“Lawrence Of Arabia” di Balik Berdirinya Kerajaan Saudi
Rizki Ridyasmara http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/lawrence-of-arabia-di-balik-berdirinya-kerajaan-saudi.htm#.UV0eQzcyqSo
Menurut logika yang sehat, seharusnyalah Kerajaan Saudi Arabia menjadi pemimpin bagi Dunia Islam dalam segala hal yang menyangkut keIslaman. Pemimpin dalam menyebarkan dakwah Islam, sekaligus pemimpin Dunia Islam dalam menghadapi serangan kaum kuffar yang terus-menerus melakukan serangan terhadap agama Allah SWT ini dalam berbagai bentuk, baik dalam hal Al-Ghawz Al-Fikri(serangan pemikiran dan kebudayaan) maupun serangan Qital.
Seharusnyalah Saudi Arabia menjadi pelindung bagi Muslim Palestina,
Muslim Afghanistan, Muslim Irak, Muslim Pattani, Muslim Rohingya, Muslim
Bosnia, Muslim Azebaijan, dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Tapi yang
terjadi dalam realitas sesungguhnya, mungkin masih jadi pertanyaan
banyak pihak. Karena harapan itu masih jauh dari kenyataan.
Craig Unger, mantan deputi director New York Observer di dalam karyanya yang sangat berani berjudul“Dinasti Bush Dinasti Saud” (2004)
memaparkan kelakuan beberapa oknum di dalam tubuh kerajaan negeri itu,
bahkan di antaranya termasuk para pangeran dari keluarga kerajaan.
“Pangeran Bandar yang dikenal sebagai ‘Saudi Gatsby’ dengan
ciri khas janggut dan jas rapih, adalah anggota kerajaan Dinasti Saudi
yang bergaya hidup Barat, berada di kalangan jetset, dan belajar di
Barat. Bandar selalu mengadakan jamuan makan mewah di rumahnya yang
megah di seluruh dunia. Kapan pun ia bisa pergi dengan aman dari Arab
Saudi dan dengan entengnya melabrak batas-batas aturan seorang Muslim.
Ia biasa minum Brandy dan menghisap cerutu Cohiba, ” tulis Unger.
Bandar, tambah Unger, merupakan contoh perilaku dan gaya hidup
sejumlah syaikh yang berada di lingkungan kerajaan Arab Saudi. “Dalam
hal gaya hidup Baratnya, ia bisa mengalahkan orang Barat paling
fundamentalis sekali pun. ”
Bandar adalah putera dari Pangeran Sultan, Menteri Pertahanan Saudi.
Dia juga kemenakan dari Raja Fahd dan orang kedua yang berhak mewarisi
mahkota kerajaan, sekaligus cucu dari (alm) King Abdul Aziz, pendiri
Kerajaan Saudi modern.
Bukan hanya Pangeran Bandar yang begitu, beberapa kebijakan
dan sikap kerajaan terkadang juga agak membingungkan. Siapa pun tak kan
bisa menyangkal bahwa Kerajaan Saudi amat dekat—jika tidak bisa
dikatakan sekutu terdekat—Amerika Serikat. Di mulut, para syaikh-syaikh
itu biasa mencaci maki Zionis-Israel dan Amerika, tetapi mata dunia
melihat banyak di antara mereka yang berkawan akrab dan bersekutu
dengannya.
Barangkali kenyataan inilah yang bisa menjawab mengapa Kerajaan Saudi
menyerahkan penjagaan keamanan bagi negerinya—termasuk Makkah dan
Madinah—kepada tentara Zionis Amerika.
Bahkan dikabarkan bahwa Saudi pula yang mengontak Vinnel Corporation
di tahun 1970-an untuk melatih tentaranya, Saudi Arabian National Guard
(SANG) dan mengadakan logistik tempur bagi tentaranya. Vinnel merupakan
salah satu Privat Military Company (PMC) terbesar di Amerika Serikat
yang bisa disamakan dengan perusahaan penyedia tentara bayaran.
Ketika umat Islam dunia melihat pasukan Amerika Serikat yang hendak
mendirikan pangkalan militer utama AS dalam menghadapi invasi Irak atas
Kuwait beberapa tahun lalu, maka hal itu tidak lepas dari kebijakan
orang-orang yang berada dalam kerajaan tersebut.
Langkah-langkah mengejutkan yang diambil pihak Kerajaan Saudi
tersebut sesungguhnya tidak mengejutkan bagi yang tahu latar belakang
berdirinya Kerajaan Saudi Arabia itu sendiri. Tidak perlu susah-sudah
mencari tahu tentang hal ini dan tidak perlu membaca buku-buku yang
tebal atau bertanya kepada profesor yang sangat pakar.
Pergilah ke tempat penyewaan VCD atau DVD, cari sebuah film yang dirilis tahun 1962 berjudul ‘Lawrence of Arabia’
dan tontonlah. Di dalam film yang banyak mendapatkan penghargaan
internasional tersebut, dikisahkan tentang peranan seorang letnan dari
pasukan Inggris bernama lengkap Thomas Edward Lawrence, anak buah dari
Jenderal Allenby (jenderal ini ketika merebut Yerusalem menginjakkan
kakinya di atas makam Salahuddin Al-Ayyubi dan dengan lantang berkata,
“Hai Saladin, hari ini telah kubalaskan dendam kaumku dan telah berakhir
Perang Salib dengan kemenangan kami!”).
Film ini memang agak kontroversial, ada yang membenarkan namun ada
juga yang menampiknya. Namun produser mengaku bahwa film ini diangkat
dari kejadian nyata, yang bertutur dengan jujur tentang siapa yang
berada di balik berdirinya Kerajaan Saudi Arabia.
Konon kala itu Jazirah Arab merupakan bagian dari wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, sebuah kekhalifahan umat Islam dunia yang
wilayahnya sampai ke Aceh. Lalu dengan bantuan Lawrence dan
jaringannya, suatu suku atau klan melakukan pemberontakan (bughot) terhadap Kekhalifahan Turki Utsmaniyah dan mendirikan kerajaan yang terpisah, lepas, dari wilayah kekhalifahan Islam itu.
Bahkan
di film itu digambarkan bahwa klanSaud dengan bantuan Lawrence
mendirikan kerajaan sendiri yang terpisah dari khilfah Turki Utsmani.
Sejarahwan Inggris, Martin Gilbert, di dalam tulisannya“Lawrence of Arabia was a Zionist” seperti yang dimuat di Jerusalem Post edisi 22 Februari 2007, menyebut Lawrence sebagai agen Zionisme.
Sejarah pun menyatakan, hancurnya Kekhalifahan Turki Utsmani ini pada
tahun 1924 merupakan akibat dari infiltrasi Zionisme setelah Sultan
Mahmud II menolak keinginan Theodore Hertzl untuk menyerahkan wilayah
Palestina untuk bangsa Zionis-Yahudi. Operasi penghancuran Kekhalifahan
Turki Utsmani dilakukan Zionis bersamaan waktunya dengan mendukung
pembrontakan Klan Saud terhadap Kekalifahan Utsmaniyah, lewat Lawrence
of Arabia.
Entah apa yang terjadi, namun hingga detik ini, Kerajaan Saudi
Arabia, walau Makkah al-Mukaramah dan Madinah ada di dalam wilayahnya,
tetap menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat. Mereka tetap menjadi
sahabat yang manis bagi Amerika.
Selain film ‘Lawrence of Arabia’, ada beberapa buku yang bisa menggambarkan hal ini yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Antara lain:
- Wa’du Kissinger (Belitan Amerika di Tanah Suci, Membongkar Strategi AS Menguasai Timur Tengah, karya DR. Safar Al-Hawali—mantan Dekan Fakultas Akidah Universitas Ummul Quro Makkah, yang dipecat dan ditahan setelah menulis buku ini, yang edisi Indonesianya diterbitkan Jazeera, 2005)
- Dinasti Bush Dinasti Saud, Hubungan Rahasia Antara Dua Dinasti Terkuat Dunia (Craig Unger, 2004, edisi Indonesianya diterbitkan oleh Diwan, 2006)
- Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (George Lenczowski, 1992)
- History oh the Arabs (Philip K. Hitti, 2006)
Sebab itu, banyak kalangan yang berasumsi bawah berdirinya Kerajaan
Saudi Arabia adalah akibat “pemberontakan” terhadap Kekhalifahan Islam
Turki Utsmani dan diback-up oleh Lawrence, seorang agen Zionis
dan bawahan Jenderal Allenby yang sangat Islamofobia. Mungkin realitas
ini juga yang sering dijadikan alasan, mengapa Arab Saudi sampai
sekarang kurang perannya sebagai pelindung utama bagi kekuatan Dunia
Islam, wallahu a’lam. (Rz)
Film ini memang agak kontroversial, ada yang membenarkan namun ada
juga yang menampiknya. Namun produser mengaku bahwa film ini diangkat
dari kejadian nyata, yang bertutur dengan jujur tentang siapa yang
berada di balik berdirinya Kerajaan Saudi Arabia.
Film ini memang agak kontroversial, ada yang membenarkan namun ada
juga yang menampiknya. Namun produser mengaku bahwa film ini diangkat
dari kejadian nyata, yang bertutur dengan jujur tentang siapa yang
berada di balik berdirinya Kerajaan Saudi Arabia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar