MELACAK KELOMPOK PENGKHIANATAN MASYARAKAT KUFAH KEPADA IMAM ALI as, IMAM HASAN as DAN IMAM HUSAIN as (3) Pengkhianatan Asyraf al Qabail dan Para Qurra terhadap Imam Hasan as
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholi ala muhammad wa ali muhammad
Setelah melacak para para pengkhianat dari Kufah kepada Imam Ali bin
Abi Thalib, kami melanjutkan penelusuran kami pada pengkhianatan
terhadap Imam Hasan as. Para nawashib menyebutkan setelah berulangkali
mengkhianati Ali bin Abi Thalib, kaum syiah mengkhianati Imam mereka
sendiri, yakni Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Kaum Nawashib hendak
menghembuskan tipuan kepada masyarakat awam, yang jauh dari
sumber-sumber sejarah. Sehingga dengan kemasan yang rapi nan membius
mereka menyuguhkan cerita dusta bahwa syiah telah mengkhianati Imamnya
sendiri. Simber-sumber sejarah dari kalangan ulama Ahlu sunnah begitu
melimpah menyajikan informasi bahwa syiah tidak pernah berkhianat kepada
imamnya…
Memetakan Pendukung Imam Hasan
Kalangan ulama ahlu sunnah dan syiah memiliki kesamaan pandangan
terhadap siapa sebenarnya yang menjadi pendukung Imam Husain, berikut
kami kutipkan pandangan para ulama tersebut, diantaranya al A’lami bin
Sabgh Maliki ( Kitab al Fushul al Muhimmah pada hal 147), Syaikh Mufid
(Al Irsyad II/10) Ibn Syahr Asyub (Kitab Manaqib, IV/32) dan al Yasin
(Shulh al Imam al Hasan 68-69), mereka menyebutkan bahwa para pendukung
Imam Hasan berasal dari empat kelompok dengan motif dan keyakinan yang
berbeda, diantaranya adalah :
- Kaum muslim syiah, menurut Mufid mereka mendukung Imam Hasan dengan motif relegius seprirtual bahwa kepemimpinan umat Islam berada dibawah ahlu ba’it sebagaimana amanah al Ghadir.
- Kaum Khawarij, motif mereka adalah kesamaan kepentingan pada ketetapan untuk memerangi Muawiyah dan mereka bergabung dengan Imam Hasan karena Imam Mujtaba juga bermaksud melakukan perang melawan Damaskus.
- Kalangan pemipin kabilah dan klan (asyraf al qabail) beserta anggota sukunya,
- kalangan pragmatis dari para pemimpin kabilah (asyraf al qabail) beserta anggotanya sukunya, mereka adalah orang-orang yang mengharapkan pampasan perang
Dapat dikatakan, bahwa pendukung Imam Hasan as bukan berasal dari
satu aliran idiologis yang sama, melainkan memiliki motif-motif dan
kepentingan yang berbeda-beda pula. Disamping menelusuri siapa saja yang
mendukung Imam Hasan, yang tak kalah penting adalah mengetahui
komposisi kekuatan yang mendukung Imam Hasan, yang pada giliranya untuk
mengetahui berapa sesungguhnya populasi orang-orang syiah yang menjadi
kekuatan utama pendukung Imam Hasan tersebut.
Berdasarka catatatan para sejahrawan, Imam Hasan didukung pasukan
dengan kekuatan antara 25.000 sampai 30.000 prajurit [1]. Ketika Imam
Hasan as mengetahui bahwa Muawiyyah menuju Iraq dengan kekuatan
tentarnya, Imam Hasan as, mengirimkan sebagian kekuatanya (12.000)
dibawah pimpinan Qays bin Saadan Said bin Qays dan Ubaidillah bin Abbas
sebagai pasukan pandu dan perintis. Sementara sisanya (13.000-18.000
tentara) dibawah pimpinan Imam Hasan as sendiri sebagai pasukan utama
[2] Dan menurut catatan sejahrawan pula, ditubuh pasukan pandu
tersebut dalam perjalananya, tepatnya setelah mencapa Al Mada’in
pasukan mengalami pengkhianatan, Sekitar 8.000 pasukan dibawah pimpinan
Ubaydillah bin Abbas menyeberang ke pihak Muawiyyah dan hanya
menyisakan 4.000 prajurit dibawah Pimpinan Qays bin Saadan yang tetap
menunjukan loyalitas kepada Imam Hasan [3] dan menghadapi pengkhianatan
itu Qays mengirimkan surat kepada Imam Hasan melaporkan tentang siapa
sesungguhnya yang melakukan pengkhianatan (akan dibahas kemudian).
Sementara itu Imam Hasan as meninggalkan Kufah bersama kekuatan
utamanya sebesar 13.000 – 18.000 tentaranya, saat tiba di Sabat. Imam
Hasan mendapati pengkhianatan dalam kekuatan utama pasukanya. Imam
Hasan menerima laporan dari Abdullah bin Abbas bahwa, sejumlah pemipin
Kabilah (asyraf al qabail) bersama 12.000 kekuatanya menyatakan mundur
dari pertempuran [4] Berdasar laporan Ibnu Abil hadid tersebut,
kekuatan inti Imam Hasan hanya tinggal 1.000 – 6. 000 prajurit. Suatu
keadaan yang tidak mungkin untuk dipaksakan pasukan sekecil itu
melakukan perlawanan menghadapi tentara Muawiyyah yang relatif besar.
Sehingga akhirnya Imam Hasan as lebih memilih menyelamatkan sisa
pengikutnya dari kemusnahan yang akhirnya membawa pakta perdamaian.
Tampaknya angka 1.000-6.000 prajurit itu harus menyusut lagi,
mengingat bahwa dalam tubuh pasukan induk Imam Husain masih terdapat
kelompok Khawarij. Yang kemudian setelah mendengar Imam Hasan bermaksud
menyelamatkan sisa pengikut kakek dan ayahnya ini dengan menyetujui
perdamaian, kemudian beliau diserang oleh kelompok khawarij dibawah
pimpinan Al Jarrah bin Sinan al Asadi. Para sejahrawan menuliskan bahwa
Imam Hasan as saat diserang tersebut di bela oleh kelompok kecil dari
kalangan syi’ah Ali yang berasal dari Kabilah Rabi’ah dan Hamdani [5]
Tidak ada keterangan yang pasti berapa jumlah kekuatan khawarij yang
tersisa yang mendukung Imam Hasan ini.
Tetapi yang lebih penting adalah bahwa kekuatan syiah idiologis yang
menjadi kekuatan utama Imam Hasan berdasarkan catatan sejahrawan, boleh
dikatakan sangat kecil. Dan tatkala Imam Hasan menyakiskan
pengkhianatan-pengkhianatan dan meninggalkan sisa kaum syiah yang tidak
seberapa tersebut, maka Imam Hasan lebih memilih untuk menyelamatkan
kaum syiah dari kemusnahan, yang pada giliranya akan turut pula
memusnahkan Islam sejati dari muka bumi. Hal tersebut dinyatakan sendiri
oleh Imam Hasan as :
Imam Hasan as berkata kepada para syiah ” Ketika aku tahu bahwa
ternyata kalian tidak memiliki cukup kekuatan, maka aku lebih memilih
kompromi agar kalian dan aku selamat. Aku menerima kompromi demi
menyelamatkan kalian jiwa kaum muslim syiah. Penundaan Perang Perang unu
sudah aku pikirkan dengan cermat, karena setiap hari Allah menangani
urusan ” [6]
Dikesempatan lain, Imam Hasan menjelaskan bahwa dirinya menyamakan
tindakan kompromi tersebut dengan tindakan melubangi atau merusak perahu
yang dilakukan oleh seorang alim yang bersama Musa yang tujuanya adalah
melindungi perahu dari raja zalim demi kepentingan pemilik Perahu, Imam
Hasan juga menjelaskan, bahwa sikap kompromi dirinya beliau samakan
dengan sikap kompromi Rasulullah Muhammad saw, bedanya Nabi berkompromi
dengan kaum kafir dan atas perintah Allah langsung melalui wahyu,
sedangkan Imam Hasan berkompromi berdasarkan interpretasi [7]
Kepada sahabt-sahabtnya seperti Hujr bin Adi dan Malik bin Dhamrah
Imam Hasan as berkata ” Ketika aku melihat betapa hanya sedikit saja
orang yang setia kepadaku, maka aku mencemaska keselamatan jiwa kalian
dimuka bumi ini. Karena itu aku memutuskan untuk menyelamatkan jiwa
orang dan untuk menyadarkanya bahwa agama adalah cara penyelesaian
terbaik di muka bumi. Aku mau berkompromi tak lain untuk mencegah
terjadinya pertumpahan darah dan untuk menyelamatkan jiwaku, jiwa
keluargaku dan jiwa kaum Muslim syiah. Kalau saja aku tidak mau
berkompromi, maka kaum Muslim Syiah tidak akan selamat” [8]
Memperhatikan pernyataan Imam Hasan as tersebut, mengindikasikan
bahwa kaum Muslim syiah bukanlah kekuatan yang signifikan, dan yeng
lebih utama dari itu adalah bahwa Imam Hasan as tidak pernah menuduh
kaum muslim syiah sebagai pengkhianat, sebagaimana yang dituduhkan oleh
orang-orang nawashib. Bahkan Kebijakan Imam Hasan sendiri diambil dengan
tujuan untuk menyelamatkan eksistensi kaum muslim syiah dari kepunahan.
Dengan jawaban Imam Hasan as ini saja sudah cukup membuktikan bahwa
kaum syiah tidak berkhianat terhadap Imam Hasan.
Kelompok Yang Berkhianat Kepada Imam Hasan as
Diatas sudah sedikit disinggung berkenaan dengan
laporan Qays bin Saadan dan Abdullah bin Abbas berkaitan dengan adanya
kelompok orang-orang kufah yang berkhianat terhadap Imam Hasan as.
Siapakah mereka, ada baiknya diperhatikan pernyataan Imam Hasan as
sendiri,
Ibnu A’tsam melaporkan, Ketika Qays bin Saadan mengetahui pembelotan
besar-besaran pasukanya, ia segera menulis surat kepada Imam Hasan as
untuk melaporkan kejadian itu. Setelah menerima surat Qays, Hasan
segeram memanggil para peimimpin-pemimpin Kabliah (Asyraf al Qabail) dan
orang-orang terkemuka Iraq, Imam Hasan berbicara kepada mereka dengan
rasa kesal, beliau berkata :
“ Wahai pemimpin kabilah iraq (Asyraf al Qabail), apa yang akan
aku lakukan dengan orang-orangmu yang bersamaku ini ? Ada surat dari
Qays yang mengabarkan kepadaku bahwa bahkan orang-orang mulia (asyraf)
dari kalangan kalian telah menyeberang ke pihak Mu’awiyyah. Demi Allah
betapa mengejutkan dan buruknya kelakuan pihak kalian ! Kalianlah orang
yang memaksa ayahku menerima tahkim di Shiffin dan ketika arbitrasi
yang menyebabkanya tunduk karena tuntutan kalian, kalian berbalik
menentangnya. Dan ketika ia mengajak kalian untuk memerangi Muawiyah
sekali lagi, kalian memperlihatkan kekenduran dan keloyoan. Setelah
ayahku wafat, kalian sendiri datang kepadaku dan menyatakan mendukungku
dengan hasrat dan keinginan kalian sendiri. Aku terima kalian dan keluar
menghadang Muawiyah, hanya Allah yang tahu betapa aku
bersungguh-sungguh untuk melakukanya, yakni alangkah aku penuh gairah
dan semangat dalam menghadang tantangan Mu’awiyyah. Kini kalian
berperilaku seperti dahulu lagi, seperti dengan ayahku. Wahai kalian
kaum Irak Cukuplah bagikuku jika kalian tidak memfitnahku dalam agamaku” [9]
Di atas sudah pula disinggung sedikit berkenaan dengan laporan Ibnu
Abil Hadid yang menyebutkan Abdullah bin Abbas yang memberitahu
pembelotan pasukanya ke kubu Muawiyah, Pada saat itu kemudian Imam
Hasan berbicara kepada public yang akan meninggalkan dirinya tersebut ,
beliau berkata :
“Kalian dulu tak menaati perintah ayahku untuk terus berjuang.
Kalian dulu menuntut adanya hakim untuk menyelesaikan perselisihan,
padahal ayahku tak setuju. Ayahku meminta kalian untuk terus berperang,
namun kalian malah ketakutan, hingga ayahku terbunuh. Kemudian kalian
datang menemuiku untuk menyatakan kesetiaaan kepadaku, kalian saat itu
berikrar akan memerangi siapa saja yang aku perangi dan akan berkompromi
dengan siapa saja yang berkompromi denganku. Namun sekarang ini aku
mendapat kabar bahwa kaum bangsawan kalian telah bergabung dalam barisan
Muawiyah. Ini sudah cukup bagiku. Jangan anggap aku tidak tahu agamaku” [10]
Dengan memperhatikan penjelasan Imam Hasan yang dilaporkan oleh dua
sejahrawan tersebut sudah membuktikan bahwa, para pengkianat itu berasal
dari kaum bangsawan dan para pemimpin Kabilah atau klan (Asyraf al
Qabail) beserta pengikutnya. Dan Imam Hasan menyinggung pekhianatan
mereka dimasa Imam Ali bin Abi Thalib kw. Baladzuri melaporkan bahwa
pengkhianatan Asyraf al Qabail ini dimotori oleh Khalid bin Ma’mar [11]
Bukti lain yang dapat disajikan adalah laporan Abul Faraj al
Ishfahani, yang melaporkan jauh sebelum terjadi pertempuran antara
Imam Hasan dan Muawiyyah, kaum bangsawan dan pemimpin klan telah
menjalin kontak melalui surat-menyurat dengan Muawiyah. Abul Faraj
mengutip pernyataan Muawiyah yang menyatakan :”Kaum bangsawan dan
para pemimpin kabilah (asyraf al qabail) di kufah telah mengirim surat
kepadaku. Mereka meminta jaminan bahwa aku akan berbaik hati kepada
mereka dan keluarga mereka. Mereka berjanji kepadaku, Begitu anda
menerima surat ini, datanglah kepadaku dengan membawa pasukan karena
kini saatnya untuk membalas dendam ” [12] Ibnu A’tsam dalam
kitabnya al Futuh melaporkan, bahwa para bangsawan dan pemimpin kabilah
(asyraf al qabail) menyatakan kesedianya untuk menyerahkan Imam Hasan
dalam keadaan sebagai tawanan.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
dongengan khayali yang di hembuskan oleh kaum nawashib tentang
pengkhianatan Kaum Muslim Syiah kepada Imam Hasan adalah cerita palsu.
Fakta sejarah justru menunjukan bahwa Imam Hasan justru menyelamatkan
kaum Muslim Syiah. Adalah tindakan aneh bila yang mengkhianati justru
dibela. Agaknya patut untuk mendengarkan pernyataan seorang sarjana
sunni yang meneliti masalah syiah. Ketika membahas Imam Hasan dan
komprominya ia menuliskan :
” Hasan secara realistik, memperkirakan situasi itu dan ia
menginsyafi penuh konsekuensi bencana bagi dirinya, keluarganya dan
sekumpulan pengikutnya yang terpercaya. Ia menerima realitas politik
yang berlaku, sementara memberi waktu bagi kecendrungan pemikiran syi’i
untuk menkonsolidasikan pengikut syiahnya pada dasar-dasar ideologis ” [13}
Jadi pernyataan Jafri tersebut, menjelaskan bagaimana sikap Imam
Hasan itu adalah demi Kaum Muslim Syiah, adalah hal yang aneh jika para
pengkhianat kemudian dibela begitu hebat bahkan dipercayakan konsolidasi
idiologis kepadanya. Adalah diluar akal sehat... dan hanya orang-oarang
yang syadzdz yang berpendapat seperti itu.
Wallahu ‘Alam bhi Showab.
Bersambung Insya Allah pada tulisan :
MELACAK KELOMPOK PENGKHIANATAN MASYARAKAT KUFAH KEPADA IMAM ALI as, IMAM HASAN as DAN IMAM HUSAIN as (3)
Pengkhianatan Asyraf al Qabail dan Para Qurra terhadap Imam Husain as
[1] Tarikh Thabari II/2.
[2] Tarikh Ya’qubi II/214; Ibnu Abil al Hadid, Syarah Nahjul Balaghah XVI /40, Abul Faraj al Ishfahani, Maqatil ath Thalibiyin hal 62.
[3] Tarikh Ya’qubi II/214
[4] Ibnu Abil Hadid XVI/22
[5] Dinawari Kitab al Akhbar at Tiwal hal 216
[6] Dinawari Akhbar art Thiwal 220 dan Manaqib ibn syahr Ashub IV/35
[7] al Harrani Tuhaf al ’uqul ha; 227; Fara’id as Simthin II/120; Abdullah al Bharani, Awalim al ’Ulum XVI/175 termuat pula di Bihar al anwar 44/19
[8] Ibnu Asakir, Tarjamat al Imam al hasan 203; ’Ilal asy syara’i I/211; Manaqib Ibn Syahr Ashub IV/35; Awalim al ’Ulum XVI/170 dan 174;
[9] Ibn A’tsam, Kitab Al Futuh IV/156-157.
[10] Ibn Abil hadid, Syarh Nahj al Balaghah XVI/22
[11] Baladzuri, Ansab al asyraf III/38
[12] Abul Faraj al Ishfahani. Maqatil ath Thalibiyyin hal 66
[13] Muhammad Jafri, Origin and Early Development of Shi’a Islam hal 217
Tidak ada komentar:
Posting Komentar