Rakyat Palestina Diminta Kuat dan Bersatu
Minggu, 09 Desember 2012, 00:18 WIB
Reuters/Ahmed Jadallah
http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/12/12/09/meq2q1-rakyat-palestina-diminta-kuat-dan-bersatu
Khaled Meshaal melakukan sujud syukur saat tiba di Gaza, Jumat (7/12).
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY, PALESTINA -- Raky.at Palestina
diminta untuk tetap bersatu dan menolak konsesi wilayah Palestina atau
pengakuan terhadap Israel. Hal itu dikemukakan pemimpin Hamas yang
tinggal di pengasingan, Khaled Meshaal, Sabtu
"Palestina adalah tanah dan negara kita dari laut (Mediterania) sampai ke sungai (Jordan) dari utara sampai ke selatan, dan kita tidak dapat menyerahkan sejengkalpun atau sebagian dari tanah kita," katanya dalam satu rapat raksasa memperingati 25 tahun terbentuknya Hamas, dalam kunjungan pertama yang bersejarah ke Gaza.
"Perlawanan adalah jalan yang tepat untuk merebut kembali hak-hak kita, serta semua bentuk perjuangan--politik, diplomatik, hukum dan rakyat, tetapi semuanya tidak akan ada gunanya tanpa perlawanan," katanya.
Menyinggung soal persatuan ia mengatakan: "Kita adalah dalam satu kekuasaan tunggal, satu referensi tunggal dan referensi kita adalah PLO, yang kita ingin bersatu."
PLO adalah satu referensi pada Organisasi Pembebasan Palestina yang, dalam mata masyarakat internasional adalah satu-satunya badan yang diakui untuk berbicara atas nama seluruh rakyat Palestina."
Hamas bukan anggota PLO, tetapi Meshaal setahun lalu mengatakan bahwa pihaknya dan faksi-faksi lain sedang "menuju pada jalan untuk bergabung dengannya.
Pernyataan itu dapat dianggap sebagai usaha terbaru Hamas untuk berintegrasi dengan PLO dan mengkosolidasi barisan Palestina.
"Palestina adalah tanah dan negara kita dari laut (Mediterania) sampai ke sungai (Jordan) dari utara sampai ke selatan, dan kita tidak dapat menyerahkan sejengkalpun atau sebagian dari tanah kita," katanya dalam satu rapat raksasa memperingati 25 tahun terbentuknya Hamas, dalam kunjungan pertama yang bersejarah ke Gaza.
"Perlawanan adalah jalan yang tepat untuk merebut kembali hak-hak kita, serta semua bentuk perjuangan--politik, diplomatik, hukum dan rakyat, tetapi semuanya tidak akan ada gunanya tanpa perlawanan," katanya.
Menyinggung soal persatuan ia mengatakan: "Kita adalah dalam satu kekuasaan tunggal, satu referensi tunggal dan referensi kita adalah PLO, yang kita ingin bersatu."
PLO adalah satu referensi pada Organisasi Pembebasan Palestina yang, dalam mata masyarakat internasional adalah satu-satunya badan yang diakui untuk berbicara atas nama seluruh rakyat Palestina."
Hamas bukan anggota PLO, tetapi Meshaal setahun lalu mengatakan bahwa pihaknya dan faksi-faksi lain sedang "menuju pada jalan untuk bergabung dengannya.
Pernyataan itu dapat dianggap sebagai usaha terbaru Hamas untuk berintegrasi dengan PLO dan mengkosolidasi barisan Palestina.
Redaktur: Hazliansyah
Sumber: Antara/AFP
Setengah Juta Umat Ikuti Milad Hamas
Minggu, 09 Desember 2012, 07:45 WIB
Warga Palestina merayakan kemenangan atas
Israel setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Gaza, Rabu
(21/11) malam. (Reuters/Ahmed Zakot)
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Aksi perayaan milad Hamas ke-25 telah
dimulai di medan Al-Katibah Al-Hadlra, Gaza, Palestina, Sabtu. Perayaan
diikuti oleh setengah juta warga Palestina.
Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Quran. Anggota legislatif Palestina dari Hamas, Mushir Mishri, dan wartawan Raji Al-Hims naik panggung.
''Keduanya menyampaikan salam penghormatan kepada massa perlawanan
Palestina, delegasi Arab, negara-negara dan tokoh Islam, faksi-faksi
Palestina yang turut hadir dalam perayaan ini,'' tulisan laporan Infopalestina.Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Quran. Anggota legislatif Palestina dari Hamas, Mushir Mishri, dan wartawan Raji Al-Hims naik panggung.
Mushir Al-Misri kemudian meminta kepada wakil ketua biro politik Hamas, Musa Abu Marzuq serta anggota Izzat Rasyq dan Muhammad Nashr naik panggung untuk menyampaikan salam hormat kepada massa yang hadir di tengah pekikan takbir.
Perayaan pun dimulai dengan nasyid dari grup Al-Wa’d Islami yang didatangkan dari Beirut untuk meramaikan perayaan ini. Mereka mengumandangkan nasyid ''Bangkit, Guncang, Bangkit Guncang Keamanan Israel” dengan diikuti oleh peserta dan kibaran bendera tauhid.
Perayaan milad Hamas kali ini diikuti oleh 3.000 tokoh dari Arab negara Islam dari penjuru dunia. Acara diliput oleh 650 wartawan dari 190 lembaga media lainnya.
Redaktur: Didi Purwadi
Fatah Sambut Baik Seruan Pemimpin Hamas
Senin, 10 Desember 2012, 00:57 WIB
Faksi gerakan Islam di Palestina: Hamas dan Fatah
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH, PALESTINA --
Pemimpin Fatah, Azzam
al-Ahmad menyambut baik pidato pemimpin gerakan perjuangan Islam Hamas,
Khaled Meshaal yang menyebut perlunya upaya baru untuk melakukan
rekonsiliasi.
Ahmad menganggap pidato Meshaal sebagai sinyal positif dalam mengatasi masalah perpecahan di Palestina.
“Pidato itu adalah positif mengenai isu satu presiden untuk
masyarakat Palestina, dan satu pihak berwenang dan satu hukum; kami
sangat setuju dengannya atas masalah tersebut, yang merupakan pokok
perjanjian rujuk, yang ditandatangani Fatah dan Hamas serta unsur lain
untuk mengakhiri perpecahan," kata Ahmad seperti dikutip melalui kantor
berita AFP Ahad (9/12).
Meshaal, pemimpin biro politik Hamas di pengasingan, tiba di Gaza
pada kunjungan pertamanya pada Jumat dan pada Sabtu berpidato di depan
kerumunan besar merayakan ulang tahun ke-25 gerakan itu.
Pidatonya, yang memperingatkan bahwa Palestina tidak akan pernah
menyerahkan satu inci pun atau bagian mana pun dari sejarah Palestina,
juga menyerukan persatuan Palestina.
"Kami adalah pemerintah tunggal, rujukan tunggal, dan rujukan kami
adalah PLO, yang kami ingin bersatu," katanya. Ia merujuk pada
Organisasi Pembebasan Palestina pimpinan Abbas, yang mewakili Palestina
dalam perundingan.
Hamas bukan anggota PLO, tapi Meshaal pada tahun lalu menyatakan gerakannya "dalam perjalanan bergabung" dengan kelompok itu.
Tanggapannya itu muncul setelah Hamas dan Fatah menandatangani
kesepakatan rujuk guna membuka jalan untuk pemilihan anggota parlemen
dan presiden dalam setahun.
Namun, pelaksanaannya macet karena kedua pihak bertikai dalam menyepakati susunan pemerintah sementara.
Pada awal tahun ini, Meshaal dan Abbas menandatangani kesepakatan
baru di Doha, tempat presiden itu akan memimpin pemerintahan sementara.
Tapi, pemimpin Hamas di Gaza menolak kesepakatan itu dan menuduh
Meshaal mengambil keputusan tanpa dukungan mereka. Ahmad mengatakan
berharap seruan Meshaal dari Gaza untuk upaya baru rujuk itu berarti
unsur tersebut kini bersatu dalam masalah itu.
"Kepentingan pidato itu adalah bahwa ia berada di Gaza dan di hadapan
kepemimpinan Hamas di pengasingan. Kami harap itu mencerminkan sikap
seluruh Hamas," kata Ahmad.
Redaktur: Yudha Manggala P Putra
Sumber: AFP, Antara
Negara Arab Siap Bantu Palestina 100 Juta Dolar per Bulan
Senin, 10 Desember 2012, 03:50 WIB
http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/12/12/10/mes75s-negara-arab-siap-bantu-palestina-100-juta-dolar-per-bulan
Warga Palestina mengibarkan bendera saat
merayakan pengakuan negara Palestina oleh PBB di Ramallah,Ahad (2/12).
(AP/Majdi Mohammed)
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, DOHA --
Negara-negara Arab menyepakati untuk
memberi paket bantuan "jaring pengaman keuangan" senilai 100 juta dolar
per bulan bagi Palestina. Bantuan itu untuk mengatasi krisis ekonomi di
Palestina pascapengakuan PBB atas status negara itu.
Keputusan itu menyusul respon Israel yang memerintahkan pembangunan
3.000 rumah baru di wilayah Tepi Barat yang mereka duduki serta
penghapusan distribusi pajak yang akan digunakan untuk membayar
tunggakan listrik Palestina setelah pengakuan Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) terhadap Palestina.
Dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan di Doha, Ahad (10/12), para
menteri luar negeri negara Arab meminta agar resolusi yang disahkan
dalam Pertemuan Negara Arab di Baghdad pada Maret lalu segera
diimplementasikan. Resolusi itu berisi tentang pemberian bantuan senilai
100 juta dolar per bulan bagi Palestina.
Pernyataan itu tidak merinci tentang mekanisme pemberian dana serta
dari mana dana tersebut berasal, tetapi Sekretaris Jenderal Liga Arab,
Nabil Al-Araby, mengatakan mekanisme pemberian bantuan itu telah
disepakati.
"Proses pengumpulan dana akan diketuai Qatar dan sekretariat jenderal
berperan dalam menghubungi setiap negara donatur untuk membayarkan
sejumlah dana," kata Al-Araby kepada Reuters setelah pertemuan itu.
Dia menambahkan pihaknya memberi waktu 15 hari bagi negara-negara Arab untuk memberikan jawaban terhadap usulan itu.
Israel dan Amerika Serikat menolak keputusan Majelis Umum PBB yang
meningkatkan status Palestina menjadi "negara non anggota" di PBB. Kedua
sekutu itu mengatakan Abbas harus terlebih dahulu kembali ke meja
perundingan damai yang terhenti sejak 2010 lalu karena pembangunan
perumahan Yahudi yang dilakukan Israel.
Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pada September lalu
mengatakan krisis ekonomi di Palestina akan memburuk kecuali negara itu
mendapat peningkatan bantuan asing.
Dalam laporan terpisah, Bank Dunia juga memperkirakan defisit
anggaran Palestina mencapai 1,5 miliar dolar pada 2012, sementara dana
bantuan asing diperkirakan hanya mampu menutup 1,14 miliar dari
kekurangan itu.
Redaktur: Yudha Manggala P Putra
Sumber: Antara
Pasukan Multinasional Palestina Segera Dibentuk
Minggu, 09 Desember 2012, 08:30 WIB
Abdillah Onim
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, turun ke jalan memprotes film Innocence of Muslims, Selasa (18/9) malam.
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Brigade Izzuddin Qassam, sayap militer
Hamas, memperingatkan keras rezim Zionis Israel dengan balasan
mematikan bila sekali lagi ingin mencoba menyerang Jalur Gaza.
Alqassam mengatakan pasukan multinasional akan segera dibentuk.
Mereka menyatakan bahwa para pejuang Jalur Gaza, Tepi Barat Sungai
Jordan, Mesir, Libya, Tunisia, Irak, Lebanon, Turki dan Iran siap
membantu untuk menghadapi Zionis Israel.
"Para pejuang dari Jalur Gaza, Tepi Barat Sungai Jordan, Mesir,
Libya, Tunisia, Irak, Turki dan Iran sedang menghitung waktu menghadapi
Israel dan siap mendukung muqawama,'' kata jurubicara Brigade
Alqassam seperti dilaporkan televisi al-Alam, yang dikutip Irib.
Jubir Alqassam menegaskan perlawanan terhadap agresi Israel ke Jalur
Gaza hanya menggunakan sepersepuluh dari kekuatannya. Alqassam belum
memanfaatkan fasilitas dan kemampuannya di Jalur Gaza dan Tepi Barat
Sungai Jordan.
Redaktur: Didi Purwadi
Setan Semakin Kalap
Senin, 10 Desember 2012, 04:30 WIB
Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/12/12/09/merkzp-setan-semakin-kalap
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri
Apa namanya kalau bukan setan semakin kalap.
Sehari setelah Sidang Umum PBB yang meningkatkan status Palestina menjadi negara pengamat nonanggota, Zionis Israel langsung mengumumkan akan kembali membangun 3.000 unit rumah di wilayah pendudukan di Madinatul Quds (Yerusalem Timur) dan Tepi Barat.
Dua wilayah terakhir itu adalah tanah Palestina yang di-ghasab alias diserobot Israel. Mereka juga akan mempercepat proses izin seribu perumahan lainnya yang telah direncanakan. Pembangunan Permukiman Yahudi itu, dikenal dengan sebutan E1, akan membelah kawasan Tepi Barat menjadi dua.
Dengan begitu, permukiman kaum Zionis itu akan mencegah pembentukan wilayah Palestina bersatu. Hingga sekarang, lebih dari 500 ribu warga Yahudi tinggal di lebih dari 100 permukiman yang dibangun sejak Zionis Israel menduduki (baca: menjajah) Tepi Barat dan Madinatul Quds. Pembangunan permukiman ini dianggap ilegal di bawah undang-undang internasional.
Menurut pejabat tinggi Israel, pengumuman untuk membangun permukiman baru Yahudi itu merupakan reaksi awal dari keputusan Sidang Umum PBB yang menyetujui Palestina sebagai negara pengamat nonanggota. “Itu hanyalah reaksi awal. Reaksi berikutnya akan lebih dahsyat,” ujar pejabat yang tak mau disebutkan namanya, seperti dilaporkan koran berbahasa Arab Al Sharq Al Awsat. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan reaksi yang lebih dahsyat tersebut. Pekan lalu (29/11), Majelis Umum PBB menyelenggarakan pemungutan suara mengenai Palestina. Yakni, apakah negara anggota PBB menyetujui Palestina diterima sebagai negara pengamat nonanggota di lembaga internasional itu.
Hasilnya, sebanyak 138 negara mengatakan oke, sembilan negara menolak, dan 41 negara abstain. Dengan keputusan Sidang Majelis Umum PBB itu, Palestina kini lahir sebagai negara merdeka dan berdaulat yang diakui dunia internasional. Tidak seperti selama ini yang hanya menyandang status sebagai otoritas, yaitu Otoritas Palestina.
Karena itu, pendudukan Israel terhadap wilayah Palestina merupakan sebuah penjajahan. Bukan lagi otoritas, seperti yang dinyatakan Zeonis Israel selama ini. “Ini adalah sebuah tindakan agresi Israel atas sebuah negara. Dunia internasional harus ikut memikul tanggung jawabnya,” ujar seorang pejabat senior Palestina Hanan Ashrawi mengenai keputusan Zionis Israel yang akan membangun permukiman Yahudi di wilayah Palestina.
Keuntungan lain dengan status barunya itu, Palestina kini bisa mengambil bagian dalam sidang-sidang dan perdebatan di PBB. Palestina juga dapat menjadi anggota di badan-badan PBB, termasuk Mahkamah Kriminal (Pidana) Internasional di Denhaag, Belanda. Dengan begitu, Palestina bisa menyeret para pejabat Zionis Israel yang selama ini terlibat dalam pelanggaran HAM dan kejahatan perang ke Pengadilan Kejahatan Internasional di Den Haag.
Karena itulah, pantas bila Zionis Israel marah besar. Bahkan, bisa dikatakan kalap. Saking marahnya, hingga Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Presiden Palestina Mahmud Abbas yang menyampaikan pidato pada Sidang Umum PBB akhir bulan lalu sebagai setan terkutuk. Pertanyaannya, siapakah sebenarnya yang lebih pantas disebut setan terkutuk, apakah Presiden Palestina Mahmud Abbas atau sebaliknya, PM Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat tinggi pemerintahannya?
Mari saya jelaskan sebuah fakta sejarah. Negara Israel didirikan atas konsep 'tanah yang dijanjikan', sebuah konsep Yudaisme zaman kuno. Intinya, Tuhan bangsa Isarael menjanjikan akan memberikan kepada mereka sebuah negara. Entah di mana negara itu.
Mimpi bangsa Israel atas 'tanah yang dijanjikan' itu kemudian bertemu dengan kepentingan negara-negara penjajah saat itu. Yakni, mereka harus mencari cara lain untuk tetap menjajah negara-negara Arab setelah ada pertanda negara-negara jajahan satu per satu akan memerdekakan diri. Cara itu adalah “menanam” sebuah negara yang akan selalu membuat onar di kawasan sekitarnya.
Setelah Perang Dunia I usai, Liga Bangsa Bangsa (baca: konspirasi negara-negara penjajah) secara sepihak menyetujui dijadikannya Mandat Britania untuk mewujudkan negara Israel. Negara itu ternyata di atas tanah Palestina. Sejak itu, terjadilah eksodus orang-orang Yahudi dari berbagai negara ke tanah Palestina.
Pada 1947, PBB mengiyakan pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara, negara Yahudi dan negara Palestina. Pada 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaannya. Tindakan Zionis Israel dan konspirasi negara-negara penjajah itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh bangsa-bangsa Arab, utamanya bangsa Palestina.
Sejak itu, terjadilah konflik dan peperangan berkepanjangan antara Israel dan bangsa-bangsa Arab. Tapi, karena Israel didukung penuh negara-negara Barat, militer maupun ekonomi, perjuangan bangsa-bangsa Arab selalu kandas. Apalagi, antarbangsa Arab sering terjadi konflik. Akibatnya, dalam Perang Enam Hari pada 1967 Zionis Israel berhasil mencaplok wilayah Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Semenanjung Sinai. Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah. Sedangkan, Sinai sudah dikembalikan ke Mesir setelah penandatanganan penjanjian damai pada 1979.
Di daerah-daerah pendudukan milik Palestina itulah kini Zionis Israel berusaha untuk memperkuat cengkeramannya dengan gencar membangun permukiman untuk warga Yahudi. Pembangunan yang dianggap masyarakat internasional liar dan melanggar hukum. Jadi, pertanyaannya, relakah Anda sebagai pemiliki sah diusir dari rumah sendiri? Lalu, siapa sebenarnya yang setan terkutuk?
Apa namanya kalau bukan setan semakin kalap.
Sehari setelah Sidang Umum PBB yang meningkatkan status Palestina menjadi negara pengamat nonanggota, Zionis Israel langsung mengumumkan akan kembali membangun 3.000 unit rumah di wilayah pendudukan di Madinatul Quds (Yerusalem Timur) dan Tepi Barat.
Dua wilayah terakhir itu adalah tanah Palestina yang di-ghasab alias diserobot Israel. Mereka juga akan mempercepat proses izin seribu perumahan lainnya yang telah direncanakan. Pembangunan Permukiman Yahudi itu, dikenal dengan sebutan E1, akan membelah kawasan Tepi Barat menjadi dua.
Dengan begitu, permukiman kaum Zionis itu akan mencegah pembentukan wilayah Palestina bersatu. Hingga sekarang, lebih dari 500 ribu warga Yahudi tinggal di lebih dari 100 permukiman yang dibangun sejak Zionis Israel menduduki (baca: menjajah) Tepi Barat dan Madinatul Quds. Pembangunan permukiman ini dianggap ilegal di bawah undang-undang internasional.
Menurut pejabat tinggi Israel, pengumuman untuk membangun permukiman baru Yahudi itu merupakan reaksi awal dari keputusan Sidang Umum PBB yang menyetujui Palestina sebagai negara pengamat nonanggota. “Itu hanyalah reaksi awal. Reaksi berikutnya akan lebih dahsyat,” ujar pejabat yang tak mau disebutkan namanya, seperti dilaporkan koran berbahasa Arab Al Sharq Al Awsat. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan reaksi yang lebih dahsyat tersebut. Pekan lalu (29/11), Majelis Umum PBB menyelenggarakan pemungutan suara mengenai Palestina. Yakni, apakah negara anggota PBB menyetujui Palestina diterima sebagai negara pengamat nonanggota di lembaga internasional itu.
Hasilnya, sebanyak 138 negara mengatakan oke, sembilan negara menolak, dan 41 negara abstain. Dengan keputusan Sidang Majelis Umum PBB itu, Palestina kini lahir sebagai negara merdeka dan berdaulat yang diakui dunia internasional. Tidak seperti selama ini yang hanya menyandang status sebagai otoritas, yaitu Otoritas Palestina.
Karena itu, pendudukan Israel terhadap wilayah Palestina merupakan sebuah penjajahan. Bukan lagi otoritas, seperti yang dinyatakan Zeonis Israel selama ini. “Ini adalah sebuah tindakan agresi Israel atas sebuah negara. Dunia internasional harus ikut memikul tanggung jawabnya,” ujar seorang pejabat senior Palestina Hanan Ashrawi mengenai keputusan Zionis Israel yang akan membangun permukiman Yahudi di wilayah Palestina.
Keuntungan lain dengan status barunya itu, Palestina kini bisa mengambil bagian dalam sidang-sidang dan perdebatan di PBB. Palestina juga dapat menjadi anggota di badan-badan PBB, termasuk Mahkamah Kriminal (Pidana) Internasional di Denhaag, Belanda. Dengan begitu, Palestina bisa menyeret para pejabat Zionis Israel yang selama ini terlibat dalam pelanggaran HAM dan kejahatan perang ke Pengadilan Kejahatan Internasional di Den Haag.
Karena itulah, pantas bila Zionis Israel marah besar. Bahkan, bisa dikatakan kalap. Saking marahnya, hingga Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Presiden Palestina Mahmud Abbas yang menyampaikan pidato pada Sidang Umum PBB akhir bulan lalu sebagai setan terkutuk. Pertanyaannya, siapakah sebenarnya yang lebih pantas disebut setan terkutuk, apakah Presiden Palestina Mahmud Abbas atau sebaliknya, PM Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat tinggi pemerintahannya?
Mari saya jelaskan sebuah fakta sejarah. Negara Israel didirikan atas konsep 'tanah yang dijanjikan', sebuah konsep Yudaisme zaman kuno. Intinya, Tuhan bangsa Isarael menjanjikan akan memberikan kepada mereka sebuah negara. Entah di mana negara itu.
Mimpi bangsa Israel atas 'tanah yang dijanjikan' itu kemudian bertemu dengan kepentingan negara-negara penjajah saat itu. Yakni, mereka harus mencari cara lain untuk tetap menjajah negara-negara Arab setelah ada pertanda negara-negara jajahan satu per satu akan memerdekakan diri. Cara itu adalah “menanam” sebuah negara yang akan selalu membuat onar di kawasan sekitarnya.
Setelah Perang Dunia I usai, Liga Bangsa Bangsa (baca: konspirasi negara-negara penjajah) secara sepihak menyetujui dijadikannya Mandat Britania untuk mewujudkan negara Israel. Negara itu ternyata di atas tanah Palestina. Sejak itu, terjadilah eksodus orang-orang Yahudi dari berbagai negara ke tanah Palestina.
Pada 1947, PBB mengiyakan pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara, negara Yahudi dan negara Palestina. Pada 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaannya. Tindakan Zionis Israel dan konspirasi negara-negara penjajah itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh bangsa-bangsa Arab, utamanya bangsa Palestina.
Sejak itu, terjadilah konflik dan peperangan berkepanjangan antara Israel dan bangsa-bangsa Arab. Tapi, karena Israel didukung penuh negara-negara Barat, militer maupun ekonomi, perjuangan bangsa-bangsa Arab selalu kandas. Apalagi, antarbangsa Arab sering terjadi konflik. Akibatnya, dalam Perang Enam Hari pada 1967 Zionis Israel berhasil mencaplok wilayah Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Semenanjung Sinai. Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah. Sedangkan, Sinai sudah dikembalikan ke Mesir setelah penandatanganan penjanjian damai pada 1979.
Di daerah-daerah pendudukan milik Palestina itulah kini Zionis Israel berusaha untuk memperkuat cengkeramannya dengan gencar membangun permukiman untuk warga Yahudi. Pembangunan yang dianggap masyarakat internasional liar dan melanggar hukum. Jadi, pertanyaannya, relakah Anda sebagai pemiliki sah diusir dari rumah sendiri? Lalu, siapa sebenarnya yang setan terkutuk?
Redaktur: M Irwan Ariefyanto
Sumber: Resonansi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar