Ini Surat Pengunduran Diri yang Ditulis Tangan Akil Mochtar ke MK
Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi (MK) Janedjri M Gaffar mengakui
sudah menerima surat pengunduran diri Ketua MK nonaktif Akil Mochtar.
Akil minta mundur setelah ditangkap dan ditahan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) atas dugaan menerima suap.
"Diterimanya hari Minggu 6 Oktober 2013," kata Janedjri, Senin 7 Oktober 2013. Namun, Janedjri tak mau membeberkan detail surat yang dikirim Akil dari balik bui itu.
Janedjri mengaku menerima surat empat halaman itu dari Wakil Ketua MK, Hamdan Zoelva. "Saya diberi tugas oleh pak Hamdan, untuk menyampaikan mengenai ke Majelis Kehormatan Mahkamah," sambung Janedjri.
Majelis Kehormatan Mahkamah sendiri diketahui akan melaksanakan sidang pada hari ini Senin 7 Oktober 2013. "Nanti sekitar jam 7 malam," imbuhnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua MK Hamdan Zoelva mengungkapkan, surat pengunduran diri Akil ditulis tangan.
Dalam surat itu, Akil meminta maaf kepada MK dan menjelaskan kronologi dugaan suap versinya. Berikut isi surat Akil tersebut:
Dalam surat itu, Akil meminta maaf kepada MK. Ini isi surat Akil selengkapnya:
Kepada Yth/yang mulia
Bpk/ibu hakim konstitusi
Ass. Wr Wb
1. Saya mohon maaf kepada Bpk/Ibu hakim konstitusi dan kpd seluruh staf dan karyawan MK.
2. Sejak tanggal surat ini saya mengundurkan diri sebagai hakim MK.
3. Walau tidak untuk dipercaya atau tidak perlu percaya kepada saya, kiranya saya perlu menjelaskan kejadian yg sebenarnya;
a. Rabu malam saya baru sampai di rumah sekitar jam 8 lewat, mandi ganti pakaian dan berbicara dengan istri, saya diberitahu ada tamu oleh penjaga rumah kediaman.
Saya menuju ke pintu mau membuka pintu lalu ada ketukan, dan pintu saya buka, dan ada petugas dari KPK memperkenalkan diri dengan mengatakan ada dua orang lagi duduk di teras halaman depan, dan diminta menyaksikan lalu saya hanya kenal dengan Chairun Nisa, yang pernah SMS saya beberapa waktu lalu mau bertamu ke rumah, saya jawab dengan SMS, silakan tapi jangan malam-malam karena saya ngantuk.
Ketika saya menyaksikan kedua orang itu digeledah, dari laki-laki yang tidak saya kenal itu didapati beberapa amplop; sedangkan dari Chairun Nisa hanya didapati beberapa buah HP. Sedangkan satu orang lagi laki-laki, saya tidak pernah melihat katanya menunggu di mobil.
Saya merasa saya tidak pernah tertangkap tangan! Selanjutnya saya diminta ke kantor KPK untuk menjelaskan kejadian itu yang terjadi di teras rumah saya itu.
Saya tidak tahu latar belakang kejadian. Saya tidak pernah meminta uang atau janji sepeserpun! Yang kemudian saya ditetapkan sebagai tersangka.
Banyak saksi kejadian itu, ajudan, petugas jaga dari kepolisian dan security.
Kalau kaitannya dengan pilkada Gunung Mas silakan diamati rekaman sidang, 2 hakim anggota, 1 panitera pengganti dan panitera. Bagaimana pengambilan keputusan perkara dimaksud. Semua berlangsung sesuai prosedur dan tidak ada satupun dipengaruhi oleh saya.
b. Pilkada Lebak: Saya lebih tidak mengerti lagi karena sudah diputus, sudah dibacakan putusan, semua proses sidang pengambilan keputusan semua dilakukan dengan musyawarah mufakat, tidak ada sama sekali saya mengintervensi, ada PP dan panitera yang menyaksikan proses musyawarah tersebut.
Katanya ada SMS dari pengacara Susy kepada saya meminta dibantu perkara tersebut. Saya tidak pernah meminta meminta uang atau janji dari perkara tersebut, tapi saya dijadikan tersangka.
4. Demi Allah Yang Maha Menyaksikan saya akan menghadapi ini dengan tabah dan yakin terhadap semua ini. Tiada pertolongan yang lebih baik kecuali dari Allah.
Di tengah berita yang menzalimi saya, menyudutkan dengan hal-hal yang aneh mengikuti perkara ini, saya tidak akan merubah sikap saya terhadap bangsa ini. Saya bukan penghianat! Walau saya harus mati untuk itu semua.
5. Kepada Bapak/Ibu Hakim, maupun kolega saya ; Jika dalam perjalanan yang panjang ini, siapa tahu istri dan anak-anak saya membutuhkan petunjuk, sekiranya Bapak/Ibu jika berkenan, bila mereka bertanya hal yang perlu mereka ketahui, mohon ditegur sapa kepada mereka.
Tks
Hormat Saya
(tanda tangan)
Akil Mochtar
Diberitakan sebelumnya, Akil ditangkap KPK Rabu malam 2 Oktober lalu di rumah dinasnya bersama anggota DPR Chairun Nisa dan pengusaha Cornelis Nalau. Akil diduga menerima uang Rp3 miliar dari pengusaha itu terkait pengurusan pilkada di Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Di hari yang sama, penyidik juga menangkap pengusaha Tubagus Chaeri Wardhana di rumahnya, Jalan Denpasar Jakarta. Selain itu, penyidik juga menangkap pengacara Susi Tur Andayani.
Diduga, Tubagus yang juga adik Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah itu akan menyuap Akil Rp1 miliar melalui perantara Susi. Suap ini terkait pengurusan pilkada Lebak, Banten.
"Diterimanya hari Minggu 6 Oktober 2013," kata Janedjri, Senin 7 Oktober 2013. Namun, Janedjri tak mau membeberkan detail surat yang dikirim Akil dari balik bui itu.
Janedjri mengaku menerima surat empat halaman itu dari Wakil Ketua MK, Hamdan Zoelva. "Saya diberi tugas oleh pak Hamdan, untuk menyampaikan mengenai ke Majelis Kehormatan Mahkamah," sambung Janedjri.
Majelis Kehormatan Mahkamah sendiri diketahui akan melaksanakan sidang pada hari ini Senin 7 Oktober 2013. "Nanti sekitar jam 7 malam," imbuhnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua MK Hamdan Zoelva mengungkapkan, surat pengunduran diri Akil ditulis tangan.
Dalam surat itu, Akil meminta maaf kepada MK dan menjelaskan kronologi dugaan suap versinya. Berikut isi surat Akil tersebut:
Dalam surat itu, Akil meminta maaf kepada MK. Ini isi surat Akil selengkapnya:
Kepada Yth/yang mulia
Bpk/ibu hakim konstitusi
Ass. Wr Wb
1. Saya mohon maaf kepada Bpk/Ibu hakim konstitusi dan kpd seluruh staf dan karyawan MK.
2. Sejak tanggal surat ini saya mengundurkan diri sebagai hakim MK.
3. Walau tidak untuk dipercaya atau tidak perlu percaya kepada saya, kiranya saya perlu menjelaskan kejadian yg sebenarnya;
a. Rabu malam saya baru sampai di rumah sekitar jam 8 lewat, mandi ganti pakaian dan berbicara dengan istri, saya diberitahu ada tamu oleh penjaga rumah kediaman.
Saya menuju ke pintu mau membuka pintu lalu ada ketukan, dan pintu saya buka, dan ada petugas dari KPK memperkenalkan diri dengan mengatakan ada dua orang lagi duduk di teras halaman depan, dan diminta menyaksikan lalu saya hanya kenal dengan Chairun Nisa, yang pernah SMS saya beberapa waktu lalu mau bertamu ke rumah, saya jawab dengan SMS, silakan tapi jangan malam-malam karena saya ngantuk.
Ketika saya menyaksikan kedua orang itu digeledah, dari laki-laki yang tidak saya kenal itu didapati beberapa amplop; sedangkan dari Chairun Nisa hanya didapati beberapa buah HP. Sedangkan satu orang lagi laki-laki, saya tidak pernah melihat katanya menunggu di mobil.
Saya merasa saya tidak pernah tertangkap tangan! Selanjutnya saya diminta ke kantor KPK untuk menjelaskan kejadian itu yang terjadi di teras rumah saya itu.
Saya tidak tahu latar belakang kejadian. Saya tidak pernah meminta uang atau janji sepeserpun! Yang kemudian saya ditetapkan sebagai tersangka.
Banyak saksi kejadian itu, ajudan, petugas jaga dari kepolisian dan security.
Kalau kaitannya dengan pilkada Gunung Mas silakan diamati rekaman sidang, 2 hakim anggota, 1 panitera pengganti dan panitera. Bagaimana pengambilan keputusan perkara dimaksud. Semua berlangsung sesuai prosedur dan tidak ada satupun dipengaruhi oleh saya.
b. Pilkada Lebak: Saya lebih tidak mengerti lagi karena sudah diputus, sudah dibacakan putusan, semua proses sidang pengambilan keputusan semua dilakukan dengan musyawarah mufakat, tidak ada sama sekali saya mengintervensi, ada PP dan panitera yang menyaksikan proses musyawarah tersebut.
Katanya ada SMS dari pengacara Susy kepada saya meminta dibantu perkara tersebut. Saya tidak pernah meminta meminta uang atau janji dari perkara tersebut, tapi saya dijadikan tersangka.
4. Demi Allah Yang Maha Menyaksikan saya akan menghadapi ini dengan tabah dan yakin terhadap semua ini. Tiada pertolongan yang lebih baik kecuali dari Allah.
Di tengah berita yang menzalimi saya, menyudutkan dengan hal-hal yang aneh mengikuti perkara ini, saya tidak akan merubah sikap saya terhadap bangsa ini. Saya bukan penghianat! Walau saya harus mati untuk itu semua.
5. Kepada Bapak/Ibu Hakim, maupun kolega saya ; Jika dalam perjalanan yang panjang ini, siapa tahu istri dan anak-anak saya membutuhkan petunjuk, sekiranya Bapak/Ibu jika berkenan, bila mereka bertanya hal yang perlu mereka ketahui, mohon ditegur sapa kepada mereka.
Tks
Hormat Saya
(tanda tangan)
Akil Mochtar
Diberitakan sebelumnya, Akil ditangkap KPK Rabu malam 2 Oktober lalu di rumah dinasnya bersama anggota DPR Chairun Nisa dan pengusaha Cornelis Nalau. Akil diduga menerima uang Rp3 miliar dari pengusaha itu terkait pengurusan pilkada di Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Di hari yang sama, penyidik juga menangkap pengusaha Tubagus Chaeri Wardhana di rumahnya, Jalan Denpasar Jakarta. Selain itu, penyidik juga menangkap pengacara Susi Tur Andayani.
Diduga, Tubagus yang juga adik Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah itu akan menyuap Akil Rp1 miliar melalui perantara Susi. Suap ini terkait pengurusan pilkada Lebak, Banten.
SUMBER....
Ketika Polisi Menyerah Ditodong Senjata Tajam oleh Preman
Sosial Oktober 1st, 2013
Ini bukan cerita sinetron atau cerita bohong tapi benar-benar terjadi di negeri bernama Indonesia.
Saya sendiri hampir tidak percaya jika
cerita ini ternyata benar-benar terjadi. Saya membaca informasi ini dari
salah satu surat kabar cetak suara merdeka pada hari ini, Selasa,
tanggal 1 Oktober 2013. (yang ingin baca versi onlinenya bisa baca disini).
Untuk kronologi lengkapnya begini, Dua
anggota polisi berpangkat brigadir diadang lima pria bersenjata tajam
saat melintas di depan kantor KPU Jateng, Jalan Veteran, Semarang
Selatan, Minggu (29/9) dini hari.
Mereka adalah Ricky Pranasaputra (26),
warga Asrama Polisi, Semarang Utara dan Hananto Prasetyo (29), warga
Kutilang Sari, Ungaran.
Dua polisi yang berboncengan Yamaha
Jupiter H-2082-QF itu kemudian dipaksa turun dari kendaraan. Pelaku juga
menodongkan senjata tajam ke arah anggota polisi itu.
Todongan senjata tajam tersebut membuat
korban tak mampu berbuat banyak, hingga mereka pasrah saat pelaku
meminta paksa dan membawa kabur sepeda motor Yamaha Jupiter itu.
Oleh kedua korban perbuatan lima pelaku yang menggunakan dua sepeda motor itu dilaporkan ke Mapolrestabes Semarang.
Dari cerita tersebut sebagai warga biasa kami bertanya bagaimana bimbingan mental keberanian kepolisian selama ini?
Apa 2 orang Polisi ini mentalnya masih kalah dengan kisah 3 Anak SMP yang berani Gagalkan Perkosaan beberapa saat yang lalu?
Terlebih mereka berdua Polisi dan
ditodongnya juga hanya menggunakan senjata tajam yang seharusnya seorang
Polisi berani melawan karena berdua. Kalaupun tidak berani melawan
berdua, setidaknya mereka berani gertak dan berteriak meminta bantuan
warga?
Kalau ditodongnya dengan menggunakan
senjata Api mungkin warga masih menilai itu wajar karena jika senjata
api bisa ditembakan dari jarak jauh.
Dari peristiwa ini kita semakin miris sekaligus kasihan dengan para Polisi sekarang yang begitu mudah menyerah melawan preman.
Jika berita ini didengar para preman,
sudah pasti sikap pengecut polisi ini pasti akan dijadikan bahan ejekan,
hinaan dan tertawaan para preman yang ternyata mental Polisi sebatas
itu.
Akibatnya para preman dan pelaku
kejahatan yang lain akan merasa tidak perlu takut lagi melakukan
kejahatan karena mental Polisi seperti itu.
Atau jangan-jangan banyaknya kasus
pembunuhan kepada pihak Polisi berseragam beberapa saat yang lalu salah
satu penyebabnya karena masalah ini?
Yang saya takutkan, Jika kasus seperti
ini diketahui oleh para pelaku kejahatan dan preman, mereka para pelaku
kejahatan akan berlomba-lomba melakukan kejahatan justru tidak lagi ke
warga biasa tapi menyasar para Polisi yang dianggap tidak punya nyali?
Pihak kepolisian harus menangani
peristiwa ini dengan sungguh-sungguh karena ingatlah bahwa kalian
dibayar jadi Polisi untuk mengayomi masyarakat. Jadi bekali diri kalian
sebagai Polisi dengan Mental yang pemberani sekaligus kemampuan membela
diri dan membela masyarakat.
Jika tidak melakukan perbaikan, maka
Polisi kedepan bisa jadi hanya dijadikan “mainan” oleh para preman dan
pelaku kejahatan yang lain.
Jadikan hari Kesaktian Pancasila 1
Oktober 2013 ini untuk memperbaiki diri internal Polisi dan jangan
sampai justru generasi Polisi jadi ahli dalam Korupsi. Jangan sampai itu
terjadi….
Polisi Menyerah Ditodong Preman
- Pelaku Rampas Motor
SEMARANG - http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/10/01/238649/Polisi-Menyerah-Ditodong-Preman
Dua anggota polisi berpangkat brigadir diadang lima
pria bersenjata tajam saat melintas di depan kantor KPU Jateng, Jalan
Veteran, Semarang Selatan, Minggu (29/9) dini hari.
Mereka adalah
Ricky Pranasaputra (26), warga Asrama Polisi, Semarang Utara dan
Hananto Prasetyo (29), warga Kutilang Sari, Ungaran.
Dua polisi
yang berboncengan Yamaha Jupiter H-2082-QF itu kemudian dipaksa turun
dari kendaraan. Pelaku juga menodongkan senjata tajam ke arah anggota
polisi itu.
Todongan senjata tajam tersebut membuat korban tak
mampu berbuat banyak, hingga mereka pasrah saat pelaku meminta paksa dan
membawa kabur sepeda motor Yamaha Jupiter itu.
Oleh kedua korban perbuatan lima pelaku yang menggunakan dua sepeda motor itu dilaporkan ke Mapolrestabes Semarang.
Saat
melapor, Ricky Pranasaputra mengungkapkan, kejadian bermula saat
dirinya dan rekan satu profesinya hendak pulang setelah bertandang ke
rumah rekan lain.
Namun saat melintas di lokasi kejadian,
tiba-tiba laju sepeda motornya dihentikan oleh lima orang dengan dua
sepeda motor yang sebelumnya berada di belakang.
”Kami dipepet dari arah kanan dan kiri. Lalu mereka meminta kami berhenti,” ungkapnya saat melapor, Senin (30/9) siang.
Setelah
berhenti, kelima pria itu kemudian menghampiri mereka dan seorang di
antaranya langsung menodongkan senjata tajam ke arah polisi tersebut.
”Belum sempat menanyakan apa keperluannya, tiba-tiba saya sudah ditodong
pisau,” ujarnya.
Tak ingin terjadi hal yang diinginkan, kedua
polisi itu pun pasrah saat pelaku meminta paksa kunci dan membawa kabur
sepeda motor itu.
”Motor dibawa kabur dan kami ditinggal di lokasi,” katanya.
Ricky
menambahkan, sebelumnya para pelaku itu sudah mengikuti dari belakang.
Namun dia dan rekannya berpikir jika lima pria itu merupakan pengguna
jalan yang melintas seperti mereka. ”Saya kira mereka mau sama-sama
lewat di jalan itu,” katanya.
Hingga saat ini kasus tersebut masih dalam penyelidikan Satreskrim Polrestabes Semarang. (K44,H74-39)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar