Ada Skenario Bandar Narkoba dalam Tragedi Cebongan
Posted by KabarNet pada 01/04/2013
http://kabarnet.wordpress.com/2013/04/01/ada-skenario-bandar-narkoba-dalam-tragedi-cebongan/
Jakarta – KabarNet: Komnas HAM diminta jangan asal tuduh dalam menyelidiki siapa pelaku penyerangan Lapas Cebongan Sleman, Yogyakarta yang menewaskan empat tersangka penusukan anggota Kopassus Sersan Satu Santoso pada Sabtu 23 Maret 2013.
Ada banyak dugaan muncul selain tudingan yang diarahkan kepada Kopassus sebagai pelaku serbuan maut itu.
Hal tersebut dikemukakan mantan Komandan
Pusat Polisi Militer ABRI (Danpuspom ABRI) Mayor Jenderal Syamsu Djalal,
mantan Komandan Satgas Badan Intelijen Strategis (BAIS) Laksamana
Pertama TNI (Purn) Mulyo Wibisono, dan Mayjen TNI (Purn) Murwanto dalam
sebuah diskusi di Jakarta, Senin 1 April 2013. “Coba amati jenis senjata
yang digunakan dan latar belakang korban,” kata Mulyo Wibisono.
Dia meminta agar media dan masyarakat
tidak asal menuduh bahwa penyerangan itu bermotif balas dendam atas
meninggalnya anggota Kopassus Sersan Satu Heru Santoso. “Jangan salah
logika, jangan lari ke logika Kopassus sakit hati,” kata Mulyo.
Dilihat dari senjata yang digunakan
menurut Mulyo, Kopassus sudah lama tak lagi menggunakan senapan serbu
jenis SS1 dan AK47, yang diduga jadi senjata eksekusi korban Hendrik
Angel Sahetapy, Adrianus Candra Galaja, Yohanis Juan Manbait, dan
Gamaliel Yermianto Rohi Riwu.
Diakuinya, senapan SS1 pernah digunakan
oleh marinir tapi kini sudah diganti M16. Sepengetahuan Mulyo, kedua
jenis senjata tersebut masih digunakan oleh kepolisian. “Makanya kita
tunggu hasil penyelidikan tim investigasi TNI,” timpal Syamsu Djalal.
Ditambahkan Syamsu, seandainya Kopassus
pelakunya maka personel yang mendatangi Lapas tak perlu belasan orang
tapi cukup dua atau tiga orang saja. “Kopassus itu diakui internasional,
nggak perlu pasukan sebanyak itu,” tegasnya.
Soal latar belakang korban, tambah Mulyo,
informasi yang didapat mereka sempat terlibat kejahatan narkotika. Dari
sini bisa muncul teori bahwa keempatnya dieksekusi karena persaingan
sindikat narkotika. Para pelaku kemudian menggunakan kasus penusukan
sebagai pengalihan informasinya.
Sementara, Murwanto meminta semua pihak
agar mewaspadai keterlibatan pihak asing. Dimungkinkan mereka sengaja
masuk dalam kasus ini dengan tujuan memecah belah Indonesia. “Mereka tak
senang TNI terus menjaga keutuhan NKRI,” ucap mantan Sekjen Departemen
Sosial ini.
Untuk itu, ketiganya meminta semua pihak agar bersabar
menunggu hasil penyelidikan TNI dan polisi. Jangan sampai terjebak upaya
pengarahan pemikiran yang dilakukan pihak-pihak yang diuntungkan dari
kejadian ini.
Sebelumnya beredar di dunia maya. Sebuah
tulisan kronologis dan analisis yang ditulis atas nama Idjon Djanbi
(Muhammad Idjon Djanbi. Bekas tentara kerajaan Hindia-Belanda atau
Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL). Ia bernama asli Rokus
Bernardus Visser, dan menjadi warga negara Indonesia. Ia komandan
pasukan khusus (sekarang Kopassus) yang pertama).
Dalam tulisan yang beredar, penulis
menyatakan bahwa pelaku penyerangan Lapas Cebongan bukanlah Kopassus
seperti apa yang diberitakan selama ini, tetapi pihak kepolisian.
Menurutnya, pembunuhan yang terjadi berlatar belakang persaingan bisnis
narkoba di internal Polri. Pasalnya, salah satu tersangka pembunuh
anggota Kopassus Sertu Santoso yaitu Bripka Yohanis Juan Manbait alias
Juan adalah salah satu pengedar narkoba.
Dalam tulisannya, penulis mengungkap
sejumlah fakta terkait penggunaan senjata yang digunakan oleh para
penyerang. Menurutnya, senjata yang digunakan oleh para penyerangan
bukanlah senjata yang digunakan oleh pihak Kopassus melainkan oleh
satuan elit milik polisi yaitu Brimob. Selain itu, penulis, juga
menyatakan bahwa rompi senjata yang digunakan juga bukan milik Kopassus
melainkan milik Brimob.
Banyak tudingan mengarah ke Komando
Pasukan Khusus Grup II Kandang Menjangan, yang bermarkas di Kartasura,
Solo. Tapi Kepala Seksi Intel Kopassus Grup II Kandang Menjangan, Kapten
(Infanteri) Wahyu Yuniartoto, menegaskan, tak ada anggota Kopassus yang
keluar dari markas pada malam penyerbuan. Wahyu menyatakan, pergerakan
anggota Kopassus selalu terpantau karena di markasnya hanya ada satu
pintu keluar-masuk. “Setiap anggota yang keluar selalu tercatat,” ujar
Wahyu.
Atas peristiwa ini, ketua presidium
Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mempertanyakan keseriusan
Polri dalam mengusut kasus penyerbuan ke Lapas Cebongan, Sleman,
Yogyakarta, pekan lalu. Sebab sudah seminggu peristiwa berdarah itu
berlalu, tapi Polri belum juga mampu mengidentifikasi para pelaku yang
disebut mengenakan topeng. “Jika Polri tak kunjung membuat sketsa
tersebut, Indonesia Police Watch (IPW) berharap, Tim Invetigasi Mabes
TNI AD segera membuat dan mempublikasikan sketsa wajah dan sketsa
pasukan penyerbu,” kata Neta S Pane.
IPW justru mengapresiasi langkah TNI AD
yang telah membentuk tim investigasi sendiri untuk mengungkap penyerbuan
kasus LP Cebongan yang diduga melibatkan oknum tentara. “Sikap TNI AD
yang membentuk tim investigasi ini bisa dipahami karena setelah
penyerbuan itu banyak tudingan negatif diarahkan ke TNI dan menjadi
tugas tim ini untuk mengusut serta mengklarifikasinya, ujar Neta S Pane.
IPW berharap tim investigasi itu tidak
hanya mencari tahu pelaku penyerbuan, tapi juga mengungkap sosok dan
peran Sertu Heru Santoso yang menjadi korban pembunuhan di Hugo’s Cafe,
Yogyakarta, yang mengantarkan empat nama korban penyerbuan sebagai
tersangka. “Kenapa dia (Sertu Heru, red) dikeroyok hingga tewas?” tanya
Neta. Terlebih lagi, kata Neta, kini beredar isu pelaku pengeroyokan
Sertu Heru tidak hanya empat tapi tujuh orang. “Siapa mereka? Semua itu
harus segera diungkapkan Tim Investigasi Mabes TNI AD secara tuntas,”
harap Neta S Pane.
Jumat 22 Maret 3013, Polda DIY menitipkan
11 tahanan ke LP Cebongan. Dari 11 tahanan itu termasuk empat tersangka
pembacok Sertu anggota Kopassus Grup 2, Kandang Menjangan, Kartasura,
Jawa Tengah, Heru Santosa. Dan pada Sabtu, 23 Maret 2013, Lembaga
Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, diserbu belasan orang
bersenjata api dan membunuh 4 dari 11 tahanan yang dititipkan. Korban
tewas adalah Hendrik Benyamin Sahetapy Engel alias Diki, Adrianus Candra
Galaja alias Dedi, Yohanes Juan Mambait alias Juan, dan Gameliel
Yermiayanto Rohi Riwu alias Adi. [KbrNet/Slm/jpnn]
Kisah Munajat Cinta Grup Gories Mere Menelikung Polri
Posted by KabarNet pada 09/12/2012 http://kabarnet.wordpress.com/2012/12/09/kisah-munajat-cinta-grup-gories-mere-menelikung-polri/
Jakarta
– KabarNet: Musisi Indonesia yang sangat terkenal yaitu Ahmad Dani,
pasti tak menyangka kalau salah satu lagunya menjadi “curahan hati”
kelompok eksklusif Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) yang
sudah demisioner, Komisaris Jenderal Polisi PURNAWIRAWAN Gories Mere.
Pada suatu malam di bulan Maret
2012, dua wartawati diundang datang ke Hotel Borobudur Jakarta oleh
Gories Mere karena akan ada pelantikan satgas narkoba. Tetapi ternyata
yang terjadi bukanlah pelantikan satgas
narkoba melainkan sebuah “FAREWELL PARTY” atau pesta perpisahan untuk
seorang polisi dari negara sahabat yang habis masa tugasnya di
Indonesia.
Acara itu dilaksanakan di Klub Malam
(Night Club) Musro, yang kebetulan yang menjadi Manager-nya adalah adik
kandung dari Gories Mere sendiri. FAREWELL PARTY yang sangat mewah itu
menyuguhkan salah satu menu makanan yaitu sup kaki babi. “Ayo cobain,
ini sup kaki babi, makanan paling enak disini” kata Gories Mere kepada
kedua wartawati senior yang diundangnya malam itu.
Kedua wartawati yang biasa meliput di
lingkungan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya itu tak bisa menanggalkan
insting kewartawanan mereka dalam situasi yang “sangat aneh” itu.
Lebih dari 20 orang wanita penghibur muda
berdatangan ke FAREWELL PARTY tersebut. Masing-masing seakan sudah tahu
akan “job” yang mereka terima yaitu menghibur tamu demi tamu. Ada yang
glendotan, ada yang duduk berdampingan, tertawa cekikian, kemudia ada
yang berbicara dari jarak sangat dekat yaitu saling berbisik di daun
telinga masing-masing dan tingkah yang aneh-aneh lainnya. Kemudian,
tampak juga pemandangan berikutnya di panggung. Brigjen Petrus Golose
yang dikenal sebagai tangan kanan Gories Mere naik ke atas panggung
dalam keadaan mabuk. Golose memegang segelas anggur dan pidato sambil
cengengesan.
Ia mengucapkan terimakasih kepada sang
polisi asing yang telah habis masa tugasnya di Indonesia dalam
penanganan terorisme. Ia juga berterimakasih kepada seorang Duta Besar
negara sahabat yang hadir disitu seraya mengkritik bahwa saat ini DANA
BANTUAN UANG penanganan terorisme di era Duta Besar saat ini tidak
sebesar DANA BANTUAN Dubes sebelumnya dari negara tersebut kepada
Indonesia.
(Kedua wartawati senior yang terdampar di
tempat aneh itu semakin terpukau melihat acting Petrus Golose di
panggung ). “Gila tuh orang, sudah sakit kali, gak malu dilihatin banyak
orang tapi malah cengengesan ngomong-ngomong ngaco begitu” ujar seorang
wartawati kepada wartawati yang duduk disebelahnya.
Tak lama kemudian, Petrus Golose meminta
sejumlah rekannya naik ke atas panggung untuk ikut bersama-sama
menyanyikan satu lagu untuk sang komandan yang sangat dicintai yaitu
Gories Mere.
Lagu itu adalah MUNAJAT CINTA yang
diciptakan oleh Ahmad Dani. Tetapi lain Ahmad Dani, lain pula Petrus
Golose. Golose menyanyikan lagu ini dengan lirik yang sudah diubah dan
diplesetkan di bagian reffrein menjadi seperti ini :
[Chorus:]
Tuhan kirimkanlah aku,
KOMANDAN yang, baik hati dan banyak UANG-NYA
yang mencintai aku, apa adanya
Tuhan kirimkanlah aku,
KOMANDAN yang, baik hati dan banyak UANG-NYA
yang mencintai aku, apa adanya
Dan ternyata apa yang sangat
diidam-idamkan Petrus Golose agar ia tetap diberi KOMANDAN yang baik
hati dan banyak uangnya terwujud bebetapa bulan setelah ia menyanyi
dalam keadaan mabuk di klub malam Musro.
Dua bulan setelah acara di Musro, pada
bulan Mei 2012 Petrus Golose ikut diajak plesir ke Las Vegas, Amerika
Serikat, oleh sang komandan yaitu Gories Mere. Mereka dibayari oleh
pengusaha Tomy Winata untuk ikut menemani acara bisnis Artha Graha, yang
tak samasekali kaitannya dengan penanganan terorisme dan narkoba di
Negara ini.
DETIK.COM memberitakan bahwa
akibat kepergian kedua jenderal tersebut ke Amerika Serikat, rapat kerja
dengan Komisi III DPR dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) batal
digelar. Sebab musababnya ya karena Kepala BNN Gories Mere tengah
berpergian ke luar negeri.
Wakil Ketua Komisi III Nasir Djamil
menjelaskan rapat dengan BNN sedianya digelar pukul 10.00 WIB di Gedung
DPR. Namun pihak BNN mendadak meminta penjadwalan ulang rapat.
“Sekretariat komisi pukul 09.45 WIB memberi tahu BNN minta reschedule
rapat. Tapi tidak ada penjelasan Pak Gories kemana, saya baru tahu Pak
Gories ke Las Vegas dari media,” kata Nasir di Gedung DPR, Jakarta, Rabu
(23/5/2012).
Nasir menyayangkan pembatalan mendadak
rapat kerja ini. Pasalnya Nasir yang akan memimpin rapat hendak
menanyakan perkembangan kinerja BNN dalam pemberantasan narkoba. “Kami
sudah siapkan sejumlah pertanyaan terkait tugas BNN termasuk upaya
pemberantasan narkoba di Lapas. Kami akan jadwal ulang rapatnya,” tutur
Nasir.
Seperti diketahui,Chairman Artha Graha
Network Tomy Winata mengajak beberapa petinggi Polri (kelompok GORIES
MERE) ke Las Vegas, AS terkait kerjasama dengan MGM Hospitality,
pengelola hotel bergengsi di dunia. Tomy menggandeng MGM Hospitality
sebagai pihak pengelola hotel, Convention Center, service apartemen di
rencana proyek gedung tertinggi di Indonesia Signature Tower 638 meter,
111 lantai di SCBD, Jakarta.
Acara penandatanganan yang berlangsung di
Hotel Bellagio, di Las Vegas 21 Mei 2012 dihadiri sejumlah Pejabat
kepolisian Indonesia yang kompeten dalam bidang keamanan, diantaranya
adalah Penasehat Senior Satuan Tugas Khusus Kontra-Terorisme Komisaris
Jenderal Polisi Gories Mere, Direktur Penindakan Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme Brigadir Jenderal Polisi Dr.Petrus Reinhard
Golose dan Kepala Bidang Intelejen Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes
Polri Komisaris Besar Polisi Marthinus Hukom.
Betul bahwa nama Gories Mere cukup
dikenal di negara ini tetapi barangkali tak semua orang bisa mengetahui
secara detail manuver-manuver di belakang layar dari kelompok eksklusif
Gories Mere.
Pada tahun 2007 lalu misalnya. Gories
Mere didampingi seorang rekannya yang biasa menangani masalah terorisme
mengadakan presentasi ilegal di hadapan sejumlah jurnalis senior dari
media besar Indonesia. Mengapa disebut ilegal ?
Sebab tidak ada izin dari pimpinannya
saat itu di Mabes Polri, baik dari Kapolri Jenderal Polisi Sutanto,
ataupun dari Kabareskrim Komjen, Bambang Hendarso Danuri yang menjadi
atasan langsung dari Unit Densus 88 Anti Teror Polri. Usut punya usut
(terutama setelah rekaman presentasi itu didengar dengan seksama),
ternyata Gories Mere berani menuding TNI sebagai otak di balik peledakan
bom di Indonesia.
Polisi asal Flores yang sudah pensiun per
tanggal 1 Desember 2012 ini bahkan tak segan menyebut nama 2 perwira
tinggi TNI, yang satu adalah Jenderal bintang 4 yang sudah purnawirawan,
dan yang satu lain Jenderal bintang 3 TNI yang sampai saat ini masih
aktif. Kelakuan Gories Mere ini “dilaporkan” oleh seorang wartawati
senior yang kebetulan mendengar kabar tentang manuver Gories Mere
tersebut.
Ia melaporkannya kepada Menkopolhukkam
Widodo AS, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang saat itu dijabat
Sjamsir Siregar, Kapolri Jenderal Polisi Sutanto dan Kabareskrim Komjen.
Polisi Bambang Hendarso Danuri. Tak lama setelah wartawati senior itu
datang menemui Jenderal bintang 4 (purnawirawan) dari kalangan TNI
tersebut, Gories Mere ditelepon oleh Jenderal bintang 4 tersebut.
Tak bisa berkelit dari senior kalangan
TNI, Gories Mere meminta maaf dan mengaku bersalah telah sembarang
bicara dan menghasut seperti itu. Kemudian, sebuah joke juga disampaikan
oleh perwira tinggi TNI yang kebetulan tahu masalah ini. “Bilang sama
Gories Mere, tidak usah melawak dia di Indonesia ini. Apa dia mau jadi
Jenderal Petruk ? Mau melawak kerjanya ?” kata sang Jenderal dengan
sangat tenang dan dingin.
Gories Mere masih punya manuver yang tak
diketahui kalangan umum di Indonesia. Barangkali karena terlalu dominan
diberi peluang menangani terorisme selama belasan tahun, Gories Mere
merasa paling berkompeten mengetahui dan menelikung institusi Polri
dalam hal-hal tertentu.
Saat Mabes Polri hendak membeli alat
sadap buatan Israel dengan merek GI 2, diam-diam Gories Mere melakukan
kontak dengan perusahaan yang memproduksi alat sadap itu.
Atas pengakuan Gories Mere sendiri kepada
seorang wartawati senior yang punya relasi cukup baik dengan kalangan
perwira tinggi Polri. “Saya bertemu dengan pengusaha yang menawarkan
alat sadap itu. Kami bertemu di Madrid, Spanyol” kata Gories Mere kepada
wartawati itu pada pertengahan bulan Juni 2007.
Hal ihwal yang dibicarakan adalah Gories
mengecek daftar harga dan detail mengenai transaksi pembelian alat
sadap. Saat itu jabatan Gories Mere hanya sebatas Wakabareskrim tetapi
memang dialah yang mendominasi penanganan terorisme di Indonesia. Tak
ada atasannya yang tahu dan bisa melarang Gories Mere melakukan apa saja
yang tidak berkoordinasi dengan institusinya sendiri yaitu POLRI.
Dan tak ada juga yang bisa tahu,
kongkalikong apa yang dibuat oleh Gories Mere dengan perusahaan Israel
yang ditemuinya di sebuah negara yang sangat amat jauh dari Indonesia.
Gories Mere cenderung berjalan sendirian kemanapun ia ingin pergi (tanpa
koordinasi), seolah merasa sangat yakin bahwa tak akan ada yang berani
melawan dan menentang apa saja kehendaknya.
Lalu apa hubungan semua cerita tentang
sepak terjang Gories Mere dengan Kepala Lembaga Pendidikan Polri,
Komisaris Jenderal Polisi Oegroseno, yang terpampang fotonya di atas
kalimat ini ? Ada, sangat ada hubungannya …
Saat ini Gories Mere dan kelompoknya
diduga kuat sedang bermanuver menelikung Mabes Polri dalam rangka
menggagalkan pelantikan Komjen Polisi Oegroseno sebagai Kepala Badan
Narkotika Nasional (BNN) yang baru.
Sumber KATAKAMI.COM menyebutkan
bahwa sesungguhnya Presiden SBY sudah memutuskan untuk memilih dan
melantik Komjen Oegroseno sebagai Kepala BNN yang baru. Tetapi Gories
Mere sedang berjuang keras agar “orang-orang binaannya sendiri (yang
pangkatnya masih tergolong sangat rendah dan junior untuk bisa
dipromosikan sebagai Kepala BNN). Undang Undang mewajibkan bahwa
satu-satunya “pintu” yang secara resmi dapat menyodorkan nama calon
Kepala BNN kepada Kepala Negara adalah Kepala Kepolisian Republik
Indonesia.
Dan di era kepemimpinan Kapolri Jenderal
Timur Pradopo serta Wakapolri Komjen Nanan Sukarna, Wanjak (Dewan
Kebijakan) POLRI yang wajib bersidang dan menentukan nama-nama yang bisa
mutasi, promosi dan naik pangkat di jajaran Polri beranggotakan 15
orang perwira tinggi Polri.
Untuk bisa menghasilkan 1 nama resmi yang
diajukan kepada Kepala Negara untuk menjadi calon Kepala BNN,
kewenangan penentuan nama calon bukan pada Kapolri atau Wakapolri secara
pribadi.
Tahapannya adalah sebagai berikut :
Tahapan pertama : Wakapolri memimpin
Rapat Pra Wanjak yang beranggotakan 15 orang perwira tinggi Polri. Dalam
tahapan ini, Wakapolri sebagai pimpinan rapat (sidang) Pra Wanjak guna
meminta masukan dari 15 orang perwira tinggi anggota Wanjak, nama-nama
siapa yang bisa dipertimbangkan menjadi calon Kepala BNN.
Selanjutnya, masing-masing calon akan
ditelusuri rekam jejaknya sepanjang berkarier di POLRI. Dewan Pra Wanjak
yang akan membahas detail pertimbangan tentang nama-nama calon untuk
dikerucutkan menjadi 1 nama saja. Bila rapat pra Wanjak sudah sepakat
memilih 1 nama, maka hasil dari rapat pra wanjak itu akan masuk ke
tingkatan Kapolri. Kapolri juga tidak menentukan sendirian.
Tahapan kedua, adalah dimatangkan dalam
rapat bersama Kapolri. Pada tahapan penentuan akhir inilah yang disebut
Rapat Wanjak (rapat sebelumnya yang dipimpin Wakapolri disebut Rapat Pra
Wanjak). Kapolri juga akan memanggil pejabat utama inti di Mabes Polri
untuk membahas pengajuan nama yang disampaikan Rapat Pra Wanjak. Tapi
jumlah pejabat yang dipanggil rapat, tak sebanyak pada Rapat Pra Wanjak
yang dipimpin Wakapolri.
Selanjutnya, bila disetujui, maka barulah
Kapolri menanda-tangani surat pengajuan resmi kepada Presiden SBY
tentang satu nama calon Kepala BNN yang baru. Untuk menggantikan Komjen
Polisi PURNAWIRAWAN Gories Mere yang resmi pensiun per tanggal 1
Desember 2012, Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengusulkan satu nama
kepada Presiden SBY untuk dipilih sebagai Kepala BNN yang baru yaitu
mengusulkan nama Komjen. Polisi Oegroseno dari Angkatan 1978. Saat ini
usia Oegroseno adalah 56 tahun. Oegroseno lahir tanggal 17 Februari 1956
dan akan resmi pensiun dari POLRI tanggal 1 Maret 2014 mendatang.
Namun Gories Mere bersikeras menggagalkan
keputusan Presiden SBY yang menunjuk Oegroseno sebagai Kepala BNN yang
baru karena kabarnya Gories sangat ingin orang-orang binaannya sendiri
yang naik sebagai Kepala BNN.
Gories Mere lupa bahwa Undang Undang
mengharuskan pengajuan nama calon Kepala BNN harus melalui institusi
POLRI, tidak bisa melalui orang per orang. Gories Mere lupa bahwa Undang
Undang sudah mengatur bahwa KAPOLRI atas nama Mabes POLRI yang berhak
untuk secara resmi mengajukan nama calon Kepala BNN. Dan pengajuan
itupun sudah melalui dua tahapan yang sangat penting di jajaran POLRI
yaitu tahapan PRA WANJAK dan WANJAK.
Kalau misalnya ada Jenderal bintang 1
atau Jenderal bintang 2 yang diharapkan Gories Mere naik sebagai Kepala
BNN, tapi keduanya masih sama-sama sangat junior dan minim pengalaman di
bidang reserse, Dewan Pra Wanjak dan Wanjak POLRI berhak dan punya
wewenang penuh menolak nama-nama itu. Sebab yang dibutuhkan untuk
menduduki jabatan Kepala BNN adalah perwira tinggi bintang 3 atau
perwira tinggi bintang 2 yang sudah sangat senior.
Sudah terlambat kalau Gories Mere ingin
menggagalkan keputusan Presiden SBY memilih Komjen Oegroseno menjadi
Kepala BNN yang baru. Presiden SBY juga perlu diingatkan bahwa pengajuan
nama Oegroseno sebagai calon Kepala BNN sudah melalui tahapan dan
prosedur tetap resmi dalam sistem yang berlaku di Polri yaitu tahapan
pra wanjak dan wanjak. Istana Kepresidenan harus menghormati sistem yang
berlaku dan bekerja secara resmi dalam institusi Polri.
Gories Mere saat ini sudah menjadi mantan
atau bekas Kepala BNN. Ia sudah demisioner. Bahkan sudah resmi pensiun
dari masa kedinasan aktif di jajaran POLRI. Sebagai seorang pensiunan
(purnawirawan), jika Gories Mere ingin menyampaikan aspirasi kepada
Presiden SBY maka satu-satunya wadah yang paling tepat adalah
menyalurkannya lewat PERSATUAN PURNAWIRAWAN POLRI.
Ikutilah aturan yang berlaku dalam
institusi yang resmi. Sebab Indonesia bukannya negara sirkus yang bisa
seenaknya membuat seorang pensiunan mendikte dan mengatur kepala negara,
memaksakan polisi-polisi karbitan untuk menduduki sebuah jabatan yang
sangat prestisius seperti Kepala BNN.
Dan patut dicurigai, apakah ada mafia
atau cukong besar yang barang kali patut dapat diduga bermain di
belakang semua upaya menggagalkan Komjen Oegroseno menjadi Kepala BNN ?
Sebab Oegro dikenal sangat lurus, bersih, tegas, berani dan punya
integritas tinggi dalam kariernya sebagai polisi.
Kalau memang tidak punya salah, kalau
memang tidak punya bisnis atau kerajaaan narkoba, dan kalau tidak punya
kongkalikong dengan kalangan mafia atau cukong cukong hitam narkoba,
kenapa harus takut sama Oegroseno ? Beberapa minggu lalu, saat namanya
masuk dalam bursa calon Kepala BNN, Oegroseno sudah mendapatkan teror.
Semua alat komunikasi Oegroseno telah
disadap dan diganggu oleh pihak-pihak tertentu yang mulai tak nyaman
dengan pencalonannya. Hingga akhirnya Oegro menuliskan sebuah sindiran
sangat halus dalam status blackberry-nya : “Sesama perwira tinggi POLRI
Sebaiknya Jangan Saling Menyadap Dan Tidak Menyalah-gunakan Alat Sadap”.
Teror pada Oegroseno mengingatkan pada
sebuah SMS yang dikirimkan oleh seorang teroris di Indonesia ini saat
Gories Mere menginformasikan kepada sang teroris bahwa ada wartawati
yang terus “mengadu” kepada para pimpinan POLRI tentang dana-dana yang
diberikan kelompok Gories Mere kepada para mantan teroris atas nama
“de-radikalisasi”.
Dengan sangat lancang, teroris yang tidak
tahu malu itu pernah mengirimkan sebuah SMS yang berbau SARA kepada
wartawati tersebut yaitu mengirimkan sebuah ayat injil untuk memberikan
sinyal.
Caranya, ia kirimkan SMS kepada Gories
Mere, lalu dari handphone Gories Mere di forward pesan SMS itu kepada
sang wartawati. Gories Mere menggunakan nomor handphone-nya sendiri
untuk mengirimkan pesan SMS dari teroris tadi.
Tak jelas apakah Gories Mere yang
menyuruh atau tidak, tetapi dalam SMS yang sangat panjang lebar itu,
sang teroris menyelipkan sebuah ayat injil dari Kitab Lukas 23 : 34 yang
isinya tentang seruan Yesus berbunyi : “Ya Bapa, ampunilah mereka
karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan”.
(Padahal dari sisi keimanan, para teroris
yang sudah meledakkan Indonesia ini yang harus disadarkan tentang
perbuatan-perbuatan biadab mereka. Bukan justru dipakai untuk menteror
jurnalis). Sang wartawati lantas tak habis akal, ia pergi ke mesin ATM
untuk “iseng” mengecek identitas nomor telepon yang digunakan oleh
Gories Mere.
Sebab dari mesin ATM, sepanjang kita
mengetahui nomor handphonenya maka kita akan dapat membaca nama pemilik
nomor tersebut dan jumlah tagihan setiap bulannya. Dan ternyata, nomor
telepon yang bertahun-tahun digunakan Gories Mere (08** 999 999 ) bukan
atas nama dirinya melainkan atas nama TOMY WINATA.
Bahkan tagihan atas nomor tersebut setiap
bulannya juga dibayar oleh TOMY WINATA. Bukankah sebenarnya ini adalah
bentuk gratifikasi ? Sayang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak punya
nyali mengusut dan menangkap Gories Mere dan kelompoknya jika
terindikasi menerima hadiah atau gratifikasi dari pihak lain.
Apalagi tagihan handphone milik Gories
Mere yang terdaftar atas nama TOMY WINATA, tak cuma sejuta atau dua juta
melainkan sering diatas Rp 25 juta setiap bulannya untuk satu nomor
08** 999 999. Luar biasa keistimewaan dan kemewahan yang didapat Gories
Mere dari Tomy Winata,
Sebab Gories Mere yang diajak untuk
menikmati acara plesiran ke Amerika dibayari Tomy Winata bulan Mei 2012,
kemudian adik kandung Gories Mere juga bekerja di klub malam milik Tomy
Winata yaitu Night Club MUSRO, dan selama bertahun-tahun Gories Mere
jugalah menggunakan nomor telepon milik Tomy Winata (bahkan dibayari
setiap bulan).
Wah, dunia internasional bisa tertawa
kalau Presiden di negara ini bisa didikte dan diatur oleh seorang
pensiunan yang jabatannya telah demisioner. Termasuk Aan, yang menjadi
korban rekayasa narkoba tahun 2009, barangkali akan ikut tertawa kalau
Presiden kalah melawan kelompok eksklusif Gories Mere yang sangat
ketakutan pada sosok Oegroseno.
Saat kasus rekayasa narkoba yang menimpa
Aan terjadi, Oegroseno menjabat sebagai Kadiv Propam Polri. Oegro dengan
sangat amat tegas mengusut oknum-oknum polisi yang memukuli Aan di
Kantor Tomy Winata yaitu di Gedung Artha Graha. Dari hasil pemeriksaan,
Propam Polri menegaskan bahwa oknum Polisi tersebut terbukti bersalah.
Saat itu, Satgas Mafia menyentil nama Gories Mere sebagai salah satu
perwira tinggi POLRI yang ada di balik rekayasa kasus narkoba yang
menimpa Aan.
Mungkin Aan bisa ikut menyanyikan dan
menikmati keindahan lirik lagu MUNAJAT CINTA yang diliriknya telah
diganti dan diplesetkan oleh tangan kanan Gories Mere yaitu Petrus
Golose.
[Chorus:]
Tuhan kirimkanlah aku,
KOMANDAN yang, baik hati dan banyak UANG-NYA
yang mencintai aku, apa adanya…
Tuhan kirimkanlah aku,
KOMANDAN yang, baik hati dan banyak UANG-NYA
yang mencintai aku, apa adanya…
[KbrNet/KataKami]
Pelaku Penyerangan LP Sleman adalah Aparat Kepolisian
Posted by KabarNet pada 30/03/2013
http://kabarnet.wordpress.com/2013/03/30/pelaku-penyerangan-lp-sleman-adalah-aparat-kepolisian/
Selama
ini Kopassus Hanya diam, berbagai statement dari beberapa kalangan yang
terlihat Pintar tapi Bodoh yang cenderung menjadi Fitnah dan menuduh
tanpa bukti. Terutama ANJING-ANJING BEGAJUL AMERIKA YANG BERNAMA KOMNAS
HAM.
Jika mereka bisa memberikan
pendapat dan menuduh, adalah Hak Kami juga, sebagai Prajurit Kopasus
juga untuk menyampaikan pendapat. kita harus melihat permasalahan ini
berdasarkan Fakta, Bukti, urutan kejadian dan TKP.
Sebelum kita membahas permasalahn yang sebenar-benarnya, saya akan menjelaskan secara singkat siapa sebenarnya 4 orang yang DISIKSA KEMUDIAN DITEMBAK DI LP CEBONGAN SLEMAN
1. Bripka Yohanis Juan Manbait alias Juan
adalah Anggota Polresta Jogja berdinas di Polsekta Jogja, Bripka Juan
adalah mantan Pidana Polda Jogja yang baru dibebaskan oleh satuannya
karena menjadi Bandar Narkoba. Bripka Juan adalah Pemasok Narkoba utama
di Hugos Caffe dan Bosse.
2. Benyamin Sahetapy alias Decky adalah
Residivis yang baru keluar dari penjara akibat melakukan pembunuhan
terhadap warga Papua di Jogjakarta. Decky adalah Pengurus Ormas KOTIKAM
JOGJA (Komando Inti Keamanan), pekerjaan Decky adalah Keamanan beberapa
tempat Hiburan di Jogja, depkolektor, dan ketua preman di Jogja. Decky
adalah pemasok Narkoba ke beberapa tempat Hiburan di Jogja dari
Bandar-bandar Narkoba di Jogja diantaranya beberapa Oknum anggota Polda
Jogja.
3. Adrianus Chandra Galaja alias Dedy dan
Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, kedua orang ini adalah anak Buah dari
Bripka Juan dan Decky dan juga anggota Ormas KOTIKAM.
4. Ormas Kotikan ini diketuai oleh Sdr.
Rony Wintoko, Ormas ini selalu membuat keributan di Jogja selain
pengedar Narkoba, beberapakali melakukan tindakan Kriminial penganiayaan
dan pembunuhan, kelompok ini pernah melakukan penganiayaan yang
berujung kematian terhadap Mahasiswa asal Bali dan anggotanya yang
bernama Joko dkk melakukan pengeroyokan terhadap terhadap anggota
Yonif-403 Jogja, serta penikaman terhadap Mahasiswa asal Timor leste.
puncaknya adalah kejadian Penganiayaan di
Hugos Café Maguwoharjo Depok Sleman DIY yang di lakukan oleh Kelompok
Ormas KOTIKAM (Komando Inti Keamanan) Yogyakarta. terhadap anggota
personel Kopassus An. Sertu Santoso hingga meninggal Dunia.setelah di
visum penyebab kematian Korban adalah, Luka benda Tumpuldi bagian
kepala, luka tusukan dan bacokan benda tajam 23 cm didada sebelah kiri
dan 6 rusuk Patah.
1. kejadian bermula pada hari Selasa
tanggal 19 Maret 2013 pukul 00.40 korban datang ke Hugos Café bersama 1
rekan, kemudian terjadi keributan antara Korban dengan sdr. Dedy alias
Adrianus Chandra Galaja kemudian Sdr. Dedy menghubungi Bripka Yohanis
Juan Manbait alias Juan, sdr. Benyamin Sahetapy alias Decky dan
Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi Di asrama Polresta Jogja. Kemudian mereka
mendatangi Hugos Cafe.
2. Sesampai di dalam hugos Café Sdr. Decky bertanya kepada korban “ Kamu dari Mana“ ? lalu korban menjawab “saya anggota Kopassus”.
Saat itu posisi yg paling Depan adalah atau yg paling dekat dengan
Korban adalah Bripka Juan Dan disebelah kiri korban adalah sdr. Dedy
serta disebelah kanan korban adalah sdr. Adi. kemudian Decky menantang
Korban untuk berkelahi sambil melemparkan asbak ke arah Korban, setelah
melempar Korban, Decky masuk ke dalam Café. Kemudian saat keluar Decky
memukul kepala Korban menggunakan Botol yg ada dimeja didepan Korban,
mengenai pelipis kanan korban hingga botol pecah, saat korban terhuyung
dan akan Jatuh tiba-tiba sdr. Dedy menikam korban sambil belati ditarik
tepat pada bagian dada sebelah kiri, Setelah melakukan penusukan Dedy
melarikan diri.
Saat Korban Jatuh, 3 org tidak dikenal (3
org ini diperkirakan Anggota Polri, krn datang bersama dengan Bripka
Juan dari Asrama Polresta Jogja) menendang dan memukul Korban yang
sudah terkapar, Melihat kejadian tersebut, Bripka Juan berteriak “Tolong dibawa”,
langsung ke 3 org tersebut menyeret Korban dengan menarik bagian kaki.
Dan pada saat kejadian tersebut, banyak anggota Polda Jogja yang
berkunjung ke Hugos Kafe. selanjutnya korban dibawa oleh security menuju
RS Bethesda menggunakan Taksi, saat dalam perjalanan Korban meninggal
dunia. Dengan mengalami luka
Cat : Decky kemana-mana selalu membawa Belati
3. Setelah kejadian, 4 dari 7 pelaku di
tangkap, Bripka Juan ditangkap di Rumah Dinas Polresta Jogja oleh Polda
Jogja, adalah Bohong jika Bripka Juan melawan saat ditangkap, saat
ditangkap dia kooperatif, hanya ada kekhawatiran dari Bripka Juan saat
penangkapan, karena beberapa preman binaannya ingin melawan aparat.
Kemudian Bripka Juan dan aparat Polres Sleman menuju rumah Decky.
Kemudian sdr Decky ditangkap. Saat penangkapan Decky juga tidak melawan.
Namun berdasarkan pengakuan dari yang bersangkutan, beberapa barang miliknya hilang diantaranya, Kalung Salib Emas dan uang +- 20 juta hilang dari tempat tinggalnya.
Dia hanya bisa mengamankan 2 batu cincinya. Kemudian dilanjutkan
penangkapan sdr Dedy dan Adi, Penangkapan ke-2 tersangka ini dilakukan
oleh Anggota Intel Korem Jogja. Awalnya 4 pelaku ini ditahan di Polres
Sleman, karena alasan Khawatir, oleh Polda pelaku dipindahkan ke Rumah
Tahanan Polda. Dan menjalani pemeriksaan. Langsung dijadikan tersangka
4. Pada tanggal 20 Maret 2013, Jam 10.00,
Sertu Sriyono anggota Korem Jogja di Bacok oleh Sdr. Marcel, Marcel
adalah rekan dari 4 tersangka yang telibat pengeroyokan Sertu Santoso,
juga Anggota Ormas KOTIKAM
5. Dari pemeriksaan ini, mulai terungkap
bahwa Bripka Juan masih aktif di Polsekta Jogja, Bripka Juan sdh mengaku
bersalah dan siap mempertanggungjawabkan, dgn alasan Khawatir dan Ruang
Tahanan sdg direhab, pihak Polda berencana pada esok harinya jam 09.00
akan memindahkan 4 tahanan ini untuk dititipkan ke LP Sleman.
6. Pada saat itu juga, seluruh Anggota
Grup-2 Kopassus, diperintah oleh Komandan Grup-2 Kopassus, tidak ada
yang keluar Asrama tanpa terkecuali, dan dilaksanakan Apel pengecekan
dari Pagi Hingga Malam.
7. Pada tanggal 22 Maret 2013, pada jam
08.45 diadakan sidang PDTH (pengakhiran Ikatan Dinas dengan tidak
hormat) terhadap Bripka Juan. Pada Jam 09.00, 4 tahan ini dititipkan di
LP Sleman.
8. Pada tanggal 22 Maret 2013, jam 09.00
11 tahanan di dibawa ke LP Sleman utk menunggu sidang pengadilan. 4
tahanan kasus pengeroyokan Serka Santoso dan 7 tahanan Narkoba. Mereka
dikawal Brimob dengan sejata lengkap dan di ikat
9. Pada tanggal 23 Maret 2013, jam 01.30
LP Sleman diserang orang tidak dikenal, dan menembak Mati 4 tahanan
pelaku pengeroyokan Serka Santoso.
diatas kita sudah membahas, Fakta di Lapangan.
berdasarkan kejadian di atas, dan keterangan Kepolisian terdapat Banyak kejanggalan, diantaranya :
1. Bripka Juan tidak terlibat pada kasus
pengeroyokan Serka Santoso di Hugos Cafe Jogja, justru Bripka Juan yg
melerai dan menolong Korban, jadi tidak ada alasan kekhawatiran dari
Pihak Polda Jogja bahwa ada tindakan Balasan dari Kopassus atas kejadian
tersebut. Situasi ini sengaja diciptakan sendiri oleh Polda Jogja, Dan
tidak ada alasan Kopassus mengincar Bripka Juan. Dikalangan Polresta dan
Brimob Jogja, Bripka Juan kurang disukai oleh rekan rekannya.
2. Polda Jogja telah berbohong, dengan mengatakan bahwa Bripka Juan adalah pecatan, terbukti
Bripka Juan disidang pemecatan dilakukan setelah pengeroyokan di kafe
Hugos. Dan sidang berlangsung hanya 5 menit, 15 menit sebelum
dipindahkan ke LP Sleman. Menanggapi Sidang pemecatan tersebut, Bripka
Juan mengatakan, “saya juga penyidik, saya tahu ini janggal, tapi
nanti saya akan banding setelah 8 hari, dan akan mengungkap 3 anggota
Brimob yang terlibat pemukulan , menendang, menginjak dan menyeret
anggota Kopassus itu , ini adalah persaingan yang sengaja
menyingkirkan saya, dari pernyataan ini sudah jelas bahwa Bripka Juan
adalah Bandar Narkoba, dan ada Anggota Polda Jogja lain yang menjadi
Bandar Narkoba.
3. Awalnya 4 pelaku menolak dititipkan ke LP Sleman, Tapi Polda Jogja tetap Ngotot membawa mereka, dengan alasan Ruang Tahanan Polda sedang Direhab, tapi
setelah di cek, Ruang tahanan tersebut masih Layak dan tidak ada
perbaikan. Setelah diperiksa dan Sebelum dibawa ke LP Sleman, Bripka
Juan meminta kepada istrinya untuk menyiapkan jas yang bersih dan rapi, seolah-olah dia tahu bahwa dia akan mati, sambil mengatakan “Saya
mengaku bersalah, saya cinta Korp Polri dan negara ini, Jikapun saya
Mati, saya ingin mati secara terhormat seperti Prajurit Tentara”.
Bripka Juan dalam tekanan berat dan merasa jiwanya terancam. Saat
dimasukkan kedalam blok LP Sleman Bripka Juan Sempat menunjukkan
Respeknya kepada petugas, dengan mengambil sikap siap, dan memberikan
penghormatan walaupun tangannya di ikat dan ditodong dengan senjata oleh
Anggota Brimob(“kepada Petugas, Hormat Gerak, tegak Gerak“). Bripka Juan juga mengatakan, “saya kok diperlakukan seperti Teroris, di ikat dan ditodong dengan Senjata”
4. Sampai saat ini Polda Jogja, tidak mau mengungkap dan menangkap siapa Pelaku yang menendang serta Menyeret Korban (Serka Santoso), hal ini sempat menjadi tanya tanya dari Bripka Juan, Bripka Juan mengatakan “biasalah Polisi, yang penting sudah nangkap satu, agar terlihat berhasil”
berarti 3 orang ini masih Buron, beberapa Rekan Bripka Juan disatuan
Brimob Jogja juga melihat kejanggalan dari kasus ini, seperti Rekaman CCTV di Hugos Cafe telah di edit dan dirusak Oleh Penyidik Polda Jogja, yang telihat di Rekaman CCTV hanya saat pemukulan yang dilakukan oleh Sdr. Decky dan penusukan yang dilakukan oleh Sdr. Dedy, kejadian awal saat Korban dan pelaku datang tidak ada, Decky melempar Korban dengan Asbak, demikian juga saat Korban ditendang dan diseret oleh 3 orang yang dikenal oleh Bripka Juan.
Rekan Bripka Juan pun (sesama anggota Polda Jogja) melihat kejadian ini
janggal, dalam waktu kurang dari 24 jam pelaku ditangkap dan dijadikan
tersangka, kemudian dititipkan di LP Sleman, kemudian di eksekusi di LP
Sleman. Untuk menekan Pihak Hugos Kafe berkaitan dengan rekaman CCTV,
Polda Jogja mengancam akan menutup Hugos Kafe, semua orang tahu bahwa
Perijinan Usaha bukan di Kepolisian atau Polda tapi Hak dari Pemda DI
Yogyakarta. Bukan kepolisian. Dalam hal ini Polisi tidak punya Hak,
sudah melampaui wewenang.
5. Pada awalnya, Ka Lapas Sleman
keberatan atas penitipan tersebut, karena tidak sesuai dengan prosedur
dan 2 dr 4 tersangka, dalam keadaan luka, sebelum di bawa ke LP sdr.
Dedy dipanggil oleh org yg menyeret serka santoso di kafe Hugos, saat
keluar seluruh badannya memar dan lebam. Kemudian sdr. Adi 3 gigi
depannya tanggal serta bibirnya bengkak berdarah. Awalnya Ka Lapas akan
mengembalikan tahan titipan tersebut ke Polda, tapi tdk ada jawaban dari
Polda, kemudian jika mlm ini tdk bisa, Ka Lapas akan tetap
mengembalikan ke 4 tahanan titipan tersebut ke Polda jogja.
6. Sertu Sriyono anggota Korem Jogja,
dibacok oleh Sdr. Marcel, di bacok di bagian kepala sebelah kiri. Marcel
adalah anak buah dari Bripka Juan, rekan Decky, Dedi dan Adi, Korban di
Bacok karena menangkap Sdr. Dedi dan Adi dan menyerahkannya kepada
Penyidik Polda Jogja.
7. Sebelum di titipkan ke LP Sleman,
Bripka Juan dihadapkan ke Sidang Pemecatan di Polda Jogja, sidangnyapun
singkat hanya 5 menit, ini adalah Sidang Penjatuhan Hukuman tersengkat
di dunia, hanya 5 menit, hal ini membuktikan bahwa
Polda sengaja memojokkan Bripka Juan, setelah dipecat dalam wakktu 5
menit, bripka Juan dan 3 tersangka lainnya di titipkan ke LP Sleman.
Yang dibawa ke LP Sleman, bukan hanya Bripka Juan CS, tapi termasuk 7
Tahanan Polda Jogja terkait Kasus Narkoba. Tapi Sdr. Marcel pelaku
pembacokan Sertu Sriyono tidak di titipkan di LP Sleman.
8. Kemudian mereka di masukkan ke dalam
Sel, yang mengantar Anggota Brimob, hingga ke dalam ruangan Tahanan LP.
Sleman, Bripka Juan ditempatkan 1 ruang dengan Decky di Blok-5,
sedangkan Dedy ditempatkan 1 ruang dengan Sdr. Adi di Blok-10. Dari
penempatan Blok, nomor serta isnya sudah jelas, ini sebagai titik tanda,
dan hanya mereka ber-4 yang menempatinya, sedangkan 7 tahanan Narkoba
ditempatkan ruangan lain. disini terlihat mulai terlihat kebohongan
aparat Kepolisian Jogja, dimedia massa ke 4 korban di eksekusi di
hadapan 11 tahanan lainnya, sambil bertepuk tangan, sangat tidak masuk
akal bahwa pasukan terlatih yang menyerang dengan cepat masih sempat
m,embuat Drama.
9. Berdasarkan Tuduhan Begajul Amerika
bernama Komnas HAM, Hendardi dan kecoak kecoaknya serta Jenderal Banci
Antek Amerika yang bernama Wiranti. Pelaku penyerangan di LP Sleman,
menggunakan penutup Wajah, senjata lengkap, menggunakan 5 kendaran,
mereka adalah orang yang terlatih, pertanyaannya adalah, benarkah hanya
Kopassus yang terlatih di negeri ini ? Anjing Pelacaknya Brimob juga
terlatih. tapi tidak hanya Kopassus yang terlatih, Masyarakat sipil dan
aparat lainpun terlatih Densus-88 juga terlatih, jika yang dituduh
adalah anggota Kopassus itu kemungkinan kecil. Karena Para Pelaku
penyerangan yang lebih dari 16 orang, sepertinya sudah kenal betul
dengan Lingkungan dan situasi LP Sleman, terbukti:
a. Pelaku penyerangan juga Tahu dimana
meletakkan Mobil, karena mereka masuk ke Area LP Sleman menggunakan 5, 4
mobil langsung menuju Area LP Sleman dan 1 menunggu diluar.
b. Pelaku tahu betul dan hafal dimana letak CPU yang menyimpan rekaman CCTV LP. Sleman, kemudian dicuri oleh penyerang.
c. Pelaku penyerangan Tahu, bahwa sistem
penguncian di LP Sleman dari dalam dan Luar, setelah mereka melumpuhkan
penjaga di depan dan merampas Kunci, kemudian membuka pintu dengan
Kunci, merusak pintu dan membuka kunci dalam dari lobang pecahan Pintu.
d. Pelaku penyerangan juga mengetahui dimana ruangan ke-4 tahanan tersebut dititipkan, kemudian mengeksekusinya
Kejadian ini sepertinya sudah
direncanakan dengan Matang dan para pelaku tahu dan hafal Area LP
Sleman. Sehebat apapun Kopassus, hal ini tidak mungkin dilakukan dalam
waktu 16 Jam, sedangkan Kopassus tidak pernah ke LP Sleman dan melakukan
pengamatan sampai ke dalam ruangan LP Sleman, yang tahu situasi dan
keadaan LP Sleman adalah aparat yang mengantar Tahanan, Masyarakat dan
keluarga penghuni LP Sleman.
10. setelah dibantah oleh beberapa
anggota Kopassus, Pihak Lapas mulai membuat Skenario cadangan mencari
alasan, agar mereka tidak terlihat Kongkalikong dengan Polda, dan kami
Yakin bahwa Pihak Lapas Sleman dalam tekanan Polda, dengan membuat
cerita Bohong :
- Sekelompok orang bersenapan laras panjang datang dengan lima minibus Toyota Avanza dan Innova. Ada juga saksi yang melihat lima orang mengendarai sepeda motor.
- Lima belas orang di antaranya melompati pagar yang tingginya tak sampai 1,5 meter. Sekitar dua-lima orang berjaga di luar penjara.
- Satu orang menggedor gerbang penjara dan menyodorkan surat meminjam tahanan.
- Setelah mengancam akan meledakkan Lapas, 15 penyerang masuk ke ruang portir. Di sana mereka sempat menyiksa delapan sipir.
- Dari ruang portir, sebagian menyebar. Ada yang menuju ruang kepala lapas untuk mengambil kamera CCTV. Ada juga yang menjemput Kepala Keamanan Lapas Margo Utomo untuk mengambil kunci blok dan sel empat tahanan yang diincar.
- Empat penyerang masuk ke blok empat tahanan itu. Tapi hanya satu yang masuk ke sel dan menembak empat tahanan itu.
pertanyaannya adalah :
a. Dari rangkaian kegiatan ini apakah Waktunya Cukup 15 menit seperti yang diberitakan.
b. awalnya Lapas mengaku, Pelaku menggunakan 5 mobil, sekarang ada se[peda Motor.
c. Pelaku menyodorkan Surat peminjaman
Tahanan, Pihak Lapas ingin berbohong tetapi malah berkata jujur dan
menjelaskan bahwa yang tahu mengenai Surat Peminjaman Tahanan hanya ada 2
institusi, yaitu : POLISI DAN KEJAKSAAN, (kemungkinan sangat kecil
menuduh Kejaksaan)
d. Ada yang menuju Ruang Ka Lapas, untuk
mengambil Kamera CCTV, Hal ini menunjukkan bahwa pelaku sangat tahu dan
hafal benar letak serta isi Lapas, termasuk Kamera CCTV, yang tahu letak
benda tersebut hanya 2 institusi, yaitu Lapas dan Polisi.
e. 1 orang masuk kedalam sel dan menembak
4 pelaku, cerita Rambo yang dibuat, 1 orang ini hebat sekali, masuk
sendiri ke dalam sel dan menemnbak 4 pelaku, jika demikian,
pertanyaannya adalah siapa yang menyiksa Bripka Juan hingga tangan
Kirinya Patah ? dan yang menusuk Bripka Juan hingga terdapat 4 luka
tusuk di badannya ? HAL INI MEMBUKTIKAN CERITA BOHONG PIHAK LAPAS SLEMAN.
11. Para Pelaku langsung menuju ruang
Tahanan dan mengeksekusi 4 tahanan, Ke-4 tahanan tersebut ditembak Mati
di 2 ruangan berbeda. Krn di TKP terdapat Selongsong Peluru kaliber 9 mm
dan 7,62 mm, tapi keterangan Kadiv Humas Mabes Polri mengatakan di TKP
hanya ada selongsong munisi kaliber 9 mm tidak menyebut selonsong munisi
lain. Kemudian kondisi Bripka Juan selain luka tembak di Kepala¸
terdapaT. 2 luka tusukan di dada kanan dan lengan kirinya Patah.
Sedangkan Adi selain luka tembak, terdapat luka memar di wajah sebelah
kiri dan pergelangan tangan kiri Patah. Sedangkan Decky dan Dedy hanya
terdapat Luka tembak. Jadi tidak benar pemberitaan dari media bahwa ke 4
tahanan tersebut langsung diberondong oleh penyerang, krn 2 diantaranya
sempat dianiaya terlebih dahulu.
12. Mendengar ada kejadian penyerangan
dan pembunuhan di LP Sleman, Komandan Grup-2 langsung mengumpulkan dan
mengecek anggotanya hal tersebut selain perintah dari Pangdam IV
Diponegoro juga menjadi Protap di Kopassus apabila ada kejadian, asrama
langsung di Alarm. Jarak tempuh antara Sleman dengan Jogja adalah + 1,5
Jam, jadi tidak mungkin dalam waktu tersebut mereka bisa tiba dengan
cepat di Asrama Grup-Kopassus Kartosuro dan bisa hadir saat apel
pengecekan. Apalagi Pintu Ksatrian Grup-2 Kopassus jika Malam Hanya 1
Pintu yang di Buka, itupun harus melewati 2 Pos penjagaan, jadi sangat
kecil kemungkinan anggota Kopassus terlibat dalam pnyerangan tersebut.
Dan hal ini bertambah janggal, karena saat kejadian Polda Jogja dan Jawa
tengah tidak melakukan sweeping dijalan guna mencegah pelaku melarikan
diri, tapi hal ini tidak dilakukan.
13. Mengenai pembentukan Opini Publik
oleh Media Masa yang seolah-olah bahwa pelaku penyerangan tersebut
adalah Kopassus dan secara tidak langsung menuduh Kopassus serta
pernyataan Anggota Kimisi 3 DPR RI, Ahmad Yani, hal ini menandakan bahwa
Anggota dewan yang terhormat ini Memang Bodoh dan asal Bacot (nasehat
buat anggota dewan yang terhormat ini "PAK YANI... D]\KALAU TIDAK TAHU LEBIH BAIK DIAM, DIAM JUGA BISA MENUTUPI KEBODOHAN”, cenderung memojokkan Kopassus dengan mengatakan ;
a. Masalah Jogja adalah masalah Hukum, berarti wewenang Keamanan ada di tangan Kepolisian bukan TNI.
b. Senjata yang digunakan adalah Senjata Organik TNI, sudah jelas adalah senjata yang digunakan oleh TNI
c. Kok Pangdam IV, Cepat mengambil
kesimpulan, bahwa tidak ada anggotanya yang terlibat, Pangdam ini bisa
di copot, sudah jelas kok, Senjata yang digunakan untuk menyerang adalah
Senjata TNI Jenis SS-1, buatan Pindad.
d. Penyerang juga menggunakan Rompi Anti Peluru. Dan senjata Khusus?
e. Media TV One memberitakan
Kalau Media massa sudah jelas, siapa yang
meminta penayangan berita saja yang di publikasiskan, selama ini
Kopassus diam saja tidak menanyakan dan melakukan konfrensi Pers tentang
anggotanya yang di Bunuh, Jika Anggota Komisi-3 DPR RI Ahmad Yani saja
bisa dikelabui dan dibohongi oleh Polda Jogja, media dan kelompok yang
berkepentingan dikelabui, bagaimana dengan Rakyat, Tapi Bapak Ahmad Yani tidak melakukan atau memberikan pendapat tentang Proses pemecatan Bripka Juan yang tidak sesuai prosedur,
pemecatan dilaksanakan setelah kasus ini mencuat yang sebelumnya, Pihak
Polda menyatakan bahwa Bripka Juan adalah pecatan Polda Jogja.
Pertanyaanya adalah :
a. Dari mana Pak Ahmad Yani dan Media
tahu bahwa senjata yang di gunakan oleh penyerang menggunakan senjata
SS-1 Pindad ? kuat dugaan adalah beliau menonton hasil Rekaman CCTV,
jika dari Rekaman CCTV, berarti pemberitaan media selama ini bahwa saat
penyerangan Pelaku menggondol CCTV adalah berita bohong yang sengaja
dihembuskan, seolah olah pelaku penyerangan lihai dan terlatih. Jika
benar itu senjata SS-1 Pindad, tentu ada nomornya, berapa Nomornya ?
jika beliau menonton dari hasil rekaman CCTV, Berarti CPU yang menyimpan
data rekaman CCTV di LP Sleman tidak hilang tapi sengaja disembunyikan.
sekarang terbukti, pendapat Anggotai Dewan yang terhormat Komisi-3 DPR
RI bernama Ahmad Yani adalah SALAH DAN MENUNJUKKAN KEBODOHANNYA, PANTAS
SAJA DEPARTEMEN YANG DI PIMPIN PARTAI SI KELEDAI INI ADALAH DEPARTEMEN
YANG TERKORUP.
b. Apakah Ahmad Yani tahu pengertian
Senjata Khusus ? dan pernah melihat serta menggunakan senjata tersebut ?
SS-1 Bukan senjata Khusus, senjata Khusus adalah senjata Sniper dan
Mitraliur. SS-1 Bukan senjata Khusus tapi Senapan Serbu jadi SS-1 adalah
Senapan Serbu-1, Dan Kopassus tidak menggunakan SS-1, yang menggunakan SSI-1 adalah Brimob
c. Mengenai pencopotan Pangdam-IV /
Diponegoro karena cepat mengambil kesimpuan atas kejadian tersebut, kita
tidak tahu apakah Pak Ahmad Yani punya wewenang atau Tidak yang jelas
Pernyataan Pangdam-IV / Diponegoro adalah Benar, cepat mengambil
kesimpulan bahwa tidak ada anggota TNI apalagi Kopassus yang terlibat,
dari pernyataan Pak Ahmad Yani saja sudah dijawab sendiri oleh Pak Ahmad
Yani “bahwa pelaku penyerangan menggunakan Senjata SS-1 Pindad, mengapa dijawab sendiri ? “KARENA GRUP-2 DAN SELURUH ANGGOTA KOPASSUS TIDAK MENGGUNAKAN SENAPAN SS-1 PINDAD” yang menggunakan senjata SS-1 dan FNC kaliber 5,56 mm adalah BRIMOB POLRI DAN BRIMOB JOGJA MENGGUNAKAN SENJATA SS-1, FNC DAN AK-101 CHINA. Dan
sangat tidak mungkin Anggota Kopassus bisa keluar senjata sembarangan
karena Jam 17.00 gudang senjata sudah ditutup, tidak ada senjata, munisi
dan Bahan peledak yang keluar masuk. Jikapun ada harus melalui beberapa
prosedur, mulai dari melapor ke Pejabat, melapor ke pejabat, mengurus
Surat ijin, menghubungi pejabat Gudang, munukar kartu keluar masuk kunci
senjata, karena seluruh senjata di Kopassus dirantai dan di Gembok,
mengurus surat serah terima senjata dll, belum lagi melewati 3 lapis
kunci pintu gudang senjata. Aparat yang mudah mengakses senjata di
Indonesia ini adalah BRIMOB POLRI.
d. Pak Ahmad Yani lupa selain rekaman
CCTV, di TKP terdapat Selongsong Peluru 7,62 mm, yg digunakan oleh
senjata AK-47, yang menggunakan Senjata AK-47 adalah BRIMOB POLRI,
kemudian terdapat Selongsong munisi 5,56 mm / MU-5 TJ, munisi ini bisa
digunakan di senjata SS-1 Pindad, M-16 A1, dan senapan AK-101 China,
yang menggunakan senapan SS-1 Pindad dan AK-101 China adalah BRIMOB POLRI.
e. Tentang Rompi Anti Peluru, mungkin yang dilihat adalah Fet yang berbentuk Rompi, terlihat berwarna Hitam, sedangkan DI GRUP-2 KOPASSUS MEREKA MEMILIKI 2 JENIS ROMPI ANTI PELURU YANG MEMILIKI CORAK LORENG TNI DAN LORENG DARAH MENGALIR. Yang menggunakan Rompi Anti Peluru berwana Hitam adalah BRIMOB POLRI.
14. Pernyataan Polda bahwa ke 4 tersangka ditangkap oleh Polda dan barang Bukti Botol dan Pisau ditemukan di TKP.
Pernyataan tersebut tidak benar, Polda hanya menangkap Bripka Juan dan
Sdr. Decky, sedangkan Adi dan Dedi ditangkap oleh Intel Korem. Barang
bukti pisau ditemukan bukan di Hugos Kafe, tapi ditemukan di tempat
tinggal Sdr. Dedy bukan di Hugos Kafe. Akibat penangkapan tersebut,
Marcel mebacok Sertu Sriyono karena melakukan penangkapan terhadap
beberapa pelaku pengeroyokan Seru Santoso.
15. Polisi tidak konsisten menangani
permasalahan Jogja, serta cenderung mencari pembenaran, Pembentukan
Opini Publik sudah keluar dari Substansial permasalahan yang sebenarnya,
pelaku pengeroyokan Serka Santoso berjumlah 7 orang, 3 masih Buron,
kemudian keterkaitan pembacokan Sertu Sriyono yang dilakukan oleh Marsel
sampai saat ini tidak diuangkap, apa motof dari pembacokan tersebut,
serta kesalahan prosedur pemecatan Bripka Juan oleh Polda Jogjakarta.
16. Dari runtutan
kejadian, Korban, Barang Bukti di TKP, serta UPAYA pembentukan opini
Publik oleh Polri melalui media massa, yang cenderung menutupi kejadian
yang sebenarnya, sangat jelas bahwa ini adalah Fitnah. KESIMPULANNYA ADALAH TNI APALAGI KOPASSUS TIDAK TERLIBAT KASUS PENYERANGAN DI LP SLEMAN,
mengapa pihak Kepolisian tidak melakukan pembuktian terbalik. Tanpa
menuduh pihak dan Institusi tertentu, yang jika dikaitkan satu sama lain
baik korban, TKP, Bukti di TKP serta kegiatan. Tidak satupun
menunjukkan keterlibatan Kopassus maupun institusi TNI. Polri harus
jujur dan Fair dalam mengungkap dan menangani kasus Jogja, membuka siapa
saja yang terlibat, seluruh pelaku termasuk 3 orang yang masih buron
dan tidak pernah diungkap oleh Polri, tanpa harus menutup-nutupi serta
berbohong, tanpa berusaha seolah olah dipojokkan, dan menunjukkan Barang
bukti yang sebenarnya, termasuk rekaman CCTV di Hugos Kafe secara utuh
tanpa di edit dan di rusak, karena merusak barang bukti adalah suatu
tindakan kejahatan melawan Hukum.
17. Ada Upaya Pihak Polda Jogja
menutupi kasus yang sebenarnya dengan mengalihkan isu penyerangan
terhadap LP. Sleman. teorinya sangat Gampang :
- Yang menyidik 4 Korban adalah Polisi
- Yang mengantar Korban ke LP adalah Polisi
- yang memasukkan tahanan ke ruang
Tahanan adalah Polisi. dari sini mulai terbukti bahwa, sebelum di
eksekusi, Adi dan Dedy sempar berbaur dengan 11 tahanan Narkoba
lainnya, kemudian ketahuan oleh Polda dan dikembalikan ke ruang Tahanan
A-5
- Yang mengetahui lingkunagn LP adalah Polisi
- yang sering ke LP adalah Polisi.
- yang tahu letak CCTV adalah Polisi.
18. Saat terjadinya penyerangan di LP,
SELURUH APARAT KEPOLISIAN JOGJA DAN JAWA TENGAH, TIDAK ADA SATUPUN YANG
MELAKUKAN SWEEPING, DAN AJAIBNYA SAAT KEJADIAN, SELURUH REKAMAN CCTV
YANG MEMONITOR LALU LINTAS TIDAK BERFUNGSI.
yang bisa mengaktifkan dan mematikan CCTV lalu lintas adalah Polisi.
19. di TKP hanya terdapat 13 Selongsong
munisi, sekarang mulai di buat buat, seolah olah terlihat brutal dan
sadis, belakangan ditemukan 31 proyektil di tubuh ke 4 korban, teorinya
Amerika dipakai, dinggal angkanya di balik. bertambah lagi kebodohan
aparat ini, sama dengan kasus antasari, sangat aneh dan janggal,
senapan Munisi 7,62 mm pelornya bersarang di badan? jika
manusia di jejer 4 orang kemudian ditembakkan dengan Senapan AK-47 maka
ke 4 orang tersebut akan tembus, jadiiiii, TIDAK MUNGKIN MUNISI KALIBER
7,62 MM, bersarang di badan.
20. ada lagi yang mengatakan bahwa korban
diberondong, itu adalah Bohong ! Decky, Dedy dan Bripka Juan ditembak
dari belakang dalam keadaan tiarap, peluru melintas dari bagian belakang
badan tembus di depan. untuk Bripka Juan luka tembak dari kepala kanan
tembus ke kiri tepat dibelakang kuping,, sedangkan Sdi, ditembak dari
depan dalam keadaan Jongkok
Mungkin anda akan mengira bahwa tulisan
dan fakta di atas adalah suatu kebohongan dan mengarang ngarang
: perhatikan foto di bawah ini dan Uji Balistiknya, KAMI MENANTANG
SELURUH AHLI BALISTIK POLRI UNTUK MENJELASKAN GAMBAR INI :
Mayat Benyamin Sahetapy alias Decky,
decky mengalami Luka tembak di perut sebelah kiri dan ulu Hati,
kemungkinan Korban di tembak saat duduk, terlihat di Gambar selongsong
munisi kaliber 7,62 mm, dan pelor mengenai tembok (lingkaran Kuning).
Korban ditembak saat membelakangi Pelaku karena bekas luka masuknya
pelor lobangnya terlihat kecil, (tempat keluarnya pelor, luka akan
terbuka keluar dan besar).
Mayat Bripka Yohanis Juan Manbait alias
Juan, karena Luka tembak di Bagian belakang Kepala dari luka yang cukup
besar, dan kepala bagian belakang terbuka, kuat diduga munisi yang
digunakan adalah kaliber 7,62 mm digunakan di Senjata AK-47, selain luka
tembak, di dada kanan korban terdapat beberapa Luka Tusuk benda Tajam,
dan Lengan Kiri Patah, terlihat di Gambar lengan kiri Korban tertekuk.
Bripka Juan dieksekusi setelah Sdr. Decky di eksekusi, Kaki yang nampak
di Gambar adalah Kaki saudara Sdr. Decky, terlihat ada darah kepala
Bripka Juan yang muncrat di kaki Kanan Sdr. Decky (lingkaran Kuning).
Panah merah adalah lintasan peluru saat Bripka Juan di tembak. Terlihat
selongsong munisi kaliber 5,56 mm di bagian atas kepala Korban
(lingkaran Putih).
Korban, Dedy alias Adrianus Chandra
Galaja, terdapat 2 luka tembak di Punggung Kiri, korban ditembak dari
belakang, tampak terlihat selongsong munisi kaliber 5,56 mm (lingkaran
Kuning) Sdr. Adi berada di Kaki sdr. Dedy.(Panah Merah)
Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, Korban di
tembak tepat di bagian pipi sebelah kiri tembus ke belakang,
kemungkinan Korban di tembak dalam keadaan Jongkok, terlihat percikan
darah di tembok serta Pantulan peluru (lingkaran Kuning), pergelengan
tangan kiri korban terlihat Patah. Terdapat selongsong Munisi Kaliber
7,62 mm (lingkaran merah), sedangkan darah yang merembes di dekat tangan
Adi adalah Darah sdr. Dedy. (Panah Kuning, Posisi sdr. Adi), Arah
Lintasan Peluru (Panah Merah).
Korban, Dedy alias Adrianus Chandra Galaja, setelah badannya di balik.
KESIMPULANNYA ADALAH :
- 1.POLDA JOGJA JANGAN MENUTUPI KEJADIANNYA KONFLIK PERSAINGAN KARTEL NARKOBA DI ANTARA ANGGATA POLDA JOGJA.
- 2.POLISI SEGERA MENANGKAP 3 ORANG ANGGOTANYA YANG MELARIKAN DIRI SAAT KEJADIAN DI HUGOS KAFE, SATU BERNAMA HARUN DAN SATU LAGI BERNAMA DAVID SERTA SEORANG PERWIRA POLDA JOGJA.
- 3.KASUS PERSETERUAN INI SEBENARNYA ADALAH PERSETERUAN ANTARA KELOMPOK UGOH SENO DAN KELOMPOK GORIES MERE.
- 4.PELAKU PENYERANGAN LP SLEMAN ADALAH UNIT ZIBOM GEGANA DIDIKAN GORIES MERE
Oleh Idjon Djanbi [m.facebook.com]
KabarNet
Sok Tau yg Nulis....
BalasHapusJangan Asal Bunyi lah, kl cuma pakai Ilmu coccoklogi atau klaimnologi ya jadinya sesat dek, sekolah dulu biar pinter..
Lho trs 8 org kopassus yg disidang di mahmil jogja gmn? ada 3 org yg dipecat, hei tentara bloon, ingat ga kisah penembakan mahasiswa trisaksi thn 1998? kopassus gunakan seragam PHH polisi, berdiri diatas jln layang grogol lalu menembak mahasiswa, sy pun bs bunuh kopasus dgn seragam polisi,dan polisi nt yg kena sasaran,jd km goblok bner! tonton ini : https://www.youtube.com/watch?v=jWLkQSWPkmI
BalasHapus