PENGUASA AMERIKA KETAKUTAN DGN REVOLUSI
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/10/penguasa-amerika-ketakutan-dgn-revolusi.html#.UlGUF1IxVkg
Dengan semakin tingginya tingkat kesadaran informasi publik Amerika yang
mengungkap kebobrokan sistem pemerintahan Amerika, para elit penguasa
negeri itu kini ketakutan bahwa sebuah revolusi rakyat akan muncul,
sebagaimana di Tunisia dan Mesir.
Hal itu ditunjukkan, salah satunya, dengan munculnya sebuah memo yang dikeluarkan Departemen Kehakiman kepada polisi-polisi di daerah (Departemen Kehakiman membawahi kepolisian federal dan aparat penegak hukum lainnya) yang salah satu isinya menganggap siapapun para "pencari kebenaran" terutama mereka yang mempertanyakan kebenaran "Serangan WTC 9-11" versi pemerintah, sebagai "calon teroris".
Dalam memo tersebut disebutkan beberapa kelompok "pencari kebenaran" yang dianggap sebagai "calon teroris", di antaranya kelompok “libertarian philosophies,” “Second Amendment-oriented views,” “self-sufficiency” “fears of Big Brother or big government” dan “Declarations of Constitutional rights and civil liberties.”
Hal ini sejalan dengan semakin tingginya kesadaran rakyat Amerika terhadap berbagai konspirasi jahat yang selama ini melingkupi kehidupan mereka. Sebuah jajak pendapat nasional baru-baru ini mengungkapkan bahwa lebih dari separoh rakyat Amerika meragukan atau menolak sama sekali keterangan pemerintah tentang "Serangan WTC 9-11".
Memo berjudul “Potential Indicators of Terrorist Activities Related to Sleepers” menyebutkan kelompok-kelompok yang patut dicurigai sebagai calon teroris, termasuk orang-orang yang percaya pada "teori konspirasi", di antaranya mereka yang percaya bahwa "Serangan WTC" adalah operasi inteligen CIA untuk melegitimasi serangan terhadap negara lain.
Perlu ditekankan di sini bahwa sebelum tahun 1998 sebagian masyarakat percaya bahwa pada tahun 1962 Amerika sengaja melakukan operasi inteligen "Insiden Teluk Babi" untuk memberi alasan serangan militer terhadap Kuba. "Teori konspirasi" itu ternyata terbukti benar setelah pada tahun 1998 Departemen Pertahanan Amerika membuka arsip lama yang membuktikan bahwa pada tahun 1962 Kepala Staff Gabungan Jendral Lyman Lemnitzer menyetujui operasi inteligen bernama "Operation Northwoods". Dalam operasi itu melibatkan aksi terorisme dengan sasaran warga Amerika sendiri. Namun operasi itu digagalkan oleh Presiden Kennedy dan perang melawan Kuba dan Uni Sovyet pun berhasil dihindari, namun Jendral Lemnitzer hanya mendapatkan sanksi pemecatan daripada hukuman mati sebagai pengkhianat negara.
Sebuah pooling yang digelar oleh YouGov baru-baru ini menunjukkan bahwa sebanyak 38% rakyat Amerikan ragu-ragu dengan sebagian keterangan pemerintah tentang "Serangan WTC 9-11", 10% tidak percaya sama sekali, dan 12% lainnya "tidak yakin" dengan ketarangan pemerintah.
Dalam memo tersebut disebutkan alasan-alasan menetapkan seseorang atau sekelompok orang sebagai calon teroris, di antaranya: "Membenarkan tindakan kekerasan terhadap Amerika dengan alasan Amerika adalah penyebab munculnya masalah". Hal ini merujuk pada kelompok-kelompok "anti-perang" yang mengecam invasi Amerika terhadap Afghanistan, Irak dan negara-negara lainnya.
Setelah 12 tahun lebih peristiwa "Serangan WTC 9-11" kini muncul kelompok-kelompok yang menolak keterangan pemerintah tentang tragedi WTC yang menewaskan ribuan warga tak bersalah itu. Di antara mereka yang bergabung dalam kelompok-kelompok itu meliputi mantan perwira militer dan inteligen, insinyur, polisi, pemadam kebakaran, pilot. Sebagian di antara mereka adalah mantan jendral militer, Direktur CIA, gubernur, senator, profesor, dan penyandang-penyandang doktor.
Mayjend (purn) Albert Stubblebine, salah seorang dari mereka secara terbuka pernah mengungkapkan tentang runtuhnya Gedung WTC 7, satu dari 3 gedung yang runtuh dalam tragedi "Serangan WTC 9-11", "Gedung itu tidak runtuh karena hantaman pesawat, melainkan karena ledakan dari dalam. Demolition (peledakan bom).”
Baru-baru ini mantan pembawa acara terkenal dari Fox News, Ben Swann, juga menyatakan penolakannya terhadap keterangan pemerintah tentang serangan tersebut. Sementara itu pada tahun 2005 Jendral Wesley Clark, mantan kandidat presiden, mengatakan bahwa ia pernah menerima sebuah memo dari seorang pejabat pemerintahan Presiden George W Bush yang menyebutkan bahwa "Amerika akan menyerang 7 negara dalam 5 tahun, dimulai dengan Irak."
Pada bulan September lalu sekelompok orang yang terdiri dari arsitek, dan insinyur yang dipimpin oleh keluarga para korban "Serangan WTC 9-11" melancarkan kampanye besar-besaran yang menolak keterangan pemerintah tentang tragedi tersebut. Mereka memasang spanduk dan bilboard di seluruh dunia bertuliskan: “Did you know a third tower fell on 9/11?” (Apakah Anda mengetahui, gedung ketiga telah runtuh dalam Serangan WTC 9-11?)
Kampanye ini mendapatkan boikot dari sebagian besar media-media massa mapan Amerika. Namun koran Time tidak bisa menolak untuk memasang iklan yang dipasang kelompok bernama "2,000 Architects and Engineers for 9/11 Truth" ini.
Para blogger (termasuk blog ini tentunya) dan para pejuang "pencari kebenaran" lainnya telah mempertanyakan kebenaran klaim pemerintah Amerika tentang "Serangan WTC". Dan pelan namun pasti perjuangan itu telah menuai hasilnya dengan semakin banyaknya orang yang percaya dengan adanya "teori konspirasi".
Hal itu ditunjukkan, salah satunya, dengan munculnya sebuah memo yang dikeluarkan Departemen Kehakiman kepada polisi-polisi di daerah (Departemen Kehakiman membawahi kepolisian federal dan aparat penegak hukum lainnya) yang salah satu isinya menganggap siapapun para "pencari kebenaran" terutama mereka yang mempertanyakan kebenaran "Serangan WTC 9-11" versi pemerintah, sebagai "calon teroris".
Dalam memo tersebut disebutkan beberapa kelompok "pencari kebenaran" yang dianggap sebagai "calon teroris", di antaranya kelompok “libertarian philosophies,” “Second Amendment-oriented views,” “self-sufficiency” “fears of Big Brother or big government” dan “Declarations of Constitutional rights and civil liberties.”
Hal ini sejalan dengan semakin tingginya kesadaran rakyat Amerika terhadap berbagai konspirasi jahat yang selama ini melingkupi kehidupan mereka. Sebuah jajak pendapat nasional baru-baru ini mengungkapkan bahwa lebih dari separoh rakyat Amerika meragukan atau menolak sama sekali keterangan pemerintah tentang "Serangan WTC 9-11".
Memo berjudul “Potential Indicators of Terrorist Activities Related to Sleepers” menyebutkan kelompok-kelompok yang patut dicurigai sebagai calon teroris, termasuk orang-orang yang percaya pada "teori konspirasi", di antaranya mereka yang percaya bahwa "Serangan WTC" adalah operasi inteligen CIA untuk melegitimasi serangan terhadap negara lain.
Perlu ditekankan di sini bahwa sebelum tahun 1998 sebagian masyarakat percaya bahwa pada tahun 1962 Amerika sengaja melakukan operasi inteligen "Insiden Teluk Babi" untuk memberi alasan serangan militer terhadap Kuba. "Teori konspirasi" itu ternyata terbukti benar setelah pada tahun 1998 Departemen Pertahanan Amerika membuka arsip lama yang membuktikan bahwa pada tahun 1962 Kepala Staff Gabungan Jendral Lyman Lemnitzer menyetujui operasi inteligen bernama "Operation Northwoods". Dalam operasi itu melibatkan aksi terorisme dengan sasaran warga Amerika sendiri. Namun operasi itu digagalkan oleh Presiden Kennedy dan perang melawan Kuba dan Uni Sovyet pun berhasil dihindari, namun Jendral Lemnitzer hanya mendapatkan sanksi pemecatan daripada hukuman mati sebagai pengkhianat negara.
Sebuah pooling yang digelar oleh YouGov baru-baru ini menunjukkan bahwa sebanyak 38% rakyat Amerikan ragu-ragu dengan sebagian keterangan pemerintah tentang "Serangan WTC 9-11", 10% tidak percaya sama sekali, dan 12% lainnya "tidak yakin" dengan ketarangan pemerintah.
Dalam memo tersebut disebutkan alasan-alasan menetapkan seseorang atau sekelompok orang sebagai calon teroris, di antaranya: "Membenarkan tindakan kekerasan terhadap Amerika dengan alasan Amerika adalah penyebab munculnya masalah". Hal ini merujuk pada kelompok-kelompok "anti-perang" yang mengecam invasi Amerika terhadap Afghanistan, Irak dan negara-negara lainnya.
Setelah 12 tahun lebih peristiwa "Serangan WTC 9-11" kini muncul kelompok-kelompok yang menolak keterangan pemerintah tentang tragedi WTC yang menewaskan ribuan warga tak bersalah itu. Di antara mereka yang bergabung dalam kelompok-kelompok itu meliputi mantan perwira militer dan inteligen, insinyur, polisi, pemadam kebakaran, pilot. Sebagian di antara mereka adalah mantan jendral militer, Direktur CIA, gubernur, senator, profesor, dan penyandang-penyandang doktor.
Mayjend (purn) Albert Stubblebine, salah seorang dari mereka secara terbuka pernah mengungkapkan tentang runtuhnya Gedung WTC 7, satu dari 3 gedung yang runtuh dalam tragedi "Serangan WTC 9-11", "Gedung itu tidak runtuh karena hantaman pesawat, melainkan karena ledakan dari dalam. Demolition (peledakan bom).”
Baru-baru ini mantan pembawa acara terkenal dari Fox News, Ben Swann, juga menyatakan penolakannya terhadap keterangan pemerintah tentang serangan tersebut. Sementara itu pada tahun 2005 Jendral Wesley Clark, mantan kandidat presiden, mengatakan bahwa ia pernah menerima sebuah memo dari seorang pejabat pemerintahan Presiden George W Bush yang menyebutkan bahwa "Amerika akan menyerang 7 negara dalam 5 tahun, dimulai dengan Irak."
Pada bulan September lalu sekelompok orang yang terdiri dari arsitek, dan insinyur yang dipimpin oleh keluarga para korban "Serangan WTC 9-11" melancarkan kampanye besar-besaran yang menolak keterangan pemerintah tentang tragedi tersebut. Mereka memasang spanduk dan bilboard di seluruh dunia bertuliskan: “Did you know a third tower fell on 9/11?” (Apakah Anda mengetahui, gedung ketiga telah runtuh dalam Serangan WTC 9-11?)
Kampanye ini mendapatkan boikot dari sebagian besar media-media massa mapan Amerika. Namun koran Time tidak bisa menolak untuk memasang iklan yang dipasang kelompok bernama "2,000 Architects and Engineers for 9/11 Truth" ini.
Para blogger (termasuk blog ini tentunya) dan para pejuang "pencari kebenaran" lainnya telah mempertanyakan kebenaran klaim pemerintah Amerika tentang "Serangan WTC". Dan pelan namun pasti perjuangan itu telah menuai hasilnya dengan semakin banyaknya orang yang percaya dengan adanya "teori konspirasi".
Hari gini gak percaya "Teori Konspirasi"?
REF:
"FBI calls half of populace with 9/11 doubts potential terrorists"; Ralph Lopez; Digital Journal; 19 September 2013
FBI calls half of populace with 9/11 doubts potential terrorists
Ralph Lopez — Digital Journal Sept 19, 2013
A Department of
Justice memo instructs local police, under a program named “communities
against terrorism,” to consider anyone who harbors “conspiracy theories”
about 9/11 to be a potential terrorist.
The memo thus
adds 9/11-official-story skeptics to a growing list of targets described
by federal law enforcement to be security threats, such as those who express
“libertarian philosophies,” “Second Amendment-oriented views,” interest
in “self-sufficiency,” “fears of Big Brother or big government,” and
“Declarations of Constitutional rights and civil liberties.”
A newly released national poll shows that 48 percent of Americans either have some doubts about the official account of 9/11, or do not believe it at all.
The
FBI memo entitled “Potential Indicators of Terrorist Activities Related
to Sleepers” says that people who should be ‘considered suspicious’ of
possible involvement in “terrorist activity” include those who hold the
“attitude” described as ” Conspiracy theories about Westerners.” The
memo continues: “e.g. (sic) the CIA arranged for 9/11 to legitimize the
invasion of foreign lands.”
“Sleepers” refers
to “sleeper cells,” in FBI jargon, which are terrorists awaiting orders
to be activated into terrorist activity.
In 1998 it was
declassified by the Pentagon that the Joint Chiefs of Staff had approved
a plan, in 1962, to attack and kill US citizens to “provide
justifications for US military intervention in Cuba.” The plan was code-named Operation Northwoods, the face page of the declassified document is below.
The
plan was signed by the Chairman of the Joint Chiefs, General Lyman
Lemnitzer. It was rejected by President John F. Kennedy, who demoted
Lemnitzer.
According to the polling firm
YouGov, 38% of Americans have some doubts about the official account of
9/11, 10% do not believe it at all, and 12% are unsure about it.
The FBI memo, issued by the Department of Justice Assistance, an arm of the US Department of Justice, is posted at, among other departments, the Columbus, Ohio, police department website. The citizen’s watchdog PublicIntelligence.net has also posted a copy. The FBI document also includes as reason for suspicion of involvement in terrorist activities:
“Excusing violence against Americans on the grounds that American actions provoked the problem.”
The latter is an
apparent reference to thinking such as the “blowback” doctrine, which
criticizes US foreign policy and links alleged errors in that policy,
such as the invasion of Iraq, to terrorist activity.
The document cites “fury” at the “global policies of the U.S.”
Among well-known doubters of the official 9/11 account are many military officers, law enforcement personnel, firefighters, and pilots, all working through affinity groups. One is US Army Major General Albert Stubblebine, who has said of the three buildings which fell on 9/11:
“They didn’t fall down because airplanes hit them. They fell down because of explosives went off inside. Demolition.”
Most recently, former Fox News anchorman Ben Swann has questioned the official 9/11 story.
This September 11th a group of citizens, architects, and engineers, led by families of 9/11 victims, unveiled an international ad campaign
questioning the official version of 9/11. The campaign is sponsoring
signs and billboards around the world which ask the question: “Did you
know a third tower fell on 9/11?”
The 9/11 issue has been actively pursued on the Internet, and largely excluded by the major media. However, news organizations such as Time have covered the architects and engineers billboard campaign, sponsored by a group called 2,000 Architects and Engineers for 9/11 Truth.
Bloggers and other citizens have long argued that the science employed by the official story is impossible, and that the three towers must have been destroyed by some other means.
As the FBI memo states, some argue that 9/11 was planned by a covert,
relatively small but well-placed coup faction within the US government
“to legitimize the invasion of foreign lands,” notably Iraq and the
Middle East. In 2005 General Wesley Clark, former presidential
candidate, said that he was given a copy of a memo by a ranking member
of the Bush administration that revealed that war hawks in the Pentagon
planned on attacking “seven countries in five years,” with Iraq only the beginning.
Other federal law
enforcement agencies have been criticized for sweeping
characterizations of potential terrorists, which demonize
Constitutionally protected activity. In 2011, 18-year law enforcement
veteran James Wesley Rawles warned
that the Department of Homeland Security was being trained to consider
as potential terrorists, among other people, those who had expressed
“libertarian philosophies, “Second Amendment-oriented views,”
“Self-sufficiency (stockpiling food, ammo, hand tools, medical
supplies,) “Fear of economic collapse,” “fears of Big Brother or big
government,” and “Declarations of Constitutional rights and civil
liberties.” Since Hurricane Katrina, food stockpiling consultants and
merchants have reported greater-than-ever activity and interest in storing long-term supplies of non-perishable food and water supplies.
In 2009, an uproar
was created when the Department of Homeland Security issued a report
describing returning Iraq veterans as potential terrorists. Public
outcry prompted Speaker of the House john Boehner to denounce the characterization as “offensive.” In 2012, NetworkWorld.com reported on an entire set of “Communities Against Terrorism” circulars coming out of the Bureau for justice Assistance.
Evidence: Syria Gas Attack Work of U.S. Allies
Jerome R. Corsi — WND August 27, 2013
Rebel attack?
wmw_admin
2 responses to “Evidence: Syria Gas Attack Work of U.S. Allies”