Ternyata Korban dalam Video Penyiksaan Densus 88 Warga Muhammadiyah
JAKARTA (voa-islam.com) - http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/03/30/23804/ternyata-korban-dalam-video-penyiksaan-densus-88-warga-muhammadiyah/
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, MA, akhirnya
mengungkapkan bahwa sejumlah korban dalam video kekerasan yang diduga
dilakukan Densus 88 ternyata anak-anak keluarga besar Muhammadiyah.
Untuk
diketahui, beberapa waktu lalu Din Syamsudin bersama Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan sejumlah delegasi pimpinan Ormas-ormas Islam pernah
mendatangi Mabes Polri.
Saat itu kedatangan Din Syamsudin bersama MUI dan ormas Islam tersebut
secara khusus melaporkan kepada Kapolri Jendral Timur Pradopo terkait
adanya bukti video dugaan pelanggaran HAM berat yang dilakukan aparat
Densus 88 dalam penanganan kasus terorisme.
“Secara
khusus juga kami datang untuk melaporkan adanya bukti berupa video yang
mengandung gambar tentang pemberantasan teroris, kami tidak tahu dimana
dan kapan. Tetapi sangat jelas mengindikasikan pelanggaran HAM berat,
oleh karena itu kami meminta untuk ditindaklanjuti,” kata Din Syamsudin
kepada wartawan di depan gedung Rupatama, Mabes Polri, Kamis
(28/2/2012).
Sementara, Komnas HAM
yang juga memiliki bukti video yang sama, melakukan investigasi ke
Poso. hasilnya setelah melakukan pemantauan dan penyelidikan melalui
wawancara dengan para saksi serta tinjauan langsung ke lapangan
diperoleh data, fakta dan informasi bahwa, peristiwa yang terekam dalam
video kekerasan yang diduga dilakukan oleh Densus 88 adalah benar-benar
terjadi pada 22 Januari 2007 di Tanah Runtuh, Kelurahan Gebang Rejo,
Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso.
Namun,
temuan terbaru yang sangat mencengangkan dan membuat miris umat Islam
adalah korban penyiksaan dalam video tersebut adalah anak-anak keluarga
besar Muhammadiyah.
Hal ini disampaikan Din Syamsudin usai konferensi pers PP Muhammadiyah terkait RUU Ormas yang akan segera disahkan.
“Seperti
kejadian di Poso itu anak-anak keluarga besar Muhammadiyah yang akan
menunaikan shalat Idul Fitri, Oktober 2007 yang kebetulan berbeda
harinya dengan pemerintah. Tapi kok pada sore dan malam hari itu
didatangi oleh polisi dengan operasi sambang, lalu terjadi benturan, itu
bukan teroris!” tegas Din Syamsudin kepada wartawan, di kantor PP
Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/3/2013).
Din juga
menyayangkan sikap aparat kepolisian dalam hal ini Densus 88 yang hanya
berani hanya kepada masyarakat biasa dari umat Islam, sedangkan untuk
kasus teror penyerangan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta hingga
kini Densus 88 sama sekali belum mengungkapnya.
“Densus jangan hanya berani pada masyarakat, apalagi masyarakat Islam,” tandasnya. [Ahmed Widad]
Pihak Keluarga Ungkap Kronologis Penangkapan Fajar Sidiq
TASIKMALAYA (voa-islam.com) -
Khoir, Orang tua Fajar Sidiq mengungkapkan kronologis penangkapan
anaknya. Ia menyampaikan penuturan para saksi mata di lokasi penangkapan
yang menceritakan bahwa Fajar mendapat perlakuan tidak manusiawi saat
ditangkap.
Pada
hari Rabu (27/3/2013) sekitar pukul 10.00 WIB Fajar hendak mengirim
barang ke Sulawesi, ia pun menanyakan logistik pengiriman barang yang
cocok pada adiknya. “Kata adikanya, sudah kirim pakai Dakota aja, adanya
di Kalangsari, Jl. Muhammad Hatta, coba tanya dulu ongkos kirim berapa
ke sana,” kata Khoir sambil menirukan anaknya kepada voa-islam.com
(3/4/2013).
Karena
lokasinya dekat, Fajar berangkat dengan santai, tidak menggunakan helm,
tidak membawa hand phone termasuk juga dompet, mungkin karena saking
dekatnya ke sana lantaran keperluannya hanya sebatas bertanya ongkos
pengiriman barang.
“Tapi
kata orang-orang itu sudah dibuntuti dari tempat ini. Pas di Dakota itu
ada yang nyergap katanya. Motornya ditendang, Fajarnya jatuh, lalu
disergap oleh orang yang naik motor Bison. Terus ada orang dengan baju
biasa, mungkin dia informan, lalu motornya diambil anak itu. Fajar lalu
ditangkap, dilempar dimasukkan ke mobil Avanza hitam,” ungkapnya.
Lama tak
pulang, Khoir yang tak tahu Fajar ditangkap. Mulai mengkhawatirkan
keselamatan anaknya. Bahkan ia sempat mencarinya ke rumah sakit karena
khawatir anaknya kecelakaan, namun ia kembali dengan tangan hampa tanpa
mengetahui keberadaan Fajar.
“Setelah
Zuhur, saya bertanya-tanya, si Fajar tidak pulang-pulang ke mana ini?
Lalu saya tanya istrinya; Fajar ke mana? Dia bilang tadi ke Dakota tapi
belum pulang. Setelah itu sampai Ashar tidak ada, Maghrib pun tidak ada.
Sore itu kami ke Rumah Sakit, karena was-was mencari, melihat-lihat
barangkali jatuh atau kecelakaan tapi tidak ada. Terpaksa kami pulang
dengan tangan hampa,” ujarnya.
Tak
menyerah, Kamis keesokan harinya ia mendatangi konter pengiriman barang
Dakota yang pada hari Rabu hendak dituju Fajar. Di sinilah Khoir mulai
terkejut ketika mendapat informasi adanya penangkapan dari penjaga
konter.
“Lalu
keesokan harinya jam 09.00 WIB saya datang ke Dakota menanyakan apakah
ada yang datang ke sini menanyakan biaya pengiriman barang ke Sulawesi?
Lalu dijawab tidak ada. Saya bertanya lagi, ada kejadian tidak kemarin?
Lalu dijawab kalau kejadian ada, sampai mobil itu macet. Kejadiannya ada
penyergapan orang, yang disergap itu motornya oranye. Itu pas, anak
saya pakai motor Shogun oranye. Katanya dia ditendang dari motor,
dicekik, terus dimasukkan ke mobil Avanza. Banyak orang di sana yang
melihat di dalam mobil itu senjata laras panjang semua,” tuturnya.
Mendengar
informasi bahwa kemungkinan besar anaknya ditangkap, warga masyarakat
sekitar termasuk para tetangga pun bersimpati. Lantaran pihak aparat
yang lambat memberikan surat penangkapan Fajar, warga pun jengkel sebab
hal ini seperti kasus penculikan. Pasalnya, Fajar dikenal sebagai orang
baik-baik, guru ngaji dan kerjanya hanya berdagang busana muslim.
“Hari
Senin itu sempat mau ada aksi karena diketahui anak kami menghilang atau
diculik, reaksi massa itu alhamdulillah, pendukung-pendukung kami itu
di Tasikmalaya pada tahu. Jadi reaksi massa itu kalau tidak dicegah,
tidak tahu akan bagaimana,” ujarnya.
Pihak
keluarga akhirnya mendapat kabar dari pihak kepolisian bersamaan dengan
surat penangkapan, bahwa Fajar telah ditangkap dan kini berada di Mako
Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Namun di
sisi lain, ia menyayangkan perlakuan aparat kepolisian dalam hal ini
Densus 88 yang tidak manusiawi dalam melakukan proses penangkapan.
[Ahmed Widad]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar