IRAK PERANGI PLOT ZIONIS-TERORIS (2)
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/06/irak-perangi-plot-zionis-teroris-2_3.html#more
Al Jazeera dan Al Arabiya serta media-media terafiliasi
zionis termasuk media-media massa di Indonesia terus-menerus menyerukan
bahwa seluruh orang Sunni di Irak mendukung agenda tuntutan kaum Sunni
Irak seperti pengunduran diri Nuri al Maliki. Mungkin awalnya klaim
tersebut beralasan. Namun seiring berjalannya waktu, kaum Sunni Irak
menyadari agenda buruk di balik aksi-aksi anti pemerintah. Selain
pengunduran pemerintahan yang dipilih secara demokratis yang mengancam
kestabilan politik, oposisi Irak juga mengajukan tuntutan-tuntutan tidak
rasional lainnya seperti pencabutan undang-undang anti-teroris dan
pembebasan para tersangka teroris. Maka pelan namun pasti aksi-aksi
demonstrasi anti-pemerintah telah ditinggalkan pendukungnya dan sebagai
gantinya kelompok-kelompok teroris pun melakukan aksinya.
Fakta yang terjadi saat ini adalah sebagian besar kaum Sunni Irak telah menjadi pendukung pemerintah. Sebagai contoh adalah pemuka Sunni di Provinsi Anbar, Sheikh Hamid al-Hayes. Ia adalah wakil ketua kelompok Awakening Council yang dibentuk tahun 2006 untuk melawan Al Qaida di Iraq. Kelompok ini selanjutnya diambil alih oleh saudara sang pendiri Abdul Sattar Abu Risha yang tewas akibat serangan bom di Ramadi tahun 2007. Oleh sang pemimpin yang baru, Sheikh Ahmed Abu Risha, Awakening Council berubah menjadi kelompok ekstremis, mengakibatkan Hayes dan pendiri lainnya Wisam al-Hardan, memisahkan diri.
Hayes membentuk kelompok politik baru dan bergabung dengan koalisi pemerintahan Nour Maliki. Saudara Hayes, Muhammed al-Hayes, kini memimpin lebih dari 3.000 milisi bersenjata Sunni di Ramadi yang diberi nama "Milisi Putra-putra Irak" yang bekerja di bawah komando pemerintah. Sementara itu Hardan juga membentuk kelompok politik lainnya bernama Iraqi Awakening yang juga menjadi pendukung pemerintah.
Di sisi lain para pemimpin oposisi Irak, sebagaimana Sheikh Ahmed Abu Risha justru berubah orientasi menjadi aktifis ekstremisme. Di antara mereka adalah Iyad Allawi, seorang politisi senior sejak jaman Saddam Hussein yang dikenal sebagai agen CIA agent. Ia juga memiliki hubungan dekat dengan Saudi dan Turki. Allawi, seorang Shiah berpandangan sekuler memimpin kelompok oposisi bernama al-Iraqiya List, baru-baru ini menyatakan bahwa aksi-aksi kekerasan tidak akan berhenti sebelum Maliki mundur dari kekuasaan.
Menanggapi situasi ini Perdana Menteri Nour Maliki mengatakan, "Beberapa politisi bertanggungjawab atas eskalasi kerusuhan sektarian karena pernyataan-pernyataan, seruan-seruan dan sikap sektarianisme mereka. Sedangkan orang-orang awam terpengaruh dan mengangkat senjata untuk berperang."
"Pidato-pidato sektarian yang dilakukan di tengah-tengah aksi demonstrasi memberi alasan para ekstremis untuk melakukan pembunuhan," tambahnya.
KEMENANGAN POLITIK MALIKI
Serangan-serangan teror mengalami peningkatan tajam seusai dilaksanakannya pemilu legislatif di 12 provinsi mengindikasikan adanya motif politik di balik aksi-aksi tersebut.
Fakta yang terjadi saat ini adalah sebagian besar kaum Sunni Irak telah menjadi pendukung pemerintah. Sebagai contoh adalah pemuka Sunni di Provinsi Anbar, Sheikh Hamid al-Hayes. Ia adalah wakil ketua kelompok Awakening Council yang dibentuk tahun 2006 untuk melawan Al Qaida di Iraq. Kelompok ini selanjutnya diambil alih oleh saudara sang pendiri Abdul Sattar Abu Risha yang tewas akibat serangan bom di Ramadi tahun 2007. Oleh sang pemimpin yang baru, Sheikh Ahmed Abu Risha, Awakening Council berubah menjadi kelompok ekstremis, mengakibatkan Hayes dan pendiri lainnya Wisam al-Hardan, memisahkan diri.
Hayes membentuk kelompok politik baru dan bergabung dengan koalisi pemerintahan Nour Maliki. Saudara Hayes, Muhammed al-Hayes, kini memimpin lebih dari 3.000 milisi bersenjata Sunni di Ramadi yang diberi nama "Milisi Putra-putra Irak" yang bekerja di bawah komando pemerintah. Sementara itu Hardan juga membentuk kelompok politik lainnya bernama Iraqi Awakening yang juga menjadi pendukung pemerintah.
Di sisi lain para pemimpin oposisi Irak, sebagaimana Sheikh Ahmed Abu Risha justru berubah orientasi menjadi aktifis ekstremisme. Di antara mereka adalah Iyad Allawi, seorang politisi senior sejak jaman Saddam Hussein yang dikenal sebagai agen CIA agent. Ia juga memiliki hubungan dekat dengan Saudi dan Turki. Allawi, seorang Shiah berpandangan sekuler memimpin kelompok oposisi bernama al-Iraqiya List, baru-baru ini menyatakan bahwa aksi-aksi kekerasan tidak akan berhenti sebelum Maliki mundur dari kekuasaan.
Menanggapi situasi ini Perdana Menteri Nour Maliki mengatakan, "Beberapa politisi bertanggungjawab atas eskalasi kerusuhan sektarian karena pernyataan-pernyataan, seruan-seruan dan sikap sektarianisme mereka. Sedangkan orang-orang awam terpengaruh dan mengangkat senjata untuk berperang."
"Pidato-pidato sektarian yang dilakukan di tengah-tengah aksi demonstrasi memberi alasan para ekstremis untuk melakukan pembunuhan," tambahnya.
KEMENANGAN POLITIK MALIKI
Serangan-serangan teror mengalami peningkatan tajam seusai dilaksanakannya pemilu legislatif di 12 provinsi mengindikasikan adanya motif politik di balik aksi-aksi tersebut.
Secara meyakinkan koalisi yang dipimpin Nour Maliki,
yaitu koalisi "Negara Hukum", berhasil meraih kemenangan cukup
gemilang, yaitu menang mutlak di 7 provinsi. Di provinsi Baghdad
misalnya, Maliki meraih 20 kursi dari 58 kursi yang tersedia, disusul
oleh sekutu Maliki Partai Al Ahrar yang meraih 11 kursi.
Partai terakhir
ini dipimpin oleh ulama mudah Shiah yang dikenal sangat anti-Amerika,
yaitu Muqtada al Sadr. Partai Shiah lain yang menjadi sekutu Maliki,
Supreme Iraqi Islamic Council juga mendapatkan hasil cukup baik dengan
menguasai mayoritas di Provinsi Wasit. Sementara Al Ahrar meraih
kemenangan mayoritas di Provinsi Maysan.
Hasil buruk justru diterima kubu Iraqiya List yang kehilangan banyak kursi di seluruh provinsi dan hanya bisa meraih kurang dari 3 kursi di seluruh provinisi. Padahal dalam pemilu tahun 2010, Iraqiya List menjadi pemenang dengan selisih 2 suara lebih tinggi dibandingkan kubu Nour Maliki. Namun karena Maliki bisa meraih dukungan koalisi lebih banyak, ialah yang berhak menjadi perdana menteri.
Sejak kegagalan tahun 2010, Iraqiya List menjadi terpecah-belah. Beberapa pemimpinnya seperti al-Nujaifi dan deputi perdana menteri Saleh al-Mutlaq meninggalkan partai dan membentuk partai baru. Di sisi lain, rakyat Irak yang semakin sadar dengan adanya konspirasi asing atas Irak, semakin menjauhkan diri dari Iraqiya List.
Dalam kondisi internal yang semakin lemah, mayoritas rakyat yang mendukung pemerintah, serta letak geografis yang tidak mendukung dilakukannya pemberontakan (Irak diapit oleh Syria dan Iran, 2 negara yang sangat anti zionis) kita akan menyaksikan dalam waktu dekat ini janji Nour Maliki menghancurkan kekuatan para teroris.
Hasil buruk justru diterima kubu Iraqiya List yang kehilangan banyak kursi di seluruh provinsi dan hanya bisa meraih kurang dari 3 kursi di seluruh provinisi. Padahal dalam pemilu tahun 2010, Iraqiya List menjadi pemenang dengan selisih 2 suara lebih tinggi dibandingkan kubu Nour Maliki. Namun karena Maliki bisa meraih dukungan koalisi lebih banyak, ialah yang berhak menjadi perdana menteri.
Sejak kegagalan tahun 2010, Iraqiya List menjadi terpecah-belah. Beberapa pemimpinnya seperti al-Nujaifi dan deputi perdana menteri Saleh al-Mutlaq meninggalkan partai dan membentuk partai baru. Di sisi lain, rakyat Irak yang semakin sadar dengan adanya konspirasi asing atas Irak, semakin menjauhkan diri dari Iraqiya List.
Dalam kondisi internal yang semakin lemah, mayoritas rakyat yang mendukung pemerintah, serta letak geografis yang tidak mendukung dilakukannya pemberontakan (Irak diapit oleh Syria dan Iran, 2 negara yang sangat anti zionis) kita akan menyaksikan dalam waktu dekat ini janji Nour Maliki menghancurkan kekuatan para teroris.
REF:
"Iraq to Hunt down Terrorists behind Deadly Attacks"; almanar.com.lb; 29 Mei 2013
"Sectarian, terrorist plots fail in Iraq"; Yusuf Fernandez; Press TV; 25 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar