PERANG DUNIA III DALAM JANGKAUAN
http://cahyono-adi.blogspot.com/2009/04/perang-dunia-iii-dalam-jangkauan.html#.UcmmSFIxVkg
"The
Third World War must be fomented by taking advantage of the differences
caused by the "agentur" of the "Illuminati" between the political
Zionists and the leaders of Islamic World. The war must be conducted in
such a way that Islam (the Moslem Arabic World) and political Zionism
(the State of Israel) mutually destroy each other. Meanwhile the other
nations, once more divided on this issue will be constrained to fight to
the point of complete physical, moral, spiritual and economical
exhaustion…We shall unleash the Nihilists and the atheists, and we shall
provoke a formidable social cataclysm which in all its horror will show
clearly to the nations the effect of absolute atheism, origin of
savagery and of the most bloody turmoil. Then everywhere, the citizens,
obliged to defend themselves against the world minority of
revolutionaries, will exterminate those destroyers of civilization, and
the multitude, disillusioned with Christianity, whose deistic spirits
will from that moment be without compass or direction, anxious for an
ideal, but without knowing where to render its adoration, will receive
the true light through the universal manifestation of the pure doctrine
of Lucifer, brought finally out in the public view. This manifestation
will result from the general reactionary movement which will follow the
destruction of Christianity and atheism, both conquered and exterminated
at the same time." (Albert Pike,
pemimpin Freemason Amerika Utara, dalam suratnya kepada rekannya
pemimpin Freemason Eropa Giusseppe Mazzini tahun 1870).
Saat Anda membaca tulisan ini boleh jadi Anda tengah memasuki detik-detik paling menentukan dari suatu kejadian paling besar dalam sejarah dunia, yaitu Perang Dunia III.
Mengada-ada dan berlebih-lebihan? Tidak juga. Perang Dunia I dan II juga sudah pernah diprediksikan orang jauh sebelum kejadian. Meski dianggap mengada-ada, namun ramalan tersebut toh terjadi juga. Dokumen rahasia Protocols of Learned Elders of Zion yang terbongkar ke publik tahun 1905 dengan tepat meramalkan peristiwa Revolusi Komunis di Rusia, tumbangnya negara-negara kerajaan Eropa, Perang Dunia I, Depresi Besar, Perang Dunia II. Saat dokumen tersebut dipublikasikan, sebagian besar masyarakat menganggapnya sebagai banyolan belaka.
Albert Pike, tokoh freemason Amerika telah meramalkan kejadian Perang Dunia I dan II pada tahun 1870 dengan akurasi yang sangat tinggi. Dan kini dunia tengah menunggu terjadinya ramalan selanjutnya, Perang Dunia III. Dan melihat segala kejadian yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir, secara teori ramalan tersebut semakin mendekati kenyataan.
Saya ingin tekankan kejadian paling akhir yang mendukung ramalan tersebut, yaitu terpilihnya Benjamin "Bibi" Nethanyahu, seorang tokoh garis keras yahudi sebagai Perdana Menteri Israel. Baru sehari setelah dilantik tgl 31 Maret 2009, Bibi telah mengeluarkan ancaman untuk menyerang Iran dan membatalkan rencana pembentukan negara Palestina yang oleh semua orang dianggap sebagai satu-satunya cara mengurangi konflik di Timur Tengah.
Kejadian-kejadian lain adalah krisis nuklir Iran, krisis keuangan global, terpilihnya Barack Obama dan penyerbuan Israel atas Gaza. Jauh sebelumnya penyerbuan Amerika atas Afghanistan dan Irak telah menciptakan kondisi awal yang sempurna. Semuanya saling terkait dan menguatkan untuk menuju satu titik: penyerbuan Amerika-Israel ke Iran yang selanjutnya memicu terjadinya perang regional yang lebih besar melibatkan Iran-Palestina-Lebanon-Irak-Syria di satu pihak melawan Amerika-Israel dan sekutunya. Dalam tahap selanjutnya dengan keterlibatan Pakistan, Turki, Rusia dan Cina dan para mujahid Islam di pihak Iran, perang berubah menjadi perang global. Semuanya persis dengan ramalan yang dibuat Albert Pike.
Seperti permainan catur, langkah-langkah strategis telah dijalankan dan persiapan telah disiapkan. Meski tanpa publikasi, semuanya itu terus berlangsung. Sebagai contohnya adalah adanya informasi mengenai persiapan senjata dan amunisi yang telah berlangsung di Amerika dan Inggris. Informasi penting lainnya adalah adanya pertemuan para petinggi komando militer NATO di kawasan terpencil Adirondacks di sebelah utara New York, AS bulan Oktober 2008 lalu. Selain itu persiapan yang lebih terbuka --- mungkin dimaksudkan sebagai perang psikologi--- adalah latihan angkatan udara Israel di Laut Tengah akhir tahun lalu.
Namun lebih penting dari itu semua adalah "ramalan" Joe Biden sebelum dirinya bersama Barack Obama terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Amerika. Dalam sebuah kampanya tgl 19 Oktober 2008, Joe Biden meramalkan bahwa tidak sampai 6 bulan setelah dilantik, Barack Obama akan mendapatkan ujian berat berupa krisis internasional yang hebat.
"Catat kata-kata saya. Tidak sampai 6 bulan setelah pelantikan, dunia akan menguji Barack Obama sebagaimana dialami John Kennedy. Hati-hati! Kita akan menghadapi sebuah krisis internasional, krisis yang sengaja diciptakan untuk menguji mental Obama," kata Biden.
Perlu dicatat, Biden mengeluarkan ramalan ini bahkan sebelum Barack Obama memenangkan pemilihan umum di bulan November.
Jadi, mungkinkah Amerika-Israel akan menyerang Iran, paling lama bulan Juli tahun ini atau enam bulan setelah Barack Obama dilantik? Kita tunggu saja.
Saat Anda membaca tulisan ini boleh jadi Anda tengah memasuki detik-detik paling menentukan dari suatu kejadian paling besar dalam sejarah dunia, yaitu Perang Dunia III.
Mengada-ada dan berlebih-lebihan? Tidak juga. Perang Dunia I dan II juga sudah pernah diprediksikan orang jauh sebelum kejadian. Meski dianggap mengada-ada, namun ramalan tersebut toh terjadi juga. Dokumen rahasia Protocols of Learned Elders of Zion yang terbongkar ke publik tahun 1905 dengan tepat meramalkan peristiwa Revolusi Komunis di Rusia, tumbangnya negara-negara kerajaan Eropa, Perang Dunia I, Depresi Besar, Perang Dunia II. Saat dokumen tersebut dipublikasikan, sebagian besar masyarakat menganggapnya sebagai banyolan belaka.
Albert Pike, tokoh freemason Amerika telah meramalkan kejadian Perang Dunia I dan II pada tahun 1870 dengan akurasi yang sangat tinggi. Dan kini dunia tengah menunggu terjadinya ramalan selanjutnya, Perang Dunia III. Dan melihat segala kejadian yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir, secara teori ramalan tersebut semakin mendekati kenyataan.
Saya ingin tekankan kejadian paling akhir yang mendukung ramalan tersebut, yaitu terpilihnya Benjamin "Bibi" Nethanyahu, seorang tokoh garis keras yahudi sebagai Perdana Menteri Israel. Baru sehari setelah dilantik tgl 31 Maret 2009, Bibi telah mengeluarkan ancaman untuk menyerang Iran dan membatalkan rencana pembentukan negara Palestina yang oleh semua orang dianggap sebagai satu-satunya cara mengurangi konflik di Timur Tengah.
Kejadian-kejadian lain adalah krisis nuklir Iran, krisis keuangan global, terpilihnya Barack Obama dan penyerbuan Israel atas Gaza. Jauh sebelumnya penyerbuan Amerika atas Afghanistan dan Irak telah menciptakan kondisi awal yang sempurna. Semuanya saling terkait dan menguatkan untuk menuju satu titik: penyerbuan Amerika-Israel ke Iran yang selanjutnya memicu terjadinya perang regional yang lebih besar melibatkan Iran-Palestina-Lebanon-Irak-Syria di satu pihak melawan Amerika-Israel dan sekutunya. Dalam tahap selanjutnya dengan keterlibatan Pakistan, Turki, Rusia dan Cina dan para mujahid Islam di pihak Iran, perang berubah menjadi perang global. Semuanya persis dengan ramalan yang dibuat Albert Pike.
Seperti permainan catur, langkah-langkah strategis telah dijalankan dan persiapan telah disiapkan. Meski tanpa publikasi, semuanya itu terus berlangsung. Sebagai contohnya adalah adanya informasi mengenai persiapan senjata dan amunisi yang telah berlangsung di Amerika dan Inggris. Informasi penting lainnya adalah adanya pertemuan para petinggi komando militer NATO di kawasan terpencil Adirondacks di sebelah utara New York, AS bulan Oktober 2008 lalu. Selain itu persiapan yang lebih terbuka --- mungkin dimaksudkan sebagai perang psikologi--- adalah latihan angkatan udara Israel di Laut Tengah akhir tahun lalu.
Namun lebih penting dari itu semua adalah "ramalan" Joe Biden sebelum dirinya bersama Barack Obama terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Amerika. Dalam sebuah kampanya tgl 19 Oktober 2008, Joe Biden meramalkan bahwa tidak sampai 6 bulan setelah dilantik, Barack Obama akan mendapatkan ujian berat berupa krisis internasional yang hebat.
"Catat kata-kata saya. Tidak sampai 6 bulan setelah pelantikan, dunia akan menguji Barack Obama sebagaimana dialami John Kennedy. Hati-hati! Kita akan menghadapi sebuah krisis internasional, krisis yang sengaja diciptakan untuk menguji mental Obama," kata Biden.
Perlu dicatat, Biden mengeluarkan ramalan ini bahkan sebelum Barack Obama memenangkan pemilihan umum di bulan November.
Jadi, mungkinkah Amerika-Israel akan menyerang Iran, paling lama bulan Juli tahun ini atau enam bulan setelah Barack Obama dilantik? Kita tunggu saja.
LOBI YAHUDI YANG SEMAKIN TELANJANG
Di
tengah-tengah meningkatnya sentimen anti-Yahudi di negara-negara barat
khususnya Amerika menyusul aksi biadab Israel di Gaza serta
terbongkarnya praktik-praktik keculasan orang-orang Yahudi di sektor
keuangan sebagaimana kasus Bernard Madoff, lobi Yahudi semakin
menampakkan kebusukannya.
Dua lembaga yahudi Amerika, AJC (American Jewish Committee) dan ADL (Anti Demafation League) kini gencar menekan pemerintah Amerika cq Kejaksaan Agung untuk menghentikan proses hukum kasus spionase yang dilakukan dua pejabat AIPAC (American-Israeli Public Affairs Committee, lembaga kajian yahudi di Amerika), Steve Rosen dan Keith Weissman. Sejak tahun 2005 kedua orang yahudi tersebut menjalani proses penyidikan kasus spionase karena melanggar UU Spionase dengan menyelundupkan dokumen-dokumen rahasia ke Israel.
"Tuduhan (kepada dua orang pejabat AIPAC) tersebut menciptakan efek yang tidak menyenangkan," kata Executive Director AJC David Harris dalam pernyataan resmi organisasinya minggu lalu. "Berdasarkan fakta-fakta yang telah diumumkan sejauh ini, kami berharap pemerintah mengkaji kembali kasus ini dan mempertimbangkan untuk tidak meneruskan kasus ini," tambahnya.
Kasus ini muncul ke permukaan sejak diberitakan oleh koran New York Times pada tahun 2004. Larry Franklin, seorang analis politik Timur Tengah di Defense Intelligence Agency, juga turut diperiksa karena turut membantu pencurian data rahasia berkaitan dengan kebijakan politik pemerintah Amerika atas Iran tersebut.
ADL baru-baru ini juga mengumumkan isi surat yang mereka kirimkan ke deputi Jaksa Agung September tahun lalu. Isi suratnya adalah mendesak kejaksaan agung untuk mengkaji kembali tuduhan dan penyidikan kasus tersebut.
"Kami mendukung pemerintah untuk melindungi keamanan informasi negara. Namun demikian tuduhan dalam kasus ini tidak diperlukan dalam kaitan perlindungan keamanan informasi negara," demikian salah satu bunyi surat tersebut.
Lembaga-lembaga yahudi di Amerika telah lama mendapat sorotan para analis karena perannya yang lebih membela kepentingan Israel daripada Amerika sendiri. Mereka secara membabi-buta membela orang-orang yahudi yang telah merugikan kepentingan Amerika sebagaimana dalam kasus Jonathan Pollard. Meski telah terbukti menjadi mata-mata Israel dan dijatuhi hukuman penjara, organisasi-organisasi yahudi tidak pernah jemu mendesak pemerintah Amerika untuk membebaskannya.
Dalam situasi sekarang ini dimana orang-orang yahudi tengah menjadi sorotan negatif karena perannya dalam praktik-praktik kotor bisnis keuangan yang mendorong terjadinya krisis keuangan global plus kekejian vulgar yang diperlihatkan Israel atas Gaza awal tahun ini, tingkah laku AJC dan ADL semakin menyulut sentimen anti-Yahudi.
"ADL telah nampak nyata menjadi salah satu pilar propaganda Israel di Amerika, sebagaimana dinyatakan sendiri oleh media massa Israel. Mereka melakukan kegiatan mata-mata, mengeluarkan daftar hitam, mengkompilasi file-file yang beredar yang dianggap mengkritik ataupun merugikan tindakan-tindakan Israel, dan lain-lain," tulis ilmuwan Noam Chomsky dalam bukunya Necessary Illusions.
"Apa-apa saja yang telah dilakukannya dimaksudkan untuk menghancurkan setiap sikap oposisi yang ditujukan kepada kebijakan politik Israel, termasuk penolakan mereka untuk mengikuti standar politik umum," tambah Chomsky.
Sementara itu AIPAC, lembaga lobi yahudi paling kuat di Amerika, juga banyak mencatat sejarah hitam di masa lalu. Sebagai contoh pada tahun 1992 ketua organisasi tersebut, David Steiner dikritik keras oleh masyarakat setelah membual tentang pengaruhnya terhadap kebijakan politik Amerika untuk lebih menguntungkan Israel. David dengan bangga membongkar lobi yang dilakukannya terhadap pemerintahan Presiden Bill Clinton atas penunjukan pejabat direktur National Security Agency.
"AIPAC secara de facto adalah agen pemerintahan asing (Israel) yang kesuksesannya tergantung pada kemampuannya memberikan "imbalan" terhadap kandidat politisi yang mendukung agenda mereka, dan menghukum mereka yang menentangnya," tulis profesor John Mearsheimer dari University of Chicago dan profesor Stephen Walt dari Harvard University dalam buku mereka yang terkenal: "The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy".
Mantan presiden President Jimmy Carter juga pernah mengeluarkan tuduhan bahwa AIPAC selalu melakukan tekanan kepada pejabat publik dan politisi untuk menjalankan agenda mereka.
Kepentingan yahudi di Amerika selama ini tertolong dengan sikap "tidak peduli" atau lebih tepatnya "kebodohan" rakyat Amerika sendiri. Sebagaimana ditulis Michael Moore dalam bukunya "Stupid White Men" sebanyak 40 juta warga Amerika masih buta hurup dan 100 juta lainnya tidak pernah membaca berita di media massa. Mereka lebih mengerti gambar tatoo di tubuh Britney Spears dan cemilan kesukaan Oprah Wimfrey daripada nama para pejabat publik mereka sendiri. Bahkan saking na'if-nya mereka menyangka orang-orang Yahudi beragama Islam.
Namun bagimana pun kebusukan tidak dapat disembunyikan selamanya. Kini fenomena anti yahudi di Amerika sudah mulai terasa meski tidak sebesar di Eropa.
Dua lembaga yahudi Amerika, AJC (American Jewish Committee) dan ADL (Anti Demafation League) kini gencar menekan pemerintah Amerika cq Kejaksaan Agung untuk menghentikan proses hukum kasus spionase yang dilakukan dua pejabat AIPAC (American-Israeli Public Affairs Committee, lembaga kajian yahudi di Amerika), Steve Rosen dan Keith Weissman. Sejak tahun 2005 kedua orang yahudi tersebut menjalani proses penyidikan kasus spionase karena melanggar UU Spionase dengan menyelundupkan dokumen-dokumen rahasia ke Israel.
"Tuduhan (kepada dua orang pejabat AIPAC) tersebut menciptakan efek yang tidak menyenangkan," kata Executive Director AJC David Harris dalam pernyataan resmi organisasinya minggu lalu. "Berdasarkan fakta-fakta yang telah diumumkan sejauh ini, kami berharap pemerintah mengkaji kembali kasus ini dan mempertimbangkan untuk tidak meneruskan kasus ini," tambahnya.
Kasus ini muncul ke permukaan sejak diberitakan oleh koran New York Times pada tahun 2004. Larry Franklin, seorang analis politik Timur Tengah di Defense Intelligence Agency, juga turut diperiksa karena turut membantu pencurian data rahasia berkaitan dengan kebijakan politik pemerintah Amerika atas Iran tersebut.
ADL baru-baru ini juga mengumumkan isi surat yang mereka kirimkan ke deputi Jaksa Agung September tahun lalu. Isi suratnya adalah mendesak kejaksaan agung untuk mengkaji kembali tuduhan dan penyidikan kasus tersebut.
"Kami mendukung pemerintah untuk melindungi keamanan informasi negara. Namun demikian tuduhan dalam kasus ini tidak diperlukan dalam kaitan perlindungan keamanan informasi negara," demikian salah satu bunyi surat tersebut.
Lembaga-lembaga yahudi di Amerika telah lama mendapat sorotan para analis karena perannya yang lebih membela kepentingan Israel daripada Amerika sendiri. Mereka secara membabi-buta membela orang-orang yahudi yang telah merugikan kepentingan Amerika sebagaimana dalam kasus Jonathan Pollard. Meski telah terbukti menjadi mata-mata Israel dan dijatuhi hukuman penjara, organisasi-organisasi yahudi tidak pernah jemu mendesak pemerintah Amerika untuk membebaskannya.
Dalam situasi sekarang ini dimana orang-orang yahudi tengah menjadi sorotan negatif karena perannya dalam praktik-praktik kotor bisnis keuangan yang mendorong terjadinya krisis keuangan global plus kekejian vulgar yang diperlihatkan Israel atas Gaza awal tahun ini, tingkah laku AJC dan ADL semakin menyulut sentimen anti-Yahudi.
"ADL telah nampak nyata menjadi salah satu pilar propaganda Israel di Amerika, sebagaimana dinyatakan sendiri oleh media massa Israel. Mereka melakukan kegiatan mata-mata, mengeluarkan daftar hitam, mengkompilasi file-file yang beredar yang dianggap mengkritik ataupun merugikan tindakan-tindakan Israel, dan lain-lain," tulis ilmuwan Noam Chomsky dalam bukunya Necessary Illusions.
"Apa-apa saja yang telah dilakukannya dimaksudkan untuk menghancurkan setiap sikap oposisi yang ditujukan kepada kebijakan politik Israel, termasuk penolakan mereka untuk mengikuti standar politik umum," tambah Chomsky.
Sementara itu AIPAC, lembaga lobi yahudi paling kuat di Amerika, juga banyak mencatat sejarah hitam di masa lalu. Sebagai contoh pada tahun 1992 ketua organisasi tersebut, David Steiner dikritik keras oleh masyarakat setelah membual tentang pengaruhnya terhadap kebijakan politik Amerika untuk lebih menguntungkan Israel. David dengan bangga membongkar lobi yang dilakukannya terhadap pemerintahan Presiden Bill Clinton atas penunjukan pejabat direktur National Security Agency.
"AIPAC secara de facto adalah agen pemerintahan asing (Israel) yang kesuksesannya tergantung pada kemampuannya memberikan "imbalan" terhadap kandidat politisi yang mendukung agenda mereka, dan menghukum mereka yang menentangnya," tulis profesor John Mearsheimer dari University of Chicago dan profesor Stephen Walt dari Harvard University dalam buku mereka yang terkenal: "The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy".
Mantan presiden President Jimmy Carter juga pernah mengeluarkan tuduhan bahwa AIPAC selalu melakukan tekanan kepada pejabat publik dan politisi untuk menjalankan agenda mereka.
Kepentingan yahudi di Amerika selama ini tertolong dengan sikap "tidak peduli" atau lebih tepatnya "kebodohan" rakyat Amerika sendiri. Sebagaimana ditulis Michael Moore dalam bukunya "Stupid White Men" sebanyak 40 juta warga Amerika masih buta hurup dan 100 juta lainnya tidak pernah membaca berita di media massa. Mereka lebih mengerti gambar tatoo di tubuh Britney Spears dan cemilan kesukaan Oprah Wimfrey daripada nama para pejabat publik mereka sendiri. Bahkan saking na'if-nya mereka menyangka orang-orang Yahudi beragama Islam.
Namun bagimana pun kebusukan tidak dapat disembunyikan selamanya. Kini fenomena anti yahudi di Amerika sudah mulai terasa meski tidak sebesar di Eropa.
PENINDASAN KAUM SHIAH DI SAUDI
http://cahyono-adi.blogspot.com/2009_03_01_archive.html#.UcmYKlIxVkh
Pada waktu pasukan Israel meluluhlantakkan Gaza awal tahun ini, seluruh warga Saudi Arabia yang dikuasai oleh rezim sunni-wahhabi (rejim yang telah menghan-curkan situs-situs sejarah penting ummat Islam, termasuk rumah Rosulullah) diam seribu bahasa. Namun tidak bagi warga kota Al-Qatif yang mayoritas beraliran Shiah. Mereka melakukan aksi demonstrasi menentang kekejian Israel.
Aksi simpatik warga shiah Al Qatif menunjukkan betapa besar perbedaan antara warga shiah Saudi dengan mayoritas sunni tetangganya. Dan kini perbedaan ini telah berbuah menjadi aksi kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Saudi terhadap penduduk shiah di negeri tersebut.
Pengikut shiah di Arab Saudi merupakan minoritas dengan prosentase sekitar 15-20%. Kebanyakan mereka tinggal di bagian timur yang kaya minyak. Berbeda dengan perlakuan penguasa shiah Iran, misalnya, yang memberikan hak-hak penuh kepada warga minoritas sunni, kristen bahkan yahudi yang diangap sebagai "kafir dhimmi", warga shiah Saudi sama sekali tidak memiliki keterwakilan di pemerintahan maupun di parlemen.
Laporan International Crisis Group (ICG) tahun 2005 bisa menjadi informasi penting seputar perlakukan regim Saudi terhadap warga shiah. Dalam laporan yang berjudul "The Shiite Question in Saudi Arabia” disebutkan bahwa sejak berdirinya kerajaan Saudi tahun 1932, “… warga minoritas shiah telah mengalami diskriminasi dan perlakuan sentimen." Disebutkan bahwa warga shiah sama sekali tidak terwakili di semua lembaga negara, termasuk sebagai aparat negara seperti guru, hakim, jaksa, politi maupun personil militer.
Tidak hanya itu, kaum shiah juga dibatasi dalam hal ibadah. Setiap anak sekolah shiah harus bersedia diberi label "bid'ah" atau "kafir" di lembar ijasahnya agar bisa lulus sekolah.
Adapun aksi kekerasan fisik regim Saudi terhadap orang shiah sebenarnya terlalu sering terjadi. Setidaknya setiap tahun pada saat ibadah haji, aparat keamanan Saudi selalu memperlakukan orang-orang shiah yang tengah beribadah, dengan kekerasan. Mereka tidak segan-segan memukuli orang-orang shiah yang melakukan ibadah tidak sesuai dengan keyakinan wahabi. Dan kekerasan seperti itu juga terjadi akhir Februari lalu terhadap para peziarah shiah yang tengah melakukan ibadah umroh di Madinah. Namun kali ini aksi kekerasan aparat keamanan Saudi lebih massif lagi hingga para wanita pun tidak luput dari perlakuan keras mereka.
Perlakuan tersebut kemudian menyebar ke kota-kota shiah seperti Al Qatif dan Al Awamiya. Aksi kekerasan tersebut, mungkin ditambah aksi diamnya pemerintah Saudi atas kekejian regim Israel atas warga Palestina belum lama ini, membuat para pemuka shiah setempat meradang.
"Harga diri kita lebih utama daripada persatuan negeri ini. Jika kita tidak bisa lagi mendapatkan harga diri kita di sini, maka kita mungkin akan mempertimbangkan untuk memisahkan diri dari negeri ini," kata Sheikh Nimr Baqir Al-Nimr, tokoh shiah Saudi dari Al-Awamiya dalam satu khotbah sholat Jum'at.
Alih-alih mencegah ketegangan semakin meruncing, penguasa Saudi justru memerintahkan penangkapan terhadap Sheikh Nimr Baqir Al-Nimr yang kini menjadi buronan. Dan aksi kekerasan pemerintah di wilayah shiah pun semakin meningkat. Warga shiah hanya bisa melawan dengan aksi-aksi demonstrasi.
Meski disembunyikan oleh media-media utama Arab, media-media massa independen dan situs-situs internet independen seperti Rasid.com, Moltaqaa.com, dan Saudi Information Agency, gencar memberitakan aksi-aksi tersebut. Berbagai aksi penangkapan pun dilakukan pemerintah, termasuk terhadap anak-anak dan warga asing. Pada tgl 25 Maret lalu misalnya, pasukan keamanan Saudi menyerbu Al Awamiya yang berpenduduk 45.000 orang, mematikan aliran listrik untuk ketiga kalinya dalam 10 hari.
Sekali lagi regim wahhabi Saudi telah menunjukkan praktik-praktik biadab di dunia modern setelah penghancuran situs-situs sejarah Islam. Mereka lah yang menjadi patron dari beberapa gerakan Islam yang mengaku sebagai ahlul sunnah wal jama'ah, atau juga orang-orang yang mengaku sebagai kaum salafi. Kebencian mereka kepada sesama Islam yang berbeda pandangan lebih besar daripada kebencian mereka terhadap orang kafir. Mereka diam seribu bahasa atas aksi kekejian Israel di Lebanon dan Gaza, namun mulut mereka tidak berhenti mengutuk orang-orang Islam lain hanya karena berbeda pandangan soal hal-hal sepele seperti wudhu. Mereka menyerukan kepatuhan total kepada pemimpin meski dhalim sekalipun, namun rela mendirikan kekuasaan melalui pemberontakan kepada khilafah Islam Turki dengan bantuan orang-orang kafir Inggris dan Yahudi.
Insya Allah saya akan menulis kaitan antara regim wahabi Saudi dengan kaum Yahudi dalam satu posting yang akan datang.
Keterangan gambar: Kemesraan antara raja Saudi dan George W. Bush. Menjadi jawaban mengapa Saudi Arabia diam seribu bahasa menyaksikan kekejian Israel atas Palestina dan kebencian mereka kepada Shiah
Pada waktu pasukan Israel meluluhlantakkan Gaza awal tahun ini, seluruh warga Saudi Arabia yang dikuasai oleh rezim sunni-wahhabi (rejim yang telah menghan-curkan situs-situs sejarah penting ummat Islam, termasuk rumah Rosulullah) diam seribu bahasa. Namun tidak bagi warga kota Al-Qatif yang mayoritas beraliran Shiah. Mereka melakukan aksi demonstrasi menentang kekejian Israel.
Aksi simpatik warga shiah Al Qatif menunjukkan betapa besar perbedaan antara warga shiah Saudi dengan mayoritas sunni tetangganya. Dan kini perbedaan ini telah berbuah menjadi aksi kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Saudi terhadap penduduk shiah di negeri tersebut.
Pengikut shiah di Arab Saudi merupakan minoritas dengan prosentase sekitar 15-20%. Kebanyakan mereka tinggal di bagian timur yang kaya minyak. Berbeda dengan perlakuan penguasa shiah Iran, misalnya, yang memberikan hak-hak penuh kepada warga minoritas sunni, kristen bahkan yahudi yang diangap sebagai "kafir dhimmi", warga shiah Saudi sama sekali tidak memiliki keterwakilan di pemerintahan maupun di parlemen.
Laporan International Crisis Group (ICG) tahun 2005 bisa menjadi informasi penting seputar perlakukan regim Saudi terhadap warga shiah. Dalam laporan yang berjudul "The Shiite Question in Saudi Arabia” disebutkan bahwa sejak berdirinya kerajaan Saudi tahun 1932, “… warga minoritas shiah telah mengalami diskriminasi dan perlakuan sentimen." Disebutkan bahwa warga shiah sama sekali tidak terwakili di semua lembaga negara, termasuk sebagai aparat negara seperti guru, hakim, jaksa, politi maupun personil militer.
Tidak hanya itu, kaum shiah juga dibatasi dalam hal ibadah. Setiap anak sekolah shiah harus bersedia diberi label "bid'ah" atau "kafir" di lembar ijasahnya agar bisa lulus sekolah.
Adapun aksi kekerasan fisik regim Saudi terhadap orang shiah sebenarnya terlalu sering terjadi. Setidaknya setiap tahun pada saat ibadah haji, aparat keamanan Saudi selalu memperlakukan orang-orang shiah yang tengah beribadah, dengan kekerasan. Mereka tidak segan-segan memukuli orang-orang shiah yang melakukan ibadah tidak sesuai dengan keyakinan wahabi. Dan kekerasan seperti itu juga terjadi akhir Februari lalu terhadap para peziarah shiah yang tengah melakukan ibadah umroh di Madinah. Namun kali ini aksi kekerasan aparat keamanan Saudi lebih massif lagi hingga para wanita pun tidak luput dari perlakuan keras mereka.
Perlakuan tersebut kemudian menyebar ke kota-kota shiah seperti Al Qatif dan Al Awamiya. Aksi kekerasan tersebut, mungkin ditambah aksi diamnya pemerintah Saudi atas kekejian regim Israel atas warga Palestina belum lama ini, membuat para pemuka shiah setempat meradang.
"Harga diri kita lebih utama daripada persatuan negeri ini. Jika kita tidak bisa lagi mendapatkan harga diri kita di sini, maka kita mungkin akan mempertimbangkan untuk memisahkan diri dari negeri ini," kata Sheikh Nimr Baqir Al-Nimr, tokoh shiah Saudi dari Al-Awamiya dalam satu khotbah sholat Jum'at.
Alih-alih mencegah ketegangan semakin meruncing, penguasa Saudi justru memerintahkan penangkapan terhadap Sheikh Nimr Baqir Al-Nimr yang kini menjadi buronan. Dan aksi kekerasan pemerintah di wilayah shiah pun semakin meningkat. Warga shiah hanya bisa melawan dengan aksi-aksi demonstrasi.
Meski disembunyikan oleh media-media utama Arab, media-media massa independen dan situs-situs internet independen seperti Rasid.com, Moltaqaa.com, dan Saudi Information Agency, gencar memberitakan aksi-aksi tersebut. Berbagai aksi penangkapan pun dilakukan pemerintah, termasuk terhadap anak-anak dan warga asing. Pada tgl 25 Maret lalu misalnya, pasukan keamanan Saudi menyerbu Al Awamiya yang berpenduduk 45.000 orang, mematikan aliran listrik untuk ketiga kalinya dalam 10 hari.
Sekali lagi regim wahhabi Saudi telah menunjukkan praktik-praktik biadab di dunia modern setelah penghancuran situs-situs sejarah Islam. Mereka lah yang menjadi patron dari beberapa gerakan Islam yang mengaku sebagai ahlul sunnah wal jama'ah, atau juga orang-orang yang mengaku sebagai kaum salafi. Kebencian mereka kepada sesama Islam yang berbeda pandangan lebih besar daripada kebencian mereka terhadap orang kafir. Mereka diam seribu bahasa atas aksi kekejian Israel di Lebanon dan Gaza, namun mulut mereka tidak berhenti mengutuk orang-orang Islam lain hanya karena berbeda pandangan soal hal-hal sepele seperti wudhu. Mereka menyerukan kepatuhan total kepada pemimpin meski dhalim sekalipun, namun rela mendirikan kekuasaan melalui pemberontakan kepada khilafah Islam Turki dengan bantuan orang-orang kafir Inggris dan Yahudi.
Insya Allah saya akan menulis kaitan antara regim wahabi Saudi dengan kaum Yahudi dalam satu posting yang akan datang.
Keterangan gambar: Kemesraan antara raja Saudi dan George W. Bush. Menjadi jawaban mengapa Saudi Arabia diam seribu bahasa menyaksikan kekejian Israel atas Palestina dan kebencian mereka kepada Shiah
It is a well-known fact that Illuminati consist of Multi Millionaires,
BalasHapusBillionaires who have major influence regarding most global affairs,
including the planning of a New World Order. Many world leaders,
Presidents, Prime Ministers, royalty and senior executives of major Fortune
500 companies are members of Illuminati. join a secret cabal of mysterious
forces and become rich with boundless measures of wealth in your company or
any given business, the great Illuminati can make everything possible just
contact : join666cult@gmail.com or WhatsApp +1(646)481-0376 EL
IAI LEXION Thaddeus Iam Vice-President of Citizen Outreach THE ILLUMINATI
ORGANIZATION
Do not hesitate to contact us by WhatsApp.
Whatsapp: +1(646)481-0376
Email : join666cult@gmail.com
BEWARE OF SCAMMERS, THERE IS NO SUCH THING AS REGISTRATION FEE AND YOU MUST
BE ABOVE THE AGE OF 18YRS.
THANKS...