Sejarah Wahabi dan Muhammad bin Abdul Wahhab
Posted on Desember 21, 2012 by A Nizami http://kabarislam.wordpress.com/2012/12/21/sejarah-wahabi-dan-muhammad-bin-abdul-wahhab/
Ahmadiah menghilangkan ajaran jihad dan membuat Nabi palsu Ghulam Mirza Ahmad. Sementara Wahabi yg bersekutu dgn Ibnu Su’ud dan dibantu senjata dan dana Inggris berontak thd Kekhalifahan Turki Usmani. Ummat Islam di jazirah Arab difitnah sbg ahlul bid’ah, sesat, kafir, musyrik, dsb hingga diperangi dan dibunuh. Termasuk penduduk kota Thaif, Mekkah, dan Madinah. Turki dan Mesir juga mereka perangi.
Sulit dipercaya. Pertama saya juga membela Wahabi sbg pemurni Islam. Namun dgn berbagai fakta dan tulisan yg berkembang, ternyata itu tidak benar. 10 tahun lagi seiring dgn bertambahnya ilmu, mungkin anda akan berterimakasih akan informasi ini.
http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/04/salafi-wahabi-memecah-belah-islam-dari-dalam
REPLAY STATUS LAMA.
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.
SEJARAH WAHABI
Oleh Habib Munzir Al mousawaMenanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin
Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia
adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara
lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad,
Iran, India dan Syam.
Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang
orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata
Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris
untuk menyebarkan ajaran barunya.
Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan
agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i.
Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program
kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni
pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah
seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula
ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia
bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh
orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya.
Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal
itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus
padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama’ besar
dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul
As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula
salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi
as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat:
“Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini
adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan
jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul
Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul,
ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang
disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul,
ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima.
Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak
600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul
Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan
Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan
100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak
hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan”
Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai
satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang
dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan
engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa.
Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris
nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu. Dengan berdalihkan pemurnian
ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed.
Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh.
Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin
Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang
dikemudian hari menjadi mertuanya.
Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk
memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada
perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau
merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan
bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan
membunuh orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari
sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy,
Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini
tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan
julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki
Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus
mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa
sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang
tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama2 besar sebelumnya
telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi
pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.
Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan
dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya
melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata
:
“Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya.
Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.
Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan
Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas
di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada
1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali.
Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin
Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil
menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan
Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini,
paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa
ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global.
Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.
Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta.
Tambahan Ulama Besar yang dibunuh dengan kejam oleh Wahabi:
Kisah Nyata ; Pembantaian Keluarga Syaikh Nawawi al-Bantani al-Syafi’i (Pembesar Syafi’iyyah) Oleh Kaum Wahhabi
Kisah ini diceritakan oleh keturunan dari keluarga Syaikh Nawawi
al-Bantani yang berhasil lolos dari kejaran Wahhabi. Beliau adalah KH.
Thabari Syadzily. Berikut adalah sedikit kisah pembantaian tersebut.
KISAH NYATA : Pada zaman dahulu di kota Mekkah keluarga Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani (pujangga Indonesia) pun tidak luput dari sasaran pembantaian Wahabi. Ketika salah seorang keluarga beliau sedang duduk memangku cucunya, kemudian gerombolan Wahabi datang memasuki rumahnya tanpa diundang dan langsung membunuh dan membantainya hingga tewas. Darahnya mengalir membasahi tubuh cucunya yang masih kecil yang sedang dipangku oleh beliau.Sedangkan keluarganya yang lain di golongan laki-laki dikejar-kejar oleh gerombolan Wahabi untuk dibunuh. Alhamdulillah mereka selamat sampai ke Indonesia dengan cara menyamar sebagai perempuan.
Syaikh Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi bin ‘Ali al-Tanari al-Bantani al-Syafi’i (Salah seorang ulama pembesar Syafi’iyyah)
|
KH. Thobari Syadzily Mengenakan Jubah Syaikh Nawawi al-Bantani. Baju jubah Syeikh Nawawi bin Umar bin ‘Arobi bin Ali, Tanara – Banten masih tersimpan dengan rapih di rumah saudara sepupu KH. Thobary Syadzily di desa Kampung Gunung Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang, Banten. |
Sumber: http://ashhabur-royi.blogspot.com/2011/07/kisah-nyata-pembantaian-keluarga.html
http://wahabinews.wordpress.com/2012/06/11/kisah-nyata-pembantaian-keluarga-syaikh-nawawi-al-bantani-al-syafii-pembesar-syafiiyyah-oleh-kaum-wahhabi/
Sebaliknya kita juga harus menghindar dari paham khawarij takfiri yg mudah mengkafirkan/menganggap sesat sesama Muslim padahal menurut jumhur ulama tidak sesat. Karena mengkafirkan/menganggap sesama Muslim yg ternyata menurut mayoritas ulama lurus, dosanya juga besar.
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.
Pendapat Ulama Sunni Tentang Salafi Wahabi
Posted on April 29, 2012 by A Nizami
http://kabarislam.wordpress.com/2012/04/29/pendapat-ulama-sunni-tentang-salafi-wahabi/
Sebagai Muslim kita memang harus
memurnikan Tauhid dan hanya menyembah Allah semata. Kita juga harus
mengikuti sunnah Nabi dan menghindari bid’ah.
Sebaliknya kita juga harus menghindar dari paham khawarij takfiri yg mudah mengkafirkan/menganggap sesat sesama Muslim padahal menurut jumhur ulama tidak sesat. Karena mengkafirkan/menganggap sesama Muslim yg ternyata menurut mayoritas ulama lurus, dosanya juga besar.
Mengkafirkan sesama Muslim adalah tanda
dari lemahnya Iman dan bisa jadi kita yg kafir/sesat jika Muslim yg kita
tuduh kafir/sesat itu ternyata lurus:
Tiga perkara berasal dari iman:
(1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah”
karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam
karena sesuatu perbuatan… (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat Usamah, sahabat
Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha
illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia,
setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia
mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian
Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR
Bukhari dan Muslim]
Hadits di atas artinya jangan mengkafirkan seseorang hanya karena kita menduganya saja. Bukan dari pengakuan.
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim]
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim]
Wahabi Salafi Menurut Ulama Sunni Kontemporer
Gerakan Wahabi Salafi–yang dikenal dengan
ideologi takfir (mengkafirkan, mem-bid’ah-kan, men-syirik-kan sesama
muslim)– adalah gerakan yang mengklaim dirinya sebagai gerakan pemurnian
akidah (tauhid) dan mengikuti langkah ulama terdahulu atau ulama salaf.
Karena itu gerakan ini disebut dengan berbagai nama seperti Wahhabi
merujuk pada nama pendirinya Muhammad bin Abdul Wahhab, Ahli Tauhid dan
Salafi atau Wahabi Salafi. Di dunia Arab, mereka lebih sering disebut
dengan istilah harakatul Wahhabiyah As-Saudiyah (حركة الوهابية السعودية)
atau gerakan Wahabi Arab Saudi karena memang didirikan dan berpusat di
Arab Saudi.
Banyak ulama non-Wahabi yang memberi
nilai negatif pada gerakan ini. Tidak mengherankan, karena gerakan ini
tidak memiliki sikap kompromi dan tidak pernah menilai positif kecuali
kepada dirinya sendiri. Dan banyak label kurang sedap dialamatkan pada
gerakan yang pendanaan penyebarannya didukung penuh oleh kerajaan Arab
Saudi ini. Sebutan itu antara lain seperti “gerakan militan”, gerakan
ekstrim, ideologi teroris, neo-Khawarij sampai gerakan sesat.
Berikut beberapa pendapat ulama Sunni non-Wahhabi kontemporer terhadap Wahabi Salafi:
1. Dr. Ali Jumah, mufti Mesir mengatakan bahwa Wahabi Salafi adalah gerakan militan dan teror. [1]
2. Dr. Ahmad Tayyib, Syekh
al-Azhar mengatakan bahwa Wahabi tidak pantas menyebut dirinya salafi
karena mereka tidak berpijak pada manhaj salaf.[2]
3. Dr. Yusuf Qardawi, intelektual
Islam produktif dan ahli fiqh terkenal asal Mesir, mengatakan bahwa
Wahabi adalah gerakan fanatik buta yang menganggap dirinya paling benar
tanpa salah dan menganggap yang lain selalu salah tanpa ada kebenaran
sedikitpun.[3] Gerakan Wahabi di Ghaza, menurut Qardawi, lebih suka
memerangi dam membunuh sesama muslim daripada membunuh Yahudi.[4]
4. Dr. Wahbah Az-Zuhayli (وهبة
الزحيلي), mufti Suriah dan ahli fiqh produktif, menulis magnum opus
ensiklopedi fiqh 14 jilid berjudul Al Muwsuatul Fiqhi al-Islami
(الموسوعة الفقه الإسلامي ) . Az-Zuhayli mengatakan seputar Wahabi Salafi
(yang mengafirkan Jama’ah Tabligh): “mereka [Wahabi] adalah orang-orang
yang suka mengkafirkan mayoritas muslim selain dirinya sendiri.”[5]
5. KH. Agil Siradj, ketua PBNU,
mengatakan dalam berbagai kesempatan melalui artikel yang ditulisnya,
wawancara tv, dan seminar bahwa terorisme modern berakal dari ideologi
Wahabi.[6]
6. Syekh Hisyam Kabbani, ketua
tariqah Naqshabandi dunia, mengatakan bahwa Wahabi Salafi adalah gerakan
neo-Khawarij.[7] Yaitu aliran keras yang menghalalkan darah sesama
muslim dan terlibat dalam pembunuhan khalifah ke-3 Utsman bin Affan.
========================
CATATAN DAN RUJUKAN
CATATAN DAN RUJUKAN
[1] لكننا لم نر من السلفيين الحاليين سوى
التشدد والإرهاب والتعصب والدم “Yang saya lihat dari [Wahabi] Salafi
hanyalah [gerakan] ekstrim, teror, fanatik dan [haus] darah.” Lihat
detailnya:www.anbacom.com/news.php?action=show&id=8028.
[2] Lihat wawancaranya di:http://www.youtube.com/watch?v=N_vrTRXujBM
[3] هو التعصب له ضد الأفكار الأخري وهو
قائم علي المذهب الحنبلي، ولكنهم لا يرون ولا يؤمنون إلا برأيهم فهم
يعتبرون أن رأيهم صواب لا يحتمل الخطأ، ورأي غيرهم خطأ لا يحتمل الصواب
Lihat detail: libyan-national-movement.org/article.php?artid=2630
[4] Lihat wawancaranya dengan tv Al Jazeera di: youtube.com/watch?v=y2NcYwEqX7M
[5] الذين يكفرون كما يكفرون أغلب المسلمين غيرهم. Lihat afatih.wordpress.com/2011/12/12/jamaah-tabligh-gerakan-sesat.
[6] Lihat antara lain “Wahabi Mengajarkan
Kekerjasan” di:
syamsuri149.wordpress.com/2011/12/18/ketua-pbnu-kh-said-agil-siradj-wahabi-mengajarkan-kekerasan/
Dalam artikel tersebut dijelaskan ada 12 yayasan yang didanai Arab
Saudi untuk menyebarkan ideologi Wahabi Salafi.
[7] Kabbani mengatakan, “Belakangan ini,
beberapa ulama mengritik aliran Wahabi atau “salafî” sebagai kelompok
yang secara politik tidak benar. Praktik mengafirkan menjadi ciri utama
yang bisa dikenali dari kelompok neo-Khawarij pada masa modern ini.
Mereka kelompok yang senang menghantam orang-orang Islam dengan tudingan
kafir, bidah, syirik, dan haram, tanpa bukti atau pembenaran selain
dari hawa nafsu mereka sendiri, dan tanpa memberikan solusi selain dari
sikap tertutup dan kekerasan terhadap siapa pun yang berbeda pendapat
dengan mereka. ” Lihat lebih detail
Pandangan Dr. Habib Rizieq Syihab dari FPI tentang Wahabi:
WAHABI
Ada pun Pandangan FPI terhadap WAHABI
sebagai berikut : FPI membagi WAHABI dengan semua sektenya juga menjadi
TIGA GOLONGAN ; Pertama, WAHABI TAKFIRI yaitu Wahabi yang mengkafirkan
semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah
sesama muslim, lalu bersikap MUJASSIM yaitu mensifatkan Allah SWT dengan
sifat-sifat makhluq, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah
menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Wahabi
golongan ini KAFIR dan wajib diperangi.
Kedua, WAHABI KHAWARIJ yaitu yang tidak
berkeyakinan seperti Takfiri, tapi melakukan
penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan
terhadap para Ahlul Bait Nabi SAW seperti Ali RA, Fathimah RA, Al-Hasan
RA dan Al-Husein RA mau pun ‘Itrah/Dzuriyahnya. Wahabi golongan ini
SESAT sehingga mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga, WAHABI MU’TADIL yaitu mereka yang
tidak berkeyakinan Takfiri dan tidak bersikap Khawarij, maka mereka
termasuk MADZHAB ISLAM yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi
dengan DA’WAH dan DIALOG dalam suasana persaudaraan Islam.
http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98
http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98
Pandangan Habib Munzir Al Musawa dari Majelis Rasulullah tentang Wahabi:
beda dengan orang orang wahabi, mereka tak punya sanad guru, namun bisanya cuma menukil dan memerangi orang muslim.
mereka memerangi kebenaran dan memerangi
ahlussunnah waljamaah, memaksakan akidah sesatnya kepada muslimin dan
memusyrikkan orang orang yg shalat.
salaf,
artinya adalah kaum yg terdahulu, salaf adalah istilah bagi Ulama Ulama
yg terdahulu di masa setelah Tabi’ Tabiin, namun kaum penganut ajaran
wahabi menamakan dirinya salafy, padahal mereka tak mengikuti ajaran
ulama salaf yg terkenal berbudi luhur, ahli ibadah, ahli ilmu syariah.
mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.
Kenapa para ulama di atas berpandangan kurang baik terhadap Salafi Wahabi? Bukankah mencela sesama Muslim itu haram?
Ini tak
lepas dari ulah Salafi Wahabi yang gemar menghina bahkan memfitnah
sesama Muslim dengan kata-kata yang mereka sendiri tidak suka dengan
dalih bid’ah, sesat, dsb. Lihatlah ulah para Salafi Wahabi:
Ustad Arifin Ilham dengan Majelis Zikir Az Zikro mereka anggap bid’ah dan sesat:
Bagaimana mungkin dzikir bid’ah model Arifin Ilham bisa dikatakan sebagai majelis dzikir yang disebutkan di dalam nash-nash tersebut?
Sedangkan “majalis adz dzikir” yg dinisbahkan kepada model dan cara berdzikirnya Arifin Ilham lbh pantas dinamakan sebagai “majelis makr ” dan bukan majelis dzikr. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan
http://blog.re.or.id/bid-ahnya-dzikir-jama-ah-ala-arifin-ilham-5-manhaj.htm
Lihat bagaimana sesama Wahabi saling hina/fitnah dengan sebutan kecoak, ular, dsb:
Abdul Mu’thi:Kata-kata Ular dilontarkan terhadap sesama Muslim:
Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida’, Aunur Rafiq, Ahmad Faiz sertakecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka (www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots”, Abdul Mu’thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari).
http://myquran.org/forum/index.php?action=profile;area=showposts;u=27174
http://salafytobat.wordpress.com/2008/09/11/salafy-haraky-vs-salafy-yamani-vs-salafy-sururi/
Nah liciknya, ketika salafi dan jihadi sedang bertempur membela manhajnya masing-masing, kelompok bid’ah hasanah menyelusup ke dalam barisan jihadi seperti ular berbisa lalu menebar racunnya secara membabi buta, entah kepada jihadi atau kepada salafi.
http://muhibbulislam.wordpress.com/2011/04/30/salafi-antara-jihad-dan-bencana-bid%E2%80%99ah-hasanah/
Lihat bagaimana Salafi Wahabi menganggap
sesat Ustad Ja’far Umar Thalib dan juga Abubakar Ba’asyir yang
sesungguhnya dulu juga Salafi Wahabi:
Abdurahman Wonosari:Sebagian orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan Ja’far Umar Thalib (JUT).
Ustad Salafi Wahabi, Firanda, sering
memfitnah dan menghina Habib Munzir Al Musawwa dari Majelis Rasulullah.
Sementara Yazid memfitnah Habib Rizieq Syihab dari FPI sebagai Syi’ah
yang halal darahnya untuk dibunuh:
Ulama Sunni yang lain seperti Prof Dr Quraisy Shihab dan KH Said Agil Siradj juga mereka fitnah sebagai Syi’ah.
Dia fitnah juga ulama Salaf Imam Abu
Hasan Al Asy’ari (lahir tahun 260 H) yang mengajarkan Sifat 20 sebagai
sesat. Bagaimana mungkin “Ustad” yang lahir kemarin sore berani menghina
Ulama Salaf yang asli?
Bagaimana mungkin seorang ulama
kata-katanya penuh dengan “Kebun Binatang”? Kata-kata seperti “Kecoak”,
“Ular Berbisa” dilabelkan kepada manusia. Jangankan ulama/dai, bagi
orang awam pun itu tidak pantas. Allah benci dengan orang yang seperti
itu:
Sesungguhnya Allah membenci orang
yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang meminta-minta
dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)
Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling dekat dengan aku
kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya
dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR.
Ar-Ridha)
Dalam Surat Al Hujuraat 11-12 Allah
melarang orang-orang yang beriman mengolok-olok dan memaki satu kaum dan
menggunjing (ghibah) orang lain. Orang yang melakukan itu di akhirat
kelak akan memakan bangkai yang busuk.
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.
Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 11-12]
Bagaimana mungkin kita mengaku “MENGHIDUPKAN SUNNAH” jika kita‘MEMATIKAN AL QUR’AN”? Melanggar ayat-ayat Al Qur’an di atas seperti memaki manusia sebagai Kecoak dan Ular?
Mohon
sebarkan informasi ini kepada yang lainnya agar kita terhindar dari kaum
yang suka mencela dan memfitnah sesama Muslim. Jika kita ngajinya
benar, insya Allah kita bisa merasakan sesama Muslim itu bersaudara
(Ukhuwah Islamiyyah) dan saling menguatkan dan tolong-menolong. Bukan
saling hina.
Silahkan baca juga:
semoga Allah melimpahkan sinar makhrifatnya kpd para HABAIB·····,INSYA ALLAH.
{ijin copy link···,jazakallah khair}
Maksud saya beraktifitaslah kita semua dalam kelompok masing2 sepanjang dalam rangka beribadah kepada Allah SWT & tidak saling menyakiti & menghina masing2 kelompok.
berISLAM sesuai dengan tuntunan rosulluloh yang amanah dan al amin
Menuding orang yg tidak bid’ah sebagai bid’ah, suka meributkan hal khilafiyyah dan furu’iyah serta berbantah2an.
Lihat surat Al Hujuraat ayat 11 di bawah. Ahlus Sunnah akan mengikuti Al Qur’an. Tidak mungkin mengolok2 sesama Muslim sebagai Ahli Bid’ah, Sesat, Syirik, dsb. Allah melarang itu. Nabi tidak pernah melakukan itu:
[49.11] Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.
Allah juga melarang ummat Islam buruk sangka karena dosa. Wahabi yang su’u zhon dgn menuduh orang yg ziarah kubur sebagai penyembah kuburan/musyrik jelas ingkar Al Qur’an:
[49.12] Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Read more http://media-islam.or.id/2012/08/23/pendidikan-akhlak-dalam-surat-al-hujuraat/
Itu baru 2 ayat yang dilanggar oleh Wahabi. Masih banyak ayat2 Al Qur’an lain yang mereka langgar. Dengan membesarkan masalah Furu’iyah dan Khilafiyyah, mereka fitnah sesama Muslim sbg Ahlul Bid’ah, Sesat, Musyrik, dsb. Jika mereka kuat, mereka bunuh sesama Muslim. Padahal itu dosanya amat besar. Mudah2an kaum Wahabi yang awam sadar.