Pascaoperasi, Raja Saudi Muncul Pertama Kali di Publik
Jumat, 30 November 2012, 01:16 WIB
Pemimpin Arab Saudi Raja Abdullah
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/11/29/me8z7b-pascaoperasi-raja-saudi-muncul-pertama-kali-di-publik
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH --
Meredakan kekhawatiran rakyat akan
kesehatannya, Raja Arab Saudi muncul di televisi negara pada Rabu
(28/11). Kemunculan tersebut menjadi kali pertama sang raja setelah
menjalani operasi punggung selama 11 jam pada 17 November lalu.
Dalam cuplikan siaran televisi pemerintah, Rabu, Raja Abdullah nampak dalam kondisi yang membaik. Pria berusia 87 tahun tersebut duduk di kursi, kemudian anggota keluarga kerajaan dan pejabat negara menyambut dan mencium tangannya di pusat medis kesehatan negara King AbdulAziz, di ibu kota Riyadh.
Kemunculannya itu mematahkan rumor kondisi raja yang memburuk. "Ini tentunya mematahkan semua rumor yang diedarkan oleh orang tak dikenal. Dia tampak baik-baik saja untuk seusiannya," ujar komentator berpengaruh Saudi, Jamal Khashoggi.
Stabilitas saudi menjadi perhatian global. Mengingat negara Arab tersebut merupakan tempat kelahiran Islam serta tempat berkumpul jamaah untuk menunaikan ibadah haji. Tak hanya itu, Saudi memegang lebih dari seperlima cadangan minyak dunia. Sementara pemegang kunci ekspor minyak berada di tangan raja dan putra mahkota.
Desas-desus mengenai pemulihan raja tak berjalan baik telah lama beredar di jejaring sosial. Bangsawan top Saudi telah berulang kali mengunjungi raja di rumah sakit sejak operasi punggung pada 18 November dinyatakan sukses. Media Saudi tak mengatakan kapan raja dapat meninggalkan rumah sakit. Namun analis Saudi mengatakan, pemulihan akan memakan waktu mengingat usia lanjut sang raja.
Beberapa kali media pemerintah Saudi mengabarkan kondisi raja yang membaik. Pernyataan kondisi raja dari pejabat rumah sakit dan putra mahkota Salman pun telah dipublikasikan. Namun tak adanya gambar memicu banyak dugaan rakyat yang mengkhawatirkan kesehatan raja.
Raja Abdullah menjalani operasi serupa pada Oktober tahun lalu, serta operasi kembali untuk kali kedua di AS pada tahun 2010. Raja menderita herniated disc, atau cedera punggung akibat keluarnya bantalan penghubung sendi tulang belakang. Pascaoperasi, raja memulihkan kondisi di Saudi selama tiga bulan.
Abdullah menjabat sebagai raja pada tahun 2005. Ia merupakan keturunan pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz Ibn Saud yang wafat tahun 1953. Saudara Abdullah, Salman yang hanya berusia 13 tahun lebih muda, menjadi putra mahkota pewaris tahta. Salman diangkat sebagai putra mahkota setelah pangeran Nayef Bin Abdulaziz wafat.
Dalam cuplikan siaran televisi pemerintah, Rabu, Raja Abdullah nampak dalam kondisi yang membaik. Pria berusia 87 tahun tersebut duduk di kursi, kemudian anggota keluarga kerajaan dan pejabat negara menyambut dan mencium tangannya di pusat medis kesehatan negara King AbdulAziz, di ibu kota Riyadh.
Kemunculannya itu mematahkan rumor kondisi raja yang memburuk. "Ini tentunya mematahkan semua rumor yang diedarkan oleh orang tak dikenal. Dia tampak baik-baik saja untuk seusiannya," ujar komentator berpengaruh Saudi, Jamal Khashoggi.
Stabilitas saudi menjadi perhatian global. Mengingat negara Arab tersebut merupakan tempat kelahiran Islam serta tempat berkumpul jamaah untuk menunaikan ibadah haji. Tak hanya itu, Saudi memegang lebih dari seperlima cadangan minyak dunia. Sementara pemegang kunci ekspor minyak berada di tangan raja dan putra mahkota.
Desas-desus mengenai pemulihan raja tak berjalan baik telah lama beredar di jejaring sosial. Bangsawan top Saudi telah berulang kali mengunjungi raja di rumah sakit sejak operasi punggung pada 18 November dinyatakan sukses. Media Saudi tak mengatakan kapan raja dapat meninggalkan rumah sakit. Namun analis Saudi mengatakan, pemulihan akan memakan waktu mengingat usia lanjut sang raja.
Beberapa kali media pemerintah Saudi mengabarkan kondisi raja yang membaik. Pernyataan kondisi raja dari pejabat rumah sakit dan putra mahkota Salman pun telah dipublikasikan. Namun tak adanya gambar memicu banyak dugaan rakyat yang mengkhawatirkan kesehatan raja.
Raja Abdullah menjalani operasi serupa pada Oktober tahun lalu, serta operasi kembali untuk kali kedua di AS pada tahun 2010. Raja menderita herniated disc, atau cedera punggung akibat keluarnya bantalan penghubung sendi tulang belakang. Pascaoperasi, raja memulihkan kondisi di Saudi selama tiga bulan.
Abdullah menjabat sebagai raja pada tahun 2005. Ia merupakan keturunan pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz Ibn Saud yang wafat tahun 1953. Saudara Abdullah, Salman yang hanya berusia 13 tahun lebih muda, menjadi putra mahkota pewaris tahta. Salman diangkat sebagai putra mahkota setelah pangeran Nayef Bin Abdulaziz wafat.
Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Afriza Hanifa
Sumber: AP/Reuters
Inilah Kondisi Terakhir Kesehatan Raja Abdullah
Kamis, 02 Desember 2010, 08:55 WIB
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/12/02/150124-inilah-kondisi-terakhir-kesehatan-raja-abdullah
Irib
Raja Abdullah
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH--Penjaga Dua Masjid Suci mengatakan
Raja Abdullah dalam kesehatan yang baik. Hal senada juga disampaikan
Menteri Kesehatan Kerajaan Arab Saudi Abdullah Al-Rabeeah kepada Saudi
Press Agency, Ahad lalu.
"Berdasarkan pernyataan Mahkamah Kerajaan, saya ingin meyakinkan semua orang bahwa Raja telah memulai program fisioterapi dan rehabilitasi seperti yang direkomendasikan oleh dokter yang merawat dia," kata Al-Rabeeah seperti dikutip arabnews.com. Wakil Perdana Menteri Kedua dan Menteri Dalam Negeri Pangeran Naif, Sabtu malam, mengatakan Raja Abdullah mampu berjalan sendiri dan berada dalam kesehatan yang baik.
Naif juga mengatakan Raja sukses menjalani operasi di New York Presbyterian Hospital, Ahad lalu. Operasi itu dimaksudkan untuk memperbaiki pembekuan darah yang menyebabkan Raja mengalami sakit punggung akut. Pangeran Naif membuat pernyataan tersebut saat menerima Kepala Keamanan Nasional Uzbekistan Jenderal Rustam Inayatov di Riyadh.
"Kami di Kerajaan memiliki festival kedua Idul Fitri karena kesehatan Raja yang membaik," kata Pangeran. Dalam pertemuan tersebut, Pangeran Naif menekankan pentingnya kerjasama antara kedua negara.Inayatov berharap bahwa kerjasama antara kedua negara akan komprehensif yang mencakup segala aspek kehidupan dan tidak terbatas pada upaya keamanan.
Raja Abdullah bin Abdul Aziz kembali menjalani pengobatan karena penyakit tulang punggung yang dideritanya. Sekian lama, Raja menjalani pengobatan di luar negeri untuk menyembuhkan penyakitnya itu. Terakhir, Raja menjalani operasi di New York beberapa waktu lalu.
Sakitnya Raja Abdullah memunculkan wacana akan hadirnya raja baru di kerajaan Arab Saudi. Sekutu Arab Saudi seperti AS merupakan pihak yang paling cemas akan kemungkinan terjadi pengalihan kekuasaan yang dikhwatirkan mengganggu kepentingannya di Timur Tengah.
"Berdasarkan pernyataan Mahkamah Kerajaan, saya ingin meyakinkan semua orang bahwa Raja telah memulai program fisioterapi dan rehabilitasi seperti yang direkomendasikan oleh dokter yang merawat dia," kata Al-Rabeeah seperti dikutip arabnews.com. Wakil Perdana Menteri Kedua dan Menteri Dalam Negeri Pangeran Naif, Sabtu malam, mengatakan Raja Abdullah mampu berjalan sendiri dan berada dalam kesehatan yang baik.
Naif juga mengatakan Raja sukses menjalani operasi di New York Presbyterian Hospital, Ahad lalu. Operasi itu dimaksudkan untuk memperbaiki pembekuan darah yang menyebabkan Raja mengalami sakit punggung akut. Pangeran Naif membuat pernyataan tersebut saat menerima Kepala Keamanan Nasional Uzbekistan Jenderal Rustam Inayatov di Riyadh.
"Kami di Kerajaan memiliki festival kedua Idul Fitri karena kesehatan Raja yang membaik," kata Pangeran. Dalam pertemuan tersebut, Pangeran Naif menekankan pentingnya kerjasama antara kedua negara.Inayatov berharap bahwa kerjasama antara kedua negara akan komprehensif yang mencakup segala aspek kehidupan dan tidak terbatas pada upaya keamanan.
Raja Abdullah bin Abdul Aziz kembali menjalani pengobatan karena penyakit tulang punggung yang dideritanya. Sekian lama, Raja menjalani pengobatan di luar negeri untuk menyembuhkan penyakitnya itu. Terakhir, Raja menjalani operasi di New York beberapa waktu lalu.
Sakitnya Raja Abdullah memunculkan wacana akan hadirnya raja baru di kerajaan Arab Saudi. Sekutu Arab Saudi seperti AS merupakan pihak yang paling cemas akan kemungkinan terjadi pengalihan kekuasaan yang dikhwatirkan mengganggu kepentingannya di Timur Tengah.
Redaktur: irf
Reporter: Agung Sasongko
Sumber: arabnews
Ada Kudeta Terselubung di Istana Raja Arab Saudi?
Selasa, 30 November 2010, 14:11 WIB
Irib
Raja Abdullah
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--
Menyusul semakin kritisnya kondisi Raja
Abdullah, Raja Arab Saudi dan masih sakitnya Pangeran Mahkota negara
ini, baru-baru diselenggarakan pertemuan penting di Kairo yang mengkaji
semakin memuncaknya persaingan politik para pangeran Arab Saudi untuk
merebut kekuasaan. Demikian diberitakan Fars Senin hari ini (29/11)
mengutip surat kabar al-Wathan cetakan Amerika.
Baru-baru ini Kairo menjadi tempat seminar penting dan istimewa dengan tema "Masa Depan Konflik Politik Para Pewaris Kekuasaan Arab Saudi". Dalam seminar tersebut hadir para pakar politik untuk mengkaji konflik politik yang tengah terjadi di antara para pangeran Arab Saudi.
Seminar dilakukan di saat Raja Abdullah sakit kritis, namun penanganan sakitnya di Amerika punya dua tujuan penting untuk berobat sekaligus membenahi persoalan suksesi. Terlebih lagi dengan menyaksikan kondisi Pangeran Mahkota, Sultan bin Abdul Aziz yang tidak lebih baik dari dirinya. Dalam seminar ini, para dosen Mesir termasuk Sheikh Usman al-Azhari mewakili ulama Universitas al-Azhar dan para pakar politik dari negara-negara Arab.
Para peserta seminar berhasil mencapai hasil-hasil yang luar biasa, termasuk sejumlah informasi yang menyebutkan adanya konflik terselubung antara para pangeran Arab Saudi guna meraih kekuasaan. Sementara tidak boleh dilupakan bahwa ternyata Amerika dan rezim Zionis Israel berada di balik konflik ini. Karena Arab Saudi adalah negara penting bagi kedua pihak ini dan menjadi sekutu strategis pertama mereka untuk melawan para pejuang muqawama di Timur Tengah.
Kajian yang dilakukan sampai pada satu kesimpulan bahwa konflik di antara para pewaris kekuasaan Arab Saudi ini ada dua kelompok besar; pertama, antara anak-anak Abdul Aziz, pendiri Kerajaan Arab Saudi dan di antara cucu-cucunya. Di tingkat anak-anak Abdul Aziz, terjadi perebutan kekuasaan antara klan al-Sudairi sendiri seperti persaingan antara Nayef bin Abdul Aziz, Menteri Dalam Negeri Arab Saudi yang didukung oleh kelompok Wahabi dan di sisi lain ada Salman bin Abdul Aziz, Gubernur Riyadh dan Sultan bin Abdul Aziz, Pangeran Mahkota dan Menteri Pertahanan yang lagi sakit dan menjadi orang dekat CIA dan Barat.
Sementara pertikaian di kalangan cucu Abdul Aziz dimulai dari Khalid bin Sultan yang praktis menjalanan aktivitas Departeman Pertahanan Arab Saudi. Ia sama seperti ayahnya juga terlibat banyak skandal korupsi. Selain itu, Mutaib bin Abdullah, anak Raja Abdullah yang diangkat oleh ayahnya sebagai Komandan Pasukan Garda Nasional.
Di pihak lain, Bandar bin Sultan yang sempat diasingkan dengan tuduhan ingin melakukan kudeta setahun lalu kini telah kembali ke Arab Saudi. Para pakar politik melihat adanya hubungan antara kembalinya Bandar bin Sultan dan kepergian Raja Abdullah ke Amerika untuk berobat.
Hasil dari seminar Kairo menegaskan betapa Amerika dan Zionis Israel berharap suksesi di negara ini berjalan secara damai, sekalipun mereka lebih berharap Bandar bin Sultan yang dianggap bagian dari mereka untuk berkuasa, atau setidak-tidaknya tokoh yang dapat menjamin kepentingan Washington. Yang menarik, para peserta seminar mendesak penyelamatan tempat-tempat suci Islam dari kekuasaan keluarga Al Saud, Wahabi dan memintanya diawasi oleh umat Islam.
Baru-baru ini Kairo menjadi tempat seminar penting dan istimewa dengan tema "Masa Depan Konflik Politik Para Pewaris Kekuasaan Arab Saudi". Dalam seminar tersebut hadir para pakar politik untuk mengkaji konflik politik yang tengah terjadi di antara para pangeran Arab Saudi.
Seminar dilakukan di saat Raja Abdullah sakit kritis, namun penanganan sakitnya di Amerika punya dua tujuan penting untuk berobat sekaligus membenahi persoalan suksesi. Terlebih lagi dengan menyaksikan kondisi Pangeran Mahkota, Sultan bin Abdul Aziz yang tidak lebih baik dari dirinya. Dalam seminar ini, para dosen Mesir termasuk Sheikh Usman al-Azhari mewakili ulama Universitas al-Azhar dan para pakar politik dari negara-negara Arab.
Para peserta seminar berhasil mencapai hasil-hasil yang luar biasa, termasuk sejumlah informasi yang menyebutkan adanya konflik terselubung antara para pangeran Arab Saudi guna meraih kekuasaan. Sementara tidak boleh dilupakan bahwa ternyata Amerika dan rezim Zionis Israel berada di balik konflik ini. Karena Arab Saudi adalah negara penting bagi kedua pihak ini dan menjadi sekutu strategis pertama mereka untuk melawan para pejuang muqawama di Timur Tengah.
Kajian yang dilakukan sampai pada satu kesimpulan bahwa konflik di antara para pewaris kekuasaan Arab Saudi ini ada dua kelompok besar; pertama, antara anak-anak Abdul Aziz, pendiri Kerajaan Arab Saudi dan di antara cucu-cucunya. Di tingkat anak-anak Abdul Aziz, terjadi perebutan kekuasaan antara klan al-Sudairi sendiri seperti persaingan antara Nayef bin Abdul Aziz, Menteri Dalam Negeri Arab Saudi yang didukung oleh kelompok Wahabi dan di sisi lain ada Salman bin Abdul Aziz, Gubernur Riyadh dan Sultan bin Abdul Aziz, Pangeran Mahkota dan Menteri Pertahanan yang lagi sakit dan menjadi orang dekat CIA dan Barat.
Sementara pertikaian di kalangan cucu Abdul Aziz dimulai dari Khalid bin Sultan yang praktis menjalanan aktivitas Departeman Pertahanan Arab Saudi. Ia sama seperti ayahnya juga terlibat banyak skandal korupsi. Selain itu, Mutaib bin Abdullah, anak Raja Abdullah yang diangkat oleh ayahnya sebagai Komandan Pasukan Garda Nasional.
Di pihak lain, Bandar bin Sultan yang sempat diasingkan dengan tuduhan ingin melakukan kudeta setahun lalu kini telah kembali ke Arab Saudi. Para pakar politik melihat adanya hubungan antara kembalinya Bandar bin Sultan dan kepergian Raja Abdullah ke Amerika untuk berobat.
Hasil dari seminar Kairo menegaskan betapa Amerika dan Zionis Israel berharap suksesi di negara ini berjalan secara damai, sekalipun mereka lebih berharap Bandar bin Sultan yang dianggap bagian dari mereka untuk berkuasa, atau setidak-tidaknya tokoh yang dapat menjamin kepentingan Washington. Yang menarik, para peserta seminar mendesak penyelamatan tempat-tempat suci Islam dari kekuasaan keluarga Al Saud, Wahabi dan memintanya diawasi oleh umat Islam.
Redaktur: irf
Sumber: Irib
Meraba Suksesi Kekuasaan di Arab Saudi
Rabu, 24 November 2010, 12:38 WIB
ap
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/11/24/148482-meraba-suksesi-kekuasaan-di-arab-saudi
Raja Abdullah (duduk)
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH--
Semakin parahnya penyakit Raja Abdullah, pemimpin Arab Saudi yang berusia 87 tahun itu mengharuskannya berobat ke Amerika Serikat. Kondisi ini memunculkan banyak spekulasi mengenai suksesi dan masa depan pemimpin negara ini. Kenyataan ini semakin rumit setelah Sultan bin Abdul Aziz, Pangeran Mahkota Arab Saudi yang menjadi pengganti sementara Raja Abdullah selama masa pengobatannya juga menderita sakit.
Sultan bin Abdul Aziz pangeran berusia 85 tahun ini menderita kanker. Selama beberapa bulan ia mendapat pengobatan insentif di Maroko. Namun kini setelah 12 pekan menginap di rumah sakit Maroko ia kembali ke negaranya untuk menggantikan saudaranya yang juga akan melewati masa perawatannya di AS.
Sementara pangeran mahkota lainnya seperti Nayef bin Abdul Aziz, saudara kandung Sultan bin Abdul Aziz juga sudah berusia lanjut. Nayef saat ini berusia 75 tahun. Ia sendiri selama setahun ini berada di bawah perawatan medis atas penyakit yang dideritanya.
Berdasarkan aturan yang berlaku di Arab Saudi, kepemimpinan di negara ini berada di tangan anak-anak almarhum Raja Abdul Aziz. Ia adalah raja pertama kerajaan Arab Saudi dan ayah dari Raja Abdullah, raja Arab saat ini. Di negara ini ada piagam yang terkenal dengan nama piagam Abdul Aziz. Dalam piagam ini tertulis, selama anak-anak saya masih hidup, kekuasaan tidak akan berpindah ke cucu-cucu saya.
Berbeda dengan sistem kerajaan yang ada di negara-negara lain. Kekuasaan akan diwarisi oleh anak raja. Sementara dalam tradisi keluarga Al Saud, kekuasaan hanya akan berpindah ke anak-anak Raja Abdul Aziz, yang sejatinya merupakan saudara sang raja saat ini. Dengan dasar ini, Arab Saudi yang merupakan negara kesukuan, usia para putra mahkota tidak berbeda jauh dengan sang raja. Karena, sekali lagi, mereka bersaudara.
Sistem kekuasaan yang ada di Arab Saudi cukup rumit. Kondisi ini membuat ada persaingan untuk merebut kekuasaan. Di sisi lain, usia saudara-saudara Raja Abdullah berada di atas 75 tahun, persaingan di generasi putra mahkota menjadi sangat panas.
Raja Abdullah sendiri tidak memiliki saudara kandung. Bila mengamati saudara-saudara kandungnya yang berasal dari kabilah Sudari, kabilah yang berkuasa di Arab Saudi, Raja Abdullah merasa ada bahaya untuk menjalin hubungan dekat dengan keponakan-keponakannya. Saat ini, Bandar bin Sultan termasuk tokoh yang punya peran utama di kancah politik Arab Saudi. Sementara pangeran Salman juga termasuk tokoh yang diperbincangkan untuk memimpin Arab Saudi.
Sumber-sumber pemberitaan yang ada menyebut ada 19 anak Abdul Aziz, pendiri kerajaan Arab Saudi yang wafat tahun 1953. Kesembilan belas anak-anaknya ini banyak yang sudah tua, dan mereka yang masih muda tidak punya pengalaman yang cukup untuk memimpin negara. Oleh karena itu, diprediksikan tidak lama lagi raja Arab Saudi akan berasal dari salah seorang cucu Abdul Aziz. Namun yang menjadi pertanyaannya, klan mana dari keluarga Al Saud yang bakal memimpin?
Semakin parahnya penyakit Raja Abdullah, pemimpin Arab Saudi yang berusia 87 tahun itu mengharuskannya berobat ke Amerika Serikat. Kondisi ini memunculkan banyak spekulasi mengenai suksesi dan masa depan pemimpin negara ini. Kenyataan ini semakin rumit setelah Sultan bin Abdul Aziz, Pangeran Mahkota Arab Saudi yang menjadi pengganti sementara Raja Abdullah selama masa pengobatannya juga menderita sakit.
Sultan bin Abdul Aziz pangeran berusia 85 tahun ini menderita kanker. Selama beberapa bulan ia mendapat pengobatan insentif di Maroko. Namun kini setelah 12 pekan menginap di rumah sakit Maroko ia kembali ke negaranya untuk menggantikan saudaranya yang juga akan melewati masa perawatannya di AS.
Sementara pangeran mahkota lainnya seperti Nayef bin Abdul Aziz, saudara kandung Sultan bin Abdul Aziz juga sudah berusia lanjut. Nayef saat ini berusia 75 tahun. Ia sendiri selama setahun ini berada di bawah perawatan medis atas penyakit yang dideritanya.
Berdasarkan aturan yang berlaku di Arab Saudi, kepemimpinan di negara ini berada di tangan anak-anak almarhum Raja Abdul Aziz. Ia adalah raja pertama kerajaan Arab Saudi dan ayah dari Raja Abdullah, raja Arab saat ini. Di negara ini ada piagam yang terkenal dengan nama piagam Abdul Aziz. Dalam piagam ini tertulis, selama anak-anak saya masih hidup, kekuasaan tidak akan berpindah ke cucu-cucu saya.
Berbeda dengan sistem kerajaan yang ada di negara-negara lain. Kekuasaan akan diwarisi oleh anak raja. Sementara dalam tradisi keluarga Al Saud, kekuasaan hanya akan berpindah ke anak-anak Raja Abdul Aziz, yang sejatinya merupakan saudara sang raja saat ini. Dengan dasar ini, Arab Saudi yang merupakan negara kesukuan, usia para putra mahkota tidak berbeda jauh dengan sang raja. Karena, sekali lagi, mereka bersaudara.
Sistem kekuasaan yang ada di Arab Saudi cukup rumit. Kondisi ini membuat ada persaingan untuk merebut kekuasaan. Di sisi lain, usia saudara-saudara Raja Abdullah berada di atas 75 tahun, persaingan di generasi putra mahkota menjadi sangat panas.
Raja Abdullah sendiri tidak memiliki saudara kandung. Bila mengamati saudara-saudara kandungnya yang berasal dari kabilah Sudari, kabilah yang berkuasa di Arab Saudi, Raja Abdullah merasa ada bahaya untuk menjalin hubungan dekat dengan keponakan-keponakannya. Saat ini, Bandar bin Sultan termasuk tokoh yang punya peran utama di kancah politik Arab Saudi. Sementara pangeran Salman juga termasuk tokoh yang diperbincangkan untuk memimpin Arab Saudi.
Sumber-sumber pemberitaan yang ada menyebut ada 19 anak Abdul Aziz, pendiri kerajaan Arab Saudi yang wafat tahun 1953. Kesembilan belas anak-anaknya ini banyak yang sudah tua, dan mereka yang masih muda tidak punya pengalaman yang cukup untuk memimpin negara. Oleh karena itu, diprediksikan tidak lama lagi raja Arab Saudi akan berasal dari salah seorang cucu Abdul Aziz. Namun yang menjadi pertanyaannya, klan mana dari keluarga Al Saud yang bakal memimpin?
Redaktur: irf
Sumber: Irib
Kekuasaan Arab Saudi Berpindah Tangan
Selasa, 23 November 2010, 08:54 WIB
Irib
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/11/23/148235-kekuasaan-arab-saudi-berpindah-tangan
Raja Saudi Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud (kiri) dan Pangeran Mahkota Sultan bin Abdul Aziz al-Saud
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH--Pangeran Mahkota Arab Saudi, Sultan
bin Abdul Aziz, kembali ke tanah airnya dari Maroko setelah Raja
Abdullah berangkat ke Amerika Serikat untuk pengobatan. Setelah 12
minggu di istananya di Agadir, Sultan akhirnya kembali ke Arab Saudi
hari ini (22/11) dan akan mengambil kuasa selama absennya Raja Abdullah.
Sultan yang berusia 80 tahun selama lima dekade terakhir menjabat sebagai Menteri Pertahanan Saudi, juga tengah menjalani perawatan medis dalam dua tahun terakhir karena diperkirakan menderita sakit kanker. Adapun Raja Abdullah juga sakit karena sejenis hernia dan akumulasi darah di sekitar tulang belakang.
Sejak bulan Juni, Raja Abdullah mengurangi tugas-tugasnya karena masalah kesehatan yang sebelumnya tidak pernah secara resmi diungkapkan. Raja Abdullah diterbangkan ke Amerika Serikat hari ini (22/11) untuk pengobatan.
Kemarin (21/11), Menteri Kesehatan Arab Saudi Abdullah al-Rabeeah mengatakan bahwa Raja Abbdullah 'dalam keadaan stabil dan baik', serta akan mendapat pemeriksaan dan perawatan medis lebih lanjut di AS.
Sultan yang berusia 80 tahun selama lima dekade terakhir menjabat sebagai Menteri Pertahanan Saudi, juga tengah menjalani perawatan medis dalam dua tahun terakhir karena diperkirakan menderita sakit kanker. Adapun Raja Abdullah juga sakit karena sejenis hernia dan akumulasi darah di sekitar tulang belakang.
Sejak bulan Juni, Raja Abdullah mengurangi tugas-tugasnya karena masalah kesehatan yang sebelumnya tidak pernah secara resmi diungkapkan. Raja Abdullah diterbangkan ke Amerika Serikat hari ini (22/11) untuk pengobatan.
Kemarin (21/11), Menteri Kesehatan Arab Saudi Abdullah al-Rabeeah mengatakan bahwa Raja Abbdullah 'dalam keadaan stabil dan baik', serta akan mendapat pemeriksaan dan perawatan medis lebih lanjut di AS.
Redaktur: irf
Sumber: Irib
Raja Abdullah di Saudi Apresiasi Kemenangan Obama
Kamis, 08 November 2012, 16:57 WIB
IRIB
Pemimpin Arab Saudi, Raja Abdullah.
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH --
Kemenangan Barack Obama untuk kedua
kalinya dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) disambut hangat oleh
Raja Abdullah Sang Penjaga Dua Masjid Suci, Arab Saudi. Berselang
beberapa saat setelah terpilihnya Obama, Raja Abdullah segera
mengirimkan pesan untuk menyampaikan apresiasinya kepada Presiden
terpilih AS tersebut.
Sebagaimana diberitakan Arabnews.com, dalam pesan tersebut, Raja Arab Saudi terlihat sangat mengapresiasi Obama. "Saya atas nama pribadi dan atas nama Pemerintah Arab Saudi mengucapkan selamat kepada anda atas terpilihnya anda sebagai presiden Amerika Serikat yang akan menjabat untuk kedua kalinya," katanya, Rabu (7/11).
Ia juga menyampaikan harapannya agar Obama selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan agar dapat membawa rakyat Amerika menuju kemajuan dan kemakmuran. "Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan bahwa hubungan persahabatan dua negara (Saudi-AS) telah berjalan erat dan diharapkan dapat terus bekerja sama dalam kemajuan di berbagai bidang. Demikian dari kami sebagai apresiasi dan salam penghargaan kepada anda."
Dalam pesan tersebut juga tercantum nama Putra Mahkota Salman, Wakil Perdana Menteri, dan Menteri Pertahanan Saudi yang juga ikut mengucapkan selamat.
Sebagaimana diberitakan Arabnews.com, dalam pesan tersebut, Raja Arab Saudi terlihat sangat mengapresiasi Obama. "Saya atas nama pribadi dan atas nama Pemerintah Arab Saudi mengucapkan selamat kepada anda atas terpilihnya anda sebagai presiden Amerika Serikat yang akan menjabat untuk kedua kalinya," katanya, Rabu (7/11).
Ia juga menyampaikan harapannya agar Obama selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan agar dapat membawa rakyat Amerika menuju kemajuan dan kemakmuran. "Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan bahwa hubungan persahabatan dua negara (Saudi-AS) telah berjalan erat dan diharapkan dapat terus bekerja sama dalam kemajuan di berbagai bidang. Demikian dari kami sebagai apresiasi dan salam penghargaan kepada anda."
Dalam pesan tersebut juga tercantum nama Putra Mahkota Salman, Wakil Perdana Menteri, dan Menteri Pertahanan Saudi yang juga ikut mengucapkan selamat.
Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Hannan Putra
Raja Abdullah Copot Mendagri Saudi
Selasa, 06 November 2012, 09:15 WIB
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/11/29/me8z7b-pascaoperasi-raja-saudi-muncul-pertama-kali-di-publik
IST
Raja Abdullah Abdul Aziz bin Saud dari Arab Saudi.
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH, ARAB SAUDI --
Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz As-Saud, Senin (5/11), mengeluarkan dekrit kerajaan untuk mencopot Pangeran Ahmad bin Abdulaziz dari posisi menteri dalam negeri dan menggantinya dengan Pangeran Mohammad bin Naif bin Abdulaziz.
Dekrit kerajaan tersebut, yang disiarkan oleh Saudi Press Agency, mengatakan Raja Abdullah membebas-tugaskan Pangeran Ahmad dari posisi menteri dalam negeri "atas permintaannya", tanpa menjelaskan alasan di balik keputusan itu.
Raja Arab Saudi tersebut menginstruksikan lembaga terkait agar segera melaksanakan dekrit itu, kata kantor berita tersebut sebagaimana dikutip di Jakarta, Selasa (6/11) pagi.
Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz As-Saud, Senin (5/11), mengeluarkan dekrit kerajaan untuk mencopot Pangeran Ahmad bin Abdulaziz dari posisi menteri dalam negeri dan menggantinya dengan Pangeran Mohammad bin Naif bin Abdulaziz.
Dekrit kerajaan tersebut, yang disiarkan oleh Saudi Press Agency, mengatakan Raja Abdullah membebas-tugaskan Pangeran Ahmad dari posisi menteri dalam negeri "atas permintaannya", tanpa menjelaskan alasan di balik keputusan itu.
Raja Arab Saudi tersebut menginstruksikan lembaga terkait agar segera melaksanakan dekrit itu, kata kantor berita tersebut sebagaimana dikutip di Jakarta, Selasa (6/11) pagi.
Redaktur: Yudha Manggala P Putra
Beginilah Kondisi Terakhir Raja Abdullah
Senin, 26 November 2012, 17:30 WIB
IST
Raja Abdullah Abdul Aziz bin Saud dari Arab Saudi.
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, Berita kunjungan keluarga Raja Arab Saudi
Abdullah bin Abdul Aziz yang menjenguknya di rumah sakit tersebar luas,
namun tidak ada foto dan rekaman mengenai pertemuan tersebut.
Sepekan setelah Raja Abdullah menjalani operasi, keluarganya datang untuk menjenguk. Namun anehnya tidak ada foto atau gambar yang dipublikasikan oleh media Saudi mengenai pertemuan itu. Demikian dilaporkan al-Alam, Senin (26/11).
Kantor berita resmi Saudi SPA, dalam laporannya terkait pertemuan tersebut hanya memublikasikan gambar sejumlah pejabat dan anggota keluarga Raja Abdullah di The King Abdulaziz Medical City tanpa menyertakan gambar atau foto pertemuan mereka. Selain itu, SPA tidak menyinggung nama-nama mereka atau kapan Raja Abdullah bisa pulang.
Raja Saudi pada tanggal 16 November menjalani operasi dan menurut sejumlah laporan tidak resmi, kondisinya memburuk.Berdasarkan laporan tidak resmi, kondisi Raja Abdullah tiba-tiba memburuk dan kritis. Tim dokter memasang peralatan pernafasan karena ia telah lama tidak sadarkan diri.
Orang yang dikenal di Arab Saudi dengan nama "Mujtahid" yang berulang kali mengungkap berita-berita rahasia keluarga Al Saud, pada Ahad mengatakan, Raja Abdullah mengalami masalah gagal jantung, ginjal, dan paru-paru akut dan nasibnya akan jelas dalam dua hari mendatang.
Ia menambahkan, Pangeran Muhammad bin Nayef, Menteri Dalam Negeri Saudi memerintahkan pasukan yang dibawahinya untuk siap siaga, namun sebenarnya ia berupaya mengalahkan saingannya jika Raja Abdullah sampai meninggal dunia. Hal ini menunjukkan perselisihan tajam di antara keluarga penguasa Saudi.
Sepekan setelah Raja Abdullah menjalani operasi, keluarganya datang untuk menjenguk. Namun anehnya tidak ada foto atau gambar yang dipublikasikan oleh media Saudi mengenai pertemuan itu. Demikian dilaporkan al-Alam, Senin (26/11).
Kantor berita resmi Saudi SPA, dalam laporannya terkait pertemuan tersebut hanya memublikasikan gambar sejumlah pejabat dan anggota keluarga Raja Abdullah di The King Abdulaziz Medical City tanpa menyertakan gambar atau foto pertemuan mereka. Selain itu, SPA tidak menyinggung nama-nama mereka atau kapan Raja Abdullah bisa pulang.
Raja Saudi pada tanggal 16 November menjalani operasi dan menurut sejumlah laporan tidak resmi, kondisinya memburuk.Berdasarkan laporan tidak resmi, kondisi Raja Abdullah tiba-tiba memburuk dan kritis. Tim dokter memasang peralatan pernafasan karena ia telah lama tidak sadarkan diri.
Orang yang dikenal di Arab Saudi dengan nama "Mujtahid" yang berulang kali mengungkap berita-berita rahasia keluarga Al Saud, pada Ahad mengatakan, Raja Abdullah mengalami masalah gagal jantung, ginjal, dan paru-paru akut dan nasibnya akan jelas dalam dua hari mendatang.
Ia menambahkan, Pangeran Muhammad bin Nayef, Menteri Dalam Negeri Saudi memerintahkan pasukan yang dibawahinya untuk siap siaga, namun sebenarnya ia berupaya mengalahkan saingannya jika Raja Abdullah sampai meninggal dunia. Hal ini menunjukkan perselisihan tajam di antara keluarga penguasa Saudi.
Redaktur: Endah Hapsari
Sumber: IRIB/IRNA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar