Selasa, 02 Apr 2013
Umat Islam Poso Kecewa Komisi III tak Serius dan Takut Datang ke TKP
JAKARTA (voa-islam.com) - http://m.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/04/02/23858/umat-islam-poso-kecewa-komisi-iii-tak-serius-dan-takut-datang-ke-tkp/
Pengamat kontra terorisme, Harits Abu Ulya menyayangkan sikap anggota
DPR RI dari Komisi III yang takut datang ke Poso. Menurutnya hal ini
menjadi indikasi betapa tak seriusnya wakil rakyat untuk mengadvokasi
korban kekerasan aparat Densus 88 di Poso.
Harits
menyampaikan, rombongan Komisi III yang dipimpin Al Muzammil Yusuf saat
ini hanya berada di Hotel Santika, Palu dan enggan turun langsung ke TKP
di Poso.
“Batalnya
Komisi III DPR ke Poso menjadi indikasi betapa tidak seriusnya wakil
rakyat untuk advokasi persoalan yang terjadi di Poso. Mereka jauh-jauh
dari Jakarta, rombongan sekitar tujuh orang bersama staf dan dipimpin Al
Muzammil Yusuf kekeh bertahan di Palu tepatnya di hotel Santika-Palu,”
kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) itu
kepada voa-islam.com, Selasa (2/3/2013).
Ia
mengungkapkan, enggannya rombongan Komisi III terjun ke Poso lantaran
alasan klise problem jarak dan waktu, serta gosip aparat kepolisian yang
menakut-nakuti bahwa keamanan di Poso tidak Kondusif.
“Alasannya
sangat klise, hanya karena problem teknis jarak dan waktu. Inilah
kwalitas wakil rakyat, hanya hambur-hamburkan uang rakyat. Hanya karena
‘gosip’ dari pihak Polda bahwa Poso keamanannya tidak kondusif akhirnya
berpengaruh kepada niat komisi III,” jelasnya.
Harits
menilai tak ada gunanya rombongan Komisi III hanya berada di Palu,
sedangkan TKP kejahatan Densus 88 berada di Poso. Hal inilah yang
membuat warga dan tokoh masyarakat kecewa hingga tak mau mendatangi
rombongan Komisi III di Palu.
“Buat
apa di Palu? Sementara TKP kejahatan Densus itu di Poso. Wajar kalau
warga dan tokoh masyarakat Poso tidak mau hadir di Palu,” ungkapnya.
Di sisi
lain, Harits melihat ada upaya sistemik untuk melemahkan Komisi III yang
awalnya ingin melakukan investigasi ke Poso dan berniat membentuk Panja
terkait kekerasan yang dilakukan aparat Densus 88.
“Tapi di
balik ketidakseriusan Komisi III DPR ke Poso, saya melihat memang ada
upaya sistemik untuk melemahkan Komisi III agar tidak berlanjut ke
pembentukan Panja. Dan rakyat akan terus menyaksikan serius dan tidaknya
wakil rakyat mengadvokasi kepentingan rakyat jelata yang terdzalimi,”
bebernya.
Untuk itu, ia berharap masyarakat luas perlu memberikan tekanan untuk menyeret kejahatan Densus 88.
“Saya
berharap perlu tekanan publik lebih luas untuk seret kejahatan Densus
ini agar tuntas, tidak cukup hanya berharap kepada DPR yang kwalitasnya
dan komitmennya memprihatinkan, apalagi merek mudah masuk angin,”
tutupnya. [Ahmed Widad]
Rabu, 03 Apr 2013
Guru Ngaji & Pengusaha Busana Muslim Diculik Densus 88, Warga Protes.
TASIKMALAYA (voa-islam.com) – Guru ngaji dan
pengusaha busana muslim itu diculik Densus 88 dengan cara keji. Adalah
Fajar Sidiq (25) disergap ketika akan pulang ke rumahnya, setelah
mendatangi jasa penitipan barang.
Penculikan Detasemen Khusus 88 (Densus 88) terhadap guru ngaji itu membuat warga Tasikmalaya gempar.
Fajar Sidiq, warga Leuwianyar, Sukamanah, Kecamatan
Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, hilang pada Rabu, 27 Maret 2013.
Pihak keluarga menduga Fajar menjadi korban penculikan.
Ternyata Fajar ditangkap Densus 88 di sekitar Jalan
Juanda Karangsari Kota Tasikmalaya pada 27 Maret 2013 lalu, sekitar
pukul 10.00 WIB. Keluarga baru mengetahui Fajar ditangkap pada Senin, 1
April 2013, setelah ada surat pemberitahuan dari polisi, Senin (1 April
2013).
Guru ngaji itu ditangkap anggota Densus 88 ketika akan
pulang ke rumahnya setelah mendatangi jasa penitipan barang Dakota
Cargo di Jalan Kalangsari, Cipedes, Kota Tasikmalaya. Ketika itu, Fajar
yang mempunyai usaha pembuatan kerudung itu, akan menanyakan ongkos
kirim barang ke Sulawesi.
Fajar langsung disergap dari arah belakang oleh enam
orang yang diketahui sebagai anggota Densus 88 dengan mengendarai dua
unit motor dan satu unit mobil.
Fajar terjatuh, setelah Densus sempat mengarahkan pistol
kepadanya. Tanpa perlawanan, Fajar dibawa ke dalam mobil Toyota Avanza
warna hitam. Begitu pun kendaraan motor milik Fajar dibawa anggota
Densus menuju arah Bandung.
Orang tua Fajar, Khoerudin, di kediamannnya di Tasik,
mengaku, pihak keluarga sudah mendapat kabar bahwa putranya ditahan di
rutan Brimob Kelapa dua, Depok.
Khoerudin, sangat menyesalkan atas penangkapan anaknya
oleh Densus 88 yang terkesan arogan, karena puteranya tidak pernah
terlibat dan melakukan aksi “terorisme”. Pihak keluarga berharap agar
Densus 88 secepatnya memulangkan Fajar Sidiq.
Masyarakat Tasik Protes
Sementara itu, ribuan massa yang terdiri dari sejumlah
ormas, himpunan mahasiswa, pelajar dan santri dari berbagai wilayah di
Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar melakukan aksi, Selasa 2 April 2013 di
Institusi Polri melalui Polresta Tasikmalaya dan DPRD Kab Tasikmalaya.
Dalam surat undangan yang dikeluarkan Majelis Mujahidin Lajnah Perwakilan Daerah Tasikmalaya, nomor 017/MM/IV/2013, mengundang aksi solidaritas Muslim Tasikmalaya, menyampaikan orasi di Mapolresta Tasikmalaya dan DPRD KOta Tasikmalaya.
Dalam surat undangan yang dikeluarkan Majelis Mujahidin Lajnah Perwakilan Daerah Tasikmalaya, nomor 017/MM/IV/2013, mengundang aksi solidaritas Muslim Tasikmalaya, menyampaikan orasi di Mapolresta Tasikmalaya dan DPRD KOta Tasikmalaya.
Mereka menyampaikan aspirasi
masyarakat atas pelanggaran HAM Densus 88 terhadap penangkapan terduga
teroris.
Di mata keluarga, Fajar dikenal sebagai kepala rumah
tangga yang baik dan guru mengaji di masjid, serta memiliki usaha busana
Muslim.
Di mata warga orang Tasikmalaya, Fajar dikenal baik, rendah hati, penyayang dan tidak pernah melakukan tindakan criminal.
Warga Tasik menuntut keadilan dari pemerintah, jangan
bertindak semena-mena terhadap warga negaranya, junjung tinggi Hak Asasi
Manusia. Warga Tasik juga mendesak pemerintah agar membubarkan Densus
88. [desastian/dbs] http://m.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/04/03/23879/guru-ngaji-pengusaha-busana-muslim-diculik-densus-88warga-protes/
Rabu, 03 Apr 2013
Bantah Anaknya Ditangkap di Semarang, Ayah Fajar: Boy Rafli Amar Bloon
TASIKMALAYA (voa-islam.com) - http://m.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/04/03/23886/bantah-anaknya-ditangkap-di-semarangayah-fajarboy-rafli-amar-bloon/
Orang tua Fajar Sidiq membantah keterangan Mabes Polri bahwa Fajar
ditangkap di Semarang. Menurut Khoir, ayah Fajar, anaknya ditangkap
hendak mencari informasi biaya pengiriman barang ke konter logistik
Dakota.
Fajar
Sidiq, pemuda kelahiran Tasikmalaya, 1984 ini tinggal di Jl. Leuwi Anyar
RT. 05, RW. 021, Cipedes, Tasikmalaya. Sehari-hari kegiatannya
berdagang busana muslim dan rumahnya berdekatan dengan orang tuanya.
Menurut
sang ayah, Fajar diculik Densus 88 saat pergi mengendarai motor Suzuki
Shogun warna oranye, ketika menuju konter pengiriman barang Dakota Jl.
Muhammad Hatta, Kalangsari, Tasikmalaya, yang tak jauh dari rumahnya,
pada hari Rabu (27/3/2013).
“Kejadiannya
ada penyergapan orang, yang disergap itu motornya oranye. Itu pas, anak
saya pakai motor Shogun oranye. Katanya dia ditendang dari motor,
dicekik, terus dimasukkan ke mobil Avanza. Banyak orang di sana yang
melihat di dalam mobil itu senjata laras panjang semua,” tuturnya kepada
voa-islam.com, Rabu (3/4/2013).
...Setelah Fajar ditangkap, kemarin Boy Rafli Amar mengatakan Fajar Sidiq ditangkap di Simpang Lima Semarang pada tanggal 28, itu blooon!
Khoir
kesal dan membantah ketika mendengar keterangan Mabes Polri yang
menyatakan anaknya ditangkap di Simpang Lima, Semarang pada Kamis
(28/3/2013). Padahal, Fajar ditangkap di Tasikmalaya pada Rabu
(27/3/2013).
“Setelah
Fajar ditangkap, kemarin Boy Rafli Amar mengatakan Fajar Sidiq
ditangkap di Simpang Lima Semarang pada tanggal 28, itu blooon!”
tegasnya.
Untuk
diketahui, dalam konferensi persnya pada Selasa (2/4/2013) kemarin,
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjenpol Boy Rafli Amar
mengatakan, Fajar yang dituduh terlibat dalam perampokan toko emas di
Tambora ditangkap di Simpang Lima, Semarang.
"Hari
ini ada penahanan terhadap terduga teroris, dilakukan penangkapan pada
28 Maret 2013, di Simpang Lima, Semarang," ungkap Boy Rafli Amar di
Mabes Polri, Jakarta Selatan.
Boy juga menuding Fajar adalah pelaku perampokan toko emas di Tambora yang diungkap Polda Metro Jaya.
"Fajar
Sidik alias Jejen alias Usep. Ditangkap setelah dilakukan pengembangan
terhadap empat orang tersangka yang sebelumnya tertangkap Polda Metro,"
ungkap Boy. [Ahmed Widad]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar