Mundurnya Saudi dari DK PBB
Senin, 21 Oktober 2013, 11:02 WIB
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/10/21/mv038q-ini-reaksi-negaranegara-arab-atas-mundurnya-saudi-dari-dk-pbb
americanbedu
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Arab Saudi, Kamis lalu, mendapat
kesempatan untuk menduduki kursi tidak tetap Dewan Keamanan Persatuan
Bangsa-bangsa (DK-PBB). Namun negara itu menolak dengan alasan kegagalan
lembaga tersebut menangani isu Suriah dan Timur-tengah lainnya.
Berbagai reaksi muncul dari negara-negara tetangganya. Menteri Luar
Negeri Qatar berterima kasih kepada Saudi atas penolakan kursi itu.
"Saudaraku Pangeran Saud al-Faisal, kemarahanmu membuat dunia
bingung. Terima kasih, ini Arab Saudi bung," tulis Menlu Qatar Khalid
al-Attiya dalam akun Twitternya menggunakan bahasa Arab dilansir Al Arabiya, Senin (21/10).
Posting di Twitter itu memperkuat posisi resmi Kementerian Luar Negeri Qatar yang dikeluarkan beberapa hari sebelumnya.
Sementara itu, Gulf Times, Minggu (20/10) melaporkan
kebanyakan negara Arab justru menolak posisi Arab Saudi itu. Mereka
meminta Arab Saudi berpikir ulang dengan penolakan itu dalam sebuah
pertemuan yang dihadiri para Menlu negara-negara Arab di New York.
Pemimpin Arab Saudi diminta "mempertahankan keanggotannya di Dewan
Keamanan dan meneruskan peran untuk membela sejumlah isu di mimbar Dewan
Keamanan," kata pernyataan yang dihasilkan dalam rapat internal
negara-negara Arab itu.
Walaupun mereka menghargai posisi Arab Saudi, mereka meminta Saudi
dapat berpartisipasi "membuat DK PBB menjadi lebih efektif untuk menjaga
perdamaian dunia dan melindungi hak-hak manusia di bumi serta mencari
cara menyelesaikan konflik dunia, termasuk isu Palestina."
Sementara itu, kantor kepresidenan Palestina mendukung sikap Arab
Saudi yang bertujuan untuk mendorong lembaga tertinggi PBB itu untuk
menjadi lebih efektif.
Kantor kepresidenan "mengucapkan terima kasih kepada Pelayan Dua
Mesjid Suci Raja Abdullah bin Abdulaziz dari Arab Saudi yang memberikan
petunjuk yang tajam untuk menolak kursi DK-PBB dengan tujuan menjadikan
lembaga itu lebih efektif dan kuat untuk dapat memainkan peran yang kuat
dan berpengaruh di seluruh dunia."
Redaktur : Julkifli Marbun | |||
Sumber : Al Arabiya/Gulf Times |
Dunia
ps://www.google.com/search?q=IMAGE+OF+SYRIAN+WAR&client=firefox-a&hs=VYo&rls=org.mozilla:en-US:official&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=s7VkUuGcBYSPrQepvoDACg&ved=0CC8QsAQ&biw=1010&bih=577&dpr=1#facrc=_&imgdii=_&imgrc=g-Xs-imXTigJoM%3A%3BS1gaJP_PD_KgQM%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.teapartytribune.com%252Fwp-content%252Fuploads%252F2012%252F02%252FChaos-in-Syria3.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fwww.teapartytribune.com%252F2012%252F02%252F17%252Fthe-syrian-civil-war%252F%3B960%3B720
Kepala Liga Arab Dukung Saudi Tolak Keanggotan di DK PBB
Oleh Al Furqon — Ahad 15 Zulhijjah 1434 / 20 October 2013 20:44
KEPALA Liga Arab Nabil al-Arabi pada hari Ahad ini (20/10/2013)
mendukung penolakan Arab Saudi menduduki kursi keanggotaan sementara di
Dewan Keamanan PBB, sambil mengatakan bahwa lembaga kelas dunia itu
telah gagal dalam memikul tanggung jawab mereka terhadap dunia Arab.
Arabi mengatakan kepada wartawan bahwa Arab Saudi memiliki hak untuk
menolak metode manajemen Dewan Keamanan dan faktanya memang mereka (DK
PBB) gagal dalam memikul tanggung jawab untuk mengamankan perdamaian
internasional bahkan mereka tidak melakukannya sama sekali.
Ia mengatakan negara-negara Arab, termasuk Palestina dan Suriah,
menjadi negara yang terparah terkena dampak lemahnya Dewan Keamanan PBB
dalam enam dekade terakhir.
Pernyataannya itu menyusul beredarnya berita bahwa negara-negara Arab
pada Sabtu kemarin mengimbau Arab Saudi untuk membatalkan keputusan
untuk menolak kursi di dewan keamanan PBB.
“Para pemimpin Arab Saudi harus mempertahankan keanggotaannya di
Dewan Keamanan dan melanjutkan peran mereka yang berani dalam membela
isu-isu kami khusus di mimbar Dewan Keamanan,” kata sebuah pernyataan
yang dikeluarkan oleh negara-negara Arab di PBB.
Namun pernyataan itu juga menyatakan “rasa hormat dan pengertian” mereka untuk posisi Saudi saat ini.[fq/islampos/afp]
Arab Saudi Tolak Kursi DK PBB
Sabtu, 19 Oktober 2013, 08:21 WIB
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/10/19/muw6gn-arab-saudi-tolak-kursi-dk-pbb
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/10/19/muw6gn-arab-saudi-tolak-kursi-dk-pbb
REUTERS
REPUBLIKA.CO.ID,
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan mengatakan tidak punya pilihan selain menolak keanggotaan di Dewan Keamanan PBB sampai dewan yang beranggotakan 15 negara itu direformasi dan memiliki sarana untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dan memikul tanggung jawabnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan kepada para wartawan, ia masih memikirkan bagaimana menangani masalah ini. “Saya telah mendengar laporan-laporan media tentang keputusan Arab Saudi, tetapi saya ingin mengingatkan Anda bahwa saya belum menerima pemberitahuan resmi tentang hal ini. Saya mendorong seluruh negara anggota untuk terlibat penuh dalam kegiatan badan-badan utama PBB, sambil meningkatkan upaya-upaya untuk memperbaiki cara kerja mereka,” kata Ban seperti dilansir situs VOA.
Pengumuman tersebut mengejutkan banyak diplomat, khususnya karena Duta Besar Arab Saudi di PBB Abdallah Al Mouallimi hari Kamis lalu telah menyambut baik keanggotaan Arab Saudi dalam DK PBB. “Kami menilai keanggotaan ini sangat serius, sebagai tanggungjawab untuk memberi sumbangan terhadap forum yang sangat penting ini bagi perdamaian dan keamanan dunia. Masuknya Arab Saudi ke dalam DK hari ini mencerminkan kebijakan kami yang sudah berlaku sejak lama untuk mendukung sikap yang moderat dan mendukung penyelesaian sengketa dengan cara-cara damai,”ungkap Al Mouallimi.
Duta Besar Perancis di PBB Gerard Araud hari Jumat mengatakan kepada para wartawan, ia bisa memahami kekecewaan Arab Saudi terhadap Dewan Keamanan PBB, khususnya dalam isu Suriah. “Kami kira Arab Saudi akan memberi sumbangan yang sangat positif kepada Dewan Keamanan PBB. Tetapi kami juga sangat memahami kekecewaan Arab Saudi. Faktanya adalah setelah konflik di Suriah berlangsung selama lebih dari dua tahun, Dewan Keamanan tidak mampu bertindak. Kami telah berulangkali berupaya untuk mendorong isu ini. Beberapa negara telah berulangkali menentang berbagai usaha kami dengan memveto berbagai rancangan resolusi DK,” kata Gerard Araud.
Duta Besar Guatemala Untuk PBB Gert Rosenthal mengatakan ia terkejut dengan langkah tersebut dan berharap kelompok kawasan Asia-Pasifik akan bertemu untuk membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan mengatakan tidak punya pilihan selain menolak keanggotaan di Dewan Keamanan PBB sampai dewan yang beranggotakan 15 negara itu direformasi dan memiliki sarana untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dan memikul tanggung jawabnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan kepada para wartawan, ia masih memikirkan bagaimana menangani masalah ini. “Saya telah mendengar laporan-laporan media tentang keputusan Arab Saudi, tetapi saya ingin mengingatkan Anda bahwa saya belum menerima pemberitahuan resmi tentang hal ini. Saya mendorong seluruh negara anggota untuk terlibat penuh dalam kegiatan badan-badan utama PBB, sambil meningkatkan upaya-upaya untuk memperbaiki cara kerja mereka,” kata Ban seperti dilansir situs VOA.
Pengumuman tersebut mengejutkan banyak diplomat, khususnya karena Duta Besar Arab Saudi di PBB Abdallah Al Mouallimi hari Kamis lalu telah menyambut baik keanggotaan Arab Saudi dalam DK PBB. “Kami menilai keanggotaan ini sangat serius, sebagai tanggungjawab untuk memberi sumbangan terhadap forum yang sangat penting ini bagi perdamaian dan keamanan dunia. Masuknya Arab Saudi ke dalam DK hari ini mencerminkan kebijakan kami yang sudah berlaku sejak lama untuk mendukung sikap yang moderat dan mendukung penyelesaian sengketa dengan cara-cara damai,”ungkap Al Mouallimi.
Duta Besar Perancis di PBB Gerard Araud hari Jumat mengatakan kepada para wartawan, ia bisa memahami kekecewaan Arab Saudi terhadap Dewan Keamanan PBB, khususnya dalam isu Suriah. “Kami kira Arab Saudi akan memberi sumbangan yang sangat positif kepada Dewan Keamanan PBB. Tetapi kami juga sangat memahami kekecewaan Arab Saudi. Faktanya adalah setelah konflik di Suriah berlangsung selama lebih dari dua tahun, Dewan Keamanan tidak mampu bertindak. Kami telah berulangkali berupaya untuk mendorong isu ini. Beberapa negara telah berulangkali menentang berbagai usaha kami dengan memveto berbagai rancangan resolusi DK,” kata Gerard Araud.
Duta Besar Guatemala Untuk PBB Gert Rosenthal mengatakan ia terkejut dengan langkah tersebut dan berharap kelompok kawasan Asia-Pasifik akan bertemu untuk membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Redaktur : Endah Hapsari |
Marah dengan DK PBB, Saudi Tolak Kursi Anggota Tidak Tetap
Sabtu, 19 Oktober 2013, 12:43 WIB
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/10/19/muwikd-marah-dengan-dk-pbb-saudi-tolak-kursi-anggota-tidak-tetap
ENCYCLOPEDIA BRITANNICA BLOG
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--
Arab Saudi secara tegas menolak permintaan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk duduk bersama, Jumat (18/10) membahas konflik Suriah. Saudi menuding PBB menerapkan standar ganda atas konflik Suriah dan titik-titik konflik lain di tengah perundingan diplomatik tanpa hasil.
Perang sipil yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang di Suriah dan mengakibatkan jutaan warga mengungsi, dinilai tak lepas dari campur tangan Saudi menyokong kelompok oposisi bersenjata dengan senjata dan dana.
Kemarahan Saudi memuncak setelah muncul indikasi penggunaan gas beracun di Damaskus oleh kubu Presiden Suriah, Bashar al-Assad. ''Setiap hari orang tewas. Kaum Muslim sangat marah karena tak ada aksi apapun dari DK PBB untuk segera menyelesaikan persoalan ini,'' kata Ketua Dewan Hubungan Luar Negeri Parlemen Bayangan Kerajaan Dewan Shoura, Abdullah al-Askar.
Al Jazeera melansir sikap DK PBB sendiri terpecah dalam menanggapi perang sipil Suriah. Kubu Barat menginginkan sanksi tegas, sementa Rusia bersikukuh memveto keputusan itu.
Saudi menilai Amerika Serikat menunjukkan kelemahan saat akhirnya mempertimbangkan untuk tidak melakukan serangan militer. Saudi juga menyoroti sinyal rekonsiliasi antara Washington dengan Teheran.
Riyadh nampaknya khawatir dengan kemungkinan 'tawaran besar' atas program nuklir yang dikembangkan Iran. Saudi menyebutnya tidak menguntungkan bagi hubungan negara-negara di teluk.
Saudi semakin kritis atas sikap AS terhadap gejolak revolusi di penjuru Arab mulai dari Suriah hingga Mesir. Pada kasus Mesir, Washington menghentikan bantuan militer setelah pemerintahan yang dimenangkan Ikkhwanul Muslimin terbentuk dimana Riyadh memandang hal ini sebagai ancaman.
Seiring dengan kemarahannya atas perkembangan sikap AS terhadap Suriah, Saudi juga memerhatikan perkembangan senjata penghancur masa yang diproduksi negara-negara Teluk seperti Iran. Proyek ini bagi Saudi sama-sama ditakutkan oleh negara-negara Barat serta Teluk sebagai program senjata atom dan selama ini dicurigai ditutup-tutupi sebagai nuklir bagi warga sipil.
Kekhawatiran yang sama juga terbentuk atas program bom nuklir yang diam-diam dilakukan Israel. Saudi menunjukkan kekecewaannya kepada Presiden AS Barack Obama yang gagal menekan Israel untuk menghentikan pembangunan permukimannya di Tepi Barat dan menyetujui terbentuknya negara Palestina.
Anggota tidak tetap
Utusan Saudi memilih meninggalkan pertemuan di mana mereka baru saja terpilih untuk bergabung dengan DK, hasil pemilihan dalam Sidang Umum PBB, Kamis lalu. Saudi menjadi satu dari 10 anggota tak tetap yang akan mengalami rotasi tiap dua tahun sekali. Sementara lima dari 15 negara anggota DK PBB, Inggis, Amerika, Rusia, Perancis, dan Cina adalah anggota tetap yang diberi hal veto.
Petinggi PBB Ban Ki-moon mengatakan Arab Saudi tidak segera mengirimkan pesan penolakan kondisi itu yang pasalnya akan mulai berjalan 1 Januari mendatang. Para diplomat mengatakan masih memungkinkan untuk membujuk Pemerintah Saudi mengubah keputusannya.
''Mekanisme kerja dan standar ganda DK PBB menghalangi tugas mereka menjaga perdamaian dunia,'' tegas Menteri Luar Negeri Saudi. ''Oleh sebab itu, Saudi Arabia tak memiliki pilihan lain kecuali keluar dari keanggotaan Dewan Keamanan PBB hingga ada reformasi dan memiliki perangkat yang dapat membuat kewajibannya menjaga perdamian dunia terpenuhi,'' jelas Menteri Luar Negeri Arab Saudi.
Arab Saudi secara tegas menolak permintaan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk duduk bersama, Jumat (18/10) membahas konflik Suriah. Saudi menuding PBB menerapkan standar ganda atas konflik Suriah dan titik-titik konflik lain di tengah perundingan diplomatik tanpa hasil.
Perang sipil yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang di Suriah dan mengakibatkan jutaan warga mengungsi, dinilai tak lepas dari campur tangan Saudi menyokong kelompok oposisi bersenjata dengan senjata dan dana.
Kemarahan Saudi memuncak setelah muncul indikasi penggunaan gas beracun di Damaskus oleh kubu Presiden Suriah, Bashar al-Assad. ''Setiap hari orang tewas. Kaum Muslim sangat marah karena tak ada aksi apapun dari DK PBB untuk segera menyelesaikan persoalan ini,'' kata Ketua Dewan Hubungan Luar Negeri Parlemen Bayangan Kerajaan Dewan Shoura, Abdullah al-Askar.
Al Jazeera melansir sikap DK PBB sendiri terpecah dalam menanggapi perang sipil Suriah. Kubu Barat menginginkan sanksi tegas, sementa Rusia bersikukuh memveto keputusan itu.
Saudi menilai Amerika Serikat menunjukkan kelemahan saat akhirnya mempertimbangkan untuk tidak melakukan serangan militer. Saudi juga menyoroti sinyal rekonsiliasi antara Washington dengan Teheran.
Riyadh nampaknya khawatir dengan kemungkinan 'tawaran besar' atas program nuklir yang dikembangkan Iran. Saudi menyebutnya tidak menguntungkan bagi hubungan negara-negara di teluk.
Saudi semakin kritis atas sikap AS terhadap gejolak revolusi di penjuru Arab mulai dari Suriah hingga Mesir. Pada kasus Mesir, Washington menghentikan bantuan militer setelah pemerintahan yang dimenangkan Ikkhwanul Muslimin terbentuk dimana Riyadh memandang hal ini sebagai ancaman.
Seiring dengan kemarahannya atas perkembangan sikap AS terhadap Suriah, Saudi juga memerhatikan perkembangan senjata penghancur masa yang diproduksi negara-negara Teluk seperti Iran. Proyek ini bagi Saudi sama-sama ditakutkan oleh negara-negara Barat serta Teluk sebagai program senjata atom dan selama ini dicurigai ditutup-tutupi sebagai nuklir bagi warga sipil.
Kekhawatiran yang sama juga terbentuk atas program bom nuklir yang diam-diam dilakukan Israel. Saudi menunjukkan kekecewaannya kepada Presiden AS Barack Obama yang gagal menekan Israel untuk menghentikan pembangunan permukimannya di Tepi Barat dan menyetujui terbentuknya negara Palestina.
Anggota tidak tetap
Utusan Saudi memilih meninggalkan pertemuan di mana mereka baru saja terpilih untuk bergabung dengan DK, hasil pemilihan dalam Sidang Umum PBB, Kamis lalu. Saudi menjadi satu dari 10 anggota tak tetap yang akan mengalami rotasi tiap dua tahun sekali. Sementara lima dari 15 negara anggota DK PBB, Inggis, Amerika, Rusia, Perancis, dan Cina adalah anggota tetap yang diberi hal veto.
Petinggi PBB Ban Ki-moon mengatakan Arab Saudi tidak segera mengirimkan pesan penolakan kondisi itu yang pasalnya akan mulai berjalan 1 Januari mendatang. Para diplomat mengatakan masih memungkinkan untuk membujuk Pemerintah Saudi mengubah keputusannya.
''Mekanisme kerja dan standar ganda DK PBB menghalangi tugas mereka menjaga perdamaian dunia,'' tegas Menteri Luar Negeri Saudi. ''Oleh sebab itu, Saudi Arabia tak memiliki pilihan lain kecuali keluar dari keanggotaan Dewan Keamanan PBB hingga ada reformasi dan memiliki perangkat yang dapat membuat kewajibannya menjaga perdamian dunia terpenuhi,'' jelas Menteri Luar Negeri Arab Saudi.
Reporter : Fuji Pratiwi | |||
Redaktur : Ajeng Ritzki PitakasariMundurnya Saudi dari DK PBB
Senin, 21 Oktober 2013, 11:02 WIB
Komentar : 0
americanbedu
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Arab Saudi, Kamis lalu, mendapat
kesempatan untuk menduduki kursi tidak tetap Dewan Keamanan Persatuan
Bangsa-bangsa (DK-PBB). Namun negara itu menolak dengan alasan kegagalan
lembaga tersebut menangani isu Suriah dan Timur-tengah lainnya.
Berbagai reaksi muncul dari negara-negara tetangganya. Menteri Luar Negeri Qatar berterima kasih kepada Saudi atas penolakan kursi itu. "Saudaraku Pangeran Saud al-Faisal, kemarahanmu membuat dunia bingung. Terima kasih, ini Arab Saudi bung," tulis Menlu Qatar Khalid al-Attiya dalam akun Twitternya menggunakan bahasa Arab dilansir Al Arabiya, Senin (21/10). Posting di Twitter itu memperkuat posisi resmi Kementerian Luar Negeri Qatar yang dikeluarkan beberapa hari sebelumnya. Sementara itu, Gulf Times, Minggu (20/10) melaporkan kebanyakan negara Arab justru menolak posisi Arab Saudi itu. Mereka meminta Arab Saudi berpikir ulang dengan penolakan itu dalam sebuah pertemuan yang dihadiri para Menlu negara-negara Arab di New York. Pemimpin Arab Saudi diminta "mempertahankan keanggotannya di Dewan Keamanan dan meneruskan peran untuk membela sejumlah isu di mimbar Dewan Keamanan," kata pernyataan yang dihasilkan dalam rapat internal negara-negara Arab itu. Walaupun mereka menghargai posisi Arab Saudi, mereka meminta Saudi dapat berpartisipasi "membuat DK PBB menjadi lebih efektif untuk menjaga perdamaian dunia dan melindungi hak-hak manusia di bumi serta mencari cara menyelesaikan konflik dunia, termasuk isu Palestina." Sementara itu, kantor kepresidenan Palestina mendukung sikap Arab Saudi yang bertujuan untuk mendorong lembaga tertinggi PBB itu untuk menjadi lebih efektif. Kantor kepresidenan "mengucapkan terima kasih kepada Pelayan Dua Mesjid Suci Raja Abdullah bin Abdulaziz dari Arab Saudi yang memberikan petunjuk yang tajam untuk menolak kursi DK-PBB dengan tujuan menjadikan lembaga itu lebih efektif dan kuat untuk dapat memainkan peran yang kuat dan berpengaruh di seluruh dunia."
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar