Siapakah Oposisi Suriah?
http://detikislam.com/tsaqofah/analisis/siapakah-oposisi-suriah/
Pihak
oposisi terdiri dari banyak unit dari berbagai spektrum yang luas
dengan latar belakang berbeda yang ingin membentuk pemerintahan Islam di
satu sisi dan yang menginginkan pemerintahan sekular di sisi lain.
Kelompok-kelompok
Islam telah memainkan peran utama dalam penguasaan wilayah utara
Suriah. Dua kelompok pejuang yang mendapat perhatian paling banyak, baik
lokal maupun internasional dan bisa dibilang paling sukses adalah
Brigade Jabhah al-Nusrah dan Brigade al- Faruq.
Keduanya telah
menunjukkan efisiensi yang taktis dan kecakapan militer dalam operasi
mereka melawan pasukan rezim. Jabhah al- Nusrah telah mampu
mengendalikan dan mengamankan jalur-jalur pasokan dan melakukan tata
kelola yang menyediakan kebutuhan dasar atas barang dan jasa. Mereka
telah berhasil mengamankan infrastruktur penting negara seperti
bendungan-bendungan hidroelektrik, pabrik-pabrik gandum dan
lading-ladang minyak. Kelompok ini terlibat dalam Jihad (perjuangan
material) dan terdiri dari banyak individu yang berjuang melawan pasukan
AS di Irak.
Brigade al-Faruq secara
resmi dibentuk di Homs pada pertengahan tahun 2011 dan berhadapan dengan
rezim ketika mereka melakukan pengepungan atas Homs selama
berbulan-bulan. Sejak itu mereka telah memperluas operasinya ke selatan
menuju Dar’a hingga sejauh perbatasan utara Suriah-Turki. Apa yang
membuat balayon al- Faruq mendapat perhatian global adalah insiden pada
Januari 2012 ketika mereka menangkap tujuh agen Iran yang merupakan
Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Iran yang bekerjasama dengan pasukan
keamanan Suriah.
Di sisi lain, dari
kelompok-kelompok Islam terdapat kelompok-kelompok dan individu-
individu sekular yang terasing. AS, Prancis, Inggris, Turki dan Qatar
sangat cepat mendukung Dewan Nasional Suriah (Syrian National Council-
SNC). Dewan ini segera diakui sebagai perwakilan resmi oposisi Suriah.
Pada bulan November 2012, AS mengganti SNC dengan Koalisi Nasional
Suriah (Syrian National Coalitiion-SNC). Koalisi Nasional Suriah (SNC)
diciptakan untuk menggantikan SNC (Dewan Nasional Suriah) yang gagal
mendapatkan pengaruh dari para penjuang di garis depan pertempuran.
Di
antara dua faksi ini terdapat Tentara Pembebasan Suriah (FSA). FSA
terdiri dari para pembelot dari para personel militer Angkatan
Bersenjata Suriah dan para relawan. Pemimpin entitas ini adalah pembelot
pertama dari tentara Suriah, yakni Kolonel Riad Assad. FSA lebih
berfungsi sebagai organisasi payung dari sebuah rantai komando militer
tradisional. FSA tidak selalu mengeluarkan perintah langsung ke
unit-unit yang berjuang di bawah panji-panjinya. Banyak unit yang tidak
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari organisasi yang tidak
jelas.
Selain dari kelompok-kelompok
itu, ada sejumlah anggota Komite Koordinasi Lokal (LCCs) dan Dewan
Administrasi dengan berbagai tingkat pengaruh. Ada pula sejumlah
kelompok yang membentuk sistim oposisi Suriah yang akan
diimplementasikan pasca jatuhnya Bashar Assad yang belum dibahas atau
disepakati di awal.
Tanpa adanya peta
jalan, kekuatan-kekuatan eksternal dapat memanipulasi pasca jatuhnya
Assad untuk tujuan-tujuan mereka sendiri. Faksi- faksi oposisi Islam
yang paling berpengaruh belum mengajukan konstitusi atau suatu kerangka
kerja bagi negara. Padahal melakukan hal itu akan membuat transisi pasca
Assad Suriah menjadi proses yang berjalan lebih mulus.
Arsip untuk Maret 2013
Suriah, siapa bersalah ? Deritamu terasingkan propaganda simpang siur.
tinggalkan komentar »
http://anisavitri.wordpress.com/2013/03/
Suriah. Sangat mencemaskan dilihat dari video jurnalis Rusia, juga
berita TVRI. Yang pertama mendukung pasukan pemerintah Suriah. Yang
kedua, cenderung memihak pasukan pemberontak ( oposisi ). Ke mana hati
ini berpihak ?
Beruntung, ada orang2 berintegritas tinggi yang selama ini saya
percayai, memiliki data berharga juga analisis mereka (yang bisa
dicerna akal, logika, iman ), sehingga saya sampai pada satu kesimpulan
: pemerintah Suriah-lah yang seharusnya diselamatkan ( terlepas dari
kekurangan2 presiden Bashar Al-Assad ). Bukan pemberontak yang memakai
tangan asing untuk mewujudkan impian mereka ( membentuk khilafah )
secara brutal.
“Tidak ada jalan atas orang yang menzalimi manusia dan membuat
kerusakan di bumi dengan tidak benar, kecuali bagi mereka azab yang
pedih.” ( QS Asy-Syura : 42 ). Proses pencarian kebahagiaan di dunia
dan akhirat jangan sampai menimbulkan ketidakbahagiaan pada orang lain
dan alam sekitar. Hasil yang baik harus dilalui dengan proses yang baik.
Jika kaum oposisi di Suriah ingin mendirikan khilafah, seharusnya
mereka mengikuti cara damai Mesir. Melakukan proses dakwah yang panjang
dengan sabar sampai mayoritas rakyat Suriah menerima ide pemerintahan
Islam tersebut. Bukan memaksa, mengebom, menjagal dengan senjata dan
dana dari musuh2 Islam.
Lalu, bagaimana ceritanya ? ( motif, kronologi dan analisanya ).
Sebagian besar saya ambil dari Kajian Timur Tengah – Dina Sulaeman. Saya
merasa perlu merangkumnya, melihat pemberitaan di TV dan media lokal
yang masih bersuara mengikuti media mainstream, milik perancang
kekacauan di Suriah, Libya, Irak, dsb. Indonesia jangan sampai tidak
kritis melihat pertikaian di Suriah mengingat perannya kian besar di
masa datang. Jangan malu-maluin.
Suriah, Bashar dan Hafesz dan rekayasa konflik Sunni Syiah.
Suriah berpenduduk 22.517.750 orang ( tahun 2010 ). Muslim Sunni 74%,
Muslim Alawi-Syiah-Druze 16%, Kristen dan lainnya 10%. Presiden Suriah
sekarang : Bashar Al-Assad menggantikan ayahnya, Marsekal Hafesz
Al-Assad. Hafesz memimpin Suriah dengan keras ( diktator ). Bersama
saudaranya, Rifyad Assad, membawa Suriah melewati masa2 sulit Perang
Enam Hari melawan Israel ( tahun 1967 ). Hafesz menggantung Ellie Cohen,
mata2 Israel yang menyusupi pemerintah Suriah dan memberangus Ikhwanul
Muslimin.
Hafesz menerima Hamas berkantor di Damaskus ketika negara2 Arab
menolaknya. Hafesz banyak menampung pengungsi Palestina, diantaranya di
kamp Yarmuk. Bashar ( kalangan sipil/ dokter mata ) lebih lembut dari
ayahnya yang berlatar militer. Rezim Assad didukung Partai Ba’ath yang
didirikan tahun 1910 di Damaskus oleh tokoh Kristen, Michel Alfaq.
Assad seorang Syiah Alawi ( mazhab yang berbeda jauh dengan Syiah ala
Iran yang sangat patuh pada garis komando ulama ), dengan pandangan
hidup dan politik sekuler seperti Barat. Assad bukan pendukung
Wilayatul Faqih ( pemerintahan ulama di Iran ). Suriah berhubungan baik
dengan Iran karena faktor geopolitik ( sama2 anti Israel dan pembela
Palestina ), bukan mazhab. Karena Assad bersikeras tak mau berdamai
dengan Israel, maka ia harus dijatuhkan. Sentimen mazhab pun ditiupkan (
kebencian Wahabi pada Syiah ).
Orang fanatik , merasa benar sendiri , dengan senjata di tangan ? Brutal.
Mengerikan. Melihat orang bodoh- fanatik dipegangi senjata. Orang
yang merasa paling benar sendiri. Merasa kelompoknya, satu-satunya dari
73 golongan, yang benar. Bagaimana mungkin mereka bisa menjagal manusia
dengan brutal dan menuduh penjagalnya golongan lain ? Lalu, ingin
membangun khilafah di atas pembantaian sadis yang mereka lakukan dan
fitnahkan. Khilafah macam apa yang terbangun nanti oleh para barbar ini ?
Para barbar menyeret sejumlah orang untuk dijejerkan ke dinding lalu
dibombardir peluru selama 43 detik sampai tewas bermandikan darah.Para
jasad malang itu disebut Mustafa al-Sheikh, Ketua Dewan Tinggi Militer
FSA (oposisi) adalah shabiha yang bisa mereka bantai sesukanya. Ketika
mereka melakukan pembantaian massal terhadap warga Suriah (ditusuk,
digorok, dan ditembak jarak dekat), yang tak bisa dituduhkan ke tentara
Assad ( karena tidak ada bukti kehadiran militer di sana), barbar ini
lalu menciptakan musuh khayalan : shabiha (bermakna ‘hantu’) yaitu
milisi sipil pendukung Assad yang mereka bilang melakukan pembunuhan
sadis di seantero negeri.
Suriah, sejak 22 bulan lalu mengalami tragedi kemanusiaan ini. Bashar
al-Assad, presiden Suriah ( 2000 – skrg ), yang selama ini membantu
Hamas dan Hizbullah melawan Israel menjadi sasaran tembak AS-Israel kali
ini. Khaled Meshal (pejuang HAMAS), bertahun-tahun berkantor di
Damaskus dan mendapatkan fasilitas perlindungan penuh dari pemerintah
Suriah. Ketika barbar (sebagian yang disesatkan media dan rekayasa foto
menyebut mereka ‘mujahidin’) mengobrak-abrik Suriah, Meshal pindah ke
Qatar (negara penyuplai dana dan senjata para barbar). Assad menyindir
Meshal, “Sekelompok warga Palestina memperlakukan Suriah layaknya
hotel.”
Assad yang Alawy juga dimusuhi muslim garis keras dan media2 Islam
yang dulu berseberangan dengan media mainstream. Skenario Libya coba
dipentaskan lagi oleh zionis internasional ( Bernard Levy cs ). Kelompok
teroris dari Libya ( cabang Al Qaida ) dan negara2 Arab berbondong
masuk Suriah dan membuat kekacauan di sana. Israel juga sudah terjun ke
Suriah mengeruhkan suasana. Melakukan aksi teror yang menimpa warga
sipil, tentara dan anggota misi PBB ( UNSMIS ). Dinas rahasia AS ( CIA )
menyuplai senjata bagi orang2 bodoh ini. Pihak oposisi Suriah tak
cukup mendapat dukungan rakyat Suriah ( seperti juga Libya ) sehingga
perlu mencari bantuan asing, dari kafir sekalipun.
Front Al Nousra : kelompok oposisi yang banyak meledakkan bom di
fasilitas publik. Kaum oposisi Suriah rajin membantai dan mengunggahnya
ke internet dan menyebutnya korban tentara pemerintah Suriah. Media
massa mainstream ( berafiliasi dengan zionis, juga yang tidak kritis )
langsung melahap dan menyebarluaskan ke segala penjuru dunia. Assad
dibunuh karakternya habis-habisan oleh media2 ini dengan harapan bisa
segera terguling dari posisinya. Banyak rekayasa foto dan film yang
diunggah untuk memprovokasi opini publik. Korban Gaza dan Irak pun
dikatakan korban Assad. Gambar demo di Tunisia disebut demo di Suriah.
Gambar demo pendukung Assad disebut demo anti-Assad. Gedung hancur di
Palestina disebut gedung hancur di Suriah. Orang tewas bermandikan darah
di Palestina disebut korban pembunuhan Assad. Serangan brutal yang
dilakukan pasukan barbar diklaim sebagai serangan tentara Assad.
Bashar, sang sasaran tembak. Gara2 mendukung Palestina dan Hizbullah.
Kekurangan Bashar : tak transparan soal keuangan negara (di mata
Barat : belum mengembangkan demokrasi di Suriah, membantu perjuangan
rakyat Palestina, mendukung penuh Hizbullah ). Hamas ( Sunni ) dan
Hizbullah ( Syiah ) sama2 didukung Bashar karena mereka kelompok
perlawanan terhadap Israel. Kedua kelompok ini menjadi ancaman serius
Israel, karena secara kekuatan bisa mengimbangi, meski bukan pasukan
negara. Bahkan dalam perang darat 34 hari tahun 2006, Hizbullah
mengalahkan Israel.
Untuk melumpuhkan Hamas, Israel lalu memblokade Gaza. Untuk
melumpuhkan Hizbullah, Israel memutus jalur pendukungnya ( Suriah )
dengan mengganti presiden Bashar Al-Assad, seperti halnya Qaddafi (
yang mengirim bertruk-truk bantuan untuk rakyat Palestina saat diserang
Israel tahun 2009 ). Isu minus demokrasi di Suriah ditambah isu
sektarian ( konflik Sunni-Syiah ) menjadi bumbu operasi penggulingan
ini. Israel, AS, Arab Saudi, Qatar, Turki, ( juga Ikhwanul Muslimin
Mesir ), serta Eropa berada dalam blok Barat, melawan blok ( Timur )
Rusia, Cina dan Iran yang mendukung Assad.
Rusia berkepentingan melawan dominasi AS di Timur Tengah, karena
tinggal Suriah tempat berpijak Rusia setelah Libya jatuh ke tangan
Barat. Karena AS juga telah menempatkan perimeter anti-rudalnya di
Georgia ( dulu bagian Uni Soviet ). Cina diancam AS melalui pergerakan
AL AS di Pasifik. Cina menciptakan kapal perang anti radar yang membuat
AS was2. Iran tak disukai Saudi Arabia, Qatar dan negara Arab lainnya
karena menumbangkan Raja Reza Pahlevi ( sahabat penguasa Saudi Arabia )
dalam Revolusi 1979. Raja2 Arab itu kuatir revolusi tsb menulari negeri
mereka sehingga mereka tak berkuasa lagi. Iran lalu mereka sebut negara
Syiah ( bukan negara Islam alias sesat ). Iran berkepentingan di Suriah
karena Bashar bisa menjamin jalur logistik Hizbullah.
Israel dan Barat menggunakan segala cara untuk menurunkan Bashar,
termasuk mempersenjatai oposisi dengan senjata berat. Menggunakan media
dan PBB sejak tragedi pembantaian keji 25 Mei di Houla, Suriah ( Barat
segera menarik dubes2-nya ). Militer Suriah dituduh, padahal pelakunya
para teroris kiriman Barat, dan korban2 terbunuh itu adalah para
pendukung Bashar ( orang2 Alawi , salah satu sekte Syiah ). Sehari
sebelum tragedi Houla, sekjen PBB menyurati DK PBB, menginformasikan
kelompok2 teroris mapan-lah yang melakukan aksi teror di Suriah.
Indikasinya, bom2 yang digunakan sangat canggih. Saudi Arabia, Qatar,
Turki juga berperan tak kecil dalam kekacauan di Suriah. Mereka
digunakan untuk memperkeruh situasi, berharap AS dan NATO dapat
mengintervensi dengan payung PBB atas nama ‘kemanusiaan’.
Jubir Ikhwanul Muslimin, Mahmoud Ghozlan, menyerukan pengiriman
pasukan internasional ke Suriah, persis suara Israel, AS, dan Inggris.
IM ikut membiayai dan mendukung pasukan oposisi Suriah ( Free Syrian Army
) yang berbasis di Turki, bersama Arab Saudi dan Qatar. Keterlibatan IM
dimediasi faksi Hariri di Lebanon ( yang selama ini memang anti-Suriah
). NATO merekrut ribuan sukarelawan muslim dari negara2 Timur Tengah
untuk ikut bertempur bersama pemberontak Suriah. Turki menjadi tuan
rumah dari para ‘pejuang’ ini, melatihnya, dan menyusupkannya ke Suriah.
How could you, Mr Erdogan ?
Kenapa pemberontak mengemis bantuan asing ( imperialis ) ?
Kekuatan oposisi tidak mengakar luas di tengah rakyat sampai mampu
memicu kerusuhan besar-besaran. Ini hanya hasil operasi rahasia
intelijen AS dan NATO yang memicu kekacauan sosial dan mendestabilisasi
Syria. Sejak pertengahan Maret 2011, kelompok2 militan bersenjata yang
secara rahasia didukung intel Barat dan Israel, mulai meneror, menembaki
gedung2 pemerintahan, polisi dan masyarakat sipil. M 16 (Dinas Rahasia
Inggris) dan CIA pun hadir di Suriah.
Awalnya kaum oposisi bernaung di bawah panji Syrian National Council (SNC) dan Free Syrian Army (FSA) yang dibentuk di Turki. Sheikh Adnan
Al-Arour yang tinggal di Arab Saudi mereka dapuk sebagai pemimpin
spiritual. Al Arour berjanji jika ‘pasukan oposisi’ menang, kaum Alawi
akan dicincang dan diberikan ke anjing.
Kaum muslim ‘moderat’ ( dipimpin Ikhwanul Muslimin ), memilih
bergabung dalam National Coalition for Syrian Revolutionary and
Opposition Forces (dibentuk di Doha, Qatar). Koalisi baru ini didukung
Qatar, Arab Saudi, AS, Inggris dan Prancis yang selama ini membiayai,
mengirimi senjata, memfasilitasi kedatangan pasukan barbar ke Suriah.
Mereka juga akan melawan Assad.
Hizbut Tahrir ( termasuk dari Indonesia )
mengecam pembentukan koalisi baru ini.
Gabhat al Nousra, Ahrar Al Sham
Kataeb, Liwaa al Tawhiid dan Ahrar Souria memilih memisahkan diri dan
mendeklarasikan perjuangan membentuk khilafah di Suriah dengan cara
mereka sendiri.
Oleh pihak oposisi, rezim Assad dicitrakan sesat, kafir, kejam,
sedemikian brutal membantai rakyatnya sendiri. Untuk menutupi fakta
sebenarnya : AS dan Israel ingin mengganti presiden Assad dengan orang
yang mau ‘mengamankan’ kepentingan Israel. Sejak Januari 2011, warga
Suriah diseru via Facebook dan Twitter turun ke jalan. Tak banyak yang
datang (dibanding aksi demo di Kairo). Demo di Daraa, kota kecil
berpenduduk 75.000 jiwa, menelan korban tewas : 7 polisi dan 4
demonstran. Jika ada polisi tewas, berarti para pendemo bersenjata (bukan demo damai), apalagi markas Partai Baath dan kantor pengadilan
mereka rusak juga. Setelah tragedi Daraa, demo besar-besaran mendukung
Assad berlangsung di Damaskus ( 26/3/2011 ).
Rezim Assad sebetulnya berideologi sosialis dan haluan
pemerintahannya sekuler. Assad bermazhab Alawi sedang 80% rakyat Suriah
beraliran Sunni ( juga mayoritas pasukan Suriah ).Jika ingin
menumbangkan Assad tentu mudah saja. Tinggal berdemo masif
berminggu-minggu, tanpa senjata, seperti rakyat Iran ( ketika
menumbangkan Syah Pahlevi yang pro-Barat ). Tak perlu menjagal dan minta
bantuan kafir seperti kaum oposisi barbar ini. Itu artinya, mayoritas
rakyat Suriah pro-Assad.
Setelah menaruh Gabhat Al Nousra dalam daftar teroris ( karena akan
mendirikan khilafah ), AS pun mulai terjun langsung ke medan perang :
mengirim 6000 tentara ‘jihad’ ( 4000 dari Lebanon ). Diupayakan beberapa
mantan jenderal berhasil meraih kekuasaan lalu meminta bantuan
internasional. Isu penggunaan senjata kimia oleh Assad akan dijadikan
pretext perang yang melibatkan NATO atau PBB.
Intervensi kemanusiaan artinya serangan militer. Bukan bantuan kemanusiaan.
Negara adalah entitas berdaulat yang berhak penuh dalam mengendalikan
rakyat, menetapkan hukum dan mengamankan wilayahnya. Negara mana pun
tak berhak melakukan intervensi terhadap negara lain, apapun alasannya.
PBB menyatakan : sebuah negara tidak boleh melakukan serangan militer
terhadap negara lain, kecuali seizin Dewan Keamanan PBB. Dalam kasus
Irak, DK PBB sama sekali tidak memberikan izin, namun AS dan sekutunya
tetap menyerang Irak. Dalam kasus Libya, DK PBB memberi izin untuk
‘melakukan segala hal yang dianggap perlu demi melindungi rakyat sipil
Libya’ (dan kemudian disalahgunakan). Saat itu, Rusia dan China
abstain. Dalam kasus Suriah, Rusia dan China menggunakan hak vetonya dan
menolak dilancarkannya serangan militer atas nama PBB ke Suriah.
Doktrin humanitarian intervention pertama kali dikemukakan tahun
1800-an oleh Eropa dalam menghadapi Imperium Turki. Kriteria
justifikasinya saat itu : ‘ketidakadilan dan kekejaman’ yang menyinggung
moral Kristen dan peradaban Eropa. Eropa lalu merasa berhak melakukan
serangan militer ke wilayah2 yang dikuasai Turki : Yunani ( 1826 ),
Suriah ( 1860 ), Armenia ( 1896 ), dll. Realitas sebenarnya : agenda
kolonialisme Eropa terhadap Imperium Ottoman. Ketika Eropa menyerang
Turki, nilai2 kemanusiaan justru dilanggar, muslim mereka anggap kaum
barbar lalu diperlakukan secara brutal.
Kini muncul gerakan mengajukan NATO ke Pengadilan Penjahat Perang
Internasional dengan tuduhan melakukan intervensi terhadap negara
berdaulat, melakukan serangan dan pengeboman terhadap kota-kota, desa,
menghancurkan gedung-gedung, dan membunuh rakyat sipil yang tidak bisa
dijustifikasi sebagai kepentingan militer.
Dengan dukungan Rusia, pasukan Suriah akhirnya menyerbu Homs (9
Februari), setelah semua upaya mediasi dengan pasukan pemberontak (FSA) gagal. FSA akhirnya kalah dan mundur ke wilayah Emirat seluas 40
hektar yang langsung dikepung pasukan Suriah (pemerintah) sekaligus
merebut wilayah tsb (1 Maret). Pasukan FSA sempat membantai orang2
Kristen di dua desa, saat mereka melarikan diri ke Lebanon. Jumlah
pengungsi Suriah ke Lebanon lebih 122 ribu orang.
Ada apa dengan Dubes Stevens dan Direktur CIA Petraeus ?
Pengunduran diri Direktur CIA, Petraeus, sebenarnya terkait skandal
konsulat AS di Benghazi. Bukan kasus perselingkuhan, melainkan upaya
agar Petraeus urung memberi kesaksiannya atas Benghazi. Massa datang
berdemo ke gedung konsulat AS di kota Benghazi, memprotes pembuatan film
yang menghina Nabi Muhammad Saw. Lalu, datang 20 militan membombardir
gedung konsulat dengan RPG7 yang menewaskan Dubes AS ( Stevens ) dan 3
stafnya. Demo itu untuk pengalih perhatian bagi serangan yang sudah
direncanakan.
Banyak teroris Suriah datang dari Libya ( setelah penggulingan
Qaddafi ) dengan dukungan NATO dan AS. Sebagian besar dari Al Qaeda.
Benghazi, salah markas Al Qaeda (sumber utama pemberontakan di Libya
dan Irak) yang kini mengontrol sebagian besar Libya. Waktu Qaddafi
nyaris menggempur mereka, pesawat2 NATO melindungi Benghazi dan
menghentikan aksi Qaddafi. Pasukan oposisi Suriah, sebagian besar
teroris Al Qaeda. Oposisi Suriah telah dipersenjatai AS sejak tahun
2006. Pemerintah Libya pasca Qaddafi adalah penyandang dana terbesar dan
penyuplai senjata bagi oposisi Suriah.
Konsulat AS di Benghazi dipakai sebagai markas operasi rahasia CIA.
Keberadaan Kemenlu AS hanya kedok diplomatik. Misi CIA : mencari dan
membeli kembali senjata berat yang dijarah dari gudang2 senjata
pemerintah Libya. Mendiang Dubes Chris Stevens ( dibunuh karena )
dianggap mengetahui pengiriman2 senjata2 berat dari Libya untuk
pemberontak Suriah. Maret 2011, Stevens menjadi penghubung resmi AS
dengan oposisi Libya yang terkait al-Qaeda, berhubungan dengan
Abdelhakim Belhadj dari Libyan Islamic Fighting Group ( sekarang sudah
bubar ), dan sejumlah pasukan dari grup ini yang kemudian merenggut
nyawa Stevens dalam penyerangan.
Belhadj ( kontak utama Stevens selama revolusi Libya ) sebagai
direktur Tripoli Military Council bertemu dengan pimpinan Free Syrian
Army (FSA) di Istanbul dan di perbatasan Suriah-Turki untuk
membicarakan komitmen pemerintah baru Libya menyediakan uang dan senjata
bagi oposisi Suriah. Kapal Libya yang membawa 400 ton senjata (SA-7
surface-to-air anti-craft missiles, rocket-propelled grenades, dll)
lalu berlabuh di Turki sebelum ke Suriah. Senjata2 berat itu lalu
digunakan pemberontak untuk menembak jatuh helikopter dan jet tempur
militer Suriah.
1,2 mil dari konsulat AS di Benghazi ada markas CIA yang
pengamanannya jauh lebih canggih dari pengamanan di vila sewaan Stevens
maupun konsulat AS di Benghazi. CIA juga menyalurkan senjata bagi
pemberontak di selatan Turki. Kebijakan luar negeri AS (ditentukan
lobi2 zionis Israel: AIPAC, ADL, CFR, Rand Coorporation, Bilderberg,
dll) selama ini adalah mendukung para teroris untuk mencapai tujuan
geopolitik. Pemerintah AS secara konsisten merencanakan perubahan rezim
di Suriah dan Libya selama 20 tahun terakhir. AS memimpin perang melawan
terorisme di Afghanistan dan Irak, dengan dalih memburu Al Qaida dan
Osama bin Laden. Tapi di Suriah, AS justru bekerja sama dengan Al Qaida
untuk menggulingkan Assad. Al Qaida didirikan dan didanai AS.
Jihad ala Taliban dan Al Qaeda. Gurunya AS yang mencuci otak pelajar di ‘madrasah’.
Jihad artinya bekerja keras menjalani hidup di jalan yang diridhoi
Allah.
Namun, Islam dalam propaganda Barat adalah sumber terorisme (
ajaran jihad ). Jihad ala Taliban hasil ‘pendidikan’ AS. AS dengan dana
miliaran dolar menyuplai buku2 teks berisi gambar2 kekerasan dan ajaran
militan ke sekolah2 di Afganistan. Gambar pistol, peluru, tentara,
granat masuk kurikulum utama. CIA mendanai iklan2 di koran dan
newsletters di seluruh dunia, mengajak bergabung dengan ‘jihad’ ini.
Osama bin Laden merekrut 4000 relawan dari Arab Saudi dan berhubungan
dekat dengan pemimpin mujahidin paling radikal ( juga CIA, meski sejak
11/9/2001 mereka menampiknya ).
Osama (22 tahun) direkrut CIA tahun 1979 untuk dilatih di kamp
gerilyawan yang disponsori CIA. Pada era Reagan dimulai operasi rahasia
mendukung berkembangnya ‘fundamentalisme Islam’, menyusul ‘Perang
Melawan Terorisme Global’ ditiupkan setelah meledaknya menara kembar
WTC. Para pejuang kebebasan Islam (Islamic freedom fighters) itu kini dilabeli AS sebagai teroris. Habis manis sepah dibuang.
Dalam pendidikan ‘jihad’ini, AS bekerja sama dengan misi Wahabi dari
Arab Saudi. Taliban (berarti pelajar) yaitu pelajar di madrasah2 yang
didirikan Wahabi dengan dukungan CIA. Sistem pendidikan di Afghanistan
sebelum penjajahan Soviet adalah pendidikan sekuler. Namun, sejak
operasi pengembangan fundamentalisme Islam oleh CIA, jumlah madrasah
dari 2.500 ( tahun 1980 ), kini menjadi lebih 39.000 madrasah. ISI (dinas rahasia Pakistan) juga terlibat dalam operasi CIA ini dengan
merekrut dan men-training mujahidin. Dari tahun 1982 hingga 1992,
sebanyak 35.000 muslim dari 43 negara muslim di seluruh dunia direkrut
ISI untuk berjihad di Afghanistan.
Di Pakistan juga didirikan madrasah2 yang didanai Arab Saudi dengan
dukungan AS, untuk penanaman ‘nilai’ Islam ( yang mengerikan ).
Perempuan diwajibkan mengenakan burqa, dilarang bersekolah dan bekerja,
perempuan lebih baik mati ketimbang ditangani oleh dokter pria,
kekayaaan arkeologi Afghanistan, seperti patung Budha
Bamiyan, dihancurkan, dst.
Ketakutan menyebar ke seluruh dunia. Islam (
seolah ) identik dengan kekerasan, penindasan, fanatisme buta,
brutalisme, anti-toleransi. Ketika WTC ( milik pengusaha zionis ) itu
mereka ledakkan sendiri, segera Osama menjadi sang tertuduh, dikejar
hingga ke lubang tikus ( lalu di bunuh di villa persembunyiannya di
Pakistan ) .
Perang melawan terorisme ( judul iklannya ) dikobarkan
di seluruh penjuru dunia ( melariskan dagangan senjata pengusaha zionis
). Efeknya terus terasa : ketika terjadi teror di Norwegia langsung
‘teroris Islam’ dituduh. Meski terbukti kemudian bukan muslim pelakunya,
tiada kata maaf terucap. Kaum muslim yang termakan propaganda ini
menjadi sinis pada segala sesuatu berbau pemerintahan Islam. AS pun
dibiarkan mengobok-obok Afganistan, Iran, Irak, Libya, dan dunia Islam,
dengan dalih ‘membebaskan’ masyarakat dari ‘penindasan’.
Simbol kerukunan agama pun dibom. Mengobarkan kebencian antar etnis ?
“Apa yang mereka inginkan dari Suriah ?” tanya warga Jaramana, daerah
pinggiran kota Damaskus, Suriah, yang dikenal sebagai daerah
“pluralis”, setelah terjadinya aksi2 pemboman yang menelan lebih 50
warga sipil tak bersenjata tewas dan 120 org luka. Tak ada kantor dan
fasilitas militer di sini yang bisa dijadikan alasan
dilakukannya serangan.“Kota ini menampung semua orang dari seluruh
penjuru Suriah dan menyambut hangat semua orang yang datang ke sini,”
tambahnya.Kota Jaramana simbol kerukunan beragama dan pluralisme di
Suriah yang dilindungi negara. Islam Sunni, kaum Alawi, Kristen dan
Druze telah hidup rukun selama berabad-abad di sini. Mereka mendukung
presiden Bashar al Assad.Para pengebom ingin mengganti toleransi dengan
kebencian antar etnis.
Gerakan pemberontakan Syria dikendalikan zionisme internasional
dengan agen pelaksana : para ekstremis Wahabi Salafi yang melihat
pluralisme dan hubungan erat antar pemeluk agama sebagai “musuh”. Agen2
pelaksana lainnya adalah para “prajurit bayaran” yang mencari uang
dengan membunuh. Tak peduli siapa sasarannya, termasuk wanita dan
anak-anak sekalipun.
Kedua kelompok pemberontak ini disatukan misi : menghancurkan Suriah
sehancur-hancurnya. Cara termudah : memprovokasi pertikaian antar
kelompok agama dan etnis yang ( diharapkan ) melemahkan, dan lalu
menumbangkan pemerintah pusat yang selama ini menjadi pelindung
kebebasan beragama. Negara berada dalam pertikaian SARA yang tak
berujung.
Agenda zionis ( Israel, AS, Barat ) di Timur Tengah dan Afrika. Dominasi dan hisap minyak emasnya.
Zionisme internasional memandang Suriah pengganjal proyek zionisme di
Timur Tengah. Rezim Sunni di Arab, Turki, Mesir ingin menghancurkan
pengaruh Iran, sekutu dekat Suriah, yang kian kuat di kawasan. Jika
Suriah hancur, maka pengaruh Iran akan berkurang dan zionisme leluasa
mendominasi Timur Tengah.Kampanye pembebasan Suriah untuk demokrasi yang
didengungkan Barat hanya kedok untuk imperialisme sesungguhnya nanti.
Pelaku kampanye nyatanya negara2 paling tidak demokratis di dunia : Arab
Badui ( Arab Saudi, Qatar, dll ) yang tak kenal pemilu.
Berbagai aksi biadab, termasuk pembantaian di Houla akhirnya
terbongkar sebagai aksi keji pemberontak. Warga sipil, termasuk wanita,
anak, balita diberondong senjata ketika tertidur. Lainnya, digorok
lehernya. Pemboman masjid bersejarah di Aleppo memperlihatkan pasukan
pemberontak menikmati aksi brutal mereka. Pemerintah negara2 Barat dan
sekutu mereka biasanya membisu melihat kekejian ini. Atau mengecam, dan
menuduh pemerintah dan pasukan Suriah yang melakukan. Misalnya, saat
teror di Jaramana, tanpa penyelidikan dulu, pemerintah Amerika, Inggris,
Perancis, Arab Saudi, Qatar, Turki kompak mensponsori resolusi mengutuk
pemerintah Suriah. Untung, masih ada blogger2 berintegritas, para
pejuang keadilan dan media independen yang membongkar kebohongan2 itu.
Iran, Rusia, Cina, Irak, Venezuela, Bolivia, Kuba dan Lebanon
menganggap krisis Suriah sebagai kejahatan konspirasi Barat dan sekutu
regionalnya untuk mewujudkan dominasi Barat di Timur Tengah. Lebih 20
bulan gagal menggulingkan pemerintah Assad, teror pemberontak kian masif
dilakukan. ( di TV, saya lihat mereka minta bantuan internasional untuk
menuntaskan aksi keji mereka yang mereka sebut ‘perjuangan’ ). Iran
melihat permintaan ini ( dan kejahatan kian masif mereka ) sebagai
keputus-asaan dan sinyal penghabisan.
Mursi yang tertekan, mengabaikan Palestina. Tunjukkan solidaritas dan nyalimu !
“Saya yakin di era baru ini, bangsa Mesir akan bergerak menuju puncak
kehormatan dan kemajuan,” ujar Ahmadinejad pada presiden Mohamed Mursi (
sejak 30/6/2012 ) setelah keberhasilan referendum Mesir ( 25/12/2012 ).
Sejak Mursi berani mengeluarkan Dekrit 22 November, pemimpin Barat
dan media asing yang dulu mendukung revolusi Mesir sekarang menghujat
Mursi habis-habisan dan berusaha menggulingkannya. Demo pro-Mursi tidak
diliput. Media2 berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin dan blogger2 dari
Al Azhar lalu berjuang meng-counter pemberitaan Barat yang menyesatkan.
Tanpa dekrit, upaya perumusan konstitusi baru Mesir akan selalu diganggu
kelompok pro-Mubarak dan pro-Barat.
Hasil referendum berpihak pada konstitusi baru Mesir yang berhaluan
Islam. Iran menyebut Revolusi Mesir sebagai kebangkitan Islam ( sebagian
besar media dunia menyebut Revolusi Mesir sebagai kehendak rakyat
berdemokrasi setelah 30 tahun dibungkam rezim represif Mubarak ).
Jamaluddin Al Afghani, ulama Islam pemberani dan pejuang besar,
mendapati tempat yang tepat untuk melawan Barat dan Eropa adalah di
Mesir.Pemerintahan Islam dikehendaki sebagian besar rakyat Mesir. Kini
rakyat Mesir mendukung Ikhwanul Muslimin. Presiden Mursi dari Ikhwanul
Muslimin, dikenal saleh dan hafal Quran.Juli 2012, Mursi sempat membuka
gerbang Rafah ( bagi warga Palestina untuk berbagai keperluan ). Namun,
setelah 16 tentara Mesir dibunuh teroris, sejak Agustus 2012, Mesir
kembali menutup Rafah.( teroris itu bisa jadi suruhan Israel, karena
setelah membajak 2 kendaraan militer Israel lalu lari ke Israel.
Tujuannya, agar warga Palestina tetap terpenjara dengan ditutupnya
gerbang Rafah oleh pemerintah Mesir ).
Tentara Mesir juga mulai menutup terowongan2 Gaza dengan
membanjirinya dengan air. Operasi penghancuran terowongan galian itu
dikatakan untuk ‘mewujudkan keamanan di kawasan Gurun Sinai’.
Sebetulnya, Mursi terbelenggu oleh IMF setelah mendapati hanya tersisa
14 miliar dolar untuknya menjalankan roda pemerintahan Mesir. ( IMF :
dikuasai pengusaha zionis yang mewajibkan negara yang diperbudaknya
membayar kembali berkali lipat ( riba ), memaksa banyak hal seperti
mencabut subsidi yang memiskinkan rakyat dan menjual sumber daya alam
murah meriah ke perusahaan asing ).Tekanan yang diterima Mursi terkait
‘keamanan Israel’sehingga Mursi sedemikian lemah dalam membela
Palestina.
Warga Mesir pendukung Mursi sebaiknya mendorong Mursi agar tidak
menyerah pada kekuatan asing ( IMF, imperium kapitalis, zionis ). Lebih
baik mati syahid menjaga martabat muslim sejati dan belajar dari Iran,
bagaimana bisa tetap tegak menjaga kehormatan rakyat dan kedaulatan
negara dengan kekuatan sendiri. ( setelah mendirikan Republik Islam,
para pemimpin, pejabat dan ilmuwan Iran dibunuh teroris, namun rakyat
Iran tetap bertahan dan menolak tunduk pada kekuatan asing ).
Nasib Libya dan Suriah setelah dikeroyok para pembenci nan serakah.
Konflik di Suriah belum reda. Negara2 Barat, Turki, Arab Saudi,
Qatar, Emirat, Libya yang selama ini mendukung kelompok pemberontak (
dengan dana, senjata, pasukan ) masih terus melancarkan upaya
menghalangi proses stabilisasi di Suriah. Intervensi kemanusiaan (
‘Humanitarian Intervention’ ) adalah serangan militer bukan‘bantuan
kemanusiaan’ ( obat, uang ) ketika negara tertimpa bencana. NATO
dianggap boleh menyerang Libya dan menggulingkan Qaddafi karena konon
Qaddafi adalah diktator yang menyengsarakan rakyatnya. Kini, banyak
pihak ( akibat propaganda hitam pemberontak yang disebarluaskan media
mainstream milik pengusaha zionis dan media lokal yang tidak kritis )
menyerukan serangan militer AS dan NATO ke Suriah dengan alasan Assad
sudah membunuhi ribuan rakyatnya.
Libya, salah satu yang menjadi korban ‘Humanitarian Intervention’.
Tengok nasibnya kini. Libya yang sebelumnya salah satu negara terkaya di
Afrika, setelah hancur dibombardir NATO kini jatuh miskin dan terjerat
hutang. Para negara sponsor perang-lah yang menikmati konsesi minyak,
rekonstruksi Libya dari hutang baru Libya pada Barat.
Suriah, negeri indah yang kini luluh lantak setelah ‘disentuh’
Israel-AS-Barat. Lebih setengah juta warga Suriah kini mengungsi ke
Yordania dan sekitarnya. Perempuan2 Suriah menjadi korban perdagangan
perempuan. Dijual ke pria2 hidung belang negara2 Arab pendukung perang.
Media corong Barat dengan propaganda menyesatkan.
Aljazeera ( Qatar ), Al-Arabiya ( Saudi Arabia ), France24 (Perancis
), BBC ( Inggris ) and CNN (Amerika ) di bawah koordinasi jurnalis
Israel adalah media2 yang rajin menyebarkan propaganda bohong yang
memojokkan Assad. Video palsu tentang kerusuhan di Suriah juga dibuat
Danny Abdul Dayem ( 22 tahun, warga Suriah-Inggris ) bekerja sama dengan
Anderson Cooper dari CNN Amerika. Video ini menggunakan efek suara bom
dan letusan senjata seolah para aktivis sedang dibantai pasukan (
pemerintah ) Suriah.
Revolusi ( Arab Spring ) terus menggelinding ke berbagai negara di
Timur Tengah, seperti Yaman dan Bahrain. Berharap sampai menggilas rezim
zionis-Arab Saudi ( Islam-Amerika ). Gelombang protes massal juga
menghantam daratan Eropa : serunya aksi massa di Yunani, Spanyol,
Italia, Jerman, Inggris ( London ). AS di tubir kebangkrutan ekonomi ?
Israel digerogoti krisis multi dimensional ? Semoga hegemoni mereka
berakhir lebih cepat.
Setelah Libya, Suriah dan Iran, para gangster abad 21 ini akan
mengincar target lain di Timur Tengah yang kaya minyak, terutama.
Indonesia juga dipandang sebagai target untuk dipecah menjadi negara2
kecil agar kekayaan alamnya semakin mudah mereka eksploitasi.
Imperialisme Anglo-Amerika ( Barat ) – lah yang selama berabad-abad
melakukan kejahatan yang sama adalah musuh sebenarnya bagi Sunni, Syiah,
dan seluruh umat manusia dari berbagai agama dan ras. Skenario
disintegrasi di Suriah dan Libya perlahan sedang diimplementasikan di
Indonesia. Kita mesti cerdas melihat siapa kawan siapa lawan
sesungguhnya, sebelum Indonesia hancur seperti Libya.
Do we just get many lessons here, people ?
[]