Sugair menandatangani sebuah kesepakatan di Jeddah, di mana berdasarkan kesepakatan itu, pesawat-pesawat AS telah diizinkan menggunakan zona udara Saudi, demikian dilaporkan Alalam, seperti dilansir kantor berita IRNA.
Kesepakatan tersebut mengizinkan pesawat-pesawat sipil kedua negara dapat terbang bebas di wilayah udara masing-masing negara. Berdasarkan kesepatakan itu, semua pembatasan terkait jumlah penerbangan maskapai kedua negara dan jenis pesawat juga akan dicabut.
Para pejabat Riyadh mengklaim bahwa kesepakatan tersebut untuk memperluas aktivitas perdagangan AS-Saudi dan meningkatkan hubungan antarkedua negara serta tentunya akan menguntungkan maskapai dan penumpang.
Sumber: Republika Online
Duta Besar AS untuk Riyadh James Smith dan Wakil Ketua Penerbangan Saudi Faisal bin Hamad al-Sugair menandatangani sebuah kesepakatan di Jeddah, di mana berdasarkan kesepakatan itu, pesawat-pesawat AS telah diizinkan menggunakan zona udara Saudi, demikian dilaporkan Alalam, seperti dilansir kantor berita IRNA.
Kesepakatan tersebut mengizinkan pesawat-pesawat sipil kedua negara dapat terbang bebas di wilayah udara masing-masing negara. Berdasarkan kesepatakan itu, semua pembatasan terkait jumlah penerbangan maskapai kedua negara dan jenis pesawat juga akan dicabut.
Para pejabat Riyadh mengklaim bahwa kesepakatan tersebut untuk memperluas aktivitas perdagangan AS-Saudi dan meningkatkan hubungan antarkedua negara serta tentunya akan menguntungkan maskapai dan penumpang.
Sumber: Republika Online
Read more:
200 Warga Prancis di Kubu Oposisi Suriah
http://kabarperang.blogspot.com/2013/05/200-warga-prancis-di-kubu-oposisi-suriah.html
Paris: Antara 180 sampai 200 warga Prancis tahun lalu
pergi ke Suriah untuk bergabung dalam pemberontakan terhadap Presiden
Bashar al-Assad, kata surat kabar Le Monde, mengutip data itu dari
badan-badan keamanan dalam negeri DCRI dan eksternal DGSE.
Jumlah itu, yang lebih tinggi ketimbang yang diperkirakan sebelumnya sekitar 50 orang termasuk para petempur yang mengangkat senjata dengan
kelompok-kelompok pemberontak seperti Front Nusra yang punya hubungan dengan Al-Qaeda. Sekitar 24 orang telah pulang ke Prancis, kata Le Monde.
Surat kabar itu juga mengutip pernyataan sumber keamanan yang mengatakan Prancis khawatir akan risiko serangan-serangan oleh mereka yang pulang dari konflik itu.
Tetapi sumber-sumber keamanan mengatakan mereka kurang perangkat hukum untuk memantau secara efektif mereka yang pulang itu. Banyak negara Barat cemas pada para individu yang melancarkan serangan-serangan spontan seperti pembunuhan seorang tentara Inggris oleh dua pria di satu jalan London tengah hari itu.
Prancis yang melakukan intervensi militer di Mali Januari untuk membantu pemerintah mengusir dan memukul mundur satu serangan oleh para petempur
Islam, menyatakan kecemasannya tentang bahaya kelompok garis keras dalam negeri seperti Gilles Le Guen, yang ditangkap bulan ini di Timbuktu, Mali, pulang ke Prancis melakukan serangan-serangan.
Cabang Afrika Utara Al-Qaeda, AQIM mengklaim mengkoordinasikan serangan terhadap satu pangkalan militer dan tambang uranium yang menewaskan 24 tentara dan seorang sipil pekan ini.
Tetapi sejauh ini tidak ada tanda-tanda yang mencemaskan tentang serangan oleh kelompok garis keras yang pulang dari Suriah.
Le Monde memberitakan bahwa walaupun sekitar 20 anggota kelompok garis keras Prancis pulang, hanya satu yang dipenjrarakan -- seorang warga Prancis asal Korea berusia 25 tahun bernama Flavien Moreau yang berperang bersama kelompok Islam Ahrar Al-Cham di Suriah.
Jumlah itu, yang lebih tinggi ketimbang yang diperkirakan sebelumnya sekitar 50 orang termasuk para petempur yang mengangkat senjata dengan
kelompok-kelompok pemberontak seperti Front Nusra yang punya hubungan dengan Al-Qaeda. Sekitar 24 orang telah pulang ke Prancis, kata Le Monde.
Surat kabar itu juga mengutip pernyataan sumber keamanan yang mengatakan Prancis khawatir akan risiko serangan-serangan oleh mereka yang pulang dari konflik itu.
Tetapi sumber-sumber keamanan mengatakan mereka kurang perangkat hukum untuk memantau secara efektif mereka yang pulang itu. Banyak negara Barat cemas pada para individu yang melancarkan serangan-serangan spontan seperti pembunuhan seorang tentara Inggris oleh dua pria di satu jalan London tengah hari itu.
Prancis yang melakukan intervensi militer di Mali Januari untuk membantu pemerintah mengusir dan memukul mundur satu serangan oleh para petempur
Islam, menyatakan kecemasannya tentang bahaya kelompok garis keras dalam negeri seperti Gilles Le Guen, yang ditangkap bulan ini di Timbuktu, Mali, pulang ke Prancis melakukan serangan-serangan.
Cabang Afrika Utara Al-Qaeda, AQIM mengklaim mengkoordinasikan serangan terhadap satu pangkalan militer dan tambang uranium yang menewaskan 24 tentara dan seorang sipil pekan ini.
Tetapi sejauh ini tidak ada tanda-tanda yang mencemaskan tentang serangan oleh kelompok garis keras yang pulang dari Suriah.
Le Monde memberitakan bahwa walaupun sekitar 20 anggota kelompok garis keras Prancis pulang, hanya satu yang dipenjrarakan -- seorang warga Prancis asal Korea berusia 25 tahun bernama Flavien Moreau yang berperang bersama kelompok Islam Ahrar Al-Cham di Suriah.
ASSAD AKUI SYRIA MILIKI S-300
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/05/assad-akui-syria-miliki-s-300.html#.UalnT1IxVkg
Memiliki kemampuan melacak 100 sasaran sekaligus dan menembak 12 sasaran
sekaligus pada jarak 200 km dengan kecepatan hipersonik ditambah sistem
pemandu yang menggunakan satelit atau program komputer yang tahan
terhadap serangan elektronik, membuat sistem pertahanan rudal S-300
dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan udara terbaik di dunia.
Dalam konflik Syria saat ini senjata tersebut bahkan dianggap sebagai
"pengubah permainan" yang menentukan prospek konflik di Syria terkait
isu pengiriman rudal-rudal tersebut oleh Rusia ke Syria baru-baru ini.
Isu tentang apakah Syria telah memiliki rudal-rudal tersebut akhir-akhir ini telah menjadi perhatian para analis militer dan politik internasional. Dan seolah menjawab semua teka-teki tersebut, Presiden Syria Bashar al Assad memastikan bahwa Syria telah memiliki senjata tersebut dan akan diperkuat lagi dengan pemasangan-pemasangan berikutnya.
Hal tersebut dikatakan oleh Bashar dalam wawancara dengan media Lebanon milik milisi Hizbollah, Almanar TV Kamis (30/5).
Menurut Bashar senjata S-300 yang dipasang merupakan pengiriman pertama dari Rusia yang akan segera disusul dengan pengiriman kedua dan pengiriman-pengiriman berikutnya. Bashar manyatakan bahwa negerinya akan membalas semua aksi militer yang dilakukan Israel.
Sebelumnya pada hari Selasa (28/5) Rusia menegaskan bahwa Rusia akan melanjutkan pengiriman rudal-rudal S-300 ke Syria. Tidak hanya itu, Rusia juga mempertimbangkan untuk membuka semua keran penjualan senjatanya ke Syria sebagai respon atas keputusan Uni Eropa mencabut embargo senjata untuk pemberontak.
SALING GERTAK
Deputi menlu Rusia Sergey Ryabkhov menyebutkan bahwa mengirimi Syria dengan senjata S-300 akan menjaga stabilitas dan mencegah intervensi asing di Syria. Ia juga menjamin bahwa senjata-senjata tersebut tidak akan bisa digunakan oleh para pemberontak.
Namun pengiriman tersebut tentu saja memicu reaksi keras Israel yang sudah pasti terancam dengan keberadaan senjata canggih yang mampu menembak jatuh pesawat-pesawat Israel di wilayah udaranya sendiri itu.
"Pengiriman senjata-senjata itu belum terjadi saat ini, dan saya harap tidak akan terjadi. Namun jika pun benar-benar terjadi, kami tahu apa yang harus dilakukan," kata menhan Israel Moshe Yaalon dalam wawancara dengan radio tentara Israel, Selasa (28/5). Yaalon tidak menepis kemungkinan Israel kembali melakukan serangan terhadap Syria.
Gertakan tersebut langsung dibalas oleh menlu Syria Walid al-Moallem. Dalam wawancara dengan televisi Lebanon al-Mayadeen hari Rabu (29/5), Al-Moallem menyatakan bahwa Syria tidak akan membiarkan agresi Israel bebas dari pembalasan.
"Pembalasan itu akan setara dengan agresi yang dilakukan dan tipe senjata yang sama akan digunakan," tambahnya.
Moallem menambahkan bahwa Syria akan hadir dalam konperensi internasional tentang Syria kedua di Genewa (Konpernsi Genewa II) tanpa prasarat apapun dan menegaskan bahwa Presiden Bashar al Assad akan tetap menjabat hingga pemilu mendatang yang dijadwalkan berlangsung tahun depan.
"Dari sekarang hingga pemilu mendatang, Presiden Bashar al-Assad adalah presiden Republik Arab Syria," kata Moallem.
Menurut Moallem semua keputusan dalam konperensi Genewa II yang akan digelar bulan Juni, akan direferendumkan oleh pemerintah Syria sebelum diimplementasikan.
"Jika didukung oleh rakyat Syria, maka kita akan melaksanakannya," tegas Moallem.
KETERLIBATAN JIHAD ISLAM PALESTINA
Selain keterlibatan Hizbollah yang sudah terkonfirmasi, saat ini muncul dugaan keterlibatan kelompok Jihad Islam Palestina di medan perang Syria membela pemerintahan Bashar al Assad. Alasan hal itu tentu sangat masuk akal karena Jihad Islam adalah sekutu dekat Syria dalam perjuangannya melawan Israel. Dan alasan ini diperkuat dengan munculnya kabar tewasnya seorang komandan JIhad Islam di Syria saat bertempur bersama Hizbollah.
Sejauh ini kabar tersebut mendapat bantahan dari organisasi JIhad Islam Palestina. Dalam pernyataan persnya hari Selasa (21/5) Jihad Islam membantah terlibat dalam konflik di Syria dan menegaskan bahwa perjuangannya hanya ditujukan kepada Israel. Jihad Islam menuduh kabar tersebut merupakan upaya untuk menyeret organisasi tersebut ke dalam konflik di Syria.
"Perjuangan dan pertempuran kami adalah melawan zionis yang menduduki Palestina," demikian pernyataan tersebut.
Bantahan tersebut sebenarnya sama dengan bantahan Hizbollah tentang keterlibatan anggota-anggotanya dalam konflik Syria. Namun seiring berjalannya waktu dan konflik menuju ke titik penentuan dan cukup banyak bukti yang tidak bisa disembunyikan, Hizbollah akhirnya mengakui keterlibatannya. Hal yang sama sangat mungkin terjadi dalam kasus Jihad Islam Palestina.
Untuk saat ini blog ini percaya bahwa secara de facto Jihad Islam terlibat dalam konflik di Syria, meskipun secara de jure tidak.
Bersama Hamas, Jihad Islam merupakan 2 organisasi Palestina yang masih setia memilih jalur "perlawanan bersenjata" terhadap pendudukan Israel atas Palestina. Namun dalam konflik Syria kedua memilih jalur berbeda. Hamas memilih mendukung pemberontak dan memindahkan kantor perwakilan luar negerinya dari Damaskus, Syria. Sedangkan Jihad Islam memilih tetap tinggal di Damaskus.
Alasan Hamas bisa diduga karena pragmatisme semata. Dengan berkuasanya kelompok Ikhwanul Muslimin yang merupakan organisasi "induk" Hamas, di Mesir, Hamas berharap dukungan terhadap perjuangan Palestina akan semakin kuat. Namun tampak sangat jelas bahwa Ikhwanul Muslimin di Mesir sendiri tidak berdaya menjalankan agenda-agendanya meski telah banyak melakukan kompromi dengan kekuatan-kekuatan pro-zionis. Hamas harus gigit jari karena Ikhwanul Muslimin tidak mampu pembuka blokade atas Gaza meski telah bersedia menerima "jerat IMF" yang diulurkan zionis internasional.
Akibat sikapnya atas Syria itu Hamas mengalami kemunduran dalam hubungannya dengan Iran yang merupakan pendukung terkuat Hamas selama ini. Sebaliknya Iran kini lebih menfokuskan dukungannya kepada Jihad Islam. Hal ini tampak saat invasi 8 hari Israel atas Gaza beberapa bulan lalu, Jihad Islam berhasil menembakkan rudal-rudal jarak menengah Fajr-5 buatan Iran yang sebelumnya tidak dimilikinya. Akibat serangan tersebut Israel langsung menghentikan serangan karena takut rudal-rudal Fajr-5 menimbulkan kahancuran lebih parah atas kota-kota Israel.
Isu tentang apakah Syria telah memiliki rudal-rudal tersebut akhir-akhir ini telah menjadi perhatian para analis militer dan politik internasional. Dan seolah menjawab semua teka-teki tersebut, Presiden Syria Bashar al Assad memastikan bahwa Syria telah memiliki senjata tersebut dan akan diperkuat lagi dengan pemasangan-pemasangan berikutnya.
Hal tersebut dikatakan oleh Bashar dalam wawancara dengan media Lebanon milik milisi Hizbollah, Almanar TV Kamis (30/5).
Menurut Bashar senjata S-300 yang dipasang merupakan pengiriman pertama dari Rusia yang akan segera disusul dengan pengiriman kedua dan pengiriman-pengiriman berikutnya. Bashar manyatakan bahwa negerinya akan membalas semua aksi militer yang dilakukan Israel.
Sebelumnya pada hari Selasa (28/5) Rusia menegaskan bahwa Rusia akan melanjutkan pengiriman rudal-rudal S-300 ke Syria. Tidak hanya itu, Rusia juga mempertimbangkan untuk membuka semua keran penjualan senjatanya ke Syria sebagai respon atas keputusan Uni Eropa mencabut embargo senjata untuk pemberontak.
SALING GERTAK
Deputi menlu Rusia Sergey Ryabkhov menyebutkan bahwa mengirimi Syria dengan senjata S-300 akan menjaga stabilitas dan mencegah intervensi asing di Syria. Ia juga menjamin bahwa senjata-senjata tersebut tidak akan bisa digunakan oleh para pemberontak.
Namun pengiriman tersebut tentu saja memicu reaksi keras Israel yang sudah pasti terancam dengan keberadaan senjata canggih yang mampu menembak jatuh pesawat-pesawat Israel di wilayah udaranya sendiri itu.
"Pengiriman senjata-senjata itu belum terjadi saat ini, dan saya harap tidak akan terjadi. Namun jika pun benar-benar terjadi, kami tahu apa yang harus dilakukan," kata menhan Israel Moshe Yaalon dalam wawancara dengan radio tentara Israel, Selasa (28/5). Yaalon tidak menepis kemungkinan Israel kembali melakukan serangan terhadap Syria.
Gertakan tersebut langsung dibalas oleh menlu Syria Walid al-Moallem. Dalam wawancara dengan televisi Lebanon al-Mayadeen hari Rabu (29/5), Al-Moallem menyatakan bahwa Syria tidak akan membiarkan agresi Israel bebas dari pembalasan.
"Pembalasan itu akan setara dengan agresi yang dilakukan dan tipe senjata yang sama akan digunakan," tambahnya.
Moallem menambahkan bahwa Syria akan hadir dalam konperensi internasional tentang Syria kedua di Genewa (Konpernsi Genewa II) tanpa prasarat apapun dan menegaskan bahwa Presiden Bashar al Assad akan tetap menjabat hingga pemilu mendatang yang dijadwalkan berlangsung tahun depan.
"Dari sekarang hingga pemilu mendatang, Presiden Bashar al-Assad adalah presiden Republik Arab Syria," kata Moallem.
Menurut Moallem semua keputusan dalam konperensi Genewa II yang akan digelar bulan Juni, akan direferendumkan oleh pemerintah Syria sebelum diimplementasikan.
"Jika didukung oleh rakyat Syria, maka kita akan melaksanakannya," tegas Moallem.
KETERLIBATAN JIHAD ISLAM PALESTINA
Selain keterlibatan Hizbollah yang sudah terkonfirmasi, saat ini muncul dugaan keterlibatan kelompok Jihad Islam Palestina di medan perang Syria membela pemerintahan Bashar al Assad. Alasan hal itu tentu sangat masuk akal karena Jihad Islam adalah sekutu dekat Syria dalam perjuangannya melawan Israel. Dan alasan ini diperkuat dengan munculnya kabar tewasnya seorang komandan JIhad Islam di Syria saat bertempur bersama Hizbollah.
Sejauh ini kabar tersebut mendapat bantahan dari organisasi JIhad Islam Palestina. Dalam pernyataan persnya hari Selasa (21/5) Jihad Islam membantah terlibat dalam konflik di Syria dan menegaskan bahwa perjuangannya hanya ditujukan kepada Israel. Jihad Islam menuduh kabar tersebut merupakan upaya untuk menyeret organisasi tersebut ke dalam konflik di Syria.
"Perjuangan dan pertempuran kami adalah melawan zionis yang menduduki Palestina," demikian pernyataan tersebut.
Bantahan tersebut sebenarnya sama dengan bantahan Hizbollah tentang keterlibatan anggota-anggotanya dalam konflik Syria. Namun seiring berjalannya waktu dan konflik menuju ke titik penentuan dan cukup banyak bukti yang tidak bisa disembunyikan, Hizbollah akhirnya mengakui keterlibatannya. Hal yang sama sangat mungkin terjadi dalam kasus Jihad Islam Palestina.
Untuk saat ini blog ini percaya bahwa secara de facto Jihad Islam terlibat dalam konflik di Syria, meskipun secara de jure tidak.
Bersama Hamas, Jihad Islam merupakan 2 organisasi Palestina yang masih setia memilih jalur "perlawanan bersenjata" terhadap pendudukan Israel atas Palestina. Namun dalam konflik Syria kedua memilih jalur berbeda. Hamas memilih mendukung pemberontak dan memindahkan kantor perwakilan luar negerinya dari Damaskus, Syria. Sedangkan Jihad Islam memilih tetap tinggal di Damaskus.
Alasan Hamas bisa diduga karena pragmatisme semata. Dengan berkuasanya kelompok Ikhwanul Muslimin yang merupakan organisasi "induk" Hamas, di Mesir, Hamas berharap dukungan terhadap perjuangan Palestina akan semakin kuat. Namun tampak sangat jelas bahwa Ikhwanul Muslimin di Mesir sendiri tidak berdaya menjalankan agenda-agendanya meski telah banyak melakukan kompromi dengan kekuatan-kekuatan pro-zionis. Hamas harus gigit jari karena Ikhwanul Muslimin tidak mampu pembuka blokade atas Gaza meski telah bersedia menerima "jerat IMF" yang diulurkan zionis internasional.
Akibat sikapnya atas Syria itu Hamas mengalami kemunduran dalam hubungannya dengan Iran yang merupakan pendukung terkuat Hamas selama ini. Sebaliknya Iran kini lebih menfokuskan dukungannya kepada Jihad Islam. Hal ini tampak saat invasi 8 hari Israel atas Gaza beberapa bulan lalu, Jihad Islam berhasil menembakkan rudal-rudal jarak menengah Fajr-5 buatan Iran yang sebelumnya tidak dimilikinya. Akibat serangan tersebut Israel langsung menghentikan serangan karena takut rudal-rudal Fajr-5 menimbulkan kahancuran lebih parah atas kota-kota Israel.
REF:
"Syria already in possession of Russia's S-300 system: President Assad"; Press TV; 30 Mei 2013
"Moscow Insists S-300 Prevents Intervention in Syria, Zionists Warn"; almanar.com.lb; 28 Mei 2013
"Al-Moallem: Syria Won’t Let any Israeli Aggression Unanswered"; almanar.com.lb; 30 Mei 2013
"Islamic Jihad Denies Involvement In Syrian Clashes"; Press TV; 22 Mei 2013
IRAK PERANGI PLOT ZIONIS-TERORIS
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/05/irak-perangi-plot-zionis-teroris.html#.UalmDFIxVkg
Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki, pada hari Selasa (28/5) menyatakan
tekadnya untuk menghancurkan jaringan teroris yang telah membunuh
ratusan nyawa melalui serangkaian serangan bom sejak tgl 14 Mei.
“Kabinet telah mendiskusikan semua tantangan yang dihadapi oleh situasi keamanan dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menangani krisis ini. Kami telah bertekad untuk mengirim pesan bahwa kami siap menghadapi semua pelanggar hukum, tidak peduli pada afiliasinya, doktrin-doktrinnya serta partai politiknya," kata Maliki usai sidang kabinet membahas situasi keamanan Irak akhir-akhir ini yang dilanda rangkaian serangan teroris. Menurut Maliki, motif di balik serangan-serangan teroris tersebut adalah mengembalikan Irak ke jurang kehancuran.
"Kami akan memburu semua milisi dan gang yang berupaya memicu kerusuhan sektarian dan kekerasan yang telah melanggar garis merah," tambah Maliki.
Pada hari yg sama dengan pidato Maliki, sebanyak 27 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam berbagai serangan bom di seluruh Irak. Selama bulan Mei ini saja sebanyak 530 orang tewas dan 1.300 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan terorisme.
“Kabinet telah mendiskusikan semua tantangan yang dihadapi oleh situasi keamanan dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menangani krisis ini. Kami telah bertekad untuk mengirim pesan bahwa kami siap menghadapi semua pelanggar hukum, tidak peduli pada afiliasinya, doktrin-doktrinnya serta partai politiknya," kata Maliki usai sidang kabinet membahas situasi keamanan Irak akhir-akhir ini yang dilanda rangkaian serangan teroris. Menurut Maliki, motif di balik serangan-serangan teroris tersebut adalah mengembalikan Irak ke jurang kehancuran.
"Kami akan memburu semua milisi dan gang yang berupaya memicu kerusuhan sektarian dan kekerasan yang telah melanggar garis merah," tambah Maliki.
Pada hari yg sama dengan pidato Maliki, sebanyak 27 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam berbagai serangan bom di seluruh Irak. Selama bulan Mei ini saja sebanyak 530 orang tewas dan 1.300 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan terorisme.
KONSPIRASI ZIONIS
Serangan-serangan
terorisme yang melanda Irak akhir-akhir ini diyakini kuat digerakkan
oleh kekuatan zionis internasional dengan tujuan melemahkan upaya
konsolidasi kekuasaan Irak paska penarikan diri Amerika dan
sekutu-sekutunya, karena kecenderungan Irak untuk mendekatkan diri
dengan Iran.
Mereka menggunakan kelompok-kelompok ekstremis terafiliasi
dengan organisasi Al Qaida. Kelompok al-Nusra Front yang tengah terlibat
pertempuran di Syria diketahui juga telah mengirimkan anggotanya ke
Irak melalui Provinsi Anbar yang mayoritas dihuni oleh kelompok Sunni.
Saat ini konflik politik menjadi sangat keras, terutama di provinsi Anbar. Keamanan merupakan masalah sangat serius yang dihadapi pemerintah dan rakyat Irak. Namun di Anbar situasinya sangat rumit karena keberadaan teroris Al Qaida dan pemberontak Syria.
Menurut data PBB, bulan April menjadi bulan paling berdarah di Irak sejak Juni 2008. Pada bulan itu sebanyak 712 orang termasuk 161 polisi tewas akibat serangan-serangan teroris. Ini belum termasuk 1.633 orang yang mengalami luka-luka, di antaranya adalah 290 personil polisi. Serangan juga terjadi di kota-kota utama Baghdad dan Basrah dimana masjid-masjid dan perkampungan kaum Shiah menjadi sasaran utamanya.
Di sisi lain aparat keamanan juga telah berupaya untuk memerangi kelompok-kelompok ekstremis. Beberapa waktu lalu, dalam aksi demonstrasi besar-besaran menentang pemerintah di Falujah, tentara menyerbu perkemahan para demonstran yang disusupi teroris hingga menewaskan puluhan orang. Di kota Suleiman Beg, tentara juga menyerang para teroris yang menguasai sebuah pos polisi, sedang di kota Mosul tentara membunuh 31 orang teroris yang menguasai sebagian kota itu dan membutuhkan waktu 3 hari untuk membersihkan salah satu kota besar itu dari keberadaan para teroris.
Para teroris yang kini menyerang Irak adalah kelompok-kelompok yang sama yang kini berada di Syria. Mereka juga memiliki pendukung-pendukung yang sama: Amerika, Uni Eropa, Israel, Turki, Saudi Arabia dan Qatar. Agendanya sama, yaitu menghancurkan kekuatan poros anti-zionis yang ditulangpunggungi Iran, Hizbollah dan Syria. Sebagaimana diketahui Irak, paska penarikan pasukan Amerika, berubah haluan politiknya menjadi sekutu Iran. Itulah sebabnya Irak diobok-obok.
Menurut Hadi al-Amiri, seorang politisi Irak, bantuan yang diberikan oleh negara-negara pendukung pemberontak di Syria secara tidak langsung menjadi serangan terhadap Irak.
Saat ini konflik politik menjadi sangat keras, terutama di provinsi Anbar. Keamanan merupakan masalah sangat serius yang dihadapi pemerintah dan rakyat Irak. Namun di Anbar situasinya sangat rumit karena keberadaan teroris Al Qaida dan pemberontak Syria.
Menurut data PBB, bulan April menjadi bulan paling berdarah di Irak sejak Juni 2008. Pada bulan itu sebanyak 712 orang termasuk 161 polisi tewas akibat serangan-serangan teroris. Ini belum termasuk 1.633 orang yang mengalami luka-luka, di antaranya adalah 290 personil polisi. Serangan juga terjadi di kota-kota utama Baghdad dan Basrah dimana masjid-masjid dan perkampungan kaum Shiah menjadi sasaran utamanya.
Di sisi lain aparat keamanan juga telah berupaya untuk memerangi kelompok-kelompok ekstremis. Beberapa waktu lalu, dalam aksi demonstrasi besar-besaran menentang pemerintah di Falujah, tentara menyerbu perkemahan para demonstran yang disusupi teroris hingga menewaskan puluhan orang. Di kota Suleiman Beg, tentara juga menyerang para teroris yang menguasai sebuah pos polisi, sedang di kota Mosul tentara membunuh 31 orang teroris yang menguasai sebagian kota itu dan membutuhkan waktu 3 hari untuk membersihkan salah satu kota besar itu dari keberadaan para teroris.
Para teroris yang kini menyerang Irak adalah kelompok-kelompok yang sama yang kini berada di Syria. Mereka juga memiliki pendukung-pendukung yang sama: Amerika, Uni Eropa, Israel, Turki, Saudi Arabia dan Qatar. Agendanya sama, yaitu menghancurkan kekuatan poros anti-zionis yang ditulangpunggungi Iran, Hizbollah dan Syria. Sebagaimana diketahui Irak, paska penarikan pasukan Amerika, berubah haluan politiknya menjadi sekutu Iran. Itulah sebabnya Irak diobok-obok.
Menurut Hadi al-Amiri, seorang politisi Irak, bantuan yang diberikan oleh negara-negara pendukung pemberontak di Syria secara tidak langsung menjadi serangan terhadap Irak.
"Pemberian uang
dan senjata kepada Al Qaida di Syria oleh Turki dan Saudi merupakan
bentuk deklarasi perang terhadap Irak. Senjata-senjata itu pada akhirnya
akan dipergunakan melawan Irak," kata Amiri sembari menyebutkan bahwa
Turki dan Qatar tidak serius membantu penyelesaian konflik Syria.
Irak memiliki semua alasan untuk mendukung pemerintah Syria, dan dalam berbagai bentuk sebenarnya telah diwujudkan seperti membiarkan pesawat-pesawat bantuan Iran mencapai Syria melalui Irak, menfasilitasi keterlibatan milisi-milisi Shiah Irak di Syria, hingga menyerang posisi-posisi pemberontak di perbatasan. Sebagian besar pemberontak Syria adalah kelompok-kelompok yang sama yang telah memerangi pemerintah Irak selama bertahun-tahun sebelum konflik Syria terjadi. Jika kelompok-kelompok itu menang di Syria, maka bisa dipastikan mereka akan mengalihkan perhatiannya ke Irak.
Atas alasan itu pula zionis internasional berupaya serius menciptakan ketidak stabilan di Irak, termasuk dengan melibatkan media-media massa Arab "penjilat pantat" zionis seperti al Jazeera dan al Arabiya. Dan tidak ada sesuatu yang paling efektif bagi agenda tersebut kecuali memicu permusuhan sektarian khususnya antara Sunni dan Shiah. Untuk itu mereka mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok takfiri-wahabi-salafi yang juga ingin memecah belah umat Islam.
Irak memiliki semua alasan untuk mendukung pemerintah Syria, dan dalam berbagai bentuk sebenarnya telah diwujudkan seperti membiarkan pesawat-pesawat bantuan Iran mencapai Syria melalui Irak, menfasilitasi keterlibatan milisi-milisi Shiah Irak di Syria, hingga menyerang posisi-posisi pemberontak di perbatasan. Sebagian besar pemberontak Syria adalah kelompok-kelompok yang sama yang telah memerangi pemerintah Irak selama bertahun-tahun sebelum konflik Syria terjadi. Jika kelompok-kelompok itu menang di Syria, maka bisa dipastikan mereka akan mengalihkan perhatiannya ke Irak.
Atas alasan itu pula zionis internasional berupaya serius menciptakan ketidak stabilan di Irak, termasuk dengan melibatkan media-media massa Arab "penjilat pantat" zionis seperti al Jazeera dan al Arabiya. Dan tidak ada sesuatu yang paling efektif bagi agenda tersebut kecuali memicu permusuhan sektarian khususnya antara Sunni dan Shiah. Untuk itu mereka mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok takfiri-wahabi-salafi yang juga ingin memecah belah umat Islam.
(BERSAMBUNG)
REF:
"Iraq to Hunt down Terrorists behind Deadly Attacks"; almanar.com.lb; 29 Mei 2013
"Sectarian, terrorist plots fail in Iraq"; Yusuf Fernandez; Press TV; 25 Mei 2013