BIN: Snowden Terlibat Penyadapan SBY
Pria yang disebut-sebut berinisial ES
yang pernah dikemukakan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano
Norman, pelaku penyadapan ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
ketika melakukan kunjungan kerja di London tahun 2009 lalu, diduga
adalah Edward Snowden.
Setelah penelusuran lebih jauh, Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman, mensinyalir nama Edward
itu sebagai pembocor informasi dan penyadapan tersebut. Edward Snowden
sudah diketahui publik sejak muncul pemberitaan yang menyebut mata-mata
Inggris telah menyadap pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
delegasi saat menghadiri kegiatan G20 di London tahun 2009 lalu. Ia
diduga sebagai salah satu agen yang membocorkan rahasia itu.
“Itu sudah jelas. Kan kita juga punya
agen kita di Inggris, dari agen kita yang di Inggris kita tahu. Kemudian
agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,”
ujar Kepala BIN Letjen Marciano Norman di Kantor Presiden, Jalan Medan
Merdeka UtaraJakarta, Jumat, (2/8).
Menurut Marciano, Snowden adalah anggota
dari National Security Agent (NSA). Akibat membocorkan sejumlah
rahasia, Snowden kini tengah dikejar oleh pemerintah Amerika. Snowden
sudah mendapatkan suaka selama setahun dari Rusia. “Orang yang dalam
posisi seperti itu jangan terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan
punya kepentingan untuk mengacaukan itu,” ujarnya. Apalagi, ia
menambahkan, Snowden merasa sakit hati kepada Amerika Serikat yang
menjadi negara kunci dalam pertemuan itu.
“Dia membocorkan Amerika begini, Amerika begitu, dengan harapan
seluruh peserta G20 langsung melakukan protes keras bahwa Amerika telah
melakukan penyadapan,” ucap Marciano.Munculnya nama Edward Snowden, kata Marciano, berdasarkan informasi yang dihimpun BIN. “Kita juga punya agen kita di Inggris. Dari agen kita yang di Inggris, kemudian agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,” pungkasnya.
“Oh itu informasi yang jelas, itu jelas. Kalau Anda mengikuti sejak pemberitaannya 17 Juni dari The Guardian di Inggris, itu sudah jelas, sudah pasti itu,” jelasnya.
BIN, kata Marciano, masih akan terus
mendalami sejumlah informasi yang disampaikan dalam penyadapan itu.
Namun, ia enggan memaparkan lebih jauh karena tidak sepenuhnya percaya
pada pernyataan Edward Snowden di media massa asing.
Sementara, Mantan Kepala Badan
Koordinasi Intelijen Negara Letjen Purn HM Soedibyo, mendesak pemerintah
segera meminta klarifikasi atas penyadapan yang dilakukan intelijen AS
dan Inggris kepada Presiden SBY.
Pemerintah dalam hal ini bisa meminta Badan Intelijen Negara (BIN), untuk melakukan klarifikasi ke CIA.
“CIA dapat mengatakan penyadapan yang
dilakukan Snowden terhadap beberapa kepala negara Asia adalah
inisiatifnya sendiri, bukan perintah Direktur CIA,” kata Soedibyo dalam
keterangan pers yang diterima Nusa Raya, Kamis (1/8/2013).
Makanya, lanjut Soedibyo, bila
disebutkan whistleblower informasi tersebut adalah Edward Snowden, ada
kemungkinan isu penyadapan dalam rangka pengkhianatan maksimal kepada AS
oleh mantan anggota CIA yang sekarang berlindung di Rusia.
“Sampai sekarang belum disebutkan apa motif pengkhianatan Edward Snowden kepada CIA,” ujarnya.
Tapi, kata Soedibyo ada kemungkinan isu
penyadapan ini justru rekayasa CIA dalam rangka memburu dan menghabisi
nyawa Snowden dengan menciptakan kebencian. Karena, jelas Edward Snowden
terlibat dalam aksi penyadapan tersebut.
Soedibyo memaparkan, penyadapan sangat
mungkin dilakukan secara teknologis. Karena itu, dalam perkembangan
teknologi yang pesat seperti sekarang, pencurian informasi dari pihak
lawan sangat terbuka dilakukan oleh negara-negara super maju seperti AS
dan Inggris.
Kalau penyadapan dilakukan, Pemerintah
AS dan Inggris kerap mengatakan dinas intelijen beroperasi secara
independen di luar kontrol.
Itu karena watak AS dan Inggris sebagai imperialis, tidak bisa dipercaya dan sikapnya sebagai manipulator tidak berubah.
“Karena, ternyata pemerintah menggunakan informasi curian tersebut,” cetusnya.
Risalah Terkait:
Kemarahan dunia atas spionase AS memuncak
Muhaimin
Sabtu, 26 Oktober 2013 − 11:54 WIB
http://international.sindonews.com/read/2013/10/26/45/798548/kemarahan-dunia-atas-spionase-as-memuncak
Publik Eropa mendukung Edward Snowden, pembocor spionase AS (Reuters)
Sindonews.com – Kemarahan dunia
internasional atas dugaan spionase yang dilakukan Badan Keamanan
Nasional (NSA) Amerika Serikat (AS) memuncak. Jerman dan Brazil,
sebagian dari negara yang merasa jadi korban spionase NSA, merancang
resolusi PBB untuk mengakhiri kegiatan spionase yang berlebihan itu.
Presiden Brazil, Dilma Rousseff dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, kompak mengutuk spionase NSA yang berlebihan, karena sampai menyadap ponsel kepala negara. Dilma Roussef beberapa waktu lalu, membatalkan kunjungannya ke AS, karena ada laporan ponselnya telah disadap. Dalam pekan ini, laporan serupa juga menyasar Angela Merkel.
Ulah NSA telah membuat para pemimpin Uni Eropa marah besar. Mereka, kemarin bertemu untuk menyatakan sikap tegas kepada AS, dan menuntut diakhirinya kegiatan spionase yang berlebihan itu. Laporan dugaan spionase NSA itu, tak lain bersumber dari bocoran whistleblower NSA, Edward Snowden yang kini bersembunyi di Rusia, setelah mendapat suaka satu tahun dari Pemerintah Vladimir Putin.
Di Eropa, selain Jerman, Perancis juga berang atas ulah NSA. Sebuah laporan dari media Perancis, Le Monde, mengungkap, 70 juta lebih komunikasi telepon rakyat Perancis disadap NSA. Belum reda kemarahan Perancis, media itu kembali melansir laporan, komunikasi diplomat Perancis di PBB dan Washington juga disadap.
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius, langsung meminta penjelasan dari Menteri Luar Negeri AS, John Kerry. ”Spionase dalam skala besar yang dilakukan Amerika kepada sekutunya adalah sesuatu hal yang tidak bisa diterima," kata Fabius. Tak cukup, Duta Besar AS di Paris juga jadi bulan-bulanan Pemerintah Perancis untuk memberikan penjelasan laporan dugaan spionase itu.
Spanyol, yang belum memiliki bukti telah dimata-matai AS, juga berniat memanggil Duta Besar AS yang berada di Spanyol. "Kami tidak memiliki bukti, bahwa Spanyol telah dimata-matai. Tapi, kita memanggil Dubes AS untuk mendapatkan informasi," kata Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy.
Di Amerika Latin, selain Brazil, Meksiko juga jadi korban spionase AS. Pemerintah Meksiko marah setelah laporan NSA memata-matai presiden mereka pada tahun 2010 terbongkar. E-mail Felipe Calderon yang pada 2010 menjabat sebagai Presiden Meksiko, disadap oleh NSA. ”Tindakan mata-mata tidak bisa diterima, ilegal, dan dan bertentangan dengan norma hubungan negara,” bunyi kecaman Kementerian Luar Negeri Meksiko.
“Tamparan” untuk AS
Rancangan resolusi PBB yang dibuat Jerman dan Brazil, yang akan menjadi “tamparan” untuk AS itu, akan disampaikan di hadapan Mejelis Umum PBB yang berganggotakan 193 negara.
”Resolusi ini mungkin akan memiliki dukungan besar dari semua kalangan diplomat di PBB, karena tidak ada yang suka NSA memata-matai mereka,” kata seorang diplomat Barat untuk PBB, yang diwawancarai Reuters dengan syarat anonim.
Resolusi PBB itu tidak mengikat, tidak seperti resolusi Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara. Tapi, kata diplomat Barat itu, resolusi yang diyakini akan menuai dukungan internasional, akan membawa dampak moral dan politik yang akan membebani AS.
Merkel, Kamis kemarin menuntut Washington untuk mengakhiri kegiatan mata-mata dengan cara seperti itu. Menurutnya, Jerman dan Perancis—yang juga jadi korban spionase AS--, menuntut AS mengakhiri spionade. Mereka minta Obama tidak hanya sekadar meminta maaf, tapi ulah penyadapan NSA dihentikan.
Seruan PBB bertindak atas ulah NSA AS, juga disampaikan Pemerintah China, kemarin. China menyerukan masyarakat internasional untuk mempercepat perumusan pedoman kode etik cyber (dunia maya).
”Kami telah memperhatikan sejumlah laporan dan pernyataan yang disampaikan sejumlah pemimpin negara. Ini menjadi sebuah kesaksian baru, bahwa keamanan cyber telah menjadi fokus umum bagi banyak negara di dunia," kata Hua Chunying, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.
AS sendiri, selama ini hanya mengklaim akan mengevaluasi cara kerja intelijennya. Tanpa ada pembuktian, akan menghentikan aksi penyadapan. Presiden Barack Obama juga terus berkilah, bahwa intelijennya tidak menyadap ponsel para pemimpin negara, termasuk Kanselir Jerman, Angela Merkel. “AS tidak memantau, dan tidak akan memantau komunikasinya,” ujar Obama.
Presiden Brazil, Dilma Rousseff dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, kompak mengutuk spionase NSA yang berlebihan, karena sampai menyadap ponsel kepala negara. Dilma Roussef beberapa waktu lalu, membatalkan kunjungannya ke AS, karena ada laporan ponselnya telah disadap. Dalam pekan ini, laporan serupa juga menyasar Angela Merkel.
Ulah NSA telah membuat para pemimpin Uni Eropa marah besar. Mereka, kemarin bertemu untuk menyatakan sikap tegas kepada AS, dan menuntut diakhirinya kegiatan spionase yang berlebihan itu. Laporan dugaan spionase NSA itu, tak lain bersumber dari bocoran whistleblower NSA, Edward Snowden yang kini bersembunyi di Rusia, setelah mendapat suaka satu tahun dari Pemerintah Vladimir Putin.
Di Eropa, selain Jerman, Perancis juga berang atas ulah NSA. Sebuah laporan dari media Perancis, Le Monde, mengungkap, 70 juta lebih komunikasi telepon rakyat Perancis disadap NSA. Belum reda kemarahan Perancis, media itu kembali melansir laporan, komunikasi diplomat Perancis di PBB dan Washington juga disadap.
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius, langsung meminta penjelasan dari Menteri Luar Negeri AS, John Kerry. ”Spionase dalam skala besar yang dilakukan Amerika kepada sekutunya adalah sesuatu hal yang tidak bisa diterima," kata Fabius. Tak cukup, Duta Besar AS di Paris juga jadi bulan-bulanan Pemerintah Perancis untuk memberikan penjelasan laporan dugaan spionase itu.
Spanyol, yang belum memiliki bukti telah dimata-matai AS, juga berniat memanggil Duta Besar AS yang berada di Spanyol. "Kami tidak memiliki bukti, bahwa Spanyol telah dimata-matai. Tapi, kita memanggil Dubes AS untuk mendapatkan informasi," kata Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy.
Di Amerika Latin, selain Brazil, Meksiko juga jadi korban spionase AS. Pemerintah Meksiko marah setelah laporan NSA memata-matai presiden mereka pada tahun 2010 terbongkar. E-mail Felipe Calderon yang pada 2010 menjabat sebagai Presiden Meksiko, disadap oleh NSA. ”Tindakan mata-mata tidak bisa diterima, ilegal, dan dan bertentangan dengan norma hubungan negara,” bunyi kecaman Kementerian Luar Negeri Meksiko.
“Tamparan” untuk AS
Rancangan resolusi PBB yang dibuat Jerman dan Brazil, yang akan menjadi “tamparan” untuk AS itu, akan disampaikan di hadapan Mejelis Umum PBB yang berganggotakan 193 negara.
”Resolusi ini mungkin akan memiliki dukungan besar dari semua kalangan diplomat di PBB, karena tidak ada yang suka NSA memata-matai mereka,” kata seorang diplomat Barat untuk PBB, yang diwawancarai Reuters dengan syarat anonim.
Resolusi PBB itu tidak mengikat, tidak seperti resolusi Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara. Tapi, kata diplomat Barat itu, resolusi yang diyakini akan menuai dukungan internasional, akan membawa dampak moral dan politik yang akan membebani AS.
Merkel, Kamis kemarin menuntut Washington untuk mengakhiri kegiatan mata-mata dengan cara seperti itu. Menurutnya, Jerman dan Perancis—yang juga jadi korban spionase AS--, menuntut AS mengakhiri spionade. Mereka minta Obama tidak hanya sekadar meminta maaf, tapi ulah penyadapan NSA dihentikan.
Seruan PBB bertindak atas ulah NSA AS, juga disampaikan Pemerintah China, kemarin. China menyerukan masyarakat internasional untuk mempercepat perumusan pedoman kode etik cyber (dunia maya).
”Kami telah memperhatikan sejumlah laporan dan pernyataan yang disampaikan sejumlah pemimpin negara. Ini menjadi sebuah kesaksian baru, bahwa keamanan cyber telah menjadi fokus umum bagi banyak negara di dunia," kata Hua Chunying, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.
AS sendiri, selama ini hanya mengklaim akan mengevaluasi cara kerja intelijennya. Tanpa ada pembuktian, akan menghentikan aksi penyadapan. Presiden Barack Obama juga terus berkilah, bahwa intelijennya tidak menyadap ponsel para pemimpin negara, termasuk Kanselir Jerman, Angela Merkel. “AS tidak memantau, dan tidak akan memantau komunikasinya,” ujar Obama.
(mas)
Dapat tekanan hebat, Obama rombak spionase AS
Muhaimin
Selasa, 29 Oktober 2013 − 13:26 WIB
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (US News)
Sindonews.com –
Gedung Putih mendapat
tekanan hebat dari DPR Amerika Serikat (AS), setelah dugaan skandal
spionase NSA terhadap sejumlah negara di Eropa dan Amerika Latin
terbongkar. Presiden Barack Obama akhirnya merombak program spionase
AS.
Obama ditekan DPR AS untuk menjelaskan, soal ketidaktahuannya perihal pengumpulan data intelijen AS yang membuat para pemimpin Uni Eropa marah. Komite Intelijen Senat AS, mendesak Obama merombak program spionase AS.
“Yang jadi pemahaman saya, bahwa Presiden Obama tidak menyadari komunikasi Kanselir Jerman, Angela Merkel disadap sejak tahun 2002. Itu adalah masalah besar,” kata Dianne Feinstein, Ketua Komite Intelijen Senat AS, seperti dikutip BBC, Selasa (29/10/2013).
”Sehubungan dengan penyadapan NSA terhadap pemimpin sekutu AS, termasuk Perancis, Spanyol, Meksiko dan Jerman, biarkan saya mengatakan dengan tegas; saya benar-benar menentang.”
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi AS, Obama mengatakan, operasi intlijen dari National Security Agency (NSA) atau Badan Keamanan Nasional sedang dikaji ulang. ”Kami memberi mereka arah kebijakan,” ujarnya kepada ABC.
”Tapi apa yang kita lihat selama beberapa tahun terakhir adalah sebuah upaya dari mereka untuk terus mengembangkan kemampuan mereka,” kata Obama. ”Itulah mengapa saya memulai sekarang, merombak ulang, untuk memastikan apa yang mereka bisa lakukan, tidak berarti apa yang harus mereka lakukan,” lanjut Obama.
Obama ditekan DPR AS untuk menjelaskan, soal ketidaktahuannya perihal pengumpulan data intelijen AS yang membuat para pemimpin Uni Eropa marah. Komite Intelijen Senat AS, mendesak Obama merombak program spionase AS.
“Yang jadi pemahaman saya, bahwa Presiden Obama tidak menyadari komunikasi Kanselir Jerman, Angela Merkel disadap sejak tahun 2002. Itu adalah masalah besar,” kata Dianne Feinstein, Ketua Komite Intelijen Senat AS, seperti dikutip BBC, Selasa (29/10/2013).
”Sehubungan dengan penyadapan NSA terhadap pemimpin sekutu AS, termasuk Perancis, Spanyol, Meksiko dan Jerman, biarkan saya mengatakan dengan tegas; saya benar-benar menentang.”
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi AS, Obama mengatakan, operasi intlijen dari National Security Agency (NSA) atau Badan Keamanan Nasional sedang dikaji ulang. ”Kami memberi mereka arah kebijakan,” ujarnya kepada ABC.
”Tapi apa yang kita lihat selama beberapa tahun terakhir adalah sebuah upaya dari mereka untuk terus mengembangkan kemampuan mereka,” kata Obama. ”Itulah mengapa saya memulai sekarang, merombak ulang, untuk memastikan apa yang mereka bisa lakukan, tidak berarti apa yang harus mereka lakukan,” lanjut Obama.
(mas)
BIN: Snowden Terlibat Penyadapan SBY
Pria yang disebut-sebut berinisial ES
yang pernah dikemukakan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano
Norman, pelaku penyadapan ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
ketika melakukan kunjungan kerja di London tahun 2009 lalu, diduga
adalah Edward Snowden.
Setelah penelusuran lebih jauh, Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman, mensinyalir nama Edward
itu sebagai pembocor informasi dan penyadapan tersebut. Edward Snowden
sudah diketahui publik sejak muncul pemberitaan yang menyebut mata-mata
Inggris telah menyadap pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
delegasi saat menghadiri kegiatan G20 di London tahun 2009 lalu. Ia
diduga sebagai salah satu agen yang membocorkan rahasia itu.
“Itu sudah jelas. Kan kita juga punya
agen kita di Inggris, dari agen kita yang di Inggris kita tahu. Kemudian
agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,”
ujar Kepala BIN Letjen Marciano Norman di Kantor Presiden, Jalan Medan
Merdeka UtaraJakarta, Jumat, (2/8).
Menurut Marciano, Snowden adalah anggota
dari National Security Agent (NSA). Akibat membocorkan sejumlah
rahasia, Snowden kini tengah dikejar oleh pemerintah Amerika. Snowden
sudah mendapatkan suaka selama setahun dari Rusia. “Orang yang dalam
posisi seperti itu jangan terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan
punya kepentingan untuk mengacaukan itu,” ujarnya. Apalagi, ia
menambahkan, Snowden merasa sakit hati kepada Amerika Serikat yang
menjadi negara kunci dalam pertemuan itu.
“Dia membocorkan Amerika begini, Amerika begitu, dengan harapan
seluruh peserta G20 langsung melakukan protes keras bahwa Amerika telah
melakukan penyadapan,” ucap Marciano.Munculnya nama Edward Snowden, kata Marciano, berdasarkan informasi yang dihimpun BIN. “Kita juga punya agen kita di Inggris. Dari agen kita yang di Inggris, kemudian agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,” pungkasnya.
“Oh itu informasi yang jelas, itu jelas. Kalau Anda mengikuti sejak pemberitaannya 17 Juni dari The Guardian di Inggris, itu sudah jelas, sudah pasti itu,” jelasnya.
BIN, kata Marciano, masih akan terus
mendalami sejumlah informasi yang disampaikan dalam penyadapan itu.
Namun, ia enggan memaparkan lebih jauh karena tidak sepenuhnya percaya
pada pernyataan Edward Snowden di media massa asing.
Sementara, Mantan Kepala Badan
Koordinasi Intelijen Negara Letjen Purn HM Soedibyo, mendesak pemerintah
segera meminta klarifikasi atas penyadapan yang dilakukan intelijen AS
dan Inggris kepada Presiden SBY.
Pemerintah dalam hal ini bisa meminta Badan Intelijen Negara (BIN), untuk melakukan klarifikasi ke CIA.
“CIA dapat mengatakan penyadapan yang
dilakukan Snowden terhadap beberapa kepala negara Asia adalah
inisiatifnya sendiri, bukan perintah Direktur CIA,” kata Soedibyo dalam
keterangan pers yang diterima Nusa Raya, Kamis (1/8/2013).
Makanya, lanjut Soedibyo, bila
disebutkan whistleblower informasi tersebut adalah Edward Snowden, ada
kemungkinan isu penyadapan dalam rangka pengkhianatan maksimal kepada AS
oleh mantan anggota CIA yang sekarang berlindung di Rusia.
“Sampai sekarang belum disebutkan apa motif pengkhianatan Edward Snowden kepada CIA,” ujarnya.
Tapi, kata Soedibyo ada kemungkinan isu
penyadapan ini justru rekayasa CIA dalam rangka memburu dan menghabisi
nyawa Snowden dengan menciptakan kebencian. Karena, jelas Edward Snowden
terlibat dalam aksi penyadapan tersebut.
Soedibyo memaparkan, penyadapan sangat
mungkin dilakukan secara teknologis. Karena itu, dalam perkembangan
teknologi yang pesat seperti sekarang, pencurian informasi dari pihak
lawan sangat terbuka dilakukan oleh negara-negara super maju seperti AS
dan Inggris.
Kalau penyadapan dilakukan, Pemerintah
AS dan Inggris kerap mengatakan dinas intelijen beroperasi secara
independen di luar kontrol.
Itu karena watak AS dan Inggris sebagai imperialis, tidak bisa dipercaya dan sikapnya sebagai manipulator tidak berubah.
“Karena, ternyata pemerintah menggunakan informasi curian tersebut,” cetusnya.
Risalah Terkait:
BIN:
Snowden Terlibat Penyadapan SBY
Pria yang disebut-sebut berinisial ES yang pernah
dikemukakan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman, pelaku
penyadapan ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika melakukan
kunjungan kerja di London
tahun 2009 lalu, diduga adalah Edward Snowden.
Setelah penelusuran lebih jauh, Kepala Badan
Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman, mensinyalir nama Edward itu sebagai
pembocor informasi dan penyadapan tersebut. Edward Snowden sudah diketahui
publik sejak muncul pemberitaan yang menyebut mata-mata Inggris telah menyadap
pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan delegasi saat menghadiri
kegiatan G20 di London tahun 2009 lalu. Ia diduga sebagai salah satu agen yang
membocorkan rahasia itu.
“Itu sudah jelas. Kan kita juga punya agen kita di Inggris,
dari agen kita yang di Inggris kita tahu. Kemudian agen kita yang di Australia juga
ada sampai pemberitaan itu diangkat,” ujar Kepala BIN Letjen Marciano Norman di
Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka UtaraJakarta, Jumat, (2/8).
Menurut Marciano, Snowden adalah anggota dari
National Security Agent (NSA). Akibat membocorkan sejumlah rahasia, Snowden
kini tengah dikejar oleh pemerintah Amerika. Snowden sudah mendapatkan suaka
selama setahun dari Rusia. “Orang yang dalam posisi seperti itu jangan
terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan
punya kepentingan untuk mengacaukan itu,” ujarnya. Apalagi, ia menambahkan,
Snowden merasa sakit hati kepada Amerika Serikat yang menjadi negara kunci
dalam pertemuan itu.
“Dia membocorkan Amerika begini, Amerika begitu,
dengan harapan seluruh peserta G20 langsung melakukan protes keras bahwa
Amerika telah melakukan penyadapan,” ucap Marciano.
Munculnya nama Edward Snowden, kata Marciano,
berdasarkan informasi yang dihimpun BIN. “Kita juga punya agen kita di Inggris.
Dari agen kita yang di Inggris, kemudian agen kita yang di Australia juga
ada sampai pemberitaan itu diangkat,” pungkasnya.
“Oh itu informasi yang jelas, itu jelas. Kalau
Anda mengikuti sejak pemberitaannya 17 Juni dari The Guardian di Inggris, itu
sudah jelas, sudah pasti itu,” jelasnya.
BIN, kata Marciano, masih akan terus mendalami
sejumlah informasi yang disampaikan dalam penyadapan itu. Namun, ia enggan
memaparkan lebih jauh karena tidak sepenuhnya percaya pada pernyataan Edward
Snowden di media massa
asing.
Sementara, Mantan Kepala Badan Koordinasi
Intelijen Negara Letjen Purn HM Soedibyo, mendesak pemerintah segera meminta
klarifikasi atas penyadapan yang dilakukan intelijen AS dan Inggris kepada
Presiden SBY.
Pemerintah dalam hal ini bisa meminta Badan
Intelijen Negara (BIN), untuk melakukan klarifikasi ke CIA.
“CIA dapat mengatakan penyadapan yang dilakukan
Snowden terhadap beberapa kepala negara Asia
adalah inisiatifnya sendiri, bukan perintah Direktur CIA,” kata Soedibyo dalam
keterangan pers yang diterima Nusa Raya, Kamis (1/8/2013).
Makanya, lanjut Soedibyo, bila disebutkan
whistleblower informasi tersebut adalah Edward Snowden, ada kemungkinan isu
penyadapan dalam rangka pengkhianatan maksimal kepada AS oleh mantan anggota
CIA yang sekarang berlindung di Rusia.
“Sampai sekarang belum disebutkan apa motif
pengkhianatan Edward Snowden kepada CIA,” ujarnya.
Tapi, kata Soedibyo ada kemungkinan isu
penyadapan ini justru rekayasa CIA dalam rangka memburu dan menghabisi nyawa Snowden
dengan menciptakan kebencian. Karena, jelas Edward Snowden terlibat dalam aksi
penyadapan tersebut.
Soedibyo memaparkan, penyadapan sangat mungkin
dilakukan secara teknologis. Karena itu, dalam perkembangan teknologi yang
pesat seperti sekarang, pencurian informasi dari pihak lawan sangat terbuka
dilakukan oleh negara-negara super maju seperti AS dan Inggris.
Kalau penyadapan dilakukan, Pemerintah AS
dan Inggris kerap mengatakan dinas intelijen beroperasi secara independen di
luar kontrol.
Itu karena watak AS dan Inggris sebagai
imperialis, tidak bisa dipercaya dan sikapnya sebagai manipulator tidak
berubah.
“Karena, ternyata pemerintah menggunakan
informasi curian tersebut,” cetusnya.
Risalah Terkait:
- PRISM, Skandal Penyadapan Intelijen Terbesar
- BIN Telusuri Isu Penyadapan Intelijen Inggris
- Suaka Edward Snowden, Hubungan Kremlin-Gedung Putih Memburuk
-
See more at:
http://tabloidnusaraya.com/bin-snowden-terlibat-penyadapan-sby/#sthash.v5xduv2o.dpuf
BIN: Snowden Terlibat Penyadapan SBY
Pria yang disebut-sebut berinisial ES
yang pernah dikemukakan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano
Norman, pelaku penyadapan ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
ketika melakukan kunjungan kerja di London tahun 2009 lalu, diduga
adalah Edward Snowden.
Setelah penelusuran lebih jauh, Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman, mensinyalir nama Edward
itu sebagai pembocor informasi dan penyadapan tersebut. Edward Snowden
sudah diketahui publik sejak muncul pemberitaan yang menyebut mata-mata
Inggris telah menyadap pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
delegasi saat menghadiri kegiatan G20 di London tahun 2009 lalu. Ia
diduga sebagai salah satu agen yang membocorkan rahasia itu.
“Itu sudah jelas. Kan kita juga punya
agen kita di Inggris, dari agen kita yang di Inggris kita tahu. Kemudian
agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,”
ujar Kepala BIN Letjen Marciano Norman di Kantor Presiden, Jalan Medan
Merdeka UtaraJakarta, Jumat, (2/8).
Menurut Marciano, Snowden adalah anggota
dari National Security Agent (NSA). Akibat membocorkan sejumlah
rahasia, Snowden kini tengah dikejar oleh pemerintah Amerika. Snowden
sudah mendapatkan suaka selama setahun dari Rusia. “Orang yang dalam
posisi seperti itu jangan terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan
punya kepentingan untuk mengacaukan itu,” ujarnya. Apalagi, ia
menambahkan, Snowden merasa sakit hati kepada Amerika Serikat yang
menjadi negara kunci dalam pertemuan itu.
“Dia membocorkan Amerika begini, Amerika begitu, dengan harapan
seluruh peserta G20 langsung melakukan protes keras bahwa Amerika telah
melakukan penyadapan,” ucap Marciano.Munculnya nama Edward Snowden, kata Marciano, berdasarkan informasi yang dihimpun BIN. “Kita juga punya agen kita di Inggris. Dari agen kita yang di Inggris, kemudian agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,” pungkasnya.
“Oh itu informasi yang jelas, itu jelas. Kalau Anda mengikuti sejak pemberitaannya 17 Juni dari The Guardian di Inggris, itu sudah jelas, sudah pasti itu,” jelasnya.
BIN, kata Marciano, masih akan terus
mendalami sejumlah informasi yang disampaikan dalam penyadapan itu.
Namun, ia enggan memaparkan lebih jauh karena tidak sepenuhnya percaya
pada pernyataan Edward Snowden di media massa asing.
Sementara, Mantan Kepala Badan
Koordinasi Intelijen Negara Letjen Purn HM Soedibyo, mendesak pemerintah
segera meminta klarifikasi atas penyadapan yang dilakukan intelijen AS
dan Inggris kepada Presiden SBY.
Pemerintah dalam hal ini bisa meminta Badan Intelijen Negara (BIN), untuk melakukan klarifikasi ke CIA.
“CIA dapat mengatakan penyadapan yang
dilakukan Snowden terhadap beberapa kepala negara Asia adalah
inisiatifnya sendiri, bukan perintah Direktur CIA,” kata Soedibyo dalam
keterangan pers yang diterima Nusa Raya, Kamis (1/8/2013).
Makanya, lanjut Soedibyo, bila
disebutkan whistleblower informasi tersebut adalah Edward Snowden, ada
kemungkinan isu penyadapan dalam rangka pengkhianatan maksimal kepada AS
oleh mantan anggota CIA yang sekarang berlindung di Rusia.
“Sampai sekarang belum disebutkan apa motif pengkhianatan Edward Snowden kepada CIA,” ujarnya.
Tapi, kata Soedibyo ada kemungkinan isu
penyadapan ini justru rekayasa CIA dalam rangka memburu dan menghabisi
nyawa Snowden dengan menciptakan kebencian. Karena, jelas Edward Snowden
terlibat dalam aksi penyadapan tersebut.
Soedibyo memaparkan, penyadapan sangat
mungkin dilakukan secara teknologis. Karena itu, dalam perkembangan
teknologi yang pesat seperti sekarang, pencurian informasi dari pihak
lawan sangat terbuka dilakukan oleh negara-negara super maju seperti AS
dan Inggris.
Kalau penyadapan dilakukan, Pemerintah
AS dan Inggris kerap mengatakan dinas intelijen beroperasi secara
independen di luar kontrol.
Itu karena watak AS dan Inggris sebagai imperialis, tidak bisa dipercaya dan sikapnya sebagai manipulator tidak berubah.
“Karena, ternyata pemerintah menggunakan informasi curian tersebut,” cetusnya.
Risalah Terkait:
Telepon 35 Kepala Negara Disadap AS
Intelijen Amerika Kewalahan Atasi Kebocoran Data
Kategori berita:AnekaArtikel dimuat pada: 26 Oct 2013, 00:31:00 WIB
http://www.analisadaily.com/news/57852/telepon-35-kepala-negara-disadap-as
(Int)
BADAN
Keamanan Nasional AS (NSA)
ternyata menyadap pembicaraan telepon 35 kepala negara di dunia.
Nomor-nomor orang penting itu termasuk dalam 200 nomor telepon yang
diberikan seorang pejabat tinggi dari sebuah departemen lain ke NSA.
Demikian diungkap The Guardian mengutip Edward Snowden, Kamis,
(24/10). Laporan eksklusif itu mengungkapkan bahwa NSA meminta beberapa
pejabat di sejumlah departemen, termasuk Gedung Putih, Departemen Luar
Negeri dan Departemen Pertahanan Pentagon untuk ‘berbagi’ nomor telepon
penting dalam ‘Rolodexes’, kartu indeks penyimpan telepon yang sering
digunakan di perkantoran. Dengan begitu, NSA dapat memasukkan
nomor-nomor penting itu ke dalam sistem pengintaiannya.
Permintaan NSA bertanggal Oktober 2006 itu antara lain ditembuskan ke
Direktorat Sinyal Intelijen (SID). Dan sengaja diberi judul agar SID
ikut berperan. “Pelanggan bisa membantu SID mendapatkan nomor telepon
yang jadi target”.
Lalu memo itu memberi contoh bahwa dalam kasus belakangan ini,
seorang pejabat tinggi memberi NSA 200 telepon termasuk 35 telepon
kepala negara. “Nomor-nomor itu memberikan informasi tambahan bagi 43
nomor telepon yang telah dimiliki.”
Namun, memo itu mengungkapkan bahwa penyadapan terhadap ke-35 kepala
negara itu tidak banyak bermanfaat bagi laporan intelijen AS. Memo
mengejutkan itu dikirim pada saat pemerintahan kedua Presiden George W.
Bush. Sewaktu Condoleezza Rice menjadi menteri luar negeri dan saat-saat
terakhir Donald Rumsfeld menjadi menteri pertahanan.
Saat dikonfirmasi The Guardian, pemerintahan Obama menolak memberi
tanggapan. Namun sekretaris pers Gedung Putih Jay Carney menjelaskan
pada media bahwa “Pengungkapan kasus NSA itu jelas menyebabkan hubungan
kami dengan negara-negara lain menjadi tegang,” kata Carney. “Kami akan
menggunakan jalur diplomatik saja,” imbuhnya.
Kewalahan
Kebocoran data tersebut membuat intelijen AS kewalahan untuk
mengatasinya. Pembocoran dokumen rahasia NSA yang dilakukan karyawan
kontrak (Edward Snowden) dan kawat diplomatik oleh seorang anggota
Angkatan Darat AS membuat pemerintah AS berencana memasang peranti lunak
komputer yang bisa memampatkan kebocoran data.
Menyusul pengungkapan kebocoran oleh situs WikiLeaks terhadap ratusan
ribu kawat diplomatik rahasia serta dokumen-dokumen lainnya oleh
Bradley Manning, Gedung Putih pada tahun 2010 memerintahkan badan-badan
intelijen AS memasang program yang mampu menangkal “ancaman dari dalam”.
Kongres AS menulis permintaan Gedung Putih itu menjadi undang-undang pada 2011, tulis Reuters, Kamis (24/10).
Namun badan-badan intelijen AS seperti NSA, FBI dan CIA gagal
memenuhi tenggat waktu mendapat peranti lunak dimaksud pada 1 Oktober,
yang berarti pengadaan peranti lunak bakal molor-molor lagi.
Tanggal 1 Oktober adalah tenggat waktu disetujuinya anggaran pemerintah federal yang berlaku sampai Januari mendatang.
Para pejabat yang bertanggung jawab memperketat keamanan data
mengatakan, peranti lunak pendeteksi ancaman yang dapat mencatat
kejadian penggunduhan data atau pembobolan data, sangat mahal harganya. (ic/bh)
Sudah 10 Tahun AS Menyadap Telepon Merkel
Minggu, 27 Oktober 2013 09:43 wib
Kanselir Jerman Angela Merkel. (Foto: Reuters)
http://international.okezone.com/read/2013/10/27/414/887534/sudah-10-tahun-as-menyadap-telepon-merkel
BERLIN - Amerika Serikat (AS) diperkirakan
telah menyadap telepon Kanselir Jerman Angela Merkel lebih dari 10
tahun. Demikian terungkap berdasarkan laporan yang dikeluarkan pada
Sabtu waktu setempat.
Dilansir dari Reuters, Minggu (27/10/2013), dalam laporan tersebut juga menyebutkan, Presiden Barack Obama mengatakan kepada kepala negara Jerman jika dia bisa saja menghentikannya jika saja dia mengetahuinya.
Diketahui, pemimpin Jerman itu berang begitu mengetahui pembicaraannya melalui telepon disadap pihak AS. Penyadapan yang dilakukan National Security Agency (NSA) tak ayal membuat hubungan kedua negara sedikit bersitegang.
Sebuah majalah Jerman, Der Spiegel, mengulas telepon selular Merkel masuk dalam daftar NSA's Special Collection Service (SCS) sejak 2002. Di mana daftar tersebut ditandai dengan kode "Kanselir GE Merkel", dan tetap berada dalam daftar seminggu sebelum Obama mengunjungi Berlin pada Juni 2013.
Dalam dokumen SCS, yang dikutip majalah tersebut, lembaga itu mengatakan bahwa "memata-mati tidak terdaftar secara legal" di kedutaan AS di Berlin, sebuah penemuan yang bisa mendorong buruknya hubungan antara negeri Adidaya itu dengan pemerintah dari negara lain.
Dari sanalah, staf NSA dan CIA memulai menyadap komunikasi Pemerintah Jerman di distrik pemerinthan Berlin dengan menggunakan teknologi canggih.
Mengutip sebuah dokumen rahasia pada 2010, Der Spiegel mengungkapkan beberapa "cabang" terkait agen penyadapan tersebar di 80 lokasi di seluruh dunia, termasuk Paris, Madrid, Roma, Prague, Jenewa, dan Frankfurt.
Kendati demikian, majalah tersebut juga menambahkan, tidak diungkapkan secara pasti apakah SCS telah merekam percakapan itu atau hanya sekadar mengambil data saja. (ade)
Dilansir dari Reuters, Minggu (27/10/2013), dalam laporan tersebut juga menyebutkan, Presiden Barack Obama mengatakan kepada kepala negara Jerman jika dia bisa saja menghentikannya jika saja dia mengetahuinya.
Diketahui, pemimpin Jerman itu berang begitu mengetahui pembicaraannya melalui telepon disadap pihak AS. Penyadapan yang dilakukan National Security Agency (NSA) tak ayal membuat hubungan kedua negara sedikit bersitegang.
Sebuah majalah Jerman, Der Spiegel, mengulas telepon selular Merkel masuk dalam daftar NSA's Special Collection Service (SCS) sejak 2002. Di mana daftar tersebut ditandai dengan kode "Kanselir GE Merkel", dan tetap berada dalam daftar seminggu sebelum Obama mengunjungi Berlin pada Juni 2013.
Dalam dokumen SCS, yang dikutip majalah tersebut, lembaga itu mengatakan bahwa "memata-mati tidak terdaftar secara legal" di kedutaan AS di Berlin, sebuah penemuan yang bisa mendorong buruknya hubungan antara negeri Adidaya itu dengan pemerintah dari negara lain.
Dari sanalah, staf NSA dan CIA memulai menyadap komunikasi Pemerintah Jerman di distrik pemerinthan Berlin dengan menggunakan teknologi canggih.
Mengutip sebuah dokumen rahasia pada 2010, Der Spiegel mengungkapkan beberapa "cabang" terkait agen penyadapan tersebar di 80 lokasi di seluruh dunia, termasuk Paris, Madrid, Roma, Prague, Jenewa, dan Frankfurt.
Kendati demikian, majalah tersebut juga menambahkan, tidak diungkapkan secara pasti apakah SCS telah merekam percakapan itu atau hanya sekadar mengambil data saja. (ade)
Berita Terkait: Program Intelijen AS Bocor
- Jerman Kirim Pejabat Intelijen Senior ke AS
- Sadap Telepon, Obama Minta Maaf ke Kanselir Jerman
- Disadap AS, Petinggi Eropa Adukan ke PBB
- Disadap AS, Ini Tanggapan Para Kepala Negara
- Selain Merkel, AS Juga Mata-matai 35 Kepala Negara
- Kanselir Jerman Masih Kesal dengan Penyadapan AS
- Diguncang Kasus Penyadapan, AS-Jerman Tetap Bersekutu
- Mantan Agen CIA: Penyadapan Kanselir Jerman Hal Wajar
- Intelijen AS Sadap Miliaran Telefon di Timur Tengah
- More News...
Sadap Telepon, Obama Minta Maaf ke Kanselir Jerman
Minggu, 27 Oktober 2013 10:41 wib
Presiden AS Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel. (Foto: Sky News)
http://international.okezone.com/read/2013/10/27/414/887547/sadap-telepon-obama-minta-maaf-ke-kanselir-jerman
BERLIN - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack
Obama meminta maaf kepada Kanselir Jerman Angela Merkel ketika Merkel
memanggilnya untuk meminta penjelasan tentang masalah penyadapan telepon
selularnya.
Sebuah majalah di Jerman, Der Spiegel, mengutip sebuah sumber di kantor Merkel, menulis Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung mengatakan bahwa Obama tidak mengetahui hal ini, dirinya pun kebingungan.
Juru bicara Merkel dan pihak Gedung Putih menolak berkomentar. "Kami tidak akan mengomentari rincian diskusi diplomatik kami," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, Caitlin Hayden, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (27/10/2013).
Keretakan hubungan kedua negara ini bermula pada awal tahun ini. Di mana pihak AS dilaporkan telah menyadap kantor Uni Eropa dan menguping setengah miliar panggilan telepon, email, dan pesan teks di Jerman pada bulan tertentu.
Jerman akan mengirim kepala intelijen ke Washington sekira pekan depan untuk mencari jawaban mengenai dugaan penyadapan telepon Merkel.
Obama lalu memerintahkan untuk meninjau program pengawasan AS setelah mantan kontraktor NSA Edward Snowden membocorkan dokumen yang mengangkat ketegangan antara AS dan luar negeri. (ade)
Sebuah majalah di Jerman, Der Spiegel, mengutip sebuah sumber di kantor Merkel, menulis Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung mengatakan bahwa Obama tidak mengetahui hal ini, dirinya pun kebingungan.
Juru bicara Merkel dan pihak Gedung Putih menolak berkomentar. "Kami tidak akan mengomentari rincian diskusi diplomatik kami," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, Caitlin Hayden, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (27/10/2013).
Keretakan hubungan kedua negara ini bermula pada awal tahun ini. Di mana pihak AS dilaporkan telah menyadap kantor Uni Eropa dan menguping setengah miliar panggilan telepon, email, dan pesan teks di Jerman pada bulan tertentu.
Jerman akan mengirim kepala intelijen ke Washington sekira pekan depan untuk mencari jawaban mengenai dugaan penyadapan telepon Merkel.
Obama lalu memerintahkan untuk meninjau program pengawasan AS setelah mantan kontraktor NSA Edward Snowden membocorkan dokumen yang mengangkat ketegangan antara AS dan luar negeri. (ade)
Berita Terkait: Program Intelijen AS Bocor
- Jerman Kirim Pejabat Intelijen Senior ke AS
- Sudah 10 Tahun AS Menyadap Telepon Merkel
- Disadap AS, Petinggi Eropa Adukan ke PBB
- Disadap AS, Ini Tanggapan Para Kepala Negara
- Selain Merkel, AS Juga Mata-matai 35 Kepala Negara
- Kanselir Jerman Masih Kesal dengan Penyadapan AS
- Diguncang Kasus Penyadapan, AS-Jerman Tetap Bersekutu
- Mantan Agen CIA: Penyadapan Kanselir Jerman Hal Wajar
- Intelijen AS Sadap Miliaran Telefon di Timur Tengah
- More News...
BIN: Snowden Terlibat Penyadapan SBY
Pria yang disebut-sebut berinisial ES
yang pernah dikemukakan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano
Norman, pelaku penyadapan ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
ketika melakukan kunjungan kerja di London tahun 2009 lalu, diduga
adalah Edward Snowden.
Setelah penelusuran lebih jauh, Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman, mensinyalir nama Edward
itu sebagai pembocor informasi dan penyadapan tersebut. Edward Snowden
sudah diketahui publik sejak muncul pemberitaan yang menyebut mata-mata
Inggris telah menyadap pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
delegasi saat menghadiri kegiatan G20 di London tahun 2009 lalu. Ia
diduga sebagai salah satu agen yang membocorkan rahasia itu.
“Itu sudah jelas. Kan kita juga punya
agen kita di Inggris, dari agen kita yang di Inggris kita tahu. Kemudian
agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,”
ujar Kepala BIN Letjen Marciano Norman di Kantor Presiden, Jalan Medan
Merdeka UtaraJakarta, Jumat, (2/8).
Menurut Marciano, Snowden adalah anggota
dari National Security Agent (NSA). Akibat membocorkan sejumlah
rahasia, Snowden kini tengah dikejar oleh pemerintah Amerika. Snowden
sudah mendapatkan suaka selama setahun dari Rusia. “Orang yang dalam
posisi seperti itu jangan terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan
punya kepentingan untuk mengacaukan itu,” ujarnya. Apalagi, ia
menambahkan, Snowden merasa sakit hati kepada Amerika Serikat yang
menjadi negara kunci dalam pertemuan itu.
“Dia membocorkan Amerika begini, Amerika begitu, dengan harapan
seluruh peserta G20 langsung melakukan protes keras bahwa Amerika telah
melakukan penyadapan,” ucap Marciano.Munculnya nama Edward Snowden, kata Marciano, berdasarkan informasi yang dihimpun BIN. “Kita juga punya agen kita di Inggris. Dari agen kita yang di Inggris, kemudian agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,” pungkasnya.
“Oh itu informasi yang jelas, itu jelas. Kalau Anda mengikuti sejak pemberitaannya 17 Juni dari The Guardian di Inggris, itu sudah jelas, sudah pasti itu,” jelasnya.
BIN, kata Marciano, masih akan terus
mendalami sejumlah informasi yang disampaikan dalam penyadapan itu.
Namun, ia enggan memaparkan lebih jauh karena tidak sepenuhnya percaya
pada pernyataan Edward Snowden di media massa asing.
Sementara, Mantan Kepala Badan
Koordinasi Intelijen Negara Letjen Purn HM Soedibyo, mendesak pemerintah
segera meminta klarifikasi atas penyadapan yang dilakukan intelijen AS
dan Inggris kepada Presiden SBY.
Pemerintah dalam hal ini bisa meminta Badan Intelijen Negara (BIN), untuk melakukan klarifikasi ke CIA.
“CIA dapat mengatakan penyadapan yang
dilakukan Snowden terhadap beberapa kepala negara Asia adalah
inisiatifnya sendiri, bukan perintah Direktur CIA,” kata Soedibyo dalam
keterangan pers yang diterima Nusa Raya, Kamis (1/8/2013).
Makanya, lanjut Soedibyo, bila
disebutkan whistleblower informasi tersebut adalah Edward Snowden, ada
kemungkinan isu penyadapan dalam rangka pengkhianatan maksimal kepada AS
oleh mantan anggota CIA yang sekarang berlindung di Rusia.
“Sampai sekarang belum disebutkan apa motif pengkhianatan Edward Snowden kepada CIA,” ujarnya.
Tapi, kata Soedibyo ada kemungkinan isu
penyadapan ini justru rekayasa CIA dalam rangka memburu dan menghabisi
nyawa Snowden dengan menciptakan kebencian. Karena, jelas Edward Snowden
terlibat dalam aksi penyadapan tersebut.
Soedibyo memaparkan, penyadapan sangat
mungkin dilakukan secara teknologis. Karena itu, dalam perkembangan
teknologi yang pesat seperti sekarang, pencurian informasi dari pihak
lawan sangat terbuka dilakukan oleh negara-negara super maju seperti AS
dan Inggris.
Kalau penyadapan dilakukan, Pemerintah
AS dan Inggris kerap mengatakan dinas intelijen beroperasi secara
independen di luar kontrol.
Itu karena watak AS dan Inggris sebagai imperialis, tidak bisa dipercaya dan sikapnya sebagai manipulator tidak berubah.
“Karena, ternyata pemerintah menggunakan informasi curian tersebut,” cetusnya.
Risalah Terkait:
BIN: Snowden Terlibat Penyadapan SBY
Pria yang disebut-sebut berinisial ES
yang pernah dikemukakan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano
Norman, pelaku penyadapan ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
ketika melakukan kunjungan kerja di London tahun 2009 lalu, diduga
adalah Edward Snowden.
Setelah penelusuran lebih jauh, Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman, mensinyalir nama Edward
itu sebagai pembocor informasi dan penyadapan tersebut. Edward Snowden
sudah diketahui publik sejak muncul pemberitaan yang menyebut mata-mata
Inggris telah menyadap pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
delegasi saat menghadiri kegiatan G20 di London tahun 2009 lalu. Ia
diduga sebagai salah satu agen yang membocorkan rahasia itu.
“Itu sudah jelas. Kan kita juga punya
agen kita di Inggris, dari agen kita yang di Inggris kita tahu. Kemudian
agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,”
ujar Kepala BIN Letjen Marciano Norman di Kantor Presiden, Jalan Medan
Merdeka UtaraJakarta, Jumat, (2/8).
Menurut Marciano, Snowden adalah anggota
dari National Security Agent (NSA). Akibat membocorkan sejumlah
rahasia, Snowden kini tengah dikejar oleh pemerintah Amerika. Snowden
sudah mendapatkan suaka selama setahun dari Rusia. “Orang yang dalam
posisi seperti itu jangan terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan
punya kepentingan untuk mengacaukan itu,” ujarnya. Apalagi, ia
menambahkan, Snowden merasa sakit hati kepada Amerika Serikat yang
menjadi negara kunci dalam pertemuan itu.
“Dia membocorkan Amerika begini, Amerika begitu, dengan harapan
seluruh peserta G20 langsung melakukan protes keras bahwa Amerika telah
melakukan penyadapan,” ucap Marciano.Munculnya nama Edward Snowden, kata Marciano, berdasarkan informasi yang dihimpun BIN. “Kita juga punya agen kita di Inggris. Dari agen kita yang di Inggris, kemudian agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat,” pungkasnya.
“Oh itu informasi yang jelas, itu jelas. Kalau Anda mengikuti sejak pemberitaannya 17 Juni dari The Guardian di Inggris, itu sudah jelas, sudah pasti itu,” jelasnya.
BIN, kata Marciano, masih akan terus
mendalami sejumlah informasi yang disampaikan dalam penyadapan itu.
Namun, ia enggan memaparkan lebih jauh karena tidak sepenuhnya percaya
pada pernyataan Edward Snowden di media massa asing.
Sementara, Mantan Kepala Badan
Koordinasi Intelijen Negara Letjen Purn HM Soedibyo, mendesak pemerintah
segera meminta klarifikasi atas penyadapan yang dilakukan intelijen AS
dan Inggris kepada Presiden SBY.
Pemerintah dalam hal ini bisa meminta Badan Intelijen Negara (BIN), untuk melakukan klarifikasi ke CIA.
“CIA dapat mengatakan penyadapan yang
dilakukan Snowden terhadap beberapa kepala negara Asia adalah
inisiatifnya sendiri, bukan perintah Direktur CIA,” kata Soedibyo dalam
keterangan pers yang diterima Nusa Raya, Kamis (1/8/2013).
Makanya, lanjut Soedibyo, bila
disebutkan whistleblower informasi tersebut adalah Edward Snowden, ada
kemungkinan isu penyadapan dalam rangka pengkhianatan maksimal kepada AS
oleh mantan anggota CIA yang sekarang berlindung di Rusia.
“Sampai sekarang belum disebutkan apa motif pengkhianatan Edward Snowden kepada CIA,” ujarnya.
Tapi, kata Soedibyo ada kemungkinan isu
penyadapan ini justru rekayasa CIA dalam rangka memburu dan menghabisi
nyawa Snowden dengan menciptakan kebencian. Karena, jelas Edward Snowden
terlibat dalam aksi penyadapan tersebut.
Soedibyo memaparkan, penyadapan sangat
mungkin dilakukan secara teknologis. Karena itu, dalam perkembangan
teknologi yang pesat seperti sekarang, pencurian informasi dari pihak
lawan sangat terbuka dilakukan oleh negara-negara super maju seperti AS
dan Inggris.
Kalau penyadapan dilakukan, Pemerintah
AS dan Inggris kerap mengatakan dinas intelijen beroperasi secara
independen di luar kontrol.
Itu karena watak AS dan Inggris sebagai imperialis, tidak bisa dipercaya dan sikapnya sebagai manipulator tidak berubah.
“Karena, ternyata pemerintah menggunakan informasi curian tersebut,” cetusnya.
Risalah Terkait:
Intelijen AS Sadap Miliaran Telefon di Timur Tengah
Kamis, 24 Oktober 2013 13:01 wib
Presiden AS Barack Obama (Foto: AP)
WASHINGTON – Korban penyadapan Amerika Serikat
(AS) terus bertambah. Intelijen AS dituduh menyadap miliaran panggilan
telefon di Timur Tengah.
Seperti dilansir Yahoo News, Kamis (24/10/2013), aksi penyadapan AS di Timur Tengah diungkap situs internet Cryptome. Intelijen AS tercatat menyadap sebanyak 124,8 milyar panggilan telefon di Timur Tengah pada Januari 2013.
Jumlah penyadapan terbanyak terjadi di Afghanistan dengan 21,98 milyar panggilan. Pakistan berada di posisi kedua dengan 12,76 panggilan. Penyadapan juga dilakukan AS di Irak, Arab Saudi, Mesir, Iran dan Yordania.
Cryptome merupakan situs internet yang serupa dengan Wikileaks. Situs tersebut dipakai untuk mengumpulkan dan mengungkap dokumen rahasia AS.
Kabar ini tentunya semakin memusingkan Negeri Paman Sam. Beberapa negara yang disebut Cryptome merupakan sekutu AS di kawasan Timur Tengah seperti Pakistan, Arab Saudi dan Yordania.
Sebelumnya, AS juga kedapatan menyadap panggilan telefon warga Prancis. Kabar ini diungkap surat kabar Le Monde yang mendapat dokumen rahasia AS dari Edward Snowden.
(ade)
Seperti dilansir Yahoo News, Kamis (24/10/2013), aksi penyadapan AS di Timur Tengah diungkap situs internet Cryptome. Intelijen AS tercatat menyadap sebanyak 124,8 milyar panggilan telefon di Timur Tengah pada Januari 2013.
Jumlah penyadapan terbanyak terjadi di Afghanistan dengan 21,98 milyar panggilan. Pakistan berada di posisi kedua dengan 12,76 panggilan. Penyadapan juga dilakukan AS di Irak, Arab Saudi, Mesir, Iran dan Yordania.
Cryptome merupakan situs internet yang serupa dengan Wikileaks. Situs tersebut dipakai untuk mengumpulkan dan mengungkap dokumen rahasia AS.
Kabar ini tentunya semakin memusingkan Negeri Paman Sam. Beberapa negara yang disebut Cryptome merupakan sekutu AS di kawasan Timur Tengah seperti Pakistan, Arab Saudi dan Yordania.
Sebelumnya, AS juga kedapatan menyadap panggilan telefon warga Prancis. Kabar ini diungkap surat kabar Le Monde yang mendapat dokumen rahasia AS dari Edward Snowden.
(ade)
Berita Terkait: Program Intelijen AS Bocor
- Jerman Kirim Pejabat Intelijen Senior ke AS
- Sadap Telepon, Obama Minta Maaf ke Kanselir Jerman
- Sudah 10 Tahun AS Menyadap Telepon Merkel
- Disadap AS, Petinggi Eropa Adukan ke PBB
- Disadap AS, Ini Tanggapan Para Kepala Negara
- Selain Merkel, AS Juga Mata-matai 35 Kepala Negara
- Kanselir Jerman Masih Kesal dengan Penyadapan AS
- Diguncang Kasus Penyadapan, AS-Jerman Tetap Bersekutu
- Mantan Agen CIA: Penyadapan Kanselir Jerman Hal Wajar
- More News...
Spanyol tuntut AS beritahu rincian data yang disadap
Esnoe Faqih Wardhana
Selasa, 29 Oktober 2013 − 00:23 WIB
Ilustrasi
Sindonews.com –
Spanyol menuntut rincian dari setiap data yang disadap Amerika Serikat
(AS), Senin (28/10/2013). Pemerintah Spanyol juga menyatakan, jika
terbukti benar, penyadapan telepon massal yang dilakukan AS di Spanyol
adalah hal yang “tidak pantas dan tidak dapat diterima".
Spanyol menyampaikan pesan itu pada Duta Besar AS untuk Spanyol, James Costos. Kementerian luar negeri Spanyol juga mengatakan telah menegaskan pada Costos keprihatinan Spanyol atas dugaan adanya program mata-mata NSA.
"Spanyol telah menyampaikan pada AS soal pentingnya menjaga iklim kepercayaan yang mengatur hubungan bilateral dan mengetahui skala praktik, yang jika benar, tidak tepat dan tidak dapat diterima antar negara yang menjadi mitra dan teman-teman," sebut pernyataan Kemenlu Spanyol, seperti dikutip dari AFP.
Wakil Spanyol untuk Uni Eropa, Inigo Mendez de Vigo, mendesak AS untuk mengungkapkan data-data yang telah dimata-matai oleh NSA. "Kami mendesak pemerintah AS untuk menyediakan semua informasi yang diperlukan tentang penyadapan di Spanyol," katanya.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Costos mengatakan, bahwa beberapa program keamanan memainkan "peran penting" dalam melindungi AS dan juga berperan dalam melindungi kepentingan sekutu. Namun, dia berjanji untuk bekerja diplomatis untuk mengatasi kekhawatiran Spanyol.
Spanyol menyampaikan pesan itu pada Duta Besar AS untuk Spanyol, James Costos. Kementerian luar negeri Spanyol juga mengatakan telah menegaskan pada Costos keprihatinan Spanyol atas dugaan adanya program mata-mata NSA.
"Spanyol telah menyampaikan pada AS soal pentingnya menjaga iklim kepercayaan yang mengatur hubungan bilateral dan mengetahui skala praktik, yang jika benar, tidak tepat dan tidak dapat diterima antar negara yang menjadi mitra dan teman-teman," sebut pernyataan Kemenlu Spanyol, seperti dikutip dari AFP.
Wakil Spanyol untuk Uni Eropa, Inigo Mendez de Vigo, mendesak AS untuk mengungkapkan data-data yang telah dimata-matai oleh NSA. "Kami mendesak pemerintah AS untuk menyediakan semua informasi yang diperlukan tentang penyadapan di Spanyol," katanya.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Costos mengatakan, bahwa beberapa program keamanan memainkan "peran penting" dalam melindungi AS dan juga berperan dalam melindungi kepentingan sekutu. Namun, dia berjanji untuk bekerja diplomatis untuk mengatasi kekhawatiran Spanyol.
NSA monitor 60 juta percakapan telepon di Spanyol
Yesi Syelvia
Senin, 28 Oktober 2013 − 17:27 WIB
(Istimewa)
http://international.sindonews.com/read/2013/10/28/41/799243/nsa-monitor-60-juta-percakapan-telepon-di-spanyol
Sindonews.com - Badan Keamanan
Nasional (NSA) telah memonitor 60 juta panggilan telepon di Spanyol
selama satu bulan pada tahun lalu. Demikian diberitakan, El Mundo,
harian Spanyol mengutip dokumen informasi yang dibocorkan oleh mantan
kontraktor NSA, Edward Snowden.
Menurut laporan yang ditulis Glenn Greenwald dan German Aranda dalam El Mundo, NSA telah 60 mengumpulkan nomor dan lokasi dari para penelepon dan penerima panggilan telepon di Spanyol, selama Desember 2012 lalu. Spanyol menjadi negara Eropa Barat ketiga yang menjadi pemberitaan besar setelah warga negaranya menjadi objek pengawan NSA.
Laporan pengintaian terbaru itu akan semakin mempertegang situasi internasional terkait dengan jangkauan kerja Badan Keamanan Nasional AS tersebut. Awal pekan ini, Perancis dan Jerman telah menuntut penjelasan dari pemerintah Amerika Serikat (AS) atas kegiatan penyadapan telepon yang dilakukan oleh NSA, terutama yang menimpa Kanselir Jerman Angela Merkel.
Presiden AS, Barack Obama, disebut-sebut Bild am Sonntag, media Jerman menurut kantor Kanselir Jerman, telah meminta maaf kepada Kanselir Jerman, Angela Merkel atas dugaan skandal penyadapan ponsel Merkel oleh NSA. Permintaan maaf terucap saat Obama melakukan percakapan telepon dengan Merkel, Rabu pekan lalu. Selain itu, Obama mengatakan, bahwa AS akan berhenti menyadap.
Sebelumnya, Bild am Sonntag, mengutip sumber-sumber intelijen AS yang mengungkapkan, bahwa pada tahun 2010 lalu, Kepala NSA, Keith Alexander telah memberitahu Presiden AS Barack Obama, bahwa NSA telah menyadapan ponsel terhadap Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang mungkin telah dimulai pada awal 2002. "Obama tidak menghentikan operasi ini, melainkan membiarkannya terus berjalan," surat laporan Bild am Sonntag, mengutip seorang pejabat tingkat tinggi NSA .
Menurut laporan yang ditulis Glenn Greenwald dan German Aranda dalam El Mundo, NSA telah 60 mengumpulkan nomor dan lokasi dari para penelepon dan penerima panggilan telepon di Spanyol, selama Desember 2012 lalu. Spanyol menjadi negara Eropa Barat ketiga yang menjadi pemberitaan besar setelah warga negaranya menjadi objek pengawan NSA.
Laporan pengintaian terbaru itu akan semakin mempertegang situasi internasional terkait dengan jangkauan kerja Badan Keamanan Nasional AS tersebut. Awal pekan ini, Perancis dan Jerman telah menuntut penjelasan dari pemerintah Amerika Serikat (AS) atas kegiatan penyadapan telepon yang dilakukan oleh NSA, terutama yang menimpa Kanselir Jerman Angela Merkel.
Presiden AS, Barack Obama, disebut-sebut Bild am Sonntag, media Jerman menurut kantor Kanselir Jerman, telah meminta maaf kepada Kanselir Jerman, Angela Merkel atas dugaan skandal penyadapan ponsel Merkel oleh NSA. Permintaan maaf terucap saat Obama melakukan percakapan telepon dengan Merkel, Rabu pekan lalu. Selain itu, Obama mengatakan, bahwa AS akan berhenti menyadap.
Sebelumnya, Bild am Sonntag, mengutip sumber-sumber intelijen AS yang mengungkapkan, bahwa pada tahun 2010 lalu, Kepala NSA, Keith Alexander telah memberitahu Presiden AS Barack Obama, bahwa NSA telah menyadapan ponsel terhadap Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang mungkin telah dimulai pada awal 2002. "Obama tidak menghentikan operasi ini, melainkan membiarkannya terus berjalan," surat laporan Bild am Sonntag, mengutip seorang pejabat tingkat tinggi NSA .
(esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar