Petugas
kepolisan membawa empat kantong plastik berisi barang-barang pribadi
milik keempat tahanan yang tewas keluar dari Instalasi Kedokteran
Forensik, RSUD Dr. Sardjito, kabupaten Sleman, Yogyakarta, Sabtu (23/3).
Barang-barang tersebut serta hasil autopsi akan dibawa kepada penyidik
untuk pengungkapan kasus penyerbuan oleh segerombolan orang bersenjata
pada Sabtu (23/3) dini hari yang menewaskan keempat tahanan titipan di
Lapas II B Cebongan Sleman. TEMPO/Suryo Wibowo
http://www.tempo.co/read/news/2013/04/01/078470499/Penyerangan-LP-Eks-Intel-Ini-Bela-Kopassus
Penyerangan LP, Eks Intel Ini Bela Kopassus
TEMPO.CO, Jakarta
- Mantan Komandan Satuan Tugas Badan Intel Strategis Laksamana Pertama
(Purn) Mulya Wibisono membantah tuduhan bahwa anggota Komando Pasukan
Khusus (Kopassus) terlibat dalam penyerbuan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman,
Yogyakarta. Dia meminta agar media dan masyarakat tidak asal menuduh
bahwa penyerangan itu bermotif balas dendam atas meninggalnya anggota
Kopassus Sersan Satu Heru Santoso.
"Jangan salah logika, jangan lari ke logika Kopassus sakit hati," kata Mulya dalam jumpa pers di Phoenam Caffe, Kobon Sirih, Jakarta Pusat, Senin, 1 April 2013.
Menurut dia, terasa janggal jika Kopassus melakukan pembunuhan dengan cara memberondong tembakan. Sebagai pasukan khusus, Kopassus akan efektif memuntahkan timah panas. "Prinsip Kopassus satu peluru satu nyawa."
Kejanggalan lain, untuk membunuh empat penghuni LP Cebongan, Kopassus tidak perlu banyak orang dan senjata laras panjang. "Cukup beberapa orang dan berbekal pistol atau pisau saja sudah bisa," kata Mulya.
Dia pun mencontohkan pembunuhan ala pasukan khusus macam Kopassus, yakni pembunuhan bos PT Asaba, Boedyharto Angsono. Menurut Mulya, pembunuhan itu begitu rapi dan halus.
Menurut Mulya, senjata laras panjang AK 47 yang diduga digunakan pelaku penembakan bukanlah standar Kopassus. Senapan serbu AK 47 lebih sering digunakan oleh marinir TNI. Sebab, AK 47 itu termasuk senjata yang bandel, cocok untuk marinir yang turun ke air dan lumpur.
Kejanggalan lain, kata dia, Kopassus tidak menggunakan rompi antipeluru berwarna hitam, melainkan rompi berwarna doreng atau merah darah. Berbekal alasan itu, Mulya meminta masyarakat dan media untuk tidak terburu-buru menghakimi Kopassus sebagai pelaku penyerangan LP Cebongan. "Baiknya tunggu hasil tim yang investigasi."
Sabtu, 23 Maret 2013, Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, diserbu belasan orang bersenjata api. Empat tahanan tewas dan dua sipir terluka. Korban tewas adalah Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, Adrianus Candra Galaga, Yohanes Juan Mambait, dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu.
Keempat korban adalah tersangka pengeroyokan seorang anggota Kopassus hingga tewas. Muncul dugaan aksi penyerangan merupakan tindakan balasan atas kematian anggota Kopassus. Namun, polisi belum merampungkan penyidikan atas kasus ini.
"Jangan salah logika, jangan lari ke logika Kopassus sakit hati," kata Mulya dalam jumpa pers di Phoenam Caffe, Kobon Sirih, Jakarta Pusat, Senin, 1 April 2013.
Menurut dia, terasa janggal jika Kopassus melakukan pembunuhan dengan cara memberondong tembakan. Sebagai pasukan khusus, Kopassus akan efektif memuntahkan timah panas. "Prinsip Kopassus satu peluru satu nyawa."
Kejanggalan lain, untuk membunuh empat penghuni LP Cebongan, Kopassus tidak perlu banyak orang dan senjata laras panjang. "Cukup beberapa orang dan berbekal pistol atau pisau saja sudah bisa," kata Mulya.
Dia pun mencontohkan pembunuhan ala pasukan khusus macam Kopassus, yakni pembunuhan bos PT Asaba, Boedyharto Angsono. Menurut Mulya, pembunuhan itu begitu rapi dan halus.
Menurut Mulya, senjata laras panjang AK 47 yang diduga digunakan pelaku penembakan bukanlah standar Kopassus. Senapan serbu AK 47 lebih sering digunakan oleh marinir TNI. Sebab, AK 47 itu termasuk senjata yang bandel, cocok untuk marinir yang turun ke air dan lumpur.
Kejanggalan lain, kata dia, Kopassus tidak menggunakan rompi antipeluru berwarna hitam, melainkan rompi berwarna doreng atau merah darah. Berbekal alasan itu, Mulya meminta masyarakat dan media untuk tidak terburu-buru menghakimi Kopassus sebagai pelaku penyerangan LP Cebongan. "Baiknya tunggu hasil tim yang investigasi."
Sabtu, 23 Maret 2013, Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, diserbu belasan orang bersenjata api. Empat tahanan tewas dan dua sipir terluka. Korban tewas adalah Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, Adrianus Candra Galaga, Yohanes Juan Mambait, dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu.
Keempat korban adalah tersangka pengeroyokan seorang anggota Kopassus hingga tewas. Muncul dugaan aksi penyerangan merupakan tindakan balasan atas kematian anggota Kopassus. Namun, polisi belum merampungkan penyidikan atas kasus ini.
INDRA WIJAYA
Senin, 01 April 2013 | 14:17 WIB
Notes Idjon Djanbi Dipatahkan Sipir Lapas Cebongan
TEMPO.CO, Sleman - Petugas Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, mematahkan kronologi penembakan empat tahanan versi Idjon Djanbi yang diunggah di notes Facebook. Akun Facebook milik Idjon Djanbi sejak Kamis pekan lalu memang menampilkan catatan kronologis yang cenderung mengarahkan pelaku sebagai oknum Brimob sendiri.
Dua orang sumber Tempo di LP Cebongan memastikan kelompok bersenjata yang datang ke LP tidak mengetahui keberadaan kunci sel tahanan. "Tiga orang bersenjata laras panjang sempat datang meminta kunci yang ada dalam kotak. Karena tidak sempat dibuka, kotak itu dipecahkan. Semua kunci sel ada di kotak itu," kata salah satu sumber kepada Tempo, Ahad, 31 Maret 2013.
Kelompok bersenjata itu, kata dia, juga tidak tahu di mana letak sel empat tahanan yang mereka cari. Gerombolan ini sempat meminta sipir untuk menunjukkan sel incaran mereka. "Mana kelompok Deki?" kata dia, menirukan suara penembak.
Menurut sumber lainnya, LP Cebongan terdiri dari blok A hingga F. Satu blok berisi 35 tahanan. "Empat korban ditembak di depan 31 tahanan, bukan 11 tahanan," katanya.
Pengacara empat korban penembakan, Rio Rama Baskara, mengatakan munculnya informasi melalui Facebook akan menggeser penyelesaian kasus penembakan. "Informasi itu terlalu jauh, karena fokusnya mengungkap pelaku penembakan," katanya.
Dua orang sumber Tempo di LP Cebongan memastikan kelompok bersenjata yang datang ke LP tidak mengetahui keberadaan kunci sel tahanan. "Tiga orang bersenjata laras panjang sempat datang meminta kunci yang ada dalam kotak. Karena tidak sempat dibuka, kotak itu dipecahkan. Semua kunci sel ada di kotak itu," kata salah satu sumber kepada Tempo, Ahad, 31 Maret 2013.
Kelompok bersenjata itu, kata dia, juga tidak tahu di mana letak sel empat tahanan yang mereka cari. Gerombolan ini sempat meminta sipir untuk menunjukkan sel incaran mereka. "Mana kelompok Deki?" kata dia, menirukan suara penembak.
Menurut sumber lainnya, LP Cebongan terdiri dari blok A hingga F. Satu blok berisi 35 tahanan. "Empat korban ditembak di depan 31 tahanan, bukan 11 tahanan," katanya.
Pengacara empat korban penembakan, Rio Rama Baskara, mengatakan munculnya informasi melalui Facebook akan menggeser penyelesaian kasus penembakan. "Informasi itu terlalu jauh, karena fokusnya mengungkap pelaku penembakan," katanya.
SHINTA MAHARANI
Idjon Jambi: PELAKU PENYERANGAN LP SLEMAN ADALAH APARAT KEPOLISIAN
Diposkan oleh Rigih Bayu Ratrihttp://cutibersama2013.blogspot.com/2013/03/idjon-jambi-pelaku-penyerangan-lp.html?showComment=1364724751841
''Do fairies have tails?'' Since no one knows if fairies even exist, the question is an eternal quest, an unsolved mystery.
Saat ini beredar tulisan di facebook maupun media lain terkait penyerangan dan pembantain tahanan di LP Cebongan.
Konon, tulisan ini ada versi underground dari TNI terkait peristiwa
berdarah di LP Cebongan. Penulisnya adalah akun facebook dengan nama Idjon Jambi. Entah siapa orang ini, tak ada penjelasan pasti. Judul tulisannya adalah: PELAKU PENYERANGAN LP SLEMAN ADALAH APARAT KEPOLISIAN
Tulisan tersebut juga dilengkapi dengan foto-foto peristiwa berdarah. Foto-foto tersebut sama sekali tidak disensor, jadi yang ga kuat, mending ga usah lihat deh.
Berikut ini saya tampilkan tulisan tersebut tanpa menyertakan foto (versi lengkap dengan foto di sini)
Selama ini Kopassus Hanya diam, berbagai statement dari beberapa kalangan yang terlihat Pintar tapi Bodoh yang cenderung menjadi Fitnah dan menuduh tanpa bukti. Terutama ANJING-ANJING BEGAJUL AMERIKA YANG BERNAMA KOMNAS HAM.
Jika mereka bisa memberikan pendapat dan menuduh, adalah Hak Kami juga, sebagai Prajurit Kopasus juga untuk menyampaikan pendapat. kita harus melihat permasalahan ini berdasarkan Fakta, Bukti, urutan kejadian dan TKP.
Sebelum kita membahas permasalahn yang sebenar-benarnya, saya akan menjelaskan secara singkat siapa sebenarnya 4 orang yang DISIKSA KEMUDIAN DITEMBAK DI LP CEBONGAN SLEMAN
1. Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan adalah Anggota Polresta Jogja berdinas di Polsekta Jogja, Bripka Juan adalah mantan Pidana Polda Jogja yang baru dibebaskan oleh satuannya karena menjadi Bandar Narkoba. Bripka Juan adalah Pemasok Narkoba utama di Hugos Caffe dan Bosse.
2. Benyamin Sahetapy alias Decky adalah Residivis yang baru keluar dari penjara akibat melakukan pembunuhan terhadap warga Papua di Jogjakarta. Decky adalah Pengurus Ormas KOTIKAM JOGJA (Komando Inti Keamanan), pekerjaan Decky adalah Keamanan beberapa tempat Hiburan di Jogja, depkolektor, dan ketua preman di Jogja. Decky adalah pemasok Narkoba ke beberapa tempat Hiburan di Jogja dari Bandar-bandar Narkoba di Jogja diantaranya beberapa Oknum anggota Polda Jogja.
3. Adrianus Chandra Galaja alias Dedy dan Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, kedua orang ini adalah anak Buah dari Bripka Juan dan Decky dan juga anggota Ormas KOTIKAM.
4. Ormas Kotikan ini diketuai oleh Sdr. Rony Wintoko, Ormas ini selalu membuat keributan di Jogja selain pengedar Narkoba, beberapakali melakukan tindakan Kriminial penganiayaan dan pembunuhan, kelompok ini pernah melakukan penganiayaan yang berujung kematian terhadap Mahasiswa asal Bali dan anggotanya yang bernama Joko dkk melakukan pengeroyokan terhadap terhadap anggota Yonif-403 Jogja, serta penikaman terhadap Mahasiswa asal Timor leste.
puncaknya adalah kejadian Penganiayaan di Hugos Café Maguwoharjo Depok Sleman DIY yang di lakukan oleh Kelompok Ormas KOTIKAM (Komando Inti Keamanan) Yogyakarta. terhadap anggota personel Kopassus An. Sertu Santoso hingga meninggal Dunia.setelah di visum penyebab kematian Korban adalah, Luka benda Tumpuldi bagian kepala, luka tusukan dan bacokan benda tajam 23 cm didada sebelah kiri dan 6 rusuk Patah.
1. kejadian bermula pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2013 pukul 00.40 korban datang ke Hugos Café bersama 1 rekan, kemudian terjadi keributan antara Korban dengan sdr. Dedy alias Adrianus Chandra Galaja kemudian Sdr. Dedy menghubungi Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan, sdr. Benyamin Sahetapy alias Decky dan Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi Di asrama Polresta Jogja. Kemudian mereka mendatangi Hugos Cafe.
2. Sesampai di dalam hugos Café Sdr. Decky bertanya kepada korban “ Kamu dari Mana“ ? lalu korban menjawab “saya anggota Kopassus”. Saat itu posisi yg paling Depan adalah atau yg paling dekat dengan Korban adalah Bripka Juan Dan disebelah kiri korban adalah sdr. Dedy serta disebelah kanan korban adalah sdr. Adi. kemudian Decky menantang Korban untuk berkelahi sambil melemparkan asbak ke arah Korban, setelah melempar Korban, Decky masuk ke dalam Café. Kemudian saat keluar Decky memukul kepala Korban menggunakan Botol yg ada dimeja didepan Korban, mengenai pelipis kanan korban hingga botol pecah, saat korban terhuyung dan akan Jatuh tiba-tiba sdr. Dedy menikam korban sambil belati ditarik tepat pada bagian dada sebelah kiri, Setelah melakukan penusukan Dedy melarikan diri.
Saat Korban Jatuh, 3 org tidak dikenal (3 org ini diperkirakan Anggota Polri, krn datang bersama dengan Bripka Juan dari Asrama Polresta Jogja) menendang dan memukul Korban yang sudah terkapar, Melihat kejadian tersebut, Bripka Juan berteriak “Tolong dibawa”, langsung ke 3 org tersebut menyeret Korban dengan menarik bagian kaki. Dan pada saat kejadian tersebut, banyak anggota Polda Jogja yang berkunjung ke Hugos Kafe. selanjutnya korban dibawa oleh security menuju RS Bethesda menggunakan Taksi, saat dalam perjalanan Korban meninggal dunia. Dengan mengalami luka
Cat : Decky kemana-mana selalu membawa Belati
Tulisan tersebut juga dilengkapi dengan foto-foto peristiwa berdarah. Foto-foto tersebut sama sekali tidak disensor, jadi yang ga kuat, mending ga usah lihat deh.
Berikut ini saya tampilkan tulisan tersebut tanpa menyertakan foto (versi lengkap dengan foto di sini)
Selama ini Kopassus Hanya diam, berbagai statement dari beberapa kalangan yang terlihat Pintar tapi Bodoh yang cenderung menjadi Fitnah dan menuduh tanpa bukti. Terutama ANJING-ANJING BEGAJUL AMERIKA YANG BERNAMA KOMNAS HAM.
Jika mereka bisa memberikan pendapat dan menuduh, adalah Hak Kami juga, sebagai Prajurit Kopasus juga untuk menyampaikan pendapat. kita harus melihat permasalahan ini berdasarkan Fakta, Bukti, urutan kejadian dan TKP.
Sebelum kita membahas permasalahn yang sebenar-benarnya, saya akan menjelaskan secara singkat siapa sebenarnya 4 orang yang DISIKSA KEMUDIAN DITEMBAK DI LP CEBONGAN SLEMAN
1. Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan adalah Anggota Polresta Jogja berdinas di Polsekta Jogja, Bripka Juan adalah mantan Pidana Polda Jogja yang baru dibebaskan oleh satuannya karena menjadi Bandar Narkoba. Bripka Juan adalah Pemasok Narkoba utama di Hugos Caffe dan Bosse.
2. Benyamin Sahetapy alias Decky adalah Residivis yang baru keluar dari penjara akibat melakukan pembunuhan terhadap warga Papua di Jogjakarta. Decky adalah Pengurus Ormas KOTIKAM JOGJA (Komando Inti Keamanan), pekerjaan Decky adalah Keamanan beberapa tempat Hiburan di Jogja, depkolektor, dan ketua preman di Jogja. Decky adalah pemasok Narkoba ke beberapa tempat Hiburan di Jogja dari Bandar-bandar Narkoba di Jogja diantaranya beberapa Oknum anggota Polda Jogja.
3. Adrianus Chandra Galaja alias Dedy dan Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, kedua orang ini adalah anak Buah dari Bripka Juan dan Decky dan juga anggota Ormas KOTIKAM.
4. Ormas Kotikan ini diketuai oleh Sdr. Rony Wintoko, Ormas ini selalu membuat keributan di Jogja selain pengedar Narkoba, beberapakali melakukan tindakan Kriminial penganiayaan dan pembunuhan, kelompok ini pernah melakukan penganiayaan yang berujung kematian terhadap Mahasiswa asal Bali dan anggotanya yang bernama Joko dkk melakukan pengeroyokan terhadap terhadap anggota Yonif-403 Jogja, serta penikaman terhadap Mahasiswa asal Timor leste.
puncaknya adalah kejadian Penganiayaan di Hugos Café Maguwoharjo Depok Sleman DIY yang di lakukan oleh Kelompok Ormas KOTIKAM (Komando Inti Keamanan) Yogyakarta. terhadap anggota personel Kopassus An. Sertu Santoso hingga meninggal Dunia.setelah di visum penyebab kematian Korban adalah, Luka benda Tumpuldi bagian kepala, luka tusukan dan bacokan benda tajam 23 cm didada sebelah kiri dan 6 rusuk Patah.
1. kejadian bermula pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2013 pukul 00.40 korban datang ke Hugos Café bersama 1 rekan, kemudian terjadi keributan antara Korban dengan sdr. Dedy alias Adrianus Chandra Galaja kemudian Sdr. Dedy menghubungi Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan, sdr. Benyamin Sahetapy alias Decky dan Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi Di asrama Polresta Jogja. Kemudian mereka mendatangi Hugos Cafe.
2. Sesampai di dalam hugos Café Sdr. Decky bertanya kepada korban “ Kamu dari Mana“ ? lalu korban menjawab “saya anggota Kopassus”. Saat itu posisi yg paling Depan adalah atau yg paling dekat dengan Korban adalah Bripka Juan Dan disebelah kiri korban adalah sdr. Dedy serta disebelah kanan korban adalah sdr. Adi. kemudian Decky menantang Korban untuk berkelahi sambil melemparkan asbak ke arah Korban, setelah melempar Korban, Decky masuk ke dalam Café. Kemudian saat keluar Decky memukul kepala Korban menggunakan Botol yg ada dimeja didepan Korban, mengenai pelipis kanan korban hingga botol pecah, saat korban terhuyung dan akan Jatuh tiba-tiba sdr. Dedy menikam korban sambil belati ditarik tepat pada bagian dada sebelah kiri, Setelah melakukan penusukan Dedy melarikan diri.
Saat Korban Jatuh, 3 org tidak dikenal (3 org ini diperkirakan Anggota Polri, krn datang bersama dengan Bripka Juan dari Asrama Polresta Jogja) menendang dan memukul Korban yang sudah terkapar, Melihat kejadian tersebut, Bripka Juan berteriak “Tolong dibawa”, langsung ke 3 org tersebut menyeret Korban dengan menarik bagian kaki. Dan pada saat kejadian tersebut, banyak anggota Polda Jogja yang berkunjung ke Hugos Kafe. selanjutnya korban dibawa oleh security menuju RS Bethesda menggunakan Taksi, saat dalam perjalanan Korban meninggal dunia. Dengan mengalami luka
Cat : Decky kemana-mana selalu membawa Belati
3. Setelah kejadian, 4 dari 7 pelaku di tangkap, Bripka Juan
ditangkap di Rumah Dinas Polresta Jogja oleh Polda Jogja, adalah Bohong
jika Bripka Juan melawan saat ditangkap, saat ditangkap dia kooperatif,
hanya ada kekhawatiran dari Bripka Juan saat penangkapan, karena
beberapa preman binaannya ingin melawan aparat. Kemudian Bripka Juan dan
aparat Polres Sleman menuju rumah Decky. Kemudian sdr Decky ditangkap.
Saat penangkapan Decky juga tidak melawan. Namun berdasarkan pengakuan
dari yang bersangkutan, beberapa barang miliknya hilang diantaranya,
Kalung Salib Emas dan uang +- 20 juta hilang dari tempat tinggalnya. Dia
hanya bisa mengamankan 2 batu cincinya. Kemudian dilanjutkan
penangkapan sdr Dedy dan Adi, Penangkapan ke-2 tersangka ini dilakukan
oleh Anggota Intel Korem Jogja. Awalnya 4 pelaku ini ditahan di
Polres Sleman, karena alasan Khawatir, oleh Polda pelaku dipindahkan ke
Rumah Tahanan Polda. Dan menjalani pemeriksaan. Langsung dijadikan
tersangka
4. Pada tanggal 20 Maret 2013, Jam 10.00, Sertu Sriyono anggota Korem Jogja di Bacok oleh Sdr. Marcel, Marcel adalah rekan dari 4 tersangka yang telibat pengeroyokan Sertu Santoso, juga Anggota Ormas KOTIKAM
5. Dari pemeriksaan ini, mulai terungkap bahwa Bripka Juan masih aktif di Polsekta Jogja, Bripka Juan sdh mengaku bersalah dan siap mempertanggungjawabkan, dgn alasan Khawatir dan Ruang Tahanan sdg direhab, pihak Polda berencana pada esok harinya jam 09.00 akan memindahkan 4 tahanan ini untuk dititipkan ke LP Sleman.
6. Pada saat itu juga, seluruh Anggota Grup-2 Kopassus, diperintah oleh Komandan Grup-2 Kopassus, tidak ada yang keluar Asrama tanpa terkecuali, dan dilaksanakan Apel pengecekan dari Pagi Hingga Malam.
7. Pada tanggal 22 Maret 2013, pada jam 08.45 diadakan sidang PDTH (pengakhiran Ikatan Dinas dengan tidak hormat) terhadap Bripka Juan. Pada Jam 09.00, 4 tahan ini dititipkan di LP Sleman.
8. Pada tanggal 22 Maret 2013, jam 09.00 11 tahanan di dibawa ke LP Sleman utk menunggu sidang pengadilan. 4 tahanan kasus pengeroyokan Serka Santoso dan 7 tahanan Narkoba. Mereka dikawal Brimob dengan sejata lengkap dan di ikat
9. Pada tanggal 23 Maret 2013, jam 01.30 LP Sleman diserang orang tidak dikenal, dan menembak Mati 4 tahanan pelaku pengeroyokan Serka Santoso.
Benyamin Sahetapy alias Decky
Korban, Serka Susanto
Marcel, Otak dibalik pembacokan Sertu Sriyono
Sertu Sriyono, Korban Pembacokan Kelompok Marcel
diatas kita sudah membahas, Fakta di Lapangan.
berdasarkan kejadian di atas, dan keterangan Kepolisian terdapat Banyak kejanggalan, diantaranya :
1. Bripka Juan tidak terlibat pada kasus pengeroyokan Serka Santoso di Hugos Cafe Jogja, justru Bripka Juan yg melerai dan menolong Korban, jadi tidak ada alasan kekhawatiran dari Pihak Polda Jogja bahwa ada tindakan Balasan dari Kopassus atas kejadian tersebut. Situasi ini sengaja diciptakan sendiri oleh Polda Jogja, Dan tidak ada alasan Kopassus mengincar Bripka Juan. Dikalangan Polresta dan Brimob Jogja, Bripka Juan kurang disukai oleh rekan rekannya.
2. Polda Jogja telah berbohong, dengan mengatakan bahwa Bripka Juan adalah pecatan, terbukti Bripka Juan disidang pemecatan dilakukan setelah pengeroyokan di kafe Hugos. Dan sidang berlangsung hanya 5 menit, 15 menit sebelum dipindahkan ke LP Sleman. Menanggapi Sidang pemecatan tersebut, Bripka Juan mengatakan, "saya juga penyidik, saya tahu ini janggal, tapi nanti saya akan banding setelah 8 hari, dan akan mengungkap 3 anggota Brimob yang terlibat pemukulan , menendang, menginjak dan menyeret anggota Kopassus itu , ini adalah persaingan yang sengaja menyingkirkan saya, dari pernyataan ini sudah jelas bahwa Bripka Juan adalah Bandar Narkoba, dan ada Anggota Polda Jogja lain yang menjadi Bandar Narkoba.
3. Awalnya 4 pelaku menolak dititipkan ke LP Sleman, Tapi Polda Jogja tetap Ngotot membawa mereka, dengan alasan Ruang Tahanan Polda sedang Direhab, tapi setelah di cek, Ruang tahanan tersebut masih Layak dan tidak ada perbaikan. Setelah diperiksa dan Sebelum dibawa ke LP Sleman, Bripka Juan meminta kepada istrinya untuk menyiapkan jas yang bersih dan rapi, seolah-olah dia tahu bahwa dia akan mati, sambil mengatakan "Saya mengaku bersalah, saya cinta Korp Polri dan negara ini, Jikapun saya Mati, saya ingin mati secara terhormat seperti Prajurit Tentara”. Bripka Juan dalam tekanan berat dan merasa jiwanya terancam. Saat dimasukkan kedalam blok LP Sleman Bripka Juan Sempat menunjukkan Respeknya kepada petugas, dengan mengambil sikap siap, dan memberikan penghormatan walaupun tangannya di ikat dan ditodong dengan senjata oleh Anggota Brimob("kepada Petugas, Hormat Gerak, tegak Gerak"). Bripka Juan juga mengatakan, "saya kok diperlakukan seperti Teroris, di ikat dan ditodong dengan Senjata"
4. Sampai saat ini Polda Jogja, tidak mau mengungkap dan menangkap siapa Pelaku yang menendang serta Menyeret Korban (Serka Santoso), hal ini sempat menjadi tanya tanya dari Bripka Juan, Bripka Juan mengatakan “biasalah Polisi, yang penting sudah nangkap satu, agar terlihat berhasil” berarti 3 orang ini masih Buron, beberapa Rekan Bripka Juan disatuan Brimob Jogja juga melihat kejanggalan dari kasus ini, seperti Rekaman CCTV di Hugos Cafe telah di edit dan dirusak Oleh Penyidik Polda Jogja, yang telihat di Rekaman CCTV hanya saat pemukulan yang dilakukan oleh Sdr. Decky dan penusukan yang dilakukan oleh Sdr. Dedy, kejadian awal saat Korban dan pelaku datang tidak ada, Decky melempar Korban dengan Asbak, demikian juga saat Korban ditendang dan diseret oleh 3 orang yang dikenal oleh Bripka Juan. Rekan Bripka Juan pun (sesama anggota Polda Jogja) melihat kejadian ini janggal, dalam waktu kurang dari 24 jam pelaku ditangkap dan dijadikan tersangka, kemudian dititipkan di LP Sleman, kemudian di eksekusi di LP Sleman. Untuk menekan Pihak Hugos Kafe berkaitan dengan rekaman CCTV, Polda Jogja mengancam akan menutup Hugos Kafe, semua orang tahu bahwa Perijinan Usaha bukan di Kepolisian atau Polda tapi Hak dari Pemda DI Yogyakarta. Bukan kepolisian. Dalam hal ini Polisi tidak punya Hak, sudah melampaui wewenang.
5. Pada awalnya, Ka Lapas Sleman keberatan atas penitipan tersebut, karena tidak sesuai dengan prosedur dan 2 dr 4 tersangka, dalam keadaan luka, sebelum di bawa ke LP sdr. Dedy dipanggil oleh org yg menyeret serka santoso di kafe Hugos, saat keluar seluruh badannya memar dan lebam. Kemudian sdr. Adi 3 gigi depannya tanggal serta bibirnya bengkak berdarah. Awalnya Ka Lapas akan mengembalikan tahan titipan tersebut ke Polda, tapi tdk ada jawaban dari Polda, kemudian jika mlm ini tdk bisa, Ka Lapas akan tetap mengembalikan ke 4 tahanan titipan tersebut ke Polda jogja.
6. Sertu Sriyono anggota Korem Jogja, dibacok oleh Sdr. Marcel, di bacok di bagian kepala sebelah kiri. Marcel adalah anak buah dari Bripka Juan, rekan Decky, Dedi dan Adi, Korban di Bacok karena menangkap Sdr. Dedi dan Adi dan menyerahkannya kepada Penyidik Polda Jogja.
7. Sebelum di titipkan ke LP Sleman, Bripka Juan dihadapkan ke Sidang Pemecatan di Polda Jogja, sidangnyapun singkat hanya 5 menit, ini adalah Sidang Penjatuhan Hukuman tersengkat di dunia, hanya 5 menit, hal ini membuktikan bahwa Polda sengaja memojokkan Bripka Juan, setelah dipecat dalam wakktu 5 menit, bripka Juan dan 3 tersangka lainnya di titipkan ke LP Sleman. Yang dibawa ke LP Sleman, bukan hanya Bripka Juan CS, tapi termasuk 7 Tahanan Polda Jogja terkait Kasus Narkoba. Tapi Sdr. Marcel pelaku pembacokan Sertu Sriyono tidak di titipkan di LP Sleman.
8. Kemudian mereka di masukkan ke dalam Sel, yang mengantar Anggota Brimob, hingga ke dalam ruangan Tahanan LP. Sleman, Bripka Juan ditempatkan 1 ruang dengan Decky di Blok-5, sedangkan Dedy ditempatkan 1 ruang dengan Sdr. Adi di Blok-10. Dari penempatan Blok, nomor serta isnya sudah jelas, ini sebagai titik tanda, dan hanya mereka ber-4 yang menempatinya, sedangkan 7 tahanan Narkoba ditempatkan ruangan lain. disini terlihat mulai terlihat kebohongan aparat Kepolisian Jogja, dimedia massa ke 4 korban di eksekusi di hadapan 11 tahanan lainnya, sambil bertepuk tangan, sangat tidak masuk akal bahwa pasukan terlatih yang menyerang dengan cepat masih sempat m,embuat Drama.
9. Berdasarkan Tuduhan Begajul Amerika bernama Komnas HAM, Hendardi dan kecoak kecoaknya serta Jenderal Banci Antek Amerika yang bernama Wiranti. Pelaku penyerangan di LP Sleman, menggunakan penutup Wajah, senjata lengkap, menggunakan 5 kendaran, mereka adalah orang yang terlatih, pertanyaannya adalah, benarkah hanya Kopassus yang terlatih di negeri ini ? Anjing Pelacaknya Brimob juga terlatih. tapi tidak hanya Kopassus yang terlatih, Masyarakat sipil dan aparat lainpun terlatih Densus-88 juga terlatih, jika yang dituduh adalah anggota Kopassus itu kemungkinan kecil. Karena Para Pelaku penyerangan yang lebih dari 16 orang, sepertinya sudah kenal betul dengan Lingkungan dan situasi LP Sleman, terbukti:
a. Pelaku penyerangan juga Tahu dimana meletakkan Mobil, karena mereka masuk ke Area LP Sleman menggunakan 5, 4 mobil langsung menuju Area LP Sleman dan 1 menunggu diluar.
b. Pelaku tahu betul dan hafal dimana letak CPU yang menyimpan rekaman CCTV LP. Sleman, kemudian dicuri oleh penyerang.
c. Pelaku penyerangan Tahu, bahwa sistem penguncian di LP Sleman dari dalam dan Luar, setelah mereka melumpuhkan penjaga di depan dan merampas Kunci, kemudian membuka pintu dengan Kunci, merusak pintu dan membuka kunci dalam dari lobang pecahan Pintu.
d. Pelaku penyerangan juga mengetahui dimana ruangan ke-4 tahanan tersebut dititipkan, kemudian mengeksekusinya
Kejadian ini sepertinya sudah direncanakan dengan Matang dan para pelaku tahu dan hafal Area LP Sleman. Sehebat apapun Kopassus, hal ini tidak mungkin dilakukan dalam waktu 16 Jam, sedangkan Kopassus tidak pernah ke LP Sleman dan melakukan pengamatan sampai ke dalam ruangan LP Sleman, yang tahu situasi dan keadaan LP Sleman adalah aparat yang mengantar Tahanan, Masyarakat dan keluarga penghuni LP Sleman.
10. setelah dibantah oleh beberapa anggota Kopassus, Pihak Lapas mulai membuat Skenario cadangan mencari alasan, agar mereka tidak terlihat Kongkalikong dengan Polda, dan kami Yakin bahwa Pihak Lapas Sleman dalam tekanan Polda, dengan membuat cerita Bohong :
"- Sekelompok orang bersenapan laras panjang datang dengan lima minibus Toyota Avanza dan Innova. Ada juga saksi yang melihat lima orang mengendarai sepeda motor.
- Lima belas orang di antaranya melompati pagar yang tingginya tak sampai 1,5 meter. Sekitar dua-lima orang berjaga di luar penjara.
- Satu orang menggedor gerbang penjara dan menyodorkan surat meminjam tahanan.
- Setelah mengancam akan meledakkan Lapas, 15 penyerang masuk ke ruang portir. Di sana mereka sempat menyiksa delapan sipir.
- Dari ruang portir, sebagian menyebar. Ada yang menuju ruang kepala lapas untuk mengambil kamera CCTV. Ada juga yang menjemput Kepala Keamanan Lapas Margo Utomo untuk mengambil kunci blok dan sel empat tahanan yang diincar.
- Empat penyerang masuk ke blok empat tahanan itu. Tapi hanya satu yang masuk ke sel dan menembak empat tahanan itu. "
pertanyaannya adalah :
a. Dari rangkaian kegiatan ini apakah Waktunya Cukup 15 menit seperti yang diberitakan.
b. awalnya Lapas mengaku, Pelaku menggunakan 5 mobil, sekarang ada se[peda Motor.
c. Pelaku menyodorkan Surat peminjaman Tahanan, Pihak Lapas ingin berbohong tetapi malah berkata jujur dan menjelaskan bahwa yang tahu mengenai Surat Peminjaman Tahanan hanya ada 2 institusi, yaitu : POLISI DAN KEJAKSAAN, (kemungkinan sangat kecil menuduh Kejaksaan)
d. Ada yang menuju Ruang Ka Lapas, untuk mengambil Kamera CCTV, Hal ini menunjukkan bahwa pelaku sangat tahu dan hafal benar letak serta isi Lapas, termasuk Kamera CCTV, yang tahu letak benda tersebut hanya 2 institusi, yaitu Lapas dan Polisi.
e. 1 orang masuk kedalam sel dan menembak 4 pelaku, cerita Rambo yang dibuat, 1 orang ini hebat sekali, masuk sendiri ke dalam sel dan menemnbak 4 pelaku, jika demikian, pertanyaannya adalah siapa yang menyiksa Bripka Juan hingga tangan Kirinya Patah ? dan yang menusuk Bripka Juan hingga terdapat 4 luka tusuk di badannya ? HAL INI MEMBUKTIKAN CERITA BOHONG PIHAK LAPAS SLEMAN.
11. Para Pelaku langsung menuju ruang Tahanan dan mengeksekusi 4 tahanan, Ke-4 tahanan tersebut ditembak Mati di 2 ruangan berbeda. Krn di TKP terdapat Selongsong Peluru kaliber 9 mm dan 7,62 mm, tapi keterangan Kadiv Humas Mabes Polri mengatakan di TKP hanya ada selongsong munisi kaliber 9 mm tidak menyebut selonsong munisi lain. Kemudian kondisi Bripka Juan selain luka tembak di Kepala¸ terdapaT. 2 luka tusukan di dada kanan dan lengan kirinya Patah. Sedangkan Adi selain luka tembak, terdapat luka memar di wajah sebelah kiri dan pergelangan tangan kiri Patah. Sedangkan Decky dan Dedy hanya terdapat Luka tembak. Jadi tidak benar pemberitaan dari media bahwa ke 4 tahanan tersebut langsung diberondong oleh penyerang, krn 2 diantaranya sempat dianiaya terlebih dahulu.
12. Mendengar ada kejadian penyerangan dan pembunuhan di LP Sleman, Komandan Grup-2 langsung mengumpulkan dan mengecek anggotanya hal tersebut selain perintah dari Pangdam IV Diponegoro juga menjadi Protap di Kopassus apabila ada kejadian, asrama langsung di Alarm. Jarak tempuh antara Sleman dengan Jogja adalah + 1,5 Jam, jadi tidak mungkin dalam waktu tersebut mereka bisa tiba dengan cepat di Asrama Grup-Kopassus Kartosuro dan bisa hadir saat apel pengecekan. Apalagi Pintu Ksatrian Grup-2 Kopassus jika Malam Hanya 1 Pintu yang di Buka, itupun harus melewati 2 Pos penjagaan, jadi sangat kecil kemungkinan anggota Kopassus terlibat dalam pnyerangan tersebut. Dan hal ini bertambah janggal, karena saat kejadian Polda Jogja dan Jawa tengah tidak melakukan sweeping dijalan guna mencegah pelaku melarikan diri, tapi hal ini tidak dilakukan.
13 Mengenai pembentukan Opini Publik oleh Media Masa yang seolah-olah bahwa pelaku penyerangan tersebut adalah Kopassus dan secara tidak langsung menuduh Kopassus serta pernyataan Anggota Kimisi 3 DPR RI, Ahmad Yani, hal ini menandakan bahwa Anggota dewan yang terhormat ini Memang Bodoh dan asal Bacot (nasehat buat anggota dewan yang terhormat ini "PAK YANI... D]\KALAU TIDAK TAHU LEBIH BAIK DIAM, DIAM JUGA BISA MENUTUPI KEBODOHAN", cenderung memojokkan Kopassus dengan mengatakan ;
a. Masalah Jogja adalah masalah Hukum, berarti wewenang Keamanan ada di tangan Kepolisian bukan TNI.
b. Senjata yang digunakan adalah Senjata Organik TNI, sudah jelas adalah senjata yang digunakan oleh TNI
c. Kok Pangdam IV, Cepat mengambil kesimpulan, bahwa tidak ada anggotanya yang terlibat, Pangdam ini bisa di copot, sudah jelas kok, Senjata yang digunakan untuk menyerang adalah Senjata TNI Jenis SS-1, buatan Pindad.
d. Penyerang juga menggunakan Rompi Anti Peluru. Dan senjata Khusus?
e. Media TV One memberitakan
Kalau Media massa sudah jelas, siapa yang meminta penayangan berita saja yang di publikasiskan, selama ini Kopassus diam saja tidak menanyakan dan melakukan konfrensi Pers tentang anggotanya yang di Bunuh, Jika Anggota Komisi-3 DPR RI Ahmad Yani saja bisa dikelabui dan dibohongi oleh Polda Jogja, media dan kelompok yang berkepentingan dikelabui, bagaimana dengan Rakyat, Tapi Bapak Ahmad Yani tidak melakukan atau memberikan pendapat tentang Proses pemecatan Bripka Juan yang tidak sesuai prosedur, pemecatan dilaksanakan setelah kasus ini mencuat yang sebelumnya, Pihak Polda menyatakan bahwa Bripka Juan adalah pecatan Polda Jogja.
Pertanyaanya adalah :
a. Dari mana Pak Ahmad Yani dan Media tahu bahwa senjata yang di gunakan oleh penyerang menggunakan senjata SS-1 Pindad ? kuat dugaan adalah beliau menonton hasil Rekaman CCTV, jika dari Rekaman CCTV, berarti pemberitaan media selama ini bahwa saat penyerangan Pelaku menggondol CCTV adalah berita bohong yang sengaja dihembuskan, seolah olah pelaku penyerangan lihai dan terlatih. Jika benar itu senjata SS-1 Pindad, tentu ada nomornya, berapa Nomornya ? jika beliau menonton dari hasil rekaman CCTV, Berarti CPU yang menyimpan data rekaman CCTV di LP Sleman tidak hilang tapi sengaja disembunyikan. sekarang terbukti, pendapat Anggotai Dewan yang terhormat Komisi-3 DPR RI bernama Ahmad Yani adalah SALAH DAN MENUNJUKKAN KEBODOHANNYA, PANTAS SAJA DEPARTEMEN YANG DI PIMPIN PARTAI SI KELEDAI INI ADALAH DEPARTEMEN YANG TERKORUP.
b. Apakah Ahmad Yani tahu pengertian Senjata Khusus ? dan pernah melihat serta menggunakan senjata tersebut ? SS-1 Bukan senjata Khusus, senjata Khusus adalah senjata Sniper dan Mitraliur. SS-1 Bukan senjata Khusus tapi Senapan Serbu jadi SS-1 adalah Senapan Serbu-1, Dan Kopassus tidak menggunakan SS-1, yang menggunakan SSI-1 adalah Brimob
c. Mengenai pencopotan Pangdam-IV / Diponegoro karena cepat mengambil kesimpuan atas kejadian tersebut, kita tidak tahu apakah Pak Ahmad Yani punya wewenang atau Tidak yang jelas Pernyataan Pangdam-IV / Diponegoro adalah Benar, cepat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada anggota TNI apalagi Kopassus yang terlibat, dari pernyataan Pak Ahmad Yani saja sudah dijawab sendiri oleh Pak Ahmad Yani “bahwa pelaku penyerangan menggunakan Senjata SS-1 Pindad, mengapa dijawab sendiri ? “KARENA GRUP-2 DAN SELURUH ANGGOTA KOPASSUS TIDAK MENGGUNAKAN SENAPAN SS-1 PINDAD” yang menggunakan senjata SS-1 dan FNC kaliber 5,56 mm adalah BRIMOB POLRI DAN BRIMOB JOGJA MENGGUNAKAN SENJATA SS-1, FNC DAN AK-101 CHINA. Dan sangat tidak mungkin Anggota Kopassus bisa keluar senjata sembarangan karena Jam 17.00 gudang senjata sudah ditutup, tidak ada senjata, munisi dan Bahan peledak yang keluar masuk. Jikapun ada harus melalui beberapa prosedur, mulai dari melapor ke Pejabat, melapor ke pejabat, mengurus Surat ijin, menghubungi pejabat Gudang, munukar kartu keluar masuk kunci senjata, karena seluruh senjata di Kopassus dirantai dan di Gembok, mengurus surat serah terima senjata dll, belum lagi melewati 3 lapis kunci pintu gudang senjata. Aparat yang mudah mengakses senjata di Indonesia ini adalah BRIMOB POLRI.
d. Pak Ahmad Yani lupa selain rekaman CCTV, di TKP terdapat Selongsong Peluru 7,62 mm, yg digunakan oleh senjata AK-47, yang menggunakan Senjata AK-47 adalah BRIMOB POLRI, kemudian terdapat Selongsong munisi 5,56 mm / MU-5 TJ, munisi ini bisa digunakan di senjata SS-1 Pindad, M-16 A1, dan senapan AK-101 China, yang menggunakan senapan SS-1 Pindad dan AK-101 China adalah BRIMOB POLRI.
e. Tentang Rompi Anti Peluru, mungkin yang dilihat adalah Fet yang berbentuk Rompi, terlihat berwarna Hitam, sedangkan DI GRUP-2 KOPASSUS MEREKA MEMILIKI 2 JENIS ROMPI ANTI PELURU YANG MEMILIKI CORAK LORENG TNI DAN LORENG DARAH MENGALIR. Yang menggunakan Rompi Anti Peluru berwana Hitam adalah BRIMOB POLRI.
14 Pernyataan Polda bahwa ke 4 tersangka ditangkap oleh Polda dan barang Bukti Botol dan Pisau ditemukan di TKP. Pernyataan tersebut tidak benar, Polda hanya menangkap Bripka Juan dan Sdr. Decky, sedangkan Adi dan Dedi ditangkap oleh Intel Korem. Barang bukti pisau ditemukan bukan di Hugos Kafe, tapi ditemukan di tempat tinggal Sdr. Dedy bukan di Hugos Kafe. Akibat penangkapan tersebut, Marcel mebacok Sertu Sriyono karena melakukan penangkapan terhadap beberapa pelaku pengeroyokan Seru Santoso.
15. Polisi tidak konsisten menangani permasalahan Jogja, serta cenderung mencari pembenaran, Pembentukan Opini Publik sudah keluar dari Substansial permasalahan yang sebenarnya, pelaku pengeroyokan Serka Santoso berjumlah 7 orang, 3 masih Buron, kemudian keterkaitan pembacokan Sertu Sriyono yang dilakukan oleh Marsel sampai saat ini tidak diuangkap, apa motof dari pembacokan tersebut, serta kesalahan prosedur pemecatan Bripka Juan oleh Polda Jogjakarta.
16. Dari runtutan kejadian, Korban, Barang Bukti di TKP, serta UPAYA pembentukan opini Publik oleh Polri melalui media massa, yang cenderung menutupi kejadian yang sebenarnya, sangat jelas bahwa ini adalah Fitnah. KESIMPULANNYA ADALAH TNI APALAGI KOPASSUS TIDAK TERLIBAT KASUS PENYERANGAN DI LP SLEMAN, mengapa pihak Kepolisian tidak melakukan pembuktian terbalik. Tanpa menuduh pihak dan Institusi tertentu, yang jika dikaitkan satu sama lain baik korban, TKP, Bukti di TKP serta kegiatan. Tidak satupun menunjukkan keterlibatan Kopassus maupun institusi TNI.
4. Pada tanggal 20 Maret 2013, Jam 10.00, Sertu Sriyono anggota Korem Jogja di Bacok oleh Sdr. Marcel, Marcel adalah rekan dari 4 tersangka yang telibat pengeroyokan Sertu Santoso, juga Anggota Ormas KOTIKAM
5. Dari pemeriksaan ini, mulai terungkap bahwa Bripka Juan masih aktif di Polsekta Jogja, Bripka Juan sdh mengaku bersalah dan siap mempertanggungjawabkan, dgn alasan Khawatir dan Ruang Tahanan sdg direhab, pihak Polda berencana pada esok harinya jam 09.00 akan memindahkan 4 tahanan ini untuk dititipkan ke LP Sleman.
6. Pada saat itu juga, seluruh Anggota Grup-2 Kopassus, diperintah oleh Komandan Grup-2 Kopassus, tidak ada yang keluar Asrama tanpa terkecuali, dan dilaksanakan Apel pengecekan dari Pagi Hingga Malam.
7. Pada tanggal 22 Maret 2013, pada jam 08.45 diadakan sidang PDTH (pengakhiran Ikatan Dinas dengan tidak hormat) terhadap Bripka Juan. Pada Jam 09.00, 4 tahan ini dititipkan di LP Sleman.
8. Pada tanggal 22 Maret 2013, jam 09.00 11 tahanan di dibawa ke LP Sleman utk menunggu sidang pengadilan. 4 tahanan kasus pengeroyokan Serka Santoso dan 7 tahanan Narkoba. Mereka dikawal Brimob dengan sejata lengkap dan di ikat
9. Pada tanggal 23 Maret 2013, jam 01.30 LP Sleman diserang orang tidak dikenal, dan menembak Mati 4 tahanan pelaku pengeroyokan Serka Santoso.
Benyamin Sahetapy alias Decky
Korban, Serka Susanto
Marcel, Otak dibalik pembacokan Sertu Sriyono
Sertu Sriyono, Korban Pembacokan Kelompok Marcel
diatas kita sudah membahas, Fakta di Lapangan.
berdasarkan kejadian di atas, dan keterangan Kepolisian terdapat Banyak kejanggalan, diantaranya :
1. Bripka Juan tidak terlibat pada kasus pengeroyokan Serka Santoso di Hugos Cafe Jogja, justru Bripka Juan yg melerai dan menolong Korban, jadi tidak ada alasan kekhawatiran dari Pihak Polda Jogja bahwa ada tindakan Balasan dari Kopassus atas kejadian tersebut. Situasi ini sengaja diciptakan sendiri oleh Polda Jogja, Dan tidak ada alasan Kopassus mengincar Bripka Juan. Dikalangan Polresta dan Brimob Jogja, Bripka Juan kurang disukai oleh rekan rekannya.
2. Polda Jogja telah berbohong, dengan mengatakan bahwa Bripka Juan adalah pecatan, terbukti Bripka Juan disidang pemecatan dilakukan setelah pengeroyokan di kafe Hugos. Dan sidang berlangsung hanya 5 menit, 15 menit sebelum dipindahkan ke LP Sleman. Menanggapi Sidang pemecatan tersebut, Bripka Juan mengatakan, "saya juga penyidik, saya tahu ini janggal, tapi nanti saya akan banding setelah 8 hari, dan akan mengungkap 3 anggota Brimob yang terlibat pemukulan , menendang, menginjak dan menyeret anggota Kopassus itu , ini adalah persaingan yang sengaja menyingkirkan saya, dari pernyataan ini sudah jelas bahwa Bripka Juan adalah Bandar Narkoba, dan ada Anggota Polda Jogja lain yang menjadi Bandar Narkoba.
3. Awalnya 4 pelaku menolak dititipkan ke LP Sleman, Tapi Polda Jogja tetap Ngotot membawa mereka, dengan alasan Ruang Tahanan Polda sedang Direhab, tapi setelah di cek, Ruang tahanan tersebut masih Layak dan tidak ada perbaikan. Setelah diperiksa dan Sebelum dibawa ke LP Sleman, Bripka Juan meminta kepada istrinya untuk menyiapkan jas yang bersih dan rapi, seolah-olah dia tahu bahwa dia akan mati, sambil mengatakan "Saya mengaku bersalah, saya cinta Korp Polri dan negara ini, Jikapun saya Mati, saya ingin mati secara terhormat seperti Prajurit Tentara”. Bripka Juan dalam tekanan berat dan merasa jiwanya terancam. Saat dimasukkan kedalam blok LP Sleman Bripka Juan Sempat menunjukkan Respeknya kepada petugas, dengan mengambil sikap siap, dan memberikan penghormatan walaupun tangannya di ikat dan ditodong dengan senjata oleh Anggota Brimob("kepada Petugas, Hormat Gerak, tegak Gerak"). Bripka Juan juga mengatakan, "saya kok diperlakukan seperti Teroris, di ikat dan ditodong dengan Senjata"
4. Sampai saat ini Polda Jogja, tidak mau mengungkap dan menangkap siapa Pelaku yang menendang serta Menyeret Korban (Serka Santoso), hal ini sempat menjadi tanya tanya dari Bripka Juan, Bripka Juan mengatakan “biasalah Polisi, yang penting sudah nangkap satu, agar terlihat berhasil” berarti 3 orang ini masih Buron, beberapa Rekan Bripka Juan disatuan Brimob Jogja juga melihat kejanggalan dari kasus ini, seperti Rekaman CCTV di Hugos Cafe telah di edit dan dirusak Oleh Penyidik Polda Jogja, yang telihat di Rekaman CCTV hanya saat pemukulan yang dilakukan oleh Sdr. Decky dan penusukan yang dilakukan oleh Sdr. Dedy, kejadian awal saat Korban dan pelaku datang tidak ada, Decky melempar Korban dengan Asbak, demikian juga saat Korban ditendang dan diseret oleh 3 orang yang dikenal oleh Bripka Juan. Rekan Bripka Juan pun (sesama anggota Polda Jogja) melihat kejadian ini janggal, dalam waktu kurang dari 24 jam pelaku ditangkap dan dijadikan tersangka, kemudian dititipkan di LP Sleman, kemudian di eksekusi di LP Sleman. Untuk menekan Pihak Hugos Kafe berkaitan dengan rekaman CCTV, Polda Jogja mengancam akan menutup Hugos Kafe, semua orang tahu bahwa Perijinan Usaha bukan di Kepolisian atau Polda tapi Hak dari Pemda DI Yogyakarta. Bukan kepolisian. Dalam hal ini Polisi tidak punya Hak, sudah melampaui wewenang.
5. Pada awalnya, Ka Lapas Sleman keberatan atas penitipan tersebut, karena tidak sesuai dengan prosedur dan 2 dr 4 tersangka, dalam keadaan luka, sebelum di bawa ke LP sdr. Dedy dipanggil oleh org yg menyeret serka santoso di kafe Hugos, saat keluar seluruh badannya memar dan lebam. Kemudian sdr. Adi 3 gigi depannya tanggal serta bibirnya bengkak berdarah. Awalnya Ka Lapas akan mengembalikan tahan titipan tersebut ke Polda, tapi tdk ada jawaban dari Polda, kemudian jika mlm ini tdk bisa, Ka Lapas akan tetap mengembalikan ke 4 tahanan titipan tersebut ke Polda jogja.
6. Sertu Sriyono anggota Korem Jogja, dibacok oleh Sdr. Marcel, di bacok di bagian kepala sebelah kiri. Marcel adalah anak buah dari Bripka Juan, rekan Decky, Dedi dan Adi, Korban di Bacok karena menangkap Sdr. Dedi dan Adi dan menyerahkannya kepada Penyidik Polda Jogja.
7. Sebelum di titipkan ke LP Sleman, Bripka Juan dihadapkan ke Sidang Pemecatan di Polda Jogja, sidangnyapun singkat hanya 5 menit, ini adalah Sidang Penjatuhan Hukuman tersengkat di dunia, hanya 5 menit, hal ini membuktikan bahwa Polda sengaja memojokkan Bripka Juan, setelah dipecat dalam wakktu 5 menit, bripka Juan dan 3 tersangka lainnya di titipkan ke LP Sleman. Yang dibawa ke LP Sleman, bukan hanya Bripka Juan CS, tapi termasuk 7 Tahanan Polda Jogja terkait Kasus Narkoba. Tapi Sdr. Marcel pelaku pembacokan Sertu Sriyono tidak di titipkan di LP Sleman.
8. Kemudian mereka di masukkan ke dalam Sel, yang mengantar Anggota Brimob, hingga ke dalam ruangan Tahanan LP. Sleman, Bripka Juan ditempatkan 1 ruang dengan Decky di Blok-5, sedangkan Dedy ditempatkan 1 ruang dengan Sdr. Adi di Blok-10. Dari penempatan Blok, nomor serta isnya sudah jelas, ini sebagai titik tanda, dan hanya mereka ber-4 yang menempatinya, sedangkan 7 tahanan Narkoba ditempatkan ruangan lain. disini terlihat mulai terlihat kebohongan aparat Kepolisian Jogja, dimedia massa ke 4 korban di eksekusi di hadapan 11 tahanan lainnya, sambil bertepuk tangan, sangat tidak masuk akal bahwa pasukan terlatih yang menyerang dengan cepat masih sempat m,embuat Drama.
9. Berdasarkan Tuduhan Begajul Amerika bernama Komnas HAM, Hendardi dan kecoak kecoaknya serta Jenderal Banci Antek Amerika yang bernama Wiranti. Pelaku penyerangan di LP Sleman, menggunakan penutup Wajah, senjata lengkap, menggunakan 5 kendaran, mereka adalah orang yang terlatih, pertanyaannya adalah, benarkah hanya Kopassus yang terlatih di negeri ini ? Anjing Pelacaknya Brimob juga terlatih. tapi tidak hanya Kopassus yang terlatih, Masyarakat sipil dan aparat lainpun terlatih Densus-88 juga terlatih, jika yang dituduh adalah anggota Kopassus itu kemungkinan kecil. Karena Para Pelaku penyerangan yang lebih dari 16 orang, sepertinya sudah kenal betul dengan Lingkungan dan situasi LP Sleman, terbukti:
a. Pelaku penyerangan juga Tahu dimana meletakkan Mobil, karena mereka masuk ke Area LP Sleman menggunakan 5, 4 mobil langsung menuju Area LP Sleman dan 1 menunggu diluar.
b. Pelaku tahu betul dan hafal dimana letak CPU yang menyimpan rekaman CCTV LP. Sleman, kemudian dicuri oleh penyerang.
c. Pelaku penyerangan Tahu, bahwa sistem penguncian di LP Sleman dari dalam dan Luar, setelah mereka melumpuhkan penjaga di depan dan merampas Kunci, kemudian membuka pintu dengan Kunci, merusak pintu dan membuka kunci dalam dari lobang pecahan Pintu.
d. Pelaku penyerangan juga mengetahui dimana ruangan ke-4 tahanan tersebut dititipkan, kemudian mengeksekusinya
Kejadian ini sepertinya sudah direncanakan dengan Matang dan para pelaku tahu dan hafal Area LP Sleman. Sehebat apapun Kopassus, hal ini tidak mungkin dilakukan dalam waktu 16 Jam, sedangkan Kopassus tidak pernah ke LP Sleman dan melakukan pengamatan sampai ke dalam ruangan LP Sleman, yang tahu situasi dan keadaan LP Sleman adalah aparat yang mengantar Tahanan, Masyarakat dan keluarga penghuni LP Sleman.
10. setelah dibantah oleh beberapa anggota Kopassus, Pihak Lapas mulai membuat Skenario cadangan mencari alasan, agar mereka tidak terlihat Kongkalikong dengan Polda, dan kami Yakin bahwa Pihak Lapas Sleman dalam tekanan Polda, dengan membuat cerita Bohong :
"- Sekelompok orang bersenapan laras panjang datang dengan lima minibus Toyota Avanza dan Innova. Ada juga saksi yang melihat lima orang mengendarai sepeda motor.
- Lima belas orang di antaranya melompati pagar yang tingginya tak sampai 1,5 meter. Sekitar dua-lima orang berjaga di luar penjara.
- Satu orang menggedor gerbang penjara dan menyodorkan surat meminjam tahanan.
- Setelah mengancam akan meledakkan Lapas, 15 penyerang masuk ke ruang portir. Di sana mereka sempat menyiksa delapan sipir.
- Dari ruang portir, sebagian menyebar. Ada yang menuju ruang kepala lapas untuk mengambil kamera CCTV. Ada juga yang menjemput Kepala Keamanan Lapas Margo Utomo untuk mengambil kunci blok dan sel empat tahanan yang diincar.
- Empat penyerang masuk ke blok empat tahanan itu. Tapi hanya satu yang masuk ke sel dan menembak empat tahanan itu. "
pertanyaannya adalah :
a. Dari rangkaian kegiatan ini apakah Waktunya Cukup 15 menit seperti yang diberitakan.
b. awalnya Lapas mengaku, Pelaku menggunakan 5 mobil, sekarang ada se[peda Motor.
c. Pelaku menyodorkan Surat peminjaman Tahanan, Pihak Lapas ingin berbohong tetapi malah berkata jujur dan menjelaskan bahwa yang tahu mengenai Surat Peminjaman Tahanan hanya ada 2 institusi, yaitu : POLISI DAN KEJAKSAAN, (kemungkinan sangat kecil menuduh Kejaksaan)
d. Ada yang menuju Ruang Ka Lapas, untuk mengambil Kamera CCTV, Hal ini menunjukkan bahwa pelaku sangat tahu dan hafal benar letak serta isi Lapas, termasuk Kamera CCTV, yang tahu letak benda tersebut hanya 2 institusi, yaitu Lapas dan Polisi.
e. 1 orang masuk kedalam sel dan menembak 4 pelaku, cerita Rambo yang dibuat, 1 orang ini hebat sekali, masuk sendiri ke dalam sel dan menemnbak 4 pelaku, jika demikian, pertanyaannya adalah siapa yang menyiksa Bripka Juan hingga tangan Kirinya Patah ? dan yang menusuk Bripka Juan hingga terdapat 4 luka tusuk di badannya ? HAL INI MEMBUKTIKAN CERITA BOHONG PIHAK LAPAS SLEMAN.
11. Para Pelaku langsung menuju ruang Tahanan dan mengeksekusi 4 tahanan, Ke-4 tahanan tersebut ditembak Mati di 2 ruangan berbeda. Krn di TKP terdapat Selongsong Peluru kaliber 9 mm dan 7,62 mm, tapi keterangan Kadiv Humas Mabes Polri mengatakan di TKP hanya ada selongsong munisi kaliber 9 mm tidak menyebut selonsong munisi lain. Kemudian kondisi Bripka Juan selain luka tembak di Kepala¸ terdapaT. 2 luka tusukan di dada kanan dan lengan kirinya Patah. Sedangkan Adi selain luka tembak, terdapat luka memar di wajah sebelah kiri dan pergelangan tangan kiri Patah. Sedangkan Decky dan Dedy hanya terdapat Luka tembak. Jadi tidak benar pemberitaan dari media bahwa ke 4 tahanan tersebut langsung diberondong oleh penyerang, krn 2 diantaranya sempat dianiaya terlebih dahulu.
12. Mendengar ada kejadian penyerangan dan pembunuhan di LP Sleman, Komandan Grup-2 langsung mengumpulkan dan mengecek anggotanya hal tersebut selain perintah dari Pangdam IV Diponegoro juga menjadi Protap di Kopassus apabila ada kejadian, asrama langsung di Alarm. Jarak tempuh antara Sleman dengan Jogja adalah + 1,5 Jam, jadi tidak mungkin dalam waktu tersebut mereka bisa tiba dengan cepat di Asrama Grup-Kopassus Kartosuro dan bisa hadir saat apel pengecekan. Apalagi Pintu Ksatrian Grup-2 Kopassus jika Malam Hanya 1 Pintu yang di Buka, itupun harus melewati 2 Pos penjagaan, jadi sangat kecil kemungkinan anggota Kopassus terlibat dalam pnyerangan tersebut. Dan hal ini bertambah janggal, karena saat kejadian Polda Jogja dan Jawa tengah tidak melakukan sweeping dijalan guna mencegah pelaku melarikan diri, tapi hal ini tidak dilakukan.
13 Mengenai pembentukan Opini Publik oleh Media Masa yang seolah-olah bahwa pelaku penyerangan tersebut adalah Kopassus dan secara tidak langsung menuduh Kopassus serta pernyataan Anggota Kimisi 3 DPR RI, Ahmad Yani, hal ini menandakan bahwa Anggota dewan yang terhormat ini Memang Bodoh dan asal Bacot (nasehat buat anggota dewan yang terhormat ini "PAK YANI... D]\KALAU TIDAK TAHU LEBIH BAIK DIAM, DIAM JUGA BISA MENUTUPI KEBODOHAN", cenderung memojokkan Kopassus dengan mengatakan ;
a. Masalah Jogja adalah masalah Hukum, berarti wewenang Keamanan ada di tangan Kepolisian bukan TNI.
b. Senjata yang digunakan adalah Senjata Organik TNI, sudah jelas adalah senjata yang digunakan oleh TNI
c. Kok Pangdam IV, Cepat mengambil kesimpulan, bahwa tidak ada anggotanya yang terlibat, Pangdam ini bisa di copot, sudah jelas kok, Senjata yang digunakan untuk menyerang adalah Senjata TNI Jenis SS-1, buatan Pindad.
d. Penyerang juga menggunakan Rompi Anti Peluru. Dan senjata Khusus?
e. Media TV One memberitakan
Kalau Media massa sudah jelas, siapa yang meminta penayangan berita saja yang di publikasiskan, selama ini Kopassus diam saja tidak menanyakan dan melakukan konfrensi Pers tentang anggotanya yang di Bunuh, Jika Anggota Komisi-3 DPR RI Ahmad Yani saja bisa dikelabui dan dibohongi oleh Polda Jogja, media dan kelompok yang berkepentingan dikelabui, bagaimana dengan Rakyat, Tapi Bapak Ahmad Yani tidak melakukan atau memberikan pendapat tentang Proses pemecatan Bripka Juan yang tidak sesuai prosedur, pemecatan dilaksanakan setelah kasus ini mencuat yang sebelumnya, Pihak Polda menyatakan bahwa Bripka Juan adalah pecatan Polda Jogja.
Pertanyaanya adalah :
a. Dari mana Pak Ahmad Yani dan Media tahu bahwa senjata yang di gunakan oleh penyerang menggunakan senjata SS-1 Pindad ? kuat dugaan adalah beliau menonton hasil Rekaman CCTV, jika dari Rekaman CCTV, berarti pemberitaan media selama ini bahwa saat penyerangan Pelaku menggondol CCTV adalah berita bohong yang sengaja dihembuskan, seolah olah pelaku penyerangan lihai dan terlatih. Jika benar itu senjata SS-1 Pindad, tentu ada nomornya, berapa Nomornya ? jika beliau menonton dari hasil rekaman CCTV, Berarti CPU yang menyimpan data rekaman CCTV di LP Sleman tidak hilang tapi sengaja disembunyikan. sekarang terbukti, pendapat Anggotai Dewan yang terhormat Komisi-3 DPR RI bernama Ahmad Yani adalah SALAH DAN MENUNJUKKAN KEBODOHANNYA, PANTAS SAJA DEPARTEMEN YANG DI PIMPIN PARTAI SI KELEDAI INI ADALAH DEPARTEMEN YANG TERKORUP.
b. Apakah Ahmad Yani tahu pengertian Senjata Khusus ? dan pernah melihat serta menggunakan senjata tersebut ? SS-1 Bukan senjata Khusus, senjata Khusus adalah senjata Sniper dan Mitraliur. SS-1 Bukan senjata Khusus tapi Senapan Serbu jadi SS-1 adalah Senapan Serbu-1, Dan Kopassus tidak menggunakan SS-1, yang menggunakan SSI-1 adalah Brimob
c. Mengenai pencopotan Pangdam-IV / Diponegoro karena cepat mengambil kesimpuan atas kejadian tersebut, kita tidak tahu apakah Pak Ahmad Yani punya wewenang atau Tidak yang jelas Pernyataan Pangdam-IV / Diponegoro adalah Benar, cepat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada anggota TNI apalagi Kopassus yang terlibat, dari pernyataan Pak Ahmad Yani saja sudah dijawab sendiri oleh Pak Ahmad Yani “bahwa pelaku penyerangan menggunakan Senjata SS-1 Pindad, mengapa dijawab sendiri ? “KARENA GRUP-2 DAN SELURUH ANGGOTA KOPASSUS TIDAK MENGGUNAKAN SENAPAN SS-1 PINDAD” yang menggunakan senjata SS-1 dan FNC kaliber 5,56 mm adalah BRIMOB POLRI DAN BRIMOB JOGJA MENGGUNAKAN SENJATA SS-1, FNC DAN AK-101 CHINA. Dan sangat tidak mungkin Anggota Kopassus bisa keluar senjata sembarangan karena Jam 17.00 gudang senjata sudah ditutup, tidak ada senjata, munisi dan Bahan peledak yang keluar masuk. Jikapun ada harus melalui beberapa prosedur, mulai dari melapor ke Pejabat, melapor ke pejabat, mengurus Surat ijin, menghubungi pejabat Gudang, munukar kartu keluar masuk kunci senjata, karena seluruh senjata di Kopassus dirantai dan di Gembok, mengurus surat serah terima senjata dll, belum lagi melewati 3 lapis kunci pintu gudang senjata. Aparat yang mudah mengakses senjata di Indonesia ini adalah BRIMOB POLRI.
d. Pak Ahmad Yani lupa selain rekaman CCTV, di TKP terdapat Selongsong Peluru 7,62 mm, yg digunakan oleh senjata AK-47, yang menggunakan Senjata AK-47 adalah BRIMOB POLRI, kemudian terdapat Selongsong munisi 5,56 mm / MU-5 TJ, munisi ini bisa digunakan di senjata SS-1 Pindad, M-16 A1, dan senapan AK-101 China, yang menggunakan senapan SS-1 Pindad dan AK-101 China adalah BRIMOB POLRI.
e. Tentang Rompi Anti Peluru, mungkin yang dilihat adalah Fet yang berbentuk Rompi, terlihat berwarna Hitam, sedangkan DI GRUP-2 KOPASSUS MEREKA MEMILIKI 2 JENIS ROMPI ANTI PELURU YANG MEMILIKI CORAK LORENG TNI DAN LORENG DARAH MENGALIR. Yang menggunakan Rompi Anti Peluru berwana Hitam adalah BRIMOB POLRI.
14 Pernyataan Polda bahwa ke 4 tersangka ditangkap oleh Polda dan barang Bukti Botol dan Pisau ditemukan di TKP. Pernyataan tersebut tidak benar, Polda hanya menangkap Bripka Juan dan Sdr. Decky, sedangkan Adi dan Dedi ditangkap oleh Intel Korem. Barang bukti pisau ditemukan bukan di Hugos Kafe, tapi ditemukan di tempat tinggal Sdr. Dedy bukan di Hugos Kafe. Akibat penangkapan tersebut, Marcel mebacok Sertu Sriyono karena melakukan penangkapan terhadap beberapa pelaku pengeroyokan Seru Santoso.
15. Polisi tidak konsisten menangani permasalahan Jogja, serta cenderung mencari pembenaran, Pembentukan Opini Publik sudah keluar dari Substansial permasalahan yang sebenarnya, pelaku pengeroyokan Serka Santoso berjumlah 7 orang, 3 masih Buron, kemudian keterkaitan pembacokan Sertu Sriyono yang dilakukan oleh Marsel sampai saat ini tidak diuangkap, apa motof dari pembacokan tersebut, serta kesalahan prosedur pemecatan Bripka Juan oleh Polda Jogjakarta.
16. Dari runtutan kejadian, Korban, Barang Bukti di TKP, serta UPAYA pembentukan opini Publik oleh Polri melalui media massa, yang cenderung menutupi kejadian yang sebenarnya, sangat jelas bahwa ini adalah Fitnah. KESIMPULANNYA ADALAH TNI APALAGI KOPASSUS TIDAK TERLIBAT KASUS PENYERANGAN DI LP SLEMAN, mengapa pihak Kepolisian tidak melakukan pembuktian terbalik. Tanpa menuduh pihak dan Institusi tertentu, yang jika dikaitkan satu sama lain baik korban, TKP, Bukti di TKP serta kegiatan. Tidak satupun menunjukkan keterlibatan Kopassus maupun institusi TNI.
Polri harus jujur dan Fair dalam mengungkap dan menangani
kasus Jogja, membuka siapa saja yang terlibat, seluruh pelaku termasuk 3
orang yang masih buron dan tidak pernah diungkap oleh Polri, tanpa
harus menutup-nutupi serta berbohong, tanpa berusaha seolah olah
dipojokkan, dan menunjukkan Barang bukti yang sebenarnya, termasuk
rekaman CCTV di Hugos Kafe secara utuh tanpa di edit dan di rusak,
karena merusak barang bukti adalah suatu tindakan kejahatan melawan
Hukum.
17. Ada Upaya Pihak Polda Jogja menutupi kasus yang sebenarnya dengan mengalihkan isu penyerangan terhadap LP. Sleman. teorinya sangat Gampang :
- Yang menyidik 4 Korban adalah Polisi
- Yang mengantar Korban ke LP adalah Polisi
- yang memasukkan tahanan ke ruang Tahanan adalah Polisi. dari sini mulai terbukti bahwa, sebelum di eksekusi, Adi dan Dedy sempar berbaur dengan 11 tahanan Narkoba lainnya, kemudian ketahuan oleh Polda dan dikembalikan ke ruang Tahanan A-5
- Yang mengetahui lingkunagn LP adalah Polisi
- yang sering ke LP adalah Polisi.
- yang tahu letak CCTV adalah Polisi.
18. Saat terjadinya penyerangan di LP, SELURUH APARAT KEPOLISIAN JOGJA DAN JAWA TENGAH, TIDAK ADA SATUPUN YANG MELAKUKAN SWEEPING, DAN AJAIBNYA SAAT KEJADIAN, SELURUH REKAMAN CCTV YANG MEMONITOR LALU LINTAS TIDAK BERFUNGSI.
yang bisa mengaktifkan dan mematikan CCTV lalu lintas adalah Polisi.
19. di TKP hanya terdapat 13 Selongsong munisi, sekarang mulai di buat buat, seolah olah terlihat brutal dan sadis, belakangan ditemukan 31 proyektil di tubuh ke 4 korban, teorinya Amerika dipakai, dinggal angkanya di balik. bertambah lagi kebodohan aparat ini, sama dengan kasus antasari, sangat aneh dan janggal, senapan Munisi 7,62 mm pelornya bersarang di badan? jika manusia di jejer 4 orang kemudian ditembakkan dengan Senapan AK-47 maka ke 4 orang tersebut akan tembus, jadiiiii, TIDAK MUNGKIN MUNISI KALIBER 7,62 MM, bersarang di badan.
20. ada lagi yang mengatakan bahwa korban diberondong, itu adalah Bohong ! Decky, Dedy dan Bripka Juan ditembak dari belakang dalam keadaan tiarap, peluru melintas dari bagian belakang badan tembus di depan. untuk Bripka Juan luka tembak dari kepala kanan tembus ke kiri tepat dibelakang kuping,, sedangkan Sdi, ditembak dari depan dalam keadaan Jongkok
Mungkin anda akan mengira bahwa tulisan dan fakta di atas adalah suatu kebohongan dan mengarang ngarang :
perhatikan foto di bawah ini dan Uji Balistiknya, KAMI MENANTANG SELURUH AHLI BALISTIK POLRI UNTUK MENJELASKAN GAMBAR INI :
Mayat Benyamin Sahetapy alias Decky, decky mengalami Luka tembak di perut sebelah kiri dan ulu Hati, kemungkinan Korban di tembak saat duduk, terlihat di Gambar selongsong munisi kaliber 7,62 mm, dan pelor mengenai tembok (lingkaran Kuning). Korban ditembak saat membelakangi Pelaku karena bekas luka masuknya pelor lobangnya terlihat kecil, (tempat keluarnya pelor, luka akan terbuka keluar dan besar)
Mayat Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan, karena Luka tembak di Bagian belakang Kepala dari luka yang cukup besar, dan kepala bagian belakang terbuka, kuat diduga munisi yang digunakan adalah kaliber 7,62 mm digunakan di Senjata AK-47, selain luka tembak, di dada kanan korban terdapat beberapa Luka Tusuk benda Tajam, dan Lengan Kiri Patah, terlihat di Gambar lengan kiri Korban tertekuk. Bripka Juan dieksekusi setelah Sdr. Decky di eksekusi, Kaki yang nampak di Gambar adalah Kaki saudara Sdr. Decky, terlihat ada darah kepala Bripka Juan yang muncrat di kaki Kanan Sdr. Decky (lingkaran Kuning). Panah merah adalah lintasan peluru saat Bripka Juan di tembak. Terlihat selongsong munisi kaliber 5,56 mm di bagian atas kepala Korban (lingkaran Putih).
Korban, Dedy alias Adrianus Chandra Galaja, terdapat 2 luka tembak di Punggung Kiri, korban ditembak dari belakang, tampak terlihat selongsong munisi kaliber 5,56 mm (lingkaran Kuning) Sdr. Adi berada di Kaki sdr. Dedy.(Panah Merah)
Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, Korban di tembak tepat di bagian pipi sebelah kiri tembus ke belakang, kemungkinan Korban di tembak dalam keadaan Jongkok, terlihat percikan darah di tembok serta Pantulan peluru (lingkaran Kuning), pergelengan tangan kiri korban terlihat Patah. Terdapat selongsong Munisi Kaliber 7,62 mm (lingkaran merah), sedangkan darah yang merembes di dekat tangan Adi adalah Darah sdr. Dedy. (Panah Kuning, Posisi sdr. Adi), Arah Lintasan Peluru (Panah Merah)
17. Ada Upaya Pihak Polda Jogja menutupi kasus yang sebenarnya dengan mengalihkan isu penyerangan terhadap LP. Sleman. teorinya sangat Gampang :
- Yang menyidik 4 Korban adalah Polisi
- Yang mengantar Korban ke LP adalah Polisi
- yang memasukkan tahanan ke ruang Tahanan adalah Polisi. dari sini mulai terbukti bahwa, sebelum di eksekusi, Adi dan Dedy sempar berbaur dengan 11 tahanan Narkoba lainnya, kemudian ketahuan oleh Polda dan dikembalikan ke ruang Tahanan A-5
- Yang mengetahui lingkunagn LP adalah Polisi
- yang sering ke LP adalah Polisi.
- yang tahu letak CCTV adalah Polisi.
18. Saat terjadinya penyerangan di LP, SELURUH APARAT KEPOLISIAN JOGJA DAN JAWA TENGAH, TIDAK ADA SATUPUN YANG MELAKUKAN SWEEPING, DAN AJAIBNYA SAAT KEJADIAN, SELURUH REKAMAN CCTV YANG MEMONITOR LALU LINTAS TIDAK BERFUNGSI.
yang bisa mengaktifkan dan mematikan CCTV lalu lintas adalah Polisi.
19. di TKP hanya terdapat 13 Selongsong munisi, sekarang mulai di buat buat, seolah olah terlihat brutal dan sadis, belakangan ditemukan 31 proyektil di tubuh ke 4 korban, teorinya Amerika dipakai, dinggal angkanya di balik. bertambah lagi kebodohan aparat ini, sama dengan kasus antasari, sangat aneh dan janggal, senapan Munisi 7,62 mm pelornya bersarang di badan? jika manusia di jejer 4 orang kemudian ditembakkan dengan Senapan AK-47 maka ke 4 orang tersebut akan tembus, jadiiiii, TIDAK MUNGKIN MUNISI KALIBER 7,62 MM, bersarang di badan.
20. ada lagi yang mengatakan bahwa korban diberondong, itu adalah Bohong ! Decky, Dedy dan Bripka Juan ditembak dari belakang dalam keadaan tiarap, peluru melintas dari bagian belakang badan tembus di depan. untuk Bripka Juan luka tembak dari kepala kanan tembus ke kiri tepat dibelakang kuping,, sedangkan Sdi, ditembak dari depan dalam keadaan Jongkok
Mungkin anda akan mengira bahwa tulisan dan fakta di atas adalah suatu kebohongan dan mengarang ngarang :
perhatikan foto di bawah ini dan Uji Balistiknya, KAMI MENANTANG SELURUH AHLI BALISTIK POLRI UNTUK MENJELASKAN GAMBAR INI :
Mayat Benyamin Sahetapy alias Decky, decky mengalami Luka tembak di perut sebelah kiri dan ulu Hati, kemungkinan Korban di tembak saat duduk, terlihat di Gambar selongsong munisi kaliber 7,62 mm, dan pelor mengenai tembok (lingkaran Kuning). Korban ditembak saat membelakangi Pelaku karena bekas luka masuknya pelor lobangnya terlihat kecil, (tempat keluarnya pelor, luka akan terbuka keluar dan besar)
Mayat Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan, karena Luka tembak di Bagian belakang Kepala dari luka yang cukup besar, dan kepala bagian belakang terbuka, kuat diduga munisi yang digunakan adalah kaliber 7,62 mm digunakan di Senjata AK-47, selain luka tembak, di dada kanan korban terdapat beberapa Luka Tusuk benda Tajam, dan Lengan Kiri Patah, terlihat di Gambar lengan kiri Korban tertekuk. Bripka Juan dieksekusi setelah Sdr. Decky di eksekusi, Kaki yang nampak di Gambar adalah Kaki saudara Sdr. Decky, terlihat ada darah kepala Bripka Juan yang muncrat di kaki Kanan Sdr. Decky (lingkaran Kuning). Panah merah adalah lintasan peluru saat Bripka Juan di tembak. Terlihat selongsong munisi kaliber 5,56 mm di bagian atas kepala Korban (lingkaran Putih).
Korban, Dedy alias Adrianus Chandra Galaja, terdapat 2 luka tembak di Punggung Kiri, korban ditembak dari belakang, tampak terlihat selongsong munisi kaliber 5,56 mm (lingkaran Kuning) Sdr. Adi berada di Kaki sdr. Dedy.(Panah Merah)
Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, Korban di tembak tepat di bagian pipi sebelah kiri tembus ke belakang, kemungkinan Korban di tembak dalam keadaan Jongkok, terlihat percikan darah di tembok serta Pantulan peluru (lingkaran Kuning), pergelengan tangan kiri korban terlihat Patah. Terdapat selongsong Munisi Kaliber 7,62 mm (lingkaran merah), sedangkan darah yang merembes di dekat tangan Adi adalah Darah sdr. Dedy. (Panah Kuning, Posisi sdr. Adi), Arah Lintasan Peluru (Panah Merah)
Korban, Dedy alias Adrianus Chandra Galaja, setelah badannya di balik.
KESIMPULANNYA ADALAH :
1. POLDA JOGJA JANGAN MENUTUPI KEJADIANNYA KONFLIK PERSAINGAN KARTEL NARKOBA DI ANTARA ANGGATA POLDA JOGJA.
2. POLISI SEGERA MENANGKAP 3 ORANG ANGGOTANYA YANG MELARIKAN DIRI SAAT KEJADIAN DI HUGOS KAFE, SATU BERNAMA HARUN DAN SATU LAGI BERNAMA DAVID SERTA SEORANG PERWIRA POLDA JOGJA.
3. KASUS PERSETERUAN INI SEBENARNYA ADALAH PERSETERUAN ANTARA KELOMPOK UGOH SENO DAN KELOMPOK GORIES MERE.
4. PELAKU PENYERANGAN LP SLEMAN ADALAH UNIT ZIBOM GEGANA DIDIKAN GORIES MERE
Bagaimana menurut anda?
1. POLDA JOGJA JANGAN MENUTUPI KEJADIANNYA KONFLIK PERSAINGAN KARTEL NARKOBA DI ANTARA ANGGATA POLDA JOGJA.
2. POLISI SEGERA MENANGKAP 3 ORANG ANGGOTANYA YANG MELARIKAN DIRI SAAT KEJADIAN DI HUGOS KAFE, SATU BERNAMA HARUN DAN SATU LAGI BERNAMA DAVID SERTA SEORANG PERWIRA POLDA JOGJA.
3. KASUS PERSETERUAN INI SEBENARNYA ADALAH PERSETERUAN ANTARA KELOMPOK UGOH SENO DAN KELOMPOK GORIES MERE.
4. PELAKU PENYERANGAN LP SLEMAN ADALAH UNIT ZIBOM GEGANA DIDIKAN GORIES MERE
- Panjang benar analisanya, terlepas benar tidaknya analisis ini,
penulisnya jelas punya akses ke barang bukti yang mengindikasikan
penulis anggota polisi/kopassus. Sayangnya penulis menggunakan akun
anonim (?) jadi entah yang ditulis benar atau mengada-ngada.
Inti artikel yg saya tangkap : Memang yang bikin bangsa ini kian rusak itu narkoba dan minuman keras. - bisa jadi ada keterlibatan dari pihak polisi untuk memojokkan tni/kopassus , waktu tahanan di pindah ke lp sleman , pihak LP sudah meminta tambahan pengamanan dari polisi bahkan katanya kepala LP sudah telpon ke kapolda alasannya telponnya mati.Pada saat kejadian eksekusi tak satupun aparat polisi yang bergerak langsung mengamankan LP, padahal mungkin saja kalau ada polisi yang siap menjaga keamanan LP pasti bisa bisa segera diantisipasi.
- analisnya logis dan sitematik. namun selaku masyarakat siapapun penyidiknya diharap agar jujur, kalo memang perlu ada penyidik dari TNI why not
- kok analisanya kontradiktif amburadul gak karuan, bertentangan satu
sama lain, kalo soal kartel narkoba dan perseteruan ugro seno vs goris
mere, kenapa ngebungkamnya setelah ada 2 TNI dianiaya ya, lalu apa
hubungan kedua TNI itu dgn kartel narkoba dan ugro vs goris?
Ditulis selain juan cs yg 4 orang itu, ada 7 lagi tahanan narkoba yg ikut dipindahkan, nah kenapa yg 7 itu kagak di dor sekalian, kan mereka bisa ngomong kalo masih punya mulut dan nyawa, juga si marcel itu, teman si juan, kenapa dia dibiarin hidup, selain itu juan kan juga punya keluarga dan teman lain yg kemungkinan juga tahu rahasia juan dan pernah dicurhatin
misalnya...ini misalnya, polri mau mojokin TNI/kopassus tujuannya apa? apa sasaran yg hendak dicapai dengan memojokkan TNI/kopassus? apa malah tidak jadi boomerang dan diketawain rakyat kalo ketahuan
kalo cuma demi menutupi belang ugro atau goris, polri bela-belain sampe mojokin TNI/kopassus gak masuk akal banget, ugro dan goris cuma irjend, setingkat djoko susilo, kusno yg komjend aja juga dipites/dikorbankan sama polri, bahkan waktu mantan kapolri rusdihardjo, bintang 4 dan juga mantan duta di Malaysia di periksa KPK, polri juga gak bisa berbuat apa-apa,
kalo analisa ini benar kenapa tidak dikirim ke komnas HAM atau Tempo misalnya, kenapa cuma ditulis di FB yg nota bene penggemarnya cuma anak-anak ABG, pembantu rumah tangga, PNS rendahan dsb. yg agak dewasa dan pinter biasanya lebih suka ngetweet, atau justru karena tahu pembaca FB kebanyakan cuma orang-orang yg rumongso ngerti politik dan senang teori konspirasi, tapi sebetulnya sangat mudah diadu domba? - Satu kata MIRIS,mau dibawa kemana bangsa ini.???
- sumpah bukan ane yg nembak gan.... peace -_-v
- Bisa saja opini yang dibangun bahwa ini adalah balas dendam dari kopassus....harusnya kalau polisi bakal tahu bahwa akan terjadi balas dendam, tentunya pengamanan ke-4 tersangka ini sangat ekstra ketat, katanya pengamanannya seperti menangkap TERORIS , tapi setelah di serahkan ke LP, kok sepertinya polisi lepas tangan, tanpa dibackup dengan pengamanan polisi, pantas saja LP begitu mudah di serang.........kita lihat aja nanti, apakah akan terbukti bahwa ini karena murni balas dendam dari kopassus atau malah memang rekayasa dari polisi itu sendiri....smoga saja cepat terungkap.
- Kalau di zaman suharto, sdh habis semua ini, bikin lagi petrus biar preman, habis
- yg bilang penggemar FB dari kalangan org rendahan adalah orang sombong yg gak ketulungan.kalo gak setuju dgn ulasan Bung Idjon Jambi, bilang aja gak setuju. gak usah rendahin org lain. Asal tau ya? 95% Ulasan Idjon Jambi ada benarnya. yg 5% lagi adalah kemauan pemerintah membuka kasus ini seterang-terangnya.
- saya setuju dengan paparan diatas....ini adalah perbuatan oknum polisi....krn banyak kejanggalan yang terjadi dr awal dan tidak masuk akal....dan mmg jogja sdh menjadi tujuan dari para bandar narkoba....dan saya yakin ini jg melibatkan para petinggi oknum kepolisian yg bs memberi perintah pasukan dgn resiko tinggi....ingat, kesatuan yg terlatih bukan hanya tni, ttpi polisi jg punya kesatuan terlatih....mengenai gorris mere, sudah banyak berita terdengar....salah satunya kampung ambon kemayoran...yg buka tutup trs....seolah2 hanya drama murahan ....drugs house nya indonesia.....hidup TNI.....bentuk penyidik khusus dr tni ......
- 1000 % salut analisa di atas
- Hmm.. yang nulis analisa itu tau banyak tentang dunia militer, tapi
yang begitu itu biasanya sih hanya pengamat, warga sipil yang hobi
militer.
Teman saya yang hobi main airsoft gun malah tau lebih banyak soal senjata dibanding teman saya yang brimob. Teman saya yang brimob ini hanya tau senjata-senjata yang dilatihkan dan diajarkan kepadanya saja.
Tapi menurut saya sih analisanya gak terurut dan ngalor ngidul gak karuan, cuma sebagai pendukung untuk opini si penulis.
Selama puluhan tahun hidup di keluarga polisi saya meragukan polisi mampu melakukan "aksi" rapi terorganisir seperti itu, ini dari sudut pandang saya pribadi lho..
Polisi itu bisanya cuma nangkap maling, mungkin yang bisa melaksanakan operasi semacam itu cuma densus, tapi pergerakan densus juga ketat karena densus langsung dibawah Kapolri
Brimob sekarang pun sudah beda dengan dulu, Brimob yang sekarang lebih banyak dilatih untuk menghadapi massa, bukan operasi penyusupan/penyerangan seperti itu, saat memburu gerombolan bersenjata yang menyerang Polsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara beberapa waktu lalu yang maju di depan juga aparat dari KODIM, brimobnya cuma mengisolasi lokasi baku tembak dan memberi bantuan tembakan saja
Kalau soal "sampingan", setau saya gak sampai segitunya saling bersaing tuh, sampai bunuh membunuh segala.
Biasanya sama-sama cari makan sendiri-sendiri. Yang backup togel ya backup togel, yang main kayu ya main kayu, yang main minyak ya main minyak, narkoba ya main narkoba.
Kalau sampai ada kartel narkoba sebesar itu di tubuh Polda DIY, PASTI sudah tercium MABES!
Kalaupun ada kartel narkoba dan mau menghilangkan persaingan, cukup melakukan operasi kecil saja, seperti dihilangkan di tahanan, toh sebelumnya kasus ini tidak terpantau wartawan, ngapain sampai merancang operasi sebesar itu dan malah menjadi perhatian publik.
Yang jadi kambing hitam juga cukup sesama preman, atau sesama tahanan, bilang saja dibunuh musuhnya di dalam tahanan, beres, ngapain sampe nurunkan pasukan nyerang penjara dan mengkambing hitamkan kopassus segala, malah nambah kerjaan, malah bikin repot,
Kalau melakukan operasi seperti itu, justru malah kemana-mana masalahnya, terpantau oleh MABES, Presiden, KOMNAS HAM, media asing, itu malah riskan, taruhannya juga jabatan, saya gak yakin para petinggi Polda mau bertaruh seriskan itu. (Itupun kalaupun perancangnya adalah para petinggi seperti tuduhan si penulis diatas lho) - setidaknya pihak polda mem-backup pengamanan di LP, masa memindahkan tahanan dari polres ke polda aja segitu ketatnya pengamanannya, seperti menangkap TERORIS aja, eh sudah diserahkan ke LP kok nggak di backup ? apa mungkin polisis nggak tahu bakal ada penyerangan seperti itu ?? kalau begitu berarti polisinya juga kecolongan dong ! atau memang sengaja dibiarkan seperti itu ? tanpa backup pengamanan dari polisi ? bahkan katanya pihak LP sendiri sudah meminta bantuan pengamanan dari polisi.Jadi......pada kemana polisi menjelang dan saat kejadian penyerangan itu ?????
- Betul, saya juga sependapat, sepertinya Polisi sudah tau tapi
mengingat siapa "musuh" yang akan dihadapi, para komandan lebih menahan
diri (setidaknya mengulur waktu untuk memberikan bantuan), tidak
langsung membenturkan anak buah dengan gerombolan elit yang bersenjata.
Sepertinya semua pihak (polri/TNI) di lingkungan DIY terlibat.
Kalau dari majalahdetik sih katanya sejak sore sudah pesan SMS yang beredar
http://majalahdetik.info/2013/03/30/hanya-tni-atau-polri-yang-bisa-melakukan/ - penonton ma bisa komentar apa ja.... dah ada hukum yang mengurusnya ..bila gak tahu lebih baik diam dari pada cerita yg mengada2 dan menimbulkan permasalahan baru.... aparat hrus akur biar negara makmur .... nitip uang bisa berkurang nitip omongan bisa lebih.....
Rabu, 03 April 2013 | 05:34 WIB
Gelagat Penembak di LP Cebongan Versi Dirjen Lapas
Besar
Kecil
Normal http://www.tempo.co/read/news/2013/04/01/063470473/Notes-Idjon-Djambi-Dipatahkan-Sipir-Lapas-Cebongan
TEMPO.CO, Jakarta
- Identitas pelaku penembakan brutal empat tahanan Kepolisian Daerah
Yogyakarta di LP Cebongan, Sleman masih menjadi teka-teki hingga hari
ini. Tapi Direktur Jenderal Pemasyarakatan Mochamad Sueb mengaku
menerima laporan resmi mengenai gelagat pelaku penembakan tersebut.
"Mereka itu cepat, sigap, dan terlatih," ujar Sueb saat ditemui Tempo di kantornya, Selasa, 2 April 2013. Bukti bahwa ketiga belas oknum bersenjata tersebut terlatih; mereka merusak sistim kamera CCTV dengan rapi. "Mereka merusak CCTV, dari kamera dan perangkat lainnya," ujar Sueb. Otomatis, tak ada bukti rekaman yang tertinggal.
Para pelaku juga tergolong nekad, karena memaksa mendobrak pintu kepala Lembaga Pemasyarakatan. "Pintunya itu terkunci, tapi mereka memaksa masuk, lalu didobrak," katanya. Aksi tanggap lain yang dilakukan para pelaku yaitu, dua pelaku sempat datang ke Lapas tanpa menggunakan penutup muka. "Tapi mereka langsung hilang dengan cepat," katanya.
Melihat perilaku para pelaku, Sueb menyimpulkan kelompok bersenjata ini cukup terlatih. "Tapi kami tidak pernah menuduh institusi mana pun. Dan kami memang tidak bisa menuduh institusi mana pun," katanya.
Kementerian menyerahkan semua penyelidikan kasus ini pada Kepolisian. Sementara pihak Sueb menyediakan pendampingan bagi para pegawai lapas dan tahanan yang dimintai keterangan oleh polisi.
Insiden kelompok bersenjata yang menyerbu penjara Cebongan, Sleman Yogyakarta terjadi pada Sabtu dini hari, 23 Maret 2013. Sebanyak 13 orang bersenjata laras panjang dengan sepuah pistil di tangan menembak dengan brutal emapt tahanan di salah satu sel.
Keempat korban yang tewas tersebut akhirnya diketahui sebagai Hendrik Angel Sahetapy (Deki), Adrianus Candra Galaja (Dedi), Yohanis Juan Manbait, dan Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu. Keempatnya adalah tahanan titipan Polda Yogya dalam kasus pengeroyokan anggota Komando Pasukan Khusus, Sersan Satu Santoso, di Hugo's Cafe, Yogyakarta.
Banyak pihak yang berspekulasi, penyerang tersebut adalah Kopasus. Karena ada tahanan yang meneriakkan nama Kopasus. Tapi hingga saat ini investigasi masih dilakukan. Salah satunya dilakukan uji balistik. Uji balistik masih dilakukan untuk mengetahui jenis senjata yang digunakan. Kesimpulan sementara, pelaku bisa orang sipil, tentara, atau polisi. Yang jelas kata Markas Besar Polisi RI, pelaku disebut memiliki akses pada gudang senjata.
"Mereka itu cepat, sigap, dan terlatih," ujar Sueb saat ditemui Tempo di kantornya, Selasa, 2 April 2013. Bukti bahwa ketiga belas oknum bersenjata tersebut terlatih; mereka merusak sistim kamera CCTV dengan rapi. "Mereka merusak CCTV, dari kamera dan perangkat lainnya," ujar Sueb. Otomatis, tak ada bukti rekaman yang tertinggal.
Para pelaku juga tergolong nekad, karena memaksa mendobrak pintu kepala Lembaga Pemasyarakatan. "Pintunya itu terkunci, tapi mereka memaksa masuk, lalu didobrak," katanya. Aksi tanggap lain yang dilakukan para pelaku yaitu, dua pelaku sempat datang ke Lapas tanpa menggunakan penutup muka. "Tapi mereka langsung hilang dengan cepat," katanya.
Melihat perilaku para pelaku, Sueb menyimpulkan kelompok bersenjata ini cukup terlatih. "Tapi kami tidak pernah menuduh institusi mana pun. Dan kami memang tidak bisa menuduh institusi mana pun," katanya.
Kementerian menyerahkan semua penyelidikan kasus ini pada Kepolisian. Sementara pihak Sueb menyediakan pendampingan bagi para pegawai lapas dan tahanan yang dimintai keterangan oleh polisi.
Insiden kelompok bersenjata yang menyerbu penjara Cebongan, Sleman Yogyakarta terjadi pada Sabtu dini hari, 23 Maret 2013. Sebanyak 13 orang bersenjata laras panjang dengan sepuah pistil di tangan menembak dengan brutal emapt tahanan di salah satu sel.
Keempat korban yang tewas tersebut akhirnya diketahui sebagai Hendrik Angel Sahetapy (Deki), Adrianus Candra Galaja (Dedi), Yohanis Juan Manbait, dan Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu. Keempatnya adalah tahanan titipan Polda Yogya dalam kasus pengeroyokan anggota Komando Pasukan Khusus, Sersan Satu Santoso, di Hugo's Cafe, Yogyakarta.
Banyak pihak yang berspekulasi, penyerang tersebut adalah Kopasus. Karena ada tahanan yang meneriakkan nama Kopasus. Tapi hingga saat ini investigasi masih dilakukan. Salah satunya dilakukan uji balistik. Uji balistik masih dilakukan untuk mengetahui jenis senjata yang digunakan. Kesimpulan sementara, pelaku bisa orang sipil, tentara, atau polisi. Yang jelas kata Markas Besar Polisi RI, pelaku disebut memiliki akses pada gudang senjata.
FEBRIANA FIRDAUS
Gedung Lapas Kelas II B Cebongan. TEMPO/Suryo Wibowo
Grafis Terkait
http://www.tempo.co/read/news/2013/04/02/063470768/Sketsa-Wajah-Penyerang-LP-Cebongan-Belum-Sempurna
Selasa, 02 April 2013 | 15:40 WIB
Sketsa Wajah Penyerang LP Cebongan Belum Sempurna
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian menyatakan hampir selesai membuat sketsa wajah dua pelaku penyerangan bersenjata ke Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, 23 Maret lalu. Sketsa wajah tersebut dalam proses penyempurnaan.
"Sketsa ini akan segera disebar ke masyarakat setelah penyempurnaan," kata Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Polri, saat menggelar jumpa pers di kantornya, Selasa, 2 April 2013.
Namun, Boy menolak mengungkapkan detail sketsa yang dibuat berdasarkan pengakuan saksi kasus tersebut. Ia hanya menyatakan wajah mereka jelas tergambar karena saksi melihatnya membuka penutup kepala. "Ini bagian dari langkah investigasi," ucap Boy.
Belasan orang menyerbu Lembaga Pemasyarakatan Cebongan pada Sabtu, 23 Maret 2013. Mereka lantas menembak mati tersangka pembunuh anggota Komando Pasukan Khusus, Sersan Satu Santoso, di Hugo's Cafe, Jalan Adisutjipto Km 8,5 Maguwoharjo, Sleman, pada Selasa, 19 Maret 2013.
Keempat tersangka pembunuh tentara itu adalah Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, 31 tahun, Yohanes Juan Manbait (38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33).
Boy mengatakan kepolisian bersama dua tim lainnya dari TNI serta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sedang mengusut identitas pelaku. Peran mereka dalam kasus ini juga sedang ditelisik lebih dalam.
Meski begitu, Boy belum bisa memastikan apakah benar pelaku berasal dari Kopassus seperti kabar yang berkembang. Ia hanya menegaskan bahwa informasi yang diperoleh dari tiga tim sedang disinergikan.
"Semua ini nanti akan disampaikan karena menyangkut kepentingan penyelidikan," ujarnya.
TRI SUHARMAN
"Sketsa ini akan segera disebar ke masyarakat setelah penyempurnaan," kata Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Polri, saat menggelar jumpa pers di kantornya, Selasa, 2 April 2013.
Namun, Boy menolak mengungkapkan detail sketsa yang dibuat berdasarkan pengakuan saksi kasus tersebut. Ia hanya menyatakan wajah mereka jelas tergambar karena saksi melihatnya membuka penutup kepala. "Ini bagian dari langkah investigasi," ucap Boy.
Belasan orang menyerbu Lembaga Pemasyarakatan Cebongan pada Sabtu, 23 Maret 2013. Mereka lantas menembak mati tersangka pembunuh anggota Komando Pasukan Khusus, Sersan Satu Santoso, di Hugo's Cafe, Jalan Adisutjipto Km 8,5 Maguwoharjo, Sleman, pada Selasa, 19 Maret 2013.
Keempat tersangka pembunuh tentara itu adalah Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, 31 tahun, Yohanes Juan Manbait (38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33).
Boy mengatakan kepolisian bersama dua tim lainnya dari TNI serta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sedang mengusut identitas pelaku. Peran mereka dalam kasus ini juga sedang ditelisik lebih dalam.
Meski begitu, Boy belum bisa memastikan apakah benar pelaku berasal dari Kopassus seperti kabar yang berkembang. Ia hanya menegaskan bahwa informasi yang diperoleh dari tiga tim sedang disinergikan.
"Semua ini nanti akan disampaikan karena menyangkut kepentingan penyelidikan," ujarnya.
TRI SUHARMAN
http://www.tempo.co/read/news/2013/04/02/058470766/Mobil-mobil-Misterius-di-Depan-LP-Sleman
Senin, 01 April 2013 | 06:19 WIB
Malam Jahanam di Cebongan
http://www.tempo.co/read/news/2013/04/01/063470400/Malam-Jahanam-di-Cebongan
TEMPO.CO, Jakarta --
Penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Sleman, Sabtu, 23
Maret 2013, masih menyisakan banyak pertanyaan. Empat tahanan tewas dan
dua sipir terluka dalam penyerangan itu. Malam jahanam di Cebongan. Laporan utama majalah Tempo edisi Senin, 1 April 2013, mengulas insiden Cebongan.Di sel blok A nomor 5, sejumlah tahanan menyeduh kopi dan teh, serta merebus mi instan. Mereka menyambut penghuni baru, Hendrik Angel Sahetapy alias Deki, orang yang tak asing di dunia hitam di Yogyakarta. Sebelum menghuni sel itu, Deki pernah dibui karena mengeroyok dan memerkosa.
Bersama Deki, para penghuni penjara turut bersulang untuk Adrianus Candra Galaja alias Dedi, Yohanis Juan Manbait, dan Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi. Keempatnya dikirim ke Cebongan karena mengeroyok Sersan Kepala Santoso, anggota Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat dari Grup II Kandang Menjangan, Kartasura, Jawa Tengah. Santoso meninggal saat dibawa ke rumah sakit tak lama setelah pengeroyokan di Hugo's Cafe.
Meski disambut dan dipanggil "Abang" oleh sesama penghuni bui, Deki sesungguhnya cemas. Berkali-kali ia bertanya seputar penjagaan dan pengamanan penjara Cebongan kepada penghuni lama. Menurut sumber Tempo di penjara, malam itu, saat teman-temannya bermain kartu, Deki terdiam. Kepada seorang sipir, dia mengajukan pertanyaan tak lazim, "Di sini senjatanya lengkap, Pak?" Si sipir menjawab, "Lengkap. Ada laras panjang, laras pendek, bahkan senjata kejut."
Penyerbuan efektif. Hanya berlangsung 15 menit. Banyak telunjuk mengarah ke Komando Pasukan Khusus Grup II Kandang Menjangan, yang bermarkas di Kartasura, Solo. Tapi Kepala Seksi Intel Kopassus Grup II Kandang Menjangan, Kapten (Infanteri) Wahyu Yuniartoto, menegaskan, tak ada anggota Kopassus yang keluar dari markas pada malam penyerbuan.
Kepada Tempo, Wahyu menyatakan, pergerakan anggota Kopassus selalu terpantau karena di markasnya hanya ada satu pintu keluar-masuk. "Setiap anggota yang keluar selalu tercatat," ujar Wahyu. Bagaimana penyerangan profesional di Cebongan? Selengkapnya, baca majalah Tempo.
Jajang Jamaludin | Sunudyantoro | Pito Agustin Rudiana | Shinta Maharani | M Syaifullah (Yogyakarta)
Mobil-mobil Misterius di Depan LP Sleman
TEMPO.CO, Yogyakarta -- Seorang warga yang tinggal di Jalan Kebon Agung, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Iqbal, melihat duamobil melaju ke arah gang yang menuju Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan pada 23 Maret dinihari lalu. Jalan Kebon Agung adalah jalan raya sekitar 50 meter di sebelah selatan LP. (Baca: Malam Jahanam di Cebongan)
"Dua mobil warna gelap. Mobil itu melaju cepat berbelok ke gang menuju LP," kata Yati menirukan Iqbal saat ditemui Tempo di rumahnya, sekitar 20 meter di timur selatan LP, Senin, 1 April 2013.
Iqbal sendiri tengah tak berada di rumah saat disambangi Tempo. Menurut cerita Yati, saat itu Iqbal sedang menyiram lantai teras rumahnya setelah dicor semen pada sore harinya. "Mobilnya hanya dua buah, seperti Avanza dan Innova itu," kata Yati.
Sebelumnya, Dwi juga pernah menyebutkan bahwa dia hanya melihat dua mobil tengah diparkir di depan pagar luar LP. Saat itu, Dwi baru pulang kerja sekitar pukul 00.30 WIB. Rumahnya berada di samping selatan LP. Dia melalui gang tersebut sebelum berbelok ke gang kecil menuju rumahnya. "Waktu itu baru dua mobil yang saya lihat," kata Dwi.
Sedangkan salah seorang sipir menyebutkan ada lima mobil sejenis Avanza dan Innova yang tiba. Empat mobil diparkir di luar pagar LP. Sedangkan satu mobil diparkir di ujung gang selatan LP. Informasi yang diberikan Budi, pemilik bengkel di Jalan Kebon Agung, beda lagi. Bahwa tetangganya melihat mobil sejenis sedan yang diparkir di depan LP.
"Ada yang Honda Jazz warna merah. Suara mesinnya halus. Tapi enggak ada yang tahu mobil-mobil itu meninggalkan LP ke arah mana," kata Budi.
Sali, warga di samping selatan LP, juga tak melihat mobil-mobil itu berdatangan. Rumahnya yang berada di belakang blok A nomor 5--yang menjadi lokasi eksekusi empat tahanan itu--hanya dibatasi tembok LP, deretan rumah dinas, dan pagar kawat berduri di sisi luar. Ia sempat mendengar suara tembakan. Suara tembakan awal ditembakkan satu per satu. Namun kemudian disusul suara tembakan berikutnya yang beruntun.
"Awalnya saya pikir itu tembakan peringatan untuk tahanan yang kabur. Tapi, kok, ada tembakan lagi seperti brem (beruntun). Langsung saya ke luar rumah," kata Sali kepada Tempo.
Saat keluar, dia sudah melihat tetangga kiri-kanannya juga ke luar rumah. Dia juga melihat Sarnidar, istri Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Margo Utomo, diselamatkan warga ke arah selatan. "Tapi kami enggak berani ngapa-ngapain. Takut kena tembak," kata Sali.
Kepala LP, B. Sukamto Harto, yang datang menuju LP memarkirkan mobilnya di deretan toko di timur gang. Dia lalu berjalan mengendap-endap melalui pematang sawah yang membentang di depan LP.
"Saya baru tahu kalau lampu di pagar LP padam malam itu. Tapi esok harinya nyala lagi. Saya bingung juga, kenapa," kata Sukamto. Sedangkan lampu di teras LP maupun di dalam bangunan LP tetap menyala. (Baca: Aksi Penyerangan Penjara Sleman) Simak berita penyerangan profesional di LP Cebongan di sini.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Beredar Tulisan di Facebook Kronologis Penyerangan LP- Cebongan
JAKARTA- http://joglosemar.co/2013/03/beredar-tulisan-di-facebook-kronologis-penyerangan-lp-cebongan.html
Komnas HAM memberi apresiasi langkah TNI AD yang
membentuk tim investigasi kasus penyerangan LP Cebongan, Sleman. Komnas
HAM berharap tim investigasi TNI bisa bekerja sesuai harapan publik. “Ya
bagus, tapi kita lihat nanti,” kata Ketua Komnas HAM Siti Nurlaela saat
dikonfirmasi, Sabtu (30/3).
Komnas HAM juga sudah menurunkan tim dan melakukan pemeriksaan pada
saksi-saksi. Hasilnya belum pada sampai tahap kesimpulan. Tim Komnas HAM
juga siap bekerja sama dengan tim investigasi TNI, untuk tukar menukar
informasi. “Kita koordinasi,” imbuhnya.
Rencananya, Senin (1/4), besok, Komnas HAM akan meminta informasi ke TNI dengan menghadirkan Pangdam IV/Diponegoro, Danramil dan Satuan Kopassus dari Kandang Menjangan, Surakarta. “Kita harap Senin nanti bisa mendapatkan keterangan, agar terang,” tuntasnya.
Sikap apresiasi juga ditunjukkan Polri, atas terbentuknya tim investigasi TNI AD. “Kita sangat apresiasi dan berterima kasih kepada pimpinan TNI,” jelas Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Suhardi Aliyus saat dikonfirmasi, Sabtu (30/3).
Dia menjelaskan, Polri pun siap berbagi informasi dan bekerja sama dalam mengusut dan menuntaskan kasus penyerangan LP Sleman yang menewaskan empat tahanan itu.
“Tentunya kita akan bekerja sama dan memberikan informasi apa saja kepada tim yang dibentuk, apabila ada indikasi keterlibatan anggota,” jelasnya.
Sementara itu, pihaknya tidak ingin kasus ini melebar ke mana-mana. “Sebaiknya kita fokus kepada pengungkapan kasus pembunuhan empat tahanan lapas dulu ya, tidak usah bias kemana-mana,” kata Suhardi seperti dikutip Vivanews, Jumat (29/3).
Suhardi menyatakan hal ini terkait beredarnya sebuah catatan soal kasus penyerangan Lapas Sleman di jejaring sosial Facebook, sejak, Jumat (29/3), malam. Penulis mengatasnamakan, Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan anggota Korps Speciale Troepen KNIL dan Komandan Kopassus Pertama. Diduga ini nama samaran. Akun facebook tersebut baru dibuat Jumat.
Catatan itu berisi cerita dibalik kasus penembakan yang diduga terkait kartel narkoba di lingkungan polisi sendiri. Dalam catatan tersebut, penulis menjelaskan soal kronologi penyerangan Lapas yang berbeda dari yang dimuat media massa. Dalam catatan penulis, keterangan yang dilansir Polda DIY terdapat banyak kejanggalan, seperti pemecatan Bripka Juan dari kepolisian berlangsung singkat dan langsung dipindahkan ke Lapas Sleman, dan tidak tuntasnya penyidikan polisi terhadap kasus pengeroyokan Serka Santoso di Hugos Cafe.
Dalam analisisnya, penulis menyatakan Kopassus tidak menggunakan senapan SS-1 Pindad dan AK-101 yang diduga digunakan para penyerang untuk mengeksekusi para tersangka pengeroyokan Serka Santoso.
Catatan tersebut juga memuat foto korban pascapenembakan dan berbagai analisa arah tembakan serta luka-luka korban. Per pukul 23.55 WIB, catatan tersebut telah dishare 3.823 pemilik akun Facebook.
Menanggapi tulisan di facebook, Kabid Humas Polda DIY yang dikonfirmasi AKBP Anny Pudjiastuti sudah mengetahui soal isi facebook itu. Polda DIY membantah isi tulisan itu.
“Polda tetap fokus pada penyelidikan dan pendalaman kasus yang sudah ada,” jelas Anny.
Dia menjamin Polda DIY akan menangani kasus penyerangan LP Sleman hingga tuntas. “Dengan profesional,” tuntasnya.
Terpisah, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun tangan langsung menyelesaikan kasus penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. “Jika tidak, maka rumor di masyarakat akan berkembang semakin jauh dan bisa mengakibatkan ketidakpercayaan kepada negara,” kata Akbar Tandjung seusai menghadiri acara ormas sayap PDIP, Baitul Muslimin Indonesia di Pancoran, Jakarta.
Detik | Eko Susanto
Rencananya, Senin (1/4), besok, Komnas HAM akan meminta informasi ke TNI dengan menghadirkan Pangdam IV/Diponegoro, Danramil dan Satuan Kopassus dari Kandang Menjangan, Surakarta. “Kita harap Senin nanti bisa mendapatkan keterangan, agar terang,” tuntasnya.
Sikap apresiasi juga ditunjukkan Polri, atas terbentuknya tim investigasi TNI AD. “Kita sangat apresiasi dan berterima kasih kepada pimpinan TNI,” jelas Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Suhardi Aliyus saat dikonfirmasi, Sabtu (30/3).
Dia menjelaskan, Polri pun siap berbagi informasi dan bekerja sama dalam mengusut dan menuntaskan kasus penyerangan LP Sleman yang menewaskan empat tahanan itu.
“Tentunya kita akan bekerja sama dan memberikan informasi apa saja kepada tim yang dibentuk, apabila ada indikasi keterlibatan anggota,” jelasnya.
Sementara itu, pihaknya tidak ingin kasus ini melebar ke mana-mana. “Sebaiknya kita fokus kepada pengungkapan kasus pembunuhan empat tahanan lapas dulu ya, tidak usah bias kemana-mana,” kata Suhardi seperti dikutip Vivanews, Jumat (29/3).
Suhardi menyatakan hal ini terkait beredarnya sebuah catatan soal kasus penyerangan Lapas Sleman di jejaring sosial Facebook, sejak, Jumat (29/3), malam. Penulis mengatasnamakan, Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan anggota Korps Speciale Troepen KNIL dan Komandan Kopassus Pertama. Diduga ini nama samaran. Akun facebook tersebut baru dibuat Jumat.
Catatan itu berisi cerita dibalik kasus penembakan yang diduga terkait kartel narkoba di lingkungan polisi sendiri. Dalam catatan tersebut, penulis menjelaskan soal kronologi penyerangan Lapas yang berbeda dari yang dimuat media massa. Dalam catatan penulis, keterangan yang dilansir Polda DIY terdapat banyak kejanggalan, seperti pemecatan Bripka Juan dari kepolisian berlangsung singkat dan langsung dipindahkan ke Lapas Sleman, dan tidak tuntasnya penyidikan polisi terhadap kasus pengeroyokan Serka Santoso di Hugos Cafe.
Dalam analisisnya, penulis menyatakan Kopassus tidak menggunakan senapan SS-1 Pindad dan AK-101 yang diduga digunakan para penyerang untuk mengeksekusi para tersangka pengeroyokan Serka Santoso.
Catatan tersebut juga memuat foto korban pascapenembakan dan berbagai analisa arah tembakan serta luka-luka korban. Per pukul 23.55 WIB, catatan tersebut telah dishare 3.823 pemilik akun Facebook.
Menanggapi tulisan di facebook, Kabid Humas Polda DIY yang dikonfirmasi AKBP Anny Pudjiastuti sudah mengetahui soal isi facebook itu. Polda DIY membantah isi tulisan itu.
“Polda tetap fokus pada penyelidikan dan pendalaman kasus yang sudah ada,” jelas Anny.
Dia menjamin Polda DIY akan menangani kasus penyerangan LP Sleman hingga tuntas. “Dengan profesional,” tuntasnya.
Terpisah, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun tangan langsung menyelesaikan kasus penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. “Jika tidak, maka rumor di masyarakat akan berkembang semakin jauh dan bisa mengakibatkan ketidakpercayaan kepada negara,” kata Akbar Tandjung seusai menghadiri acara ormas sayap PDIP, Baitul Muslimin Indonesia di Pancoran, Jakarta.
Detik | Eko Susanto
KASUS CEBONGAN MENUNJUKKAN PIMPINAN NEGARA DAN APARAT ADA PEMBAGIAN KEKUASAAN DILAPANGAN..???
BalasHapusAPAKAH INI MEMANG DISENGAJA..DIBIARKAN DAN MENJADI ALAT PERMAINAN POLITIK-UANG-KEJAHATAN-DAN TENTU MAFIA2 ASING... BAIK POLITIK..-KEKUASAAN-MAUPUN..TENTUNYA ADA ALIRAN UANG PANAS DAN SANGAT DILUAR JALUR SISTEM..
Sungguh menarik permainan para MAFIA ini.. baik yang konon memang sudah ilahar/populer dan sangat difahami ditingkat tinggi para Mafioso2... bahwa hukum yang selalu dimenangkan adalah siapa bisa menguasai dan mengendalikan aliran dan jalur uang..???... semua hakim konon akan memenangkannya ..baik hakim resmi secara dalil2 hukum.. maupun hakim pelaksana eksekusi..dilapangan..dengan dalih dan dalil..yang beragam.. mulai dari dalil politik-hukum-kekuasaan-perdagangan-preman2/mafioso2....dan konon berlindung dengan payung2 ormas..kejahatan..dan usaha2 yang berbau maksiat..molimo... permainan barang haram narkoba dan bisnis ribawi..??
Inilah kekuatan dan jalur para pendukung yang anti SYARIAH ISLAM ditegakan dibumi Nusantara..??>> inilah akar dan jalur sutera..para penentang diterapkannya jiwa dan makna Pancasila yang sesuai dgn Piagam Jakarta..22.6.1945..???
Konon Bung Karno telah mewaspadai adanya permainan para KAUM LIBERALIS dan KAPITALIS...yang konon untuk menghancurkan generasi bangsa ini ada 2 jalur yang selalu dimainkan para kaum Liberal Barbar.... yakni... NARKOBA..dan POLITIK LIBERAL atau DEMOKRASI LIBERAL..??
Di Cina di jagai dengan tetap mempertahankan 2 sistem Liberal dan Komunis.. dengan permainan yang sangat elegan...
Disaat Liberal bermain jahat..dengan Narkoba dan Politik Barbar-nya.. Maka konon...kabarnya.. Tentara Merah dikerahkan dan melakukan pembasmian..dan disikat habis..?? Entahlah..??
Tapi Di Indonesia...ini sepertinya Pimpinan Negara justru takluk.. kepada tekanan Kapitalis Liberal..Barbar..yang sangat tak terkendali.. disisi lain Kekuatan Politik Demokrasi Liberal yang selalu dibela oleh masmedia.. itu.. justru.. memainkan pisau bermata dua.. dimana perdagangan bebas dan alur uang legal dan ilegal dimainkan..demi menguasai sumber2 ekonomi rakyat dan kekuatan politik negara...dengan memainkan swasta2 baik/jahat yang konon sangat sulit dikontrol..??
Nah permainan ini disahkan secara sistem dan hukum karena demikian azas yang difahami..nya..?? Lain di Cina..?? Kalau itu jelas merugikan negara..ataw rakyat banyak.. maka langsung Pemerintah Cina mengambil tindakan tegas..dan kalau perlu disikat habis hingga ke-akar2nya.. Disinilah.. bagaimana para bandit dan mafia2 di Hong Kong dan Macau.. pada kabur ke Taiwan-dan Asia Tenggara..?? dan Mungkin sudah sebagian ada di Indonesia..??
Adakah Pemerintah -aparat-tni- dan semua pedagang/saudagar2 Indonesia bersih..dan tidak terlibat " para mafia2" itu..??
Sepertinya sangat sulit dipercaya..?? Jendral2 mana yang bersih termasuk penegak hukum dan juga pejabat2 negara..??
BAGAIMANA NUSANTARA BISA BEBAS DARI PREMANISME...?? PADAHAL DALAM SETIAP JABATAN DAN KEKUATAN APARAT SERTA JALUR HUKUM ...PREMANISME-MAFIAISME..SELALU ADA..??
LALU SISTEM DAN HUKUM MANA YANGPERLU DIPERBAIKI DAN DIAPLIKASIKAN AGAR...RAKYAT DAN BANGSA INI BENAR2 AMAN DAN MERDEKA..??
WASPADALAH !! WASPADALAH..!!
1) Pernyataan Polda bahwa ke 4 tersangka ditangkap oleh Polda dan barang Bukti Botol dan Pisau ditemukan di TKP. Pernyataan tersebut tidak benar, Polda hanya menangkap Bripka Juan dan Sdr. Decky, sedangkan Adi dan Dedi ditangkap oleh Intel Korem. Barang bukti pisau ditemukan bukan di Hugos Kafe, tapi ditemukan di tempat tinggal Sdr. Dedy bukan di Hugos Kafe. Akibat penangkapan tersebut, Marcel membacok Sertu Sriyono karena melakukan penangkapan terhadap beberapa pelaku pengeroyokan Seru Santoso....
BalasHapus2) Sampai saat ini Polda Jogja, tidak mau mengungkap dan menangkap siapa Pelaku yang menendang serta Menyeret Korban (Serka Santoso), hal ini sempat menjadi tanya tanya dari Bripka Juan, Bripka Juan mengatakan “biasalah Polisi, yang penting sudah nangkap satu, agar terlihat berhasil” berarti 3 orang ini masih Buron, beberapa Rekan Bripka Juan disatuan Brimob Jogja juga melihat kejanggalan dari kasus ini, seperti Rekaman CCTV di Hugos Cafe telah di edit dan dirusak Oleh Penyidik Polda Jogja, yang telihat di Rekaman CCTV hanya saat pemukulan yang dilakukan oleh Sdr. Decky dan penusukan yang dilakukan oleh Sdr. Dedy, kejadian awal saat Korban dan pelaku datang tidak ada, Decky melempar Korban dengan Asbak, demikian juga saat Korban ditendang dan diseret oleh 3 orang yang dikenal oleh Bripka Juan
3) 3 ORANG ANGGOTA POLRI YANG MELARIKAN DIRI SAAT KEJADIAN DI HUGOS KAFE, SATU BERNAMA HARUN DAN SATU LAGI BERNAMA DAVID SERTA SEORANG PERWIRA POLDA JOGJA.
4) Pada saat itu juga, seluruh Anggota Grup-2 Kopassus, diperintah oleh Komandan Grup-2 Kopassus, tidak ada yang keluar Asrama tanpa terkecuali, dan dilaksanakan Apel pengecekan dari Pagi Hingga Malam.
5) dll....
ADA APA POLRI JOGYA..?? DAN MENGAPA..SEPERTI ADA YANG PERLU DILINDUNGI DAN DISEMBUNYIKAN..?? LALU MAU MENUDUH KOPASUS YANG MELAKUKAN PENYERBUAN..??
JUJURLAH POLRI JOGYA..?? APAKAH INI KETERKAITAN DENGAN MAFIA NARKOBA..??
SIAPAKAH DAN DAN DALAM KENDALI PIHAK MANA PARA MAFIA2 BERMAIN..?? BENARKAH..??
Is Banzai Casino online casino secure? https://www.test-casino.fr/
BalasHapus