Senin, 01 April 2013

....Pertama, memenuhi seruan Tuhannya Barang siapa yang patuh kepada Allah niscaya ia akan mendapatkan pembalasan yang sebaik-baiknya. Kedua, memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Janji Allah disini mutlak, meliputi semua macam perjanjian. Janji terbesar yang menjadi pokok pangkal semua perjanjian ialah janji iman. Perjanjian untuk setia menunaikan segala konsekuensi iman. Ketiga, menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Dalam hal ini taat secara paripurna, istiqomah yang berkesinabungan, dan berjalan di atas sunnah sesuai dengan aturan-Nya dengan tidak menyimpang dan tidak berpaling. Kempat, takut kepada Allah. Takut kepada Allah dan takut kepada siksaan yang buruk dan menyedihkan pada hari pertemuan yang menakutkan. Kelima, sabar. Sabar atas semua beban perjanjian di atas (seperti beramal, berjihad, berdakwah, berijtihad), sabar dalam menghadapi kenikmatan dan kesusahan, dan sabar dalam menghadapi kebodohan dan kejahilan manusia yang sering menyesakkan hati. Keenam, mendirikan Shalat. Ini termasuk juga memenuhi janji dengan Allah. Shalat ditonjolkan karena merupakan rukun pertama perjanjia ini, sekaligus menjadi lambang penghadapan diri secara tulus dan sempurna kepada Allah. Juga penghubungan yang jelas antara hamba dengan Tuhan, yang tulus dan suci. Ketujuh, Menginfakkan sebagian rezeki secara sembunyi atau terang-terangan. Kedelapan, menolak kejahatan dengan kebaikan dalam pergaulan sehari-hari. Dalam hal ini diperintahkan membalas kejelekan dengan kebaikan apabila tindakan ini memang dapat menolak kejahatan itu, bukan malah menjadikan yang bersangkutan semakin senang berbuat kejahatan...>>..Allah berfirman dalam QS Ar-Ra'd [13]: 22-24 yang artinya "Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu Surga 'Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama orang yang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan anak-cucu mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), 'salaamun alaikum bimaa shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). 'Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu"..>> ...Imam Masjidil Haram Tak Segan Beresi Tikar Shalat..>>



Imam Masjidil Haram Tak Segan Beresi Tikar Shalat

Senin, 01 April 2013, 00:38 WIB
Komentar : 0 
foto damanhuri zuhri/republika http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/04/01/mkjczu-imam-masjidil-haram-tak-segan-beresi-tikar-shalat
 
imam masjidil haram syaikh saad alghamidi (kiri) mendengarkan penjelasan ustaz yusuf mansur soal PPPA


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- 
"Seorang yang hafal Alquran hendaknya dapat memelihara kepribadiannya."

Itulah petuah Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, Syaikh Saad Alghamidi kepada belasan wartawan yang menemuinya di Hotel Borobudur Ahad (30/3) malam sebelum esoknya pulang ke Arab Saudi.
Ternyata perkataannya bukan sekadar omong kosong. Ia memperlihatkan sebagai seorang yang hafal Qur'an, ia dapat memperlihatkan nilai-nilai Alquran dalam tindakannya.

Selepas shalat maghrib, Syaikh Alghamidi yang menginap di Hotel Borobudur Jakarta terus didatangi wartawan yang ingin mendapatkan wejangan. Ia bersama adiknya Syaikh Faisal dan Ustaz Yusuf Mansur tampak akrab berbincang-bincang.

Tak lama kemudian, waktu isya pun tiba. Para pengunjung bersegera masuk mushalla hotel tak sabar ingin diimami Syaikh Alghamidi.

Saat itulah, ketawadluan Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram itu terlihat. Tanpa segan ia menjadi orang pertama yang berinisiatif membereskan dan mengatur tikar sajadah untuk shalat para jamaah. Beberapa orang melihatnya langsung bersegera membantunya.

"Jangan Syaikh. Biar saya saja," celetuk salah seorang wartawan dan bersegera mengambil tikar dari tangan Syaikh Alghamidi.

Syaikh Alghamidi dengan sopan menolaknya. Ia menjelaskan tak ada salahnya ikut merapikan tikar sajadah. Ia menganggap dirinya juga sama dengan jamaah lainnya yang juga harus ikut menjaga kebersihan mushalla dan keteraturan shaf dan sajadah.

Demikian juga sang adik, Syaikh Faishal tampak sibuk mengoleskan minyak wangi bagi seluruh jamaah yang hadir. Ia tak ingin melewatkan sunnah 'memakai wewangian' sebelum shalat. Sunnah yang sederhana yang bahkan masih jarang didapati jamaah di Indonesia.

Setelah iqamah dibacakan, Syaikh Alghamidi datang merangkul tangan Ustaz Yusuf Mansur. "Syaikh Yusuf, saya belum pernah mendengar suaramu," katanya kepada Ustaz Yusuf Mansur.

Ustadz Yusuf Mansur tampak gugup. Bagaimana mungkin Imam Masjid Nabawi memintanya mengimami shalat. Namun tawaran Syaikh Alghamidi tampaknya kali ini tidak main-main. Ia terus memegang tangan Ustaz Yusuf Mansur.

Mungkin terpikir oleh Syaikh Alghamidi, besok adalah hari terakhir berada di Indonesia, sementara ia belum pernah mendengarkan suara Ustadz Yusuf melantunkan Alquran sebagai imam. Syaikh Alghamidi menatap Ustaz Yusuf dalam-dalam berharap agar Ustaz Yusuf Mansur bersedia mengimami shalat.

Akhirnya Ustaz Yusuf Mansur maju. Syaikh Alghamidi di belakang sebagai makmum. Ustaz Yusuf Mansur membaca ayat demi ayat dengan separuh terisak. Ia membaca surat Al 'ala di rakaat pertama dan surat Alghasyiyah di rakaat kedua.

Itulah kerendah-hatian seorang ulama yang juga pakar Alquran. Qari terkenal yang menjadi rujukan penghafal Alquran di seluruh dunia. Ternyata tanpa segan, ia lebih memilih untuk menjadi makmum.

Benar kata pepatah, semakin berisi sebuah padi, semakin merunduklah. Semakin seseorang mencapai keshalehan dan ketaqwaan, semakin rendah hatilah ia. Seperti yang tampak jelas dari sosok Syaikh Alghamidi, Semoga Allah SWT senantiasa menjaganya, amin.
n

Delapan Syarat Agar Dapat Berkumpul Bersama Keluarga di Surga

Senin, 01 April 2013, 06:24 WIB
Komentar :  
Antara http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/04/01/mkjt0m1-delapan-syarat-agar-dapat-berkumpul-bersama-keluarga-di-surga
 
Seorang pria shalat di Masjid Istiqlal, Jakarta. (ilustrasi)

 
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ir Aris Ahmad Risadi MSi

Reuni merupakan momen indah yang banyak ditunggu. Setelah sekian lama tidak berjumpa, dipisahkan oleh jarak dan rutinitas baru, kita berkeinginan  untuk bertemu kembali dengan kawan lama dalam suasana gembira dan penuh nostalgia.

Kegiatan ini diselenggarakan bukan saja oleh mereka yang memiliki kesamaan sekolah, tapi seringkali dilakukan pula oleh paguyuban yang memiliki kesamaan keturunan, asal-usul daerah, atau kesamaan bentuk lainnya.

Meluasnya penggunaan teknologi informasi khususnya jejaring sosial yang mampu melacak keberadaan kawan lama telah ikut mendorong meningkatnya aktifitas reunian di berbagai kalangan. Suasana romantisme masa lalu telah membuat reuni menjadi peristiwa yang diharapkan. Bahkan diperjuangkan.

Bagi muslimin ada satu reuni yang memiliki nilai luar biasa, yaitu kesempatan bertemunya kembali keluarga besar seketurunan di tempat baru yang sangat menyenangkan di akhirat kelak.

Allah berfirman dalam QS Ar-Ra'd [13]: 22-24 yang artinya 
"Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu Surga 'Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama orang yang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan anak-cucu mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), 'salaamun alaikum bimaa shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu).  'Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu"

Sayyid Quthb dalam "Tafsir Fi Zhilalil-Qur'an" menjelaskan peristiwa di atas  laksana  sebuah festival atau reuni dimana mereka saling bertemu, mengucapkan salam, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan dan menggembirakan serta penuh dengan penghormatan.

Kebersamaan di surga tersebut tentu tidak mudah untuk dicapai, karena dalam kisah yang dijelaskan Alquran banyak keturunan/keluarga yang tidak lagi bisa bertemu di akhirat, seperti: Nabi Nuh dengan putra dan istrinya, Asiyah yang solehah dengan suaminya (Firaun), dan Nabi Luth dengan istrinya. Namun bertemunya  keluarga besar di surga bukan pula sesuatu yang tidak mungkin.    

Allah menjelaskan dalam QS. Ar-Ra'd [13] : 18-21 kita bersama keluarga besar bisa bertemu di surga 'Adn, asal dapat memenuhi delapan syarat.

Pertama, memenuhi seruan Tuhannya Barang siapa yang patuh kepada Allah niscaya ia akan mendapatkan pembalasan yang sebaik-baiknya.

Kedua, memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Janji Allah disini mutlak, meliputi semua macam perjanjian. Janji terbesar yang menjadi pokok pangkal semua perjanjian ialah janji iman. Perjanjian untuk setia menunaikan segala konsekuensi iman.

Ketiga, menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Dalam hal ini taat secara paripurna, istiqomah yang berkesinabungan, dan berjalan di atas sunnah sesuai dengan  aturan-Nya dengan tidak menyimpang dan tidak berpaling.

Kempat, takut kepada Allah.  Takut kepada Allah dan takut kepada siksaan yang buruk dan menyedihkan pada hari pertemuan yang menakutkan.

Kelima, sabar.  Sabar atas semua beban perjanjian di atas (seperti beramal, berjihad, berdakwah, berijtihad), sabar dalam menghadapi kenikmatan dan kesusahan, dan sabar dalam menghadapi kebodohan dan kejahilan manusia yang sering menyesakkan hati.

Keenam,  mendirikan Shalat.   Ini termasuk juga  memenuhi janji dengan Allah. Shalat  ditonjolkan karena merupakan rukun pertama perjanjia ini, sekaligus menjadi lambang penghadapan  diri secara  tulus dan sempurna kepada Allah. Juga penghubungan yang jelas antara hamba dengan Tuhan, yang tulus dan suci.

Ketujuh,  Menginfakkan sebagian rezeki secara sembunyi atau terang-terangan.

Kedelapan, menolak kejahatan dengan kebaikan dalam pergaulan sehari-hari. Dalam hal ini diperintahkan membalas kejelekan dengan kebaikan apabila tindakan ini memang dapat menolak  kejahatan itu, bukan malah menjadikan yang bersangkutan semakin senang berbuat kejahatan.

Delapan syarat ini telah Allah jamin akan menghantarkan seseorang dapat berkumpul di surga 'Adn. Mereka mendapati tempat kesudahan yang baik. 

Di samping masuk surga, mereka juga dimuliakan  dengan bertemunya kembali  dengan orang-orang yang mereka cintai. Hal ini merupakan kelezatan lain yang mereka rasakan di dalam surga.  Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin.
Redaktur : Heri Ruslan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar