Kerajaan Majapahit Ternyata Kerajaan Islam Sejak Awalnya ?
Islamedia:https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/07/11/kerajaan-majapahit-ternyata-kerajaan-islam-sejak-awalnya/
Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara.
Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini. Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut.
Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.
‘Kegelisahan’
semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit
dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah
Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah
Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data
arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya
dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah
Yang Tersembunyi’.
Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.
Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:
1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.
4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.
5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.
Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan. Wallahu A’lam Bishshawab. [sejarah-kompasiana]http://islamedia.co.nr/
Mungkinkah Majapahit Sebuah Kerajaan Islam? Fakta-fakta Tersembunyi tentang Kerajaan Majapahit
Fakta-fakta
baru tentang Kerajaan Majapahit ditemukan yaitu adanya unsur-unsur
Islam dalam kerajaan itu. Spekulasi historis pun mengarah pada
kemungkinan bahwa Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya
itu adalah sebuah Kerajaan Islam. Tapi jelas, ini baru asumsi awal.
Sangat diperlukan studi lanjutan yang serius untuk mengungkap kebenaran
sejarah Nusantara. Selama ini, kita dicekoki bahwa Majapahit adalah
sebuah kerajaan terbesar di Nusantara dengan pengaruhnya yang luas.
Asumsi ini sudah dibantah oleh sebagian sejarawan. Kemudian muncul
penemuan baru ini. Semoga ini sebuah jalan untuk meretas kebenaran
sejarah Indonesia yang sangat diwarnai oleh bias-bias kolonial. Selamat
menyimak!!
http://moeflich.wordpress.com/2010/11/20/mungkinkah-majapahit-sebuah-kerajaan-islam-fakta-fakta-tersembunyi-tentang-kerajaan-majapahit/
______________________
Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau
sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan
niat atau motivasisi pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan
Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di
negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya membentang luas hingga
mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara.
Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan
yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat
ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini. Sejak memasuki Sekolah
Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah
kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu
kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang
terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan
beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan
dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan
mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman
yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat
Nusantara.
‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian
Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP)
Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang
terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam
fakta-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian
menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit,
Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’.
Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama
menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu
yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan
masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah
(Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara.
Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini
dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan
dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah berkaitan dengan partai komunis ini
yang dibuat dimasa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang
dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini
karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah
tersebut.
Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai
Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu,
diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan
masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara
belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam
masyarakat.
Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta
dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan.
Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan
Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit
adalah sebagai berikut:
1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan
kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini
dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto
Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah
wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak
mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin
emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini
dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan
Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah
Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh
Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan
sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan
atau kerajaan Islam.
3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat
beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad,
Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di
antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini.
Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini,
maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,
atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan
Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai
simbol-simbol Islam.
4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini
karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru
Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan
hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran sufi, sedangkan neneknya adalah
seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar
Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan
bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau
adalah seorang penganut Hindu.
Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi
penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar
seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim
Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono
di Solo.
Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat
terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang
muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama
Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan
Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya
berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan
demikian, penulisanGajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan
‘Gajah Mada’.
Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘LaIlaha
Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa
dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya
sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.
5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal
Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia
secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol
dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah
berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik
yang tidak menentu.
Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum
muslim dari TimurTengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal
dengan‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara
(Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan
kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranak pinak di
tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa
beragam kerajaanNusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.
Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa
sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian
besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi
terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarahitu
dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan.Wallahu
A’lam Bishshawab. Hanya Tuhan Yang Maha MEngetahui ….
[sejarah-kompasiana]
http://danish56.blogspot.com/2010/11/fakta-fakta-tersembunyi-dari-kerajaan.html
INTERMEEZZZOOOOOOO.....
Kisah Dosen UIN Mem-booking 8 PSK dalam Satu Kamar ??
Moeflich Hasbullah [ASTAGHFIRULLAH..........]
http://moeflich.wordpress.com/2012/07/02/kisah-dosen-uin-mem-booking-8-psk-dalam-satu-kamar/
Seorang Dosen UIN SGD Bandung masuk ke tempat pelacuran di daerah Bekasi dan mem-booking 8
PSK sekaligus, lalu diboyong ke satu kamar. Sekuriti berbadan besar
oknum TNI menguntitnya. Menyewa 8 orang sekaligus tentu tidak wajar dan
mencurigakan. “Dia punya kekuatan seks seperti apa?” Pikirnya.
Tahu ada yang menguntit, sang dosen merasa terganggu, terjadilah adu
mulut sampai si TNI itu tak berkutik. Argumen sang dosen kuat, karena
toh sudah di-booking adalah hak dia untuk melakukan apa saja dengan 8 perempuan itu dalam kamar. Sang dosen bertanya, “Sebagai apa kamu disini?” “Saya keamananan Pak!” Mendengar jawaban itu, sontak sang dosen marah: “Keamanan
apanya ..?? Pekerjaan kamu disini bukan mengamankan tapi membuat mereka
menderita. Kamu menjerumuskan dan mencelakakan mereka semua di dunia
dan di akherat. Keamanan apanya?” Sang centeng tak berkutik.
Sekuriti itu pun ditantang duel kalau mengganggu acara sang dosen, tapi
si oknum ini tidak berani, apalagi saat diancam akan dilaporkan ke
atasannya jadi centeng “neraka” seperti itu. Ia pun takut, pergi dan
minta maaf. Ke 8 PSK itu merasakan lain, ada hal aneh yang akan
dilakukan tamunya ini mem-booking mereka banyakan.
Di dalam kamar, sang dosen meminta seprai dari dua kasur dicabut: “Tolong tutup badan kalian semua dengan kain itu. Saya tidak mau melihatnya.” 8
PSK itu kemudian diceramahi dan dinasehati panjang lebar tentang
kelakuan buruknya, tentang uang haramnya, akibatnya pada anak,
durhakanya pada orang tua, alasan dustanya soal kebutuhan ekonomi,
tentang bahaya penyakit kelamin dll. “Bayangkan kalau anak
perempuanmu seperti kamu mau nggak? Kalau anak-anakmu tahu kelakuanmu
seperti ini mau gak?” “Kalau ibumu tahu mau gak? Bayangkan perasaan
mereka, betapa malu dan sakit hatinya. Inikah balasan pada ibumu yang
sudah susah payah melahirkan, membesarkan dan mendidikmu?” dll …
dll … (sekitar 2 jam dia biacara). Ledakan tangisan 8 PSK itu muncrat
semua, semua menyadari dan menyesali, tobat seketika, janji besok
semuanya akan keluar.
Esoknya, sang dosen, datang lagi mengecek. Benar, 8 nama itu sudah
tidak ada di daftar, sudah keluar. Beberapa hari kemudian, sang dosen
mengunjungi ke 8 orang itu ke kampungnya masing-masing, mengontrol dan
membina, dan komunikasi terus berjalan setelah beberapa minggu/bulan. 8
perempuan muda yang wajah-wajahnya aduhai itu, kini ada yang buka
warung, buka kios, kerja di pabrik dll. “Naah … begituu … iniii … yang halal dan barokah. Rizki halal tidak susah asalkan dicari.” Mereka merasakan kebahagiaan yang sangat amat telah keluar dari jerat pekerjaaannya kotor.
Dari ke 8 PSK itu, 6 orang bersuami dan direstui suaminya jadi PSK
(asalnya daerahnya Subang, Indramayu, Sukabumi). Yang suaminya menerima
dan sadar, suaminya juga dibina. Yang suaminya menolak dan marah karena
kehilangan income dari istrinya yang cukup besar, sang dosen memberikan intruksi: “Kamu
harus bercerai dengan suamimu, wajib, karena ia telah menjerumuskan dan
merusakmu. Suami macam apa seperti itu, sekarang pun ia tidak terima
kamu telah sadar. Sekarang cari suami yang baik, masih banyak. Insya
Allah saya akan bantu.” Yang suaminya tidak terima, semuanya
diceraikan. Satu orang yang dari Indramayu, bukan hanya tidak terima
malah menteror mantan istrinya dan keluarganya.
Ketika sang dosen ini dilapori, tidak menunggu, ia langsung berangkat
mencarinya sendiri rumah orang itu. Laki-laki itu kembali ke rumah
orang tuanya. Sang dosen masuk dan menceramahi laki-laki itu, bukannya
berterima kasih dan bersyukur istrinya telah sadar dan kembali ke jalan
yang benar. Karena laki-laki tetap tidak terima dan marah-marah. Ia
bersungut-sungut menuduh menganggu kesenangan oranglah, merusak rumah
tangga oranglah, sok sucilah, dll. Sang dosen membantah: “Siapa yang merusak? Justru kamu yang merusak istri kamu dan kamu memerasnya. Suami macam apa kamu ini?”
Karena nasehat tidak akan masuk pada orang seperti ini, akhirnya sang dosen mengambil jalan akhir. “Sekarang
gini aja, kamu ambil golok bawa keluar, ayo kita duel diluar tapi
dengan catatan sampai mati dan harus disaksikan masyarakat, RT, RW dan
Polisi. Siapa yang benar diantara kita.” Laki-laki itu hanya diam,
sang dosen marah, ia masuk ke dapur dan meminta golok pada keluarganya.
Golok itu diberikan dan dipaksakannya agar laki-laki itu memegangnya dan
dipersilahkan untuk menebas bagian mana saja dari tubuh sang sang dosen
yang dia mau. Karena dia masih diam, sang dosen menggusur orang itu
keluar rumah. Karena suasana ribut, tetangga pada keluar, nonton.
Sekalian sang ustad, langsung berteriak-teriak disitu menjelaskan betapa
bodoh dan dungunya orang ini, istrinya disadarkan malah tidak terima
berarti dia ini hakikatnya setan. Tetangga yang sudah menaruh curiga
pada pekerjaan istri laki-laki itu membenarkan ucapan sang dosen. Mereka
terus menonton.
Sampai ujungnya, laki-laki itu sadar, menangis, menyesali dan
berjanji tidak akan menganggu mantan istrinya lagi. Orang tuanya pun
menyesalkan kebodohan anaknya itu. “Awas, mengganggu lagi mantan istrimu, denga saya urusannya.”
Ketika saya bilang, “luar biasa ya.” Sahabat saya ini berucap, “Yaa
… menolong itu harus tuntas, jangan setengah-setengah, cuma menyadarkan
saja tapi kesananaya tidak bertanggung jawab, ya gak akan bener, kasian
nanti istrinya.” Subhanallaah …
MAJAPAHIT BUKAN KESULTANAN ISLAM (1)
Adalah seorang Herman Sinung Janutama, yang menerbitkan buku ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Yang Tersembunyi’,
diterbitkan oleh LJKP Pangurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta, edisi
terbatas Muktamar Satu Abad Muhammadiyah Yogyakarta Juli 2010, yang pada
intinya buku tersebut memaparkan fakta-fakta tersembunyi dengan
berbagai dasar temuan sehingga mencapai suatu kesimpulan bahwa kerajaan
Majapahit adalah merupakan kerajaan Islam yang berbentuk "Kesultanan Majapahit".
Sedikitnya si penulis mengemukakan lima fakta untuk memperkuat argumennya tersebut di atas, dan akan diulas kebenarannya dalam artikel-artikel berikut ini :
1. Ditemukan atau
adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha
Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam
Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah
alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan
Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan
kata-kata Tauhid.
Tidak
disangkal bahwa temuan mata-uang tersebut adalah merupakan temuan
arkeologis yang cukup bernilai, apalagi bila benar-benar berbahan dasar
emas. Tetapi satu hal yang harus dipahami serta wajib untuk dimengerti
adalah, mata uang suatu negara tidak dapat dipergunakan untuk menjustifikasi bentuk suatu negara (kerajaan) tersebut, sebagai wawasan : dahulu saat negeri kita masih berada di bawah (dijajah) pemerintahan kolonial Belanda mata uang yang dipergunakan adalah mata uang Gulden (VOC), hal ini tidak berarti bahwa negeri kita (pada waktu itu) berbentuk Kerajaan sebagaimana Belanda waktu itu (dibawah pemerintahan Ratu Juliana). Satu point utama yang patut dijadikan tolok ukur bentuk suatu negara (kerajaan) adalah bagaimana sistem perundang-undangan yang berlaku di negara (kerajaan)
tersebut pada masa itu, sebagai contohnya : Negeri kita ini
mempergunakan Undang-Undang Dasar 1945 serta Pancasila sebagai falsafah
negara yang jelas-jelas menentukan bahwa Indonesia adalah negara Republik Presidensiil
meskipun di dalam faktanya agama Islam adalah agama mayoritas penduduk
Indonesia, tetapi tidak berarti bahwa Indonesia adalah negara Islam.
Demikian halnya dengan kerajaan Majapahit pada waktu itu, kitab perundang-undangan pada jaman kerajaan Majapahit adalah Kutaramanawa atau Kutaramanawadharmasastra. Di dalam kitab tersebut diungkapkan bahwa Raja dianggap sebagai penjelmaan Dewa, yang dalam bab umumnya dinyatakan dengan tegas bahwa raja yang berkuasa (sang amawa bhumi)
harus teguh hatinya dalam mentrapkan besar kecilnya denda .... dst.
Satu catatan penting, kitab Kutaramanawa ini pernah diterbitkan oleh
Dr. J.C.G Jonker pada tahun 1885 yang aslinya ditulis dalam bahasa Jawa kuno dan disebut sebagai agama (harus diartikan sebagai undang-undang). Lebih jauh lagi, kitab Kutaramanawa di dalam pasal 109 menjelaskan bahwa isi kitab perundang-undangan agama diambil dari sari kitab perundang-undangan India yang disebut Manawadharmasastra dan Kutaradharmasastra. Manawadharmasastra adalah ajaran maharaja Manu ketika manusia baru saja diciptakan, beliau seperti Bhatara Wisnu. Selanjutnya Kutaradharmasastra adalah ajaran begawan Bregu
pada jaman Treptayoga, beliau seperti Bhatara Wisnu, diikuti oleh Rama
Parasu dan oleh semua orang, bukan buatan jaman sekarang, dan ajaran
ini telah berlaku sejak jaman purba.
Dengan demikian jelaslah bagi
kita bahwa perundang-undangan jaman kerajaan Majapahit yang diterapkan
kepada masyarakatnya lebih diwarnai oleh agama Hindu yang mulanya
berkembang di India.
Selanjutnya,
hingga saat ini masih sering ditemukan adanya mata uang kuno jaman
Majapahit yang ditulis dengan menggunakan huruf-huruf Cina dan terakhir
diketemukan di daerah Pacitan sejumlah satu karung banyaknya. Penemuan
inipun tidak dapat dipergunakan untuk menjustifikasi bahwa kerajaan
Majapahit adalah merupakan jajahan kekaisaran Cina.
Dengan banyaknya penemuan
koin-koin Cina sebagaimana gambar di samping ini membuktikan kepada kita
bahwa koin emas dengan tulisan huruf Arab tersebut di atas jelas bukan satu-satunya
koin atau mata uang yang dipergunakan sebagai alat tukar pada masa
Kerajaan Majapahit. Dan foto di bawah ini menunjukkan koin atau mata
uang resmi sebagai alat tukar yang dipergunakan pada jaman kerajaan
Majapahit.
Selanjutnya dipersilahkan untuk menuju bagian kedua
Langganan:
Poskan Komentar (Atom)
- MAJAPAHIT 1478 : PAGERANK BLOG
- MAJAPAHIT 1478 : TEHNIK OPTIMASI BLOG
- MAJAPAHIT 1478 : PENGERTIAN BLOG
- RAJA-RAJA DAN PATIH KERAJAAN MAJAPAHIT (1)
- SITUASI KOTA MAJAPAHIT (1)
- MELURUSKAN SEJARAH MAJAPAHIT ? BOHONG !!!! (1)
- RAJA-RAJA MAJAPAHIT AKHIR (1)
- ASAL-USUL GAJAH MADA
- GIRINDRAWARDHANA BUKAN RADEN PATAH
- SITUASI KOTA MAJAPAHIT (5)
Sejarah Kerajaan Majapahit
http://ensofty.wordpress.com/2011/07/15/sejarah-kerajaan-majapahit/
Sejarah Kerajaan Majapahit
Terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa kebesaran Kerajaan Majapahit dan sejarah yang tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton – Kitab Raja-raja dalam bahasa Kawi dan Nagara Kertagama dalam bahasa Jawa Kuno.
Sejarah Pendirian Kerajaan Majapahit
Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290 Singhasari menjadi kerajaan yang paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajah dan memotong telinganya.
Kejayaan Kerajaan Majapahit
Hayam Wuruk juga disebut sebagai Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masa Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatih Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364) Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377 beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Jenderal terkenal Majapahit lain adalah Adityawarman yang terkenal karena penaklukan di Minangkabau.
Keruntuhan Majapahit
Sesudah mencapai puncak kejayaannya, pada abad ke-14 kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampak terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406 antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yg dipertengkarkan pada tahun 1450-an dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.
Sistem Perekonomian Majapahit
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
Kebudayaan Majapahit
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan tiap tahun. Agama Buddha, Siwa dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit dan raja dianggap sekaligus sebagai titisan Buddha, Siwa maupun Wisnu.
Struktur Pemerintahan Majapahit
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan tampak struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya[21]. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat dibawah, antara lain yaitu:
a. Rakryan Mahamantri Katrini biasa dijabat putra-putra raja
b. Rakryan Mantri ri Pakira-kiran dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
c. Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan
d. Dharmma-upapatti para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja yang disebut sebagai Bhattara Saptaprabhu.
a. Kelinggapura
b. Kembang Jenar
c. Matahun
d. Pajang
e. Singhapura
f. Tanjungpura
g. Tumapel
h. Wengker
i. Daha
j. Jagaraga
k. Kabalan
l. Kahuripan
m. Keling
Raja-raja Majapahit
a. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 – 1309)
b. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 – 1328)
c. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 – 1350)
d. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 – 1389)
e. Wikramawardhana (1389 – 1429)
f. Suhita (1429 – 1447)
g. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 – 1451)
h. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 – 1453)
i. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 – 1466)
j. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468)
k. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 – 1478)
l. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 – 1498)
m. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)
Warisan Sejarah Kerajaan Majapahit
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad - abad berikutnya.
b. Serial “Mahesa Rani” karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka seorang rekan Mahesa Rani.
c. Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit karya Jan Mintaraga.
d. Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
e. Strip komik “Panji Koming” karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar “Kompas” edisi Minggu menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
f. Sandyakalaning Majapahit (1933) roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit karya Sanusi Pane.
g. Kemelut Di Majapahit roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
h. Zaman Gemilang (1938/1950/2000) roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari masa Majapahit dan berakhir pada intrik seputar terbunuh Jayanegara karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
i. Senopati Pamungkas (1986/2003) cerita silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara karya Arswendo Atmowiloto.
j. Dyah Pitaloka – Senja di Langit Majapahit (2005) roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
k. Gajah Mada (2005) sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisi menguasai Nusantara karya Langit Kresna Hariadi.
l. Tutur Tinular suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasari pada pemerintahan Kertanegara hingga Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
m. Saur Sepuh suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
n. Walisongo sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit di masa Brawijaya V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
Sumber : http://dot-majapahit.blogspot.com/2010/03/sejarah-kerajaan-majapahit.html
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah
berdiri pada sekitar tahun 1293 hingga tahun 1500 M. Kerajaan ini
mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk yang
berkuasa dari tahun 1350sampai dengan tahun 1389. Majapahit menguasai
kerajaan-kerajaan lain di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali dan
Filipina.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yg
menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara
terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Sumatra,
Semenanjung Malaya, Borneo hingga Indonesia timur meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.
Sejarah Kerajaan Majapahit
Terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa kebesaran Kerajaan Majapahit dan sejarah yang tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton – Kitab Raja-raja dalam bahasa Kawi dan Nagara Kertagama dalam bahasa Jawa Kuno.
Pararaton terutama menceritakan
tentang Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat
beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Kerajaan Majapahit.
Sementara itu Nagara Kertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis
pada masa keemasan Kerajaan Majapahit yang berada di bawah pemerintahan
Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain
itu terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan
sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut banyak
dipertentangkan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa sumber-sumber itu
memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg
menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu tetapi memiliki
arti supranatural dalam hal ini dapat meramalkan / mengetahui masa
depan. Namun demikian banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis
besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan
catatan sejarah dari Tiongkok khususnya mengenai daftar penguasa dan
keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.
Sejarah Pendirian Kerajaan Majapahit
Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290 Singhasari menjadi kerajaan yang paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajah dan memotong telinganya.
Kubilai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa pada tahun 1293. Ketika itu
Jayakatwang, adipati Kediri telah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria
Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya,
menantu Kertanegara yang datang menyerahkan diri.
Raden Wijaya kemudian
diberi wilayah di hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun sebuah
desa baru. Desa itu diberi nama Majapahit yang nama nama tersebut
diambil dari nama buah maja dan yang memiliki rasa “pahit” dari buah
tersebut. Ketika pasukan Mongolia tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan
pasukan Mongolia untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya
berbalik menyerang sekutu Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang
kembali pasukan yang secara kalang-kabut karena mereka berada di
teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka utk
menangkap angin muson agar dapat pulang atau mereka harus terpaksa
menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yg digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan
Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja yaitu pada
tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi berbagai masalah. Beberapa orang
terpercaya Kertarajasa termasuk Ranggalawe, Sora dan Nambi memberontak,
meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga
bahwa mahapatih Halayudha-lah yang melakukan konspirasi untuk
menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi
tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak
terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara dan lalu dihukum
mati. Raden Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus Raden Wijaya, Jayanegara adalah penguasa yang jahat
dan amoral. Ia digelari Kala Gemet yg berarti “penjahat lemah”. Pada
tahun 1328 Jayanegara dibunuh oleh tabib Tanca. Ibu tiri yaitu Gayatri
Rajapatni seharusnya menggantikan, akan tetapi Rajapatni memilih
mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni
menunjuk anak perempuan Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu
Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana kerajaan Majapahit berkembang
menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana
menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia kemudian
digantikan oleh putra Hayam Wuruk.
Kejayaan Kerajaan Majapahit
Hayam Wuruk juga disebut sebagai Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masa Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatih Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364) Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377 beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Jenderal terkenal Majapahit lain adalah Adityawarman yang terkenal karena penaklukan di Minangkabau.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi,
kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua dan sebagian kepulauan Filipina.
Namun demikian batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah
kekuasaan tersebut tampak tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat
Majapahit tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang
mungkin berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga memiliki hubungan
dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan dan Vietnam dan bahkan
mengirim duta-duta ke Tiongkok.
Keruntuhan Majapahit
Sesudah mencapai puncak kejayaannya, pada abad ke-14 kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampak terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406 antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yg dipertengkarkan pada tahun 1450-an dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041 yaitu tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”.
Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut
adalah gugurnya Bre Kertabumi raja ke-11 Majapahit oleh
Girindrawardhana.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama
sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad
ke-15 pengaruh Kerajaan Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang.
Pada saat bersamaan sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan
agama Islam yaitu Kesultanan Malaka mulai muncul di bagian barat
nusantara.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires) dan Italia
(Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan
Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus penguasa
dari Kesultanan Demak antara tahun 1518 dan 1521 M.
Sistem Perekonomian Majapahit
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor
Jawa pada saat itu adalah lada, garam, kain dan burung kakak tua,
sedangkan komoditas impor adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang
keramik dan barang dari besi. Mata uang dibuat dari campuran perak,
timah putih, timah hitam dan tembaga. Selain itu catatan Odorico da
Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada
tahun 1321 menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan
emas perak dan permata.
Kebudayaan Majapahit
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan tiap tahun. Agama Buddha, Siwa dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit dan raja dianggap sekaligus sebagai titisan Buddha, Siwa maupun Wisnu.
Walaupun batu bata telah digunakan dalam pembuatan candi pada masa
sebelumnya, arsitek Majapahitlah yg paling ahli menggunakannya.
Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan
memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu
bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah
Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan Mojokerto.
Struktur Pemerintahan Majapahit
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan tampak struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya[21]. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat dibawah, antara lain yaitu:
a. Rakryan Mahamantri Katrini biasa dijabat putra-putra raja
b. Rakryan Mantri ri Pakira-kiran dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
c. Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan
d. Dharmma-upapatti para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja yang disebut sebagai Bhattara Saptaprabhu.
Di bawah raja Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah yang
disebut Paduka Bhattara. Mereka biasanya merupakan saudara atau kerabat
dekat raja dan bertugas dalam mengumpulkan penghasilan kerajaan,
penyerahan upeti dan pertahanan kerajaan di wilayah masing-masing. Dalam
Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit
dibagi menjadi 14 daerah bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang
bergelar Bhre. Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:
a. Kelinggapura
b. Kembang Jenar
c. Matahun
d. Pajang
e. Singhapura
f. Tanjungpura
g. Tumapel
h. Wengker
i. Daha
j. Jagaraga
k. Kabalan
l. Kahuripan
m. Keling
Raja-raja Majapahit
Berikut adalah daftar penguasa Kerajaan Majapahit. Perhatikan bahwa
terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa
ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi
yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
a. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 – 1309)
b. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 – 1328)
c. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 – 1350)
d. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 – 1389)
e. Wikramawardhana (1389 – 1429)
f. Suhita (1429 – 1447)
g. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 – 1451)
h. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 – 1453)
i. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 – 1466)
j. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468)
k. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 – 1478)
l. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 – 1498)
m. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)
Warisan Sejarah Kerajaan Majapahit
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad - abad berikutnya.
Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang dan Mataram berusaha
mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungannya ke
Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunan melalui Kertabhumi;
pendiri Raden Patah menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai
anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina yang dikirim ke luar istana
sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang
dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena
merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah
memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para
raja dengan keluarga kerajaan Majapahit sering kali dalam bentuk makam
leluhur yang di Jawa merupakan bukti penting dan legitimasi dianggap
meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat
pengaruh besar dari Majapahit dan masyarakat Bali menganggap diri mereka
penerus sejati kebudayaan Majapahit.
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern termasuk mereka yang
terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20 telah merujuk
pada Majapahit sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit
kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.
Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an Partai Komunis Indonesia
menyampaikan visi tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan
kembali dari Majapahit yang diromantiskan. Sukarno juga mengangkat
Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa sedangkan Orde Baru
menggunakan untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan
negara. Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah
yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang
arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo)
berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah
menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa
serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini.
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan pelestarian dan penyebaran
teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik
pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi
semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat, namun semenjak masa
kini dan seterusnya bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi
petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran
kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke
berbagai penjuru Nusantara terutama di bagian barat. Selain keris,
berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.
Meskipun tidak ada bukti tertulis, banyak perguruan pencak silat di
Nusantara mengklaim memiliki akar tradisi hingga ke zaman Majapahit.
Sebagai suatu rezim ekspansionis tentara Majapahit dapat diduga memiliki
kemampuan bertempur yang lebih handal daripada bawahan-bawahannya.
Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada
masa itu menjadi sumber inspirasi, tidak henti-hentinya bagi para
seniman masa selanjutnya utk menuangkan kreasi terutama di Indonesia.
Berikut adalah daftar beberapa karya seni Kerjaan Majapahit yang
berkaitan dengan masa tersebut.
a. Serat Darmagandhul sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya,
karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi namun diperkirakan dari masa
Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan
dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis “Buda”
ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.
b. Serial “Mahesa Rani” karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka seorang rekan Mahesa Rani.
c. Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit karya Jan Mintaraga.
d. Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
e. Strip komik “Panji Koming” karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar “Kompas” edisi Minggu menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
f. Sandyakalaning Majapahit (1933) roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit karya Sanusi Pane.
g. Kemelut Di Majapahit roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
h. Zaman Gemilang (1938/1950/2000) roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari masa Majapahit dan berakhir pada intrik seputar terbunuh Jayanegara karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
i. Senopati Pamungkas (1986/2003) cerita silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara karya Arswendo Atmowiloto.
j. Dyah Pitaloka – Senja di Langit Majapahit (2005) roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
k. Gajah Mada (2005) sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisi menguasai Nusantara karya Langit Kresna Hariadi.
l. Tutur Tinular suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasari pada pemerintahan Kertanegara hingga Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
m. Saur Sepuh suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
n. Walisongo sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit di masa Brawijaya V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
Sumber : http://dot-majapahit.blogspot.com/2010/03/sejarah-kerajaan-majapahit.html
KERAJAAN MAJAPAHIT
Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari
raja yang memerintah:
raja yang memerintah:
http://kibayusejati.blogspot.com/2009/02/kerajaan-majapahit.html
Raden Wijaya 1273 - 1309
Jayanegara 1309-1328
Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
Hayam Wuruk 1350-1389
Wikramawardana 1389-1429
Kertabhumi 1429-1478
mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389)
kebesaran kerajaan ditunjang oleh:
pertanian sudah teratur
perdagangan lancar dan maju
memiliki armada angkutan laut yang kuat
dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada
di bawah patih Gajah Mada Majapahit menaklukkan daerah lain
ia mengucapkan Sumpah Palapa yang berbunyi:
Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya
tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran
Penyebab kemunduran:
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada
meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan
daerah bawahan mulai melepaskan diri
berkembangnya Islam di daerah pesisir
serangan pasukan Kediri tahun 1478
Peninggalan kerajaan Majapahit:
bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus
kitab:
Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca
Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika
Paraton
Kidung Sundayana dan Sorandaka
R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit.
Dua pohon beringin di pintu masuk Pendopo Agung di Trowulan, Mojokerto. Dua pohon beringin itu ditanam pada 22 Desemebr 1973 oleh Pangdam Widjojo Soejono dan Gubernur Moehammad Noer.
Di belakang bangunan Pendopo Agung yang memampang foto para Pangdam Brawijaya, terdapat bangunan mungil yang dikelilingi kuburan umum. Bangunan bernama Petilasan Panggung itu diyakini Petilasan Raden Wijaya dan tempat Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa.
Begitu memasuki bangunan Petilasan Panggung, yang memiliki pendopo mini sebagai latarnya, tampak beberapa bebatuan yang dibentuk layaknya kuburan, dinding di sekitar " kuburan " itu diselimuti kelambu putih transparan yang mampu menambah kesakralan tempat itu.
Menurut Sajadu ( 53 ) penjaga Petilasan Panggung, disinilah dulu Raden Wijaya bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit mendirikan kerajaan Majapahit. Selain itu, ditempat ini pula Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. " Tempat ini dikeramatkan karena dianggap sebagai Asnya Kerajaan Majapahit " katanya.
Pada waktu tertentu khususnya bertepatan dengan malam jumat legi, banyak orang datang untuk berdoa dan mengharapkan berkah. " orang berdatangan untuk berdoa, agar tujuannya tercapai " kata Sajadu yang menyatakan pekerjaan menjaga Petilasan Panggung sudah dilakukan turun-temurun sejak leluhurnya.
Sembari menghisap rokok kreteknya, pria yang mewarisi sebagai penjaga petilasan dari ayahnya sejak 1985 juga menceritakan, dulunya tempat itu hanya berupa tumpukkan bebatuan. Sampai sekarang, batu tersebut masih ada di dalam, katanya.
Kemudian pada 1964, dilakukan pemugaran pertama kali oleh Ibu Sudarijah atau yang dikenal dengan Ibu Dar Moeriar dari Surabaya. Baru pada tahun 1995 dilakukan pemugaran kembali oleh Pangdam Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Utomo.
Memasuki kawasan Petilasan Panggung, terpampang gambar Gajah Mada tepat disamping pintu masuk. Sedangkan dibagian depan pintu bergantung sebuah papan kecil dengan tulisan " Lima Pedoman " yang merupakan pedoman suri teladan bagi warga.
Selengkapnya " Ponco Waliko " itu bertuliskan " Kudutrisno Marang Sepadane Urip, Ora Pareng Ngilik Sing Dudu Semestine, Ora Pareng Sepatah Nyepatani dan Ora Pareng Eidra Hing Ubaya "
Dikisahkan Sajadu pula, Petilasan Panggung ini sempat dinyatakan tertutup bagi umum pada tahun 1985 hingga 1995. Baru setelah itu dibuka lagi untuk umum, sejak dinyatakan dibuka lagi, pintu depan tidak lagi tertutup dan siangpun boleh masuk.
MASA KEJAYAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.
Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung tersebut adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.
Keruntuhan Majapahit
Tersebutlah kisah, Adipati Terung meminta Sultan Bintara alias Raden Patah yang masih "kapernah" kakaknya, untuk menghadap Prabu Brawijaya. Tapi Sultan Demak itu tidak mau karena ayahnya dianggap masih kafir.Brawijaya adalah raja Majapahit, kerajaan Hindu yang pernah jaya ditanah Jawa. Bahkan kemudian Raden Patah lalu mengumpulkan para bupati pesisir seperti Tuban, Madura dan Surabaya serta para Sunan untuk bersama-sama menyerbu Majapahit yang kafir itu. Prajurit Islam dikerahkan mengepung ibu kota kerajaan, karena segan berperang dengan puteranya sendiri, Prabu Brawijaya
meloloskan diri dari istana bersama pengikut yang masih setia. Sehingga ketika Raden Patah dan rombongannya (termasuk para Sunan) tiba, istana itu kosong. Atas nasihat Sunan Ampel, untuk menawarkan segala pengaruh raja kafir, diangkatlah Sunan Gresik jadi raja Majapahit selama 40 hari. Sesudah itu baru diserahkan kepada Sultan Bintara untuk diboyong ke Demak.
Cerita ini masih dibumbui lagi, yaitu setelah Majapahit jatuh, Adipati Terung ditugasi mengusung paseban raja Majapahit ke Demak untuk kemudian dijadikan serambi masjid. Adipati Bintara itu kemudian bergelar "Senapati Jinbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama".
Cerita mengenai serbuan tentara Majapahit itu dapat ditemui dalam "BABAD TANAH JAWI". Tapi cerita senada juga terdapat dalam "Serat Kanda". Disebutkan, Adipati Bintara bersama pengikutnya memberontak pada Prabu Brawijaya. Bala tentara Majapahit dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada, Adipati Terung dan Andayaningrat (Bupati Pengging). Karena takut kepada Syekh Lemah Abang, gurunya, Kebo Kenanga (Putra Bupati Pengging) membelot ikut musuh. Sementara itu Kebo Kanigara saudaranya tetap setia kepada Sang Prabu Brawijaya.
Tentara Demak dibawah pimpinan Raden Imam diperlengkapi dengan senjata sakti "Keris Makripat" pemberian Sunan Giri yang bisa mengeluarkan hama kumbang dan "Badhong" anugerah Sunan Cirebon yang bisa mendatangkan angin ribut. Tentara Majapahit berhasil dipukul mundur sampai keibukota, cuma rumah adipati Terung yang selamat karena ia memeluk Islam.
Karena terdesak, Prabu Brawijaya mengungsi ke (Tanjung) sengguruh beserta keluarganya diiringi Patih gajah Mada. Itu terjadi tahun 1399 Saka atau 1477 Masehi. Setelah dinobatkan menjadi Sultan Demak bergelar "Panembahan Jinbun", adipati Bintara mengutus Lembu Peteng dan jaran panoleh ke sengguruh meminta sang Prabu masuk agama Islam. tapi beliau tetap menolak. Akhirnya Sengguruh diserbu dan Prabu Brawijaya lari kepulau Bali.
Cerita versi BABAD TANAH JAWI dan SERAT KANDA itulah yang selama ini populer dikalangan masyarakat Jawa, bahkan pernah juga diajarkan disebagian sekolah dasar dimasa lalu. Secara garis besar, cerita itu boleh dibilang menunjukkan kemenangan Islam. Padahal sebenarnya sebaliknya, bisa memberi kesan yang merugikan, sebab seakan-akan Islam berkembang di Jawa dengan kekerasan dan darah. Padahal kenyataannya tidak begitu.
Selain fakta lain banyak menungkap bahwa masuknya Islam dan berkembang ditanah Jawa dengan jalan damai. Juga fakta keruntuhan Majapahit juga menunjukkan bukan disebabkan serbuan tentara Islam demak.
Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" secara panjang lebar membantah isi cerita itu berdasarkan bukti-bukti sejarah. Dikatakan Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda yang ditulis abad XVII dijaman Mataram itu tanpa konsultasi sumber sejarah yang dapat dipercaya. Sumber sejarah itu antara lain beberapa prasasti dan karya sejarah tentang Majapahit, seperti "Negara Kertagama dan Pararaton". Karena itu tidak mengherankan jika uraiannya tentang Majapahit banyak yang cacat.
"Prasasti Petak" dan "Trailokyapuri" menerangkan, raja Majapahit terakhir adalah Dyah Suraprahawa, runtuh akibat serangan tentara keling pimpinan Girindrawardhana pada tahun 1478 masehi, sesuai Pararaton. Sejak itu Majapahit telah berhenti sebagai ibu kota kerajaan. Dengan demikian tak mungkin Majapahit runtuh karena serbuan Demak. Sumber sejarah Portugis tulisan Tome Pires juga menyebutkan bahwa Kerajaan Demak sudah berdiri dijaman pemerintahan Girindrawardhana di Keling.
Saat itu Tuban, Gresik, Surabaya dan Madura serta beberapa kota lain dipesisir utara Jawa berada dalam wilayah kerajaan Kediri, sehingga tidak mungkin seperti diceritakan dalam Babad Jawa, Raden Patah mengumpulkan para bupati itu untuk menggempur Majapahit.
Penggubah Babad Tanah Jawi tampaknya mencampur adukkan antara pembentukan kerajaan Demak pada tahun 1478 dengan runtuhnya Kediri oleh serbuan Demak dijaman pemerintahan Sultan Trenggano 1527. Penyerbuan Sultan Trenggano ini dilakukan karena Kediri mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka seperti yang dilaporkan Tome Pires. Demak yang memang memusuhi Portugis hingga menggempurnya ke Malaka tidak rela Kediri menjalin hubungan dengan bangsa penjajah itu.
Setelah Kediri jatuh (Bukan Majapahit !) diserang Demak, bukan lari kepulau Bali seperti disebutkan dalam uraian Serat Kanda, melainkan ke Panarukan, Situbondo setelah dari Sengguruh, Malang. Bisa saja sebagian lari ke Bali sehingga sampai sekarang penduduk Bali berkebudayaaan Hindu, tetapi itu bukan pelarian raja terakhir Majapahit seperti disebutkan Babad itu. Lebih jelasnya lagi raden Patah bukanlah putra Raja Majapahit terakhir seperti disebutkan dalam Buku Babad dan Serat Kanda itu, demikian Dr. Slamet Muljana.
Sejarawan Mr. Moh. Yamin dalam bukunya "Gajah Mada" juga menyebutkan bahwa runtuhnya Brawijaya V raja Majapahit terakhir, akibat serangan Ranawijaya dari kerajaan Keling, jadi bukan serangan dari Demak. Uraian tentang keterlibatan Mahapatih Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit ketika diserang Demak 1478 itu sudah bertentangan dengan sejarah.
Soalnya Gajah Mada sudah meninggal tahun 1364 Masehi atau 1286 Saka.
Penuturan buku "Dari Panggung Sejarah" terjemahan IP Simanjuntak yang bersumber dari tulisan H.J. Van Den Berg ternyata juga runtuhnya Majapahit bukan akibat serangan Demak atau tentara Islam. Ma Huan, penulis Tionghoa Muslim, dalam bukunya "Ying Yai Sheng Lan" menyebutkan, ketika mendatangi Majapahit tahun 1413 Masehi sudah menyebutkan masyarakat Islam yang bermukim di Majapahit berasal dari Gujarat dan Malaka. Disebutkannya, tahun 1400 Masehi saudagar Islam dari Gujarat dan Parsi sudah bermukim di pantai utara Jawa.
Salah satunya adalah Maulana Malik Ibrahim yang dimakamkan di Pasarean Gapura Wetan Kab. Gresik dengan angka tahun 12 Rabi'ul Awwal 882 H atau 8 April 1419 Masehi, berarti pada jaman pemerintahan Wikramawardhana (1389-1429) yaitu Raja Majapahit IV setelah Hayam Wuruk. Batu nisan yang berpahat kaligrafi Arab itu menurut Tjokrosujono (Mantan kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Mojokerto), nisan itu asli bukan buatan baru.
Salah satu bukti bahwa sejak jaman Majapahit sudah ada pemukiman Muslim diibu kota, adalah situs Kuna Makam Troloyo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, JATIM. Makam-makam Islam disitus Troloyo Desa Sentonorejo itu beragam angka tahunnya, mulai dari tahun 1369 (abad XIV Masehi) hingga tahun 1611 (abad XVII Masehi).
Nisan-nisan makam petilasan di Troloyo ini penuh tulisan Arab hingga mirip prasati. Lafalnya diambil dari bacaan Doa, kalimah Thayibah dan petikan ayat-ayat AlQuran dengan bentuk huruf sedikit kaku. Tampaknya pembuatnya seorang mualaf dalam Islam. Isinya pun bukan bersifat data kelahiran dan kematian tokoh yang dimakamkan, melainkan lebih banyak bersifat dakwah antara lain kutipan Surat Ar-Rahman ayat 26-27.
P.J. Veth adalah sarjana Belanda yang pertama kali meneliti dan menulis makam Troloyo dalam buku JAVA II tahun 1873.
L.C. Damais peneliti dari Prancis yang mengikutinya menyebutkan angka tahun pada nisan mulai abad XIV hingga XVI. Soeyono Wisnoewhardono, Staf Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Trowulan mengatakan, nisan-nisan itu membuktikan ketika kerajaan Majapahit masih berdiri, orang-orang Islam sudah bermukim secara damai disekitar ibu kota.
Tampak jelas disini agama Islam masuk kebumi Majapahit penuh kedamaian dan toleransi.
Satu situs kepurbakalaan lagi dikecamatan trowulan yakni diDesa dan kecamatan Trowulan adalah Makam Putri Cempa. Menurut Babad Tanah jawi, Putri Cempa (Jeumpa, bahasa Aceh) adalah istri Prabu Brawijaya yang beragama Islam. Dua nisan yang ditemukan dikompleks kekunaan ini berangka tahun 1370 Saka (1448 Masehi) dan 1313 Saka (1391 Masehi).
Dalam legenda rakyat disebutkan dengan memperistri Putri Cempa itu, sang Prabu sebenarnya sudah memeluk agama Islam. Ketika wafat ia dimakamkan secara Islam dimakam panjang (Kubur Dawa). Dusun Unggah-unggahan jarak 300 meter dari makam Putri Cempa bangsawan Islam itu.
Dari fakta dan situs sejarah itu, tampak bukti otentik tentang betapa tidak benarnya bahwa Islam dikembangkan dengan peperangan. Justru beberapa situs kesejarahan lain membuktikan Islam sangat toleran terhadap agama lain (termasuk Hindu) saat Islam sudah berkembang pesat ditanah Jawa.
Dikompleks Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur misalnya, berdiri tegak Candi Siwa Budha dengan angka tahun 1400 Saka (1478 masehi) yang kini letaknya berada dibelakang kantor Pemda tuban. Padahal, saat itu sudah berdiri pondok pesantren asuhan Sunan Bonang. Pondok pesantren dan candi yang berdekatan letaknya ini dilestarikan dalam sebuah maket kecil dari kayu tua yang kini tersimpan di Museum Kambang Putih, Tuban.
Di Kudus, Jawa Tengah, ketika Sunan Kudus Ja'far Sodiq menyebarkan ajaran Islam disana, ia melarang umat Islam menyembelih sapi untuk dimakan. Walau daging sapi halal menurut Islam tetapi dilarang menyembelihnya untuk menghormati kepercayaan umat Hindu yang memuliakan sapi.
Untuk menunjukkan rasa toleransinya kepada umat Hindu, Sunan Kudus menambatkan sapi dihalaman masjid yang tempatnya masih dilestarikan sampai sekarang. Bahkan menara Masjid Kudus dibangun dengan gaya arsitektur candi Hindu.
ketika kerajaan Majapahit berdiri sebagai bagian dari perjalanan bangsa Indonesia. Sejak didirikan Raden Wijaya yang bergelar Kertanegara Dharmawangsa, kerajaan ini senantiasa diliputi fenomena pemberontakan.
Pewaris tahta Raden Wijaya, yakni masa pemerintahan Kalagemet/Jayanegara (1309-1328), yang dalam sebuah prasasti dianggap sebagai titisan Wisnu dengan Lencana negara Minadwaya (dua ekor ikan) dalam memerintah banyak menghadapi pemberontakan-pemberontakan terhadap Majapahit dari mereka yang masih setia kepada Kertarajasa.
Pemberontakan pertama sebetulnya sudah dimulai sejak Kertarajasa masih hidup, yaitu oleh Rangga Lawe yang berkedudukan di Tuban, akibat tidak puas karena bukan dia yang menjadi patih Majapahit tetapi Nambi, anak Wiraraja. Tetapi usahanya (1309) dapat digagalkan.
Pemberontakan kedua di tahun 1311 oleh Sora, seorang rakryan di Majapahit, tapi gagal. Lalu yang ketiga dalam tahun 1316, oleh patihnya sendiri yaitu Nambi, dari daerah Lumajang dan benteng di Pajarakan. Ia pun sekeluarga ditumpas.
Pemberontakan selanjutnya oleh Kuti di tahun 1319, dimana Ibukota Majapahit sempat diduduki, sang raja melarikan diri dibawah lindungan penjaga-penjaga istana yang disebut Bhayangkari sebanyak 15 orang dibawah pimpinan Gajah Mada.
Namun dengan bantuan pasukan-pasukan Majapahit yang masih setia, Gajah Mada dengan Bhayangkarinya menggempur Kuti, dan akhirnya Jayanegara dapat melanjutkan pemerintahannya.
Berhenti pemberontakan Kuti, tahun 1331 muncul pemberontakan di Sadeng dan Keta (daerah Besuki). Maka patih Majapahit Pu Naga digantikan patih Daha yaitu Gajah Mada, sehingga pemberontakan dapat ditumpas. Keberhasilan Gajah Mada memadamkan pemberontakan Sadeng membawanya meraih karier diangkat sebagai mahapatih kerajaan.
Namun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389, berkali-kali sang patih Gajah Mada --yang juga panglima ahli perang di masa itu-- harus menguras energi untuk memadamkan pemberontakan di beberapa daerah. Pemberontakan Ronggolawe sampai serangan kerajaan Dhaha, Kediri.
Bahkan salah satu penyebab kemunduran dan hancurnya kerajaan Majapahit adalah ketika meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan, daerah bawahan mulai melepaskan diri dan berkembangnya Islam di daerah pesisir
Kerajaan Majapahit yang pernah mengalami masa keemasan dan kejayaan harus runtuh terpecah-pecah setelah kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada
Raden Wijaya 1273 - 1309
Jayanegara 1309-1328
Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
Hayam Wuruk 1350-1389
Wikramawardana 1389-1429
Kertabhumi 1429-1478
mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389)
kebesaran kerajaan ditunjang oleh:
pertanian sudah teratur
perdagangan lancar dan maju
memiliki armada angkutan laut yang kuat
dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada
di bawah patih Gajah Mada Majapahit menaklukkan daerah lain
ia mengucapkan Sumpah Palapa yang berbunyi:
Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya
tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran
Penyebab kemunduran:
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada
meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan
daerah bawahan mulai melepaskan diri
berkembangnya Islam di daerah pesisir
serangan pasukan Kediri tahun 1478
Peninggalan kerajaan Majapahit:
bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus
kitab:
Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca
Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika
Paraton
Kidung Sundayana dan Sorandaka
R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit.
Dua pohon beringin di pintu masuk Pendopo Agung di Trowulan, Mojokerto. Dua pohon beringin itu ditanam pada 22 Desemebr 1973 oleh Pangdam Widjojo Soejono dan Gubernur Moehammad Noer.
Di belakang bangunan Pendopo Agung yang memampang foto para Pangdam Brawijaya, terdapat bangunan mungil yang dikelilingi kuburan umum. Bangunan bernama Petilasan Panggung itu diyakini Petilasan Raden Wijaya dan tempat Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa.
Begitu memasuki bangunan Petilasan Panggung, yang memiliki pendopo mini sebagai latarnya, tampak beberapa bebatuan yang dibentuk layaknya kuburan, dinding di sekitar " kuburan " itu diselimuti kelambu putih transparan yang mampu menambah kesakralan tempat itu.
Menurut Sajadu ( 53 ) penjaga Petilasan Panggung, disinilah dulu Raden Wijaya bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit mendirikan kerajaan Majapahit. Selain itu, ditempat ini pula Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. " Tempat ini dikeramatkan karena dianggap sebagai Asnya Kerajaan Majapahit " katanya.
Pada waktu tertentu khususnya bertepatan dengan malam jumat legi, banyak orang datang untuk berdoa dan mengharapkan berkah. " orang berdatangan untuk berdoa, agar tujuannya tercapai " kata Sajadu yang menyatakan pekerjaan menjaga Petilasan Panggung sudah dilakukan turun-temurun sejak leluhurnya.
Sembari menghisap rokok kreteknya, pria yang mewarisi sebagai penjaga petilasan dari ayahnya sejak 1985 juga menceritakan, dulunya tempat itu hanya berupa tumpukkan bebatuan. Sampai sekarang, batu tersebut masih ada di dalam, katanya.
Kemudian pada 1964, dilakukan pemugaran pertama kali oleh Ibu Sudarijah atau yang dikenal dengan Ibu Dar Moeriar dari Surabaya. Baru pada tahun 1995 dilakukan pemugaran kembali oleh Pangdam Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Utomo.
Memasuki kawasan Petilasan Panggung, terpampang gambar Gajah Mada tepat disamping pintu masuk. Sedangkan dibagian depan pintu bergantung sebuah papan kecil dengan tulisan " Lima Pedoman " yang merupakan pedoman suri teladan bagi warga.
Selengkapnya " Ponco Waliko " itu bertuliskan " Kudutrisno Marang Sepadane Urip, Ora Pareng Ngilik Sing Dudu Semestine, Ora Pareng Sepatah Nyepatani dan Ora Pareng Eidra Hing Ubaya "
Dikisahkan Sajadu pula, Petilasan Panggung ini sempat dinyatakan tertutup bagi umum pada tahun 1985 hingga 1995. Baru setelah itu dibuka lagi untuk umum, sejak dinyatakan dibuka lagi, pintu depan tidak lagi tertutup dan siangpun boleh masuk.
MASA KEJAYAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.
Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung tersebut adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.
Keruntuhan Majapahit
Tersebutlah kisah, Adipati Terung meminta Sultan Bintara alias Raden Patah yang masih "kapernah" kakaknya, untuk menghadap Prabu Brawijaya. Tapi Sultan Demak itu tidak mau karena ayahnya dianggap masih kafir.Brawijaya adalah raja Majapahit, kerajaan Hindu yang pernah jaya ditanah Jawa. Bahkan kemudian Raden Patah lalu mengumpulkan para bupati pesisir seperti Tuban, Madura dan Surabaya serta para Sunan untuk bersama-sama menyerbu Majapahit yang kafir itu. Prajurit Islam dikerahkan mengepung ibu kota kerajaan, karena segan berperang dengan puteranya sendiri, Prabu Brawijaya
meloloskan diri dari istana bersama pengikut yang masih setia. Sehingga ketika Raden Patah dan rombongannya (termasuk para Sunan) tiba, istana itu kosong. Atas nasihat Sunan Ampel, untuk menawarkan segala pengaruh raja kafir, diangkatlah Sunan Gresik jadi raja Majapahit selama 40 hari. Sesudah itu baru diserahkan kepada Sultan Bintara untuk diboyong ke Demak.
Cerita ini masih dibumbui lagi, yaitu setelah Majapahit jatuh, Adipati Terung ditugasi mengusung paseban raja Majapahit ke Demak untuk kemudian dijadikan serambi masjid. Adipati Bintara itu kemudian bergelar "Senapati Jinbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama".
Cerita mengenai serbuan tentara Majapahit itu dapat ditemui dalam "BABAD TANAH JAWI". Tapi cerita senada juga terdapat dalam "Serat Kanda". Disebutkan, Adipati Bintara bersama pengikutnya memberontak pada Prabu Brawijaya. Bala tentara Majapahit dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada, Adipati Terung dan Andayaningrat (Bupati Pengging). Karena takut kepada Syekh Lemah Abang, gurunya, Kebo Kenanga (Putra Bupati Pengging) membelot ikut musuh. Sementara itu Kebo Kanigara saudaranya tetap setia kepada Sang Prabu Brawijaya.
Tentara Demak dibawah pimpinan Raden Imam diperlengkapi dengan senjata sakti "Keris Makripat" pemberian Sunan Giri yang bisa mengeluarkan hama kumbang dan "Badhong" anugerah Sunan Cirebon yang bisa mendatangkan angin ribut. Tentara Majapahit berhasil dipukul mundur sampai keibukota, cuma rumah adipati Terung yang selamat karena ia memeluk Islam.
Karena terdesak, Prabu Brawijaya mengungsi ke (Tanjung) sengguruh beserta keluarganya diiringi Patih gajah Mada. Itu terjadi tahun 1399 Saka atau 1477 Masehi. Setelah dinobatkan menjadi Sultan Demak bergelar "Panembahan Jinbun", adipati Bintara mengutus Lembu Peteng dan jaran panoleh ke sengguruh meminta sang Prabu masuk agama Islam. tapi beliau tetap menolak. Akhirnya Sengguruh diserbu dan Prabu Brawijaya lari kepulau Bali.
Cerita versi BABAD TANAH JAWI dan SERAT KANDA itulah yang selama ini populer dikalangan masyarakat Jawa, bahkan pernah juga diajarkan disebagian sekolah dasar dimasa lalu. Secara garis besar, cerita itu boleh dibilang menunjukkan kemenangan Islam. Padahal sebenarnya sebaliknya, bisa memberi kesan yang merugikan, sebab seakan-akan Islam berkembang di Jawa dengan kekerasan dan darah. Padahal kenyataannya tidak begitu.
Selain fakta lain banyak menungkap bahwa masuknya Islam dan berkembang ditanah Jawa dengan jalan damai. Juga fakta keruntuhan Majapahit juga menunjukkan bukan disebabkan serbuan tentara Islam demak.
Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" secara panjang lebar membantah isi cerita itu berdasarkan bukti-bukti sejarah. Dikatakan Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda yang ditulis abad XVII dijaman Mataram itu tanpa konsultasi sumber sejarah yang dapat dipercaya. Sumber sejarah itu antara lain beberapa prasasti dan karya sejarah tentang Majapahit, seperti "Negara Kertagama dan Pararaton". Karena itu tidak mengherankan jika uraiannya tentang Majapahit banyak yang cacat.
"Prasasti Petak" dan "Trailokyapuri" menerangkan, raja Majapahit terakhir adalah Dyah Suraprahawa, runtuh akibat serangan tentara keling pimpinan Girindrawardhana pada tahun 1478 masehi, sesuai Pararaton. Sejak itu Majapahit telah berhenti sebagai ibu kota kerajaan. Dengan demikian tak mungkin Majapahit runtuh karena serbuan Demak. Sumber sejarah Portugis tulisan Tome Pires juga menyebutkan bahwa Kerajaan Demak sudah berdiri dijaman pemerintahan Girindrawardhana di Keling.
Saat itu Tuban, Gresik, Surabaya dan Madura serta beberapa kota lain dipesisir utara Jawa berada dalam wilayah kerajaan Kediri, sehingga tidak mungkin seperti diceritakan dalam Babad Jawa, Raden Patah mengumpulkan para bupati itu untuk menggempur Majapahit.
Penggubah Babad Tanah Jawi tampaknya mencampur adukkan antara pembentukan kerajaan Demak pada tahun 1478 dengan runtuhnya Kediri oleh serbuan Demak dijaman pemerintahan Sultan Trenggano 1527. Penyerbuan Sultan Trenggano ini dilakukan karena Kediri mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka seperti yang dilaporkan Tome Pires. Demak yang memang memusuhi Portugis hingga menggempurnya ke Malaka tidak rela Kediri menjalin hubungan dengan bangsa penjajah itu.
Setelah Kediri jatuh (Bukan Majapahit !) diserang Demak, bukan lari kepulau Bali seperti disebutkan dalam uraian Serat Kanda, melainkan ke Panarukan, Situbondo setelah dari Sengguruh, Malang. Bisa saja sebagian lari ke Bali sehingga sampai sekarang penduduk Bali berkebudayaaan Hindu, tetapi itu bukan pelarian raja terakhir Majapahit seperti disebutkan Babad itu. Lebih jelasnya lagi raden Patah bukanlah putra Raja Majapahit terakhir seperti disebutkan dalam Buku Babad dan Serat Kanda itu, demikian Dr. Slamet Muljana.
Sejarawan Mr. Moh. Yamin dalam bukunya "Gajah Mada" juga menyebutkan bahwa runtuhnya Brawijaya V raja Majapahit terakhir, akibat serangan Ranawijaya dari kerajaan Keling, jadi bukan serangan dari Demak. Uraian tentang keterlibatan Mahapatih Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit ketika diserang Demak 1478 itu sudah bertentangan dengan sejarah.
Soalnya Gajah Mada sudah meninggal tahun 1364 Masehi atau 1286 Saka.
Penuturan buku "Dari Panggung Sejarah" terjemahan IP Simanjuntak yang bersumber dari tulisan H.J. Van Den Berg ternyata juga runtuhnya Majapahit bukan akibat serangan Demak atau tentara Islam. Ma Huan, penulis Tionghoa Muslim, dalam bukunya "Ying Yai Sheng Lan" menyebutkan, ketika mendatangi Majapahit tahun 1413 Masehi sudah menyebutkan masyarakat Islam yang bermukim di Majapahit berasal dari Gujarat dan Malaka. Disebutkannya, tahun 1400 Masehi saudagar Islam dari Gujarat dan Parsi sudah bermukim di pantai utara Jawa.
Salah satunya adalah Maulana Malik Ibrahim yang dimakamkan di Pasarean Gapura Wetan Kab. Gresik dengan angka tahun 12 Rabi'ul Awwal 882 H atau 8 April 1419 Masehi, berarti pada jaman pemerintahan Wikramawardhana (1389-1429) yaitu Raja Majapahit IV setelah Hayam Wuruk. Batu nisan yang berpahat kaligrafi Arab itu menurut Tjokrosujono (Mantan kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Mojokerto), nisan itu asli bukan buatan baru.
Salah satu bukti bahwa sejak jaman Majapahit sudah ada pemukiman Muslim diibu kota, adalah situs Kuna Makam Troloyo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, JATIM. Makam-makam Islam disitus Troloyo Desa Sentonorejo itu beragam angka tahunnya, mulai dari tahun 1369 (abad XIV Masehi) hingga tahun 1611 (abad XVII Masehi).
Nisan-nisan makam petilasan di Troloyo ini penuh tulisan Arab hingga mirip prasati. Lafalnya diambil dari bacaan Doa, kalimah Thayibah dan petikan ayat-ayat AlQuran dengan bentuk huruf sedikit kaku. Tampaknya pembuatnya seorang mualaf dalam Islam. Isinya pun bukan bersifat data kelahiran dan kematian tokoh yang dimakamkan, melainkan lebih banyak bersifat dakwah antara lain kutipan Surat Ar-Rahman ayat 26-27.
P.J. Veth adalah sarjana Belanda yang pertama kali meneliti dan menulis makam Troloyo dalam buku JAVA II tahun 1873.
L.C. Damais peneliti dari Prancis yang mengikutinya menyebutkan angka tahun pada nisan mulai abad XIV hingga XVI. Soeyono Wisnoewhardono, Staf Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Trowulan mengatakan, nisan-nisan itu membuktikan ketika kerajaan Majapahit masih berdiri, orang-orang Islam sudah bermukim secara damai disekitar ibu kota.
Tampak jelas disini agama Islam masuk kebumi Majapahit penuh kedamaian dan toleransi.
Satu situs kepurbakalaan lagi dikecamatan trowulan yakni diDesa dan kecamatan Trowulan adalah Makam Putri Cempa. Menurut Babad Tanah jawi, Putri Cempa (Jeumpa, bahasa Aceh) adalah istri Prabu Brawijaya yang beragama Islam. Dua nisan yang ditemukan dikompleks kekunaan ini berangka tahun 1370 Saka (1448 Masehi) dan 1313 Saka (1391 Masehi).
Dalam legenda rakyat disebutkan dengan memperistri Putri Cempa itu, sang Prabu sebenarnya sudah memeluk agama Islam. Ketika wafat ia dimakamkan secara Islam dimakam panjang (Kubur Dawa). Dusun Unggah-unggahan jarak 300 meter dari makam Putri Cempa bangsawan Islam itu.
Dari fakta dan situs sejarah itu, tampak bukti otentik tentang betapa tidak benarnya bahwa Islam dikembangkan dengan peperangan. Justru beberapa situs kesejarahan lain membuktikan Islam sangat toleran terhadap agama lain (termasuk Hindu) saat Islam sudah berkembang pesat ditanah Jawa.
Dikompleks Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur misalnya, berdiri tegak Candi Siwa Budha dengan angka tahun 1400 Saka (1478 masehi) yang kini letaknya berada dibelakang kantor Pemda tuban. Padahal, saat itu sudah berdiri pondok pesantren asuhan Sunan Bonang. Pondok pesantren dan candi yang berdekatan letaknya ini dilestarikan dalam sebuah maket kecil dari kayu tua yang kini tersimpan di Museum Kambang Putih, Tuban.
Di Kudus, Jawa Tengah, ketika Sunan Kudus Ja'far Sodiq menyebarkan ajaran Islam disana, ia melarang umat Islam menyembelih sapi untuk dimakan. Walau daging sapi halal menurut Islam tetapi dilarang menyembelihnya untuk menghormati kepercayaan umat Hindu yang memuliakan sapi.
Untuk menunjukkan rasa toleransinya kepada umat Hindu, Sunan Kudus menambatkan sapi dihalaman masjid yang tempatnya masih dilestarikan sampai sekarang. Bahkan menara Masjid Kudus dibangun dengan gaya arsitektur candi Hindu.
ketika kerajaan Majapahit berdiri sebagai bagian dari perjalanan bangsa Indonesia. Sejak didirikan Raden Wijaya yang bergelar Kertanegara Dharmawangsa, kerajaan ini senantiasa diliputi fenomena pemberontakan.
Pewaris tahta Raden Wijaya, yakni masa pemerintahan Kalagemet/Jayanegara (1309-1328), yang dalam sebuah prasasti dianggap sebagai titisan Wisnu dengan Lencana negara Minadwaya (dua ekor ikan) dalam memerintah banyak menghadapi pemberontakan-pemberontakan terhadap Majapahit dari mereka yang masih setia kepada Kertarajasa.
Pemberontakan pertama sebetulnya sudah dimulai sejak Kertarajasa masih hidup, yaitu oleh Rangga Lawe yang berkedudukan di Tuban, akibat tidak puas karena bukan dia yang menjadi patih Majapahit tetapi Nambi, anak Wiraraja. Tetapi usahanya (1309) dapat digagalkan.
Pemberontakan kedua di tahun 1311 oleh Sora, seorang rakryan di Majapahit, tapi gagal. Lalu yang ketiga dalam tahun 1316, oleh patihnya sendiri yaitu Nambi, dari daerah Lumajang dan benteng di Pajarakan. Ia pun sekeluarga ditumpas.
Pemberontakan selanjutnya oleh Kuti di tahun 1319, dimana Ibukota Majapahit sempat diduduki, sang raja melarikan diri dibawah lindungan penjaga-penjaga istana yang disebut Bhayangkari sebanyak 15 orang dibawah pimpinan Gajah Mada.
Namun dengan bantuan pasukan-pasukan Majapahit yang masih setia, Gajah Mada dengan Bhayangkarinya menggempur Kuti, dan akhirnya Jayanegara dapat melanjutkan pemerintahannya.
Berhenti pemberontakan Kuti, tahun 1331 muncul pemberontakan di Sadeng dan Keta (daerah Besuki). Maka patih Majapahit Pu Naga digantikan patih Daha yaitu Gajah Mada, sehingga pemberontakan dapat ditumpas. Keberhasilan Gajah Mada memadamkan pemberontakan Sadeng membawanya meraih karier diangkat sebagai mahapatih kerajaan.
Namun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389, berkali-kali sang patih Gajah Mada --yang juga panglima ahli perang di masa itu-- harus menguras energi untuk memadamkan pemberontakan di beberapa daerah. Pemberontakan Ronggolawe sampai serangan kerajaan Dhaha, Kediri.
Bahkan salah satu penyebab kemunduran dan hancurnya kerajaan Majapahit adalah ketika meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan, daerah bawahan mulai melepaskan diri dan berkembangnya Islam di daerah pesisir
Kerajaan Majapahit yang pernah mengalami masa keemasan dan kejayaan harus runtuh terpecah-pecah setelah kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada
ILMU SEJARAH..??
BalasHapusPENELITIAN HARUSLAH DILANJUTKAN DAN TERUS DENGAN SEGALA KEMAJUAN TEKNOLOGI HINGGA KAPANPUN.UNTUK ILMU PENGETAHUAN DAN MENGUNGKAP KEBENARAN SEJARAH SEUTUHNYA SELENGKAPNYA>>>
BANYAK PERIHAL SEJARAH DUNIA-SEJARAH INDONESIA-SEJARAH ISLAM.DLL YG MASIH BANYAK DIPERLUKAN KEJELASAN DAN PENJELASAN.DAN KELENGKAPAN ..SEUTUHNYA..SELURUHNYA..
SEBENARNYA..SELURUSNYA.>>>
PARA AHLI SEJARAH SEHARUSNYA MENDASARKAN KEPADA PENELITIAN DAN HAKEKAT KEHADIRAN YANG SEWUJUDNYA..SEUTUHNYA..SELENGKAPNYA..?? BUKAN MEMAKAI KACAMATA POLITIK SEMATA...DAN BUDAYA SEMATA..ATAW VERSI2 ARAHAN YANG MENGANDUNG KESEWENANG-WENANGAN..SEMATA TETAPI ...BAGAIMANA SEUTUHNYA PERILAKU MASYARAKAT DAN TATA KEHIDUPAN NYATA..YANG MENJADI BAGIAN DASAR KEHIDUPAN MASYARAKAT..??
DARI ITU SEMUA KITA BISA BELAJAR BAGAIMANA SEHARUSNYA MELURUSKAN HIDUP DAN SEJARAH..SEHINGGA ..MASYARAKAT ITU..MENJADI BAGIAN SEJARAH DAN TATA HIDUP BANGSA..BUKAN KEHIDUPAN PARA ELITE POLITIK SEMATA..YANG TERKADANG..SANGAT TIDAK SEJALAN DENGAN MASYARAKAT SEBENARNYA..>>
BANYAK CONTOH YG KITA SAKSIKAN..BETAPA ABSURD DAN KEJAMNYA PENGUASA..PADA SETIAP ZAMAN..DENGAN DALIH POLITIK..>>
..PADAHAL RAKYAT AWAMLAH..YANG SESUNGGUHNYA YANG HARUS DINILAI KEHIDUPANNYA..KARENA DEMIKIANLAH MASYARAKAT SESUNGGUHNYA..YG DIINGINKAN..>> NAMUN KEKUASAAN TERKADANG MEMBANGUNKAN BERBAGAI DALIH VERSI DAN WARNA KEKUASAAN-POLITIK-MILITER-TERMASUK MEMAKSAKAN HUKUM..DAN KEKUATAN2 POLITIK..YG BISA DIMAINKAN..DENGAN SEGALA CARA-MEMLALUI-MASMEDIA-DAN ALAT2 KEKUASAAN TERMASUK MILITER-POLISI-DAN KEKUATAN INTERNASIONAL..?? SIAPA MEREKA..?? MASMEDIA BELUM TENTU MEWAKILI RAKYAT BANYAK-..JUGA POLITISI..TIDAK SEMUA ORANG SUKA BERPOLITIK ABSURD..DAN MEMBAWA-BAWA KEPALSUAN..DAN HANYA KARENA SISTEM KEKUASAAN MAKA DIBUATLAH YANG SEAKAN MEREKA MENJADI SAH..LEGAL-LEGITIMATE-DAN HAK MEMBERI TAFSIR SEJARAH?? HUKUM..?? HUKUM APA DAN HUKUM MANA..YG SESUAI DENGAN KEYAKINAN DAN KEBENARAN MASYARAKAT YANG HAKIKI..??..BENARKAH DEMIKIAN.. ATAU HANYA ACUAN DAN KESEPAKATAN PARA PENULIS YG MEMILIKI JARINGAN KEKUASAAN BELAKA..BAIK LANGSUNG MAUPUN TAK LANGSUNG..?? >>
KITA BELUM MENDAPATKAN ILMUNYA ILMU..DAN HAKIKINYA KEBENARAN..??>> SEMOGA PARA AHLI JANGAN SEWOT DAN KEMUDIAN BERKESAN ADA AMARAH DAN PEMBUSUKAN PEMIKIRAN2..YG MUNGKIN PADA MASANYA NANTI MENJADI SAH DAN MALAHAN AKAN DIAKUI SEBAGAI BAGIAN DARI TEMUAN2 BARU...???>> INGAT..APA ITU HOLOCAUST..?? YG MENYEBABKAN MEMBANGUN KEKUASAAN POLITIK OPINI DAN PEMAKSAAN OLEH MEDIA MASA DAN ALUR POLITIK KEKUASAAN..SEHINGGA SE-OLAH2 MENSAHKAN ISRAEL MENGAMBIL DAN MERAMPAS TANAH AIR BANGSA DAN PENDUDUK PALESTINA..[COBA ITU DILAKUKAN OLEH BANGSA LAIN TERHADAP TANAH AIR PENDUDUK DAN BANGSA AMERIKA-ATAU AUSTRALIA-ATAU INGGRIS-ATAU PRANCIS-ATAU ITALIA-ATAU RUSIA-ATAU CINA..DLL???]..DAN HANYA KARENA SEDANG DIJAJAH DAN DIDUDUKI OLEH PENJAJAH INGGRIS??..MAKA MEREKA MELAKULAH PERBUATAN SE-WENANG2..TERMASUK MEMPERMAINKAN HAK VETO PBB...SELAMA BERPULUH TAHUN HINGGA KINI..??>>
BENARKAH ITU SEJARAH..?? BENARKAH CARA2 SEPERTI DEMIKIAN ITU..?? OOHHH ALANGKAH..KEJI DAN JAHATNYA PARA AHLI SEJARAH DAN KAUM TERPELAJAR YG KONON MENUNTUT HAK DAN KEBENARAN ILMIYAH DAN KEBENARAN YAN SELURUSNYA..?? >>
LIHATLAH TIPU DAYA PERISTIWA 911 WTC DI NEW YORK USA..?? ITU-KAH PERILAKU PARA POLITISI INTERNASIONAL DAN PBB..DAN LALU MENGHUKUM IRAQ DAN AFGHANISTAN..?? TANPA SELIDIK YG BENAR..??>>>
LIHAT BETAPA ABSURDNYA POLITIK-KEKUASAAN-MASMEDIA-DAN KONON AHLI2 SEJARAH..?? DAN KONON PARA MASMEDIA DAN JURNALIS INTERNASIONAL ITU?? >>
..AWAS PEMIKIRAN2 SEPIHAK DAN ABSURD..DAN HANYA MENCARI PEMBENARAN..BUKANNYA SUATU KEUTUHAN KEBENARAN..??>>>..BELAJAR DAN MENELITI ADALAH INTI DARI ILMU KEDUNIAAN DAN JUGA UNTUK HAKIKI YANG UKHRAWI..AGAR TERCAPAI TINGKAT KEYAKINAN..??>>
..SEMOGA KITA BERJIWA BESAR DAN HORMAT DENGAN SEMUA PENDAPAT KEILMUAN..BUKAN KEYAKINAN AGAMA ATAU ALIRAN KEPERCAYAAN..??!! MERDEKA..!!???
Yth para Ahli Sejarah ataw yang mempelajari ilmu sejarah....
BalasHapusLURUSKAN DAHULU NIYAT DAN TUJUAN ANDA DALAM MENGEMBAN ILMU SEJARAH DAN MENELITI-MEMPELAJARI-MEREKONSTRUKSI-DAN MENAFSIR DENGAN TUJUAN DIPUBLIKASIKAN...
SEMUA ADA JALAN KEBENARAN-KEUTUHAN DAN KELURUSAN...
JANGAN MENJADI AHLI SEJARAH PARA PENJAJAH BANGSA-YG MENGAKIBATKAN BANYAK KORBAN YANG TERUS BERJATUHAN KARENA PEMBENARAN ALUR POLITIK MEREKA..?? LIHAT PALESTINA...DENGAN BONEKA ISRAEL MEREKA KAUM PENJAJAH TETAP INGIN MENCENGKERAM TANAH JAJAHAN DI TIMUR TENGAH-AFRIKA-INDOCHINA-DAN NUSANTARA..??
JANGAN MENJADI AHLI SEJARAH ORDE BARU..DIMANA KEKEJAMAN TAK BERHENTI..BAHKAN HINGGA KINI ILMUNYA MENINDAS RAKYAT..TERUS DILAKUKAN OLEH KEKUATAN MILITER DAN BERGANTI DI ZAMAN REFORMASI OLEH POLISI-DENSUS 88-BNPT DLL... PADAHAL INDUK MEREKA ITULAH PENAFSIR DAN PELAKU PENJAHAT SEBAGAI TERORIS...YG MELAKUKAN TINDAKAN2 TAK BERPRIKEMANUSIAAN..DISELURURH DUNIA..TERMASUK DINEGERINYA SENDIRI...USA..???
PEMBENARAN DENGAN SEGALA KEDUSTAAN...TERMASUK PARA JURNALIS DAN GURU2 BESAR UNIVERSITEIT..??
RAKYATLAH YG DI JEBLOSKAN KEDALAM JURANG KEMISKINAN DAN KELAPARAN DAN KESENGSARAAN... SEDANGKAN PARA POLITISI-TOKOH2 MILITER-POLISI DLL MEREKA BISA MENYELAMATKAN DIRI..?? TAPI KORBANNYA ADALAH RAKYAT AWAM..YG DITIPU..DAN DIPROVOKASI..OLEH PARA PEMAIN POLITIK JAHAT??.
BANYAK YG HARUS KITA WASPADAI..DAN TERUS AWAS... DAN AHLI SEJARAH BISA MENJADI BAGIAN DARI PERMAINAN INI..??
INGAT UUD 1945..?? PANCASILA..?? KEMANA SEKARANG..?? BENARKAH YG KITA JALANKAN SEKARANG.?? ITUKAH TUJUAN PROKLAMASI 17 AGUSTUS 45..??
Cara pandang yang keliru dan ngawur. Di Dieng di temukan peninggalan dinsti Cina, ada tulisan cina. Apakaha berarti Dieng itu kerajaan Cina.........wkkwkw............namnay negara yang besar,banyak pedagang berhungan dengan kerajaan setempat, pembanyaran pedagang muslim ada sendiri,lokal sendiri. Tapi bisa di terma sebagai alay pembayaran di negeri itu......wkwk........
BalasHapus