PEMBERONTAK SYRIA PUN KEMBALI KE "PANGKUAN" PEMERINTAH
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/10/pemberontak-syria-pun-kembali-ke.html#more
ASSAD KLAIM MASIH MILIKI SENJATA PENGHANCUR ISRAEL
Perkembangan konflik di Syria semakin menguntungkan pemerintahan Bashar al Assad. Pada satu sisi pemberontak kini justru terlibat dalam pertikaian internal dan pada sisi lainnya pasukan pemerintah kini berada pada posisi offensif dan berhasil membersihkan beberapa posisi strategis dari tangan pemberontak. Dan kini muncul perkembangan baru lagi yang mengejutkan, sebagian pemberontak dari kelompok Free Syrian Army telah mendekati pemerintah untuk menjalin perdamaian.
Demikian informasi yang diungkapkan oleh wartawan senior Inggris Robert Fisk dalam tulisan terakhirnya di The Independent tgl 30 September lalu: "A Syrian solution to civil conflict? The Free Syrian Army is holding talks with Assad’s senior staff".
Menurut laporan Fisk, wartawan yang anti-regim Bashar al Assad itu, sekitar 1,5 bulan yang lalu 2 orang utusan Free Syrian Army menemui seorang pejabat tinggi pemerintah di Damaskus. Mereka membicarakan kemungkinan perdamaian antara FSA dengan pemerintah untuk mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung 2,5 tahun lebih dan menewaskan lebih dari 100.000 jiwa itu. Seusai pertemuan itu kini relatif telah terjadi "gencatan senjata" antara pasukan pemerintah dengan FSA yang sebagian besar berasal dari desertir tentara pemerintah, dan memberi keleluasaan FSA untuk menangani pertikaiannya dengan kelompok-kelompok teroris Al Qaida.
Dalam pertemuan itu dihasilkan 4 kesepakatan, yaitu pertama harus ada dialog internal Syria, kedua harus ada perbaikan sarana-sarana publik dan swasta yang hancur, ketiga harus ada penghentian konflik sektarian, dan yang terakhir adalah harus ada kerjasama semua pihak di Syria untuk menegakkan demokrasi dimana supramasi hukum menjadi landasan utamanya. Sama sekali tidak ada tuntutan dari FSA untuk memberhentikan Presiden Bashar al Assad.
Menyusul pertemuan itu kini tampak perkembangan yang signifikan di wilayah-wilayah yang dikuasai FSA terutama di Aleppo. Di tempat-tempat ini perusahaan-perusahaan swasta kembali dibuka, demikian juga kantor-kantor pemerintah dan sekolah-sekolah. Anak-anak sekolah yang bergabung dengan pemberontak pun mulai dilucuti senjatanya dan kembali ke meja belajar.
Perkembangan konflik di Syria jelas sangat tidak dikehendaki para pemberontak dari FSA yang memiliki idiologi nasionalis sekuler. Mereka merasa revolusi yang mereka gerakkan telah dirampok oleh para mujahilin dari luar, yang tindakan-tindakan mereka sangat melukai hari warga Syria baik yang berasal dari pemerintah maupun pemberontak. Mereka yang selama bergenerasi-generasi hidup dalam lingkungan pluralis yang damai sangat tidak bisa membayangkan negaranya bakal berubah menjadi negara model Taliban.
Dengan bergabungnya kembali personil-personil FSA ke pangkuan pemerintah, maka wilayah luas yang selama ini dikuasi FSA akan kembali ke bawah kekuasaan pemerintah tanpa harus mengeluarkan tembakan sekalipun. Selanjutnya pasukan pemerintah dapat memanfaatkan pasukan FSA untuk bersama-sama mengusir para mujahilin.
Banyak yang menganggap bahwa dimusnahkannya senjata-senjata kimia Kimia Syria bakal menghancurkan daya gertak Syria terhadap musuhnya, Israel. Namun Presiden Syria Bashar al Assad justru tampak percaya diri dengan prospek kekuasaannya di Syria.
"Presiden Assad menganggap bahwa situasi saat ini lebih dari baik-baik saja," tulis wartawan Lebanon Elie Shalhoub dalam surat kabar Al Akhbar, 25 September lalu. Tulisan tersebut dibuat seusai Shalhoub mengadakan wawancara dengan Assad di Damaskus.
Seraya menganggap senjata-senjata kimia tersebut sudah tidak lagi "kuat", Assad menuturkan bahwa Syria kini telah memiliki senjata-senjata yang lebih ampuh yang bisa menghancurkan Israel dalam waktu beberapa detik saja.
"Ia (Assad) menjawab secara strategis tanpa mengabaikan detil-detilnya," tulis Shalhoub tentang isi wawancaranya tersebut.
Kepada Shalhoub, Assad mengatakan bahwa musuh-musuh Syria tengah dilanda "stress" atas kegagalan mereka selama ini menjungkalkannya dari kekuasaan, dan hal itu bisa membuat mereka melakukan hal-hal tidak realistis. Ia juga menyatakan kepuasannya dengan kesepakatan antara Amerika dan Rusia tentang penghancuran senjata-senjata kimia Syria untuk mencegah campur tangan Amerika.
Assad menganggap hal itu tidak mempengaruhi keseimbangan kekuatan dengan Israel meski selama ini senjata-senjata kimia itu telah memainkan peran penting sebagai daya gertak terhadap Israel, namun saat ini dianggap sudah tidak terlalu penting lagi.
"Betapapun kini senjata-senjata itu tidak lagi memiliki daya gertak lagi, dan kini kami telah memiliki senjata-senjata yang bisa menghancurkan Israel dalam hitungan detik.”
Menurut Assad Presiden Obama tidak akan pernah berani menyerang Syria karena tidak memperoleh dukungan di dalam negeri. Di sisi lain ia mengungkapkan bahwa Rusia telah memberinya jaminan akan campur tangan membantu Syria jika diserang Amerika.
“Rusia akan turun tangan dan bertempur di medan perang Syria," kata Assad.
Assad juga menyinggung peran Iran dan Hezbollah dalam konflik di Syria. Assad menegaskan bahwa Syria dan Iran serta Hizbollah tengah bertempur di dalam satu front yang disebutnya sebagai front perlawanan anti-Israel. Menurut Assad jika Syria berhasil dijatuhkan, maka Hizbollah dan Iran akan menjadi sasaran musuh yang berikutnya.
“Saya percaya bahwa Sayyed Hasan Nasrallah mampu mengatasi semua tekanan terkait dengan konflik Syria…”
Assad menegaskan bahwa Israel, berbeda dengan masa lalu, kini menghindari untuk terlibat langsung dalam peperangan dan memilih menggunakan kaki tangannya, terutama dalam konflik Syria, yaitu Amerika dan kelompok-kelompok teroris takfiri.
REF:
"Assad: Our Enemies Are Confused, We Have Weapons That Can Paralyze Israel"; ALMANAR.COM.LB; 26 September 2013
"A Syrian solution to civil conflict? The Free Syrian Army is holding talks with Assad’s senior staff"; Robert Fisk; The Independent; 30 September 2013
Perkembangan konflik di Syria semakin menguntungkan pemerintahan Bashar al Assad. Pada satu sisi pemberontak kini justru terlibat dalam pertikaian internal dan pada sisi lainnya pasukan pemerintah kini berada pada posisi offensif dan berhasil membersihkan beberapa posisi strategis dari tangan pemberontak. Dan kini muncul perkembangan baru lagi yang mengejutkan, sebagian pemberontak dari kelompok Free Syrian Army telah mendekati pemerintah untuk menjalin perdamaian.
Demikian informasi yang diungkapkan oleh wartawan senior Inggris Robert Fisk dalam tulisan terakhirnya di The Independent tgl 30 September lalu: "A Syrian solution to civil conflict? The Free Syrian Army is holding talks with Assad’s senior staff".
Menurut laporan Fisk, wartawan yang anti-regim Bashar al Assad itu, sekitar 1,5 bulan yang lalu 2 orang utusan Free Syrian Army menemui seorang pejabat tinggi pemerintah di Damaskus. Mereka membicarakan kemungkinan perdamaian antara FSA dengan pemerintah untuk mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung 2,5 tahun lebih dan menewaskan lebih dari 100.000 jiwa itu. Seusai pertemuan itu kini relatif telah terjadi "gencatan senjata" antara pasukan pemerintah dengan FSA yang sebagian besar berasal dari desertir tentara pemerintah, dan memberi keleluasaan FSA untuk menangani pertikaiannya dengan kelompok-kelompok teroris Al Qaida.
Dalam pertemuan itu dihasilkan 4 kesepakatan, yaitu pertama harus ada dialog internal Syria, kedua harus ada perbaikan sarana-sarana publik dan swasta yang hancur, ketiga harus ada penghentian konflik sektarian, dan yang terakhir adalah harus ada kerjasama semua pihak di Syria untuk menegakkan demokrasi dimana supramasi hukum menjadi landasan utamanya. Sama sekali tidak ada tuntutan dari FSA untuk memberhentikan Presiden Bashar al Assad.
Menyusul pertemuan itu kini tampak perkembangan yang signifikan di wilayah-wilayah yang dikuasai FSA terutama di Aleppo. Di tempat-tempat ini perusahaan-perusahaan swasta kembali dibuka, demikian juga kantor-kantor pemerintah dan sekolah-sekolah. Anak-anak sekolah yang bergabung dengan pemberontak pun mulai dilucuti senjatanya dan kembali ke meja belajar.
Perkembangan konflik di Syria jelas sangat tidak dikehendaki para pemberontak dari FSA yang memiliki idiologi nasionalis sekuler. Mereka merasa revolusi yang mereka gerakkan telah dirampok oleh para mujahilin dari luar, yang tindakan-tindakan mereka sangat melukai hari warga Syria baik yang berasal dari pemerintah maupun pemberontak. Mereka yang selama bergenerasi-generasi hidup dalam lingkungan pluralis yang damai sangat tidak bisa membayangkan negaranya bakal berubah menjadi negara model Taliban.
Dengan bergabungnya kembali personil-personil FSA ke pangkuan pemerintah, maka wilayah luas yang selama ini dikuasi FSA akan kembali ke bawah kekuasaan pemerintah tanpa harus mengeluarkan tembakan sekalipun. Selanjutnya pasukan pemerintah dapat memanfaatkan pasukan FSA untuk bersama-sama mengusir para mujahilin.
ASSAD KLAIM MASIH PUNYA SENJATA PENGHANCUR ISRAEL
Banyak yang menganggap bahwa dimusnahkannya senjata-senjata kimia Kimia Syria bakal menghancurkan daya gertak Syria terhadap musuhnya, Israel. Namun Presiden Syria Bashar al Assad justru tampak percaya diri dengan prospek kekuasaannya di Syria.
"Presiden Assad menganggap bahwa situasi saat ini lebih dari baik-baik saja," tulis wartawan Lebanon Elie Shalhoub dalam surat kabar Al Akhbar, 25 September lalu. Tulisan tersebut dibuat seusai Shalhoub mengadakan wawancara dengan Assad di Damaskus.
Seraya menganggap senjata-senjata kimia tersebut sudah tidak lagi "kuat", Assad menuturkan bahwa Syria kini telah memiliki senjata-senjata yang lebih ampuh yang bisa menghancurkan Israel dalam waktu beberapa detik saja.
"Ia (Assad) menjawab secara strategis tanpa mengabaikan detil-detilnya," tulis Shalhoub tentang isi wawancaranya tersebut.
Kepada Shalhoub, Assad mengatakan bahwa musuh-musuh Syria tengah dilanda "stress" atas kegagalan mereka selama ini menjungkalkannya dari kekuasaan, dan hal itu bisa membuat mereka melakukan hal-hal tidak realistis. Ia juga menyatakan kepuasannya dengan kesepakatan antara Amerika dan Rusia tentang penghancuran senjata-senjata kimia Syria untuk mencegah campur tangan Amerika.
Assad menganggap hal itu tidak mempengaruhi keseimbangan kekuatan dengan Israel meski selama ini senjata-senjata kimia itu telah memainkan peran penting sebagai daya gertak terhadap Israel, namun saat ini dianggap sudah tidak terlalu penting lagi.
"Betapapun kini senjata-senjata itu tidak lagi memiliki daya gertak lagi, dan kini kami telah memiliki senjata-senjata yang bisa menghancurkan Israel dalam hitungan detik.”
Menurut Assad Presiden Obama tidak akan pernah berani menyerang Syria karena tidak memperoleh dukungan di dalam negeri. Di sisi lain ia mengungkapkan bahwa Rusia telah memberinya jaminan akan campur tangan membantu Syria jika diserang Amerika.
“Rusia akan turun tangan dan bertempur di medan perang Syria," kata Assad.
Assad juga menyinggung peran Iran dan Hezbollah dalam konflik di Syria. Assad menegaskan bahwa Syria dan Iran serta Hizbollah tengah bertempur di dalam satu front yang disebutnya sebagai front perlawanan anti-Israel. Menurut Assad jika Syria berhasil dijatuhkan, maka Hizbollah dan Iran akan menjadi sasaran musuh yang berikutnya.
“Saya percaya bahwa Sayyed Hasan Nasrallah mampu mengatasi semua tekanan terkait dengan konflik Syria…”
Assad menegaskan bahwa Israel, berbeda dengan masa lalu, kini menghindari untuk terlibat langsung dalam peperangan dan memilih menggunakan kaki tangannya, terutama dalam konflik Syria, yaitu Amerika dan kelompok-kelompok teroris takfiri.
REF:
"Assad: Our Enemies Are Confused, We Have Weapons That Can Paralyze Israel"; ALMANAR.COM.LB; 26 September 2013
"A Syrian solution to civil conflict? The Free Syrian Army is holding talks with Assad’s senior staff"; Robert Fisk; The Independent; 30 September 2013
1 komentar:
-
Hancurkan Zionis Israel sampai ke akar-akarnya, bila perlu hapus Israel dari peta dunia.
Kezoliman tdk akan pernah menang melawan kebaikan..
Maju terus para pendukung mukawama, Do'a umat muslim dipenjuru dunia akan selalu menyertaimu.
|
|||
Local Editor | |||
http://www.almanar.com.lb/english/adetails.php?eid=112584&cid=31&fromval=1
Source: Newspapers
26-09-2013 - 13:47 Last updated 28-09-2013 - 10:59
As he considers
that the chemical weapons are no more deterrent, President Bashar
al-Assad says that Syria today has more developed weapons that can
paralyze the Zionist entity in few seconds.
Lebanese writer, Elie Shalhoub visited the Syrian leader and found
out that Assad was calm and at ease with regard to the conditions his
country has been witnessing nowadays.
In an article published by al-Akhabar daily, Shalhoub said that Assad
had answers to many questions, “he deals with the strategies without
ignoring the very details.”
President Assad “considers that the situation today is more than excellent,” Shalhoub said.
He quoted the Syrian leader as saying: “they had tried at the beginning to portrait the battle in Syria as a fight between the Sunni sect and some minorities, claiming that these minorities were dominating the country. But we could, through management, patience, tolerance and betting on people to change this equation.”
Talking about Syria’s enemies, Assad said: “They are stressed. The
failure they have ended in due to political and diplomatic confusion
could prompt them to move in an unreasonable and hysterical way. For
that, don’t find strange any diplomatic, political and security
escalation, it will be unrealistic, it is not more than a bubble or
media war in a bid to retake initiative.”
Shalhoub reported that the Syrian president was satisfied by the
US-Russia joint deal concerning destroying Damascus’ chemical weapons.
He quoted Assad as saying: “We have 1000 tons of chemical weapons that we already consider a burden. Getting rid of this weapon costs a lot and takes years as it raises environmental challenges and problems. Let they come and take it (chemical weapon).”
“The chemical weapon is not and will not be their target. They wanted
to change the balance of powers in the region and to save Israel. But
we turn the tables on them and threw the ball in their court so they
were embraced,” Assad added according to Shalhoub.
Asked by the Lebanese writer whether it is a strategic loss for Syria
to lose its chemical weapon, Assad said: “We had produced our chemical
weapon, during the eighties of the last century, in a bid to deter
Israel. However it is no more deterrent and today we have weapons that
are more important and sophisticated through which we can paralyze
Israel in seconds.”
Meanwhile, Assad noted that the US president Barack Obama “was not
willing to carry out any military action against Syria, he was hesitant
and fearful as he was waiting for who will find a way out for him
(regarding this issue).”
“According to Assad, Obama is hesitant and stumbled. He is weaker
than launching an attack against Syria. He didn’t lose only, he lost in
his own home where he is no more able to maneuver within the equation of
the internal American balance,” Shalhoub added.
On the other hand, regarding the relations with Russia, Assad said
there are pledges made by Russia that its forces will interfere in case
of any attack on Syria.
“The Russian forces will take the field and fight from the Syrian territories,” President Assad told Shalhoub.
Talking about Iran and Hezbollah, Assad stressed that both Damascus and its allies are engaged in the battle under the name of one front, the resistance front.
He added that if Damascus was hit then Hezbollah and Iran would be the second target of the offensive.
“I am confident that the lord of fidelity (referring to Hezbollah
Secretary General Sayyed Hasan Nasrallah) is able to contain the
repercussions of any offensive against Syria…”
Assad stressed that the Zionist entity is not like before, noting that the Israeli enemy is fighting now by the hands of others.
“Israel is prompting the US to launch a war in the region as it utilizing the “American Islam group” which is composed of Takfiris in order to fight us. These Takfiris are the direct enemy of Syria in the meantime,” the Syrian leader added.
Quote
Asked by the Lebanese writer whether it is a strategic loss for Syria to lose its chemical weapon, Assad said: “We had produced our chemical weapon, during the eighties of the last century, in a bid to deter Israel. However it is no more deterrent and today we have weapons that are more important and sophisticated through which we can paralyze Israel in seconds.” It gets better:
Quote
On the other hand, regarding the relations with Russia, Assad said there are pledges made by Russia that its forces will interfere in case of any attack on Syria. http://www.almanar.com.lb/english/adetails.php?eid=112584&cid=31&fromval=1 I really wonder if Assad did say these things. Maybe the article is satire. Chesire
people fight a lot harder if they think ivan's calvary will be coming round the mountain to help out
perhaps this was meant for local not global dispersal people fight a lot harder if they think ivan's calvary will be coming round the mountain to help out That's possible Ches. Strange for Assad to speak so frankly though, assuming those are Assad's words. Can't get much more "bring it on" than that. Chesire
oil too cheap it stays in the ground
oil too expensive it stays in the ground
so it either trades in a very narrow band or countries trading oil for food are fucked
which means oil gets expensive for reals as exporting infrastructure gets destroyedcui bono how to divide 500 million habibs from billions of gallons of oil and have a functioning global economy left over |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar