http://www.hidayatullah.com/read/21156/14/02/2012/hidayatullah.com
Selasa, 14 Februari 2012
Hidayatullah.com--
Puluhan
aktivis feminis dan LGBT (lesbian, homoseksual, bisexual, transgender),
akan menggelar aksi “Indonesia Tanpa FPI” Selasa, 14 Februari 2012,
pukul 16.00 WIB sore ini di Bundaran Hotel Indonesia.
Aksi unjuk rasa ini terinspirasi aksi masyarakat Kalimantan Tengah
yang menolak Front Pembela Islam (FPI) pada Sabtu, 11 Februari 2012.
Dalam aksinya, para aktivis menyajikan petisi masyarakat yang akan diserahkan kepada pejabat negara. Intinya, mereka menolak segala bentuk penggunaan kekerasan yang biasa dilakukan oleh FPI dalam penyelesaian kasus.
Kepala
Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, menyatakan
jajarannya siap mengamankan acara tersebut. Meski, kata Rikwanto,
pihaknya belum mendapat pemberitahuan resmi dari penyelenggara aksi.
“Kalau Kalimantan saja bisa kenapa Jakarta tidak melakukan," kata Tunggal Pawestri, juru bicara gerakan, seperti dikampanyekan di akun twitter-nya #IndonesiaTanpaFPI, hari ini (12/02/2012).
Menurut
Tunggal, fokus dari Gerakan Indonesia Tanpa FPI adalah menolak segala
bentuk penggunaan kekerasan yang biasa dilakukan oleh FPI dalam
penyelesaian kasus.
Sebelumnya, para aktivis ini sudah
berkonsolidasi yang digelar di Cikini Jakarta. Selain dari aktivis
feminis dan LGBT, para aktivis yang akan beraksi dari berbagai latar
belakang organisasi baik LSM dan buruh.
"Aksi akan dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia Pukul 16.00," ujar Tunggal.
"Aksi akan dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia Pukul 16.00," ujar Tunggal.
Tampak hadir dalam pertemuan itu peneliti ekonomi politik dan mantan dosen Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga, George Junus Aditjondro. Mantan penulis buku "Gurita dari Cikeas" ini pernah "diusir" dari Yogyakarta karena dinilai melecehkan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Hari Senin, Tunggal juga sempat mengatakan, bahwa aksi FPI dan sejenisnya adalah aksi preman.
“Aksi ini diadakan untuk menawarkan kontra-opini. Bahwa FPI dan organisasi massa lainnya yang sering menggunakan kekerasan adalah preman," ujarnya dikutip thejakartaglobe.com, Senin, (13/02/2012).
Tunggal Pawestri adalah aktivis perempuan dan anggota klub Feminist Queer, sebuah gerakan feminis radikal dan dikenal pembela kaum lesbian, homoseksual dan transgender.*
Foto: ilustrasi dari thejakartapost.com
Red: Cholis Akbar
SEORANG "BENCONG" MENDOMINASI OLAHRAGA GULAT PROFESIONAL WANITA
(PARA FEMINIS TUTUP MULUT)
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/06/seorang-bencong-mendominasi-olahraga.html#.UbkmT1IxVkg
Ini adalah skandal terbesar bagi gerakan feminisme dan emansipasi wanita di dunia. Namun para aktifis tutup mulut, karena mereka hanya "pekerja" untuk kepentingan "penguasa dunia di belakang layar".
Seorang laki-laki bernama Fallon Fox yang tumbuh normal dengan segala kekuatan fisiknya hingga umur 31 tahun, tiba-tiba memutuskan untuk mengubah jenis kelaminnya. Dengan perubahan tersebut kemudian ia mendominasi kejuaraan pertarungan bebas profesional wanita Ultimate Fighting Championship (UFC).
Sampai saat ini Fallon telah bertanding sebanyak 7 kali. Hanya seorang lawan yang mampu bertahan hingga ronde pertama berakhir. Secara fisik Fox adalah seorang laki-laki yang dibayar untuk menghajar para wanita. Namun para aktifis perempuan tutup mulut atas hal itu.
Beberapa pegulat profesional wanita, termasuk juara kelas bantam UFC Ronda Rousey, bakal lawan Fallon Miesha Tate, serta korban terakhir Fallon Alanna Jones, telah menyuarakan keberatan mereka atas keterlibatan seorang transgender dalam olahraga wanita. Demikian pula pegulat UFC Matt Mitrione. Namun suara-suara tersebut seolah tak berarti apapun. Sementara para aktifis perempuan tutup mulut atas sesuatu yang seharusnya akan membuat mereka berteriak-teriak kesetanan.
Fallon Fox sendiri hanya satu "korban" dari agenda elit global mengacak-acak tatanan dunia dengan tatanan dunia baru yang didominasi oleh kekuatan penyembah dajjal. Sesekali ditunjukkannya dengan memakai pakaian bergambar dewa bamophet (dewa berbentuk manusia berkepala binatang bertanduk dan mengacung-acungkan simbol "metal").
Dengan pengaruhnya, elit global mampu membuat komisi pertandingan UFC mengijinkan Fallon bertanding sebagai wanita dan melarang para pegulat UFC mengeluarkan komentar apapun tentang Fallon. Sementara media massa mengabaikan fakta kekejian yang dilakukannya di arena pertandingan dan justru menonjolkan sisi kemanusiaan pada dirinya serta mengkritik mereka yang berpandangan negatif atas hal tersebut.
Lebih jauh para aktifis wanita (feminis) justru membela "hak" Fallon Fox untuk berubah kelamin daripada mengecam tindakannya menghancurkan para wanita di arena gulat.
OLAHRAGA DAN AGENDA ELIT GLOBAL
Roy Hibbert, seorang pemain basket NBA dari klub Indiana Pacers baru-baru ini dihukum denda senilai lebih dari Rp 700 juta. Kesalahannya sederhana saja dan iapun sebenarnya telah meminta ma'af sebelumnya. Ia mengatakan pada lawan mainnya, "no homo", sesuatu yang sering dikatakan anak-anak muda Amerika.
Namun NBA dan asosiasi-asosiasi olahraga profesional Amerika telah dikenal sebagai "pembela hak-hak homoseksual" yang gigih.
Baru-baru ini Carlos Arredondo, "koboi pahlawan" dalam peristiwa Pemboman Boston dan Jeff Bauman, "korban" Pemboman Boston hadir sebagai undangan khusus dalam "event" Boston Redsox and Boston Bruins Games. Para wartawan independen telah membuktikan bahwa keduanya adalah aktor dalam peristiwa operasi inteligen "false flag" pada marathon Boston. Kehadiran keduanya membuktikan bahwa olahraga profesional telah menjadi sarana agenda jahat elit global.
Masih ingat acara Piala Eropa tahun 2012 di Polandia? Semua anggota tim diwajibkan mengadakan ziarah ke kamp konsentrasi Auswitch yang menjadi "tampat suci" bagi proyek holocoust para zionis.
Ini adalah skandal terbesar bagi gerakan feminisme dan emansipasi wanita di dunia. Namun para aktifis tutup mulut, karena mereka hanya "pekerja" untuk kepentingan "penguasa dunia di belakang layar".
Seorang laki-laki bernama Fallon Fox yang tumbuh normal dengan segala kekuatan fisiknya hingga umur 31 tahun, tiba-tiba memutuskan untuk mengubah jenis kelaminnya. Dengan perubahan tersebut kemudian ia mendominasi kejuaraan pertarungan bebas profesional wanita Ultimate Fighting Championship (UFC).
Sampai saat ini Fallon telah bertanding sebanyak 7 kali. Hanya seorang lawan yang mampu bertahan hingga ronde pertama berakhir. Secara fisik Fox adalah seorang laki-laki yang dibayar untuk menghajar para wanita. Namun para aktifis perempuan tutup mulut atas hal itu.
Beberapa pegulat profesional wanita, termasuk juara kelas bantam UFC Ronda Rousey, bakal lawan Fallon Miesha Tate, serta korban terakhir Fallon Alanna Jones, telah menyuarakan keberatan mereka atas keterlibatan seorang transgender dalam olahraga wanita. Demikian pula pegulat UFC Matt Mitrione. Namun suara-suara tersebut seolah tak berarti apapun. Sementara para aktifis perempuan tutup mulut atas sesuatu yang seharusnya akan membuat mereka berteriak-teriak kesetanan.
Fallon Fox sendiri hanya satu "korban" dari agenda elit global mengacak-acak tatanan dunia dengan tatanan dunia baru yang didominasi oleh kekuatan penyembah dajjal. Sesekali ditunjukkannya dengan memakai pakaian bergambar dewa bamophet (dewa berbentuk manusia berkepala binatang bertanduk dan mengacung-acungkan simbol "metal").
Dengan pengaruhnya, elit global mampu membuat komisi pertandingan UFC mengijinkan Fallon bertanding sebagai wanita dan melarang para pegulat UFC mengeluarkan komentar apapun tentang Fallon. Sementara media massa mengabaikan fakta kekejian yang dilakukannya di arena pertandingan dan justru menonjolkan sisi kemanusiaan pada dirinya serta mengkritik mereka yang berpandangan negatif atas hal tersebut.
Lebih jauh para aktifis wanita (feminis) justru membela "hak" Fallon Fox untuk berubah kelamin daripada mengecam tindakannya menghancurkan para wanita di arena gulat.
OLAHRAGA DAN AGENDA ELIT GLOBAL
Roy Hibbert, seorang pemain basket NBA dari klub Indiana Pacers baru-baru ini dihukum denda senilai lebih dari Rp 700 juta. Kesalahannya sederhana saja dan iapun sebenarnya telah meminta ma'af sebelumnya. Ia mengatakan pada lawan mainnya, "no homo", sesuatu yang sering dikatakan anak-anak muda Amerika.
Namun NBA dan asosiasi-asosiasi olahraga profesional Amerika telah dikenal sebagai "pembela hak-hak homoseksual" yang gigih.
Baru-baru ini Carlos Arredondo, "koboi pahlawan" dalam peristiwa Pemboman Boston dan Jeff Bauman, "korban" Pemboman Boston hadir sebagai undangan khusus dalam "event" Boston Redsox and Boston Bruins Games. Para wartawan independen telah membuktikan bahwa keduanya adalah aktor dalam peristiwa operasi inteligen "false flag" pada marathon Boston. Kehadiran keduanya membuktikan bahwa olahraga profesional telah menjadi sarana agenda jahat elit global.
Masih ingat acara Piala Eropa tahun 2012 di Polandia? Semua anggota tim diwajibkan mengadakan ziarah ke kamp konsentrasi Auswitch yang menjadi "tampat suci" bagi proyek holocoust para zionis.
REF:
"Transgender Man Wins in Women's Wrestling"; henrymakow.com; 4 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar