Wow! Danau Misterius Ini Ubah Hewan Mati Bagai Patung Batu!
Danau Dahsyat dan Mematikan Ini Dapat Mengubah Hewan Mati Terlihat Menjadi Seperti Batu!
Ketika fotografer Nick Brandt pertama
kali mengunjungi Danau Natron di Tanzania Utara, ia dikejutkan oleh
keberadaan mirip patung-patung hewan yang mengerikan yang terlihat di
pinggiran danau itu.
Anehnya lagi, patung-patung itu ternyata
dulunya memang hewan sungguhan. Setelah mencari tahu apa penyebabnya,
ternyata air danau ini mengandung senyawa alami yang ditemukan dalam abu
vulkanik.
Natron adalah danau garam, airnya
memiliki pH sampai 10,5, begitu kaustik hingga bisa membakar kulit dan
mata hewan yang tidak bisa beradaptasi dengannya.
Ditambah lagi dengan suhu airnya yang bisa mencapai 60 derajat Celcius.
Danau Natron, namanya diambil dari Natron – mineral natrium karbonat dekahidrat (sodium carbonate decahydrate) yang biasa digunakan orang Mesir kuno mengeringkan organ selama proses mumifikasi atau membuat mumi.
Kandungan mineral dalam airnya juga punya fungsi sebagai pengawet bangkai hewan malang yang tercebur lalu mati.
Membuat mereka seakan dicelupkan dalam
adonan semen. Tidak semua danau memiliki air yang segar dan dapat
menjadi tempat tinggal makluk hidup, seperti danau mematikan ini yang
terdapat di Tanzania, Afrika Timur ini.
Hal ini terjadi diakibatkan suhu danau
yang bisa naik menjadi 60 derajat sewaktu-waktu, serta alkalinitas yang
tinggi akibat akumulasi abu vulkanik dari lembah Great Rift.
Fotografer Nick Brandt datang ke lokasi,
untuk mendokumentasikan korban danau tersebut seperti bangkai burung dan
hewan kecil yang telah membatu karena pengapuran.
Satu-satunya spesies hewan yang dapat bertahan hidup di bawah permukaan danau adalah alkaline tilapia (Alcolapia alcalica), ikan sejenis nila yang bisa bertahan hidup di sepanjang tepi yang airnya kurang asin.Juga sejumlah bakteri.
Fotografer alam liar, Nick Brandt juga
menggunakan bangkai-bangkai hewan di Danau Natron sebagai model dari
serial fotografi terbarunya yang mengerikan.
“Menemukan mereka terdampar di sepanjang
tepian Danau Natron, saya pikir sangat luar biasa. Bayangkan, setiap
detil, dari ujung lidah kelelawar, rambut-rambut kecil di wajahnya,
seluruh tubuh elang pemakan ikan, diawetkan dengan sempurna,” kata
Brandt seperti dimuat CBSNews.com, 3 Oktober 2013.
Belum diketahui bagaimana bisa
burung-burung dan kelelawar terjun dalam air danau yang mematikan itu.
Menurut Brandt, mungkin mereka bingung dengan “refleksi alami ekstrem”
pada permukaan danau tersebut yang kerap berubah warna. Mirip dengan
fenomena burung terbang ke arah jendela kaca dan menabraknya.
Saat memotret bangkai binatang yang kini
mirip patung itu, Brant memutuskan untuk membuat mereka dalam posisi
seakan masih hidup. Menaruh mereka di ranting pohon atau di atas air.
“Aku menempatkan mereka dalam posisi
‘hidup’. Seakan hidup lagi setelah mati,” kata dia. Sebagian hasil karya
Brant kini dipamerkan di Hasted Kraeutler Gallery di New York dan akan dipublikasikan dalam buku fotografi berjudul, “Across The Ravaged Land”.
Asal Usul Danau Natron
Sementara, ahli ekologi di University of Leicester, David Harper mengatakan, jika di tempat lain bangkai hewan yang mati akan terurai dengan cepat, beda halnya di Danau Natron.
“Saat mengering, garam akan membentuk
lapisan kerak dan akan bertahan selamanya,” kata Harper yang pernah
mengunjungi Danau Natron empat kali, seperti repoter yang mengutip dari NBC News.
Garam yang terkandung di Danau Natron
tidak seperti garam masak yang dipanen dari laut. Melainkan kapur
magmatik yang telah ditempa dalam bumi, keluar melalui aliran lava, dan
disemburkan ke udara menjadi awan abu setinggi 10 mil.
Pelaku terciptanya keadaan di danau itu adalah Ol Doinyo Lengai, sebuah gunung berapi berusia 1 juta tahun yang terletak di selatan Danau Natron.
Hannes Mattsson, seorang peneliti di Swiss Institute of Technology di Zurich mengatakan, gunung berapi lain biasanya memuntahkan silikat, namun Ol Doinyo Lengai adalah satu-satunya di planet ini yang menyemburkan “natrocarbonatite”.
Natrocarbonatite tersebut kaya akan sodium, kalium karbonat, nyerereite dan gregoryite. Jauh lebih asin dari silikat! Material abu vulkanik tersebut lalu dikumpulkan air hujan yang masuk ke danau.
Itu menjelaskan mengapa hewan yang
tercebur di dalamnya terlihat seperti telah jatuh dalam ember semen. Air
danau juga mengalami lonjakan salinitas karenanya. Sementara, Gunung Ol
Doinyo Lengai telah meletus sedikitnya delapan kali sejak 1883.
Terakhir meletus pada 2007 lalu.
(©copyrights animal object photo by Nick Brandt, amusingplanet.com, Wikipedia/ postlicious.com/ liputan6.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar