Mana Mungkin Fadak adalah Sedekah????
August 23, 2013 at 9:07pm
Mana Mungkin Fadak adalah Sedekah????
by: syiahali
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/mana-mungkin-fadak-adalah-sedekah/500184320066238
baca disini:
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/fadak-di-dalam-kitab-kitab-sunni/500175623400441
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/ayatollah-khomeini-halal-shalati-jenazah-ahlussunnah-kecuali/500166903401313https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/video-sekitar-ahlul-bait-as-pada-ahlus-sunnah/500068680077802
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/ayatollah-khomeini-halal-shalati-jenazah-ahlussunnah-kecuali/500166903401313
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/tidak-shahih-abu-bakar-meminta-maaf-pada-sayyidah-fatimah-abu-bakar-tidak-pernah/499796076771729
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/puteri-nabi-itu-dimakamkan-secara-sembunyi-sembunyi/499279290156741
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/kesyahidan-fathimah-az-zahra-as/499239690160701
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/jangan-mencela-sahabat-rasulullah-jangan-kau-cela-sahabat-nabimu-/499323573485646
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/video-sunni-berdusta-tentang-sahabat-nabi/499773930107277
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/kesalahan-nashibi-perihal-idraaj-dalam-hadis-aisyah-berlafaz-qaala/499781400106530
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/benarkah-riwayat-sayyidah-fathimah-marah-kepada-abu-bakar-adalah-idraaj-az-zuhri/499783766772960
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/penggunaan-lafaz-qaala-dalam-hadis-aisyah/499788776772459
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/aisyah-dan-para-sahabat-mengaku-berbuat-bidah-dan-merubah-rubah-sunnah-sepeningg/499769856774351
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/syiah-mencela-sahabat-nabi-bisa-karena-terbiasa-syiah-mewajibkan-mencela-para-sa/499235860161084
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/syiah-mencela-sahabat-nabi-bisa-karena-terbiasa-syiah-mewajibkan-mencela-para-sa/499232903494713
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/syiah-mencela-sahabat-nabi-bisa-karena-terbiasa-syiah-mewajibkan-mencela-para-sa/499235860161084
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/kesyahidan-fathimah-az-zahra-as/499239690160701
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/penyerangan-rumah-fatimah-as-membuktikan-abubakar-cs-mustahil-dijamin-surga-akhi/497016753716328
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/benarkah-imam-ali-bin-abi-thalib-as-menamakan-putranya-abu-bakar-umar-dan-ustman/496668583751145
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/padahal-jenazah-rasulullah-masih-belum-dikuburkan/495233950561275
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/para-sahabat-besar-seperti-umar-abu-bakar-uthman-khalid-berbaiat-dibawah-pohon-d/493852314032772
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/al-quran-menjamin-surga-para-sahabat-yang-tidak-berbalik-ke-belakang-setelah-waf/493849774033026
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/sayyidina-abu-bakar-sayyidina-umar-membuat-keributan-dan-kegaduhan-di-hadapan-ra/493654350719235
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/hadis-abu-bakar-bahwa-para-nabi-tidak-mewariskan-jelas-bertentangan-dengan-al-qu/493441000740570
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/abubakar-memalsukan-hadis-ketika-menuduh-para-nabi-tidak-mewariskan-ini-menentan/479868925431111
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/sejarah-berdarah-kaum-wahabi-salafy-atas-kuburan-al-baqi-dan-penghancuran-situs-/485381771546493
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/mana-bukti-abu-bakar-umar-usman-amanah-justru-dalam-kitab-sunni-menyatakan-sebal/486257474792256
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/bukti-bukti-abu-bakarumar-bin-khattab-dan-utsman-bin-affan-inilah-yang-menjadi-h/485772831507387
Sayidah Fathimah Zahra tidak berkenan oleh penolakan Abu Bakar memberikan warisannya.
Mendengar hal ini Fathimah murka dan tidak berbicara hingga wafatnya kepada Abu Bakar. Fathimah hidup hanya enam bulan setelah ayahnya wafat. la. meminta Abu Bakar untuk memberikan bagian warisan yang Rasulullah tinggalkan untuknya di Khaibar dan di Madinah. Kesimpulannya akan kami sandarkan pada hadis berikut.
Fathimah marah (Bukhari menggunakan kata ‘murka’) hingga ia wafat dan memperlihatkan penderitaan dan kesengsaraannya setelah Nabi Muhammad wafat. Hal ini mengingatkan kami akan ucapannya yang suci, “Sekiranya ayahku masih hidup saat ini, dan melihat diriku menderita, siang hari akan berubah menjadi gelap.”
Berdasarkan riwayat di atas ia meminta warisannya berulangkali. Saudara Khalid menyatakan bahwa Sayidah Fathimah tidak pernah menuduh Abu Bakar berbuat salah.
Sebelum memberi tanggapan, kami akan menyebutkan hadis Bukhari lainnya.
Shahih Bukhari hadis 5.546 :
Fathimah hidup 6 bulan setelah Nabi Muhammad wafat. Ketika wafat, suaminya Ali memakamkannya di malam hari tanpa memberitahu Abu Bakar. la melakukan shalat jenazah sendiri….
Sejarahwan Thabari juga menulis Abi Shalih Dirari Abdurrazzaq bin Hummam dari Mamar dari Zuhri dari Urwah dari Aisyah berkata,
“Fathimah dan Abbas menemui Abu Bakar menuntut (bagian) warisan Rasulullah. Mereka menuntut atas hak tanah Fadak dan Khaibar. Abu Bakar berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah berkata, ‘Kami (para rasul) tidak mewariskan apapun. Semua yang kami tinggalkan adalah amal (sedekah), keluarga Nabi Muhammad akan mendapatkan darinya. Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan jalan yang telah dicontohkan Nabi, tetapi aku akan terus melakukannya!’ Fathimah berang dan tidak berbicara kepadanya hingga ia wafat. Ali memakamkannya di malam hari tanpa sepengetahuan Abu Bakar.”.
Berkaitan dengan hal ini, Ummu Ja’far, putri Muhammad bin Ja’far, meriwayatkan permintaan Fathimah kepada Asma binti Umais menjelang kematiannya,
“Bila aku mati, aku ingin engkau dan Ali yang memandikanku. Jangan izinkan seorang pun masuk ke dalam rumahku!”.
Ketika ia wafat, Aisyah datang. Asma berkata padanya, “Jangan masuk!” Aisyah mengadukan hal itu kepada Abu Bakar, “Khathamiyyah ini (seorang perempuan dari suku Khatam, Asma) mengahalangi aku untuk menengok putri Rasulullah.” Kemudian Abu Bakar datang. Ia berdiri di pintu dan berkata, “Hai Asma, apa yang menyebabkanmu tidak mengizinkan istri Rasulullah melihat putri Rasulullah?” Asma menjawab, “la sendiri memerintahkanku untuk tidak mengijinkan seorang pun masuk ke rumahnya.” Abu Bakar berkata, “Lakukan apa yang telah ia perintahkan!”
Muhammad bin Umar Waqidi berkata,
“Telah terbukti bahwa Ali melakukan shalat jenazah sendiri dan menguburkannya di malam hari, ditemani Abbas dan Fadhl bin Abbas, dan tidak memberitahu siapapun. Itulah alasan mengapa makam Fathimah tersebut tidak diketahui hingga kini.”.
Jika kami harus menerima bahwa Fathimah tidak menuduh bahwa Abu Bakar melakukan kesalahan, lalu mengapa ia marah kepada Abu Bakar dan tidak mengizinkannya untuk menghadiri pemakamannya sebagaimana yang dinyatakan dalam wasiatnya. Anehnya, Bukhari dengan jelas menyebutkan bahwa Fathimah memerintahkan Ali untuk tidak memberitahu Abu Bakar.
Jika Fathimah penghulu seluruh perempuan, dan ia adalah satu-satunya perempuan di seluruh dunia Islam yang telah disucikan oleh Allah SWT, maka kemarahannya pastilah benar. Hal ini karena Abu Bakar berkata, “Semoga Allah menyelamatkanku/mengampuniku dari kemurkaan-Nya dan kemurkaan Fathimah!” (kata-kata yang sama juga digunakan oleh Bukhari). Kemudian Abu Bakar menangis keras ketika Fathimah berseru, “Aku akan mengutukmu di setiap shalatku!” Ia mendekati Fathimah dan berkata, “Lepaskan aku dari baiat ini dan kewajiban-kewajibanku!”.
Satu hal yang perlu dikemukakan mengenai hal ini adalah bahwa Rasulullah pernah berkata ketika ia masih hidup bahwa sumber mata air ini (Fadak) diberikan kepada Fathimah.
Tanah Fadak diberikan kepada Nabi Muhammad karena tanah ini diperoleh dari perjanjian. Penghuni-penghuninya, menurut perjanjian, tetap tinggal di dalamnya tetapi menyerahkan ½ tanah mereka dan hasilnya.
Sejarahwan dan ahli Geografi Ahmad bin Yahya Baladzuri menuliskan bahwa Fadak adalah harta milik Nabi Muhammad karena kaum Muslimin tidak menggunakan kuda -kuda/unta-unta mereka di tanah tersebut.
Umar bin Khattab sendiri mengakui bahwa tanah Fadak adalah harta Nabi yang tidak dibagi-bagi ketika ia menyatakan,
“Harta milik Bani Nadhir adalah salah satu harta yang telah Allah anugrahkan kepada Nabi Muhammad, tidak ada kuda/ unta yang ditunggangi kecuali milik Rasulullah.”34.
Apakah Nabi Menghadiahkan Tanah Itu kepada Fathimah?
Nabi Muhammad, atas perintah Allah Yang Maha Besar, meng¬hadiahkan tanah ini kepada Sayidah Fathimah, sebagaimana yang ditafsirkan Ulama Sunni terkemuka, Jalaluddin Suyuthi. Berikut ini latar belakang sejarah tanah Fadak dan tafsiran ayat 26 Surah al-Isra.
Ali diutus ke Fadak, sebuah pemukiman Yahudi yang tidak jauh dari Khaibar untuk melakukan penyerangan. Tetapi sebelum ada pertempuran, para penghuninya lebih memilih untuk menyerah, dengan memberi ½ kekayaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril datang membawa perintah Allah, dan turunlah ayat 26, Surah al- Isra, Dan berikanlah hak untuk keluarga(mu)!
Nabi Muhammad SAW bertanya tentang keluarganya. Jibril menyebutkan nama Sayidah Fathimah dan memerintahkan Nabi untuk memberikan tanah tersebut kepadanya sebagai penghasilan dari Fadak yang dimiliki sepenuhnya oleh Nabi karena diserahkan tanpa menggunakan kekerasan. Berdasarkan ayat tersebut, Nabi Muhammad memberikan tanah Fadak tersebut kepada Fathimah sebagai sumber penghasilan keluarga dan anak-anaknya.
Berdasarkan ayat Quran di atas, banyak ahli tafsir Sunni menuliskan bahwa ketika ayat ini diturunkan, Nabi Muhammad bertanya kepada Malaikat Jibril, “Siapakah keluargaku dan apakah hak mereka?” Malaikat Jibril menjawab. “Berilah Fadak kepada Fathimah karena itu adalah haknya dan apapun yang menjadi hak Allah dan Rasulnya atas Fadak, hak tersebut juga adalah haknya, maka berikanlah Fadak itu kepadanya.”
Tidaklah keraguan bagi kita bahwa tanah Fadak memang milik Sayidah Fathimah. Para ahli sejarah juga menuliskan bahwa dipastikan Abu Bakar telah merampas tanah Fadak dari Fathimah.
Mengenai pertanyaan anda yang anda ajikan bahwa kisah tersebut tidak terdapat pada kitab – kitab hadis, kami anjurkan anda merujuk pada kitab – kitab yang dinyatakan shahih dan dapat dipercaya oleh ulama – ulama Sunni berkenaan peristiwa yang anda sebutkan.
Fathimah memprotes Abu Bakar ketika Fadak dirampas darinya dan berkata “Engkau telah mengambil alih Fadak meskipun Rasulullah telah memberikannya padaku ketika ia masih hidup.”.
Mendengar hal in Abu Bakar meminta Fathimah untuk menghadirkan saksi. Lalu, Ali dan Ummu Aiman bersaksi untuknya. (Ummu Aiman adalah seorang budak yang dibebaskan dan ibu susuan Nabi Muhammad. Ia adalah ibu Usamah bin Ziyad bin Harist Nabi Muhammad berkata, “Ummu Aiman adalah ibuku dan ibu setelah ibuku.” Nabi juga membuktikan bahwa ia adalah salah satu dari orang- orang yang masuk surga).
Akan tetapi, saksi yang diajikan Fathimah tidak dapat diterima Abu Bakar, dan tuntutan Fathimah ditolak karena berdasarkan pada pernyataan yang salah. Mengenai hal ini Baladzuri menulis, “Fathimah berkata kepada Abu Bakar, ‘Rasulullah telah memberi tanah Fadak secara adil kepadaku. Maka itu berilah bagianku!’ Kemudian Abu Bakar meminta saksi lain selain Ummu Aiman. la berkata, ‘Hai, putri Rasul! Engkau mengetahui bahwa saksi tidak dapat diterima kecuali oleh dua orang laki – laki dan dua orang perempuan.”
Selain Ali dan Ummu Aiman, Imam Hasan dan Imam Husain pun memberi kesaksian, tetapi ditolak karena kesaksian seorang anak dan masih kecil tidak dapat diterima karena membela orang tua mereka. Kemudian Rabah, budak Nabi Muhammad juga diajukan sebagai saksi untuk mendukung tuntutan Fathimah tetapi kesaksiannya pun ditolak. ”
Jika tanah tersebut merupakan pemberian, pastilah telah diberikan kepada Fathimah ketika ia masih hidup. Tetapi ini bukanlah hal yang kita semua ketahui. Jika kita menyebutkan hal ini adalah kehendaknya, maka hal ini bertentangan dengan ayat Quran tentang hukum waris.
Berbicara tentang hadis bahwa Abu Bakar memiliki alasan untuk mendukung keputusannya yang banyak disebut di kitab-kitab, berikut ini catatannya. Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair yang meriwayatkan dari Aisyah bahwa ia memberitahunya bahwa Fathimah, putri Nabi Muhammad, mengutus seseorang kepada Abu Bakar untuk meminta hak warisan yang ditinggalkan Nabi Muhammad kepadanya dari Allah SWT yang berada di Madinah, dari tanah Fadak dan 1/5 bagian dari hasil Khaibar.
Abu Bakar berkata bahwa, “Rasulullah berkata, ‘Kami para Rasul tidak mewariskan apapun, semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.’.
Keluarga Nabi Muhammad hidup dari harta ini, tetapi, demi Allah, aku tidak akan mengubah sedekah Rasulullah sebagaimana halnya sewaktu Nabi Muhammad masih hidup. Aku akan melakukan apa saja yang biasa dilakukan Nabi Muhammad.”.
Oleh karenanya, Abu Bakar menolak memberikan sesuatupun dari harta tersebut sehingga membuat marah Fathimah. la menjauhi dan tidak berbicara kepada Abu Bakar hingga akhir hayatnya. Ia hidup 6 bulan setelah Nabi Muhammad wafat. Ketika Fathimah wafat, Ali bin Abi Thalib tidak memberitahu Abu Bakar tentang kematiannya dan melaksanakan shalat jenazah sendiri.
Sekarang mari kita telaah pernyataan Rasulullah sebagaimana yang diungkap oleh Abu Bakar, “Kami (para Rasul) tidak mewariskan apapun. Semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.”.
Kata pewaris artinya seorang yang mendapat warisan atau secara sah mewarisi harta. Pernyataan pertama bertentangan dengan kenyataan karena berdasarkan sejarah, diakui bahwa Nabi Muhammad menerima warisan dari ayahnya. Riwayatnya adalah Ibnu Abdul Muthalib meninggalkan lima unta berwarna abu – abu dan sekelompok biri – biri kepada Ummu Aiman, yang kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad.”.
Apabila bagian pertama hadis tersebut terbukti salah, bagainiana bisa pernyataan kedua ‘Semua yang kami tinggalkan menjadi sedekah’ menjadi benar? Pernyataan ini juga dengan jelas bertentangan dengan ayat-ayat yang dinyatakan dalam Quran, Dan Sulaiman menerima pusaka dari Daud (QS an-Naml :16).
Nabi Sulaiman dan Daud adalah Rasul-rasul yang kaya raya, karena mereka adalah para raja di zamannya. Allah SWT juga berfirman;
(Zakaria berdoa kepada Allah), “Karuniailah aku seorang anak dari hadiratmu, yang akan mewarisi aku dan keluarga Yakub, dan jadikanlah ia! Ya,Tuhanku, seorang yang sangat Engkau ridhai. “ (QS Maryam : 5-6).
Ayat-ayat ini adalah contoh bahwa para Nabi meninggalkan warisan, dan nampaknya ayat-ayat tersebut bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar. Hadis riwayat Abu Bakar ini, entah palsu atau tidak, pasti tidak bertentangan dengan Quran. Sebuah peristiwa mungkin akan sangat membantu bila disebutkan di mana Ali mengutip ayat-ayat Quran seperti yang disebutkan di atas. Peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
Diriwayatkan oleh Ja’far bahwa Fathimah menemui Abu Bakar untuk menuntut warisannya. Ibnu Abbas juga menuntut warisannya dan Ali bin Abi Thalib pergi bersamanya. Abu Bakar berkata bahwa Rasululloh berkata beliau tidak mewariskan harta kami, semua yang kami tinggalkan adalah sedekah dan penghidupan yang ia berikan kepada mereka sekarang menjadi tanggung jawabnya.
Ali berkata, “Nabi Sulaiman adalah pewaris Nabi Daud. Nabi Zakaria berdoa kepada Allah, Anugrahilah aku seorang anak, yang akan mewarisiku dan keluarga Yakub.” Abu Bakar berkata, “Persoalan warisan Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang aku nyatakan . Demi Allah! Engkau tahu sebagaimana halnya aku.” Ali berkata, “Mari kita lihat apa yang dinyatakan kitab Allah!”.
Riwayat tersebut membuktikan bahwa keturunan Nabi Muhammad tidak mengakui hadis ini, yang kemudian dikemukakan oleh Abu Bakar sebagai jawaban atas tuntutan Fathimah. Mereka menyangkalnya dengan menyebutkan ayat-ayat Quran yang menyatakan bahwa Allah SWT menjadikan para Rasul pewaris satu sama lain.
“Ada banyak contoh ketika Abu Bakar tidak meminta menghadirkan saksi ketika orang-orang meminta dipenuhinya janji Rasul. Seperti biasa kami akan bersandarkan pada sumber hadis shahih bagi saudara- saudara Sunni.
Shahih Bukhari hadis 3.548 (hat. 525); diriwayatkan oleh Muhammad Ibn Ali bahwa Jabir bin Abdillah berkata,
“Ketika Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menerima harta dari Ala Hadrami.” Abu Bakar berkata, “Barang siapa memiliki hutang uang atas nama Nabi Muhammad atau dijanjikan sesuatu olehnya ia harus datang kepadaku (agar kami membayarnya dengan benar).” (Jabir menambahkan), ‘Aku berkata (kepada Abu Bakar), “Rasulullah menjanjikanku uang sebanyak ini, sebanyak ini dan sebanyak in (sambil merentangkan tangannya tiga kali). Kemudian Abu Bakar menghitung uang dan menyerallkan 500 keping emas, lalu 500 keping emas dan 500 keping emas.”.
Pada keterangan hadis ini, Ibnu Hajar Asqalani dan Ahmad Aini Hanafi menulis,
Hadis ini mengarah pada kesimpulan bahwa bukti satu orang sahabat yang adil dapat diterima sebagai bukti yang kuat meskipun untuk kepentingan kepentingan sendiri, karena Abu Bakar tidak meminta Jabir untuk menghadirkan saksi sebagai bukti permintaannya.”.
Jika permintaan Jabir dipenuhi dengan didasarkan pada kesan yang baik, dianggap benar, dan tanpa perlu menghadirkan saksi atau menunjukkan bukti, lalu apa yang menyebabkan tidak diperkenankannya tuntutan Fathimah berdasarkan kesan yang sama-sama baik? Jika kesan yang baik muncul pada kasus Jabir sedemikian hingga bila ia berkata bohong ia akan merugi, lalu mengapa tidak yakin kalau Fathimah tidak berkata ustman terhadap perkataan Nabi Muhammad demi sebidang kecil tanah?
Pertama-tama, keterusterangan dan kejujurannya sudah mrm¬buktikan kebenaran tuntutannya. Di samping itu, ada kesaksian Ali dan Ummu Aiman selain bukti lainnya. Telah dinyatakan bahwa tuntuian itu tidak dapat diterima karena lemahnya kedua saksi dan karena Nabi Muhammad menetapkan aturan kesaksian pada Surah al-Baqarah ayat 282; `….maka majikan dua orang saksi di antara laki-laki dan jika tidak ada dua orang lelaki, maka (majikanlah) seorang lelaki dan dua orang perempuan…’
Jika aturan ini universal dan umum berarti aturan ini harus diterapkan pada setiap kesempatan, tetapi pada beberapa peristiwa, aturan ini tidak di terapkan. Contohnya ketika seorang Arab berselisih dengan Nabi Muhammad mengenai seekor unta. Khuzaimah bin Tsabit Anshari memberi saksi untuk Nabi Muhammad. Saksi ini dinyatakan sama dengan dua orang saksi.
Karena kejujuran dan kebenaran kesaksiannya Nabi Muhammad memberinya gelar Dhusy Syahadatayn (seorang yang kesaksiannya setara dua orang saksi).
Dengan demikian, keuniversalan ayat mengenai saksi tidak Hi¬pengaruhi oleh tindakan juga tidak dianggap bertentangan dengan perubahan saksi. Jadi, jika menurut Nabi Muhammad kesaksian untuknya sama dengan dua saksi, lalu mengapa kesaksian Ali dan Ummu Aiman tidak dianggap kuat bagi Fathimah ditilik dari keagungan moral serta kebenarannya? Di samping itu, ada sebuah hadis yang disebut oleh lebih dari dua brlas orang sahabat bahwa Nabi Muhammad biasa memutuskan masalah-masalah dengan kekuatan satu saksi dan meminta sumpahnya.
Telah di jelaskan oleh beberapa sahabnt Nabi Muhammad dan beberapa ulama fikih bahwa keputusan ini secara khusus berkaiiun Hengan hak, kepemilikan dan perjanjian, dan keputusan ini diterapkan uleh tigo orang khalifah; Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan.”46.
Dua hal yang harus kami sampaikan kepada anda adalah;
1) Mengapa Abu Bakar tidak meminta saksi saat ia memberikan keping uang emas yang sesuai dengan janji Nabi Muhammad SAW. Mengapa ia menerima pernyataan mereka bahwa Nabi telah menjanjikan sesuatu?,
2) Berbeda dengan Fathimah, ketika putri Nabi Muhammad yang ia sebut sebagai penghulu perempuan semesta alam, menuntut Fadak. Mengapa Abu Bakar meminta Fathimah menghadirkan saksi di hadapan khalifah tetapi beberapa dalih atau saksi-saksi itu mereka ditolak?
Jawapan kepada nasibi di laman web Hakekat.com
file: https://www.facebook.com/groups/ahlulbaitnabisaw/210110199113190/
Polemik dalam garis besar sejarah Islam, adalah suatu catatan kelam yang telah memilih umat menjadi dua kelompok besar.
Kelompok pertama, adalah mereka yang telah didoktrinisasikan bahawa semua sahabat adalah jujur dan adil serta Allah dan RasuNya meridhai mereka semua. Kelompok ini, dalam rangka mengkultuskan seluruh sahabat, telah terjebak dengan tafsiran-tafsiran cetek al-Quran yang disajikan oleh ulama-ulama mereka, selain dari sajian ratusan jika tidak ribuan, hadis-hadis palsu keutamaan para sahabat yang semuanya saling berbenturan dengan al Quran, hadis-hadis sahih yang disepakati, maupun mantik yang sihat.
Manakala kelompok kedua adalah mereka yang menggolongkan para sahabat berdasarkan ciri-ciri mereka:
a. Sahabat yang jujur dan bertakwa.
b. Sahabat yang munafik.
c. Sahabat yang menyakiti Nabi saaw dan selalu membangkang.
Dalam tulisan ini, perbahasan yang dibawakan adalah mengenai polemik yang berlaku sesudah wafatnya Nabi Muhammad saaw, di antara puteri Baginda saaw yang tercinta, Penghulu Wanita Semesta Alam, Sayyidah Fatimah az-Zahra (as) dengan Abu Bakar bin Abi Quhafah mengenai persoalan perwarisan Tanah Fadak dan kemarahan Sayyidah Fatimah az Zahra (as).
Para pembela sahabat kebingungan menghadapi kemelut ini, kerana ia membabitkan dua pihak, yang menurut mereka berstatus besar dalam pandangan Islam.
Di satu pihak, berdirinya Sayyidah Fatimah az-Zahra (as), yang bangkit menuntut haknya ke atas tanah Fadak. Kedudukan tinggi dan mulia Sayyidah Fatimah az-Zahra (as) telah disabdakan oleh Baginda Rasul (saw), antaranya:
1. Nabi saaw bersabda: “Yang paling aku cintai dari Ahlul Baitku adalah Fatimah”
(Al-Jami’ al-Sagheer, jilid 1, #203, hlm. 37; Al-Sawaiq Al-Muhariqa, hlm. 191; Yanabi’ Al-Mawadda, jilid. 2, bab. 59, hlm. 479; Kanzul Ummal, jilid. 13, hlm. 93).
2. Nabi saaw bersabda: “Empat wanita pemuka alam adalah ‘Asiah, Maryam, Khadijah dan Fatimah”
(Al-Jami’ Al-Sagheer, jilid 1, #4112, hlm 469; Al-Isaba fi Tamayyuz Al-Sahaba, jilid 4, hlm 378; Al-Bidaya wa Al-Nihaya, jilid 2, hlm 60; Dakha’ir Al-Uqba, hlm 44).
3. Nabi saaw bersabda: ” Fatimah adalah Penghulu wanita syurga”
(Kanzul Ummal, jilid 13, hlm 94; Sahih Al-Bukhari, Kitab Al-Fadha’il, Bab kelebihan Fatimah; Al-Bidaya wa Al-Nihaya, jilid 2, hlm 61).
4. Nabi saaw bersabda: “Fatimah adalah bagian dariku, yang membuatnya marah, membuatku marah”
(Sahih Muslim, jilid 5, hlm 54; Khasa’is Al-Imam Ali oleh Nisa’i, hlm 121-122; Masabih Al-Sunnah, jilid 4, hlm 185; Al-Isabah, jilid 4, hlm 378; Siar Alam Al-Nubala’, jilid 2, hlm 119; Kanzul Ummal, jilid 13, hlm 97; perkataan sama diguna dalam Al-Tirmidhi, jilid 3, bab kelebihan Fatimah, hlm 241; Haliyat Al-Awliya’, jilid 2, hlm 40; Muntakhab Kanzul Ummal, catatan pinggir Al-Musnad, jilid 5, hlm 96; Maarifat Ma Yajib Li Aal Al-Bait Al-Nabawi Min Al-Haqq Alaa Men Adahum, hlm 58; Dhakha’ir Al-Uqba, hlm 38; Tadhkirat Al-Khawass, hlm 279; Yanabi^ Al-Mawadda, jilid 2, bab 59, hlm 478).
Dan di satu pihak lagi, berdirinya Abu Bakar, tokoh yang mereka pandang kanan sesudah Rasulullah saaw.
Polemik bermula, saat Abu Bakar dilantik menjawat jabatan Khalifah, selepas pertelingkahan di Saqifah Bani Sa’idah, antaranya, Umar dan Abu Ubaidah di satu pihak dan kaum Ansar, di pihak yang lain.
Sayyidatina Fatimah az-Zahra (as), telah menuntut haknya ke atas tanah Fadak, yang menurut beliau adalah hadiah pemberian dari bapanya Rasulullah (saw), hal yang mana dinafikan oleh Abu Bakar.
Benarkah Fadak adalah pemberian Rsulullah (saw) kepada puteri Baginda (saw)? Mari kita perhatikan riwayat berikut:
Telah diriwayatkan dengan sanad yang Hasan bahwa Rasulullah saaw di masa hidup Beliau telah memberikan Fadak kepada Sayyidatina Fathimah as. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad Abu Ya’la 2/334 hadis no. 1075 dan 2/534 hadis no. 1409:
Qara’tu ‘ala Husain bin Yazid Ath Thahan yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Khutsaim dari Fudhail bin Marzuq dari Athiyyah dari Abi Said Al Khudri yang berkata “ketika turun ayat dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya [Al Isra ayat 26]. Rasulullah saaw memanggil Fathimah dan memberikan Fadak kepadanya”.
Lalu, saat Abu Bakar menjawat jabatan Khalifah, dia telah merampas Fadak dari Sayyidatina Fatimah az Zahra as dan memiliknegarakan Fadak.
Hadis tentang Fadak.
Hadis ini terdapat dalam Shahih Bukhari Kitab Fardh Al Khumus Bab Khumus no 1345. Namun, di sini, kita lihat hadis tersebut dari Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345.
Dari Aisyah, Ummul Mukminah (ra), ia berkata “Sesungguhnya Fatimah (as) binti Rasulullah (saw) meminta kepada Abu Bakar sesudah wafat Rasulullah (saw) supaya membahagikan kepadanya harta warisan bahagiannya dari harta yang ditinggalkan Rasulullah (saw) dari harta fa’i yang dianugerahkan oleh Allah kepada Beliau.[Dalam riwayat lain: kamu meminta harta Nabi SAW yang berada di Madinah dan Fadak dan yang tersisa dari seperlima Khaibar 4/120] Abu Bakar lalu berkata kepadanya, [Dalam riwayat lain: Sesungguhnya Fatimah dan Abbas datang kepada Abu Bakar meminta dibagikan warisan untuk mereka berdua apa yang ditinggalkan Rasulullah (saw), saat itu mereka berdua meminta dibagi tanah dari Fadak dan saham keduanya dari tanah (Khaibar) lalu pada keduanya berkata 7/3] Abu Bakar “Sesungguhnya Rasulullah (saw) bersabda “Harta Kami tidaklah diwaris ,Harta yang kami tinggalkan adalah sedekah [Sesungguhnya keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini, [maksudnya adalah harta Allah- Mereka tidak boleh menambah jatah makan] Abu Bakar berkata “Aku tidak akan biarkan satu urusan yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku akan melakukannya] Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar [Ia tidak mau berbicara dengannya]. Pendiaman itu berlangsung hingga ia wafat dan ia hidup selama 6 bulan sesudah Rasulullah SAW.
Ketika Fatimah meninggal dunia, suaminya Ali (ra) yang menguburkannya pada malam hari dan tidak memberitahukan kepada Abu Bakar. Kemudian ia menshalatinya.
Hadis ini dan yang serupa dengannya, benar benar membuat para pencinta Abu Bakar tidak senang duduk, jika mereka menerima perilaku Abu Bakar ini ke atas Sayyidatina Fatimah az-Zahra (as), berarti mereka juga harus membenarkan kesan dari perbuatan Abu Bakar itu dengan hadis Nabi saaw berikut:
Sesungguhnya Rasulullah Saaw berkata: “Fatimah bagian diriku, barang siapa memarahinya berarti memarahiku.” (HR Bukhori, Fadhoilu Shahabat, Fathul Bari 7/78 H. 3714).
Bismillahi Taala. Salamun Alaikum wa rahmatollah.
Dari Muhammad Bin Abu Bakar,
kepada si Sesat Muawiyyah bin Shakhr
Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah !
Amma ba’du, sesungguhnya Allah swt, dengan keagungan dan kekuasaan-Nya, menciptakan makhluk-Nya tanpa main-main. Tiada celah kelemahan dalam kekuasaan_Nya. Tiada berhajat Dia terhadap hamba-Nya. Ia menciptakan mereka untuk mengabdi kepada-Nya. Dia menjadikan orang yang tersesat atau orang yang lurus, orang yang malang dan orang yang beruntung.
Kemudian, dari antara mereka, Dia Yang Maha Tahu memilih dan mengkhususkan Muhammad SAW dengan pengetahuan-Nya. Dia jugalah yang memilih Muhammad saw berdasarkan ilmu-Nya sendiri untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengemban wahyu-Nya. Dia mengutusnya sebagai Rasul dan pembawa khabar gembira dan pemberi peringatan.
Dan orang pertama yang menjawab dan mewakilinya, mentaatinya, mengimaninya, membenarkanya, menyerahkan diri kepada Allah dan menerima Islam sebagai agamanya, adalah saudaranya dan misanya Ali bin Abi Thalib, yang membenarkan yang ghaib. Ali mengutamakannya dari semua kesayanganya, menjaganya pada setiap ketakutan, membantunya dengan dirinya sendiri pada saat-saat mengerikan, memerangi perangnya, berdamai dengan perdamaianya, melindungi Rasulullah dengan jiwa raganya siang mahupun malam, menemaninya pada saat-saat yang menggetarkan, kelaparan serta dihinakan. Jelas tiada yang setara dengannya dalam berjihad. Tiada yang dapat menandinginya di antara para pengikut dan tiada yang mendekatinya dalam amal perbuatanya.
Dan aku berasa hairan melihat engkau hendak menandinginya ! Engkau adalah engkau ! Sejak awal lagi, Ali telah unggul dalam setiap kebajikan, paling tulus dalam niat, keturunannya paling bagus, isterinya adalah wanita utama. Dan saudaranya (Jaafar) syahid di perang Mu’tah manakala seorang lagi pamannya(Hamzah) adalah penghulu para syuhada perang Uhud. Ayahnya adalah penyokong Rasulullah saw dan isterinya.
Dan engkau adalah orang yang terlaknat, anak orang terkutuk. Tiada hentinya engkau dan ayahmu menghalangi jalan Rasululah saw. Kalian berdua berjihad untuk memadamkan nur Ilahi, dan kamu berdua melakukannya dengan menghasud dan menghimpun manusia, menggunakan kekayaan dan mempertengkarkan berbagai suku. Dalam keadaan demikian ayahmu mati. Dan engkau melanjutkan perbuatanya seperti itu pula.
Dan saksi-saksi perbuatan engkau adalah orang-orang yang meminta-minta perlindungan engkau, iaitu dari kelompok musuh Rasulullah yang memberontak, kelompok pemimpin-pemimpin yang munafiq dan pemecah belah dalam melawan Rasulullah saw.
Sebaliknya, saksi bagi Ali dengan keutamaanya yang terang dan keterdahuluanya (dalam islam) adalah penolong-penolongnya yang keutamaan mereka telah disebutkan di dalam Al Qur’an, iaitu kaum Muhajirin dan Ansar. Dan mereka itu merupakan pasukan yang berada di sekitarnya dengan pedang-pedang mereka dan siap menumpahkan darah untuknya. Mereka melihat keutamaan pada dirinya yang patut di taati dan malapetaka bila mengingkari .
Maka mengapa, wahai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali, sedangkan beliau adalah pewaris dan pelaksana wasiat Rasulullah (sawa), bapa kepada anak-anak Rasulullah(sawa)(Hassanain), pengikut pertama, dan yang terakhir menyaksikan Rasulullah(sawa), teman berbincang, penyimpan rahasia dan sekutu Rasulullah saw dalam urusanya. Rasulullah saw memberitahukan urusan baginda kepadanya, sedangkan engkau adalah musuh dan anak dari musuh baginda.
Tiada peduli keuntungan apa pun yang engkau peroleh dari kefasikanmu di dunia ini dan bahkan Ibnu al Ash menghanyutkan engkau dalam kesesatanmu, akan tampak bahawa waktumu sudah berakhir dan kelicikanmu tidak akan ampuh lagi. Maka akan menjadi jelas bagimu siapa yang akan memiliki masa depan yang mulia. Engkau tidak mempunyai harapan akan pertolongan Allah, yang tidak engkau fikirkan.
Kepada-Nya engkau berbuat Licik, Allah menunggu untuk menghadangmu, tetapi kesombonganmu membuat engkau jauh dari Dia.
Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk.
============================================================================
Surat balas Muawiyyah b Abu Sofyan kepada Muhammad b Abu Bakar
Dari Muawiyyah bin Abu Sufyan,
Kepada Pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar.
Salam kepada yang taat kepada Allah
Telah sampai kepadaku suratmu, yang menyebut Allah Yang Maha Kusa dan Nabi Pilihan-Nya, dengan kata-kata yang engkau rangkaukan. Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu. Engkau menyebut hak Ibnu Abi Thalib dan keterdahuluan serta kekerabatannya dengan Nabi Allah saw dan bantuan serta pertolongannya kepada Nabi pada setiap keadaan genting.
Engkau juga berhujjah dengan keutamaan orang lain dan bukan keutamaanmu. Aneh, engkau malah mengalihkan keutamaanmu kepada orang lain.
Di zaman Nabi saw, kami dan ayahmu telah melihat dan tidak memungkiri hak Ibnu Abi Thalib. Keutamaanya jauh di atas kami. Dan Allah SWT memilih dan mengutamakan Nabi sesuai janji-Nya. Dan melalui Nabi Dia menampakkan dakwah-Nya dan menjelaskan hujjah-Nya. Kemudian mengambil Nabi saw ke sisi-Nya.
Ayahmu dan Faruqnya (umar) adalah orang-orang pertama yang merampas hak ibnu Abi Thalib. Hal ini diketahui umum.
Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar, tetapi Ali menunda dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar. Hasrat mereka bertambah besar. Akhirnya Ali membaiat Abu Bakar dan berdamai dengan mereka berdua.
Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka. Tidak juga mereka menyampaikan kepadanya rahsia mereka, sampai mereka berdua meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.
Kemudian bangkitlah orang ketiga, iaitu Usman yang menuruti tuntunan mereka. Engkau dan temanmu berbicara tentang kerosakan-kerosakan yang dilakukan Usman agar orang-orang yang berdosa di wilayah-wilayah mengembangkan niat-niat buruk terhadapnya dan engkau bangkit melawannya. Engkau menunjukkan permusuhanmu kepadanya untuk mencapai keinginan-keinginanmu sendiri.
Hai putra Abu Bakar, berhati-hatilah atas apa yang engkau lakukan. Jangan engkau menempatkan dirimu melebihi apa yang dapat engkau uruskan. Engkau tidak dapat menemukan seseorang yang mempunyai kesabaran yang lebih besar dari gunung, yang tidak pernah menyerah kepada suatu peristiwa. Tidak ada yang dapat menyamainya.
Ayahmu bekerja sama dengan beliau untuk mengukuhkan kekuasaanya. Bila ada kaum yang mengatakan bahawa tindakanmu benar, maka ketahuilah, ayahmu yang mengambil alih kekuasaan ini, dan kami menjadi sekutunya. Jika ayahmu tidak melakukan hal itu, maka kami tidak akan sampai menentang anak abu Thalib dan kami akan sudah menyerah kepadanya.
Tetapi kami melihat bahawa ayahmu memperlakukan Ali seperti ini dihadapan kami, dan kami pun mengikutinya, maka cacat apapun yang akan kamu dapatkan, maka arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri atau berhentilah masuk campur(akan urusan kami).
Salam bagi orang yang kembali.
Kandungan surat ini
agak menggusarkan jiwa. Ternyata dari isinya, terdapat satu pengkisahan
cerita silam setelah kewafatan Nabi(sawa), tentang rampasan hak Imamah
dari Imam Ali bin Abi Thalib(as). Malah Muawiyah, meletakkan kesalahan
tertindasnya Ahlulbait(as) kepada para khalifah awwalin, yang memulakan
segalanya. Wallahualam.
by: syiahali
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/mana-mungkin-fadak-adalah-sedekah/500184320066238
baca disini:
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/fadak-di-dalam-kitab-kitab-sunni/500175623400441
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/ayatollah-khomeini-halal-shalati-jenazah-ahlussunnah-kecuali/500166903401313https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/video-sekitar-ahlul-bait-as-pada-ahlus-sunnah/500068680077802
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/ayatollah-khomeini-halal-shalati-jenazah-ahlussunnah-kecuali/500166903401313
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/tidak-shahih-abu-bakar-meminta-maaf-pada-sayyidah-fatimah-abu-bakar-tidak-pernah/499796076771729
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/puteri-nabi-itu-dimakamkan-secara-sembunyi-sembunyi/499279290156741
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/kesyahidan-fathimah-az-zahra-as/499239690160701
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/jangan-mencela-sahabat-rasulullah-jangan-kau-cela-sahabat-nabimu-/499323573485646
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/video-sunni-berdusta-tentang-sahabat-nabi/499773930107277
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/kesalahan-nashibi-perihal-idraaj-dalam-hadis-aisyah-berlafaz-qaala/499781400106530
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/benarkah-riwayat-sayyidah-fathimah-marah-kepada-abu-bakar-adalah-idraaj-az-zuhri/499783766772960
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/penggunaan-lafaz-qaala-dalam-hadis-aisyah/499788776772459
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/aisyah-dan-para-sahabat-mengaku-berbuat-bidah-dan-merubah-rubah-sunnah-sepeningg/499769856774351
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/syiah-mencela-sahabat-nabi-bisa-karena-terbiasa-syiah-mewajibkan-mencela-para-sa/499235860161084
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/syiah-mencela-sahabat-nabi-bisa-karena-terbiasa-syiah-mewajibkan-mencela-para-sa/499232903494713
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/syiah-mencela-sahabat-nabi-bisa-karena-terbiasa-syiah-mewajibkan-mencela-para-sa/499235860161084
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/kesyahidan-fathimah-az-zahra-as/499239690160701
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/penyerangan-rumah-fatimah-as-membuktikan-abubakar-cs-mustahil-dijamin-surga-akhi/497016753716328
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/benarkah-imam-ali-bin-abi-thalib-as-menamakan-putranya-abu-bakar-umar-dan-ustman/496668583751145
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/padahal-jenazah-rasulullah-masih-belum-dikuburkan/495233950561275
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/para-sahabat-besar-seperti-umar-abu-bakar-uthman-khalid-berbaiat-dibawah-pohon-d/493852314032772
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/al-quran-menjamin-surga-para-sahabat-yang-tidak-berbalik-ke-belakang-setelah-waf/493849774033026
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/sayyidina-abu-bakar-sayyidina-umar-membuat-keributan-dan-kegaduhan-di-hadapan-ra/493654350719235
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/hadis-abu-bakar-bahwa-para-nabi-tidak-mewariskan-jelas-bertentangan-dengan-al-qu/493441000740570
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/abubakar-memalsukan-hadis-ketika-menuduh-para-nabi-tidak-mewariskan-ini-menentan/479868925431111
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/sejarah-berdarah-kaum-wahabi-salafy-atas-kuburan-al-baqi-dan-penghancuran-situs-/485381771546493
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/mana-bukti-abu-bakar-umar-usman-amanah-justru-dalam-kitab-sunni-menyatakan-sebal/486257474792256
https://www.facebook.com/notes/bukhori-supriyadi-yadi-buletin/bukti-bukti-abu-bakarumar-bin-khattab-dan-utsman-bin-affan-inilah-yang-menjadi-h/485772831507387
Sayidah Fathimah Zahra tidak berkenan oleh penolakan Abu Bakar memberikan warisannya.
Mendengar hal ini Fathimah murka dan tidak berbicara hingga wafatnya kepada Abu Bakar. Fathimah hidup hanya enam bulan setelah ayahnya wafat. la. meminta Abu Bakar untuk memberikan bagian warisan yang Rasulullah tinggalkan untuknya di Khaibar dan di Madinah. Kesimpulannya akan kami sandarkan pada hadis berikut.
Fathimah marah (Bukhari menggunakan kata ‘murka’) hingga ia wafat dan memperlihatkan penderitaan dan kesengsaraannya setelah Nabi Muhammad wafat. Hal ini mengingatkan kami akan ucapannya yang suci, “Sekiranya ayahku masih hidup saat ini, dan melihat diriku menderita, siang hari akan berubah menjadi gelap.”
Berdasarkan riwayat di atas ia meminta warisannya berulangkali. Saudara Khalid menyatakan bahwa Sayidah Fathimah tidak pernah menuduh Abu Bakar berbuat salah.
Sebelum memberi tanggapan, kami akan menyebutkan hadis Bukhari lainnya.
Shahih Bukhari hadis 5.546 :
Fathimah hidup 6 bulan setelah Nabi Muhammad wafat. Ketika wafat, suaminya Ali memakamkannya di malam hari tanpa memberitahu Abu Bakar. la melakukan shalat jenazah sendiri….
Sejarahwan Thabari juga menulis Abi Shalih Dirari Abdurrazzaq bin Hummam dari Mamar dari Zuhri dari Urwah dari Aisyah berkata,
“Fathimah dan Abbas menemui Abu Bakar menuntut (bagian) warisan Rasulullah. Mereka menuntut atas hak tanah Fadak dan Khaibar. Abu Bakar berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah berkata, ‘Kami (para rasul) tidak mewariskan apapun. Semua yang kami tinggalkan adalah amal (sedekah), keluarga Nabi Muhammad akan mendapatkan darinya. Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan jalan yang telah dicontohkan Nabi, tetapi aku akan terus melakukannya!’ Fathimah berang dan tidak berbicara kepadanya hingga ia wafat. Ali memakamkannya di malam hari tanpa sepengetahuan Abu Bakar.”.
Berkaitan dengan hal ini, Ummu Ja’far, putri Muhammad bin Ja’far, meriwayatkan permintaan Fathimah kepada Asma binti Umais menjelang kematiannya,
“Bila aku mati, aku ingin engkau dan Ali yang memandikanku. Jangan izinkan seorang pun masuk ke dalam rumahku!”.
Ketika ia wafat, Aisyah datang. Asma berkata padanya, “Jangan masuk!” Aisyah mengadukan hal itu kepada Abu Bakar, “Khathamiyyah ini (seorang perempuan dari suku Khatam, Asma) mengahalangi aku untuk menengok putri Rasulullah.” Kemudian Abu Bakar datang. Ia berdiri di pintu dan berkata, “Hai Asma, apa yang menyebabkanmu tidak mengizinkan istri Rasulullah melihat putri Rasulullah?” Asma menjawab, “la sendiri memerintahkanku untuk tidak mengijinkan seorang pun masuk ke rumahnya.” Abu Bakar berkata, “Lakukan apa yang telah ia perintahkan!”
Muhammad bin Umar Waqidi berkata,
“Telah terbukti bahwa Ali melakukan shalat jenazah sendiri dan menguburkannya di malam hari, ditemani Abbas dan Fadhl bin Abbas, dan tidak memberitahu siapapun. Itulah alasan mengapa makam Fathimah tersebut tidak diketahui hingga kini.”.
Jika kami harus menerima bahwa Fathimah tidak menuduh bahwa Abu Bakar melakukan kesalahan, lalu mengapa ia marah kepada Abu Bakar dan tidak mengizinkannya untuk menghadiri pemakamannya sebagaimana yang dinyatakan dalam wasiatnya. Anehnya, Bukhari dengan jelas menyebutkan bahwa Fathimah memerintahkan Ali untuk tidak memberitahu Abu Bakar.
Jika Fathimah penghulu seluruh perempuan, dan ia adalah satu-satunya perempuan di seluruh dunia Islam yang telah disucikan oleh Allah SWT, maka kemarahannya pastilah benar. Hal ini karena Abu Bakar berkata, “Semoga Allah menyelamatkanku/mengampuniku dari kemurkaan-Nya dan kemurkaan Fathimah!” (kata-kata yang sama juga digunakan oleh Bukhari). Kemudian Abu Bakar menangis keras ketika Fathimah berseru, “Aku akan mengutukmu di setiap shalatku!” Ia mendekati Fathimah dan berkata, “Lepaskan aku dari baiat ini dan kewajiban-kewajibanku!”.
Satu hal yang perlu dikemukakan mengenai hal ini adalah bahwa Rasulullah pernah berkata ketika ia masih hidup bahwa sumber mata air ini (Fadak) diberikan kepada Fathimah.
Tanah Fadak diberikan kepada Nabi Muhammad karena tanah ini diperoleh dari perjanjian. Penghuni-penghuninya, menurut perjanjian, tetap tinggal di dalamnya tetapi menyerahkan ½ tanah mereka dan hasilnya.
Sejarahwan dan ahli Geografi Ahmad bin Yahya Baladzuri menuliskan bahwa Fadak adalah harta milik Nabi Muhammad karena kaum Muslimin tidak menggunakan kuda -kuda/unta-unta mereka di tanah tersebut.
Umar bin Khattab sendiri mengakui bahwa tanah Fadak adalah harta Nabi yang tidak dibagi-bagi ketika ia menyatakan,
“Harta milik Bani Nadhir adalah salah satu harta yang telah Allah anugrahkan kepada Nabi Muhammad, tidak ada kuda/ unta yang ditunggangi kecuali milik Rasulullah.”34.
Apakah Nabi Menghadiahkan Tanah Itu kepada Fathimah?
Nabi Muhammad, atas perintah Allah Yang Maha Besar, meng¬hadiahkan tanah ini kepada Sayidah Fathimah, sebagaimana yang ditafsirkan Ulama Sunni terkemuka, Jalaluddin Suyuthi. Berikut ini latar belakang sejarah tanah Fadak dan tafsiran ayat 26 Surah al-Isra.
Ali diutus ke Fadak, sebuah pemukiman Yahudi yang tidak jauh dari Khaibar untuk melakukan penyerangan. Tetapi sebelum ada pertempuran, para penghuninya lebih memilih untuk menyerah, dengan memberi ½ kekayaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril datang membawa perintah Allah, dan turunlah ayat 26, Surah al- Isra, Dan berikanlah hak untuk keluarga(mu)!
Nabi Muhammad SAW bertanya tentang keluarganya. Jibril menyebutkan nama Sayidah Fathimah dan memerintahkan Nabi untuk memberikan tanah tersebut kepadanya sebagai penghasilan dari Fadak yang dimiliki sepenuhnya oleh Nabi karena diserahkan tanpa menggunakan kekerasan. Berdasarkan ayat tersebut, Nabi Muhammad memberikan tanah Fadak tersebut kepada Fathimah sebagai sumber penghasilan keluarga dan anak-anaknya.
Berdasarkan ayat Quran di atas, banyak ahli tafsir Sunni menuliskan bahwa ketika ayat ini diturunkan, Nabi Muhammad bertanya kepada Malaikat Jibril, “Siapakah keluargaku dan apakah hak mereka?” Malaikat Jibril menjawab. “Berilah Fadak kepada Fathimah karena itu adalah haknya dan apapun yang menjadi hak Allah dan Rasulnya atas Fadak, hak tersebut juga adalah haknya, maka berikanlah Fadak itu kepadanya.”
Tidaklah keraguan bagi kita bahwa tanah Fadak memang milik Sayidah Fathimah. Para ahli sejarah juga menuliskan bahwa dipastikan Abu Bakar telah merampas tanah Fadak dari Fathimah.
Mengenai pertanyaan anda yang anda ajikan bahwa kisah tersebut tidak terdapat pada kitab – kitab hadis, kami anjurkan anda merujuk pada kitab – kitab yang dinyatakan shahih dan dapat dipercaya oleh ulama – ulama Sunni berkenaan peristiwa yang anda sebutkan.
Fathimah memprotes Abu Bakar ketika Fadak dirampas darinya dan berkata “Engkau telah mengambil alih Fadak meskipun Rasulullah telah memberikannya padaku ketika ia masih hidup.”.
Mendengar hal in Abu Bakar meminta Fathimah untuk menghadirkan saksi. Lalu, Ali dan Ummu Aiman bersaksi untuknya. (Ummu Aiman adalah seorang budak yang dibebaskan dan ibu susuan Nabi Muhammad. Ia adalah ibu Usamah bin Ziyad bin Harist Nabi Muhammad berkata, “Ummu Aiman adalah ibuku dan ibu setelah ibuku.” Nabi juga membuktikan bahwa ia adalah salah satu dari orang- orang yang masuk surga).
Akan tetapi, saksi yang diajikan Fathimah tidak dapat diterima Abu Bakar, dan tuntutan Fathimah ditolak karena berdasarkan pada pernyataan yang salah. Mengenai hal ini Baladzuri menulis, “Fathimah berkata kepada Abu Bakar, ‘Rasulullah telah memberi tanah Fadak secara adil kepadaku. Maka itu berilah bagianku!’ Kemudian Abu Bakar meminta saksi lain selain Ummu Aiman. la berkata, ‘Hai, putri Rasul! Engkau mengetahui bahwa saksi tidak dapat diterima kecuali oleh dua orang laki – laki dan dua orang perempuan.”
Selain Ali dan Ummu Aiman, Imam Hasan dan Imam Husain pun memberi kesaksian, tetapi ditolak karena kesaksian seorang anak dan masih kecil tidak dapat diterima karena membela orang tua mereka. Kemudian Rabah, budak Nabi Muhammad juga diajukan sebagai saksi untuk mendukung tuntutan Fathimah tetapi kesaksiannya pun ditolak. ”
Jika tanah tersebut merupakan pemberian, pastilah telah diberikan kepada Fathimah ketika ia masih hidup. Tetapi ini bukanlah hal yang kita semua ketahui. Jika kita menyebutkan hal ini adalah kehendaknya, maka hal ini bertentangan dengan ayat Quran tentang hukum waris.
Berbicara tentang hadis bahwa Abu Bakar memiliki alasan untuk mendukung keputusannya yang banyak disebut di kitab-kitab, berikut ini catatannya. Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair yang meriwayatkan dari Aisyah bahwa ia memberitahunya bahwa Fathimah, putri Nabi Muhammad, mengutus seseorang kepada Abu Bakar untuk meminta hak warisan yang ditinggalkan Nabi Muhammad kepadanya dari Allah SWT yang berada di Madinah, dari tanah Fadak dan 1/5 bagian dari hasil Khaibar.
Abu Bakar berkata bahwa, “Rasulullah berkata, ‘Kami para Rasul tidak mewariskan apapun, semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.’.
Keluarga Nabi Muhammad hidup dari harta ini, tetapi, demi Allah, aku tidak akan mengubah sedekah Rasulullah sebagaimana halnya sewaktu Nabi Muhammad masih hidup. Aku akan melakukan apa saja yang biasa dilakukan Nabi Muhammad.”.
Oleh karenanya, Abu Bakar menolak memberikan sesuatupun dari harta tersebut sehingga membuat marah Fathimah. la menjauhi dan tidak berbicara kepada Abu Bakar hingga akhir hayatnya. Ia hidup 6 bulan setelah Nabi Muhammad wafat. Ketika Fathimah wafat, Ali bin Abi Thalib tidak memberitahu Abu Bakar tentang kematiannya dan melaksanakan shalat jenazah sendiri.
Sekarang mari kita telaah pernyataan Rasulullah sebagaimana yang diungkap oleh Abu Bakar, “Kami (para Rasul) tidak mewariskan apapun. Semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.”.
Kata pewaris artinya seorang yang mendapat warisan atau secara sah mewarisi harta. Pernyataan pertama bertentangan dengan kenyataan karena berdasarkan sejarah, diakui bahwa Nabi Muhammad menerima warisan dari ayahnya. Riwayatnya adalah Ibnu Abdul Muthalib meninggalkan lima unta berwarna abu – abu dan sekelompok biri – biri kepada Ummu Aiman, yang kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad.”.
Apabila bagian pertama hadis tersebut terbukti salah, bagainiana bisa pernyataan kedua ‘Semua yang kami tinggalkan menjadi sedekah’ menjadi benar? Pernyataan ini juga dengan jelas bertentangan dengan ayat-ayat yang dinyatakan dalam Quran, Dan Sulaiman menerima pusaka dari Daud (QS an-Naml :16).
Nabi Sulaiman dan Daud adalah Rasul-rasul yang kaya raya, karena mereka adalah para raja di zamannya. Allah SWT juga berfirman;
(Zakaria berdoa kepada Allah), “Karuniailah aku seorang anak dari hadiratmu, yang akan mewarisi aku dan keluarga Yakub, dan jadikanlah ia! Ya,Tuhanku, seorang yang sangat Engkau ridhai. “ (QS Maryam : 5-6).
Ayat-ayat ini adalah contoh bahwa para Nabi meninggalkan warisan, dan nampaknya ayat-ayat tersebut bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar. Hadis riwayat Abu Bakar ini, entah palsu atau tidak, pasti tidak bertentangan dengan Quran. Sebuah peristiwa mungkin akan sangat membantu bila disebutkan di mana Ali mengutip ayat-ayat Quran seperti yang disebutkan di atas. Peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
Diriwayatkan oleh Ja’far bahwa Fathimah menemui Abu Bakar untuk menuntut warisannya. Ibnu Abbas juga menuntut warisannya dan Ali bin Abi Thalib pergi bersamanya. Abu Bakar berkata bahwa Rasululloh berkata beliau tidak mewariskan harta kami, semua yang kami tinggalkan adalah sedekah dan penghidupan yang ia berikan kepada mereka sekarang menjadi tanggung jawabnya.
Ali berkata, “Nabi Sulaiman adalah pewaris Nabi Daud. Nabi Zakaria berdoa kepada Allah, Anugrahilah aku seorang anak, yang akan mewarisiku dan keluarga Yakub.” Abu Bakar berkata, “Persoalan warisan Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang aku nyatakan . Demi Allah! Engkau tahu sebagaimana halnya aku.” Ali berkata, “Mari kita lihat apa yang dinyatakan kitab Allah!”.
Riwayat tersebut membuktikan bahwa keturunan Nabi Muhammad tidak mengakui hadis ini, yang kemudian dikemukakan oleh Abu Bakar sebagai jawaban atas tuntutan Fathimah. Mereka menyangkalnya dengan menyebutkan ayat-ayat Quran yang menyatakan bahwa Allah SWT menjadikan para Rasul pewaris satu sama lain.
“Ada banyak contoh ketika Abu Bakar tidak meminta menghadirkan saksi ketika orang-orang meminta dipenuhinya janji Rasul. Seperti biasa kami akan bersandarkan pada sumber hadis shahih bagi saudara- saudara Sunni.
Shahih Bukhari hadis 3.548 (hat. 525); diriwayatkan oleh Muhammad Ibn Ali bahwa Jabir bin Abdillah berkata,
“Ketika Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menerima harta dari Ala Hadrami.” Abu Bakar berkata, “Barang siapa memiliki hutang uang atas nama Nabi Muhammad atau dijanjikan sesuatu olehnya ia harus datang kepadaku (agar kami membayarnya dengan benar).” (Jabir menambahkan), ‘Aku berkata (kepada Abu Bakar), “Rasulullah menjanjikanku uang sebanyak ini, sebanyak ini dan sebanyak in (sambil merentangkan tangannya tiga kali). Kemudian Abu Bakar menghitung uang dan menyerallkan 500 keping emas, lalu 500 keping emas dan 500 keping emas.”.
Pada keterangan hadis ini, Ibnu Hajar Asqalani dan Ahmad Aini Hanafi menulis,
Hadis ini mengarah pada kesimpulan bahwa bukti satu orang sahabat yang adil dapat diterima sebagai bukti yang kuat meskipun untuk kepentingan kepentingan sendiri, karena Abu Bakar tidak meminta Jabir untuk menghadirkan saksi sebagai bukti permintaannya.”.
Jika permintaan Jabir dipenuhi dengan didasarkan pada kesan yang baik, dianggap benar, dan tanpa perlu menghadirkan saksi atau menunjukkan bukti, lalu apa yang menyebabkan tidak diperkenankannya tuntutan Fathimah berdasarkan kesan yang sama-sama baik? Jika kesan yang baik muncul pada kasus Jabir sedemikian hingga bila ia berkata bohong ia akan merugi, lalu mengapa tidak yakin kalau Fathimah tidak berkata ustman terhadap perkataan Nabi Muhammad demi sebidang kecil tanah?
Pertama-tama, keterusterangan dan kejujurannya sudah mrm¬buktikan kebenaran tuntutannya. Di samping itu, ada kesaksian Ali dan Ummu Aiman selain bukti lainnya. Telah dinyatakan bahwa tuntuian itu tidak dapat diterima karena lemahnya kedua saksi dan karena Nabi Muhammad menetapkan aturan kesaksian pada Surah al-Baqarah ayat 282; `….maka majikan dua orang saksi di antara laki-laki dan jika tidak ada dua orang lelaki, maka (majikanlah) seorang lelaki dan dua orang perempuan…’
Jika aturan ini universal dan umum berarti aturan ini harus diterapkan pada setiap kesempatan, tetapi pada beberapa peristiwa, aturan ini tidak di terapkan. Contohnya ketika seorang Arab berselisih dengan Nabi Muhammad mengenai seekor unta. Khuzaimah bin Tsabit Anshari memberi saksi untuk Nabi Muhammad. Saksi ini dinyatakan sama dengan dua orang saksi.
Karena kejujuran dan kebenaran kesaksiannya Nabi Muhammad memberinya gelar Dhusy Syahadatayn (seorang yang kesaksiannya setara dua orang saksi).
Dengan demikian, keuniversalan ayat mengenai saksi tidak Hi¬pengaruhi oleh tindakan juga tidak dianggap bertentangan dengan perubahan saksi. Jadi, jika menurut Nabi Muhammad kesaksian untuknya sama dengan dua saksi, lalu mengapa kesaksian Ali dan Ummu Aiman tidak dianggap kuat bagi Fathimah ditilik dari keagungan moral serta kebenarannya? Di samping itu, ada sebuah hadis yang disebut oleh lebih dari dua brlas orang sahabat bahwa Nabi Muhammad biasa memutuskan masalah-masalah dengan kekuatan satu saksi dan meminta sumpahnya.
Telah di jelaskan oleh beberapa sahabnt Nabi Muhammad dan beberapa ulama fikih bahwa keputusan ini secara khusus berkaiiun Hengan hak, kepemilikan dan perjanjian, dan keputusan ini diterapkan uleh tigo orang khalifah; Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan.”46.
Dua hal yang harus kami sampaikan kepada anda adalah;
1) Mengapa Abu Bakar tidak meminta saksi saat ia memberikan keping uang emas yang sesuai dengan janji Nabi Muhammad SAW. Mengapa ia menerima pernyataan mereka bahwa Nabi telah menjanjikan sesuatu?,
2) Berbeda dengan Fathimah, ketika putri Nabi Muhammad yang ia sebut sebagai penghulu perempuan semesta alam, menuntut Fadak. Mengapa Abu Bakar meminta Fathimah menghadirkan saksi di hadapan khalifah tetapi beberapa dalih atau saksi-saksi itu mereka ditolak?
Apakah Abu Bakar Membuatkan Fatimah Murka?
Menjawab fitnah Wahabi dalam artikel “Apakah Abu Bakar Membuat Fatimah Murka?”Jawapan kepada nasibi di laman web Hakekat.com
file: https://www.facebook.com/groups/ahlulbaitnabisaw/210110199113190/
Polemik dalam garis besar sejarah Islam, adalah suatu catatan kelam yang telah memilih umat menjadi dua kelompok besar.
Kelompok pertama, adalah mereka yang telah didoktrinisasikan bahawa semua sahabat adalah jujur dan adil serta Allah dan RasuNya meridhai mereka semua. Kelompok ini, dalam rangka mengkultuskan seluruh sahabat, telah terjebak dengan tafsiran-tafsiran cetek al-Quran yang disajikan oleh ulama-ulama mereka, selain dari sajian ratusan jika tidak ribuan, hadis-hadis palsu keutamaan para sahabat yang semuanya saling berbenturan dengan al Quran, hadis-hadis sahih yang disepakati, maupun mantik yang sihat.
Manakala kelompok kedua adalah mereka yang menggolongkan para sahabat berdasarkan ciri-ciri mereka:
a. Sahabat yang jujur dan bertakwa.
b. Sahabat yang munafik.
c. Sahabat yang menyakiti Nabi saaw dan selalu membangkang.
Dalam tulisan ini, perbahasan yang dibawakan adalah mengenai polemik yang berlaku sesudah wafatnya Nabi Muhammad saaw, di antara puteri Baginda saaw yang tercinta, Penghulu Wanita Semesta Alam, Sayyidah Fatimah az-Zahra (as) dengan Abu Bakar bin Abi Quhafah mengenai persoalan perwarisan Tanah Fadak dan kemarahan Sayyidah Fatimah az Zahra (as).
Para pembela sahabat kebingungan menghadapi kemelut ini, kerana ia membabitkan dua pihak, yang menurut mereka berstatus besar dalam pandangan Islam.
Di satu pihak, berdirinya Sayyidah Fatimah az-Zahra (as), yang bangkit menuntut haknya ke atas tanah Fadak. Kedudukan tinggi dan mulia Sayyidah Fatimah az-Zahra (as) telah disabdakan oleh Baginda Rasul (saw), antaranya:
1. Nabi saaw bersabda: “Yang paling aku cintai dari Ahlul Baitku adalah Fatimah”
(Al-Jami’ al-Sagheer, jilid 1, #203, hlm. 37; Al-Sawaiq Al-Muhariqa, hlm. 191; Yanabi’ Al-Mawadda, jilid. 2, bab. 59, hlm. 479; Kanzul Ummal, jilid. 13, hlm. 93).
2. Nabi saaw bersabda: “Empat wanita pemuka alam adalah ‘Asiah, Maryam, Khadijah dan Fatimah”
(Al-Jami’ Al-Sagheer, jilid 1, #4112, hlm 469; Al-Isaba fi Tamayyuz Al-Sahaba, jilid 4, hlm 378; Al-Bidaya wa Al-Nihaya, jilid 2, hlm 60; Dakha’ir Al-Uqba, hlm 44).
3. Nabi saaw bersabda: ” Fatimah adalah Penghulu wanita syurga”
(Kanzul Ummal, jilid 13, hlm 94; Sahih Al-Bukhari, Kitab Al-Fadha’il, Bab kelebihan Fatimah; Al-Bidaya wa Al-Nihaya, jilid 2, hlm 61).
4. Nabi saaw bersabda: “Fatimah adalah bagian dariku, yang membuatnya marah, membuatku marah”
(Sahih Muslim, jilid 5, hlm 54; Khasa’is Al-Imam Ali oleh Nisa’i, hlm 121-122; Masabih Al-Sunnah, jilid 4, hlm 185; Al-Isabah, jilid 4, hlm 378; Siar Alam Al-Nubala’, jilid 2, hlm 119; Kanzul Ummal, jilid 13, hlm 97; perkataan sama diguna dalam Al-Tirmidhi, jilid 3, bab kelebihan Fatimah, hlm 241; Haliyat Al-Awliya’, jilid 2, hlm 40; Muntakhab Kanzul Ummal, catatan pinggir Al-Musnad, jilid 5, hlm 96; Maarifat Ma Yajib Li Aal Al-Bait Al-Nabawi Min Al-Haqq Alaa Men Adahum, hlm 58; Dhakha’ir Al-Uqba, hlm 38; Tadhkirat Al-Khawass, hlm 279; Yanabi^ Al-Mawadda, jilid 2, bab 59, hlm 478).
Dan di satu pihak lagi, berdirinya Abu Bakar, tokoh yang mereka pandang kanan sesudah Rasulullah saaw.
Polemik bermula, saat Abu Bakar dilantik menjawat jabatan Khalifah, selepas pertelingkahan di Saqifah Bani Sa’idah, antaranya, Umar dan Abu Ubaidah di satu pihak dan kaum Ansar, di pihak yang lain.
Sayyidatina Fatimah az-Zahra (as), telah menuntut haknya ke atas tanah Fadak, yang menurut beliau adalah hadiah pemberian dari bapanya Rasulullah (saw), hal yang mana dinafikan oleh Abu Bakar.
Benarkah Fadak adalah pemberian Rsulullah (saw) kepada puteri Baginda (saw)? Mari kita perhatikan riwayat berikut:
Telah diriwayatkan dengan sanad yang Hasan bahwa Rasulullah saaw di masa hidup Beliau telah memberikan Fadak kepada Sayyidatina Fathimah as. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad Abu Ya’la 2/334 hadis no. 1075 dan 2/534 hadis no. 1409:
قرأت على الحسين بن يزيد الطحان حدثناسعيد بن خثيم عن فضيل عن عطية عن أبي سعيد الخدري قال : لما نزلت هذهالآية { وآت ذا القربى حقه } [ الاسراء : 26 ] دعا النبي صلى الله عليه وسلم فاطمة وأعطاها فدك
Qara’tu ‘ala Husain bin Yazid Ath Thahan yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Khutsaim dari Fudhail bin Marzuq dari Athiyyah dari Abi Said Al Khudri yang berkata “ketika turun ayat dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya [Al Isra ayat 26]. Rasulullah saaw memanggil Fathimah dan memberikan Fadak kepadanya”.
Lalu, saat Abu Bakar menjawat jabatan Khalifah, dia telah merampas Fadak dari Sayyidatina Fatimah az Zahra as dan memiliknegarakan Fadak.
Hadis tentang Fadak.
Hadis ini terdapat dalam Shahih Bukhari Kitab Fardh Al Khumus Bab Khumus no 1345. Namun, di sini, kita lihat hadis tersebut dari Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345.
Dari Aisyah, Ummul Mukminah (ra), ia berkata “Sesungguhnya Fatimah (as) binti Rasulullah (saw) meminta kepada Abu Bakar sesudah wafat Rasulullah (saw) supaya membahagikan kepadanya harta warisan bahagiannya dari harta yang ditinggalkan Rasulullah (saw) dari harta fa’i yang dianugerahkan oleh Allah kepada Beliau.[Dalam riwayat lain: kamu meminta harta Nabi SAW yang berada di Madinah dan Fadak dan yang tersisa dari seperlima Khaibar 4/120] Abu Bakar lalu berkata kepadanya, [Dalam riwayat lain: Sesungguhnya Fatimah dan Abbas datang kepada Abu Bakar meminta dibagikan warisan untuk mereka berdua apa yang ditinggalkan Rasulullah (saw), saat itu mereka berdua meminta dibagi tanah dari Fadak dan saham keduanya dari tanah (Khaibar) lalu pada keduanya berkata 7/3] Abu Bakar “Sesungguhnya Rasulullah (saw) bersabda “Harta Kami tidaklah diwaris ,Harta yang kami tinggalkan adalah sedekah [Sesungguhnya keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini, [maksudnya adalah harta Allah- Mereka tidak boleh menambah jatah makan] Abu Bakar berkata “Aku tidak akan biarkan satu urusan yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku akan melakukannya] Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar [Ia tidak mau berbicara dengannya]. Pendiaman itu berlangsung hingga ia wafat dan ia hidup selama 6 bulan sesudah Rasulullah SAW.
Ketika Fatimah meninggal dunia, suaminya Ali (ra) yang menguburkannya pada malam hari dan tidak memberitahukan kepada Abu Bakar. Kemudian ia menshalatinya.
Hadis ini dan yang serupa dengannya, benar benar membuat para pencinta Abu Bakar tidak senang duduk, jika mereka menerima perilaku Abu Bakar ini ke atas Sayyidatina Fatimah az-Zahra (as), berarti mereka juga harus membenarkan kesan dari perbuatan Abu Bakar itu dengan hadis Nabi saaw berikut:
Sesungguhnya Rasulullah Saaw berkata: “Fatimah bagian diriku, barang siapa memarahinya berarti memarahiku.” (HR Bukhori, Fadhoilu Shahabat, Fathul Bari 7/78 H. 3714).
Persuratan Di Antara Muawiyah dan Muhammad Bin Abu Bakar
Allahumma Sholi ala Muhammad wa aali Muhammad
Kepimpinan Imam Ali(as) dan Ahlulbait Rasul(sawa) dapat dibuktikan
dengan berbagai sumber riwayat, samada dari Kitab Sunni mahupun Syiah.
Begitu juga pergeseran yang terjadi antara beliau dan puak yang merampas
kuasa atau yang cuba merampas kuasa, adalah satu perkara yang sahih dan
terjadi secara benar dalam sejarah. Kini, insyaAllah, saya akan bawakan
beberapa riwayat, surat dari Muhammad bin Abu Bakar, seorang Syiah yang
setia kepada Imam Ali(as) dengan perampas kuasa, pembunuh
Ahlulbait(as), penegak kebatilan, Muawiyah Bin Abu Sufyan.
Sumber Dokumen Surat antara Muawiyah dan Muhamad b Abu BakrSejarawan besar Ahlu Sunnah, Al Baladzuri dalam kitabnya Ansab al Asyraf jilid II hal 393-397, Nasr bin Muhazin dalam karyanya Waq’at ash Shiffin hal 118-121;Ibnu Abil al Hadid, Syarh Nahjul Balaghah jilid III hal 188, Mas’udi pada karyanya Murudz Dzahab jil III hal 465, Abdul Malik bin Husain al Islami pada kitabnya Samth an Nujum al ‘awali Jilid II hal 465 telah merekodkan surat menyurat di antara Muawiyah dan Muhammad bin Abu Bakar(ra) yang kemudian membongkar misteri bagaimana kekhalifahan itu berpindah tangan, dan berikut adalah isi surat tersebut :Isi Surat Muhammad bin Abu Bakr Kepada Muawiyyah b Abu Sofyan
Dari Muhammad Bin Abu Bakar,
kepada si Sesat Muawiyyah bin Shakhr
Salam kepada penyerah diri dan yang taat kepada Allah !
Amma ba’du, sesungguhnya Allah swt, dengan keagungan dan kekuasaan-Nya, menciptakan makhluk-Nya tanpa main-main. Tiada celah kelemahan dalam kekuasaan_Nya. Tiada berhajat Dia terhadap hamba-Nya. Ia menciptakan mereka untuk mengabdi kepada-Nya. Dia menjadikan orang yang tersesat atau orang yang lurus, orang yang malang dan orang yang beruntung.
Kemudian, dari antara mereka, Dia Yang Maha Tahu memilih dan mengkhususkan Muhammad SAW dengan pengetahuan-Nya. Dia jugalah yang memilih Muhammad saw berdasarkan ilmu-Nya sendiri untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengemban wahyu-Nya. Dia mengutusnya sebagai Rasul dan pembawa khabar gembira dan pemberi peringatan.
Dan orang pertama yang menjawab dan mewakilinya, mentaatinya, mengimaninya, membenarkanya, menyerahkan diri kepada Allah dan menerima Islam sebagai agamanya, adalah saudaranya dan misanya Ali bin Abi Thalib, yang membenarkan yang ghaib. Ali mengutamakannya dari semua kesayanganya, menjaganya pada setiap ketakutan, membantunya dengan dirinya sendiri pada saat-saat mengerikan, memerangi perangnya, berdamai dengan perdamaianya, melindungi Rasulullah dengan jiwa raganya siang mahupun malam, menemaninya pada saat-saat yang menggetarkan, kelaparan serta dihinakan. Jelas tiada yang setara dengannya dalam berjihad. Tiada yang dapat menandinginya di antara para pengikut dan tiada yang mendekatinya dalam amal perbuatanya.
Dan aku berasa hairan melihat engkau hendak menandinginya ! Engkau adalah engkau ! Sejak awal lagi, Ali telah unggul dalam setiap kebajikan, paling tulus dalam niat, keturunannya paling bagus, isterinya adalah wanita utama. Dan saudaranya (Jaafar) syahid di perang Mu’tah manakala seorang lagi pamannya(Hamzah) adalah penghulu para syuhada perang Uhud. Ayahnya adalah penyokong Rasulullah saw dan isterinya.
Dan engkau adalah orang yang terlaknat, anak orang terkutuk. Tiada hentinya engkau dan ayahmu menghalangi jalan Rasululah saw. Kalian berdua berjihad untuk memadamkan nur Ilahi, dan kamu berdua melakukannya dengan menghasud dan menghimpun manusia, menggunakan kekayaan dan mempertengkarkan berbagai suku. Dalam keadaan demikian ayahmu mati. Dan engkau melanjutkan perbuatanya seperti itu pula.
Dan saksi-saksi perbuatan engkau adalah orang-orang yang meminta-minta perlindungan engkau, iaitu dari kelompok musuh Rasulullah yang memberontak, kelompok pemimpin-pemimpin yang munafiq dan pemecah belah dalam melawan Rasulullah saw.
Sebaliknya, saksi bagi Ali dengan keutamaanya yang terang dan keterdahuluanya (dalam islam) adalah penolong-penolongnya yang keutamaan mereka telah disebutkan di dalam Al Qur’an, iaitu kaum Muhajirin dan Ansar. Dan mereka itu merupakan pasukan yang berada di sekitarnya dengan pedang-pedang mereka dan siap menumpahkan darah untuknya. Mereka melihat keutamaan pada dirinya yang patut di taati dan malapetaka bila mengingkari .
Maka mengapa, wahai ahli neraka, engkau menyamakan dirimu dengan Ali, sedangkan beliau adalah pewaris dan pelaksana wasiat Rasulullah (sawa), bapa kepada anak-anak Rasulullah(sawa)(Hassanain), pengikut pertama, dan yang terakhir menyaksikan Rasulullah(sawa), teman berbincang, penyimpan rahasia dan sekutu Rasulullah saw dalam urusanya. Rasulullah saw memberitahukan urusan baginda kepadanya, sedangkan engkau adalah musuh dan anak dari musuh baginda.
Tiada peduli keuntungan apa pun yang engkau peroleh dari kefasikanmu di dunia ini dan bahkan Ibnu al Ash menghanyutkan engkau dalam kesesatanmu, akan tampak bahawa waktumu sudah berakhir dan kelicikanmu tidak akan ampuh lagi. Maka akan menjadi jelas bagimu siapa yang akan memiliki masa depan yang mulia. Engkau tidak mempunyai harapan akan pertolongan Allah, yang tidak engkau fikirkan.
Kepada-Nya engkau berbuat Licik, Allah menunggu untuk menghadangmu, tetapi kesombonganmu membuat engkau jauh dari Dia.
Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk.
============================================================================
Surat balas Muawiyyah b Abu Sofyan kepada Muhammad b Abu Bakar
Dari Muawiyyah bin Abu Sufyan,
Kepada Pencerca ayahnya sendiri, Muhammad bin Abu Bakar.
Salam kepada yang taat kepada Allah
Telah sampai kepadaku suratmu, yang menyebut Allah Yang Maha Kusa dan Nabi Pilihan-Nya, dengan kata-kata yang engkau rangkaukan. Pandanganmu lemah. Engkau mencerca ayahmu. Engkau menyebut hak Ibnu Abi Thalib dan keterdahuluan serta kekerabatannya dengan Nabi Allah saw dan bantuan serta pertolongannya kepada Nabi pada setiap keadaan genting.
Engkau juga berhujjah dengan keutamaan orang lain dan bukan keutamaanmu. Aneh, engkau malah mengalihkan keutamaanmu kepada orang lain.
Di zaman Nabi saw, kami dan ayahmu telah melihat dan tidak memungkiri hak Ibnu Abi Thalib. Keutamaanya jauh di atas kami. Dan Allah SWT memilih dan mengutamakan Nabi sesuai janji-Nya. Dan melalui Nabi Dia menampakkan dakwah-Nya dan menjelaskan hujjah-Nya. Kemudian mengambil Nabi saw ke sisi-Nya.
Ayahmu dan Faruqnya (umar) adalah orang-orang pertama yang merampas hak ibnu Abi Thalib. Hal ini diketahui umum.
Kemudian mereka mengajak Ali membaiat Abu Bakar, tetapi Ali menunda dan memperlambatnya. Mereka marah sekali dan bertindak kasar. Hasrat mereka bertambah besar. Akhirnya Ali membaiat Abu Bakar dan berdamai dengan mereka berdua.
Mereka berdua tidak mengajak Ali dalam pemerintahan mereka. Tidak juga mereka menyampaikan kepadanya rahsia mereka, sampai mereka berdua meninggal dan berakhirlah kekuasaan mereka.
Kemudian bangkitlah orang ketiga, iaitu Usman yang menuruti tuntunan mereka. Engkau dan temanmu berbicara tentang kerosakan-kerosakan yang dilakukan Usman agar orang-orang yang berdosa di wilayah-wilayah mengembangkan niat-niat buruk terhadapnya dan engkau bangkit melawannya. Engkau menunjukkan permusuhanmu kepadanya untuk mencapai keinginan-keinginanmu sendiri.
Hai putra Abu Bakar, berhati-hatilah atas apa yang engkau lakukan. Jangan engkau menempatkan dirimu melebihi apa yang dapat engkau uruskan. Engkau tidak dapat menemukan seseorang yang mempunyai kesabaran yang lebih besar dari gunung, yang tidak pernah menyerah kepada suatu peristiwa. Tidak ada yang dapat menyamainya.
Ayahmu bekerja sama dengan beliau untuk mengukuhkan kekuasaanya. Bila ada kaum yang mengatakan bahawa tindakanmu benar, maka ketahuilah, ayahmu yang mengambil alih kekuasaan ini, dan kami menjadi sekutunya. Jika ayahmu tidak melakukan hal itu, maka kami tidak akan sampai menentang anak abu Thalib dan kami akan sudah menyerah kepadanya.
Tetapi kami melihat bahawa ayahmu memperlakukan Ali seperti ini dihadapan kami, dan kami pun mengikutinya, maka cacat apapun yang akan kamu dapatkan, maka arahkanlah itu kepada ayahmu sendiri atau berhentilah masuk campur(akan urusan kami).
Salam bagi orang yang kembali.
——————————————-
Hadis “Ali Khalifah Selepas Ku” Adalah Bersanad Muktabar
Posted on Oktober 7, 2011 by syiahali
http://syiahali.wordpress.com/2011/10/page/21/
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سُلَيْمٍ أَبِي بَلْجٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ (ص): …
وَخَرَجَ النَّاسُ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ، فَقَالَ عَلِيٌّ: أَخْرُجُ مَعَكَ، قَالَ: «لا»، قَالَ: فَبَكَى، قَالَ: «أَفَلا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى، إِلا أَنَّكَ لَسْتَ بِنَبِيٍّ، وَأَنْتَ خَلِيفَتِي فِي كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ بَعْدِي».
الشيباني، عمرو بن أبي عاصم الضحاك (متوفاى287هـ)، السنة، ج 2، ص603 ، تحقيق: محمد ناصر الدين الألباني، ناشر: المكتب الإسلامي – بيروت، الطبعة: الأولى، 1400هـ.
Ibnu ‘Abbas berkata: RasūluLlah (s.a.w) bersabda… orang ramai keluar ke peperangan Tabuk. Maka ‘Alī bin Abī Ṭalib berkata: Saya juga turut keluar bersama engkau? RasūluLlah menjawab: Tidak. Maka ‘Alī pun menangis. Sabda RasūluLlah: Apakah engkau tidak reda perumpamaan engkau di sisiku seperti Ḥarun di sisi Musa?, melainkan engkau bukan nabi, dan engkau adalah khalifah setiap orang beriman setelahku? – Al-Shaybānī, ‘Amrū bin Abī ‘Āṣim, jilid 2 halaman 603.Nasā’ī di dalam Khaṣā’iṣ Amīrul Mukminīn menukilkannya dengans sanad yang sama seperti berikut:
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْوَضَّاحُ ، وَهُوَ أَبُو عَوَانَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مَيْمُونٍ، قَالَ: ” إِنِّي لَجَالِسٌ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ… .
وَخَرَجَ بِالنَّاسِ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ، فَقَالَ عَلِيٌّ: أَخْرُجُ مَعَكَ؟ فَقَالَ: لا، فَبَكَى، فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى، إِلا أَنَّكَ لَسْتَ بِنَبِيٍّ؟ ثُمَّ قَالَ: أَنْتَ خَلِيفَتِي، يَعْنِي فِي كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ بَعْدِي.
النسائي، ابوعبد الرحمن أحمد بن شعيب بن علي (متوفاى303 هـ)، خصائص اميرمؤمنان علي بن أبي طالب، ج 1، ص50 ، تحقيق: أحمد ميرين البلوشي، ناشر: مكتبة المعلا – الكويت الطبعة: الأولى، 1406 هـ.
======================================
Penelitian sanad riwayat:
ʽAmrū bin Abī ʽĀṣim (عمرو بن أبي عاصم)
ʽAmrū bin Al-Ḍaḥḥāk merupakan seorang penulis kitab meskipun ia tidak masyhur seperti anak lelakinya (Aḥmad bin ʽAmrū bin Al-Daḥḥāk, penulis kitab Al-Aḥād Wal Mathānī), namun beliau merupakan salah seorang guru kepada Ibnu Mājah Al-Qazwīnī dan ulama-ulama Ahlusunnah menthiqahkan beliau.
Ibnu Ḥajar Al-ʽAsqalānī dimenyarahkan beliau sebagai berikut:
عمرو بن الضحاك بن مخلد البصري ولد أبي عاصم النبيل ثقة كان على قضاء الشام من الحادية عشرة
مات سنة اثنتين وأربعين ق .
العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاى852هـ)، تقريب
التهذيب، ج1 ص423، رقم:5052 ، تحقيق: محمد عوامة، ناشر: دار الرشيد –
سوريا، الطبعة: الأولى، 1406 – 1986.
ʽAmrū bin Al-Daḥḥāk bin Makhlad Al-Baṣrī, anak Abī ʽĀṣim Al-Nabīl adalah thiqah dan menjadi Qadi Syam pada tahun sebelas (kurun ke-3), beliau meninggal pada tahun empat puluh dua. – Al-ʽAsqalānī Al-Shāfiʽī, Aḥmad bin ʽAlī bin Ḥajar Abul Faḍl, Taqrīb Al-Tahdhīb, jilid 1 halaman 423.————————————————
Ibnu Ḥabbān Al-Shafiʽī menulis tentang beliau:
عمرو بن أبى عاصم النبيل يروى عن أبيه ثنا عنه محمد بن الحسن بن قتيبة وغيره
من شيوخنا كان على قضاء الشام مستقيم الحديث.
التميمي البستي، ابوحاتم محمد بن حبان بن أحمد (متوفاى354 هـ)، الثقات، ج
8 ص 486، رقم: 14580، تحقيق السيد شرف الدين أحمد، ناشر: دار الفكر،
الطبعة: الأولى، 1395هـ – 1975م
ʽAmrū bin Abī ʽAṣim Al-Nabīl meriwayatkan daripada ayahnya yang menukilkan daripada Muḥammad bin Al-Ḥasan bin Qutaybah dan beberapa orang ulama yang lain bahawa beliau adalah Qadi Syam dan hadis-hadisnya adalah benar. – Al-Tamīmī, Abu Ḥātim Muḥammad bin Ḥabbān bin Aḥmad, Al-Thiqāt, jilid 8 halaman 486.——————————————————-
Muhammad bin Al-Muthannā (محمد بن المثنى)
Beliau merupakan perawi hadis Bukhārī, Muslim dan sahih sittah yang lain, Dhahabī memuji beliau seperti berikut:
محمد بن المثنى أبو موسى العنزي الحافظ عن بن عيينة وعبد العزيز العمي وعنه الجماعة وأبو عروبة والمحاملي ثقة ورع مات 252 ع .
الذهبي الشافعي، شمس الدين ابوعبد الله محمد بن أحمد بن عثمان (متوفاى
748 هـ)، الكاشف في معرفة من له رواية في الكتب الستة، ج2 ص214، رقم: 5134 ،
تحقيق محمد عوامة، ناشر: دار القبلة للثقافة الإسلامية، مؤسسة علو – جدة،
الطبعة: الأولى، 1413هـ – 1992م.
Muḥammad bin Al-Muthannā Abū Mūsā Al-‘Anaziy Al-Ḥāfiẓ (mereka yang menghafal seratus ribu hadis).. seorang yang thiqah dan wara’. – Al-Dhahabī Al-Shafiʽī, Shamsuddin Abū ‘Abdullah Muḥammad bin Aḥmad bin Uthmān, Al-Kāshif fī Ma’rifah man lahu riwāyah fi Al-Kutub Al-Sittah, jilid 2 halaman 214, nombor 5134.
Ibnu Ḥajar berkata tentang beliau:
محمد بن المثنى بن عبيد العنزي بفتح النون والزاي أبو موسى البصري
المعروف بالزمن مشهور بكنيته وباسمه ثقة ثبت من العاشرة وكان هو وبندار
فرسي رهان وماتا في سنة واحدة ع .
العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاى852هـ)، تقريب
التهذيب، ج1 ص505، رقم: 6264 ، تحقيق: محمد عوامة، ناشر: دار الرشيد –
سوريا، الطبعة: الأولى، 1406 – 1986.
Maksudnya Muḥammad bin Muthannā adalah seorang yang thiqah – Al-‘Asqalānī Al-Shāfiʽī, Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar bin Abul Faḍl, Taqrīb Al-Tahdhib.——————————————————–
Yaḥyā bin Ḥammād (يحيى بن حماد):
Merupakan perawi hadis Bukhari, Muslim dan sahih sittah yang lain. Dhahabī mensyarahkan beliau sebagai berikut:
يحيى بن حماد الشيباني مولاهم ختن أبي عوانة وراويته له عن عكرمة بن عمار وشعبة وعنه البخاري والدارمي والكديمي ثقة متأله توفي 215 خ م ت س ق
الكاشف ج2 ص364، رقم: 6158
Yaḥyā bin Ḥammād Al-Shaybānī meriwayatkan daripada ‘Akramah dan Shuʽbah. Al-Bukārī, Al-Dārimī dan Al-Kudaymiy menukilkan riwayat daripadanya dan menganggapnya Thiqah. – Al-Kāshif, jilid 2 halaman 364, nombor 6158.Ibnu Ḥajar Al-ʽAsqalānī berkata:
يحيى بن حماد بن أبي زياد الشيباني مولاهم
البصري ختن أبي عوانة ثقة عابد من صغار التاسعة مات سنة خمس عشرة خ م خد ت س ق .
تقريب التهذيب ج1 ص589، رقم:7535
Yaḥyā bin Ḥammād seorang yang Thiqah, Taqrībul Tahdhib, jilid 1 halaman 589, nombor 7535——————————————————
Abū ‘Awānah, Waḍḍāḥ bin ‘AbduLlah (أَبُو عَوَانَةَ، وضّاح بن عبد الله)
Beliau merupakan perawi hadis Bukhari, Muslim dan Sahih Sittah yang lain. Dhahabī menganggap beliau adalah Thiqah dan Mutqin:
وضاح بن عبد الله الحافظ أبو عوانة اليشكري مولى يزيد بن عطاء سمع قتادة وابن المنكدر وعنه عفان وقتيبة ولوين ثقة متقن لكتابه توفي 176 ع
الذهبي الشافعي، شمس الدين ابوعبد الله محمد بن أحمد بن عثمان (متوفاى 748 هـ)، الكاشف في معرفة من له رواية في الكتب الستة، ج2 ص349، رقم:6049، تحقيق محمد عوامة، ناشر: دار القبلة للثقافة الإسلامية، مؤسسة علو – جدة، الطبعة: الأولى، 1413هـ – 1992م.
وضاح بتشديد المعجمة ثم مهملة اليشكري بالمعجمة الواسطي البزاز أبو عوانة مشهور بكنيته ثقة ثبت من السابعة مات سنة خمس أو ست وسبعين ع
العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاى852هـ)، تقريب التهذيب،ج1، ص580، رقم: 7407، تحقيق: محمد عوامة، ناشر: دار الرشيد – سوريا، الطبعة: الأولى، 1406 – 1986.
Abū Balj, Yaḥyā bin Sulaym bin Balj
Mizzi di dalam Tahdhibul Kamāl menulis:
Dhahabī di dalam kitab Al-Kāshif mengatakan bahawa beliau:أبو بلج الفزاري الواسطي، ويُقال: الكوفي، وهو الكبير، اسمه: يحيى بن سليم بن بلج…قال إسحاق بن منصور، عن يحيى بن مَعِين: ثقة. وكذلك قال محمد بن سعد، والنَّسَائي، والدار قطني. وقَال البُخارِيُّ: فيه نظر. وَقَال أبو حاتم: صالح الحديث، لا بأس به.المزي، ابوالحجاج يوسف بن الزكي عبدالرحمن (متوفاى742هـ)، تهذيب الكمال،ج33، ص162، تحقيق: د. بشار عواد معروف، ناشر: مؤسسة الرسالة – بيروت، الطبعة: الأولى، 1400هـ – 1980م.Abu Balj Al-Fazārī…
Isḥaq bin Manṣūr menukilkan daripada Yaḥyā bin Muʽīn bahawa beliau adalah Thiqah. Begitu juga Muḥammad bin Saʽd, Nasā’ī dan Al-Dār Qaṭanī menthiqahkan beliau. Al-Bukhārī berkata: Ada pandangan tentangnya (ada masalah). Berkata Abū Ḥātim: Hadisnya adalah Ṣāliḥ, tidak ada sebarang masalah dengannya. – Al-Mizzi, Abul Hajjaj Yūsuf bin Al-Zakī ʽAbdul Raḥmān (meninggal pada tahun 742 Hijrah), Tahdhībul Kamāl, jilid 33 halaman 162.
أبو بلج الفزاري يحيى بن سليم أو بن أبي سليم عن أبيه وعمرو بن ميمون
الأودي وعنه شعبة وهشيم وثقه بن معين والدارقطني وقال أبو حاتم لا بأس به
وقال البخاري فيه نظر
الكاشف ج2 ص414، رقم:6550
Abū Balj Al-Farazī Yaḥyā bin Sulaym atau Ibnu Abī Sulaym; Yaḥyā bin Mu’īn dan Dārqaṭnī menthiqahkan beliau, Abū Ḥatim berkata bahawa tidak ada masalah tentang beliau, dan Bukhārī mengatakan beliau ada masalah. – Al-Kāshif, jilid 2 halaman 414, bilangan 6550.Ibnu Ḥajar di dalam Lisān Al-Mīzān berkata:
يحيى بن سليم ان أبو بلج الفزاري عن عمرو بن ميمون وعنه شعبة وهشيم وثقه بن معين والنسائي والدارقطني.Di dalam Taqrīb Al-Tahdhib ia dianggap sebagai Ṣadūq meskipun ada ketika ia melakukan kesilapan.
لسان الميزان ج7 ص432، رقم:5209
Yaḥyā bin Mu’īn, Nasā’ī dan Al-Dārqatanī menthiqahkan beliau. – Lisān Al-Mīzān, jilid ke-7 halaman ke 432, nombor 5209.
أبو بلج بفتح أوله وسكون اللام بعدها جيم الفزاري الكوفي ثم الواسطي الكبير اسمه يحيى بن سليم أو بن أبي سليم أو بن أبي الأسود صدوق ربما أخطأ من الخامسة 4——————————————————
تقريب التهذيب ج1 ص625، رقم: 8003.
Abū Balj sangat jujur, kemungkinan ia melakukan kesalahan. – Taqrīb Al-Tahdhib, jilid 1 halaman 625, no. 8003.
Ibnu ʽAbbās (ابْنِ عَبَّاسٍ)
Beliau adalah seorang sahabat sehinggakan ulama Wahabi yang bernama Albānī telah menganggap beliau sebagai Ḥasan di dalam kitab Ẓilāl Al-Jannah, jilid 2 halaman 337, hadith no. 1188. Oleh itu hadith ini tidak mempunyai masalah dalam persanadannya dan ia telah menyabitkan bahawa RasuluLlah (s.a.w) telah menggunakan kata-kata “وَأَنْتَ خَلِيفَتِي فِي كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ بَعْدِي” untuk Ali bin Abī Ṭālib.
——————————————————
ʽAmru bin Maymūn (عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ)
Beliau adalah perawi hadis Bukhārī, Muslim dan Saḥiḥ Sittah yang lain:
عمرو بن ميمون الأودي عن عمر ومعاذ وعنه زياد بن علاقة وأبو إسحاق وابن سوقة كثير الحج والعبادة وهو راجم القردة مات 74 ع
الكاشف ج2 ص89، رقم: 4237
ʽAmrū bin Maymūn Al-Awdiy banyak kali mengerjakan haji dan beliau merupakan ahli ibadat. Beliau seorang yang merejam kera, meninggal pada tahun 74. – Al-Kāshif, jilid 2 halaman 89, no. 4237.عمرو بن ميمون الأودي أبو عبد الله ويقال أبو يحيى مخضرم مشهور ثقة عابد نزل الكوفة مات سنة أربع وسبعين وقيل بعدها ع.
تقريب التهذيب ج1 ص427، رقم:5122.
ʽAmru bin Maymūn Al-Awdiy yang dikatakan Abū Yaḥya, Mukhḍaram (mereka yang mengenali Islam di zaman Jahiliyyah), orangnya masyhur, thiqah dan ahli ibadat. – Taqrīb Al-Tahdhīb jilid 1 halaman 427, no. 5122.Kisah kera direjam di zaman jahiliyah telah dinukilkan oleh Bukhārī sendiri:
حدثنا نُعَيْمُ بن حَمَّادٍ حدثنا هُشَيْمٌ عن حُصَيْنٍ عن عَمْرِو بن مَيْمُونٍ قال رأيت في الْجَاهِلِيَّةِ قِرْدَةً اجْتَمَعَ عليها قِرَدَةٌ قد زَنَتْ فَرَجَمُوهَا فَرَجَمْتُهَا مَعَهُمْ.
البخاري الجعفي، ابوعبدالله محمد بن إسماعيل (متوفاى256هـ)، صحيح البخاري،ج3، ص1397، ح3636، کتاب مناقب الأنصار، باب القسامة في الجاهلية، تحقيق د. مصطفي ديب البغا، ناشر: دار ابن كثير، اليمامة – بيروت، الطبعة: الثالثة، 1407 – 1987.
Nuʽaym bin Ḥammād telah meriwayatkan daripada Hashim bin Ḥuṣayn, daripada ʽAmrū bin Maymūn berkata: Di zaman jahilyah aku melihat sekumpulan kera berhimpun mengelilingi seekor kera yang telah berzina. Mereka merejamnya dan aku pun turut merejamnya bersama mereka. – Al-Bukharī Al-Ja’fī, Abū ʽAbduLlah Muḥammad bin Ismāʽīl (meninggal pada tahun 256 hijrah), Saḥīḥ Al-Bukhārī, jilid 3 halaman 1397, kitāb Manāqib Al-Anṣār, bab Al-Qasāmah fi Al-Jahiliyyah.——————————————————
Penelitian tentang pandangan Al-Bukhārī tentang Abūbalj:
Sebagaimana yang kita baca syarahan tentang Abūbalj Al-Fazārī, Dhahabī dan Mizzī mengatakan bahawa Al-Bukhāri mempermasalahkan beliau:
وقال البخاري فيه نظر.
“Al-Bukhārī mengatakan ada masalah padanya”.
Shuʽayb Al-Arna’ūṭ, penyelidik Wahabi di zaman ini menggunakan kata-kata Al-Bukhārī tersebut untuk mendhaifkan sebarang riwayat yang mempunyai sanad kepada Abū Balj.
إسناده ضعيفٌ بهذه السياقة، أبو بلج ـ وإسلمه يحيى بن سليم، أو ابن أبي سليم ـ، وإن وثقه غيرُ واحد، قد قال فيه البخاري: فيه نظر… .
مسند أحمد بن حنبل، ج5، ص181، تحقيق: شعيب الأرنؤوط/عادل مرشد، ناشر: مؤسسه الرسالة ـ بيروت، الطبعة: الأولى، 1416ه ـ 1995م.
Persadannya dhaif kerana Abū Balj (yang bernama Yahyā bin Sulaym atau Ibnu Abī Sulaym), jikalau bukan seorang ulama yang menthiqahkan beliau namun Al-Bukhārī mengatakan bahawa beliau bermasalah. – Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, jilid 5 halaman 181.——————————————————
Namun permasalahan ini hendaklah dikaji dari berbagai sisi yang lain:
1. Apakah Al-Bukhārī mengatakan demikian kepada individu tersebut?
2. Apakah kata-kata Al-Bukhārī dapat menandingi penthiqahan beliau daripada ulama-ulama besar Ahlusunnah yang lain seterusnya ia dihitung sebagai dhaif.
3. Apakah ada ulama-ulama Ahlusunnah yang mensahihkan riwayat Abūbalj?
4. Pertentangan antara dua ulama Ahlusunnah dengan riwayat Abūbalj.
——————————————————
Sisi pertama; Apakah Al-Bukhārī, mendhaifkan Abūbalj?
Tatkala kita membahaskan bahawa pernahkah Al-Bukhārī mengatakan demikian tentang Abūbalj atau tidak, maka kita perlu meneliti tentang kesahihan dan penolakan perkara ini dari dua noktah:
1. Aḥmad Shākir, menolak kaitan ini terhadap Bukhārī:
Ustāz Aḥmad Shākir salah seorang penyelidik Ahlusunnah terkenal masa kini mensahihkan sanad yang ada Abūbalj. Mengenai permasalahan Abūbalj Al-Fazāri, beliau menjawabnya sebagai berikut:
(3062) إسناده صحيح، أبو بلج، بفتح الباء وسكون اللام و آخره جيم: اسمه «يحيى بن سليم» ويقال «يحيى بن أبي الأسود» الفزاري، وهو ثقة، وثقه ابن معين وابن سعد والنسائي والدارقطني وغيرهم.2. Tiada bukti Al-Bukhārī mengatakan demikian.
وفي التهذيب أن البخاري قال: «فيه نظر» ! وما أدري أين قال هذا؟، فإنه ترجمه في الكبير 4/2/279 ـ 280 ولم يذكر فيه جرحاً، ولم يترجمه في الصغير، ولا ذكره هو والنسائي في الضعفاء، وقد روى عنه شعبة، وهو لا يروي إلا عن ثقه.
مسند أحمد بن حنبل، ج3، ص331، ح3062، تحقيق: احمد شاكر، ناشر: دار الحديث ـ قاهرة، الطبعة : الأولى، 1416هـ ـ 1995م.
Persanadannya Sahih, Abūbalj, dengan fatḥaḥ ba’, sukun pada lām dan berakhir dengan jim. Namanya Yaḥyā bin Sulaym. Dikatakan juga Yaḥya bin Abī Al-Aswad Al-Fazārī, beliau adalah thiqah. Ibnu Maʽīn, Ibnu Saʽd, Al-Nasā’ī, Al-Dārqaṭanī dan lain-lain lagi.
Di dalam Al-Tahdhib disebut bahawa Al-Bukhārī berkata: فيه نظر, dan saya tidak tahu di mana beliau mengatakan demikian? Sesungguhnya beliau tidak pernah mensyarahkannya di dalam Al-Kabīr dengan permasalahan, dan beliau juga tidak pernah menterjemahkannya di dalam Tarikh Al-Ṣaghīr, tidak pula disebutkan oleh Nasā’ī di dalam Al-Ḍuʽafā’. Shuʽbah meriwayatkan daripadanya dan beliau tidak meriwayatkan daripada sesiapapun kecuali daripada orang yang thiqah. – Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, jilid 3 halaman 331, Taḥqīq Aḥmad Shākir.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Aḥmad Shākir, Al-Bukhārī tidak pernah mendhaifkan Abūbalj Al-Fazārī sehingga namanya dicatat di dalam Tārikh Al-Kabīr tanpa mendhaifkannya. Silakan rujuk teks berikut:
يحيى بن أبي سليم قال إسحاق نا سويد بن عبد العزيز وهو كوفي ويقال واسطي أبو بلج الفزاري روى عنه الثوري وهشيم ويقال يحيى بن أبي الأسود وقال سهل بن حماد نا شعبة قال نا أبو بلج يحيى بن أبي سليمOleh itu, pendhaifan Abūbalj yang dikaitkan dengan Al-Bukhārī perlu ditolak, namun dari manakah sumber awal yang mengaitkan perkara ini dengan Al-Bukhārī? Orang yang mula-mula mengatakan demikian ialah Ibnu ʽAdī di dalam kitab Al-Kāmil dengan mengaitkan perkara ini kepada Al-Bukhārī:
البخاري الجعفي، ابوعبدالله محمد بن إسماعيل (متوفاى256هـ)، التاريخ الكبير، ج8، ص279، رقم: 2996، تحقيق: السيد هاشم الندوي، ناشر: دار الفكر.
يحيى بن أبى سليم أبو بلج الفزاري ثنا علان ثنا بن أبى مريم سمعت يحيى بن معين يقول أبو بلج يحيى بن أبى سليم، سمعت إبن حماد يقول قال البخاري يحيى بن أبى سليم أبو بلج الفزاري سمع محمد بن حاطب وعمرو بن ميمون فيه نظر .Sebenarnya apa yang terjadi di sini, orang yang menukilkan kata-kata tersebut ialah Muḥammad bin Aḥmad bin Ḥammād Al-Dūlābī yang didhaifkan oleh ibnu ʽAdī sendiri. Inilah yang dikatakan oleh Dhahabī di dalam Tārikh Al-Islām:
الجرجاني ، عبدالله بن عدي بن عبدالله بن محمد أبو أحمد (متوفاى365هـ)، الكامل في ضعفاء الرجال ، ج 7 ص 229، رقم: 2128 ، تحقيق : يحيى مختار غزاوي ، ناشر : دار الفكر – بيروت ، الطبعة : الثالثة ، 1409هـ – 1988م.
Yaḥyā bin Abī Sulaym, Abūbalj Al-Fazārī, aku mendengar daripada Yaḥyā bin Maʽīn bahawa Abūbalj ialah Yaḥyā bin Abī Sulaym. Aku mendengar daripada Ḥammād bahawa Al-Bukhārī mengatakan bahawa:
Yaḥyā bin Abī Sulaym Abūbalj Al-Fazārī yang mendengar daripada Muḥammad bin Ḥāṭib dan ʽUmarū bin Maymūn bahawa Abūbalj mempunyai masalah. – Al-Jarjānī, ʽAbduLlah bin Muḥammad Abū Aḥmad, Al-Kāmil Fī Ḍuʽafā’, jilid 7 halaman 229.
محمد بن أحمد بن حماد بن سعيد بن مسلم.Oleh itu dapatlah kita simpulkan bahawa Al-Bukhārī tidak mendhaifkan Abūbalj dan pandangan yang dikaitkan dengan Al-Bukhārī tidak lebih dari pembohongan.
أبو بشر الأنصاري الدولابي الحافظ الوراق . من أهل الري … وعنه : عبد الرحمن بن أبي حاتم ، وعبد الله بن عدي ، والطبراني … قال الدارقطني : تكلموا فيه ، وما يتبين من أمره إلا خير. وقال ابن عدي : ابن حماد متهم فيما يقوله في نعيم بن حماد لصلابته في أهل الري .
قلت : رمى نعيم بن حماد بالكذب .
وقال ابن يونس : كان من أهل الصنعة ، وكان يضعف .
الذهبي الشافعي، شمس الدين ابوعبد الله محمد بن أحمد بن عثمان (متوفاى 748 هـ)، تاريخ الإسلام ووفيات المشاهير والأعلام، ج 23 ص 276 ، تحقيق د. عمر عبد السلام تدمرى، ناشر: دار الكتاب العربي – لبنان/ بيروت، الطبعة: الأولى، 1407هـ – 1987م.
Muḥammad bin Aḥmad bin Ḥammād bin Saʽīd bin Muslim.
Abū Bashar Al-Anṣārī Al-Dūlābī Al-Warrāq, daripada penduduk Rey… ʽAbdul Raḥmān bin Abī Ḥātim, dan ʽAbduLlah bin ʽAdī dan Al-Ṭabrānī menukilkan riwayat daripada beliau. Dārqaṭānī berkata: Mereka berbicara tentangnya, tidaklah mereka jelaskan tentangnya kecuali kebaikan. Ibnu ʽAdī berkata: Ibnu Ḥammād dituduh dengan apa yang dikatakannya tentang Nuʽaym bin Ḥammaād kerana kerasnya beliau terhadap penduduk Rey. Saya mengatakan Nuʽaym bin Ḥammād dituduh sebagai penipu… – Al-Dhahabī Al-Shāfiʽī, Shamsuddin Abū AbdiLlah bin Aḥmad bin Uthmān, Tārikh Al-Islām Wa Wafayāt Al-Mashāhīr Wal-Aʽlām, jilid 23 halaman 276.
——————————————————
Sisi ke-dua: Apakah kata-kata “فيه نظر” dapat mendhaifkan AbūlBalj?
Andainya kita menerima bahawa Al-Bukhārī mengatakan demikian tentang individu tersebut, apakah kata-kata beliau itu dapat dijadikan sebab pendhaifannya? Apakah pendhaifan ini dapat menghadapi penthiqahannya oleh para ulama besar Ahlusunnah?
Yang penting di sini ialah kata-kata Al-Bukhari “فيه نظر” tidak dapat menghapuskan penthiqahan yang dipegang oleh para ulama rijal Ahlusnnah. Pendhaifan tersebut tidak dapat menggugat kesahihan riwayat kerana Yaḥyā bin Maʽīn, Dārqaṭānī, Nasā’ī, Muḥammad bin Saʽd dan Ibnu Abī Ḥātim menthiqahkan beliau. Oleh itu pendhaifan yang dikatakan Al-Bukhārī tidak dapat menewaskan penthiqahan oleh para ulama besar tersebut.
Untuk penjelasan lebih lanjut, silakan merujuk kepada beberapa noktah berikut:
1. Abū Isḥāq Al-Ḥuwaynī menganggap pendhaifan Al-Bukhārī tidak mempunyai dalil:
Abū Isḥāq Al-Ḥuwaynī merupakan seorang lagi penyelidik Sunni di zaman ini, beliau di dalam kitab Khaṣā’iṣ Nasā’ī mengatakan bahawa terdapat Abūbalj di dalam sanad sebuah riwayat:
إسناده حسن.
… وأبو بلج بن أبي سليم وثقه ابن معين وابن سعد والمصنف والدارقطني وقال أبوحاتم : «صالح الحديث لا بأس به» .
أما البخاري فقال : « فيه نظر » (!) وهذا جرح شديد عنده لا أرى مُسَوِّغٍ له إلا أن يكون قاله فيه لكونه روى حديثا عن عمرو بن ميمون عن عبد الله بن عمرو «ليأتين على جهنم زمان تخفق أبوابها ليس فيها أحد » فإنهم أنكروا على أبي بلج أن يحدث بهذا .
قلت : وهذا الحديث أخرجه يعقوب بن … وقال الذهبي في «الميزان» : «وهذا الخبر من بلاياها».
فالظاهر أن من جرحه إنما كان لهذا الخبر وهذا لا يقتضي رد جمع مروياته و إنما يرد ما علي أنه خالف فيه أو نحو ذلك . والله أعلم .
خصائص نسائي، ص34، تحقيق: أبو اسحق الحويني الأثري الحجازي بن محمد بن شريف، ناشر: دار الكتب العلمية ـ بيروت ، الطبعة: الأولى، 1405هـ ـ 1984م.
Sanad riwayat ini adalah Ḥasan. Abūbalj bin Abī Sulaym dithiqahkan oleh Yaḥyā bin Maʽīn, Ibnu Saʽd, Al-Muṣannaf dan Al-Dārqaṭanī. Abu Ḥātim berkata: Abū Ḥātim mengatakan: Hadis yang diriwayatkannya adalah ṣālih dan beliau tidak mempunyai masalah. Namun mengenai Al-Bukhārī yang mempermasalahkan kethiqahan beliau (فيه نظر), pendhaifan ini adalah pendhaifan shadīd di sisi Al-Bukhārī, saya tidak melihat alasannya. Tidakkah sebuah riwayat yang beliau nukilkan daripada ʽAmrū bin Maymūb, daripada ʽAbduLlah bin ʽUmar bahawa: Akan datang nanti waktu pintu jahannam dibuka yang tiada seorang pun di dalamnya. Ulama mempermasalahkan Abūbalj kerana hadis yang ini. Saya berkata: Hadis ini dikeluarkan oleh Yaʽqūb bin… dan Al-Dhahabī berkata di dalam Al-Mīzān bahawa: Ini adalah berita tentang balanya. Zahirnya permasalahan ke atasnya adalah kerana penukilan riwayat ini; sedangkan ia bukan menjadi sebab untuk menolak semua riwayat daripadanya… – Khaṣā’ṣ Nasā’ī, halaman 34, tahqīq Abū Ishāq al-Ḥuwaynī.2. Penthiqahan Yaḥyā bin Maʽīn cukup untuk mengisytiharkan beliau sebagai thiqah.
Badruddīn ʽAynī berkata tentang sebuah riwayat yang dinukilkan daripada Abūl Munīb ʽÛbaydiLlah bin ʽAbduLlah:
فإن قلت: في إسناده أبو المنيب عبيد الله بن عبد الله، وقد تكلم فيه البخاري وغيره. قلت: قال الحاكم: وثقه ابن معين، وقال ابن أبي حاتم: سمعت أبي يقول: هو صالح الحديث، وأنكر على البخاري إدخاله في الضعفاء، فهذا ابن معين إمام هذا الشأن وكفى به حجة في توثيقه إياه.
العيني الغيتابي الحنفي، بدر الدين ابومحمد محمود بن أحمد (متوفاى 855هـ)، عمدة القاري شرح صحيح البخاري،ج7، ص11، ناشر: دار إحياء التراث العربي – بيروت.
Jikalau aku mengatakan bahawa di dalam sanadnya Abul Munīb ÛbaydiLlah bin ʽAbduLlah, maka Al-Bukhārī dan selainnya berbicara tentangnya. Aku mengatakan Al-Ḥakim berkata bahawa beliau menthiqahkan ibnu Maʽīn. Ibnu Abī Ḥatim berkata aku mendengar ayahku menyatakan: beliau adalah Ṣālih Al-Hadith. Namun Al-Bukhārī mengingkari dan memasukkannya ke dalam Al-Ḍuʽafā’, namun cukupkah penthiqahannya sebagai hujjah riwayat oleh ulama rijal. – Badruddīn ʽAynī Abū Muḥammad bin Aḥmad, ʽUmdatul Qārī Syarh Ṣahīh Al-Bukhārī, jilid 7 halaman 11.Keadaan Yaḥyā bin Sulaym juga hampir seperti ini. Bukhārī mendhaifkannya, namun Yaḥyā bin Muʽīn dan ulama rijal Ahlusunnah yang lain menthiqahkan beliau. Oleh itu menurut kata-kata Badruddīn ʽAynī, pendhaifannya oleh Bukhārī tidak mempunyai nilai dan cukuplah penthiqahan Yaḥyā bin Muʽīn untuk menyabitkan hujjah riwayat.
4. Shuʽbah bin Ḥajjāj, hanya menukilkan riwayat daripada perawi yang thiqah sahaja.
Salah seorang yang menukilkan daripada Abūbalj adalah Shuʽbah bin Al-Ḥajjaj. Para ulama Ahlusunnah telah menjelaskan bahawa beliau hanya meriwayatkan hadis daripada perawi yang thiqah sahaja. Dengan kata lah penukilan riwayat daripada seseorang melalui Shuʽbah boleh menyabitkan kethiqahannya. Inilah yang disebut oleh peneliti Musnad Ibnu Hanbal Dr. Shākir yang menjelas masalah ini:
وقد روى عنه شعبة، وهو لا يروي إلا عن ثقه.
مسند أحمد بن حنبل، ج3، ص331، ح3062، تحقيق: احمد شاكر، ناشر: دار الحديث ـ قاهرة، الطبعة : الأولى، 1416هـ ـ 1995م.
Shuʽbah meriwayatkan daripadanya dan beliau tidak akan meriwayatkan daripada sesiapa pun melainkan daripada mereka yang thiqah. – Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, jilid 3 halmaan 331, hadis no. 3036, tahqīq Aḥmad Shākir.Ibnu Abdul Bar Qurṭubī dalam Al-Tahmid menulis tentang jenis-jenis riwayat mursal dan penerimaan sebahagian daripadanya:
وقد يكون المرسِل للحديث نسى مَن حَدَّثه به وعرف المعزى اليه الحديث فذكره عنه فهذا أيضا لا يضر اذا كان أصل مذهبه أن لا يأخذ الا عن ثقة كمالك وشعبة.
ابن عبد البر النمري القرطبي المالكي، ابوعمر يوسف بن عبد الله بن عبد البر (متوفاى 463هـ)، التمهيد لما في الموطأ من المعاني والأسانيد، ج 1 ص 17 ، تحقيق: مصطفي بن أحمد العلوي، محمد عبد الكبير البكري، ناشر: وزارة عموم الأوقاف والشؤون الإسلامية – المغرب – 1387هـ.
Kadang-kadang perawi hadis mursal terlupa tentang orang yang meriwayatkannya. Namun beliau tahu orang yang berikutnya. Ini juga tidak memudharatkan jika asalnya orang itu tidak meriwayatkan hadis melainkan daripada orang yang thiqah sahaja seperti Mālik dan Shuʽbah. – Ibnu ʽAbdul Bar, Al-Tamhīd lamma fi Al-Muwaṭṭā’ minal Maʽānī Wal Asānīd, jilid 1 halaman 17.Ibnu Kathīr Dimasyqī Al-Salafī di dalam kitab Talkhiṣ Al-Istighāthah menulis:
و إنما العالمون بالجرح والتعديل هم علماء الحديث وهم نوعان: منهم من لم يرو إلا عن ثقة عنده كمالك و شعبة و يحيى ين سعيد و عبدالرحمن بن مهدي وأحمد بن حنبل و كذلك البخاري و أمثاله …
ابن كثير الدمشقي، ابوالفداء إسماعيل بن عمر القرشي (متوفاى774هـ)، تلخيص كتاب الاستغاثة، ج1، ص77 .
Hanyasanya ulama ilmu Jarh Wa Taʽdīl mereka itu ulama hadis terbahagi kepada dua: Mereka yang tidak meriwayatkan hadis melainkan yang thiqah seperti Mālik, Shuʽbah, Yaḥyā bin Saʽīd, Abdul Raḥman bin Mahdī, Aḥmad bin Ḥanbal, begitu juga Al-Bukhārī dan yang sepertinya. – Ibnu Kathir AL-Dimasyhqī, Abul Fidā’ Ismāʽīl bin ʽUmar Al-Qarashī, Talkhiṣ kitāb Al-Istighāthah, jilid 1 halaman 77.Al-Ṣāliḥī Al-Shāmī juga menthiqahkan orang yang Shuʽbah nukilkan riwayat daripadanya:
روى عنه شعبة ولم يكن يروي إلا عن ثقة عنده.
الصالحي الشامي، محمد بن يوسف (متوفاى942هـ)، سبل الهدي والرشاد في سيرة خير العباد، ج 12 ص 378 ، تحقيق: عادل أحمد عبد الموجود وعلي محمد معوض، ناشر: دار الكتب العلمية – بيروت، الطبعة: الأولى، 1414هـ.
Shuʽbah meriwayatkan daripadanya sedangkan beliau tidak pernah meriwayatkan kecuali daripada orang yang thiqah pada pandangannya. – Al-Ṣāliḥī Al-Shāmī, Muḥammad bin Yūsuf, Subulul Hudā Wal Rashād fi Sīrah Khayr Al-ʽIbād, jilid 12 halaman 378.Abū Saʽīd Kaykaldī berkata:
ومنها أن يكون المرسل للحديث نسي من حدثه به وعرف المتن جيدا فذكره مرسلا لأن اصل طريقته أنه لا يأخذ إلا عن ثقة كمالك وشعبة فلا يضره الإرسال.
العلائي، أبو سعيد بن خليل بن كيكلدي (متوفاى: 761هـ)، جامع التحصيل في أحكام المراسيل ، ج 1 ص 88 ، تحقيق : حمدي عبدالمجيد السلفي ، ناشر : عالم الكتب – بيروت ، الطبعة : الثانية ، 1407هـ ـ 1986م
Di antara yang menjadikan perawi meriwayat hadis mursal ialah terlupa daripada ia mendengarnya, namun ia ingat matannya dengan baik. Maka ia menukilkannya dalam keadaan mursal kerana aslinya beliau tidak mengambil hadis melainkan daripada orang yang thiqah seperti Mālik, Shuʽbah. Maka kemursalan tidak memberi kesan terhadap hadis tersebut. – Al-ʽAlā’ī, Abū Saʽīd Kaykaldī, Jāmiʽ Al-Taḥṣīl fi Aḥkām Al-Marāsīl, jilis 1 halaman 88.Di dalam kitab Al-Nukat ʽAlā Muqaddimah ibnu Ṣalāḥ terdapat catatan:
[ فائدة ] الذي عادته لا يروي إلا عن ثقة ثلاثة يحيى بن سعيد وشعبة ومالك قاله ابن عبد البر وغيره وقال النسائي ليس أحد بعد التابعين آمن على الحديث من هؤلاء الثلاثة.
Barangsiapa yang terbiasa tidak menukilkan riwayat kecuali daripada orang yang thiqah ada tiga orang: Yaḥyā bin Saʽīd, Shuʽbah dan Mālik. Ibnu ʽAbdul Bar dan beberapa ulama yang lain mengatakan demikian. Al-Nasāʽī mengatakan: Tidak ada seorang pun di kalangan selepas tabiʽīn yang sangat amanah daripada tiga orang ini. – ʽAbduLlah bin Bahādur, Badruddīn Abī AbduLlah Muḥammad bin Jamāluddīn, Al-Nukat ʽAlā Muqaddimah ibnu Ṣalāḥ, jilid 3 halaman 370.Oleh itu penukilan riwayat Shuʽbah daripada Abūbalj menyabitkan kethiqahan perawinya.
4. Ibnu Ḥajar Al-ʽAsqalānī mencari kesalahan Abūbalj kerana keSyiahannya:
Ibnu Ḥajar Al-ʽAsqalānī yang dikenali sebagai “حافظ على الإطلاق” di kalangan Ahlusunnah menganggap Abūbalj sebagai Syiah. Lantaran itu beliau mengkritiknya setelah menyatakan pandangan ulama terhadap perawi hadis tersebut. Beliau turut mengatakan tidak perlu menerima riwayat daripadanya.
وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيحِ إِلَّا أَبَا بَلْجٍ بِفَتْحِ
الْمُوَحَّدَةِ وَسُكُونِ اللَّام بعْدهَا جِيم واسْمه يحيى وَثَّقَهُ بن
مَعِينٍ
وَالنَّسَائِيُّ وَجَمَاعَةٌ وَضَعَّفَهُ جَمَاعَةٌ بِسَبَبِ
التَّشَيُّعِ وَذَلِكَ لَا يَقْدَحُ فِي قَبُولِ رِوَايَتِهِ عِنْدَ
الْجُمْهُورِ.
العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاى852 هـ)، فتح
الباري شرح صحيح البخاري، ج 10 ص 182 ، تحقيق: محب الدين الخطيب، ناشر:
دار المعرفة – بيروت.
Perawi hadis ini adalah perawi hadis Bukhārī melainkan Abūbalj yang namanya adalah Yaḥyā. Nasa’ī dan jemaah menthiqahkan beliau. Jemaah juga mendhaifkannya kerana beliau Syiah. Kerana itu tidak perlu menerima riwayat daripadanya. – Al-ʽAsqalānī Al-Shāfiʽī, Aḥmad bin ʽAlī bin Ḥajar Abul Faḍl, Fathul Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī, jilid 10 halaman 182.——————————————————
Sisi ketiga: Kesahihan riwayat Abūbalj menurut ulama Ahlusunnah:
Biarpun ulama Ahlusunnah (selain Albānī) tidak mengemukakan pandangan tentang riwayat « وَأَنْتَ خَلِيفَتِي فِي كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ بَعْدِي», sebagai Sahih, namun mereka telah mensahihkan beberapa hadis lain yang ada pada sanadnya Abūbalj Al-Fazārī, seperti mana sebuah hadis mengenai sepuluh fadhilat terbaik ʽAlī bin Abī Ṭālib yang dinukilkan daripada Ibnu ʽAbbas:
ثنا يحيى بن حَمَّادٍ ثنا أبو عَوَانَةَ ثنا أبو بَلْجٍ ثنا عَمْرُو بن مَيْمُونٍ قال: إني لَجَالِسٌ إلى إبن عَبَّاسٍ إذا أَتَاهُ تِسْعَةُ رَهْطٍ فَقَالُوا يا أَبَا عَبَّاسٍ إما أن تَقُومَ مَعَنَا وإما أَنْ تخلونا هَؤُلاَءِ؟
قال: فقال: إبن عَبَّاسٍ بَلْ أَقُومُ مَعَكُمْ قال: وهو يَوْمَئِذٍ صَحِيحٌ قبل أَنْ يَعْمَى. قال: فابتدؤا فَتَحَدَّثُوا فَلاَ ندري ما قالوا. قال: فَجَاءَ يَنْفُضُ ثَوْبَهُ وَيَقُولُ أُفْ وَتُفْ وَقَعُوا في رَجُلٍ له عَشْرٌ…
الشيباني، ابوعبد الله أحمد بن حنبل (متوفاى241هـ)، فضائل الصحابة، ج2، ص685، ح3062 ، تحقيق د. وصي الله محمد عباس، ناشر: مؤسسة الرسالة – بيروت، الطبعة: الأولى، 1403هـ – 1983م؛
همو، مسند أحمد بن حنبل، ج1، ص3053، ح3062، ناشر: مؤسسة قرطبة ـ مصر؛
هذا حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه بهذه السياقة.
النيسابوري، محمد بن عبدالله ابوعبدالله الحاكم (405 هـ)، المستدرك علي
الصحيحين، ج 3، ص 143، تحقيق: مصطفي عبد القادر عطا، ناشر: دار الكتب
العلمية – بيروت، الطبعة: الأولى، 1411هـ – 1990م.
Riwayat ini sahih persanadannya dan mereka berdua (Al-Bukhārī dan Muslim) tidak pernah menukilkannya dalam bentuk ini. – Al-Nisyaburī, Al-Mustadrak ʽAla Al-Ṣaḥiḥayn, jilid 3 halmaan 143.Dhahabi juga di dalam Talkhiṣ Al-Mustadrak mengatakan Saḥīḥ setelah menukilkan hadis ini:
Ibnu ʽAbdul Bar Al-Qurṭubī setelah menukilkan riwayat ini mengatakan:صحيحٌ.المستدرك علي الصحيحين و بذيله التلخيص للحافظ الذهبي، ج3، ص134، كتاب معرفة الصحابة، باب ذكر اسلام امير المؤمنين، طبعة مزيدة بفهرس الأحاديث الشريفة، دارالمعرفة، بيروت،1342هـ.Al-Mustadrak ʽAlā Al-Ṣaḥiḥayn Wa Badhilihī Al-Talkhīṣ Lilḥāfiz Al-Dhahabī, jilid 3 halaman 134.
قال أبو عمر رحمه الله هذا إسنادٌ لا مَطْعَنٌ فيه لأحدٍ لصحته وثقة نَقَلَتِه… .
ابن عبد البر النمري القرطبي المالكي، ابوعمر يوسف بن عبد الله بن عبد
البر (متوفاى 463هـ)، الاستيعاب في معرفة الأصحاب،ج3 ص1091 ـ 1092، تحقيق:
علي محمد البجاوي، ناشر: دار الجيل – بيروت، الطبعة: الأولى، 1412هـ.
Abū ʽUmar (Ibnu ʽAbdul Bar) berkata: Tidak seorang pun berhak mempertikaikan kesahihan persanadan ini kerana sanadnya adalah sahih dan seluruh perawinya adalah thiqah. – Ibnu ʽAbdul Bar Al-Numayrī Al-Qurṭubī Al-Mālikī, Abū ʽUmar Yūsuf bin ʽAbduLlah bin ʽAbd Al-Bar, Al-Istīʽāb fī Maʽrifah Al-Aṣḥāb, jilid 3 halaman 1091-1092.Ibnu Ḥajar Al-ʽAsqalānī setelah menukilkan antara riwayat ini dengan berbagai lafaz, beliau menulis:
اخرجهما أحمد والنسائي ورجالهما ثقات.
العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاي852 هـ)، فتح
الباري شرح صحيح البخاري، ج 7، ص 15، تحقيق: محب الدين الخطيب، ناشر: دار
المعرفة – بيروت.
Aḥmad dan Nasā’ī menukilkan kedua-dua riwayat ini, perawi kedua-duanya adalah thiqah. – Al-ʽAsqalānī Al-Shāfiʽī, Aḥmad bin ʽAlī bin Ḥajar Abul Faḍl, Fathul Bārī Sharh Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī, jilid 7 halaman 15.Ḥāfiz Abū Bakr Haythamī yang wafat pada tahun 807 Hijrah juga setelah menukilkan riwayat ini mengatakan:
رواه أحمد والطبراني في الكبير والأوسط باختصار ورجال أحمد رجال الصحيح غير أبي بلج الفزاري وهو ثقة وفيه لين.
الهيثمي، علي بن أبي بكر، مجمع الزوائد، ج9، ص120، دار الريان للتراث/ دار الكتاب العربي ـ القاهرة، بيروت ـ 1407هـ.
Riwayat ini telah dinukilkan secara ringkas oleh Aḥmad dan Ṭabrānī di dalam Muʽjam Al-Kabīr dan Muʽjam Al-Awsaṭ, dan rijal Aḥmad adalah rijal sahih melainkan Abī Balj Al-Fazārī, dan dia juga thiqah meskipun ada isykal padanya. – Al-Haythamī ʽAlī bin Abī Bakr, Majma’ Al-Zawā’id, jilid 9 halaman 120.——————————————————
Sisi ke-empat: Pertentangan dua jenis riwayat Abū Balj:
Banyak riwayat Abūbalj Al-Fazārī yang terdapat di dalam sumber-sumber Ahlusunnah, sebahagian daripada riwayat-riwayat ini adalah tentang kelebihan Alī bin Abī Ṭālib, manakala sebahagian yang lain mengenai beberapa tajuk.
Malangnya beberapa ulama Wahabi yang fanatik berusaha sedaya upaya untuk mendhaifkan sebarang riwayat yang menceritakan tentang kelebihan Alī bin Abī Ṭālib. Namun di beberapa tempat yang lain mereka mensahihkan riwayatnya tanpa kaedah ilmu rijal. Sebagai contoh pertentangan antara Shuʽayb Al-Arna’ūṭ dan Al-Bānī adalah seperti berikut:
Pandangan-pandangan Shuʽayb Al-Arna’ūṭ tentang Abūbalj yang saling bercanggah
Shuʽayb Al-Arna’ūṭ seorang penyelidik Wahabi pada zaman ini yang melakukan penyelidikan ke atas kebanyakan kitab-kitab perawi dan rijal Ahlusunnah seperti Musnad Ibnu Ḥanbal, Ṣaḥīḥ ibnu Ḥabbān, Musnad Abū Bakr, Siyar Aʽlam Al-Nubalā’, Zād Al-Maʽād dan banyak lagi. Beliau telah mengemukakan pandangan yang sangat bercanggah mengenai Abūbalj Al-Fazārī. Di mana sahaja ada riwayat tentang kelebihan Ahlul Bayt (a.s), beliau akan mendhaʽifkan, sementara itu beliau juga mensahihkan riwayat-riwayat dhaif yang lain seperti hadis berikut daripada kitab Musnad Aḥmad:
قال: ثُمَّ بَعَثَ فُلاَناً بسورة التَّوْبَةِ فَبَعَثَ عَلِيًّا
خَلْفَهُ فَأَخَذَهَا منه قال لاَ يَذْهَبُ بها الا رَجُلٌ مني وأنا منه.
Ibnu ʽAbbās berkata: Rasulullah (s.a.w) bersabda: Kemudian Rasulullah (s.a.w) mengutuskan seseorang untuk mebaca surah Al-Tawbah. Kemudian baginda mengutuskan pula Alī mengejarnya dan mengambil surah tersebut daripadanya. Rasulullah bersabda: Tidak layak seseorang membacanya kecuali seorang daripadaku dan dia adalah daripadaku.Penyelidik tersebut mengatakan:
إسناده ضعيفٌ بهذه السياقة، أبو بلج ـ وإسمه يحيى بن سليم، أو ابن أبي سليم
ـ، وإن وثقه غيرُ واحد، قد قال فيه البخاري: فيه نظر… .
مسند أحمد بن حنبل، ج5، ص181، تحقيق: شعيب الأرنؤوط/عادل مرشد، ناشر: مؤسسه الرسالة ـ بيروت، الطبعة: الأولى، 1416ه ـ 1995م.
مسند أحمد بن حنبل، ج5، ص181، تحقيق: شعيب الأرنؤوط/عادل مرشد، ناشر: مؤسسه الرسالة ـ بيروت، الطبعة: الأولى، 1416ه ـ 1995م.
Persanadannya dengan tema ini adalah dhaif , Abūbalj adalah namanya Yaḥyā bin Sulaym atau Ibnu Abī Sulaym. Meskipun ia dithiqahkan oleh beberapa ulama namun Al-Bukhāri mengatakan beliau bermasalah. – Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, jilid 5 halaman 181.Beliau turut mendhaifkan riwayat daripada Abū Balj dalam jilid ke-5 halaman 475, hadis nombor 3542:
عن أبي بلج عن عمرو بن ميمون عن بن عباس قال : أول من صلى مع النبي صلى الله عليه و سلم بعد خديجة علي .
Daripada Abī Balj, daripada ʽAmrū bin Maymūn, daripada Ibnu ʽAbbās yang berkata: Orang yang pertama solat di belakang Nabi (s.a.w) setelah Khadijah ialah Alī bin Abī Ṭālib.Pertentang pandangan beliau tentang Abī Balj dapat di lihat dalam hadis no. 6959 di mana beliau mengatakan persanadannya sebagai Ḥasan.
إسناده حسن.
- Persanadannya Ḥasan. – jilid 11 halaman 547-548, hadis no. 6959.Dalam jilid ke-13, halaman 345, hadis nombor 7966 beliau turut menegaskan hadis daripada Abū Balj itu adalah Hasan:
صحيح دون قوله «تحت العرش» وهذا إسناد حسن، أبو بلج هذا حسن الحديث، وباقي رجاله ثقات رجال الشيخين.
Di dalam jilid ke-15, halaman 129-128, tentang hadis ke 9233 beliau mengatakan:
حديث صحيح، وهذا إسناد حسن من أجل أبي بلج وباقي رجال الإسناد ثقات رجال الصحيح.
Asal hadis ini adalah Sahih, namun ianya menjadi Hasan kerana wujud perawi bernama Abī Balj. Perawi-perawi yang lain pula adalah thiqah dan rijal yang Sahih.Dalam jilid 24 halaman 189, hadis ke 15451, beliau mengatakan:
إسناده حسن، أبو بلج: هو الفزاري، وقد اختلف في اسمه، يقال: يحيى بن
سُلَيم بن بلج، ويقال : يحيى بن أبي سليم، و يقال : يحيى بن أبي الأسود،
وثقه ابن معين وابن سعد والنسائي والدارقطني، وقال أبو حاتم: صالح الحديث
لا بأس به، وقال البخاري: فيه نظر وقال الجوزجاني: غيرثقه، وقال ابن حجر في
«التقريب»: صدوق، ربما أخطأ.
Sanad riwayat ini adalah Hasan. Abū Balj ialah Al-Fazārī, ada perselisihan pada namanya, Abū Balj ialah Al-Fazārī. Telah berselisih tentang namanya iaitu: Yaḥyā bin Sulaym bin Balj, Yaḥyā bin Abī Sulaym dan Yaḥyā bin Abī Aswad. Ibnu Maʽīn, Saʽad, Nasā’ī dan Al-Dārqaṭānī menthiqahkan beliau. Abū Ḥātim berkata: Ṣāliḥ Al-Ḥādith dan tiada masalah dengannya. Bukhārī mengatakan: Kethiqahannya bermasalah. Al-Jawzajānī berkata: Beliau tidak thiqah. Ibnu Ḥajar berkata di dalam Al-Taqrīb: Ṣadūq, kemungkinan beliau ada melakukan kesilapan.
Setelah kita dapat buktikan bahawa kata-kata “fīhi naẓar” yang dikaitkan dengan Al-Bukhārī adalah tidak benar dan orang yang mula-mula menukilkannya daripada Al-Bukhārī adalah dhaif, maka apa yang dikatakan oleh Al-Jawzajānī adalah sebuah penipuan yang nyata. Ini disebabkan Al-Jawzajānī turut menthiqahkan beliau seperti mana yang dicatat oleh Ibnu Ḥajar tentang beliau di dalam Tahdhīb Al-Tahdhīb:
وقال بن معين وابن سعد والنسائي والدارقطني ثقة وقال البخاري فيه نظر
وقال أبو حاتم صالح الحديث لا بأس به وقال بن سعد قال يزيد بن هارون قد
رأيت أبا بلج وكان جارا لنا وكان يتخذ الحمام يستأنس بهن وكان يذكر الله
تعالى كثيرا قلت وذكره بن حبان في الثقات وقال يخطئ وقال يعقوب بن سفيان
كوفي لا بأس به وقال إبراهيم بن يعقوب الجوزجاني وأبو الفتح الأزدي كان
ثقة.
العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاى852هـ)، تهذيب التهذيب، ج12 ص49 ، ناشر: دار الفكر – بيروت، الطبعة: الأولى، 1404 – 1984 م.
Ibnu Maʽīn, Ibnu Saʽd, Al-Nasāʽī dan Al-Dārqaṭanī mengatakan beliau.
Bukhārī mengatakan: Kethiqahannya bermasalah. Abū Ḥātim berkata: Ṣāliḥ
Al-Ḥādith dan tiada masalah dengannya… dan Ibrāhīm bin Yaʽqūb
Al-Jawzajānī dan Abū Al-Fath Al-Azdī mengatakan bahawa beliau adalah
thiqah.العسقلاني الشافعي، أحمد بن علي بن حجر ابوالفضل (متوفاى852هـ)، تهذيب التهذيب، ج12 ص49 ، ناشر: دار الفكر – بيروت، الطبعة: الأولى، 1404 – 1984 م.
Kesimpulannya ialah Shuʽayb Al-Arna’ūṭ turut mengambil langkah seperti mana orang yang terdahulu yang hidup sebelumnya iaitu apabila sampai kepada riwayat mengenai kelebihan Alī bin Abī Ṭalib, mereka akan mendhaifkan perawinya dan menolak hadis tersebut dalam keadaan mata tertutup. Mereka tidak dapat menahan diri sedikit pun untuk berbohong demi untuk sampai kepada matlamat ini; namun pada satu ketika mereka akan terlupa tentang pembohongan yang telah mereka lakukan apabila mereka menganggap hadis lain yang diriwayatkan oleh orang yang pernah mereka dhaifkan itu sebagai muktabar.
=============================================
Kata-kata Muḥammad Nāṣir Al-Bānī yang saling bertentangan.
Muḥammad Nāṣir Al-Bānī yang digelar Wahabi sebagai Al-Bukhārī di zamannya dan dihitung sebagai Mujaddid agama dikurun ke-14 turut terjebak dalam masalah pertentangan antara pendapatnya sendiri:
Pertentangan yang pertama:
Di dalam kitab Ẓilāl Al-Jannah (ظلال الجنة) jilid 1 halaman 337, hadis nombor 1188 beliau telah mengeluarkan riwayat tersebut. Oleh kerana persanadan daripada Abū Balj, beliau menganggap hadis tersebut sebagai Hasan dengan mengatakan:
إسناده حسن ورجاله ثقات رجال الشيخين غير أبي بلج واسمه يحيى بن سليم بن بلج قال الحافظ صدوق ربما أخطأ.
Persanadannya Hasan dan rijalnya adalah thiqat menurut Al-Bukhārī dan Muslim kecuali Abū Balj yang nama sebenarnya ialah Yaḥyā bin Sulaym bin Balj. Al-Ḥāfiz mengatakan beliau sebagai Ṣadūq dan boleh jadi tersalah.Namun di tempat lain, dalam sebuah riwayat yang tidak berkaitan dengan topik kelebihan Ahlul Bait (a.s), beliau secara terus terang mengatakan Abū Balj sebagai thiqah. Di dalam kitab Al-Silsilah Al-Ṣaḥiḥah, jilid 3 halaman 474, di bawah hadis ke-1400 beliau menulis:
قلت : و هذا إسناد جيد رجاله ثقات ، و يحيى بن أبي سليم هو أبو بلج الفزاري ، و هو بكنيته أشهر .
Saya mengatakan: Persanadan ini adalah baik dan perawinya adalah thiqah, Yaḥyā bin Abī Sulaym adalah Abū Balj Al-Fazārī yang masyhur dengan gelarannya.Di tempat yang ke tiga, ketika menukilkan riwayat engkau adalah pemimpin setiap orang beriman setelahku (أنت ولى كل مؤمن بعد) yang mengandungi sanad daripada Abū Balj, beliau mengatakan:
فقال الطيالسي (2752 ): حدثنا أبو عوانة عن أبي بلج عن عمرو بن ميمون
عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لعلي: «أنت ولي كل مؤمن بعدي».
و أخرجه أحمد (1 / 330 – 331) ومن طريقه الحاكم (3 / 132 – 133) و قال: «صحيح الإسناد»، و وافقه الذهبي، و هو كما قالا.
ألباني، محمد ناصر (متوفاى1420هـ)، السلسلة الصحيحة المجلدات الكاملة، ج5، ص222، ذيل روايت: 2223
و أخرجه أحمد (1 / 330 – 331) ومن طريقه الحاكم (3 / 132 – 133) و قال: «صحيح الإسناد»، و وافقه الذهبي، و هو كما قالا.
ألباني، محمد ناصر (متوفاى1420هـ)، السلسلة الصحيحة المجلدات الكاملة، ج5، ص222، ذيل روايت: 2223
Al-Ṭayālisī berkata: Abū ʽAwānah, daripada Abū Balj, daripada ʽAmrū bin Maymūn, sesungguhnya RasuluLlah (s.a.w) bersabda kepada Alī: Engkau adalah pemimpin setiap orang beriman setelahku.Di sini beliau langsung mengesahkan pandangan Ḥākim Nishabūrī dan Al-Dhahābī. Sekarang pertanyaan untuk Albānī ialah, pandangan kamu yang manakah benar? Apakah riwayat daripada Abū Balj itu Sahih, baik atau Hasan?
Aḥmad telah menukilkannya dan Al-Ḥākim juga turut menukilkannya dengan jalur tersebut dan berkata: Persanadannya adalah Ṣaḥīḥ. Dhahabī turut bersetuju dengannya. Persanadan itu adalah seperti yang dikatakan (sebagaimana pandangan Al-Ḥākim dan Al-Dhahabī). – Al-Bāni, Muḥammad Nāṣir, Al-Silsilah Al-Ṣaḥīḥah al-Mujalladāt al-Kāmilah, jilid 5 halaman 222, di bawah riwayat 2223.
===============================
Pertentangan ke-dua:
Kita dapat melihat di sini bahawa riwayat tersebut dikatakannya sebagai Hasan gara-gara keterangan daripada Ibnu Ḥajar Al-ʽAsqalānī tentang Abū Balj. Beliau di bawah riwayat “ولو رأى حالهن اليوم منعهن” yang dinukilkan daripada ʽAyshah telah mengatakan:
وهذا إسناد صحيح رجاله كلهم ثقات رجال مسلم غير عبد الرحمن بن أبي الرجال وهو صدوق ربما أخطأ كما في (التقريب).
الباني ، محمد ناصر (متوفاى1420هـ) الكتاب : الثمر المستطاب في فقه السنة والكتاب، ، ج1، ص733، ناشر : غراس للنشر والتوزيع، الطبعة : الأولى.
الباني ، محمد ناصر (متوفاى1420هـ) الكتاب : الثمر المستطاب في فقه السنة والكتاب، ، ج1، ص733، ناشر : غراس للنشر والتوزيع، الطبعة : الأولى.
Perawi dalam sanad-sanad ini adalah Sahih dan semuanya adalah thiqah, perawinya adalah perawi Muslim melainkan ʽAbdul Raḥmān bin Abū Balj, beliau adalah Ṣadūq (bicaranya sangat benar), ada ketika ia tersalah seperti mana di dalam Al-Taqrīb. – Al-Bānī, Muḥammad Nāṣir, Al-Thamar Al-Mustaṭāb fi fiqh Al-Sunnah Wal Kitāb, jilid 1 halaman 733.Kedudukan kedua-dua riwayat tersebut adalah mirip antara satu sama lain; oleh itu hukumnya hendaklah sekurang-kurangnya sama.
Jikalau riwayat riwayat “أنت خليفتى فى كل مؤمن بعدي” dikatakan sebagai Hasan gara-gara persanadannya mempunyai perawi bernama Abū Balj Al-Fazārī yang disebut Ibnu Ḥajar sebagai “beliau adalah Ṣadūq, ada ketika ia tersalah”, maka riwayat “ولو رأى حالهن اليوم منعهن” hendaklah dikatan sebagai Hasan juga kerana Ibnu Ḥajar juga mengeluarkan pandangan yang sama tentang riwayat tersebut.
Jikalau riwayat ini Sahih; maka riwayat “Engkau adalah khalifah setiap orang beriman setelahku” juga hendaklah dikatakan Sahih juga.
=============================
Pertentangan ke-tiga
Sebagaimana Al-Bānī telah mengatakan Hasan untuk riwayat “Engkau adalah khalifah setiap orang beriman setelahku”, namun dalam kitabnya yang lain hadis beliau berteriak bahawa hadis “Sesungguhnya dia adalah khalifahku setelahku” sebagai riwayat yang batil dan ianya direka cipta oleh Syiah serta tidak Sahih dari segenap sisi:
وأما ما يذكره الشيعة في هذا الحديث وغيره
أن النبي صلى الله عليه و سلم
قال : في علي رضي اله عنه
: إنه خليفتي من بعدي . فلا يصح بوجه من الوجوه .
بل هو من أباطيلهم الكثيرة .
السلسلة الصحيحة، ج4، ص330، ح1750
السلسلة الصحيحة، ج4، ص330، ح1750
Namun apa yang disebut oleh Syiah tentang Hadis ini dan yang lainnya, bahawa Nabi (s.a.w) bersabda tentang ʽAlī (r.a): “Sesungguhnya beliau adalah khalifahku setelahku”, ianya tidak Sahih dari sisi mana pun. Bahkan ianya daripada kebanyakan kebatilan mereka (Syiah). – Al-Silsilah Al-Ṣaḥīḥah, jilid 4 halaman 330, hadis nombor 1750.Wahai Al-Bānī! Apakah ini dikatakan sebagai tatatertib beramanah dan saksama?
Maka diketahuilah bahawa neraca timbangan dan perbandingan Al-Bānī adalah menuruti orang yang terdahulu daripada golongannya, bukan daripada pertimbangan ilmu rijal yang sedia maklum. Bahkan di mana sahaja ada riwayat yang memberi kelebihan kepada Ahlul Bait Nabi, beliau akan berusaha untuk menurunkan darjat nilai riwayat tersebut seboleh mungkin sambil menyembunyikan kebenaran. Namun mengenai masalah lain, ketika itu juga beliau menyatakan kebenaran dari perspektif penilaian ilmu.
Kesimpulan:
Menurut apa yang telah disebutkan, Sanad hadis ini tidak mempunyai sebarang masalah. Oleh itu terbuktilah bahawa RasuluLlah (s.a.w) telah menggunakan rangkaikata “وَأَنْتَ خَلِيفَتِي فِي كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ بَعْدِي” untuk ʽAlī bin Abī Ṭālib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar