RUSIA SANG MESSIAH?
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/06/rusia-sang-messiah.html#.UbCn5FIxVkg
Pada tahun 1917 tiga orang anak perempuan di kota kecil Fatima,
Portugal, mengaku mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa, yaitu
bertemu dengan sosok menyerupai Maria sang Ibunda Yesus Kristus (Isa al
Masih). Pertemuan tersebut terjadi beberapa kali dan pada pertemuan
terakhir, ketiganya mengajak seluruh penduduk kota untuk membuktikan
kalau pengakuan mereka bukan omong kosong. Bukan hanya penduduk Fatima,
ribuan penduduk Portugal dari segala penjuru kota pun berdondong-bondong
ingin membuktikan pengakuan tersebut. Dan pada saat itulah terjadi satu
peristiwa supranatural yang hebat. Beberapa orang melihat matahari
terbelah, sebagian lain melihat sinar matahari meredup dengan warna yang
tidak pernah terlihat sebelumnya.
Namun yang lebih menarik adalah pesan yang disampaikan oleh "Maria" kepada ketiga bocah kecil itu. Ketiga bocah tersebut menuliskan pesan tersebut dalam 3 sampul surat yang baru boleh dibuka secara bertahap oleh Sri Paus sendiri. Ketiga surat tersebut berisi ramalan-ramalan peristiwa-peristiwa besar yang bakal terjadi di dunia secara umum dan umat kristenan secara khusus.
Pada surat kedua diramalkan tentang hancurnya kekuasaan gereja dan kekuatan umat kristen. Para pangamat teori konspirasi percaya ramalan ini telah terpenuhi dengan telah dikuasainya gereja Vatican oleh kekuatan penyembah setan dan hancurnya kekuatan politik umat kristen Eropa oleh kooptasi kekuasaan bankir yahudi penyembah setan. Namun yang menarik adalah ramalan ketiga yang menyebutkan munculnya kekuatan Rusia sebagai penyelamat dunia.
Saya juga teringat pada nubuwat yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w tentang kabar hari terakhir, yang meramalkan turunnya Nabi Isa al Masih (Yesus Kristus) membantu umat Islam yang pimpinan Imam Mahdi (keturunan ahlul bait) mengalahkan dajjal (anti-christ dalam terminologi kristen yang berarti juga seorang pemimpin paling jahat). Disebutkan bahwa pada akhirnya Nabi Isa berhasil membunuh dajjal dan dunia pun hidup dalam keamanan dan kedamaian.
Membaca kitab-kitab dan nubuwat-nubuwat kuno tidak bisa dilakukan dengan mengartikan ramalan-ramalan tersebut secara tersurat. Misalnya tentang ramalan kedatangan umat pilihan Tuhan pengganti kaum yahudi di dalam kitab Perjanjian Lama, disebutkan istilah "bangsa petani buah", yang ternyata adalah umat Islam yang berasal dari Madinah (Yastrib) yang memang terkenal sebagai kaum petani buah kurma. Sebagian orang yahudi sendiri percaya di Madinah-lah bakal turun seorang "Messiah" pemimpin bangsa pilihan Tuhan sehingga memilih berpindah ke kota ini setelah Yerussalem dihancurkan bangsa Romawi tahun 70 masehi. Demikian pula dengan nubuwat tentang Nabi Isa tersebut di atas, boleh jadi itu adalah bangsa Rusia yang mayoritas adalah penganut Kristen dan saat ini muncul sebagai penyelamat umat Islam di Syria yang tengah menghadapi serangan kekuatan jahat antek-antek dajjal.
Bukankah nubuat ini juga sesuai dengan ramalan tiga gadis dari kota Fatima? Apalagi jika kita kaitkan dengan sosok dajjal penguasa jahat dengan kaum zionis yahudi yang telah menebarkan kerusakan di seluruh dunia. Dan kalau itu benar, bangsa Rusia memiliki alasan untuk itu.
Selama regim komunis Uni Sovyet berkuasa di Rusia antara tahun 1918 sampai 1989, mereka telah membunuh antara 20 hingga 60 juta penduduk kristen Rusia (angkanya bervariasi antara para peneliti, namun kisarannya tidak keluar dari angka tersebut). Dan di antara mereka yang tewas adalah keluarga raja Tzar Nicholas II yang dibunuh secara keji oleh orang-orang komunis pada tgl 17 July 1918.
Winston Churchill, politisi Inggris sebelum menjadi perdana menteri menulis sebuah artikel yang dipublikasikan "Illustrated Sunday Herald" tahun 1920 menyebutkan:
“Komunisme adalah sebuah konspirasi global untuk menghancurkan kebudayaan manusia …. Tidak perlu untuk melebih-lebihkan tentang orang-orang yang berperan dalam pembentukan gerakan komunisme Bolshevik dan peran mereka dalam merancang dan menjalankan Revolusi Komunis Rusia oleh yahudi internasional dan terutama yahudi atheis.”
Menurut Mark Weber sejarahwan dari Institute for Historical Review, menjelang dan saat Revolusi tahun 1917, orang-orang menguasai posisi puncak kekuasaan kaum komunis Bolshevik. Dari 12 anggota Central Comitee yang memutuskan melakukan kudeta Revolusi Oktober 1917, 6 di antaranya adalah Yahudi. Sedangkan tujuh anggota Politbiro yang bertugas melaksanakan aksi kudeta, empat di antaranya adalah Yahudi.
Fakta sebenarnya lebih mengagetkan lagi. Bila Churcill dan Weber tidak mengakui Lenin dan Stalin (dua orang pemimpin tertinggi Uni Sovyet pertama dan paling berpengaruh), sebagai yahudi, Frank Weltner, pendiri The Jew Watch Project yang merilis situs internet terkenal "jew-watch.com" mengungkapkan bahwa keduanya adalah yahudi. Menurut Weltner, Lenin yang lahir tahun 1870 adalah cucu buyut dari Moishe Itskovich Blank dan cucu dari Srul Moishevich Blank yang berdarah Yahudi. Untuk menyembunyikan identitas ke-yahudi-annya nenek Lenin mengubah nama Srul Moishevich menjadi nama Rusia, Alexander Dmitrievict, tak lupa membaptiskan diri sebagai penganut Kristen.
Adapun Stalin bernama asli Joseph David Djugashvili, nama yang sangat Yahudi dimana nama Djugashvili bermakna “sang Anak Yahudi”. Selama masa revolusi Stalin mengubah namanya penggilannya menjadi “Kochba” yang tidak lain adalah nama seorang pemimpin yahudi kuno. Orang Rusia asli tidak pernah mengubah namanya, kecuali Yahudi. Ke-yahudi-an Stalin semakin tinggi karena ia menikahi tiga orang wanita yang semuanya adalah Yahudi: Ekaterina Svanidze, Kadya Allevijah, dan Rosa Kaganovich. Yang terakhir adalah adik perempuan dari Lazar Kaganovich, kepala dinas polisi rahasia Cheka yang bertanggungjawab atas kematian jutaan orang-orang kristen Rusia dan Ukraina.
Seorang putri Stalin, Svetlana Stalin, pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Amerika pada tahun 1967. Di sana ia kawin dengan Mihail, anak laki-laki Lazar Kaganovich. Selanjutnya Svetlana masih kawin lagi dengan tiga orang laki-laki yang dua di antaranya yahudi.
Wakil Stalin di Sovyet, Molotov (terkenal dengan bom bensin temuannya yang digunakan selama revolusi komunis), juga menikahi wanita yahudi yang merupakan adik dari Sam Karp, seorang pebisnis asal Connecticut, Amerika. Selain fakta beberapa kapitalis yahudi Amerika seperti Josept Schif yang menggelontorkan dana puluhan juta dolar kepada orang-orang komunis selama revolusi, semuanya itu menambah daftar hitam rekayasa yahudi dalam menciptakan komunisme guna menciptakan “Tata Dunia Baru” yang tak lain adalah tata dunia dimana Yahudi sebagai penguasa, menggantikan kekuasaan raja-raja Kristen-Eropa.
Mengenai pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh kaum komunis yahudi terhadap rakyat Rusia, cukup menjadi bukti adalah fakta-fakta yang diungkapkan oleh para sejarahwan Rusia sendiri. Dmitri Volkogonov, kepala sebuah komisi khusus Parlemen Rusia baru-baru ini mengungkapkan: "dari tahun 1929 hingga 1952 sebanyak 21,5 juta rakyat Soviet mengalami represi. Dari jumlah itu sekitar sepertiganya ditembak mati, sisanya menjalani hukuman penjara yang membunuh sebagian besar dari mereka."
Perlu dicatat angka tersebut belum termasuk jutaan orang yang tewas selama revolusi dan periode awal kekuasaan komunis antara tahun 1918 sampai 1928, termasuk 7 juta warga Ukraina yang tewas akibat bencana kelaparan yang dirancang secara sistematis setelah para jagal komunis kecapaian menembaki ribuan kepala orang, termasuk juga jutaan orang yang tewas selama masa pendeportasian para kulak (petani independen) dan terutama lagi selama perang sipil ketika orang-orang kristen Eropa memobilisasi diri membantu orang kristen Rusia untuk merebut kembali kekuasaan.
Di antara pembunuhan-pembunuhan itu pembunuhan Tsar Nicholas II dan keluarganya adalah yang paling terkenal karena menjadi momentum kehancuran kekaisaran Rusia yang telah berlangsung ratusan tahun sekaligus menjadi pintu bagi kejatuhan Eropa ke dalam kekuasaan yahudi.
Tsar Nicholas II dibunuh oleh kaum komunis pada malam hari tanggal 17 Juli 1918 di dalam sebuah istana tempat ia menjalani tahanan setelah digulingkan. Bersama dia turut meninggal secara keji adalah permaisuri, seorang putra remaja dan empat putri sang Tsar, ditambah dokter pribadi, para pengawal dan pembantu rumah tangga. Pembunuhan tersebut sangatlah keji mengingat Tsar adalah seorang raja dari dinasti Romanov yang telah berkuasa selama tiga abad lebih. Ia masih memiliki pertalian darah dengan raja-raja Eropa dan dikenal rakyatnya sebagai raja yang bijaksana.
Beberapa saat setelah pembunuhan Tsar, koran resmi regim komunis Rusia menulis: "Tanpa ampun kita akan membunuh musuh-musuh kita, ratusan bahkan ribuan. Biarkan mereka tenggelam dalam kubangan darah mereka sendiri. Demi darah Lenin dan Uritskii, biarkan terjadi banjir darah orang-orang borjuis, lebih banyak darah, sebanyak-banyaknya."
Sementara itu tokoh komunis Grigori Zinoviev dalam sebuah pidato di sebuah rapat partai komunis tahun 1918 mengatakan: "Kita harus membawa 90 juta dari 100 juta penduduk Rusia bersama kita. Adapun sisanya sejumlah 10 juta, mereka harus dihabisi!"
***
“Kemudian, bagaimanapun secara misterius sang Tzar tampil ke muka," tulis media Jerman Die Welt pada tgl 17 Juli 2008, mengomentari munculnya fenomena romantisme kekuasaan dinasti Romanov sebagaimana munculnya romantisme kekuasaan Orde Baru di Indonesia akhir-akhir ini.
Sebuah laporan yang ditulis oleh Archbishop Wikenti pada tgl 17 Juli 2008 menyebutkan sekitar 40.000 orang terlibat dalam prosesi untuk menghormati Tsar Nicholas II. Mereka berjalan kaki dari Yekaterinburg, daerah dimana Tsar dan keluarganya dibunuh, menuju satu daerah pertambangan yang telah ditinggalkan berjarak 18 km dimana jasad Tsar dan keluarganya dibuang. Pada saat yang bersamaan dengan jalannya prosesi tersebut ribuan buku kopi-an "The Protocols of the Elders of Zion", dokumen rahasia yang membongkar rencana jahat yahudi menguasai dunia, laris dibeli orang-orang. Di dalam buku-buku tersebut terselip pamplet bertuliskan "Mengapa Kita Membenci Mafiya Yahudi?“
Seorang pelajar berusia 20 tahun, Ivan Kolsev, berteriak-teriak kepada para peserta prosesi: "Demokrasi tidak lagi memiliki masa depan, kita harus kembali ke monarki!" Di tubuhnya terbelit banner bertuliskan: "Demi kehormatan Rusia: untuk Tzar dan Ibu Pertiwi!"
Tidak lama setelah Vladimir Putin terpilih sebagai presiden Rusia tahun 2000, Putin pun langsung berupaya meraih simpati publik dengan mengadakan pendekatan terhadap pemimpin-pemimpin agama, termasuk menghadiri upacara-upacara keagamaan. Keluarga Tsar Nicholas II pun mendapatkan pemulihan reputasi. Di sisi lain Putin mengadakan pembersihan terhadap para oligarch (pengusaha kotor keturunan yahudi). Sebagian dari mereka dipenjara, sebagian lainnya melarikan diri (termasuk Abramovich pemilik klub sepakbola Chalsea), dan yang tersisa dipaksa menandatangani pernyataan kesetiaan pada negara dan tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik.
Tak urung Presiden Venezuela (alm) Hugo Chavez mengekepresikan kekagumannya pada "kebangkitan Rusia Baru" dalam kunjungannya ke Moscow pada bulan Juli 2008: “Venezuela mencatat kelahiran baru bangsa Rusia dengan perhatian besar."
Sekolah-sekolah di Rusia kini dengan tegas mengajarkan bahwa orang-orang yahudi-lah yang telah membunuh Tsar Nicholas dan keluarganya, hal yang tidak mungkin terjadi di masa lalu. Mungkin karena itulah wikipedia kini "ikut-ikutan" mengakui yahudi sebagai pembunuh Tsar Nicholas II.
“On 4 July 1918, the Cheka took over guarding the Romanovs in Yekaterinburg. They were accompanied by Jakov Yurovski… Yurovski was a Jew,” tulis wikipedia.
“Hanya yahudi yang bisa melakukan kejahatan seperti itu," kata peserta prosesi penghormatan terhadap Tsar Nicholas II.
Pada awal Mei lalu Israel melancarkan serangan terhadap beberapa fasilitas militer Syria, melanggar hukum internasional secara vulgar namun dengan restu Amerika. Rusia menanggapinya dengan aksi yang tidak pernah dibayangkan oleh Israel dan Amerika: mengirim rudal-rudal canggih S-300 dan Yakhont ke Syria dan mengaktifkan kembali armada Laut Tengah yang telah mati selama belasan tahun paska runtuhnya Uni Sovyet. Alih-alih menjadikan Syria sebagai wilayah "no fly zone" sebagai langkah awal menghancurkan kekuatan regim Bashar al Assad, langkah Rusia tersebut secara efektif justu bisa membuat Israel sebagai wilayah "no fly zone" karena tidak ada satupun obyek udara yang terbang di udara Israel yang aman dari jangkauan rudal S-300.
Vladimir Putin sadar, jika Israel dibiarkan menyerang Syria tanpa hukuman, selanjutnya mereka akan menyerang Iran. Selain menunjukkan kelemahan Rusia, secara strategis hal itu menjadikan Rusia terisolasi yang berujung pada kehancuran kembali Rusia oleh orang-orang yahudi. Dan Putin tidak ingin hal itu terjadi lagi.
Namun yang lebih menarik adalah pesan yang disampaikan oleh "Maria" kepada ketiga bocah kecil itu. Ketiga bocah tersebut menuliskan pesan tersebut dalam 3 sampul surat yang baru boleh dibuka secara bertahap oleh Sri Paus sendiri. Ketiga surat tersebut berisi ramalan-ramalan peristiwa-peristiwa besar yang bakal terjadi di dunia secara umum dan umat kristenan secara khusus.
Pada surat kedua diramalkan tentang hancurnya kekuasaan gereja dan kekuatan umat kristen. Para pangamat teori konspirasi percaya ramalan ini telah terpenuhi dengan telah dikuasainya gereja Vatican oleh kekuatan penyembah setan dan hancurnya kekuatan politik umat kristen Eropa oleh kooptasi kekuasaan bankir yahudi penyembah setan. Namun yang menarik adalah ramalan ketiga yang menyebutkan munculnya kekuatan Rusia sebagai penyelamat dunia.
Saya juga teringat pada nubuwat yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w tentang kabar hari terakhir, yang meramalkan turunnya Nabi Isa al Masih (Yesus Kristus) membantu umat Islam yang pimpinan Imam Mahdi (keturunan ahlul bait) mengalahkan dajjal (anti-christ dalam terminologi kristen yang berarti juga seorang pemimpin paling jahat). Disebutkan bahwa pada akhirnya Nabi Isa berhasil membunuh dajjal dan dunia pun hidup dalam keamanan dan kedamaian.
Membaca kitab-kitab dan nubuwat-nubuwat kuno tidak bisa dilakukan dengan mengartikan ramalan-ramalan tersebut secara tersurat. Misalnya tentang ramalan kedatangan umat pilihan Tuhan pengganti kaum yahudi di dalam kitab Perjanjian Lama, disebutkan istilah "bangsa petani buah", yang ternyata adalah umat Islam yang berasal dari Madinah (Yastrib) yang memang terkenal sebagai kaum petani buah kurma. Sebagian orang yahudi sendiri percaya di Madinah-lah bakal turun seorang "Messiah" pemimpin bangsa pilihan Tuhan sehingga memilih berpindah ke kota ini setelah Yerussalem dihancurkan bangsa Romawi tahun 70 masehi. Demikian pula dengan nubuwat tentang Nabi Isa tersebut di atas, boleh jadi itu adalah bangsa Rusia yang mayoritas adalah penganut Kristen dan saat ini muncul sebagai penyelamat umat Islam di Syria yang tengah menghadapi serangan kekuatan jahat antek-antek dajjal.
Bukankah nubuat ini juga sesuai dengan ramalan tiga gadis dari kota Fatima? Apalagi jika kita kaitkan dengan sosok dajjal penguasa jahat dengan kaum zionis yahudi yang telah menebarkan kerusakan di seluruh dunia. Dan kalau itu benar, bangsa Rusia memiliki alasan untuk itu.
Selama regim komunis Uni Sovyet berkuasa di Rusia antara tahun 1918 sampai 1989, mereka telah membunuh antara 20 hingga 60 juta penduduk kristen Rusia (angkanya bervariasi antara para peneliti, namun kisarannya tidak keluar dari angka tersebut). Dan di antara mereka yang tewas adalah keluarga raja Tzar Nicholas II yang dibunuh secara keji oleh orang-orang komunis pada tgl 17 July 1918.
Winston Churchill, politisi Inggris sebelum menjadi perdana menteri menulis sebuah artikel yang dipublikasikan "Illustrated Sunday Herald" tahun 1920 menyebutkan:
“Komunisme adalah sebuah konspirasi global untuk menghancurkan kebudayaan manusia …. Tidak perlu untuk melebih-lebihkan tentang orang-orang yang berperan dalam pembentukan gerakan komunisme Bolshevik dan peran mereka dalam merancang dan menjalankan Revolusi Komunis Rusia oleh yahudi internasional dan terutama yahudi atheis.”
Menurut Mark Weber sejarahwan dari Institute for Historical Review, menjelang dan saat Revolusi tahun 1917, orang-orang menguasai posisi puncak kekuasaan kaum komunis Bolshevik. Dari 12 anggota Central Comitee yang memutuskan melakukan kudeta Revolusi Oktober 1917, 6 di antaranya adalah Yahudi. Sedangkan tujuh anggota Politbiro yang bertugas melaksanakan aksi kudeta, empat di antaranya adalah Yahudi.
Fakta sebenarnya lebih mengagetkan lagi. Bila Churcill dan Weber tidak mengakui Lenin dan Stalin (dua orang pemimpin tertinggi Uni Sovyet pertama dan paling berpengaruh), sebagai yahudi, Frank Weltner, pendiri The Jew Watch Project yang merilis situs internet terkenal "jew-watch.com" mengungkapkan bahwa keduanya adalah yahudi. Menurut Weltner, Lenin yang lahir tahun 1870 adalah cucu buyut dari Moishe Itskovich Blank dan cucu dari Srul Moishevich Blank yang berdarah Yahudi. Untuk menyembunyikan identitas ke-yahudi-annya nenek Lenin mengubah nama Srul Moishevich menjadi nama Rusia, Alexander Dmitrievict, tak lupa membaptiskan diri sebagai penganut Kristen.
Adapun Stalin bernama asli Joseph David Djugashvili, nama yang sangat Yahudi dimana nama Djugashvili bermakna “sang Anak Yahudi”. Selama masa revolusi Stalin mengubah namanya penggilannya menjadi “Kochba” yang tidak lain adalah nama seorang pemimpin yahudi kuno. Orang Rusia asli tidak pernah mengubah namanya, kecuali Yahudi. Ke-yahudi-an Stalin semakin tinggi karena ia menikahi tiga orang wanita yang semuanya adalah Yahudi: Ekaterina Svanidze, Kadya Allevijah, dan Rosa Kaganovich. Yang terakhir adalah adik perempuan dari Lazar Kaganovich, kepala dinas polisi rahasia Cheka yang bertanggungjawab atas kematian jutaan orang-orang kristen Rusia dan Ukraina.
Seorang putri Stalin, Svetlana Stalin, pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Amerika pada tahun 1967. Di sana ia kawin dengan Mihail, anak laki-laki Lazar Kaganovich. Selanjutnya Svetlana masih kawin lagi dengan tiga orang laki-laki yang dua di antaranya yahudi.
Wakil Stalin di Sovyet, Molotov (terkenal dengan bom bensin temuannya yang digunakan selama revolusi komunis), juga menikahi wanita yahudi yang merupakan adik dari Sam Karp, seorang pebisnis asal Connecticut, Amerika. Selain fakta beberapa kapitalis yahudi Amerika seperti Josept Schif yang menggelontorkan dana puluhan juta dolar kepada orang-orang komunis selama revolusi, semuanya itu menambah daftar hitam rekayasa yahudi dalam menciptakan komunisme guna menciptakan “Tata Dunia Baru” yang tak lain adalah tata dunia dimana Yahudi sebagai penguasa, menggantikan kekuasaan raja-raja Kristen-Eropa.
Mengenai pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh kaum komunis yahudi terhadap rakyat Rusia, cukup menjadi bukti adalah fakta-fakta yang diungkapkan oleh para sejarahwan Rusia sendiri. Dmitri Volkogonov, kepala sebuah komisi khusus Parlemen Rusia baru-baru ini mengungkapkan: "dari tahun 1929 hingga 1952 sebanyak 21,5 juta rakyat Soviet mengalami represi. Dari jumlah itu sekitar sepertiganya ditembak mati, sisanya menjalani hukuman penjara yang membunuh sebagian besar dari mereka."
Perlu dicatat angka tersebut belum termasuk jutaan orang yang tewas selama revolusi dan periode awal kekuasaan komunis antara tahun 1918 sampai 1928, termasuk 7 juta warga Ukraina yang tewas akibat bencana kelaparan yang dirancang secara sistematis setelah para jagal komunis kecapaian menembaki ribuan kepala orang, termasuk juga jutaan orang yang tewas selama masa pendeportasian para kulak (petani independen) dan terutama lagi selama perang sipil ketika orang-orang kristen Eropa memobilisasi diri membantu orang kristen Rusia untuk merebut kembali kekuasaan.
Di antara pembunuhan-pembunuhan itu pembunuhan Tsar Nicholas II dan keluarganya adalah yang paling terkenal karena menjadi momentum kehancuran kekaisaran Rusia yang telah berlangsung ratusan tahun sekaligus menjadi pintu bagi kejatuhan Eropa ke dalam kekuasaan yahudi.
Tsar Nicholas II dibunuh oleh kaum komunis pada malam hari tanggal 17 Juli 1918 di dalam sebuah istana tempat ia menjalani tahanan setelah digulingkan. Bersama dia turut meninggal secara keji adalah permaisuri, seorang putra remaja dan empat putri sang Tsar, ditambah dokter pribadi, para pengawal dan pembantu rumah tangga. Pembunuhan tersebut sangatlah keji mengingat Tsar adalah seorang raja dari dinasti Romanov yang telah berkuasa selama tiga abad lebih. Ia masih memiliki pertalian darah dengan raja-raja Eropa dan dikenal rakyatnya sebagai raja yang bijaksana.
Beberapa saat setelah pembunuhan Tsar, koran resmi regim komunis Rusia menulis: "Tanpa ampun kita akan membunuh musuh-musuh kita, ratusan bahkan ribuan. Biarkan mereka tenggelam dalam kubangan darah mereka sendiri. Demi darah Lenin dan Uritskii, biarkan terjadi banjir darah orang-orang borjuis, lebih banyak darah, sebanyak-banyaknya."
Sementara itu tokoh komunis Grigori Zinoviev dalam sebuah pidato di sebuah rapat partai komunis tahun 1918 mengatakan: "Kita harus membawa 90 juta dari 100 juta penduduk Rusia bersama kita. Adapun sisanya sejumlah 10 juta, mereka harus dihabisi!"
***
“Kemudian, bagaimanapun secara misterius sang Tzar tampil ke muka," tulis media Jerman Die Welt pada tgl 17 Juli 2008, mengomentari munculnya fenomena romantisme kekuasaan dinasti Romanov sebagaimana munculnya romantisme kekuasaan Orde Baru di Indonesia akhir-akhir ini.
Sebuah laporan yang ditulis oleh Archbishop Wikenti pada tgl 17 Juli 2008 menyebutkan sekitar 40.000 orang terlibat dalam prosesi untuk menghormati Tsar Nicholas II. Mereka berjalan kaki dari Yekaterinburg, daerah dimana Tsar dan keluarganya dibunuh, menuju satu daerah pertambangan yang telah ditinggalkan berjarak 18 km dimana jasad Tsar dan keluarganya dibuang. Pada saat yang bersamaan dengan jalannya prosesi tersebut ribuan buku kopi-an "The Protocols of the Elders of Zion", dokumen rahasia yang membongkar rencana jahat yahudi menguasai dunia, laris dibeli orang-orang. Di dalam buku-buku tersebut terselip pamplet bertuliskan "Mengapa Kita Membenci Mafiya Yahudi?“
Seorang pelajar berusia 20 tahun, Ivan Kolsev, berteriak-teriak kepada para peserta prosesi: "Demokrasi tidak lagi memiliki masa depan, kita harus kembali ke monarki!" Di tubuhnya terbelit banner bertuliskan: "Demi kehormatan Rusia: untuk Tzar dan Ibu Pertiwi!"
Tidak lama setelah Vladimir Putin terpilih sebagai presiden Rusia tahun 2000, Putin pun langsung berupaya meraih simpati publik dengan mengadakan pendekatan terhadap pemimpin-pemimpin agama, termasuk menghadiri upacara-upacara keagamaan. Keluarga Tsar Nicholas II pun mendapatkan pemulihan reputasi. Di sisi lain Putin mengadakan pembersihan terhadap para oligarch (pengusaha kotor keturunan yahudi). Sebagian dari mereka dipenjara, sebagian lainnya melarikan diri (termasuk Abramovich pemilik klub sepakbola Chalsea), dan yang tersisa dipaksa menandatangani pernyataan kesetiaan pada negara dan tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik.
Tak urung Presiden Venezuela (alm) Hugo Chavez mengekepresikan kekagumannya pada "kebangkitan Rusia Baru" dalam kunjungannya ke Moscow pada bulan Juli 2008: “Venezuela mencatat kelahiran baru bangsa Rusia dengan perhatian besar."
Sekolah-sekolah di Rusia kini dengan tegas mengajarkan bahwa orang-orang yahudi-lah yang telah membunuh Tsar Nicholas dan keluarganya, hal yang tidak mungkin terjadi di masa lalu. Mungkin karena itulah wikipedia kini "ikut-ikutan" mengakui yahudi sebagai pembunuh Tsar Nicholas II.
“On 4 July 1918, the Cheka took over guarding the Romanovs in Yekaterinburg. They were accompanied by Jakov Yurovski… Yurovski was a Jew,” tulis wikipedia.
“Hanya yahudi yang bisa melakukan kejahatan seperti itu," kata peserta prosesi penghormatan terhadap Tsar Nicholas II.
Pada awal Mei lalu Israel melancarkan serangan terhadap beberapa fasilitas militer Syria, melanggar hukum internasional secara vulgar namun dengan restu Amerika. Rusia menanggapinya dengan aksi yang tidak pernah dibayangkan oleh Israel dan Amerika: mengirim rudal-rudal canggih S-300 dan Yakhont ke Syria dan mengaktifkan kembali armada Laut Tengah yang telah mati selama belasan tahun paska runtuhnya Uni Sovyet. Alih-alih menjadikan Syria sebagai wilayah "no fly zone" sebagai langkah awal menghancurkan kekuatan regim Bashar al Assad, langkah Rusia tersebut secara efektif justu bisa membuat Israel sebagai wilayah "no fly zone" karena tidak ada satupun obyek udara yang terbang di udara Israel yang aman dari jangkauan rudal S-300.
Vladimir Putin sadar, jika Israel dibiarkan menyerang Syria tanpa hukuman, selanjutnya mereka akan menyerang Iran. Selain menunjukkan kelemahan Rusia, secara strategis hal itu menjadikan Rusia terisolasi yang berujung pada kehancuran kembali Rusia oleh orang-orang yahudi. Dan Putin tidak ingin hal itu terjadi lagi.
REF:
"We Are All Russians Now"; Dr Lasha Darkmoon; thetruthseeker.co.uk; 27 Mei 2013
"The Secrets of Fatima"; wikipedia
Magna Carta
http://www.historylearningsite.co.uk/magna_carta.htm
The Magna Carta was signed in
June 1215 between the barons of Medieval England and King
John. "Magna Carta"
is Latin and means "Great Charter". The Magna Carta was one of
the most important documents of Medieval England.
It was signed (by royal seal) between the barons
and John at Runnymede near Windsor Castle. The document was a series of written
promises between the king and his subjects that he, the king, would govern
England and deal with its people according to the customs of feudal
law. Magna Carta was an attempt by the barons to stop a king - in this case
John - abusing his power with the people of England suffering.
The Magna Carta of 1215
Why would a king - who was meant to be all
powerful in his own country - agree to the demands of the barons who were meant
to be below him in authority ?
England had for some years owned land in
France. The barons had provided the king with both money and men to defend this
territory. Traditionally, the king had always consulted the barons before
raising taxes (as they had to collect it) and demanding more men for military
service (as they had to provide the men). This was all part of the Feudal
System.
While kings were militarily successful
abroad, relations between the kings and the barons were good. John was not
successful in his military campaigns abroad. His constant demands for more money
and men angered the barons. By 1204, John had lost his land in northern France.
In response to this, John introduced high taxes without asking the barons. This
was against feudal law and accepted custom.
John made mistakes in other areas as well. He
angered the Roman Catholic Church. The pope, angered by John's behaviour, banned
all church services in England in 1207. Religion, and the fear of Hell, were
very important to the people including the barons. The Catholic Church taught
the people that they could only get to Heaven if the Catholic Church believed
that they were good enough to got there. How could they show their goodness and
love of God if the churches were shut ? Even worse for John was the fact that
the pope excommunicated him in 1209. This meant that John could never get to
Heaven until the pope withdrew the excommunication. Faced with this, John
climbed down and accepted the power of the Catholic Church giving them many
privileges in 1214.
1214 was a disastrous year for John for
another reason. Once again, he suffered military defeat in an attempt to get
back his territory in northern France. He returned to London demanding more
money from taxes. This time the barons were not willing to listen. They rebelled
against his power. The barons captured London. However, they did not defeat John
entirely and by the Spring of 1215, both sides were willing to discuss matters.
The result was the Magna Carta.
What did the Magna Carta bring in?
All 63 clauses of the document can be found
on:
Magna Carta
The Great Charter of English liberty granted (under considerable duress) by King John at Runnymede on June 15, 1215
http://www.britannia.com/history/docs/magna2.html
The Great Charter of English liberty granted (under considerable duress) by King John at Runnymede on June 15, 1215
http://www.britannia.com/history/docs/magna2.html
John, by the grace of God King of England, Lord of Ireland, Duke of
Normandy and Aquitaine, and Count of Anjou, to his archbishops, bishops,
abbots, earls, barons, justices, foresters, sheriffs, stewards,
servants, and to all his officials and loyal subjects, greeting.
Know that before God, for the health of our soul and those of our
ancestors and heirs, to the honour of God, the exaltation of the holy
Church, and the better ordering of our kingdom, at the advice of our
reverend fathers Stephen, archbishop of Canterbury, primate of all
England, and cardinal of the holy Roman Church, Henry archbishop of
Dublin, William bishop of London, Peter bishop of Winchester, Jocelin
bishop of Bath and Glastonbury, Hugh bishop of Lincoln, Walter Bishop
of Worcester, William bishop of Coventry, Benedict bishop of
Rochester, Master Pandulf subdeacon and member of the papal household,
Brother Aymeric master of the Knights of the Temple in England, William Marshal, earl of Pembroke, William earl of Salisbury, William
earl of Warren, William earl of Arundel, Alan de Galloway constable of
Scotland, Warin Fitz Gerald, Peter Fitz Herbert, Hubert de Burgh
seneschal of Poitou, Hugh de Neville, Matthew Fitz Herbert, Thomas
Basset, Alan Basset, Philip Daubeny, Robert de Roppeley, John Marshal,
John Fitz Hugh, and other loyal subjects:
1. First, that we have granted to God, and by this present charter have confirmed for us and our heirs in perpetuity, that the English Church shall be free, and shall have its rights undiminished, and its liberties unimpaired. That we wish this so to be observed, appears from the fact that of our own free will, before the outbreak of the present dispute between us and our barons, we granted and confirmed by charter the freedom of the Church's elections - a right reckoned to be of the greatest necessity and importance to it - and caused this to be confirmed by Pope Innocent III. This freedom we shall observe ourselves, and desire to be observed in good faith by our heirs in perpetuity. We have also granted to all free men of our realm, for us and our heirs for ever, all the liberties written out below, to have and to keep for them and their heirs, of us and our heirs:
1. First, that we have granted to God, and by this present charter have confirmed for us and our heirs in perpetuity, that the English Church shall be free, and shall have its rights undiminished, and its liberties unimpaired. That we wish this so to be observed, appears from the fact that of our own free will, before the outbreak of the present dispute between us and our barons, we granted and confirmed by charter the freedom of the Church's elections - a right reckoned to be of the greatest necessity and importance to it - and caused this to be confirmed by Pope Innocent III. This freedom we shall observe ourselves, and desire to be observed in good faith by our heirs in perpetuity. We have also granted to all free men of our realm, for us and our heirs for ever, all the liberties written out below, to have and to keep for them and their heirs, of us and our heirs:
2. If any earl, baron, or other person that holds lands directly of
the Crown, for military service, shall die, and at his death his heir
shall be of full age and owe a `relief', the heir shall have his
inheritance on payment of the ancient scale of `relief'. That is to
say, the heir or heirs of an earl shall pay for the entire earl's barony, the heir or heirs of a knight l00s. at most for the
entire knight's `fee', and any man that owes less shall pay less, in
accordance with the ancient usage of `fees'
3. But if the heir of such a person is under age and a ward, when he
comes of age he shall have his inheritance without `relief' or fine.
4. The guardian of the land of an heir who is under age shall take
from it only reasonable revenues, customary dues, and feudal
services. He shall do this without destruction or damage to men or
property. If we have given the guardianship of the land to a sheriff,
or to any person answerable to us for the revenues, and he commits
destruction or damage, we will exact compensation from him, and the
land shall be entrusted to two worthy and prudent men of the same
`fee', who shall be answerable to us for the revenues, or to the
person to whom we have assigned them. If we have given or sold to
anyone the guardianship of such land, and he causes destruction or
damage, he shall lose the guardianship of it, and it shall be handed
over to two worthy and prudent men of the same `fee', who shall be
similarly answerable to us.
5. For so long as a guardian has guardianship of such land, he shall
maintain the houses, parks, fish preserves, ponds, mills, and
everything else pertaining to it, from the revenues of the land
itself. When the heir comes of age, he shall restore the whole land to
him, stocked with plough teams and such implements of husbandry as the
season demands and the revenues from the land can reasonably bear.
6. Heirs may be given in marriage, but not to someone of lower social
standing. Before a marriage takes place, it shall be' made known to
the heir's next-of-kin.
7. At her husband's death, a widow may have her marriage portion and
inheritance at once and without trouble. She shall pay nothing for her
dower, marriage portion, or any inheritance that she and her husband
held jointly on the day of his death. She may remain in her husband's
house for forty days after his death, and within this period her dower
shall be assigned to her.
8. No widow shall be compelled to marry, so long as she wishes to
remain without a husband. But she must give security that she will not
marry without royal consent, if she holds her lands of the Crown, or
without the consent of whatever other lord she may hold them of.
9. Neither we nor our officials will seize any land or rent in
payment of a debt, so long as the debtor has movable goods sufficient
to discharge the debt. A debtor's sureties shall not be distrained
upon so long as the debtor himself can discharge his debt. If, for
lack of means, the debtor is unable to discharge his debt, his
sureties shall be answerable for it. If they so desire, they may have
the debtor's lands and rents until they have received satisfaction for
the debt that they paid for him, unless the debtor can show that he
has settled his obligations to them.
10. If anyone who has borrowed a sum of money from Jews dies
before the debt has been repaid, his heir shall pay no interest on the
debt for so long as he remains under age, irrespective of whom he
holds his lands. If such a debt falls into the hands of the Crown, it
will take nothing except the principal sum specified in the bond.
11. If a man dies owing money to Jews, his wife may have her dower
and pay nothing towards the debt from it. If he leaves children that
are under age, their needs may also be provided for on a scale
appropriate to the size of his holding of lands. The debt is to be
paid out of the residue, reserving the service due to his feudal
lords. Debts owed to persons other than Jews are to be dealt with
similarly.
12. No `scutage' or `aid' may be levied in our kingdom without its
general consent, unless it is for the ransom of our person, to make
our eldest son a knight, and (once) to marry our eldest daughter. For
these purposes ouly a reasonable `aid' may be levied. `Aids' from the
city of London are to be treated similarly.
13. The city of London shall enjoy all its ancient liberties and
free customs, both by land and by water. We also will and grant that
all other cities, boroughs, towns, and ports shall enjoy all their
liberties and free customs.
14. To obtain the general consent of the realm for the assessment
of an `aid' - except in the three cases specified above - or a `scutage',
we will cause the archbishops, bishops, abbots, earls, and greater
barons to be summoned individually by letter. To those who hold lands
directly of us we will cause a general summons to be issued, through
the sheriffs and other officials, to come together on a fixed day (of
which at least forty days notice shall be given) and at a fixed
place. In all letters of summons, the cause of the summons will be
stated. When a summons has been issued, the business appointed for the
day shall go forward in accordance with the resolution of those
present, even if not all those who were summoned have appeared.
15. In future we will allow no one to levy an `aid' from his free
men, except to ransom his person, to make his eldest son a knight, and
(once) to marry his eldest daughter. For these purposes only a
reasonable `aid' may be levied.
16. No man shall be forced to perform more service for a knight's
`fee', or other free holding of land, than is due from it.
17. Ordinary lawsuits shall not follow the royal court around, but
shall be held in a fixed place.
18. Inquests of novel disseisin, mort d'ancestor, and
darrein presentment shall be taken only in their proper county
court. We ourselves, or in our absence abroad our chief justice, will
send two justices to each county four times a year, and these
justices, with four knights of the county elected by the county
itself, shall hold the assizes in the county court, on the day and in
the place where the court meets.
19. If any assizes cannot be taken on the day of the county court, as
many knights and freeholders shall afterwards remain behind, of those
who have attended the court, as will suffice for the administration
of justice, having regard to the volume of business to be done.
20. For a trivial offence, a free man shall be fined only in
proportion to the degree of his offence, and for a serious offence
correspondingly, but not so heavily as to deprive him of his
livelihood. In the same way, a merchant shall be spared his
merchandise, and a husbandman the implements of his husbandry, if they
fall upon the mercy of a royal court. None of these fines shall be
imposed except by the assessment on oath of reputable men of the
neighbourhood.
21. Earls and barons shall not be amerced save through their peers,
and only according to the measure of the offence.
22. No clerk shall be amerced for his lay tenement ecept according to
the manner of the other persons aforesaid; and not according to the
amount of his ecclesiastical benefice.
23. Neither a town nor a man shall be forced to make bridges over the
rivers, with the exception of those who, from of old and of right
ought to do it.
24. No sheriff, constable, coroners, or other bailiffs of ours shall
hold the pleas of our crown.
25. All counties, hundreds, wapentakes, and trithings--our demesne
manors being exccepted--shall continue according to the old farms,
without any increase at all.
26. If any one holding from us a lay fee shall die, and our sheriff
or bailiff can show our letters patent containing our summons for
the debt which the dead man owed to us,--our sheriff or bailiff may
be allowed to attach and enroll the chattels of the dead man to the
value of that debt, through view of lawful men; in such way, however,
that nothing shall be removed thence until the debt is paid which was
plainly owed to us. And the residue shall be left to the executors
that they may carry out the will of the dead man. And if nothing is
owed to us by him, all the chattels shall go to the use prescribed by
the deceased, saving their reasonable portions to his wife and
children.
27. If any freeman shall have died intestate his chattels shall be
distributed through the hands of his near relatives and friends, by
view of the church; saving to any one the debts which the dead man
owed him.
28. No constable or other bailiff of ours shall take the corn or other
chattels of any one except he straightway give money for them, or can
be allowed a respite in that regard by the will of the seller.
29. No constable shall force any knight to pay money for castleward
if he be willing to perform that ward in person, or--he for a
reasonable cause not being able to perform it himself--through
another proper man. And if we shall have led or sent him on a
military expedition, he shall be quit of ward according to the
amount of time during which, through us, he shall have been in
military service.
30. No sheriff nor bailiff of ours, nor any one else, shall take the
horses or carts of any freeman for transport, unless by the will of
that freeman.
31. Neither we nor our bailiffs shall take another's wood for
castles or for other private uses, unless by the will of him to
whom the wood belongs.
32. We shall not hold the lands of those convicted of felony longer
than a year and a day; and then the lands shall be restored to the
lords of the fiefs.
33. Henceforth all the weirs in the Thames and Medway, and throughout
all England, save on the sea-coast, shall be done away with entirely.
34. Henceforth the writ which is called Praecipe shall not be to
served on any one for any holding so as to cause a free man to lose
his court.
35. There shall be one measure of wine throughout our whole realm,
and one measure of ale and one measure of corn--namely, the London
quart;--and one width of dyed and russet and hauberk cloths--namely,
two ells below the selvage. And with weights, moreover, it shall be
as with measures.
36. Henceforth nothing shall be given or taken for a writ of
inquest in a matter concerning life or limb; but it shall be
conceded gratis, and shall not be denied.
37. If any one hold of us in fee-farm, or in socage, or in burkage,
and hold land of another by military service, we shall not, by
reason of that fee-farm, or socage, or burkage, have the wardship
of his heir or of his land which is held in fee from another. Nor
shall we have the wardship of that fee-farm, or socage, or burkage
unless that fee-farm owe military service. We shall not, by reason
of some petit-serjeanty which some one holds of us through the
service of giving us knives or arrows or the like, have the wardship
of his heir or of the land which he holds of another by military
service.
38. No bailiff, on his own simple assertion, shall henceforth any
one to his law, without producing faithful witnesses in evidence.
39. No freeman shall be taken, or imprisoned, or disseized, or
outlawed, or exiled, or in any way harmed--nor will we go upon or
send upon him--save by the lawful judgment of his peers or by the
law of the land.
40. To none will we sell, to none deny or delay, right or justice.
41. All merchants may safely and securely go out of England, and come
into England, and delay and pass through England, as well by land as
by water, for the purpose of buying and selling, free from all evil
taxes, subject to the ancient and right customs--save in time of war,
and if they are of the land at war against us. And if such be found
in our land at the beginning of the war, they shall be held, without
harm to their bodies and goods, until it shall be known to us or our
chief justice how the merchants of our land are to be treated who
shall, at that time, be found in the land at war against us. And if
ours shall be safe there, the others shall be safe in our land.
42. Henceforth any person, saving fealty to us, may go out of our
realm and return to it, safely and securely, by land and by water,
except perhaps for a brief period in time of war, for the common
good of the realm. But prisoners and outlaws are excepted according
to the law of the realm; also people of a land at war against us,
and the merchants, with regard to whom shall be done as we have said.
43. If any one hold from any escheat--as from the honour of Walingford,
Nottingham, Boloin, Lancaster, or the other escheats which are in our
hands and are baronies--and shall die, his heir shall not give another
relief, nor shall he perform for us other service than he would perform
for a baron if that barony were in the hand of a baron; and we shall
hold it in the same way in which the baron has held it.
44. Persons dwelling without the forest shall not henceforth come
before the forest justices, through common summonses, unless they
are impleaded or are the sponsors of some person or persons attached
for matters concerning the forest.
45. We will not make men justices, constables, sheriffs, or bailiffs
unless they are such as know the law of the realm, and are minded to
observe it rightly.
46. All barons who have founded abbeys for which they have charters
of the king of England, or ancient right of tenure, shall have, as
they ought to have, their custody when vacant.
47- A11 forests constituted as such in our time shall straightway be
annulled; and the same shall be done for river banks made into places
of defence by us in our time.
48. A11 evil customs concerning forests and warrens, and concerning
foresters and warreners, sheriffs and their servants, river banks
and their guardians, shall straightway be inquired into each county,
through twelve sworn knights from that county, and shall be
eradicated by them, entirely, so that they shall never be renewed,
within forty days after the inquest has been made; in such manner
that we shall first know about them, or our justice if we be not in
England.
49. We shall straightway return all hostages and charters which were
delivered to us by Englishmen as a surety for peace or faithful
service.
50. We shall entirey remove from their bailwicks the relatives of
Gerard de Athyes, so that they shall henceforth have no bailwick in
England: Engelard de Cygnes, Andrew Peter and Gyon de Chanceles,
Gyon de Cygnes, Geoffrey de Martin and his brothers, Philip Mark
and his brothers, and Geoffrey his nephew, and the whole following
of them.
51. And straightway after peace is restored we shall remove from
the realm all the foreign soldiers, crossbowmen, servants, hirelings,
who may have come with horses and arms to the harm of the realm.
52. If any one shall have been disseized by us, or removed, without a
legal sentence of his peers, from his lands, castles, liberties or
lawful right, we shall straightway restore them to him. And if a
dispute shall arise concerning this matter it shall be settled
according to the judgment of the twenty-five barons who are mentioned
below as sureties for the peace. But with regard to all those things
of which any one was, by king Henry our father or king Richard our
brother, disseized or dispossessed without legal judgment of his
peers, which we have in our hand or which others hold, and for which
we ought to give a guarantee: We shall have respite until the common
term for crusaders. Except with regard to those concerning which a
plea was moved, or an inquest made by our order, before we took the
cross. But when we return from our pilgrimage, or if, by chance, we
desist from our pilgrimage, we shall straightway then show full
justice regarding them.
53. We shall have the same respite, moreover, and in the same manner,
in the matter of showing justice with regard to forests to be
annulled and forests to remain, which Henry our father or Richard
our brother constituted; and in the matter of wardships of lands
which belong to the fee of another--wardships of which kind we have
hitherto enjoyed by reason of the fee which some one held from us in
military service;--and in the matter of abbeys founded in the fee of
another than ourselves--in which the lord of the fee may say that
he has jurisdiction. And when we return, or if we desist from our
pilgrimage, we shall straightway exhibit full justice to those
complaining with regard to these matters.
54. No one shall be taken or imprisoned on account of the appeal of a
woman concerning the death of another than her husband.
55. All fines imposed by us unjustly and contrary to the law of the
land, and all amerciaments made unjustly and contrary to the law of
the land, shall be altogether remitted, or it shall be done with
regard to them according to the judgment of the twenty five barons
mentioned below as sureties for the peace, or according to the
judgment of the majority of them together with the aforesaid
Stephen archbishop of Canterbury, if he can be present, and with
others whom he may wish to associate with himself for this purpose.
And if he can not be present, the affair shall nevertheless proceed
without him; in such way that, if one or more of the said twenty
five barons shall be concerned in a similar complaint, they shall
be removed as to this particular decision, and, in their place,
for this purpose alone, others shall be subtituted who shall be
chosen and sworn by the remainder of those twenty five.
56. If we have disseized or dispossessed Welshmen of their lands
or liberties or other things without legal judgment of their peers,
in England or in Wales,--they shall straightway be restored to them.
And if a dispute shall arise concerning this, then action shall be
taken upon it in the March through judgment of their peers-
-concerning English holdings according to the law of England,
concerning Welsh holdings according to the law of Wales, concerning
holdings in the March according to the law of the March. The Welsh
shall do likewise with regard to us and our subjects.
57. But with regard to all those things of which any one of the Welsh
by king Henry our father or king Richard our brother, disseized or
dispossessed without legal judgment of his peers, which we have in
our hand or which others hold, and for which we ought to give a
guarantee: we shall have respite until the common term for crusaders.
Except with regard to those concerning which a plea was moved, or an
inquest made by our order, before we took the cross. But when we
return from our pilgrimage, or if, by chance, we desist from our
pilgrimage, we shall straightway then show full justice regarding
them, according to the laws of Wales and the aforesaid districts.
58. We shall straightway return the son of Llewelin and all the
Welsh hostages, and the charters delivered to us as surety for
the peace.
59. We shall act towards Alexander king of the Scots regarding
the restoration of his sisters, and his hostages, and his liberties
and his lawful right, as we shall act towards our other barons of
England; unless it ought to be otherwise according to the charters
which we hold from William, his father, the former king of the
Scots. And this shall be done through judgment of his peers in
our court.
60. Moreover all the subjects of our realm, clergy as well as
laity, shall, as far as pertains to them, observe, with regard
to their vassals, all these aforesaid customs and liberties which
we have decreed shall, as far as pertains to us, be observed in
our realm with regard to our own.
61. Inasmuch as, for the sake of God, and for the bettering of our
realm, and for the more ready healing of the discord which has
arisen between us and our barons, we have made all these aforesaid
concessions,--wishing them to enjoy for ever entire and firm
stability, we make and grant to them the folIowing security: that
the baron, namely, may elect at their pleaure twenty five barons
from the realm, who ought, with all their strength, to observe,
maintain and cause to be observed, the peace and privileges which
we have granted to them and confirmed by this our present charter.
In such wise, namely, that if we, or our justice, or our bailiffs,
or any one of our servants shall have transgressed against any one
in any respect, or shall have broken one of the articles of peace
or security, and our transgression shall have been shown to four
barons of the aforesaid twenty five: those four barons shall come
to us, or, if we are abroad, to our justice, showing to us our
error; and they shall ask us to cause that error to be amended
without delay. And if we do not amend that error, or, we being
abroad, if our justice do not amend it within a term of forty
days from the time when it was shown to us or, we being abroad,
to our justice: the aforesaid four barons shall refer the matter
to the remainder of the twenty five barons, and those twenty five
barons, with the whole land in common, shall distrain and oppress
us in every way in their power,--namely, by taking our castles,
lands and possessions, and in every other way that they can, until
amends shall have been made according to their judnnent. Saving
the persons of ourselves, our queen and our children. And when
amends shall have been made they shall be in accord with us as
they had been previously. And whoever of the land wishes to do
so, shall swear that in carrying out all the aforesaid measures he
will obey the mandates of the aforesaid twenty five barons, and that,
with them, he will oppress us to the extent of his power. And, to
any one who wishes to do so, we publicly and freely give permission
to swear; and we will never prevent any one from swearing. Moreover,
all those in the land who shall be unwilling, themselves and of their
own accord, to swear to the twenty five barons as to distraining and
oppressing us with them: such ones we shall make to wear by our
mandate, as has been said. And if any one of the twenty five barons
shall die, or leave the country, or in any other way be prevented
from carrying out the aforesaid measures,--the remainder of the
aforesaid twenty five barons shall choose another in his place,
according to their judgment, who shall be sworn in the same way
as the others. Moreover, in all things entrusted to those twenty
five barons to be carried out, if those twenty five shall be present
and chance to disagree among themselves with regard to some matter,
or if some of them, having been summoned, shall be unwilling or
unable to be present: that which the majority of those present
shall decide or decree shall be considered binding and valid, just
as if all the twenty five had consented to it. And the aforesaid
twenty five shall swear that they will faithfully observe all the
foregoing, and will caue them be observed to the extent of their
power. And we shall obtain nothing from any one, either through
ourselves or through another, by which any of those concessions and
liberties may be revoked or diminished. And if any such thing shall
have been obtained, it shall be vain and invalid, and we shall never
make use of it either through ourselves or through another.
62. And we have fully remitted to all, and pardoned, all the ill-
will, anger and rancour which have arisen between us and our
subjects, clergy and laity, from the time of the struggle. Moreover
have fully remitted to all, clergy and laity, and--as far as pertains
to us--have pardoned fully all the transgressions committed, on
the occasion of that same struggle, from Easter of the sixteenth
year of our reign until the re-establishment of peace. In witness
of which, more-over, we have caused to be drawn up for them letters
patent of lord Stephen, archbishop of Canterbury, lord Henry,
archbishop of Dubland the aforesaid bishops and master Pandulf,
regarding that surety and the aforesaid concessions.
63. Wherefore we will and firmly decree that the English church
shall be free, and that the subjects of our realm shall have and
hold all the aforesaid liberties, rights and concessions, duly
and in peace, freely and quietly, fully and entirely, for
themselves and their heirs from us and our heirs, in all
matters and in all places, forever, as has been said. Moreover
it has been sworn, on our part as well as on the part of the barons,
that all these above mentioned provisions shall observed with good
faith and without evil intent. The witnesses being the above
mentioned and many others. Given through our hand, in the plain
called Runnymede between Windsor and Stanes, on the fifteenth day
of June, in the seventeenth year of our reign.
Roger of Wendover: The Signing of Magna Carta at Runnymede, 1215
Rudyard Kipling Poem: What Say the Reeds at Runnymede?
The document can be divided into sections :
The first clauses concern the position of the
Catholic Church in England.
Those that follow state that John will be
less harsh on the barons.
Many of the clauses concern England's legal
system.
Magna Carta promised laws that were good and fair. It states that
everyone shall have access to courts and that costs and money should not be an
issue if someone wanted to take a problem to the law courts.
It also states that
no freeman will be imprisoned or punished without first going through the proper
legal system. In future years the word "freeman" was replaced by
"no one" to include everybody.
The last few sections deal with how the
Magna Carta would be enforced in England. Twenty five barons were given the
responsibility of making sure the king carried out what was stated in the Magna
Carta - the document clearly states that they could use force if they felt it
was necessary. To give the Magna Carta an impact, the royal seal of King John
was put on it to show people that it had his royal support. This is the largest
red seal at the bottom of the Magna Carta above. In detail it looked like this :
King John's royal seal
MAGNA CARTA PUN DIMANIPULASI "KEKUATAN YAHUDI"
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/06/magna-carta-pun-dimanipulasi-kekuatan.html#.UbCk2FIxVkg
Tidak ada satu dokumen pun, di luar kitab suci, yang dianggap lebih
tinggi nilainya dibandingkan "Magna Carta". Dokumen ini dianggap sebagai
dasar dari semua hukum di dunia yang mengatur hak-hak asasi manusia.
Dan kini dunia, khususnya negara-negara berbahasa dan berbudaya Inggris,
Eropa dan Amerika, tengah bersiap-siap menyambut ulang tahun ke 800
disyahkannya undang-undang "Magna Carta" oleh Raja John pada tahun 1215.
HUT itu sendiri sebenarnya masih 18 bulan lagi. Namun berbagai acara telah dirancang untuk menyambutnya. Di Inggris BBC akan menayangkan beberapa film dokumenter, drama hingga program-program radio khusus tentang "Magna Carta". Bahkan sebuah opera dan pagelaran simponi akan digelar untuk itu. Selain itu otoritas Inggris juga akan menerbitkan uang koin khusus.
Di Amerika para pengacara ternama dan para pakar hukum tata negara akan menggelar berbagai seminar, kuliah umum, pameran dll. di berbagai kota besar seperti Boston, Washington dan Philadelphia. Sebanyak 800 ahli hukum Amerika juga telah merencanakan untuk mengadakan napak tilas ke Runnymede di tepian sungai Thames, Inggris, dimana dokumen asli "Magna Carta" kini tersimpan.
Namun di luar segala penghargaan yang diberikan kepada "Magna Carta", ada satu hal sangat kontroversial yang tidak pernah lagi disinggung-singgung orang. Hal itu adalah hilangnya 2 pasal asli "Magna Carta", yaitu pasal 10 dan pasal 11. Kedua pasal ini tidak ada pada kopian "Magna Carta" yang dipublikasikan oleh situs resmi "Magna Carta Trust" atau pada "US National Archive". Alih-alih keduanya hanya menampilkan "Magna Carta" versi amandemen tahun 1297 yang lebih ringkas.
Kedua pasal tersebut berbunyi:
10. If one who has borrowed from the Jews any sum, great or small, die before that loan be repaid, the debt shall not bear interest while the heir is under age, of whomsoever he may hold; and if the debt fall into our hands, we will not take anything except the principal sum contained in the bond.
11. And if anyone die indebted to the Jews, his wife shall have her dower and pay nothing of that debt; and if any children of the deceased are left under age, necessaries shall be provided for them in keeping with the holding of the deceased; and out of the residue the debt shall be paid, reserving, however, service due to feudal lords; in like manner let it be done touching debts due to others than Jews.
Kedua pasal tersebut sengaja dibuat untuk melindungi janda-janda dan anak-anak kecil dari jeratan beban hutang yang ditinggalkan suami atau orang tua mereka kepada para "lintah darat" satu-satunya di dunia saat itu, yaitu orang-orang yahudi.
Dan mengapa hal itu bisa terjadi? Tidak lain karena "kekuatan yahudi" benar-benar telah mencengkeram segala sendi kehidupan, terutama di negara-negara barat.
Mari kita lihat keanggotaan Dewan Penasihat "Magna Carta Trust" yang 1/4 di antaranya adalah orang yahudi:
* Stephen Breyer (Hakim Agung Amerika)
* John Bercow (Ketua Majelis Rendah Inggris)
* David W. Rivkin (Sekjen International Bar Association dan anggota komisi ekonomi kepresidenan Amerika)
* Stephen Zack (Mantan Ketua American Bar Association dan Ketua ABA’s Magna Carta Committee)
* David Rubenstein (pengusaha kaya dan filanthropis, pemilik Carlyle Group)
Sebagaimana undang-undang lain, "Magna Carta" pun mengalami beberapa kali amandemen, tahun 1216, 1217, 1225 dan terakhir tahun 1297. Lalu mengapa pada amandemen terakhir tidak disebutkan sama sekali kata "yahudi". Tidak lain karena pada tahun 1290 Raja Inggris Edward Longshanks telah mengeluarkan perintah pengusiran semua orang yahudi dari tanah Inggris.
Pengusiran tersebut disebabkan karena praktik lintah darat yang dilakukan oleh orang-orang yahudi (agama Kristen menolak keras praktik tersebut), namun pemicunya adalah praktik pembunuhan ritual yang sering dilakukan orang-orang yahudi pada hari-hari besar mereka.
PENGUSIRAN YAHUDI DARI INGGRIS
Peristiwa pembunuhan ritual pertama yang tercatat di Inggris (di luar yang tidak tercatat) terjadi tahun 1144. Setelah kasus itu peristiwa demi peristiwa terus terjadi hingga pada tahun 1290 Raja Edward Longshanks mengusir seluruh orang yahudi dari daratan Inggris karena masalah ini. Salah satu peristiwa pembunuhan ritual yang paling terkenal adalah pembunuhan Little St. Hugh di Lincoln tahun 1255. Semua peristiwa ini tercatat dengan baik dalam arsip-arsip pengadilan Inggris.
Berikut ini adalah 3 kasus di antara puluhan kasus pembunuhan ritual lain yang terkenal di Inggris.
Kasus pertama terjadi tahun 1144 di Norwich pada saat perayaan hari raya yahudi Passover, seorang bocah laki-laki berumur 12 tahun tewas disalib dengan luka tombakan di pinggangnya. Mayatnya ditemukan terbungkus karung tergantung di atas pohon dengan kepala di bawah. Seorang yahudi yang pindah agama ke Kristen bernama Theobald dari Cambridge, memberikan kesaksian bahwa orang-orang yahudi biasa mengambil darah anak-anak Kristen pada tiap hari raya yahudi. Mereka percaya bahwa hanya dengan cara seperti itu orang-orang yahudi akan meraih impiannya untuk kembali ke Palestina sebagai bangsa merdeka. Theobald juga mengakui bahwa biasanya orang-orang yahudi mengadakan undian untuk menentukan di kota mana darah tersebut didapatkan. Menurut informasinya, tahun sebelumnya undian jatuh di kota Narbonne dan untuk tahun 1144 giliran Norwich. Korban dikenal sebagai anak santun dan sejak tewas terbunuh ia mendapat gelar sebagai St. Wiliam. Namun kepala polisi setempat yang kemungkinan telah disuap, menolak memeriksa orang-orang yahudi.
Kasus kedua terjadi tahun 1255 di Lincoln. Seorang anak bernama Hugh diculik dan kemudian disalib oleh sekelompok warga yahudi sebagai ekspresi kebencian mereka pada agama Kristen. Seorang yahudi bernama Joppin atau Copinus, setelah mendapat jaminan pengampunan jika memberikan pengakuan, akhirnya mengaku sebagai salah satu pelaku pembunuhan.
“Demi pengorbanan anak itu (Hugh) hampir semua komunitas yahudi di Inggris mengirimkan wakilnya untuk memberikan bantuan," kata Copinus dalam pengakuannya.
Akhirnya sebanyak 91 orang warga yahudi ditangkap dan 18 di antaranya dijatuhi hukuman gantung. Saking menghebohkannya kasus ini hingga Raja Henry III pribadi memerintahkan penyidikan mendalam atas kasus ini. Untuk menunjukkan kegeramannya, raja bahkan memerintahkan agar Copinus turut dihukum gantung.
Kasus ini banyak mendapatkan perhatian para sejarahwan Inggris, di antaranya Hyamson, sejarahwan yahudi yang menulis buku "History of the Jews in England". Ia mendedikasikan satu bab penuh dalam bukunya itu untuk kasus ini dengan judul "Little St. Hugh of Lincoln", menunjukkan pentingnya masalah pembunuhan ritual yahudi dalam sejarah Inggris, meski dengan perspektif pembelaan terhadap orang-orang yahudi.
Kasus ketiga adalah pembunuhan ritual terhadap seorang anak laki-laki di Oxford, tahun 1290, oleh yahudi bernama Isaac de Pulet. Setelah terungkapnya kasus ini Raja Edward Longshanks mengeluarkan dekrit pengusiran terhadap seluruh orang yahudi dari tanah Inggris.
HUT itu sendiri sebenarnya masih 18 bulan lagi. Namun berbagai acara telah dirancang untuk menyambutnya. Di Inggris BBC akan menayangkan beberapa film dokumenter, drama hingga program-program radio khusus tentang "Magna Carta". Bahkan sebuah opera dan pagelaran simponi akan digelar untuk itu. Selain itu otoritas Inggris juga akan menerbitkan uang koin khusus.
Di Amerika para pengacara ternama dan para pakar hukum tata negara akan menggelar berbagai seminar, kuliah umum, pameran dll. di berbagai kota besar seperti Boston, Washington dan Philadelphia. Sebanyak 800 ahli hukum Amerika juga telah merencanakan untuk mengadakan napak tilas ke Runnymede di tepian sungai Thames, Inggris, dimana dokumen asli "Magna Carta" kini tersimpan.
Namun di luar segala penghargaan yang diberikan kepada "Magna Carta", ada satu hal sangat kontroversial yang tidak pernah lagi disinggung-singgung orang. Hal itu adalah hilangnya 2 pasal asli "Magna Carta", yaitu pasal 10 dan pasal 11. Kedua pasal ini tidak ada pada kopian "Magna Carta" yang dipublikasikan oleh situs resmi "Magna Carta Trust" atau pada "US National Archive". Alih-alih keduanya hanya menampilkan "Magna Carta" versi amandemen tahun 1297 yang lebih ringkas.
Kedua pasal tersebut berbunyi:
10. If one who has borrowed from the Jews any sum, great or small, die before that loan be repaid, the debt shall not bear interest while the heir is under age, of whomsoever he may hold; and if the debt fall into our hands, we will not take anything except the principal sum contained in the bond.
11. And if anyone die indebted to the Jews, his wife shall have her dower and pay nothing of that debt; and if any children of the deceased are left under age, necessaries shall be provided for them in keeping with the holding of the deceased; and out of the residue the debt shall be paid, reserving, however, service due to feudal lords; in like manner let it be done touching debts due to others than Jews.
Kedua pasal tersebut sengaja dibuat untuk melindungi janda-janda dan anak-anak kecil dari jeratan beban hutang yang ditinggalkan suami atau orang tua mereka kepada para "lintah darat" satu-satunya di dunia saat itu, yaitu orang-orang yahudi.
Dan mengapa hal itu bisa terjadi? Tidak lain karena "kekuatan yahudi" benar-benar telah mencengkeram segala sendi kehidupan, terutama di negara-negara barat.
Mari kita lihat keanggotaan Dewan Penasihat "Magna Carta Trust" yang 1/4 di antaranya adalah orang yahudi:
* Stephen Breyer (Hakim Agung Amerika)
* John Bercow (Ketua Majelis Rendah Inggris)
* David W. Rivkin (Sekjen International Bar Association dan anggota komisi ekonomi kepresidenan Amerika)
* Stephen Zack (Mantan Ketua American Bar Association dan Ketua ABA’s Magna Carta Committee)
* David Rubenstein (pengusaha kaya dan filanthropis, pemilik Carlyle Group)
Sebagaimana undang-undang lain, "Magna Carta" pun mengalami beberapa kali amandemen, tahun 1216, 1217, 1225 dan terakhir tahun 1297. Lalu mengapa pada amandemen terakhir tidak disebutkan sama sekali kata "yahudi". Tidak lain karena pada tahun 1290 Raja Inggris Edward Longshanks telah mengeluarkan perintah pengusiran semua orang yahudi dari tanah Inggris.
Pengusiran tersebut disebabkan karena praktik lintah darat yang dilakukan oleh orang-orang yahudi (agama Kristen menolak keras praktik tersebut), namun pemicunya adalah praktik pembunuhan ritual yang sering dilakukan orang-orang yahudi pada hari-hari besar mereka.
PENGUSIRAN YAHUDI DARI INGGRIS
Peristiwa pembunuhan ritual pertama yang tercatat di Inggris (di luar yang tidak tercatat) terjadi tahun 1144. Setelah kasus itu peristiwa demi peristiwa terus terjadi hingga pada tahun 1290 Raja Edward Longshanks mengusir seluruh orang yahudi dari daratan Inggris karena masalah ini. Salah satu peristiwa pembunuhan ritual yang paling terkenal adalah pembunuhan Little St. Hugh di Lincoln tahun 1255. Semua peristiwa ini tercatat dengan baik dalam arsip-arsip pengadilan Inggris.
Berikut ini adalah 3 kasus di antara puluhan kasus pembunuhan ritual lain yang terkenal di Inggris.
Kasus pertama terjadi tahun 1144 di Norwich pada saat perayaan hari raya yahudi Passover, seorang bocah laki-laki berumur 12 tahun tewas disalib dengan luka tombakan di pinggangnya. Mayatnya ditemukan terbungkus karung tergantung di atas pohon dengan kepala di bawah. Seorang yahudi yang pindah agama ke Kristen bernama Theobald dari Cambridge, memberikan kesaksian bahwa orang-orang yahudi biasa mengambil darah anak-anak Kristen pada tiap hari raya yahudi. Mereka percaya bahwa hanya dengan cara seperti itu orang-orang yahudi akan meraih impiannya untuk kembali ke Palestina sebagai bangsa merdeka. Theobald juga mengakui bahwa biasanya orang-orang yahudi mengadakan undian untuk menentukan di kota mana darah tersebut didapatkan. Menurut informasinya, tahun sebelumnya undian jatuh di kota Narbonne dan untuk tahun 1144 giliran Norwich. Korban dikenal sebagai anak santun dan sejak tewas terbunuh ia mendapat gelar sebagai St. Wiliam. Namun kepala polisi setempat yang kemungkinan telah disuap, menolak memeriksa orang-orang yahudi.
Kasus kedua terjadi tahun 1255 di Lincoln. Seorang anak bernama Hugh diculik dan kemudian disalib oleh sekelompok warga yahudi sebagai ekspresi kebencian mereka pada agama Kristen. Seorang yahudi bernama Joppin atau Copinus, setelah mendapat jaminan pengampunan jika memberikan pengakuan, akhirnya mengaku sebagai salah satu pelaku pembunuhan.
“Demi pengorbanan anak itu (Hugh) hampir semua komunitas yahudi di Inggris mengirimkan wakilnya untuk memberikan bantuan," kata Copinus dalam pengakuannya.
Akhirnya sebanyak 91 orang warga yahudi ditangkap dan 18 di antaranya dijatuhi hukuman gantung. Saking menghebohkannya kasus ini hingga Raja Henry III pribadi memerintahkan penyidikan mendalam atas kasus ini. Untuk menunjukkan kegeramannya, raja bahkan memerintahkan agar Copinus turut dihukum gantung.
Kasus ini banyak mendapatkan perhatian para sejarahwan Inggris, di antaranya Hyamson, sejarahwan yahudi yang menulis buku "History of the Jews in England". Ia mendedikasikan satu bab penuh dalam bukunya itu untuk kasus ini dengan judul "Little St. Hugh of Lincoln", menunjukkan pentingnya masalah pembunuhan ritual yahudi dalam sejarah Inggris, meski dengan perspektif pembelaan terhadap orang-orang yahudi.
Kasus ketiga adalah pembunuhan ritual terhadap seorang anak laki-laki di Oxford, tahun 1290, oleh yahudi bernama Isaac de Pulet. Setelah terungkapnya kasus ini Raja Edward Longshanks mengeluarkan dekrit pengusiran terhadap seluruh orang yahudi dari tanah Inggris.
REF:
"Magna Carta Anniversary Will be Missing Two Paragraphs"; Francis Carr Begbie; thetruthseeker.co.uk; 27 Mei 2013
“Jewish Ritual Murder”; Arnold Leese; peper online; www.churchoftrueisrael.com/streicher/jrm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar