SINOPSIS
The dark of 911 (sisi gelap peristiwa WTC)
Apa
yang ada di benak Anda saat mendengar istilah “September” Bisa jadi,
bagi kebanyakan warga negara dunia, istilah ini lekat dengan peristiwa
besar delapan tahun lalu ketika dua pesawat menabrak Menara Kembar World
Trade Center (WTC) di New York, AS pada 11 September 2001.
Setuju atau tidak, peristiwa ini
merupakan peristiwa besar. Biang imperalis dunia Amerika Serikat
membajak momentum 911 dengan memecah dunia menjadi dua bagian : “With
Us” atau “With Terorisme”. Bagi yang tunduk dan sudi menjadi pelayan AS,
maka dia diberi “Carrot” berupa guyuran dollar. Dan bagi yang
membangkang maka bersiaplah menerima “Stick” berupa ‘Carpet Bombing’.
Ribuan bahkan jutaan Muslim Afghanistan, Irak, dan Palestina telah
menjadi korban kebiadaban Bush Gank. Termasuk keluarga – Keluarga muslim
Indonesia yang terkena getah kampanye “anti teror” AS ini.
Namun Bush dan komplotannya ternyata
begitu naif mengira bahwa warga dunia seluruhnya bisa dibohongi.
Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit fakta – fakta sesungguhnya
yang selama ini menjadi kabut gelap seputar 911 terkuak. Jutaan warga AS
sendiri kini berteriak menuntut agar Bush ditangkap. Ratusan pejabat AS
mengundurkan diri karena tidak setuju dengan langkah – langkah Bush
ba’da 911.
Kebenaran demi kebenaran yang terkuak
ke permukaan terlalu sayang jika tercecer. Sebab itu, kami
mengumpulkannya untuk Anda, Pembaca Budiman. Dan jangan dilupakan,
ternyata seorang saksi mata peristiwa besar itu adalah orang
Indonesia.Kami menemuinya dan segera kesaksiannya kami paparkan kepada
Anda. Eramuslim Digest yang ada ditangan pembaca saat ini merupakan
edisi khusus serta revisi, dan dalam edisi ini kami menambahkan beberapa
artikel yang mendukung, diantaranya terkait dengan kajian secara ilmiah
saintis yang ditulis oleh seorang mahasiswa program Doktoral di Jepang.
Dan juga kami lebih memperbanyak foto foto untuk lebih mempertajam isi
majalah ini.
Di Balik Serangan 9-11 (Bag. 5)
Bukti Penggunaan Senjata Energi dalam Serangan 9-11. Sumber: Antichrist Conspiracy: Inside the Devil’s Lair. Copyright ©1999, 2008 by Edward Hendriewww.antichristconspiracy.com
66. Proof That Directed Energy Weapon Was Used on 9-11 [page 373]
Keterangan saksi mata mengenai bom yang meledak di bagian dalam WTC
sebelum ambruknya Menara Kembar WTC telah diabaikan oleh media-media
besar. Christopher Bollyn, reporter American Free Press, mempublikasikan
laporan pada 22 Oktober 2001 berkenaan dengan keterangan saksi mata
tentang ledakan sebelum dan saat ambruknya Menara WTC.
Meskipun ada laporan dari sejumlah saksi
mata dan para pakar, termasuk para reporter berita, yang mendengar atau
melihat ledakan sesaat sebelum ambruknya WTC, terdapat kebisuan (virtual
silence) pada media-media secara umum.
***
Van Romero, pakar bahan peledak dan mantan
direktur Energetic Materials Research and Testing Center di New Mexico
Tech, mengatakan pada 11 September, “Menurut saya, berdasarkan rekaman
video yang ada, setelah pesawat menghantam WTC terdapat beberapa
peralatan peledak di dalam gedung yang menyebabkan menara tersebut
ambruk.”
***
Romero adalah wakil presiden penelitian di
New Mexico Institute of Mining and Technology, yang mempelajari
material bahan-bahan peledak serta efeknya terhadap bangunan, pesawat,
dan struktur lainnya, dan ia sering membantu penyelidikan forensik dalam
kasus serangan teroris, biasanya dengan memasang ledakan serupa dan
mempelajari efeknya.
Setelah dihantam oleh pesawat, menara
kembar terlihat masih stabil. Lalu tanpa peringatan, pada pukul 9.58
menara selatan meledak ke dalam (implosion) dan ambruk secara vertikal,
53 menit setelah dihantam. Pada 10.28, 88 menit setelah terkena
hantaman, menara utara juga ambruk.
“Sulit bagi sesuatu dari pesawat untuk
dapat memicu peristiwa semacam itu,” kata Romero. Jika ledakan tersebut
menyebabkan menara menjadi ambruk, “itu mungkin karena ada sejumlah
bahan peledak yang ditempatkan di titik-titik strategis,” ia bilang.
“Salah satu hal dalam serangan teroris
yang sering dicatat adalah serangan pengalih perhatian (diversionary
attack) dan peralatan sekunder (secondary device),” kata Romero. Para
penyerang akan melakukan peledakan permulaan, sebagai diversionary
attack, dalam kasus ini berupa hantaman pesawat ke menara, yang membawa
petugas darurat kepada peristiwa tersebut, dan kemudian para penyerang
melakukan peledakan kedua.
Sepuluh hari setelah serangan, menyusul
adanya kritik terhadap ucapannya, Romero memuta-balikkan analisisnya
tentang keruntuhan menara WTC, “Tentu saja yang menyebabkan gedung
tersebut ambruk adalah api,” katanya kepada Journal pada 21 September.
***
Namun, terdapat informasi lain yang dapat
membuktikan kebenaran skenario [pertama] Romero yang kontroversial.
Seorang saksi mata yang kantornya berada di dekat WTC mengatakan kepada
AFP bahwa ia sedang berdiri di antara kerumunan orang di Church Street,
sekitar dua setengah blok dari Menara Selatan, ketika melihat “sejumlah
sumber cahaya kilat (brief light) yang sedang dipancarkan dari bagian
dalam gedung antara lantai 10 dan 15.” Ia melihat sekitar 6 cahaya
tersebut, disertai oleh “suara meretih” sebelum menara ambruk…. Salah
seorang pemadam kebakaran di menara kedua yang telah dihantam itu, Louie
Cacchioli (51 tahun), mengatakan kepada People Weekly pada 24
September: “Saya sedang membawa para petugas pemadam kebakaran dalam
elevator untuk menuju lantai 24 guna mengevakuasi para pegawai kantor.
Saat perjalanan hampir selesai, sebuah bom meledak. Kami pikir terdapat
bom yang dipasang di dalam gedung.”
Kim White (32 tahun), pegawai di lantai
80, juga melaporkan bahwa dirinya mendengar sebuah ledakan. “Tiba-tiba
saja gedung bergoncang, kemudian mulai bergoyang. Kami tidak tahu apa
yang sedang terjadi,” katanya kepada People. “Kami membawa semua orang
di lantai tersebut menuju ruang tangga….saat itu kami semua mengira
penyebabnya adalah api… Kami turun hingga lantai 74…kemudian ada sebuah
ledakan lagi.”
Menurut teori yang diterima secara umum,
saat api menjalar di dalam gedung, inti baja di setiap gedung memanas
hingga 2000 derajat Fahrenheit, yang menyebabkan tiang penopang roboh.
Pimpinan insinyur yang merancang Menara
WTC mengekspresikan keterkejutannya bahwa menara tersebut ambruk setelah
dihantam pesawat penumpang. “Saya merancangnya tahan terhadap hantaman
Boeing 707,” kata Lee Robertson, insinyur struktur gedung tersebut.
Boeing 707 memiliki kapasitas bahan bakar lebih dari 23.000 galon,
sebanding dengan Boeing 767 yang memiliki kapasitas bahan bakar 23.980
galon.
Arsitek lainnya yang merancang WTC, Aaron
Swirski, tinggal di Israel, berbicara kepada Jerusalem Post Radio
setelah serangan tersebut: “Gedung itu dirancang untuk bertahan terhadap
adanya kemungkinan serangan semacam ini,” katanya.
Hyman Brown, profesor teknik sipil
Universitas Colorado dan manager konstruksi WTC, bingung saat
menyaksikan menara tersebut ambruk. “Gedung itu dirancang untuk dapat
bertahan hampir terhadap segala macam ancaman termasuk topan, angin
kencang, ledakan bom, dan hantaman pesawat,” katanya.
Brown berkata kepada AFP bahwa meskipun
gedung tersebut dirancang untuk bertahan terhadap “badai 150-tahun” dan
hantaman Boeing 707, menurutnya kebakaran bahan bakar pesawat pada 2.000
derajat Fahrenheit dapat memperlemah baja. Brown menjelaskan bahwa
menara selatan pertama kali ambruk ketika dihantam dengan beban yang
lebih berat di atas area tubrukan. Brown berkata pada AFP bahwa ia
“tidak menerima” teori yang menyatakan bahwa implosion tersebut
disebabkan oleh api yang menyedot udara keluar dari lantai bawah,
seperti menurut banyak spekulasi.
Perusahaan kontraktor yang dilaporkan
menjadi pihak pertama yang mengangkut puing reruntuhan yang tersisa
merupakan perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam bidang
pembongkaran/penghancuran gedung-gedung besar secara saintifik.
Perusahaan ini bernama Controlled Demolition, Inc. (CDI), asal
Baltimore, dipimpin oleh Mark Loizeaux.
CDI adalah kontraktor yang sama yang
membongkar/menghancurkan dan mengangkut kerangka gedung Oklahoma City
Murrah yang mengalami pengeboman, tindakan tersebut menghalangi
investigator independen untuk mencari bukti-bukti tentang isu yang
mengatakan bahwa terdapat bom yang dipasang di bagian dalam gedung
tersebut.
Pada Februari 2000, Juri Agung federal
mendakwa Mark Loizeaux, Douglas Loizeaux, dan Controlled Demolition,
Inc. atas tuduhan laporan palsu sumbangan kampanye dengan meminta
anggota keluarga dan pegawai CDI untuk menyumbang bagi kampanye Rep.
Elijah E. Cummings (D-Md.).
Baltimore Sun memberitakan bahwa sumbangan
ilegal tersebut diduga terjadi antara tahun 1996 dan 1998. Loizeaux
bersaudara dan CDI dibebaskan pada September 2000.
Menurut laporan, pembersihan puing-puing
sebanyak kira-kira 1,2 juta ton itu membutuhkan dana sebesar $7 miliar
dan memakan waktu hingga satu tahun.[958]
Di bawah ini terdapat rangkaian 3 foto berbeda mengenai seorang
wanita yang sedang bertahan dalam retakan yang diakibatkan oleh pesawat
kedua yang menghantam menara utara WTC pada 11 September 2001. Untuk
bisa mencapai lubang bekas hantaman tersebut, sang wanita harus berjalan
menyusuri lantai dimana ia berada. Namun, berdasarkan cerita resmi,
area tersebut panas bagai neraka, cukup panas untuk melelehkan balok
baja yang padat (kira-kira diperlukan 2.700 derajat Fahrenheit/1.500
derajat Celcius untuk melelehkan baja), yang akhirnya menyebabkan satu
lantai gedung tersebut ambruk dalam satu waktu secara bertahap (pancake
sequence). Laporan resmi tersebut mustahil bisa diterima, karena bahan
bakar pesawat komersial (Jet-A), yang murni kerosene, terbakar di udara
pada temperatur maksimum 1.500 derajat Fahrenheit/800 derajat Celcius.
Para pakar telah mengkalkulasi bahwa temperatur lantai yang terbakar
dalam gedung WTC bahkan tidak mencapai temperatur yang dibutuhkan untuk
melemahkan dan melelehkan balok baja.[959] Kesimpulan
tersebut didukung oleh penampakan sang wanita. Seperti bisa Anda lihat,
sang wanita tampak dalam keadaan baik; baik rambut maupun pakaiannya
tidak hangus. Jadi kita tahu bahwa api tersebut bersifat lokal/terbatas
dan tidak cukup panas untuk melelehkan balok baja.
Korban yang sedang bertahan dalam WTC 2 – Jelas terlihat bahwa panas yang ada tidak cukup untuk melelehkan baja
Menurut akal sehat, mustahil hydrocarbon (dari apapun
jenisnya) yang sedang terbakar, tanpa tambahan oksigen murni, dapat
melelehkan baja. Kalau api hydrocarbon dapat menyebabkan baja meleleh,
maka kita akan menemukan orang-orang yang memasak menggunakan kompor gas
bisa-bisa melelehkan peralatan dapur mereka yang terbuat dari baja. Ini
akan sering terjadi, karena kompor gas sangat efisien dan lebih panas
dibanding bahan bakar pesawat, yang pada dasarnya adalah kerosene.
Selain itu juga akan menimbulkan masalah lain pada peralatan dapur yang
terbuat dari aluminiium, karena aluminium meleleh pada titik lebih
rendah dibanding baja. Jika laporan resmi mengenai WTC itu memang benar,
maka kompor sendiri, yang terbuat dari baja yang agak tipis, akan
sering meleleh. Kita tahu bukan ini topik masalahnya; kita juga tahu
bahwa kebakaran yang terjadi di WTC tidak menyebabkan ambruknya kedua
menara.
Seismograph di Lamont-Doherty Earth Observatory, Universitas Columbia, di Palisades, N.Y., 21 mil arah utara WTC, mencatat 2 spike
(grafik tajam) dalam catatan seismik tanggal 11 September, yang
mengindikasikan 2 ledakan energi besar yang mengguncang tanah di bawah
menara kembar WTC. Sepasang ledakan besar berukuran 2,1 skala Richter
tercatat sesaat sebelum ambruknya menara selatan. Sepasang ledakan besar
yang kedua berukuran 2,3 skala Richter terdeteksi beberapa detik
sebelum ambruknya menara utara. Ledakan-ledakan ini tak bisa dijelaskan
dengan hantaman pesawat atau puing-puing gedung yang menghantam tanah.
Tiap ledakan segera diikuti oleh ambruknya kedua menara.
Diduga keras bahwa beberapa baja panas yang meleleh ditemukan di
dasar kedua menara kembar 6 minggu setelah ambruk. Namun tak ada bukti
fisik yang bisa mendukung klaim ini. Pernyataan mengenai kemungkinan
adanya beberapa lelehan baja di dasar WTC setelah 6 minggu ambruk
sungguh tak dapat dipercaya. Agar baja tersebut dapat tetap leleh selama
itu, memerlukan sumber panas yang sangat tinggi dan terus-menerus.
Ledakan singkat pada 6 minggu sebelumnya tidak cukup untuk menjaga baja
tersebut tetap leleh selama 6 minggu. Beberapa orang mengajukan teori
bahwa thermite bomb, peralatan micro-nuclear, atau barometric bomb, telah digunakan untuk merobohkan menara dari fondasinya, yang menyebabkannya ambruk.[960]
Informasi di atas menunjuk pada ledakan internal (internal explosive)
sebagai penyebab ambruknya menara. Namun, banyak informasi yang semakin
jelas yang mengindikasikan bahwa sesuatu yang lebih canggih dari
peledak internal konvensional (conventional internal explosive)
telah digunakan terhadap WTC 1 dan 2. Sudah jelas, peledak konvensional
digunakan untuk ledakan permulaan yang terekam saat pesawat (yang
sebenarnya hanya CGI) disebutkan menabrak menara. Sebagai tambahan, para
saksi mata mendengar ledakan berikutnya. Rangkaian foto di bawah ini
mengindikasikan bahwa terdapat teknologi lain yang merupakan penyebab
utama ambruknya menara. Rangkaian foto ini adalah bukti (atau baja
berasap) dalam peristiwa 9-11. Perhatikan rangkaian foto tersebut
bagaimana sisa suprastruktur menara WTC 1 (Menara Utara) setinggi 60
tingkat yang terbuat dari baja tiba-tiba berubah menjadi debu. Anda bisa
lihat bahwa tiang baja tersebut lebih tinggi dari menara WTC 7 yang
setinggi 47 tingkat, yang bagian depannya ada di sebelah kanan pada
foto. Anda takkan membayangkan bahwa baja bisa berubah menjadi debu
kalau Anda mengetahui bahwa tiang tersebut berukuran 36 inchi selain
tiang baja rectangular (seperti persegi panjang) berukuran 16 inchi yang memiliki dinding baja setebal 4 inchi.
Dibawah ini adalah tiang-tiang baja raksasa yang berubah menjadi debu
dalam beberapa detik. Bagaimana bisa terjadi? Dr. Judy Wood[961] (Ph.D. dalam Materials Engineering Science) berpendapat bahwa menara tersebut hanya dapat berubah menjadi debu jika terdapat molecular disassociation.
Satu-satunya teknologi yang bisa menyebabkan molecular disintegration
semacam itu dari padat menjadi debu adalah senjata energi yang diarahkan
(directed energy weapon).[962]
Senjata energi bukanlah fiksi ilmiah (science-fiction), melainkan realita ilmiah (science-reality). Bacalah materi dari U.S. Air Fore Research Laboratory, Directed Energy Directorate.[963]
Penggunaan senjata energi dalam 9-11 dapat menjelaskan mengapa hanya
ada sedikit puing dari ambruknya 2 menara setinggi 2 ¼ mil. Sebagian
besar beton, tiang baja, dan balok baja, berubah menjadi debu.[964]
Semakin padat (mass) sebuah objek maka semakin banyak energi yang
diserap. Ini menjelaskan mengapa terdapat beberapa lembar kertas yang
melayang-layang di atas tanah pada saat 9-11, karena kertas memiliki
massa yang terlalu kecil untuk menyerap energi yang diarahkan.
Sisa Menara Utara (WTC 1) yang terbuat dari baja dan setinggi 50 tingkat tiba-tiba berubah menjadi debu
Di bawah ini terdapat sebuah foto area reruntuhan Menara WTC 1 & 2
yang diambil pada 13 September 2001, dua hari setelah serangan terhadap
gedung tersebut. Bekas dinding barat WTC 2 (menara selatan) dapat
terlihat di bagian depan pada dasar gambar. Bagian muka WTC 2 terlihat
setinggi 4 dan 6 tingkat. Bagian tersebut menjulang melebihi reruntuhan
sisa menara WTC 1 & 2. Di belakang WTC 2 (kiri tengah pada gambar)
adalah lokasi di mana WTC 3 (Hotel Marriot) pernah berdiri. Sisa WTC 6,
gedung setinggi 8 tingkat, berada di kanan atas pada gambar; puing-puing
di depan bangunan tersebut adalah sisa-sisa WTC 1 (menara utara). WTC 6
juga menjulang melebihi reruntuhan sisa WTC 1. Jika teori pancake
(atau bahkan penghancuran konvensional) dalam kasus menara WTC memang
benar, puing-puing kerusakan menara seharusnya mencapai 1/8 (12,5%)
tinggi menara. WTC 1 & 2, keduanya setinggi 110 tingkat. Itu berarti
bahwa puing-puing reruntuhan menurut teori pancake (atau
penghancuran konvensional) seharusnya memakan lebih dari 13 tingkat.
Terdapat 6 sub-basement di bawah kompleks WTC. Meski sub-basement
tersebut mengalami kerusakan secara luas, namun tidak mengalami ambruk
di bawah level jalan raya. Apa yang terlihat di atas tanah, seperti
terlihat pada gambar, menggambarkan ketinggian reruntuhan dari level
jalan raya. Lalu kemana perginya sisa puing-puing lainnya dari 2 menara
pencakar langit yang memiliki tinggi 2 ¼ mil tersebut? Menara tersebut
kelihatannya berubah menjadi debu; reruntuhan yang ada dalam gambar
tidak cukup untuk menerangkan sifat kerusakan bangunan-bangunan raksasa.[965]
Perhatikanlah ketinggian reruntuhan Menara 1 & 2 pada gambar di bawah. Gambar ini diambil pada 14 September 2001.[966]
Dalam gambar ini, sang fotografer berdiri di bekas pintu masuk
(entrance) menuju Plaza yang berada di Church St antara Dey dan
Cortland, sambil melihat-lihat ke arah barat laut. Reruntuhan hangus
yang ada di bagian tengah foto adalah WTC 6, sisa dinding di sebelah
kirinya adalah dinding timur WTC 1. Bangunan berwarna cokelat yang ada
di sebelah kanan WTC adalah WTC 5. Di bagian atas pada foto, di bagian
belakang reruntuhan hangus WTC 6, terlihat bagian puncak gedung Verizon
yang berada di sebelah barat WTC 7. Sebuah struktur bangunan yang
terlihat kabur pada background di kiri atas foto merupakan dinding
belakang (barat) WTC 1. Anda dapat melihat para petugas penyelamat dalam
foto tersebut. Seharusnya terdapat puing-puing dari reruntuhan 13
tingkat yang berasal dari 2 menara setinggi 110 tingkat, tapi
puing-puing yang ada hanya kurang dari satu tingkat. Sang fotografer
sendiri sedang berdiri di plaza tersebut dan foto ini menunjukkan bahwa
sang fotografer memperoleh garis pandang yang jelas dari dinding timur
Menara 1 WTC hingga dinding barat Menara 1. Tak ada puing-puing yang
menghalangi pandangannya menuju dinding belakang. Bola perunggu di plaza
tersebut, yang hanya setinggi 15 kaki, menjulang melebihi puing-puing
yang ada. Anda dapat melihat para petugas penyelamat sedang berdiri di
atas puing-puing dekat bagian dasar bola. Lalu di mana massa reruntuhan
setinggi 13 tingkat yang mencapai 1 juta ton baja dan beton yang
berasal dari Menara WTC 1 & 2?
Plaza WTC pada 14 September 2001
Secara keseluruhan, gundukan reruntuhan Menara WTC 1 & 2 kurang
dari 7% dari volume ketinggian sebanyak 13 tingkat. Lebih dari 93% massa
kedua menara tersebut menghilang. Massa menara tersebut tampaknya telah
berubah menjadi debu. Di bawah ini terdapat sebuah gambar yang
memperlihatkan seluruh Manhattan diliputi oleh partikel debu yang halus.
Itulah jawabannya kemana massa Menara WTC 1 & 2 pergi. Apa yang
dapat menyebabkan 1 juta ton baja dan beton berubah menjadi debu?
Satu-satunya alat yang bisa membuat 2 bangunan raksasa berubah menjadi
debu adalah senjata energi yang diarahkan.
Manhattan diliputi oleh debu sangat halus saat peristiwa 9-11
Menara WTC 1 & 2 tampaknya telah dihancurkan oleh senjata energi
yang mengubah bangunan tersebut menjadi debu, sedangkan Menara WTC 7
tampaknya ditebang oleh bahan penghancur internal konvensional (traditional internal demolition explosive).
Seperti bisa Anda lihat dalam dua foto berikut, puing-puing Menara WTC 7
kira-kira setinggi 5 tingkat. Itu pasti dianggap oleh seseorang sebagai
gundukan reruntuhan dari bangunan setinggi 47 tingkat (12,5% x 47
tingkat = 5,88 tingkat reruntuhan) yang mengalami penghancuran
konvensional. Truk pengeruk berukuran besar, seperti terlihat dalam foto
sebelah kiri, terlihat menjadi kecil dibanding gundukan puing. WTC 7
memiliki tinggi 47 tingkat, sedangkan menara kembar (Menara WTC 1 &
2) setinggi 110 tingkat. Andaikata menara kembar ditebang oleh bahan
penghancur konvensional, gundukan puingnya pasti dapat mengalahkan
gundukan puing Menara 7. Namun sekarang gundukan puing Menara 7 jauh
lebih tinggi.
Puing-puing Menara WTC 7
footnote
[959].The Jet Fuel; How Hot Did it Heat the World Trade Center?, http://www.uscrusade.com/forum/config.pl/read/1064 (February 23, 2003).
[960].Christopher Bollyn, New Seismic Data Reputes Official Explanation, American Free Press, http://www.americanfreepress.net/09_03_02/NEW_SEISMIC_/new_seismic_.html (website address current as of April 1, 2003).
[961].9/11 Issues, http://www.drjudywood.com/ (last visited on May 3, 2008).
[962].Directed Energy Weapon, http://en.wikipedia.org/wiki/Directed-energy_weapon (last visited on May 3, 2008).
[963].Kirtland Air Fore Base, Directed Energy Directorate, http://www.kirtland.af.mil/afrl_de/ (last visited on May 3, 2008).
[964].Morgan Reynolds, Judy Wood, Why Indeed Did the WTC Buildings Disintegrate?, A peer-review of Steven E. Jones’ 9/11 Research, http://nomoregames.net/index.php?page=911&subpage1=trouble_with_jones (last visited on May 3, 2008).
[965].Judy Wood and Morgan Reynolds, The Star Wars Beam Weapons, http://www.drjudywood.com/articles/DEW/StarWarsBeam3.html (last visited on May 3, 2008).
[966].Dmytro Doblevych, A View From Ground Zero, A volunteer’s account of September 11 aftermath, http://www.doblevych.com/english/about/writing/groundzero.html (last visited on May 3, 2008).
Tragedi WTC 9/11: Fakta yang Digelapkan
Ada banyak fakta yang sengaja digelapkan Bush dan komplotannya terkait tragedi 9/11. Diantaranya adalah:
- Klaim resmi pemerintah Bush tentang Pentagon adalah sebuah pesawat jet komersial yang telah dibajak menabrak gedung markas besar angkatan bersenjata AS. Namun pada kenyataannya, tidak ada puing-puing pesawat dibekas reruntuhan Pentagon. Lubang yang menganga didinding Pentagon pun setelah diteliti ternyata lebih kecil ketimbang hidung pesawat jet komersial. Beberapa saksi mata mengatakan melihat benda metal dan panjang seperti misil yang meluncur cepat dan meledakkan dinding Pentagon. Jika demikian, maka yang menghancurkan Pentagon sebenarnya adalah misil, bukan pesawat. Lantas siapa yang bisa dengan bebas menembakkan misil ke Pentagon jika bukan orang dalam sendiri (The Insider)?
- Sehari sebelum peristimwa, sejumlah pejabat tinggi Pentagon membatalkan sejumlah perjalannnya ke berbagai kota di AS dengan menggunakan pesawat pada 11 September 2001. Kabar ini menjadi topik hangat di New York setelah terjadi peristiwa 911. Timbul pertanyaan, jika pejabat tinggi tidak memperingatkan warga AS untuk juga membatalkan perjalanan pesawatnya, pada 11 September 2001 sehingga jatuhnya korban ke-299 orang bisa dihindari.
- Pada hari Selasa, 11 September 2001, US Air Force diperintahkan untuk tidak bersiaga. Padahal kompleks WTC yang berada dibusat kota New York berada dalam Ring-1 yang memiliki tingkat keamanan yang super ketat. Pesawat-pesawat pembajak dengan mudah dan bebas terbang selama lebih kurang 60 menit tanpa disergap atau pun ditembak jatuh oleh sebuah pesawat militer AS. Koordinasi antara FAA dan NORAD pun kacau sehingga kedua lembaga yang bertanggungjawab atas keamanan udara di atas New York itu “tidak mampu” berbuat banyak untuk mencegah terjadinya tragedi. Padahal, dalam rentang waktu antara September 2000 hingga Juni 2001, jet-jet tempur AS telah melakukan 67 terbang guna memburu pesawat-pesawat yang dicurigai di atas wilayah udara AS (Associated Press, 13/8/2002). Jelas, ada kekuatan sangat besar dalam otoritas kekuasaan di AS sendiri yang membiarkan 9/11 terjadi. Kekuasaan ini jelas berada jauh diatas kekuasaan dan kemampuan seorang Usamah bin Laden.
- Jika pemerintahan Bush dengan naif mengatakan runtuhnya Menara Utara dan Selatan WTC disebabkan struktur penyangga baja lumer karena tidak tahan panas yang tinggi yang berasal dari ledakan dan terbakarnya bahan bakar pesawat terbang, maka Bush dan komplotannya sampai hari ini tidak bisa menjawab pasti sebab-sebab ambruknya-secara vertikal pula-Gedung WTC 7 yang berdiri tidak begitu dekat dengan kedua menara tadi. Gedung WTC 7 sama sekali tidak ditabrak pesawat, tidak terbakar, tapi juga ikutan rubuh. Padahal tidak ada gempa. Jawaban paling masuk akal adalah telah terjadi peledakan terkontrol atas gedung tersebut.
- Memburu Usamah Bin Laden hidup atau mati, yang dijadikan alasan bagi AS menyerang Afghanistan adalah bohong besar. Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Myers, mengatakan bahwa membekuk Bin Laden bukanlah tujuan utama (Associated Presss, 5/4/2002). Bahkan sebulan setelah AS menyerang Afghanistan, pada November 2001, Angkatan Udara AS mengeluh jika mereka sesungguhnya telah memiliki kesempatan sebanyak lebih dari sepuluh kali selama enam minggu untuk menghabisi Al-Qaidah dan para pemimpin Thaliban termasuk Usamah Bin Laden. Namun serangan tidak bisa dilakukan karena tidak mendapat persetujuan dari otoritas tertinggi di AS yang tidak disebutkan namanya (Time, 13/5/2002). Hal ini bisa dipahami, salah satunya, Al-Qaidah dan Usamah memang dekat dengan CIA. Bahkan ketika Usamah Bin Laden sakit hanya beberapa bulan sebelum September 2001, dia dirawat dirumah sakit Amerika di Dubai, Uni Emirat Arab, dan Kepala Kantor Regional CIA menjenguknya (Le Figaro, Juli 2001).
- Legitimasi atas penyerbuan AS ke Afghanistan ternyata tidak diberikan warga New York yang sesungguhnya paling berhak membalas dendam atas terjadinya 911, namun justru dikipas-kipasi dan mendapat dujungan paling aktif dari warga AS diluar New York dan juga media-media besar As yang dimiliki pengusaha-pengusaha Zionis Yahudi.
- September 12, 2011
Fakta 11 September WTC Yang Tersembunyi
Posted by musyafucino under Seduhan Islam | Tag: Amerika di balik serangan WTC, fakta sebenarnya serangan 11 september, fakta tersenbunyi peristiwa WTC, Israel di balik serangan WTC, misteri serangan WTC 11 September, The Dark Side Of 911, the hidden fact in WTC's case |
[3] Comments
11 September 10 tahun silam memang menjadi sebuah tanggal “MERAH” bagi Paman Sam. Negeri Obama tersebut yang saat itu masih dikepalai George W. Bush (Bush Jr.) pada 11/09/01 dihantam serangan besar pada salah satu simbol penting mereka, yaitu Twin Towers WTC yang merupakan perlambang kedigdayaan Paman Sam dalam bidang Ekonomi dan juga pada Gedung Pentagon yang merupakan Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang mana dari sinilah (setelah mendapat persetujuan Washington DC/Gedung Putih) seluruh kebijakan militer diputuskan. Namun dalam perstiwa September kelabu-nya AS itu, yang paling mendapat perhatian besar masyarakat dunia adalah kejadian diserangnya gedung kembar WTC dimana di dalam bangunan kembar tertinggi dunia –saat itu- tersebut banyak manusia yang masih melakukan aktivitas bekerja saat pesawat yang –konon- dibajak teroris menabrak gedung kembar tersebut. Selain menewaskan tidak kurang dari 3000 nyawa, peristiwa tersebut juga mencoreng muka Paman Sam kala itu karena seperti yang diketahui bersama bahwa sistem militer AS adalah yang terbaik di dunia. Dan seperti yang diketahui bersama, bahwa pasca kejadian mengerikkan itu seluruh mata dunia di arahkan oleh AS melalui media-media mereka kepada Umat Islam.
Teroris yang meledakkan WTC adalah para Militan Islam, demikian kata Bush Jr. yang merupakan Presiden yang suka berperang sama seperti bapaknya (George Bush / Bush Senior). Saat itu Bush Jr. berpidato dan mengkampanyekan sebuah Proyek besar yang bernama War Against Terrorisme, With Them (Teroris) or with us (Amerika). Dan uniknya, entah sengaja ataupun sekedar keceplosan Bush juga menyebut bahwa pasca serangan 11 September dunia Barat telah menghadapi Perang Salib Jilid 3 dengan Amerika sebagai Komandannya. Dan ladang Perang Salib III yang pertama adalah Irak yang mana saat itu masih dipimpin sang musuh bebuyutan AS dan juga Israel yaitu Saddam Husein. Dengan dalih Irak tengah menyembunyikan senjata pemusnah massal yang diklaim dapat mengganggu kedamaian dunia, AS pun akhirnya menyerang Irak guna menggulingkan Saddam Husein. Namun seperti yang disaksikan dunia saat ini, setelah Saddam berhasil digantung oleh AS, keberadaan senjata pemusnah massal yang sering digembar-gemborkan tersebut ternyata tak pernah ditemukan alias hanyalah bualan AS belaka. Ternyata dalih demi melindungi dunia dari senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak hanyalah alasan Amerika guna mengamankan dan melindungi “DUNIA” mereka sendiri yaitu Israel yang merupakan majikan abadi AS. Dan alasan berikutnya adalah demi menguasai ladang minyak Irak yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Dalam perang Irak, banyak pengamat yang menyimpulkan bahwa minyaklah alasan terbesar AS setelah melindungi Israel dan membantai umat Islam di negerinya sendiri.
Kembali ke masalah 9/11, ternyata hingga kini yang masih menjadi fakta yang sengaja disembunyikan dalam tragedi tersebut adalah siapakah sebenarnya dalang nyata di balik serangan yang terancang sangat professional tersebut. Benarkah Osama Bin Laden CS seperti yang diklaim AS. Atau adakah aktor intelektual lainnya. Mari kita kupas perlahan.
“Menurut perspektif Yahudi, serangan 11 September merupakan peristiwa yang sangat penting dan sangat menguntungkan bagi Israel.” Demikian menurut Ehud Sprinzak seorang pakar terorisme dan juga pengajar di Universitas Hebrew Jerussalem, Israel.
Pernyataan tersebut bukan isapan jempol belaka, karena menurut Samuel P. Huntington dalam bukunya Clash Of Civillization (Benturan Peradaban), setelah Uni Soviet (The Red Evil) berhasil dilenyapkan, maka musuh bersama Barat selanjutnya adalah Islam yang mereka cap sebagai The Green Enemy.
Bahasan mengenai semua ini akan sangat panjang dan saya pun mengakui bahwa tak akan cukup jika dibahas dalam blog yang terbatas seperti ini. Saya merekomendasikan bagi yang ingin mendalami lebih jauh tentang 9/11 tuk membaca buku-buku tentang 9/11 yang objektifitasnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah tentunya. Dan salah satu yang menurut saya sangat bagus adalah sebuah buku karya anak negeri yang berjudul The Dark Side Of 911 (Sisi Gelap Peristiwa WTC) terbitan Eramuslim Digest. Selain ilmiah, buku ini dapat membuka pikiran pembacanya tentang bagaimana fakta tentang peristiwa WTC sengaja digelapkan demi kepentingan AS dalam menghancurkan tatanan dunia yang dimulai dari musuh terbesar mereka yaitu Islam yang dicap sebagai The Green Enemy.
Dan setelah mengetahui fakta besar yang sengaja dikubur tersebut (melalui sumber-sumber bacaan/referensi yang sahih), maka kita mungkin akan bersikap seperti Michael Meacher sang mantan Menteri Luar Negeri era PM Tony Blair dari Inggris yang merasa kecewa terhadap sikap atasannya tersebut yang sangat getol serta membabi buta dalam mendukung Bush dalam menyerang Irak, Meacher yang memilih mengundurkan diri dari kabinet Blair sebagai bentuk protesnya berkata,”Saya curiga peristiwa 911 disengaja untuk terjadi, bahkan bisa jadi memang direncanakan. Motivasi utama Bush melakukan itu adalah untuk mencari pembenaran bagi langkahnya untuk menguasai wilayah Kaspia dan Timur Tengah yang kaya minyak. AS dan Inggris telah memperkirakan bahwa Dunia Muslim akan menguasai 60 % cadangan minyak di tahun 2010. AS yang pada tahun 1990 masih bisa menutupi 57% kebutuhan energinya secara domestik diperkirakan hanya akan mampu menutup 39% pada tahun 2010. Sedangkan Pemerintah Inggris telah mengatakan sekitar 70% kebutuhan listriknya berasal dari gas di tahun 2020 dan 90% dari itu harus ditutup lewat kran impor. Irak memiliki cadangan minyak berlimpah dan gas sebanyak 110 miliar c.f. Selain Irak, wilayah Kaspia juga telah lama dibidik. Komisi Kepentingan Nasional AS pada Juli 2000 menandaskan hal ini. Sebab itulah Afghanistan juga menjadi sasaran. Untuk bisa menguasai ladang-ladang itu tentu diperlukan pintu masuk. Runtuhnya WTC pada 11 September 2001 adalah gerbang emasnya.”
Dan jika dalam benak anda masih bertanya kenapa ya kok wilayah kaya minyak mayoritas berada di wilayah Timur Tengah yang didominasi Muslim sang Musuh Hijau Israel dan AS. Apakah ini kebetulan ataukah Tuhan memang men-desain demikian. Wallahu A’lam, namun yang jelas jika saat ini Timur Tengah selalu identik dengan perang dan kekacauan seperti yang terjadi di Irak, Palestina, Afghanistan, Libya, dan juga Yaman baru- baru ini, itu bisa saja karena Negeri Barat yang sedang menjajah negeri-negeri TimTeng tersebut se-iya seirama dengan pendapat Prof. Karl Ernst Haushofer, sang Pakar Geopolitik berdarah Yahudi Jerman yang pernah mengatakan,”Barangsiapa menguasai Timur Tengah, maka Ia menguasai dunia. Dan barangsiapa yang menguasai Palestina, maka Ia telah menguasai jantung dunia.”
Dan berdasar Rekaman terbaru yang dirilis terkait insiden 9/11 menunjukkan bahwa pemerintah AS melancarkan serangan di New York untuk menghilangkan ancaman Saddam Hussein kepada Israel dan menguasai minyak Irak, seorang analis politik mengatakan kepada Press TV.
Menurut editor senior Veteran Today Dr James Fetzer, urutan kejadian tidak sebanding dengan informasi yang dirilis oleh pemerintah AS.
“Tanpa diragukan lagi siapa pun yang mengambil serius melihat situasi secara fisika, rekayasa, aerodinamika, akan menyadari bahwa segala sesuatu hampir pasti di mana pemerintah AS sendiri memberitahu kami tentang insiden 9/11 adalah palsu,” katanya kepada Press TV dalam sebuah wawancara.
Fetzer mengatakan bahwa kecelakaan pesawat akan “menyebabkan beberapa bangunan asimetris dan menyebabkan kemiringan bukan kehancuran total dan merubah dari dua bangunan menjadi jutaan meter kubik debu yang sangat halus.”
Dia melanjutkan dengan menambahkan bahwa “api tidak membakar cukup lama atau cukup panas untuk menyebabkan baja ini untuk hancur, apalagi meleleh.”
Menurut editor senior itu, insiden 9/11 termotivasi oleh tiga keprihatinan: “Minyak, Israel, dan ideologi.”
Fetzer mengatakan bahwa serangan itu digunakan sebagai alasan untuk mengambil kontrol atas minyak Irak, dan untuk melindungi Israel, pada saat Saddam Hossein berusaha”memaksakan” ancaman terhadap rencana politis Israel mendominasi Timur Tengah.
Dia menambahkan bahwa pejabat departemen pertahanan seperti Donald Rumsfeld, Paul Wolfowitz, Richard Pearle, dan Jenderal Richard Myers di antara tokoh-tokoh yang memainkan peran yang berpengaruh dalam langkah tersebut sepanjang ideologi Amerika menyetujui perang terhadap negara-negara Timur Tengah yang belum menyerang Amerika Serikat.
Nah, kini semoga kita perlahan mulai terbuka dalam memandang peristiwa 9/11 dalam bingkai objektifitas yang mengusung fakta sahih dalam melihat sebuah kasus. Karena dunia pun kini perlahan mulai mengetahui bahwa AS terutama George W. Bush ternyata hanyalah seorang pembual ulung. Menurut sebuah warta terbaru yang saya kutip dari eramuslim.com, sebuah misteri yang belum terselesaikan dari insiden 9/11 adalah runtuhnya gedung World Trade Center 7, beberapa jam setelah runtuhnya WTC-1 dan WTC-2, padahal gedung ini sama sekali tidak pernah ditabrak oleh pesawat.
Para ilmuwan, arsitek dan insinyur di seluruh dunia telah mempertanyakan versi resmi tentang bagaimana WTC-7 jatuh, menambahkan bahwa bangunan ini dibangun untuk melawan kekuatan yang tangguh bahkan kekuatan alam sekalipun.
Berdasarkan klaim oleh pemerintah AS, gedung WTC-7 yang berbingkai baja hancur dan runtuh oleh kebakaran kantor yang ada di dalam gedung itu.
Shyam Sunder, pimpinan penyidik di Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST) – sebuah organisasi yang dikelola negara – mengatakan, “WTC- 7 runtuh karena dipicu oleh kebakaran perabotan kantor.”
Namun, para ahli mengatakan bahwa sebuah bangunan dengan kerangka baja tidak pernah runtuh setelah beberapa jam terbakar oleh api.
“Kebakaran belum pernah menyebabkan runtuhnya gedung pencakar langit manapun. Meskipun ada banyak contoh kebakaran yang jauh lebih panas, lebih besar, dan lebih lama membakar bangunan-bangunan ini,” kata arsitek Richard Gage.
Pakar metalurgi insinyur McGrade Kathy menyatakan, “Anda tidak bisa menghasilkan panas yang cukup untuk melelehkan baja.”
Menurut saksi mata, ledakan besar terdengar sebelum WTC-7 runtuh.
Skenario resmi NIST yang menyatakan keruntuhan total bangunan WTC-7 akibat kebakaran, menurut para ahli, benar-benar mustahil.
Semua kolom baja harus dipotong pada saat yang sama agar struktur bangunan bisa jatuh dengan cara seperti itu, berdasarkan apa yang disampaikan pakar struktur bangunan insinyur Michael Donly.
NIST sendiri menolak kemungkinan apapun keruntuhan WTC-7 akibat bom kontrol, dan mereka juga menolak untuk menguji residu peledak, yang bisa mendokumentasikan bukti dari baja yang meleleh dari bangunan WTC-7.
Keluarga korban WTC-7 telah meminta bahwa penyebab keruntuhan bangunan diselidiki secara hati-hati karena jutaan orang di seluruh dunia, dan bukan hanya ilmuwan dan insinyur, ingin pertanyaan-pertanyaan yang masih menjadi tanda tanya runtuhnya bangunan itu segera terjawab. Dan akhirnya semua bualan Bush tersebut kini menuai hasilnya di negerinya sendiri. Karena menurut sebuah jajak pendapat di Amerika Serikat menemukan fakta bahwa mayoritas orang Amerika percaya bahwa kebijakan Washington menyusul setelah serangan 9/11, yang harus disalahkan untuk masalah krisis ekonomi negara saat ini.
Menurut survei, yang dilakukan oleh lembaga think-tank terkemuka Washington, The Brookings Institution, menyebutkan bahwa 59 persen warga AS percaya bahwa negara mereka “over-investasi” dalam perang Irak dan Afghanistan serta dalam pembangunan aliansi, yang hal tersebut sangat berkontribusi terhadap kesengsaraan ekonomi bangsa saat ini, AFP melaporkan Kamis kemarin (8/9).
Ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan defisit anggaran besar negara saat ini salah satu keprihatinan terbesar warga Amerika.
Hal ini datang pada saat pemerintah AS baru-baru ini mengumumkan bahwa Agustus 2011 adalah bulan pertama dari penciptaan “zero” lapangan kerja sejak akhir Perang Dunia II.
Hampir 66 persen dari mereka yang disurvei menyatakan bahwa kekuatan dan pengaruh global Amerika memudar sejak tahun 2001, sementara 69 persen menyetujui kebijakan Presiden Barack Obama untuk mengurangi pasukan AS di Afghanistan dan bukan membangun pasukan keamanan Afghanistan.
Survei ini dilakukan pada 19 Agustus lalu dengan menggunakan sampel yang representatif dari 957 orang dewasa Amerika.
Untuk menutup seduhan ini saya ingin mengutipkan sebuah peringatan apik dari Tuhan kepada kita dalam kitab suci Nya yang berbunyi, ” Dan sesungguhnya mereka telah membuat MAKAR yang besar, padahal di sisi Allah-lah (balasan) MAKAR mereka itu. Dan sesungguhnya MAKAR mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. “ (QS. Ibrahim [14]: 46).
(Diolah dari berbagai sumber)
Diseduh Oleh : Musyaf Senyapena (senyapena@gmail.com)
Diseduh Di : Senyapandaan
Fakta Persitiwa WTC-11/9: 3000 Pegawai WTC Yahudi Tak Seorangpun Masuk Kerja Pada Hari Itu
Israel Dalang Dibalik Serangan 11 September ?
http://moeflich.wordpress.com/2010/11/02/fakta-persitiwa-wtc-119-3000-pegawai-wtc-yahudi-tak-seorangpun-masuk-kerja-pada-hari-itu/
Isu bahwa Israel terlibat dalam serangan 11 September 2001 lalu memang sudah lama muncul ke publik. Namun, baru-baru ini, media AS, New York Times (NYT), berani mengaitkan Israel dalam serangan yang membuat luluh lantak gedung World Trade Center (WTC) itu.
NYT mengaitkan adanya keterlibatan Israel karena terungkapnya sebuah nama Ali al Jarrah. Ali adalah seorang agen Mossad, dinas rahasia Israel. Nah, Ali ini merupakan sepupu Ziad al-Jarrah, yang merupakan salah satu pembajak pesawat dalam tragedi itu. Tulisan NYT ini juga dibahas oleh American Free Press.
Namun, tidak dijelaskan secara jelas bagaimana hubungan Ali Al Jarrah dengan Ziad al Jarrah. Apakah karena saudara sepupu, sehingga Ziad juga pasti menjadi agen Mossad juga? Tidak jelas.
Namun, NYT menulis ada kemungkinan Ziad al-Jarrah direkrut Ali al Jarrah sebagai agen Mossad. Bisa jadi Ali menginginkan kader yang lebih muda untuk Mossad. NYT juga menulis bahwa antara Ali dan Ziad mungkin tidak mengenal satu sama lain.
Ali al-Jarrah telah bekerja sebagai agen Mossad selama 25 tahun. Pria muslim dari Libanon ini mengkhianati negaranya sendiri. Ia bertugas untuk mengumpulkan data intelijen tentang kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan Hizbullah. .
Jika kemungkinan Ziad juga agen Mossad, berarti bukan pertama kali Israel merekrut orang Muslim untuk bekerja untuk dinas rahasia. Pada serangan bom pertama terhadap WTC tahun 1993 lalu, Israel juga merekrut Ahmad Ajaj, seorang warga muslim dari Tepi Barat Palestina.
Ajaj disebut-sebut merupakan pentolan Intifada. Tetapi faktanya dia tidak pernah terlibat dalam gerakan Intifada, Hamas atau gerakan perlawanan Palestina lainnya.
Israel memang sudah dikaitkan dengan serangan 11 September sejak dulu. Namun, belum ada fakta yang kuat mengenai hal ini. Indikasi yang pernah disebut adalah tidak satu pun dari 3.000 pegawai Yahudi masuk kerja pada hari itu. Tidak mungkin 3.000 orang sakit atau cuti secara bersamaan, tanpa ada sesuatu di baliknya. (detik-Rabu, 11/03/2009 07:14 WIB)
Serangan teroris 11 September 2001 terhadap gedung kembar WTC dan Pentagon di Amerika Serikat (AS) sudah hampir tiga tahun berlalu, namun tragedi ini masih menyisakan banyak pertanyaan dan kontroversi. Di antaranya adalah, benarkah pemerintahan Presiden George Walker Bush memang sungguh-sungguh kecolongan? Benarkah Bush dan para pembantu dekatnya lalai dalam merespon ancaman teroris? Jika benar, mengapa ini bisa terjadi?
Seperti diberitakan berbagai media massa, mantan penerjemah Biro Investigasi Federal AS (FBI) Sibel Edmonds, dalam wawancaranya dengan harian The Independent di Washington DC, AS, menuduh pemerintahan Bush memilih tetap diam meskipun pihak intelijen menyampaikan informasi yang rinci tentang rencana serangan teror dengan menggunakan pesawat.
Bahkan sudah diinformasikan bahwa para terorisnya sudah berada di tempat beberapa bulan sebelum 11 September 2001.
Kepada komisi nasional independen untuk investigasi tragedi 911 yang dibentuk Kongres AS pada November 2002, Edmonds mengakui bahwa beberapa bulan sebelum September 2001 ia — yang pernah masuk dalam daftar top-secret di bidang keamanan itu – sudah memperingatkan adanya rencana serangan dengan menggunakan pesawat terbang, dan bahkan ia menekankan tentang para teroris yang sudah siap di tempat masing-masing untuk melakukan aksi.
Namun, Edmonds yang memberikan kesaksiannya di depan komisi investigasi pada 11 Februari 2004, menuding pemerintahan Bush justru memintanya untuk diam. Lalu, muncul instruksi dari pengadilan untuk menganggap informasi itu sebagai “rahasia negara”. Edmonds hanya satu dari sejumlah pejabat dan mantan pejabat AS yang sudah dan akan dimintai kesaksiannya oleh tim investigasi. Presiden Bush, Wapres Dick Cheney, dan mantan Presiden Bill Clinton pun termasuk yang akan dipanggil oleh tim investigasi yang diketuai Thomas Kean, mantan Gubernur New Jersey dari Partai Republik.
Kesaksian Sibel Edmonds yang memberatkan Bush tentu membuat gerah para pendukung sang presiden yang tengah berjuang untuk dapat terpilih kembali pada Pemilu AS, November nanti. Apalagi Bush ingin dicatat dalam sejarah sebagai presiden pertama AS yang paling serius memerangi terorisme, sebagaimana yang diperlihatkan dalam keberhasilannya menghancur-leburkan Afghanistan dan Irak, dua negara yang dituduhnya sebagai sarang dan dalang terorisme internasional.
Tetapi, Edmonds bukan yang pertama. Sebelumnya, Richard Clarke yang pernah bertugas di badan kontraterorisme sejak masa kepresidenan Ronald Reagan hingga ia mengundurkan diri pada Januari 2003 itu mengatakan, Presiden Bush mengenyampingkan masalah penanganan terorisme termasuk yang dilakukan Alqaidah (USA Today, 20 Maret 2004). Namun, menurut Clarke, Bush ternyata lebih senang berbicara tentang Irak. Dengan kata lain, Bush tak menganggap serius ancaman Alqaidah, karena terobsesi mencari pembenaran untuk menyerang Irak.
Kesaksian Clarke termuat lengkap dalam bukunya, Against All Enemies: Inside America’s War on Terror (Free Press, 2004), yang menurut CNN (26 Maret 2004), mengalami lima kali cetak ulang hanya dalam tiga hari setelah diterbitkan. Dalam bukunya Clarke antara lain menulis bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS, Condoleezza Rice, sampai awal tahun 2001 tampak belum pernah mendengar nama organisasi Alqaidah (“Her facial expression gave me the impression that she had never heard the term before”). Namun, Rice justru skeptis terhadap peringatan yang diberikan Clarke.
Sebagai orang nomor satu di badan yang memberikan masukan sektor keamanan bagi presiden, Rice tidak seharusnya mengabaikan setiap peringatan akan adanya bahaya yang mengancam negaranya. Tak mengherankan jika sebuah jajak pendapat majalah mingguan Newsweek pascakesaksian Clarke menunjukkan hanya 57 persen calon pemilih bagi pemilu November mendatang yang menyetujui cara Bush menangani terorisme dan keamanan dalam negeri, atau turun drastis dari angka 70 persen dua bulan sebelumnya.
Bahwa Bush dan para pembantu dekatnya lebih tertarik menyerang Irak ketimbang mewaspadai ancaman terorisme, juga diungkapkan mantan Menteri Keuangan Paul O’Neill yang mengatakan bahwa Bush (juga Menhan Donald Rumsfeld) sudah berniat menyerang Irak jauh sebelum terjadinya serangan 11 September 2001. O’Neill, yang dipecat sebagai menteri pada Desember 2002 itu mengungkapkan, Bush langsung bersuara ingin menyerang Irak pada hari-hari pertama setelah memangku jabatan presiden pada Januari 2001.
Paul O’Neill mengutip dokumen-dokumen yang menunjukkan bahwa sejak awal 2001 pemerintahan Bush sudah mengkaji opsi-opsi militer untuk menyingkirkan Presiden Irak Saddam Hussein. O’Neill mengatakan, Bush sudah berketetapan untuk mendapatkan suatu alasan guna maju berperang ke Irak, kendati Bush sendiri konon pernah heran mengapa tak satu pun orang di Dewan Keamanan Nasional AS yang mempertanyakan mengapa Irak harus diserang.
Kesaksian O’Neill, Clarke, dan Edmonds hanya menambah deretan panjang bukti-bukti kebohongan Presiden Bush yang juga sudah dibeberkan David Corn dalam bukunya yang jadi bestseller berjudul The Lies of George W Bush: Mastering The Politics of Deception (Crown Publishers, 2003). Tapi, kembali ke pertanyaan awal, benarkah pemerintahan Bush benar-benar kecolongan atau lalai dalam mengantisipasi serangan teroris 11 September 2001?
Ketua tim investigasi, Thomas Kean, seperti dikutip CBS (17 Desember 2003), untuk pertama kalinya mengatakan, tragedi 911 seharusnya dapat dicegah. Kristen Breitweiser, salah seorang janda yang suaminya ikut menjadi korban tragedi 911 dengan kesal mempertanyakan, “How is it possible we have a national security advisor coming out and saying we had no idea they could use planes as weapons when we had FBI records from 1991 stating that this is a possibility”. Pemerintahan Bush juga dituding mengabaikan peringatan kantor FBI di Minnesota dan Arizona perihal adanya para siswa pilot yang mencurigakan.
Dalam bukunya, Stranger Than Fiction: An Independent Investigation of the True Culprits Behind 9-11 (Dandelion Books, 2003), Prof Albert D Pastore PhD, mengungkapkan dengan gamblang sejumlah keganjilan di balik tragedi 911. Di antaranya adalah, pertama, Angkatan Udara AS memiliki satuan khusus (NORAD) yang dilengkapi dengan sistem radar dan pesawat-pesawat tempur canggih.
Mereka bertugas selama 24 jam nonstop mengawasi seluruh wilayah udara AS, dan salah satu protap (prosedur tetap) mereka adalah menyergap pesawat komersial manapun yang melenceng dari jalur penerbangannya selama 15 menit. Tapi menjelang tragedi 911 ada sejumlah pesawat komersial yang melenceng selama 40 menit hingga 120 menit dan tak ada reaksi apa pun dari NORAD.
Kedua, Pastore mempertanyakan, mengapa baja-baja kerangka penyangga gedung WTC hanya dalam tempo dua hari setelah tragedi 911 langsung didaur ulang atas perintah langsung dari Walikota New York Rudy Giuliani. Sebagian didaur ulang di AS, tapi sekitar 70 ribu ton baja langsung dikirim ke Cina dan India oleh sebuah perusahaan bernama Metals Management. Padahal seharusnya tim investigasi diberikan kesempatan untuk meneliti baja-baja itu, guna memastikan apakah gedung-gedung itu memang hancur karena ditabrak pesawat atau karena sebab lain.
”The steel beams were quickly recycled before investigators even had the chance to look at them!,” tulis Pastore. Pasalnya, beberapa petugas pemadam kebakaran mengaku mendengar adanya bunyi ledakan bom di gedung-gedung itu. Dengan kata lain, bisa saja gedung-gedung WTC itu runtuh karena bom yang sudah dipasang terlebih dulu, bukan karena tertabrak oleh pesawat Boeing. Apalagi, menurut Pastore, ada satu gedung (WTC 7) yang runtuh kendati tak tertabrak oleh satu pesawat pun.
Ketiga, Pastore sangat meragukan versi resmi pemerintahan Bush yang — tanpa bukti-bukti akurat dan valid — langsung menuding kelompok Alqaidah sepenuhnya berada di belakang tragedi 911, kendati ia tidak mengenyampingkan aksi itu dilakukan oleh komplotan teroris Timur Tengah. Buktinya, video yang konon menggambarkan pengakuan Usamah bin Ladin (pemimpin Alqaidah) ternyata orisinalitasnya sangat diragukan. Ia menduga video itu hasil rekayasa belaka. Wajah Usamah yang ada dalam gambar video itu memang ternyata sangat berbeda dengan Usamah yang asli.
Bukti lain, menurut Pastore, 7 dari 19 anggota Alqaidah yang dituduh sebagai pelaku pembajakan, kini ternyata masih hidup. Ia juga mempertanyakan, mengapa pemerintahan Bush yang katanya sudah mengetahui adanya ratusan anggota Alqaidah yang menyusup ke AS tapi ternyata tak berhasil menangkap satu pun dari mereka. Pastore mengutip laporan The London Times bahwa “Thousands of FBI agents have rounded up more than 1,300 suspects across America since September 11, but they have failed to find a single Alqaidah cell operating in the United States…Tom Ridge, Director of Homeland Security could not explain why none had been caught.”
Tragedi 911 sudah memakan banyak korban. Tidak hanya sekitar 3.000-an warga sipil yang ada di gedung-gedung WTC atau di dalam pesawat terbang komersial yang dibajak para teroris itu saja, melainkan juga ribuan warga sipil di Afghanistan dan Irak yang menjadi korban balas dendam militer AS dan sekutunya. Belum lagi jutaan warga sipil di berbagai belahan bumi yang dicekam rasa ketakutan luar biasa karena setiap saat dapat dikenai tuduhan (tanpa bukti) terkait dengan jaringan para teroris pelaku tragedi 911.
Oleh sebab itu, pemerintah AS hendaknya mengusut tragedi 911 secara tuntas dan fair dengan tetap memperhatikan asas praduga tak bersalah serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip hak-hak asasi manusia. Bukan sekadar mengembangkan opini dan kebohongan (sebagaimana dalam kasus invasi ke Irak). Sungguh suatu yang ironis, jika di satu sisi AS terus menekan negara-negara lain (termasuk Indonesia) untuk dengan serius membongkar dan menumpas habis jaringan teroris, tapi di sisi lain mereka sendiri justru tampak kurang serius, seperti terungkap dari kesaksian O’Neill, Clarke, dan Edmonds, maupun Pastore. Apalagi jika AS terus melegalkan bentuk-bentuk terorisme negara. (RioL)
Sumber Referensi: Vivanews/detik/BBC/AP/Reuters/AFP
sebagai guru sejarah dan sosiologi di SMA di kota Bandung tentu saja perlu berwawasan luas,karenanya saya selalu suka membaca dan menulis untuk memperluas wawasan yang masih sempit ini.
Mantan Marinir AS, Alan Sabrosky: Tragedi WTC 11 September 2001 Didalangi Israel !
REP | 15 April 2012 | 19:31 - http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/04/15/mantan-marinir-as-alan-sabrosky-tragedi-wtc-11-september-2001-didalangi-israel-455184.html
Seorang mantan veteran marinir negara Paman Sam, Alan Sabrosky menyatakan dengan tegas bahwa tokoh intelektual dibalik pemboman terhadap gedung kembar WTC tanggal 11 September 2001 adalah agen-agen intelijen Israel ,Mossad.
Menurut tulisannya dalam situs Youtube,bahwa”saya sangat yakin 100 persen serangan 11 September 2001 terhadap gedung WTC adalah bagian dari operasi Mossad yang dilakukan Zionis Israel”. Pemboman yang di lakukan oleh empat pesawat jet komersil yang amat keji itu telah menewaskan sekitar 3000 orang, yang AS menuding kelompok teroris Al Qaedah berada dibalik serangan tersebut.
Berdasarkan tuduhan itu pula,Presiden AS George Bush menyerang Afghanistan tahun 2001 dan Iraq tahun 2003 karena mengangap negara-negara tersebut bertanggung jawab atas kepemilikan senjata pemusnah massal.Meskipun akhirnya Bush mengakui kekeliruannya,akan tetapi pengakuan itu sudah sangat terlambat karena ratusan ribu warga Iraq dan Afghanistan telah menjadi korban kebiadaban AS.
Menurut Alan Sabrosky pula dalam wawancaranya dengan sahabatnya di Army War,Markas korp Marinir AS ,bahwa ia berkesimpulan seperti itu setelah berdiskusi secara ilmiyah dengan pakar penghancuran dari Denmark bernama Danny Jowenko.
Menurut Alan Sabrosky ,bahwa salah satu bukti yang meyakinkannya adalah”masalah runtuhnya gedung yang ketiga saat terjadi pemboman 11 September 2001 terhadap WTC ,padahal gedung ke 3 itu tidak pernah diserang oleh pesawat-pesawat jet tersebut yang kemudian meledak.Lalu mengapa gedung ke 3 itu runtuh dengan teratur mulai dari bawah ? Pertanyaan itu juga dijawaabanya sendiri ,bahwa memang ada kontrol pihak tertentu yang disambungkan kedalam gedung sehingga gedung ini runtuh.
Memang” bangunan ke tiga itu tidak ditabrak oleh pesawat,akan tetapi ada kabel yang menghubungkan dengan gedung tersebut dan dikendalikan .Dari proses ambruknya terlihat jelas bahwa proses runtuhnya gedung ke tiga itu dengan teratur dari bawah”,demikian ujar pakar penghancuran dari Denmark tersebut kepada Alan Sabrosky.
Bagaimana sekiranya apa yang dikatakan oleh Alan Sabrosky itu benar ? .Dalam konteks ini Zionis Israel dengan organisasi AIPAC(American Israeli Public Affairs Commeettee) tentu saja akan berupaya secara optimal untuk membungkamnya,sehingga opini masyarakat internasional tidah berubah .Dan lebih penting lagi dengan lobinya yang sangat kuat atas Paman Sam dan sekutunya,serta dominasinya dalam berbagai aspek sosial kehidupan masyarakat internasional hal itu relatif mudah dikendalikannya.
Karena sekiranya hal tersebut diketahui oleh Paman Sam,maka Zionis Israel akan menerima balasan setimpal dari Washington ,sebagaimana dikemukan oleh Alan Sabrosky yang juga pemerhati keamanan nasional dan internasional itu.Kita tunggu saja,siapa sesungguhnya yang berada dibalik tragedi yang sangat keji tersebut,apakah memang jaringan Al Qaedah sebagaimana anggapan AS selama ini atau pihak Israel atau siapa ? .Soalnya teknologi penghancuran seperti itu terlalu canggih bagi orang-orang yang dilatih AS di Afgahnistan ketika melawan Kremlin sebelumnya.
Dan siapa tokoh intelektual dibalik tragedi WTC itu cepat atau lambat besar kemungkinan akan diketahui juga akhirnya,ataupun tragedi tersebut akan lenyap begitu saja dan mengalami nasib serupa sebagaimana tragedi terhadap Presiden AS,JF.Kennedy yang sampai sekarang masih misteri itu .
Bersiap-siap Menghadapi Perang Dunia III, Sasarannya Iran
Oleh: Michel Chossudovsky
http://www.akhirzaman.info/menukonspirasi/tataduniabaru/1851-bersiap-siap-menghadapi-perang-dunia-iii-sasarannya-iran.html
Kemanusiaan berada di persimpangan jalan
yang berbahaya. Persiapan perang untuk menyerang Iran berada dalam
"keadaan siap-siaga". Sistem Hi-tech termasuk senjata berhulu ledak
nuklir dikerahkan sepenuhnya.
Petualangan militer ini telah
digambarkan Pentagon sejak pertengahan tahun 1990-an. Menurut dokumen
rahasia 1995 Komando Sentral Amerika Serikat, pertama Irak, berikutnya
Iran.
Eskalasi merupakan bagian daripada
agenda militer. Sementara Iran adalah target berikutnya bersama-sama
dengan Suriah dan Lebanon, penyebaran militer strategis ini juga
mengancam Korea Utara, Cina dan Rusia.
Sejak tahun 2005, Amerika Serikat dan
sekutunya, termasuk mitra Amerika, NATO dan Israel, telah terlibat dalam
penyebaran luas dan penimbunan sistem senjata mutakhir. Sistem
pertahanan udara Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO serta
Israel sepenuhnya terintegrasi.
Ini merupakan sebuah upaya terkoordinasi
Pentagon, NATO, Israel Defense Force (IDF), dengan keterlibatan militer
aktif dari beberapa negara mitra non-NATO termasuk negara-negara Arab
garis depan (members of NATO's Mediterranean Dialogue and the Istanbul Cooperation Initiative), antara lain Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, India, Indonesia, Singapura, Australia, (NATO terdiri dari 28 negara anggota NATO dan 21 negara-negara lainnya merupakan negara anggota Euro-Atlantic Partnership Council (EAPC), Dialog Mediterania dan Istanbul Cooperation Initiative termasuk sepuluh negara Arab ditambah Israel.)
Peran Mesir, negara-negara Teluk dan
Arab Saudi (dalam aliansi militer yang luas) hubungannya khusus. Mesir
mengontrol transit kapal perang dan kapal tanker minyak melalui Terusan
Suez. Arab Saudi dan negara-negara Teluk menempati garis pantai Barat di
Selatan Teluk Persia, Selat Hormuz dan Teluk Oman. Pada awal Juni,
"Dilaporkan Mesir mengizinkan sebuah kapal Israel dan sebelas kapal
Amerika Serikat melewati Terusan Suez .... yang merupakan sinyal jelas
kepada Iran ... Pada tanggal 12 Juni, sumber pers daerah melaporkan
bahwa Saudi telah memberikan hak kepada Israel untuk terbang di atas
wilayah udaranya ... " (Muriel Mirak Weissbach, Israel’s Insane War on Iran Must Be Prevented., Global Research, July 31, 2010)
Doktrin militer setelah peristiwa
serangan 9/11 berupa penyebaran besar-besaran perangkat keras militer
yang dijelaskannya sebagai bagian dari apa yang disebut "Perang Global
Melawan Terorisme", dengan sasaran organisasi teroris "non-negara"
termasuk al Qaeda dan apa yang disebut sebagai Negara sponsor
"terorisme", termasuk Iran, Suriah, Libanon, Sudan.
The setting up of new US military bases,
the stockpiling of advanced weapons systems including tactical nuclear
weapons, etc. were implemented as part of the pre-emptive defensive
military doctrine under the umbrella of the "Global War on Terrorism".
Amerika Serikat membangun pangkalan
militer baru, menimbun sistem persenjataan canggih termasuk senjata
nuklir taktis, dsb, sudah diimplementasikan sebagai bagian dari doktrin
pertahanan militer pre-emptive di bawah payung "Perang Global Melawan
Terorisme".
Perang dan Krisis Ekonomi
Implikasi lebih luas dari serangan
Amerika Serikat-NATO-Israel terhadap Iran jauh jangkauannya. Perang dan
krisis ekonomi sangat terkait erat. Ekonomi perang dibiayai oleh Wall
Street, yang berdiri sebagai kreditur pemerintah Amerika Serikat.
Produsen senjata Amerika Serikat adalah penerima kontrak pengadaan
sistem senjata mutakhir yang bernilai miliaran dolar dari Department
Pertahanan Amerika Serikat dengan. Pada gilirannya, "pertempuran untuk
minyak" di Timur Tengah dan Asia Tengah secara langsung melayani
kepentingan raksasa minyak Anglo-Amerika.
Amerika Serikat dan sekutunya "memukul
genderang perang" di puncak depresi ekonomi di seluruh dunia, belum lagi
bencana lingkungan paling serius dalam sejarah Dunia. Dalam
memutar-balikkan malapetaka yang menyedihkan salah satu pemain utama
(BP) dalam permainan geopolitik Timur Tengah - Asia Tengah, yang
sebelumnya dikenal sebagai Anglo-Persian Oil Company, adalah penghasut
bencana ekologis di Teluk Meksiko.
Media Disinformation
Opini publik dipengaruhi oleh agitasi
media yang secara diam-diam mendukung, acuh tak acuh atau berpura-pura
bodoh mengenai dampak yang mungkin terjadi, dari apa yang terus-menerus
dipropagandakan sebagai sebuah operasi "hukuman" yang khusus diarahkan
terhadap fasilitas nuklir Iran, sebaliknya tidak memberitakan sebuah
peperangan yang bersifat habis-habisan, termasuk persiapan perang serta
penyebaran senjata nuklir yang diprodukasi Amerika Serikat dan Israel.
Dalam konteks ini, konsekuensi yang menghancurkan dari perang nuklir
apakah memang sengaja tidak disebutkan atau disepelekan.
Menurut media dan pemerintah “krisis
nyata" yang sebenarnya mengancam kemanusiaan bukan perang nuklir akan
tetapi pemanasan global. Media akan membuat rekayasa krisis walaupun
sebenarnya tidak ada krisis: "menakut-nakuti dunia" – dengan pandemi
global H1N1 - tapi tidak seorang pun tampak takut terhadap perang nuklir
yang disponsori Amerika Serikat.
Rencana perang terhadap Iran disajikan
untuk opini publik antara lain sebagai sebuah isu. Hal ini tidak
dipandang sebagai sebuah ancaman atas "Tanah Air" seperti dalam kasus
pemanasan global. Perang terhadap Iran bukan berita yang pantas dimuat
di halaman depan. Fakta bahwa serangan terhadap Iran bisa menimbulkan
eskalasi dan berpotensi memicu "perang global" yang tidak terkendali
bukanlah masalah yang menjadi perhatian.
Klenik Pembunuhan dan Pembinasaan
Mesin membunuh global juga menyokong klenik yang merupakan bagian penting dalam pembunuhan
dan pembinasaan yang disebarkan melalui film-film Hollywood, belum lagi
Radio dan TV, perang dan kejahatan serial TV di jaringan televisi. Ilmu
klenik pembunuh ini didukung oleh CIA dan Pentagon yang juga mendukung
produksi (keuangan) Hollywood sebagai alat propaganda perang.
"Mantan agen CIA Bob Baer mengatakan kepada kami," Ada simbiosis antara CIA dan Hollywood "dan mengungkapkan bahwa mantan direktur CIA, George Tenet sekarang ini," keluar-masuk Hollywood, berbicara dengan orang-orang studio. " (Matthew Alford and Robbie Graham, Lights, Camera… Covert Action: The Deep Politics of Hollywood, Global Research, January 31, 2009)
Mesin pembunuh ini disebarkan pada
tingkat global, dalam kerangka struktur komando tempur terpadu. Hal ini
secara rutin dikuatkan oleh instansi pemerintah, pemilik media dan
birokrat serta intelektual dari the New World Order dan think-tank
di Washington serta lembaga penelitian studi strategis sebagai sebuah
instrumen yang tidak diragukan lagi dari perdamaian dan kemakmuran
global.
Budaya pembunuhan dan kekerasan telah menjadi bagian penting dalam kesadaran manusia.
Perang secara luas diterima sebagai bagian dari proses sosial: Tanah air harus "dibela" dan dilindungi.
"Kekerasan yang dilegitimasi" dan
pembunuhan di luar hukum yang ditujukan kepada "teroris" dijunjung
tinggi dalam demokrasi barat, sebagai instrumen penting dari keamanan
nasional.
A "humanitarian war" is upheld by the
so-called international community. It is not condemned as a criminal
act. Its main architects are rewarded for their contributions to world
peace.
Sebuah "perang kemanusiaan" ditegakkan
oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai masyarakat internasional.
Namun hal ini tidak dikutuk sebagai tindak pidana. Arsitek utamanya
dihargai atas kontribusi mereka bagi perdamaian dunia.
Sehubungan dengan Iran, apa yang diungkapkan adalah legitimasi langsung perang atas nama suatu gagasan ilusi keamanan global.
Sebuah "Pre-emptive" berupa serangan udara yang ditujukan terhadap Iran akan mengakibatkan Eskalasi perang.
Saat ini secara terpisah terdapat tiga medan perang Timur Tengah - Asia Tengah: Irak, Afghanistan-Pakistan dan Palestina.
Dimana Iran menjadi objek serangan udara
"pre-emptive" oleh pasukan sekutu, maka seluruh kawasan, dari
Mediterania Timur ke perbatasan barat Cina dengan Afghanistan dan
Pakistan, akan bergejolak, yang secara potensial akan menggiring kita
kepada sebuah skenario Perang Dunia III.
Perang juga akan meluas ke Lebanon dan Suriah.
Hal ini sangat tidak mungkin bahwa
pemboman, jika mereka laksanakan, hanya akan membatasi terhadap
fasilitas nuklir Iran sebagaimana pernyataan resmi yang diklaim oleh
Amerika Serikat-NATO. Apa yang lebih mungkin adalah sebuah serangan
udara habis-habisan, baik terhadap infrastruktur militer maupun sipil
termasuk sistem transportasi, pabrik, gedung-gedung publik.
Iran diperkirakan memiliki cadangan
minyak dan gas sebesar sepuluh persen, menduduki peringkat ketiga
setelah Saudi Arabia (25%) dan Irak (11%) dalam ukuran cadangannya.
Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki kurang dari 2,8% dari
cadangan minyak dunia. Cadangan minyak Amerika Serikat diperkirakan
kurang dari 20 milyar barel. Daerah yang lebih luas di Timur Tengah dan
Asia Tengah memiliki cadangan minyak lebih dari tiga puluh kali yang
dimiliki Amerika Serikat, yang mewakili lebih dari 60% dari total
cadangan minyak dunia. (Lihat Waddell Eric, The Battle for Oil, Global
Research, Desember 2004).
Signifikansinya adalah penemuan
baru-baru ini di Iran mengenai cadangan kedua terbesar yang diketahui
berupa gas alam di Soumar dan Halgan dan diperkirakan mencapai 12,4
triliun kubik kaki.
Penargetan atas Iran unsur utamanya
tidak hanya sekedar menyatakan kembali kontrol Anglo-Amerika atas minyak
Iran dan gas murah, termasuk juga rute pipa dan menantang kehadiran
pengaruh Cina serta Rusia di kawasan itu.
The planned attack on Iran is part
of a coordinated global military road map. It is part of the Pentagon's
"long war", a profit driven war without borders, a project of World
domination, a sequence of military operations.
Serangan yang direncanakan terhadap
Iran merupakan bagian dari peta jalan militer global yang terkoordinasi.
Ini adalah bagian dari "perang yang berlangsung lama" Pentagon, perang
yang didorong oleh keuntungan ekonomi tanpa batas, sebuah proyek
dominasi Dunia, yang diwujudkan dalam rangkaian operasi militer.
Perencana militer Amerika Serikat-NATO
telah memikirkan berbagai skenario eskalasi militer. Mereka juga
menyadari akan implikasi geopolitiknya, yaitu bahwa perang bisa
melampaui kawasan Timur Tengah - Asia Tengah. Termasuk dampak ekonomi di
pasar minyak serta yang lain-lainnya juga telah dianalisis.
Sementara Iran, Suriah dan Libanon
merupakan target langsung, Cina, Rusia, Korea Utara, belum lagi
Venezuela dan Kuba juga merupakan tujuan yang di ancam oleh Amerika
Serikat.
Taruhannya adalah struktur aliansi
militer. Penyebaran militer Amerika Serikat-NATO-Israel termasuk latihan
militer dan latihan yang dilakukan di perbatasan Rusia dan Cina segera
membuahkan hubungan langsung dengan perang yang diusulkan terhadap Iran.
Ancaman terselubung, termasuk pengaturan waktu mereka, merupakan suatu
petunjuk yang jelas terhadap kekuasaan semasa era Perang Dingin untuk
tidak campur tangan dalam cara apapun yang dapat mengganggu terhadap
serangan yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Iran.
Peperangan Global
Tujuan strategis jangka menengah
adalah untuk mentargetkan Iran dan menetralisir sekutu Iran, melalui
diplomasi kapal perang - gunboat diplomacy. Tujuan militer jangka
panjang adalah langsung menargetkan Cina dan Rusia.
Sementara Iran adalah target langsung,
penyebaran militer tidak terbatas dilakukan ke Timur Tengah dan Asia
Tengah. Agenda militer global telah dirumuskan.
Penggelaran pasukan koalisi dan sistem
persenjataan maju oleh Amerika Serikat, NATO dan mitra-mitranya yang
berlangsung secara bersamaan di seluruh wilayah utama Dunia.
Tindakan militer Amerika Serikat
baru-baru ini di lepas pantai Korea Utara termasuk melakukan permainan
perang-perangan adalah bagian dari desain global.
Diarahkan terutama terhadap Rusia dan
Cina, Amerika Serikat, sekutu NATO dan latihan militer, latihan perang,
penyebaran senjata, dll sedang dilakukan secara simultan di hotspot geopolitik utama.
-Semenanjung Korea, Laut Jepang, Selat Taiwan, Laut Cina Selatan mengancam Cina.-Penggelaran rudal Patriot di Polandia, pusat peringatan dini di Republik Ceko mengancam Rusia.-Penyebaran Angkatan Laut di Bulgaria, Rumania di Laut Hitam, mengancam Rusia.- Penyebaran pasukan Amerika Serikat dan NATO di Georgia.- Penyebaran angkatan laut yang tangguh di Teluk Persia termasuk kapal selam Israel diarahkan terhadap Iran.
Serentak di Timur Mediterania, Laut
Hitam, Karibia, Amerika Tengah dan wilayah Andean di Amerika Selatan
adalah wilayah-wilayah yang sedang berlangsung militerisasi. Di Amerika
Latin dan Karibia, ancaman diarahkan terhadap Venezuela dan Kuba.
“Bantuan Militer” Amerika Serikat
Pada gilirannya, senjata berskala besar
telah ditransfer dilakukan di bawah bendera "bantuan militer" Amerika
Serikat ke negara-negara yang terpilih, termasuk kesepakatan
persenjataan sebesar 5 miliar dolar dengan India yang dimaksudkan untuk
membangun kemampuan militer India yang diarahkan terhadap Cina. (Huge U.S.-India Arms Deal To Contain China, Global Times, July 13, 2010).
"Penjualan senjata akan meningkatkan hubungan antara Washington dengan New Delhi, dan disengaja atau tidak, akan memiliki efek yang menahan terhadap pengaruh China di wilayah tersebut." Dikutip dalam Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010)
Amerika Serikat memiliki perjanjian
kerjasama militer dengan sejumlah negara-negara Asia Tenggara, termasuk
Singapura, Vietnam dan Indonesia, meliputi "bantuan militer" serta
partisipasi dalam latihan perang pimpinan Amerika di Pacific Rim
(Juli-Agustus 2010). Perjanjian ini mendukung penyebaran senjata yang
ditujukan terhadap Republik Rakyat Cina. (Lihat Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010).
Demikian pula dan lebih langsung
berkaitan dengan serangan yang direncanakan terhadap Iran, Amerika
Serikat mempersenjatai negara-negara Teluk (Bahrain, Kuwait, Qatar dan
Uni Emirat Arab) dengan rudal pencegat darat, Patriot Advanced
Capability-3 dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) serta yang
berpangkalan di laut yaitu pencegat Rudal Standar-3 yang terpasang pada
kapal perang kelas Aegis di Teluk Persia. (Lihat Rozoff Rick, NATO’s Role In The Military Encirclement Of Iran, Global Research, February 10, 2010).
Jadwal Penimbunan dan Penyebaran Militer
Apa yang penting dalam hal transfer
senjata Amerika Serikat ke negara-negara mitra dan sekutunya adalah
pemilihan waktu saat pengiriman dan penyebarannya. Melancarkan operasi
militer yang disponsori Amerika Serikat biasanya akan dilakukan setelah
sistem persenjataan ini berada di tempat, dengan efektif dikerahkan
melalui pelaksanaan pelatihan personil. (India e.g).
Apa yang kita pahami adalah desain
militer global yang teliti dan terkoordinasi yang dikontrol oleh
Pentagon, melibatkan angkatan bersenjata gabungan lebih dari empat puluh
negara. Ini merupakan penyebaran militer multinasional global, dan
sejauh ini merupakan pertunjukkan terbesar sistem senjata mutakhir dalam
sejarah Dunia.
Pada gilirannya, Amerika Serikat dan
sekutunya telah mendirikan pangkalan militer baru di berbagai belahan
dunia. "Permukaan Bumi Disusun sebagai sebuah Medan Perang yang Luas -
The Surface of the Earth is Structured as a Wide Battlefield". (See
Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007).
The Unified Command susunannya dibagi
menjadi Combatant Command geografis berdasarkan pada strategi
militerisasi tingkat global. "Militer Amerika Serikat memiliki pangkalan
di 63 negara. Pangkalan militer baru telah dibangun sejak 11 September
2001 di tujuh negara. Secara total terdapat 255.065 personel militer
Amerika Serikat yang ditempatkan di seluruh dunia." (Lihat Jules Dufour,
The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007
Source: DefenseLINK-Unified Command Plan
Skenario Perang Dunia III
"Tanggung Jawab Wilayah Komandan Dunia"
(Lihat peta di atas) mendefinisikan rancangan militer global Pentagon,
yang merupakan salah satu penaklukan Dunia. Penyebaran militer ini
terjadi di beberapa wilayah secara bersamaan di bawah koordinasi Komando
regional Amerika Serikat, yang melibatkan penimbunan sistem
persenjataan buatan Amerika Serikat oleh pasukan Amerika Serikat dan
negara-negara mitra, beberapa di antaranya mantan musuh, termasuk
Vietnam dan Jepang.
Keadaan sekarang ditandai dengan
pembangunan militer global yang dikontrol oleh sebuah negara adidaya
Dunia, yang menggunakan banyak sekutunya untuk memicu perang regional.
Sebaliknya, sewaktu terjadi Perang Dunia
Kedua merupakan gabungan yang terpisah dari medan perang regional.
Mengingat teknologi komunikasi dan sistem senjata tahun 1940-an, belum
ada strategi yang koordinasi selama “waktu aktual proses berlangsung”
dalam aksi militer antara wilayah geografis yang luas.
Perang global didasarkan pada penyebaran
terkoordinasi kekuatan militer tunggal dominan, yang mengawasi tindakan
sekutu-sekutu dan mitranya.
Dengan pengecualian Hiroshima dan
Nagasaki, Perang Dunia Kedua ditandai dengan penggunaan senjata
konvensional. Perencanaan perang global bergantung pada militerisasi
ruang angkasa. Apakah perang yang diarahkan terhadap Iran yang akan
diluncurkan tidak hanya akan menggunakan senjata nuklir, tapi juga
seluruh gamut baru sistem persenjataan canggih, termasuk senjata
elektrometrik dan teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) akan digunakan.
Dewan Keamanan PBB
Dewan Keamanan PBB pada awal Juni
mengadopsi putaran keempat sanksi sweeping terhadap Republik Islam Iran,
termasuk embargo senjata yang diperluas dan juga "kontrol keuangan yang
lebih ketat". Hal tersebut merupakan sebuah ironi yang pahit, karena
resolusi ini disahkan oleh Dewan Keamanan PBB yang dalam beberapa hari
sebelumnya secara tegas Dewan Keamanan PBB menolak untuk mengadopsi
sebuah mosi yang mengutuk Israel atas serangannya terhadap Freedom
Flotilla di Gaza, armada di perairan internasional.
Baik Cina maupun Rusia, ditekan oleh
Amerika Serikat, yang telah mendukung sanksi DK PBB yang merugikan
mereka. Keputusan mereka dalam DK PBB berkontribusi melemahkan aliansi
militer mereka, yaitu organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), di mana Iran
memiliki status pengamat. Resolusi Dewan Keamanan membekukan kerjasama
militer bilateral masing-masing China dan Rusia dan perjanjian dagang
dengan Iran. Hal ini berakibat serius pada sistem pertahanan udara Iran
yang sebagian bergantung pada teknologi dan keahlian Rusia.
Resolusi Dewan Keamanan memberi "lampu hijau" secara de facto untuk melancarkan perang pre-emptive terhadap Iran.
Inquisi Amerika: Membangun Sebuah Konsensus Politik Untuk Perang
Secara serempak media Barat telah mencap
Iran sebagai ancaman terhadap keamanan global mengingat dugaan (tidak
ada) program senjata nuklir. Bergemanya pernyataan resmi, media kini
menuntut pelaksanaan hukuman pemboman yang diarahkan terhadap Iran dalam
rangka menjaga keamanan Israel.
Media Barat memukul genderang perang.
Tujuannya adalah untuk menanamkan secara diam-diam, melalui pengulangan
laporan media, yang menurut kesadaran batin orang sampai memuakkan,
karena semata-mata berdasarkan dugaan bahwa ancaman Iran adalah nyata
dan bahwa Republik Islam harus "dihancurkan".
Dalam membangun sebuah konsensus proses
untuk berperang mirip dengan inkuisisi Spanyol. Hal ini mengharuskan dan
menuntut ketundukkan terhadap gagasan bahwa perang adalah usaha
kemanusiaan.
Dikenal dan didokumentasikan, ancaman
nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika
Serikat-NATO-Israel, sekalipun demikian relitasnya dalam lingkungan
inquisitorial adalah terbalik: para penghasut perang berkomitmen untuk
perdamaian, para korban perang diperkenalkan sebagai tokoh utama perang.
Padahal pada tahun 2006, hampir dua pertiga orang Amerika menentang
tindakan militer terhadap Iran, baru-baru ini jajak pendapat
Reuter-Zogby pada Februari 2010 menunjukkan bahwa 56% orang Amerika
mendukung aksi militer Amerika Serikat-NATO terhadap Iran.
Membangun sebuah konsensus politik yang
didasarkan pada sesuatu yang sama sekali bohong, bagaimanapun juga hanya
mengandalkan posisi resmi mereka yang merupakan sumber kebohongan.
Gerakan anti-perang di Amerika Serikat,
yang sebagian telah diinfiltrasi dan dikooptasi, berasumsi pada posisi
yang lemah berkaitan dengan Iran. Gerakan antiperang terpecah.
Penekanannya hanya terhadap perang yang telah terjadi (Afghanistan,
Irak) daripada tegas menentang perang yang sedang dipersiapkan dan yang
saat ini dirancang Pentagon. Sejak pelantikan pemerintahan Obama,
gerakan antiperang telah kehilangan beberapa daya pendorongnya.
Selain itu, mereka yang aktif menentang
perang di Afghanistan dan Irak, tidak menentang pelaksanaan "pemboman
hukuman" yang diarahkan kepada Iran, juga tidak mengkategorikan
pengeboman tersebut sebagai tindakan perang yang berpotensi bisa menjadi
awal Perang Dunia III.
Skala protes anti-perang dalam kaitannya
dengan Iran sangat minim dibandingkan dengan demonstrasi rakyat yang
mendahului pemboman dan invasi Irak tahun 2003.
Ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel.
Operasi Iran tidak ditentang di arena
diplomatik oleh Cina dan Rusia, mendapat dukungan dari pemerintah
negara-negara Arab garis depan yang terintegrasikan ke dalam NATO yang
disponsori dialog Mediterania. Hal ini juga mendapat dukungan diam-diam
opini publik Barat.
Kami menyerukan kepada orang-orang di
seluruh wilayah Amerika, Eropa Barat, Israel, Turki dan di seluruh dunia
untuk bangkit menentang rencana militer, melawan pemerintah mereka yang
mendukung tindakan militer terhadap Iran, terhadap media yang berfungsi
untuk menutupi implikasi menghancurkan dari perang terhadap Iran.
Agenda militer mendukung keuntungan yang mendorong merusak sistem ekonomi global yang memiskinkan kawasan besar penduduk dunia.
Perang ini kegilaan belaka.
Perang Dunia III adalah terminal. Albert
Einstein memahami bahaya perang nuklir dan kepunahan kehidupan di bumi,
yang telah dimulai dengan kontaminasi radioaktif yang dihasilkan
depleted uranium. "Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III
akan dipertarungkan, tetapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan
tongkat dan batu."
Media, kaum intelektual, para ilmuwan
dan para politisi, serempak, mengaburkan kebenaran yang tidak
diceriterakan, bahwa perang dengan menggunakan hulu ledak nuklir akan
menghancurkan kemanusiaan, dan bahwa proses keaneka-ragaman kerusakan
yang secara bertahap telah dimulai.
Ketika kebohongan menjadi kebenaran maka tidak akan berbalik kembali.
Ketika perang ditegakkan sebagai upaya
kemanusiaan, Keadilan dan seluruh sistem hukum internasional terbalik:
maka pasifisme dan gerakan antiperang dianggap kriminal. Menentang
perang menjadi tindak pidana.
- Kebohongan harus disingkapkan untuk apa itu dan apa yang dilakukannya. Ini sanksi pembunuhan tanpa pandang bulu pria, wanita dan anak-anak.
- Ia bisa menghancurkan keluarga dan masyarakat. Ia bisa menghancurkan komitmen masyarakat terhadap sesama manusia.
- Perang mencegah orang untuk mengekspresikan solidaritasnya kepada mereka yang menderita. Menjunjung tinggi perang dan negara polisi hanya satu-satunya jalan.
- Ia menghancurkan baik nasionalisme maupun internasionalisme.
- Menghentikan kebohongan berarti menghentikan proyek kejahatan kehancuran global, di mana pencarian keuntungan yang merupakan kekuatan utamanya.
- Keuntungan yang mendorong agenda militer ini akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan mengubah orang tidak sadar menjadi zombie.
Mari Kita Membalikkan Arus.
- Menentang penjahat perang yang berkedudukan tinggi dan termasuk kelompok pelobi yang kuat yang mendukung mereka.
- Pecahkan inkuisisi Amerika.
- Rusak usaha perang pembasmian militer Amerika Serikat-NATO-Israel.
- Tutup pabrik-pabrik senjata dan pangkalan militer.
- Bawa pulang pasukan.
- Personel angkatan bersenjata harus menentang perintah dan menolak untuk berpartisipasi dalam perang kriminal.
Part II of this essay will be published shortly.
Preparing for World War III. Nature and History of the Planned Military Operation against Iran
Includes analysis of the role if Israel
Michel Chossudovsky
seorang penulis pemenang penghargaan, Profesor Ekonomi (Emeritus) pada
Universitas Ottawa dan Direktur dari the Centre for Research on
Globalization (CRG), Montreal. Ia menulis buku berjudul The
Globalization of Poverty and The New World Order (2003) dan America’s
“War on Terrorism” (2005). Ia juga seorang kontributor the Encyclopaedia
Britannica. Tulisan-tulisannya telah diterbitkan dalamlebih dari
duapuluh bahasa. Ia dapat dihubungi di globalresearch.ca website
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar