AS BUJUK SYRIA PUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN IRAN
SIAPKAN INVASI DARAT DENGAN 20.000 PASUKAN
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/04/as-bujuk-syria-putuskan-hubungan-dengan.html#.UXTaskoyqSo
Jika saja Presiden Syria Bashar al Assad bersedia memutuskan hubungan dengan Iran, kerusuhan di Syria akan berhenti sejak dulu.
Demikian informasi yang disampaikan oleh utusan khusus pemerintah Syria untuk Iran Adnan Mansour dalam pertemuannya dengan pemimpin spiritual senior Iran Ayatollah Nasser Makarem Shirazi di kota Qom, Senin (15/4).
"Tentu saja, pada awal terjadinya konflik di Syria menteri pertahanan Amerika mengirimkan pesan kepada pemerintah Syria bahwa agar konflik dihentikan, Syria harus memutuskan hubungan dengan pemerintah Iran. Dan jika kami menuruti kemauan mereka, mereka akan memberikan semua yang kami minta," kata Mansour kepada media usai pertemuan tersebut.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan pakar politik Timur Tengah yang dipecat dari jabatannya sebagai penasihat politik AL Amerika karena menggagalkan rencana invasi Amerika atas Iran tahun 2007, Gwenyth Todd, kepada televisi Iran Press TV, bulan Februari lalu. Menurut Todd, Iran merupakan sasaran akhir dari politik invasif Amerika di kawasan Timur Tengah, karena dianggap sebagai musuh utama Israel. Menurutnya invasi Amerika terhadap Irak tahun 2003 merupakan "batu pijakan" sebelum menyerang Iran. Dan setelah gagal membentuk pemerintahan boneka di Irak, Amerika kita menjadikan Syria sebagai "batu pijakan" untuk menghancurkan Iran.
Mansour menyebutkan bahwa para pemimpin pendukung teroris dari 40 negara telah menggelontorkan pasukan teroris dengan senjata canggih untuk menggulingkan pemerintah Syria, namun sejauh ini mengalami kegagalan. Hal ini sejalan dengan pengakuan sebelumnya oleh senator Amerika, Ron Paul, yang menyebutkan bahwa klaim pemerintah Amerika bahwa mereka hanya membantu pemberontak Syria dengan senjata-senjata tidak mematikan adalah omong kosong belaka.
Paul menyatakan bahwa terdapat bukti-bukti kuat yang mengindikasikan Amerika telah mengirimkan senjata untuk pemberontak Syria. Dalam wawancara dengan televisi Amerika CNN, Paul mengaku telah mendapatkan informasi dari mantan menlu Hillary Clinton bahwa seminggu sebelum serangan terhadap kantor kedubes Amerika di Libya yang menewaskan dubes Amerika, telah terjadi pengiriman senjata dengan menggunakan kapal dari Libya menuju Syria.
Menurut Paul, dubes Amerika di Libya, Christopher Stevens, tidak hanya mengawasi pengiriman namun juga turut merekrut para pemberontak. Paul mengkonfirmasi bahwa kelompok pemberontak terkuat adalah Jabhat al-Nusra yang memiliki hubungan dekat dengan al-Qaeda.
RENCANA INVASI AMERIKA
Sementara itu Amerika dikabarkan tengah mempersiapkan invasi darat atas Syria dengan kekuatan 20.000 tentara. Laporan yang ditulis Los Angeles Times hari Kamis (18/4) ini menyusul laporan sebelumnya yang menyebutkan departemen pertahanan Amerika segera akan menempatkan 200 tentara di perbatasan Jordania dengan Syria.
"Pentagon telah membuat rencana untuk meningkatkan kekuatan hingga 20 ribu pasukan, atau lebih jika diperlukan, termasuk menggelar pasukan-pasukan khusus untuk menemukan dan mengamankan gudang-gudang penyimpanan senjata kimia Syria, unit-unit pertahanan udara untuk mempertahankan wilayah udara Jordania, dan unit-unit militer konvensional yang bisa menerobos wilayah Syria jika diperlukan," tulis laporan tersebut.
Menurut laporan tersebut pengiriman pertama 200 tentara dari divisi pertama lapis baja ditugaskan untuk membangun "markas komando kecil" dan merencanakan operasi-operasi militer potensial. “Termasuk merencanakan pengembangan jumlah kekuatan yang cepat jika Amerika memutuskan melakukan invasi," tulis The Los Angeles Times mengutip pernyataan seorang pejabat militer Amerika yang "terpercaya".
Menurut laporan tersebut pengiriman pertama 200 tentara Amerika ke Jordania merupakan "pengakuan eksplisit atas kemungkinan campur tangan langsung secara militer terhadap Syria." Kontingen pertama ini direncanakan akan tiba di Jordania bulan ini hingga Mei mendatang.
Pengiriman kontingen pertama tentara Amerika ini dibenarkan oleh menhan Chuck Hagel dalam kesaksian yang diberikan di hadapan Komisi Militer Senat pada hari Rabu (17/4). Namun ia meyakinkan para anggota Senat bahwa Presiden Obama dan jajaran pemerintahannya sejauh ini masih khawatir dengan opsi campur tangan langsung terhadap Syria pada saat pasukan Amerika tengah menarik diri dari perang 12 tahun di Afghanistan. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan panglima AB Amerika Jendral Martin Dempsey di hadapan Komisi Militer Senat sebelumnya yang menyebutkan bahwa "mengirim tentara ke Syria bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak diharapkan."
“Saya tidak melihat pengiriman pasukan ke Syria akan memberikan hasil yang kita inginkan, melainkan kemungkinan membuat situasi menjadi lebih buruk," kata Dempsey.
Menurut laporan tersebut Chuck Hagel dijadwalkan akan mengunjungi Timur Tengah minggu depan. Negara-negara tujuan adalah pendukung utama aksi anti-Syria, yaitu Israel, Saudi Arabia, Jordania, Uni Emirat Arab, dan Mesir. Kunjungan tersebut membawa misi pokok krisis Syria.
REF:
"US Promised to Prevent War in Syria If Damascus Broke Ties with Iran"; Fars News Agency; 16 April 2013
"US plans Syria invasion via Jordan with 20,000 soldiers"; Press TV; 18 April 2013
KEMENANGAN SYRIA TELAH DI DEPAN MATA
"Dan inilah kabar buruk bagi musuh-musuh Assad. Ia (Bashar al Assad,
Presiden Syria) menyebut kemajuan tentara pemerintah Syria pada pidato
hari Rabu malam (17/4) (hari kemerdekaan Syria ke-67). Tentaranya telah
merebut kembali sebagian besar wilayah Deraya dan kini tengah bergerak
maju ke Harasta di pinggiran kota Damaskus. Jalan raya sejauh 160 km ke
Tartus, dan juga ke Latakia yang telah lama dikuasai pemberontak, kini
telah dibebaskan oleh tentara Assad. Untuk pertama kalinya dalam
beberapa bulan terakhir, warga Syria bisa berkendaraan dari Damaskus
hingga pantai Laut Mediterania. Para pemberontak kesayangan NATO kini
kehilangan pijakan di Damaskus."
Itu adalah bagian dari tulisan Robert Fisk, wartawan senior untuk koran terkemuka Inggris The Independent, dengan judul "Beware wishful thinking. Assad isn’t going soon" pada tgl 18 April lalu. Fisk, seorang yang sangat anti-regim Bashar al Assad, yang sejak awal konflik Syria dengan penuh semangat mendeskreditkan regim Assad dan meyakininya bakal segera tumbang, harus mengakui bahwa Assad tidak mudah digulingkan. Lebih jauh ia bahkan "khawatir" bahwa Assad bakal memenangkan pertempuran di Syria sebagaimana Hizbollah memenangkan perang melawan Israel dalam Perang Lebanon II tahun 2006. Ia pun menganggap bahwa perang di Syria saat ini, sebagaimana Perang Lebanon II, pada dasarnya adalah perang antara Amerika dan Israel melawan Iran.
"Iran merupakan target dari Perang Syria, penggulingan Assad merupakan bagian dari rencana kita untuk menghancurkan sekutu Iran, sama seperti rencana Israel menghancurkan Iran dengan memerangi Hizbollah di Lebanon tahun 2006. Israel kalah dalam perang ini. Akankah kali ini giliran musuh-musuh Assad yang kalah?"
Dan inilah yang membuat Robert Fisk merasa pesimis Amerika/Israel akan bisa memenangkan perang di Syria. Menurut laporan media Lebanon almanar.com hari Jum'at (19/4), lebih dari 4.000 orang pemberontak telah tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka dalam pertempuran tiga minggu terakhir. Perkembangan ini membuat para pejabat negara-negara barat cemas dengan kekalahan telak para pemberontak. Setidaknya akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk memulihkan kembali kekuatan para pemberontak.
Berbagai laporan tentang kemenangan tentara Syria juga diperkuat oleh laporan Direktur Defense Intelligence Agency (DIA) Michael Flynn kepada Komisi Militer Senat hari Sabtu (20/4). Menurut laporan ini "Presiden Bashar al Assad telah meningkatkan keunggulannya terutama dalam hal kekuatan meriam dan keunggulan udara, serta pemerintahan yang solid".
Sebaliknya tentang kekuatan pemberontak, laporan Michael Flynn menyebutkan, "tidak ada satupun kelompok oposisi yang mampu menyatukan kelompok-kelompok yang terpisah ke dalam satu strategi bersama untuk menghadapi regim."
Lebih jauh Flynn mengindikasikan bahwa senjata-senjata konvensional Syria mudah dipindah-pindahkan dan mampu menjangkau sebagian besar wilayah Iraq, Jordania, Turki dan Israel. Selain itu Syria juga memiliki rudal anti-kapal supersonik buatan Rusia, "Yakhont" yang memiliki jarak tembak sejauh 300 kilometer dan menjadi ancaman setiap kapal Amerika di kawasan Laut Mediterania.
Karena inilah semua maka Amerika dikabarkan kini tengah merencanakan untuk terjun langsung ke medan perang di Syria. Selanjutnya sekali lagi kita akan menyaksikan kekalahan memalukan mereka.
REF:
"Behind the Scenes: 4000 Militants Killed in Three Weeks"; almanar.com; 19 April 2013Itu adalah bagian dari tulisan Robert Fisk, wartawan senior untuk koran terkemuka Inggris The Independent, dengan judul "Beware wishful thinking. Assad isn’t going soon" pada tgl 18 April lalu. Fisk, seorang yang sangat anti-regim Bashar al Assad, yang sejak awal konflik Syria dengan penuh semangat mendeskreditkan regim Assad dan meyakininya bakal segera tumbang, harus mengakui bahwa Assad tidak mudah digulingkan. Lebih jauh ia bahkan "khawatir" bahwa Assad bakal memenangkan pertempuran di Syria sebagaimana Hizbollah memenangkan perang melawan Israel dalam Perang Lebanon II tahun 2006. Ia pun menganggap bahwa perang di Syria saat ini, sebagaimana Perang Lebanon II, pada dasarnya adalah perang antara Amerika dan Israel melawan Iran.
"Iran merupakan target dari Perang Syria, penggulingan Assad merupakan bagian dari rencana kita untuk menghancurkan sekutu Iran, sama seperti rencana Israel menghancurkan Iran dengan memerangi Hizbollah di Lebanon tahun 2006. Israel kalah dalam perang ini. Akankah kali ini giliran musuh-musuh Assad yang kalah?"
Dan inilah yang membuat Robert Fisk merasa pesimis Amerika/Israel akan bisa memenangkan perang di Syria. Menurut laporan media Lebanon almanar.com hari Jum'at (19/4), lebih dari 4.000 orang pemberontak telah tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka dalam pertempuran tiga minggu terakhir. Perkembangan ini membuat para pejabat negara-negara barat cemas dengan kekalahan telak para pemberontak. Setidaknya akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk memulihkan kembali kekuatan para pemberontak.
Berbagai laporan tentang kemenangan tentara Syria juga diperkuat oleh laporan Direktur Defense Intelligence Agency (DIA) Michael Flynn kepada Komisi Militer Senat hari Sabtu (20/4). Menurut laporan ini "Presiden Bashar al Assad telah meningkatkan keunggulannya terutama dalam hal kekuatan meriam dan keunggulan udara, serta pemerintahan yang solid".
Sebaliknya tentang kekuatan pemberontak, laporan Michael Flynn menyebutkan, "tidak ada satupun kelompok oposisi yang mampu menyatukan kelompok-kelompok yang terpisah ke dalam satu strategi bersama untuk menghadapi regim."
Lebih jauh Flynn mengindikasikan bahwa senjata-senjata konvensional Syria mudah dipindah-pindahkan dan mampu menjangkau sebagian besar wilayah Iraq, Jordania, Turki dan Israel. Selain itu Syria juga memiliki rudal anti-kapal supersonik buatan Rusia, "Yakhont" yang memiliki jarak tembak sejauh 300 kilometer dan menjadi ancaman setiap kapal Amerika di kawasan Laut Mediterania.
Karena inilah semua maka Amerika dikabarkan kini tengah merencanakan untuk terjun langsung ke medan perang di Syria. Selanjutnya sekali lagi kita akan menyaksikan kekalahan memalukan mereka.
REF:
"Beware wishful thinking. Assad isn’t going soon"; Robert Fisk; The Independent; 18 April 2013
"Damascus Maintains Military Advantage, Inner Circle Cohesive: DIA Chief"; almanar.com; 19 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar