Senin, 07 Oktober 2013

PEMBUNUHAN RITUAL....?? APA ITU MAKSUD DAN TUJUANNNYA...?? .. BENARKAH INI TERJADI DALAM SEJARAH...??>> ANEH JUGA ... MANUSIA BISA MELAKUKANNYA SEPERTI ITU..?? ADALAH INI DIDASARKAN KEPADA SUATU KEPERCAYAAN ..KUNO.. ATAU AJARAN SETAN...??? KONON SETAN BISA TERDIRI DARI MANUSIA YANG BEJIWA SETAN DAN IBLIS...YANG KONON BISA JUGA MENYERUPAI MANUSIA..ATAU APA SAJA..??>> ... INI KISAH..KONON ADALAH NYATA...??...NAH... APAKAH TERMASUK TRAGEDI HOLOCAUST...?? ATAU 911 WTC 2001....??? ATAU KONON KISAH PEMAKAN JANTUNG MUSUHNYA YANG DIBUNUH..SEPERTI KISAH DI PERANG SURIAH...??? ...Sejarahwan Dio Cassius, dalam buku sejarahnya yang ke-78 bab 32 menceritakan kekejian orang-orang Yahudi dalam peristiwa pemberontakan terhadap Romawi tahun 117: "Saat itu orang-orang Yahudi di Cyrene (sekarang Tripoli, Libya), memilih seorang pemimpinnya bernama Andreas, membantai semua orang-orang Romawi dan Yunani, mencabik-cabik tubuh, meminum darahnya, menjadikan kulitnya sebagai pakaian, dan sebagiannya digergaji menjadi dua dari kepala ke selangkangan. Sebagian dilemparkan ke kandang binatang buas, dan sebagian lagi dipaksa untuk bertarung hingga mati. Sebanyak 220.000 orang tewas dibantai. Di Mesir mereka melakukan hal-hal yang sama, juga di Cyprus, dipimpin oleh Artemion, di sana mereka membantai 40.000 orang."...>>>..... Orang-orang Yahudi kemudian merasa "sudah cukup" dengan Steinfeld. Steinfeld pun, yang merasa terancam jiwanya, melarikan diri ke Swiss. Namun vonis mati sudah terlanjur dijatuhkan. Steinfeld ditemukan tewas gantung diri di sebuah hotel di Swiss. Kembali ke kasus ritual murder di Chicago. Untuk mengurangi ketegangan sosial yang berpotensi menimbulkan kerusuhan anti-Yahudi di seluruh Amerika, seorang kolumnis berdarah Yahudi, Irv Kupcinet, menggelar program "sympathy fund" dengan menghadirkan janda Anton Schuessler. Komunitas Yahudi Chicago pun memberikan sumbangan senilai $100.000 (saat ini nilainya sama dengan beberapa juta dolar atau setara beberapa puluh miliar rupiah). Tidak ada motif lain, kecuali menyuap janda Anton Schuessler untuk menghentikan tuntutannya....>>> ...Keterangan gambar: Lukisan yang menggambarkan pembunuhan ritual terhadap Agnes Hruza, remaja Polandia berumur 19 tahun pada tahun 1899. Sorang Yahudi bernama Hilsner terbukti menjadi salah satu pelaku. Lukisan ini sempat beredar luas di Polandia sebelum kaum komunis melarangnya...>>> ...Paper karya Arnold Leese berjudul “Jewish Ritual Murder” merupakan karya tulis ilmiah terbaik tentang topik ini. Paper ini mendokumentasikan ratusan peristiwa pembunuhan ritual di Eropa dan Timur Tengah sejak abad 12. Paper ini dapat diakses di sini: http://www.churchoftrueisrael.com/streicher/jrm...>>> ...Tahun 1144, Norwich. Mayat seorang anak laki-laki 12 th dengan tanda-tanda luka penyaliban dan tusukan tombak di pinggang, ditemukan di dalam karung yang disembunyikan di belakang pohon. Anak tersebut bernama William yang dikenal anak periang. Seorang yahudi yang pindah agama ke kristen bernama Theobald of Cambridge membuat pengakuan menggemparkan bahwa orang-orang Yahudi mencari darah anak-anak kristen setiap tahun sebagai prasyarat untuk dapat kembali ke Palestina. Biasanya orang-orang Yahudi dari seluruh Inggris berkumpul untuk melakukan pengundian, dari kota mana darah anak kristen diperoleh. Theobald mengatakan tahun sebelumnya undian jatuh di kota Narbonne dan tahun tersebut jatuh di Norwich. Sherif setempat yang diduga telah disuap, menolak mengusut kasus ini. Namun berita atas kasus ini terus menyebar ke seluruh Inggris....>> ...Tahun 1255, Lincoln. Seorang anak bernama Hugh diculik dan dibunuh oleh orang-orang yahudi. Ibunya berhasil menemukan mayatnya yang dipenuhi luka penyaliban dan penyiksaan atas petunjuk seorang yahudi bernama Joppin. Dengan jaminan hukum, Jopin kemudian membuat pengakuan lain yang mengarah pada penangkapan 91 orang Yahudi lainnya. Raja Henry III memerintahkan penyidikan yang serius dan menolak memberikan pengampunan kepada Joppin. 18 orang Yahudi, termasuk Joppin dihukum gantung karena terbukti melakukan pembunuhan ritual atas Hugh. Makam Hugh masih dapat dilihat di katedral Lincoln sebelum kemudian kekuatan uang yahudi bekerja untuk mengaburkan eksistensinya. Di bekas makam Hugh kini berdiri sebuah papan peringatan yang di atasnya terdapat tulisan yang membantah adanya praktik pembunuhan ritual. Hebatnya, tulisan itu berupaya menghapuskan hukum yang telah ditetapkan pengadilan dan dikukuhkan dengan cap kerajaan....>>> ...Tahun 1290, Oxford. Tercatat dalam dokumen kerajaan The Patent Roll 18 yang ditandatangani Raja Edward I, berisi penangkapan terhadap seorang yahudi bernama Isaac de Pulet yang terbukti melakukan pembunuhan ritual terhadap seorang remaja kristen. ...>>> Keterangan gambar: Plakat yang menggambarkan pembunuhan ritual oleh orang-orang yahudi atas anak kecil, masih banyak ditemukan di Eropa sampai saat ini....>>> ... Pada tgl 17 September 1936 koran Daily Mail menuliskan kekejaman tentara komunis dalam Perang Sipil Spanyol sbb: "Baena, Cordoba: Sembilan puluh satu pembunuhan, sebagian besar dengan tembakan, pukulan kampak, atau cekikan. Sebagian dibakar hidup-hidup. Dua orang suster yang diseret dari gereja Maria, dipaku matanya dengan medali bergambar bunda Maria yang biasa dikenakannya." Atau kesaksian William Dudley Pelley, wartawan Amerika simpatisan komunism yang menyaksikan langsung kekejian orang-orang komunis Sovyet terhadap warga Rusia yang mayoritas adalah pemeluk Kristen yang taat: anak-anak sekolah dan gurunya ditembaki di dalam kelas seperti binatang hingga darah dan cairan otak tercecer hingga langit-langit, para petani termasuk wanita dan anak-anak ditembak kepalanya dan kemudian disalib di pintu rumah. Semua itu terjadi hampir di seluruh pelosok Rusia hingga puluhan juta warga kristen Rusia tewas selama revolusi komunis dan beberapa tahun setelahnya. Karena kekejian itulah maka Pelley berubah pandangan politiknya menjadi sangat anti-komunis. Dan kekejian Pol Pot di Kamboja dan PKI di Indonesia? Menyembelihi orang seperti binatang. Mereka hanya meniru tuannya, kaum komunis Sovyet yang semuanya adalah orang-orang Yahudi. Semua itu bisa menjelaskan mengapa tentara Israel dengan santai membunuhi rakyat sipil Palestina di siang bolong dan di hadapan miliaran pasang mata umat manusia se-dunia. Baru-baru ini angkatan bersenjatan Israel memproduksi dua macam kaos singlet yang digunakan untuk para tentaranya. Di kaos pertama tergambar seorang wanita Palestina yang tengah hamil di dalam lingkaran teleskop senjata laras panjang. Di bawah lingkaran terdapat tulisan: "Satu sama dengan dua". Maksudnya adalah jika tentara Israel menembak seorang wanita Palestina yang tengah hamil, maka ia telah "berhasil" menembak dua orang musuh sekaligus. Gambar di kaos kedua tidak kalah mencengangkan. Seorang anak kecil Palestina di dalam lingkaran teleskop senjata laras panjang. Di bawahnya tertulis: Anak-anak Palestina lebih bernilai (karena lebih sulit ditembak). Yah, angkatan bersenjata Israel mengkonfirmasi tuduhan masyarakat internasional bahwa mereka telah sengaja membantai perempuan dan anak-anak Israel. Antara peristiwa pemberontakan di Cyrene hingga munculnya komunisme dan pembantaian rakyat Palestina terhempang jarak waktu hampir 2.000 tahun. Namun kekejian itu tidak banyak berubah...>>> ...Dalam buku "Medicine and The German Jews", John M. Ephron menuliskan: “Kebiasaan sunatan orang-orang yahudi telah menjadi perdebatan publik pada abad 19 di Jerman. Sunatan telah lama dianggap sebagai kebiasaan yang paling berbeda dan eksklusif di antara kebiasaan-kebiasaan yahudi lainnya, dan perdebatan seputar masalah itu telah sampai pada masalah keikhlasan orang-orang yahudi untuk benar-benar menjadi orang Jerman. Kebiasaan itu dianggap sebagai tanda penolakan orang-orang yahudi untuk membuang perbedaan mereka dengan lainnya." Gilad percaya hanya sedikit orang yang memahami tentang kebiasaah ritual darah orang-orang yahudi. Namun yang menjadi perhatian Gilad sebagai orang yahudi dalam kasus ini adalah bahwa perhatian publik pada kasus metzitzah b’peh ini menjadi tanda bahwa para goyim (orang-orang non-yahudi) telah berteriak-teriak marah kepada orang-orang yahudi: "cukup sudah dengan kebrengsekan kalian!" "Saya tidak yakin bisa menyelamatkan situasi ini. Saya percaya bahwa orang-orang yahudi harus berhati-hati dan siaga. Jika sejarah yahudi dijadikan pelajaran, hal ini mengingatkan bahwa orang-orang yahudi secara jelas tengah mengalami masalah. Jika sejarah dijadikan pelajaran, saran-saran saya ini bakal diabaikan oleh orang-orang yahudi. Dan begitulah tragedi-tragedi yang dialami orang-orang yahudi terjadi," tulis Gilad....>>>




Pembunuhan Ritual Yahudi (1) 

http://cahyono-adi.blogspot.com/2009/03/pembunuhan-ritual-yahudi-1.html#.UlOci1ON6So

 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
Keterangan gambar: Lukisan yang menggambarkan pembunuhan ritual terhadap Agnes Hruza, remaja Polandia berumur 19 tahun pada tahun 1899. Sorang Yahudi bernama Hilsner terbukti menjadi salah satu pelaku. Lukisan ini sempat beredar luas di Polandia sebelum kaum komunis melarangnya.
 
Damascus Affair adalah kasus penculikan dan pembunuhan terhadap seorang pendeta Kristen dan muridnya dengan motif ritual agama, di kota Damaskus Syria pahun 1840. Pelaku adalah orang-orang Yahudi setempat. Kasus ini kemudian menjadi masalah internasional yang melibatkan negara-negara Eropa, Amerika, Turki dan Mesir dan memicu terjadinya aksi-aksi kekerasan anti Yahudi di Eropa dan Timur Tengah selama bertahun-tahun.

Tentang kasus ini Wikipedia menulis: Pada tgl 5 Februari 1840, Pendeta Thomas, pemimpin agama Kristen Franciscan setempat asal Perancis, hilang bersama seorang pembantunya. Pendeta yang juga merangkap dokter tersebut dikenal luas di kalangan masyarakat Yahudi, Kristen dan Muslim setempat. Beberapa hari sebelum hilang Pendeta Thomas terlibat perselisihan dengan seorang muslim Turki yang marah karena pendeta Thomas telah menghina nabi Muhammad. Muslim Turki tersebut dikabarkan mengeluarkan ancaman, "Anjing kristen itu harus mati di tangan saya."

Setelah kabar menghilangnya pendeta Thomas menyebar, Konsul Perancis di Damaskus, Ratti Menton yang dekat dengan kalangan Kristen dan bersama orang-orang kristen tengah berupaya menguasai akses ekonomi yang sebelumnya dikuasai keluarga Farhi yang Yahudi, melakukan investigasi di daerah pemukiman Yahudi sehingga menimbulkan kecurigaan masyarakat bahwa orang-orang Yahudi berada di balik hilangnya pendeta Thomas.

Gubernur setempat, Sherif Pasha, demi mendapatkan simpati Perancis, turut berperan menambah kecurigaan masyarakat dengan mengijinkan praktik penyiksaan terhadap para tersangka yang warga Yahudi. Pengakuan melalui penyiksaan diperolah dari seorang tersangka tukang cukur Yahudi bernama Negrin dan delapan tersangka lainnya yang merupakan tokoh-tokoh utama masyarakat Yahudi setempat. Di antara mereka adalah Joseph Lanado, Moses Abulafia, Rabi Jacob Antebi, dan Farhi. Mereka dipenjara dan disiksa dengan keji. Gigi dan janggut mereka dicabut, dibakar, dan terakhir diguyur dengan emas panas, untuk membuat mereka mengaku melakukan perbuatan kriminal yang tidak dilakukan. Lanado, seorang yang sudah lanjut usia meninggal akibat penyiksaan. Moses Abulafia pindah agama menjadi muslim untuk menghindari penyiksaan.

Kasus ini menarik perhatian masyarakat internasional, khususnya setelah konsul Austria di Aleppo (Syria), Eliahu Picotto, menghadap ke penguasa Mesir, Ibrahim Pasha (saat itu Mesir adalah penguasa Damaskus) untuk meminta penghentian penyelidikan. Dalam sebuah aksi yang luarbiasa sebanyak 15 ribu warga yahudi melakukan aksi protes di enam kota di Amerika menentang penangkapan orang-orang Yahudi dalam kasus tersebut. Konsul Amerika di Mesir menyampaikan protes presiden Amerika Matin Van Buren kepada Mesir. Sir Moses Haim Montefiore, dengan didukung oleh tokoh-tokoh barat termasuk Lord Palmrston dari Inggris, pengacara terkenal Perancis Adolphe Cremieux, Konsul Austria Marlatto, misionaris John Nicolayson dan Solomon Munk, memimpin satu delegasi menemui pemimpin Syria, Mehemet Ali.

Negosiasi atas nasib para tersangka dilakukan di Alexandria dari tgl 4 Agustus sampai 28 Agustus dan berakhir dengan dibebaskannya para 9 tersangka tidak bersalah yang masih hidup (dari total 13 tersangka yang ditangkap). Selanjutnya di Konstantinopel, Montefiore berhasil mendesak Sultan Abdulmecid mengeluarkan maklumat kerajaan Turki Ottoman (firman) yang isinya membantah tuduhan kasus ritual murder untuk mencegah terjadinya kerusuhan massal menyusul dibebaskannya para tersangka.

Catatan atas tulisan Wikipedia

Wikipedia berusaha menimbulkan opini seolah pembunuh pendeta Thomas adalah orang muslim Turki yang telah mengancam membunuhnya karena telah menghina nabi Muhammad. Hal ini sangat tidak beralasan karena sebagai seorang terpelajar yang mengetahui reaksi kaum muslim terhadap penghinaan nabinya, pendeta Thomas tidak akan gegabah melakukan hal tersebut. Apalagi jika penghinaan itu dilakukan di Syria, dimana ummat Islam merupakan mayoritas.

Wikipedia (kalangan aktivis pembela hak-hak kulit putih menyindirnya dengan istilah kikepedia. Kike adalah panggilan ejekan untuk orang-orang Yahudi askenazhi) berusaha mengalihkan fakta bahwa para pelaku telah terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman mati, dengan menyoroti aksi penyiksaan yang telah membuat pelaku membuat pengakuan palsu. Faktanya adalah penyiksaan yang dilakukan penyidik Mesir dan Syria masih dalam batas kewajaran. Alat penyisa berupa alat pemukul yang disebut bastinado merupakan alat interogasi yang biasa di pakai di sebagian besar negara untuk mengorek keterangan tersangka. Tidak ada konvensi internasional saat itu yang melarang penggunaan alat ini. Selain itu para pelaku yang dapat menunjukkan dengan tepat lokasi pembuangan jenasah korban telah menjadi bukti yang tidak dapat disangkal bahwa mereka benar melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap pendeta Thomas.

Adapun motif pembebasan para pelaku adalah karena penyuapan dan tekanan lobi Yahudi internasional kepada penguasa Mesir dan Syria serta Turki. Mereka melihat Damascus Affair dapat menjadi sebuah bola liar yang dapat menghancurkan kekuasaan Yahudi sebagaimana pernah terjadi di masa lalu. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, Raja Inggris Edward I mengusir semua orang Yahudi dari Inggris tahun 1290 menyusul terjadi kasus-kasus pembunuhan ritual di Inggris. Hal yang sama terjadi dengan pengusiran orang Yahudi dari Spanyol tahun 1492.

Pun demikian dampak Damascus Affair bagi Yahudi. Berbagai aksi kekerasan termasuk pembantaian terhadap orang-orang Yahudi terjadi di beberapa tampat di Eropa dan Timur Tengah menyusul terbongkarnya Damascus Affair. Namun orang-orang Yahudi sudah belajar banyak dari kasus-kasus terhahulu. Mereka sudah mengorganisir diri, selain dengan kekuatan uangnya, mereka juga sudah menguasai media massa sehingga dampak destruktif terhadap mereka dapat dikurangi drastis.

Pembunuhan untuk upacara ritual (ritual murder) oleh orang-orang Yahudi merupakan suatu hal yang tidak masuk di akal manusia modern saat ini. Bahkan bagi sebagian besar orang-orang yang anti-Yahudi hal tersebut dianggap sebagai sebuah dongeng belaka. Padahal ratusan kasus pembunuhan ritual oleh orang-orang Yahudi telah tercatat di berbagai penjuru negara. Lukisan-lukisan dan plakat-plakat yang menggambarkan ritual tersebut masih banyak ditemui di Eropa hingga sekarang. Paper karya Arnold Leese berjudul “Jewish Ritual Murder” merupakan karya tulis ilmiah terbaik tentang topik ini. Paper ini mendokumentasikan ratusan peristiwa pembunuhan ritual di Eropa dan Timur Tengah sejak abad 12. Paper ini dapat diakses di sini: http://www.churchoftrueisrael.com/streicher/jrm

Hal ini tidak lain karena Yahudi yang menguasai media massa dan informasi telah berhasil menanamkan sebuah tabu terhadap masalah ini. Coba saja melakukan searching di dunia internet dengan keyword “ritual murder”. Maka sebagian besar data yang keluar adalah blood libel (fitnah berdarah). Ya, sebagaimana istilah anti-semit, istilah blood libel secara efektif membungkam setiap pembahasan terhadap masalah ritual murder. Bagi siapa saja yang berani membicarakan hal ini, kecuali di negara-negara di mana kekuasaan Yahudi belum begitu kuat seperti di Indonesia, akan dicap sebagai anti-semit dan harus menjalani hukuman yang terkadang jauh di luar pikiran manusia.

Di Amerika, negeri di mana Yahudi sedemikian kuat menguasai segala sendiri negara, isu blood libel bisa menjadi hal yang sangat fatal sebagaimana terjadi dalam kasus pembunuhan ritual di Chicago tahun 1955.

Kasus Pembunuhan Ritual di Chicago, Amerika

Selama tahun 1955 di kota Chicago, Illinois, Amerika, terjadi lima kasus penculikan dan pembunuhan bermotif agama terhadap 5 orang anak. Mereka adalah kakak beradik John dan Anton Schuessler, Robert Peterson, dan kakak beradik perempuan Barbara dan Patricia Grimes. Kelima korban menunjukkan tanda-tanda kematian yang sama: telanjang dan kehabisan darah oleh luka sayatan.

Segera saja kota Chicago dilanda desas-desus tentang pembunuhan ritual berantai oleh orang-orang Yahudi. Orang-orang tua melarang anak-anaknya pergi ke perkampungan Yahudi dan tempat-tempat Yahudi berkumpul. Namun meski menjadi kasus pembunuhan paling menarik perhatian masyarakat Amerika, kasus ini tidak terpecahkan sampai sekarang. Dan bagi keluarga Schuessler, penderitaan masih belum berakhir setelah kematian kakan beradik John dan Anton.

Para ahli forensik menyimpulkan kelima korban masih hidup selama beberapa hari setelah dikabarkan hilang. Kelima jenasah menunjukkan bekas ikatan di tangan dan kaki. Di tubuh mereka terdapat bekas luka-luka sayatan dan pukulan yang sebenarnya tidak mematikan, namun menjadi fatal bila tidak diberi pertolongan. Penyidik menyimpulkan mereka meninggal karena kehabisan darah dan kedinginan. Para ahli forensik juga menemukan bekas-bekas di tubuh yang menunjukkan para korban diangkut dengan mobil sedan Packard, mobil yang populer di kalangan kelas atas Amerika saat itu.

Demi mengejar oplah, media lokal The Chicago Sun Times segera mempublikasikan edisi khusus sore hari yang menulis secara detil tentang motif pembunuhan ritual dalam kasus tersebut. Namun hanya dalam hitungan menit, edisi tersebut ditarik kembali.

Sebanyak delapan kopian edisi tersebut berhasil didapatkan oleh Mrs. Lyle Clark Van Hyning, seorang aktifis wanita kulit putih yang kemudian mempublikasikannya dalam jurnal Women's Voice. Mrs. Lyle menanyakan kepada The Chicago Sun Times perihal penarikan edisi khusus. Jawaban yang diperoleh adalah akibat edisi tersebut redaksi telah mendapatkan protes dari beberapa pihak dan adanya ancaman terjadinya kerusuhan rasial.

Mrs. Lyle Clark yang curiga dengan motif pembunuhan ritual mengirimkan kopian edisi khusus Chicago Sun Times serta paper karya Arnold Leese berjudul "Jewish Ritual Murder" kepada Anton Schuessler Sr., ayah dari John dan Anton Schuessler Jr yang menjadi korban. Schuessler terkesima membaca kiriman Mrs. Lyle. Segera ia membuat laporan ke kantor polisi setempat untuk menyelidiki kemungkinan motif ritual murder dalam kematian kedua putranya.

Sheriff Cook County dimana keluarga Schuessler tinggal dijabat oleh seorang Yahudi bernama Joseph Lohman justru menangkap Anton Schuessler Sr dengan tuduhan pembunuhan terhadap anak-anaknya sendiri. Sheriff Lohman kemudian menunjuk detektif Harry Gloss untuk menyelidiki kasus tersebut. Selain itu seorang deputi sheriff yang juga berdarah Yahudi dikirim ke rumah keluarga Schuessler. Dengan dalih mencari bukti-bukti pembunuhan, deputi sheriff Horowitz menteror keluarga Schuessler dan secara efektif mengenakan status tahanan rumah kepada Mrs Schuessler dan keluarganya.

Dua orang detektif kepolisian Chicago yang kemudian dikirim untuk membantu memecahkan kasus ini, James Lynch dan James McMohan, keduanya kulit putih, menemukan kenyataan bahwa bukti-bukti justru telah hancur oleh penyelidikan yang dilakukan sheriff Lohman dan aparatnya.

Sementara itu Anton Schuessler Sr, alih-alih dibebaskan, justru dikirim ke klinik kejiwaan di Des Plaines, Illinois yang dioperasikan oleh seorang dokter Yahudi, Dr. Leon Steinfeld. Dan di klinik ini nasib Anton Schuessler Sr berakhir tragis. Ia meninggal dunia secara misterius di hari pertama kedatangannya.

Kematian tragis tersebut menyulut demonstrasi besar-besaran menuntut Dr. Steinfeld membuat kesaksian. Dr Steinfeld berkukuh bahwa Anton Schuessler Sr menderita penyakit "hallucinations" dan "paranoid delutions" yang kemudian memicu sakit jantung perenggut nyawa. Padahal Anton adalah seorang laki-laki sehat berumur 42 tahun yang tidak pernah menderita sakit jantung.

Kepala coroner Cook County Dr Thomas McCarron sadar bahwa Dr Steinfeld melakukan kebohongan. Ia menyerahkan bukti-bukti medis terkait kepada jaksa wilayah untuk menyidiki Dr Steinfeld dengan tuduhan pembunuhan dan pemberian keterangan palsu. Jaksa wilayah menolak permintaan Dr Thomas dan kemudian seseorang meledakkan bom di muka rumah Dr Thomas.

Namun kemudian nasib buruk menimpa Dr Steinfeld. Ia terkena kasus kriminal dengan tuduhan sengaja menghindarkan para pemuda yahudi dari kewajiban mengikuti wajib militer. Yang ia lakukan adalah memberikan beberapa obat-obatan yang merangsang beberapa penyakit yang dapat dikontrol namun cukup kuat untuk membuat penderita menghindari wajib militer. Untuk setiap kepala pemuda Yahudi yang ia "selamatkan" dari wajib militer, ia mendapat imbalan $2.000.

Orang-orang Yahudi kemudian merasa "sudah cukup" dengan Steinfeld. Steinfeld pun, yang merasa terancam jiwanya, melarikan diri ke Swiss. Namun vonis mati sudah terlanjur dijatuhkan. Steinfeld ditemukan tewas gantung diri di sebuah hotel di Swiss.

Kembali ke kasus ritual murder di Chicago. Untuk mengurangi ketegangan sosial yang berpotensi menimbulkan kerusuhan anti-Yahudi di seluruh Amerika, seorang kolumnis berdarah Yahudi, Irv Kupcinet, menggelar program "sympathy fund" dengan menghadirkan janda Anton Schuessler. Komunitas Yahudi Chicago pun memberikan sumbangan senilai $100.000 (saat ini nilainya sama dengan beberapa juta dolar atau setara beberapa puluh miliar rupiah). Tidak ada motif lain, kecuali menyuap janda Anton Schuessler untuk menghentikan tuntutannya.


Sementara itu kemisteriusan sekitar kasus pembunuhan ritual di Chicago ini masih belum berhenti. Arnold Leese, ahli sejarah yang menghabiskan waktunya untuk meneliti kasus-kasus ritual murder dan terlibat secara mendalam dalam kasus ini, meninggal secara tiba-tiba pada tahun 1956.

Kini, 55 tahun sudah kasus yang menggemparkan bangsa Amerika itu terselubung dalam kabut misteri. Tempat dimana mayat-mayat itu ditemukan kini menjadi salah satu tempat paling "berhantu" di Amerika. Masyarakat setempat membangun sebuah batu monumen di tempat tersebut. Orang-orang Yahudi menuntut monumen itu disingkirkan.

Keterangan gambar: Lukisan yang menggambarkan pembunuhan ritual terhadap Agnes Hruza, remaja Polandia berumur 19 tahun pada tahun 1899. Sorang Yahudi bernama Hilsner terbukti menjadi salah satu pelaku. Lukisan ini sempat beredar luas di Polandia sebelum kaum komunis melarangnya.

2 komentar:

  1. berarti darah itu suatu persembahan yang wajib y,... sadis juga kalau ada hukum kepercayaan seperti itu ya,... pembunuhan masal dan memakan jantung yang dikorbankan menjadi suatu keharusan atau perayaan...

    BalasHapus
  2. Bukannya agama yang paling haus darah dan hobinya menyembelih manusia itu islam??? Tidak ada bangsa di dunia ini yang tidak tau betapa barbar-nya islam, agama setan, tengokllaj yang terjadi di timur tengah... tengoklah bagaimana ISIS.. Islam kafir anjing..

    BalasHapus