Umat Kristen Tak Yakin Yesus Lahir 25 Desember
LONDON (voa-islam.com) –
http://www.voa-islam.com/counter/christology/2012/12/29/22557/umat-kristen-tak-yakin-yesus-lahir-25-desember/
Mayoritas
umat Kristen ternyata tak yakin Yesus Kristus dilahirkan pada 25
Desember. Ini terkuak dalam sebuah jajak pendapat yang menguji
kesahihan pertanyaan utama, apakah umat Kristen benar-benar yakin
dengan hari Natal (kelahiran Yesus)? Sebanyak 83 persen responden yakin
bahwa Yesus bukan lahir pada 25 Desember.
Yang
mengejutkan lagi, ternyata 96 responden dalam jajak pendapat ini
mengaku dirinya beragama Kristen. Sebanyak 82 persen responden mengakui
menganut Kristen lebih dari 10 tahun, dan 79 persen menyatakan khatam
membaca injil setidaknya sekali. Wanita yang menjadi responden
penelitian ini sebanyak 60 persen.
Survei
ini dilakukan oleh King James Bible Online yang menggugah pengunjung
situs ini untuk membaca kitab Injil. Menurut situs web ini, 65
pembacanya adalah warga negara Amerika Serikat, tulis RT Online, Jumat
(28/12/2012).
Raja
Inggris James I pada 1604 menyetujui dimulainya penerjemahan baru kitab
Injil ke dalam bahasa Inggris. Proyek penerjemahan Injil ini rampung
pada 1611, sekitar 85 tahun setelah terjemahan pertama Perjanjian Baru
dalam bahasa Inggris. Versi Resmi atau disebut Versi Raja James,
menjadi kitab Injil standar bagi umat Protestan di negeri-negeri
berbahasa Inggris.
Situs
web Christian Today juga melaporkan bahwa mayoritas responden menjawab
tak percaya Yesus lahir pada 25 Desember, 71 persen responden menyatakan
umat Kristen masih merayakan Hari Raya Natal. Namun, 25 persen lainnya
menyatakan mereka “Tidak” lagi merayakan kelahiran Yesus.
Ketika
disodori pertanyaan “ Apakah OK membiarkan anak-anak memercayai Sinter
Klas” 64 persen menjawab “Pasti tidak, itu bohong,” sementara 28 persen
lainnya menjawab “Ya, kan cuma untuk senang-senang.”
Pada
awal tahun ini, Paus Benekditus XVI berargumen pada bukunya yang baru
diterbitkan, bahwa kalender Masehi berdasar pada perhitungan yang salah
dan karena itu kalender ini tidak benar.
Paus
memperkirakan Yesus lahir beberapa tahun lebih awal daripada yang umum
menancap di benak orang. Kesalahan itu terjadi pada abad ke-6 Masehi
ketika pastur yang bernama Dionysius Exiguus alias Si Kecil Dennis,
yang “membuat kesalahan ..dalam beberapa tahun ketika menghitung
kalender kita,”ungkap Paus.
“Kelahiran
Yesus beberapa tahun sebelum tahun pertama Masehi,” ujar Sri Paus.
Konsep seperti ini sebetulnya tidak baru. Banyak sejarawan dan peniliti
sepakat dengan pernyataan Paus Benekditus XVI, yang percaya Yesus
Kristus dilahirkan antara abad 4 dan 6 Sebelum Masehi. [Widad/inl]
Kisah Nabi Isa ‘alaihis salam; Nabi yang Lahir di Bawah Pohon Kurma
Penutur Ulang Lukman Hakim Zuhdi
Seorang nabi sekaligus manusia pertama di dunia, yakni Nabi Adam ’alaihis salam,
muncul ke alam ini tanpa melalui proses kelahiran sebagaimana lazimnya.
Ia tidak memiliki Bapak dan Ibu. Demikian pula keberadaan istri Nabi
Adam, yaitu Siti Hawa, yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.
Allah SWT kembali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui lahirnya Nabi Isa ’alaihis salam. Nabi Isa tidak mempunyai Ayah. Ia hanya memiliki Ibu bernama Siti Maryam.
Pada zamannya, Siti Maryam dikenal sebagai seorang gadis suci yang
pandai menjaga diri. Sehari-hari waktunya hanya dihabiskan sendirian di
dalam kamar untuk beribadah kepada Allah SWT. Ia tidak pernah keluar
rumah, apalagi berbicara dengan laki-laki. Tidak ada satu pria pun yang
berani menyentuh kulit tubuhnya. Ia juga berasal dari keturunan dan
keluarga terpandang. Ibunya bernama Hannah, istri Imran. Sewaktu kecil,
Siti Maryam diasuh oleh keluarga Nabi Zakaria ’alaihis salam.
Satu saat, ketika Siti Maryam sedang khusu’ berzikir, Malaikat Jibril
mendatanginya. Siti Maryam terkejut. Malaikat Jibril menjelaskan bahwa
kehadirannya membawa kabar gembira. Menurut Malaikat Jibril, tidak lama
lagi Siti Maryam akan memperoleh seorang bayi lelaki istimewa bernama
Isa Al-Masih. Dinamakan Al-Masih karena Nabi Isa mengusap bumi dan
membersihkan serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari berbagai
fitnah pada zamannya. Siti Maryam justru semakin takut. Tubuhnya
bertambah gemetar. Ia terus berdoa, meminta perlindungan kepada Allah
SWT. Malaikat Jibril kemudian meniupkan roh ke dalam perut Siti Maryam,
lalu menghilang, dan berganti menjadi cahaya yang terang benderang.
Siti Maryam termenung diliputi kesedihan. Ia berkata dalam hati, mana
mungkin dirinya bisa hamil, padahal belum menikah dan tidak mempunyai
suami. Hari demi hari, perutnya bertambah buncit. Rupanya ia benar-benar
hamil. Anehnya, ia tidak merasa sakit atau ngidam, layaknya wanita
hamil. Siti Maryam bingung, bagaimana menjelaskan semua ini kepada
keluarga maupun masyarakatnya. Pasti tidak akan ada orang yang
mempercayai, pikirnya.
Bayi yang Bisa Berbicara
Detik-detik kelahiran Siti Maryam sebentar lagi. Ia mendapat petunjuk
dari Allah SWT supaya meninggalkan rumah dan kampungnya. Siti Maryam
berjalan melewati banyak orang. Tak pelak gemparlah seluruh warga.
Mereka terkejut melihat Siti Maryam sudah berbadan dua. Cemoohan dan
caci maki sontak keluar dari mulut mereka. Mereka menuduh Siti Maryam
telah berbuat zina. Mereka menyebut Siti Maryam perempuan tak berguna
alias pelacur. Siti Maryam tidak menanggapi, meski telinganya panas dan
hatinya perih. Kedua kakinya terus melangkah mantap, tanpa tujuan pasti.
Tibalah Siti Maryam di suatu tempat yang jauh dari kampungnya dan
tanahnya belum pernah diinjak siapapun. Di situ banyak tumbuh pohon
kurma. Ia memilih duduk bersandar, beristirahat di bawah pohon kurma
yang besar dan tinggi. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada perutnya.
Akhirnya, ia melahirkan seorang bayi lelaki berwajah tampan, berkulit
lembut dan putih. Seluruh proses kelahirannya tidak dibantu oleh dukun
bayi, bidan maupun dokter. Selain itu, tidak ada orang yang melihat dan
mengetahuinya. Tercatat dalam sejarah, Nabi Isa ’alaihis salam dilahirkan pada tahun 622 sebelum hijriah atau sebeluh masehi.
Belum hilang rasa letihnya setelah melahirkan, Siti Maryam putus asa
ingin mengakhiri hidup. Ia merasa malu karena harus menanggung beban
berat sepanjang hidupnya. Namun, anak yang baru dilahirkan itu spontan
berkata, ”Ibu jangan bersedih hati. Semua ini karunia dari Allah SWT.
Ibu, tolong gerakkan pohon kurma itu. Nanti makanan, minuman dan buah
yang matang akan mendekati kita, kemudian makanlah. Niscaya hati Ibu
menjadi tenang.” Siti Maryam seketika tersadar, kemudian memuji
kebesaran Allah SWT.
Zaman Pembunuhan Bayi Lelaki
Beberapa waktu setelah tinggal di tempat peristirahatan, Siti Maryam
berencana pulang ke rumahnya. Ia menggendong anaknya penuh cinta dan
kasih sayang. Memasuki gerbang perkampungannya pada sore hari,
orang-orang yang sedang berkumpul langsung menghampirinya. Mereka
mengerubungi Siti Maryam sekalian menanyakan identitas bocah itu. Tetapi
Siti Maryam tidak menjawabnya, sebab sudah niat berpuasa tidak mau
bicara kepada siapapun. Mereka malah menyindir, meledek dan memfitnah
Siti Maryam. Bahkan ada sebagian orang yang ingin mengusir Siti Maryam.
Siti Maryam hanya memberi isyarat supaya orang-orang bertanya kepada
bayi yang berada dalam dekapannya. Seketika bayi itu menjawab, ”Aku Isa
Al-Masih, hamba Allah SWT yang akan diberi Kitab Injil. Suatu hari aku
akan dijadikan nabi dan utusan-Nya untuk mengembalikan kalian ke jalan
Allah SWT, memerintahkan shalat dan menunaikan zakat.
Aku juga akan
berbakti kepada Ibuku.” Orang-orang yang mendengar pernyataannya spontan
tampak pucat wajahnya. Mereka tidak menyangka bayi yang baru lahir
beberapa hari bisa berbicara secara lancar.
Kabar adanya bayi ajaib milik Siti Maryam segera menyebar ke penjuru
negeri, termasuk sampai ke telinga para pendeta dan pembesar Yahudi.
Kehidupan dan perilaku masyarakat yang selama ini sudah melenceng dari
ajaran Nabi Musa ’alaihis salam dan Nabi Daud ’alaihis salam bakal
segera diluruskan. Oleh karena itu, para pendeta dan pembesar Yahudi
memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Siti Maryam beserta bayinya.
Selain itu, mereka mencari perempuan yang akan melahirkan dan membunuh
setiap bayi laki-laki yang baru dilahirkan.
Siti Maryam sudah diberitahu oleh seseorang terkait informasi penting
tersebut. Malam harinya, Siti Maryam menggendong Nabi Isa keluar dari
Palestina menuju ke Mesir. Ia sangat khawatir para pengawal akan
menemukan jejak, kemudian menghunuskan pedang ke tubuhnya dari arah
belakang. Namun Allah SWT sudah berjanji untuk menjaganya. Setelah
menempuh perjalanan yang melelahkan, selamatlah keduanya tiba di Mesir,
negeri yang dipenuhi kebaikan dan kemuliaan. Nabi Isa tumbuh dan
menjalani masa kecilnya dengan bahagia. Ia menuntut ilmu, menghadiri
pertemuan serta berdiskusi dengan ulama.
Skenario Untuk Nabi Isa
Suatu hari seseorang menemui Siti Maryam. Dia memberitahu Siti Maryam
agar kembali ke Palestina, sebab pendeta dan pembesar Yahudi yang ingin
membunuhnya sudah mati. Dalam tempo singkat, Siti Maryam dan Nabi Isa
yang menjadi dewasa sudah berada di tanah kelahirannya. Nabi Isa mulai
berdakwah. Mula-mula kepada orang-orang yang dikenalnya. Ia menyerukan
mereka kembali beribadah dan mengesakan Allah SWT.
Mereka dianjurkan
untuk meninggalkan memuja patung serta tidak mendewa-dewakan uang dan
emas.
Selain itu, pada hari Sabtu Nabi Isa keluar rumah untuk memetik
buah-buahan, kemudian memberikannya kepada orang yang kelaparan dan kaum
fakir. Pada hari Sabtu, Nabi Isa juga menyalakan api untuk
wanita-wanita tua, sehingga mereka tidak mati kedinginan. Padahal
menurut keyakinan kaum Yahudi saat itu, hari Sabtu adalah hari suci.
Maksudnya, mereka tidak boleh melakukan kegiatan apapun kecuali
menyembah berhala. Di tempat peribadatan yang dipenuhi domba dan burung
merpati itu, warga Yahudi seperti sedang meminta pengampunan dosa kepada
para pendeta.
Nabi Isa sangat sedih melihat kenyataan tersebut. Sebab, banyak
rakyat miskin yang tidak mampu untuk membayar pendeta agar mengampuni
dosa dan kesalahannya. Nabi Isa yang terbiasa hidup sederhana terus
mensyiarkan ajarannya. Sedikit demi sedikit para pengikutnya kian
bertambah. Pada pendeta yang mulai berkurang wibawa maupun jumlah
umatnya merasa kesal, sebab pendapatan mereka ikut menurun. Mereka
menuduh Nabi Isa sebagai penyebab semua itu. Mereka merancang skenario
khusus untuk menyingkirkan, mengusir, bahkan jika perlu membunuh Nabi
Isa.
Seorang pengikut Nabi Isa yang mengetahui rencana itu
menginformasikan kepada Nabi Isa. Nabi Isa beserta beberapa pengikutnya
kemudian bersembunyi di suatu tempat. Namun, seorang sahabat dekat Nabi
Isa membocorkan tempat persembunyian Nabi Isa kepada para pendeta.
Akhirnya para pendeta dan pendukungnya berhasil menangkap sahabat dekat
Nabi Isa yang wajahnya sangat mirip dengan Nabi Isa. Orang itu kemudian
dibunuh dengan cara disalib ditiang kayu. Padahal, Nabi Isa yang asli
dan belum menikah itu telah diselamatkan oleh Allah SWT ke langit.
Sementara pengikut Nabi Isa lainnya yang selamat dari pengejaran,
terus berdakwah menyebarkan ajaran Nabi Isa secara sembunyi-sembunyi.
Sebelum diangkat ke langit, Nabi Isa menyampaikan kabar kepada para
pengikutnya bahwa akan datang seorang nabi dan rasul bernama Ahmad. Nabi
dan rasul yang dimaksud Nabi Isa ialah penutup dari seluruh nabi dan
rasul, yakni Nabi Muhammad SAW. Ahmad sesungguhnya nama lain dari Nabi
Muhammad SAW, yang ajarannya akan melengkapi seluruh ajaran nabi dan
rasul sebelumnya.***
Menelusuri Kelahiran Nabi Isa Al-masih A.S.
Oleh: H. Irfan Anshory
Sumber: infananshory.blogspot.com
Sumber: infananshory.blogspot.com
http://tamanislam.wordpress.com/2008/12/22/menelusuri-kelahiran-nabi-isa-al-masih-as/
TERNYATA tidak ada catatan sama sekali mengenai peringatan kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. (dilatinkan: Jesus = Isa; Kristus = Al-Masih) sampai abad ke-4 Masehi. Absennya perayaan Natal sebelum itu menunjukkan bahwa mungkin tidak ada yang tahu secara pasti kapan utusan Allah yang mulia itu lahir. Kitab-kitab Injil yang empat tidak menyebutkan tahun kelahiran beliau, apalagi tanggal dan bulan yang eksak. Clement (150-215), seorang uskup di Iskandariah, menetapkan tanggal 18 November. Sebuah dokumen dari Afrika Utara tahun 243, berjudul De Pascha Computus, menempatkan kelahiran Jesus Kristus pada tanggal 28 Maret di awal musim semi.
Umat Nasrani pada masa-masa awal tidak pernah tertarik untuk merayakan Natal, sebab mereka memandang suatu perayaan ulang tahun sebagai kebiasaan orang-orang kafir. Seorang tokoh gereja abad ke-3, Origenes, bahkan menyatakan bahwa adalah merupakan suatu dosa jika ada yang berusaha mencari-cari tanggal kelahiran Jesus, sebab hal itu berarti menyamakan Kristus dengan seorang Fir’aun! Injil yang paling tua, Injil Markus, yang ditulis sekitar tahun 50, memulai uraian dari kisah pembaptisan Jesus Kristus yang sudah dewasa oleh Johannes Sang Pemandi (Nabi Yahya bin Zakaria a.s.). Fakta ini merupakan indikasi bahwa umat Nasrani pada masa-masa awal memang tidak memiliki interes terhadap masalah kelahiran Jesus. Baru pada Injil Matius dan Injil Lukas, yang ditulis dua sampai empat dasawarsa kemudian, kita memperoleh kisah lahirnya Nabi agung yang merupakan putra suci Siti Maryam r.a. itu.
Umat Nasrani pada masa-masa awal tidak pernah tertarik untuk merayakan Natal, sebab mereka memandang suatu perayaan ulang tahun sebagai kebiasaan orang-orang kafir. Seorang tokoh gereja abad ke-3, Origenes, bahkan menyatakan bahwa adalah merupakan suatu dosa jika ada yang berusaha mencari-cari tanggal kelahiran Jesus, sebab hal itu berarti menyamakan Kristus dengan seorang Fir’aun! Injil yang paling tua, Injil Markus, yang ditulis sekitar tahun 50, memulai uraian dari kisah pembaptisan Jesus Kristus yang sudah dewasa oleh Johannes Sang Pemandi (Nabi Yahya bin Zakaria a.s.). Fakta ini merupakan indikasi bahwa umat Nasrani pada masa-masa awal memang tidak memiliki interes terhadap masalah kelahiran Jesus. Baru pada Injil Matius dan Injil Lukas, yang ditulis dua sampai empat dasawarsa kemudian, kita memperoleh kisah lahirnya Nabi agung yang merupakan putra suci Siti Maryam r.a. itu.
Informasi paling awal mengenai perayaan Natal tercantum dalam Philocalian calendar,
suatu dokumen Romawi tahun 354, yang menyatakan 25 Desember sebagai
hari kelahiran Jesus Kristus. Dijelaskan dalam dokumen tersebut bahwa tanggal itu ditetapkan oleh Uskup Liberius dari Roma, dan kemudian diresmikan oleh Gereja. Pada mulanya banyak kalangan intern kepausan yang tidak setuju dengan tanggal itu, sebab 25 Desember jatuh pada musim dingin, di mana hampir mustahil ada penggembala di padang rumput
Palestina pada malam hari seperti diberitakan Injil!
Tetapi Gereja sangat berkepentingan dengan tanggal 25 Desember, sebab penetapan tanggal itu diharapkan efektif untuk memikat hati orang-orang kafir Romawi yang mulai tertarik kepada ajaran Nasrani setelah Kaisar Konstantinus (bertahta 306-337) memeluk agama tersebut. Tanggal 25 Desember adalah saat Natalis Solis Invicti (“Kelahiran Dewa Matahari Yang Tak Terkalahkan”), yang dirayakan oleh orang-orang Romawi
dalam bentuk Festival Saturnalia, untuk menghormati kelahiran Mithra,
dewa matahari mereka, yang identik dengan Helios, dewa matahari Yunani.
Orang-orang Romawi memang berduyun-duyun memeluk agama Nasrani, tetapi Festival Saturnalia tanggal 25 Desember dilestarikan dalam bentuk perayaan Natal.
Ketika agama Nasrani tersebar di kawasan Eropa Barat, perayaan Natal dilengkapi dengan “pohon Natal” (Christmas tree) yang dipuja oleh bangsa-bangsa kafir Jerman dan Skandinavia. Bangsa Inggris baru mengenal pohon Natal ketika Ratu Victoria menikahi Pangeran Albert, yang membawa tradisi itu ke Inggris dari daerah asalnya Jerman pada tahun 1840. Bagaimanakah dengan Santa Claus? Sudah
tentu dia tidak pernah tinggal di Kutub Utara dengan rusa-rusanya seperti mitos yang beredar di kalangan anak-anak umat Nasrani. Dia adalah Saint Nicholas, uskup abad ke-4 di Nicaea (sekarang Iznik, masuk wilayah Turki) yang gemar membagikan hadiah kepada anak-anak. Tradisi ini populer di Negeri Belanda dengan sebutan San Nicolaas. Ketika orang-orang Belanda berimigrasi ke Amerika—kota New York sekarang adalah bikinan Belanda, dulu namanya New Amsterdam—mereka memperkenalkan tradisi bagi-bagi hadiah dari San Nicolaas ini, yang oleh lidah anak-anak Amerika diucapkan Santa Claus. Akhirnya pada tahun
1863, kartunis terkenal Thomas Nast menggubah lukisan Santa Claus dengan
berpakaian merah dan berjanggut putih, lengkap dengan ketawa
‘ho-ho-ho’nya, yang populer sampai hari ini.
Kapan Isa Al-Masih (Jesus Kristus) lahir?
Pada masa Nabi Isa Al-Masih a.s. berlaku kalender Julian yang memulai perhitungan tahun dari 708 AUC (ab urbi condita), yaitu 708 tahun sesudah pembangunan kota Roma, yang ditetapkan Julius
Caesar sebagai tahun 1 Julian (tahun 46 SM menurut hitungan kita sekarang). Injil Lukas 3:1 mengatakan bahwa Jesus memulai tugas kerasulan pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus diangkat menjadi gubernur Judea. Tiberius bertahta dari tahun 60 Julian sampai 83 Julian (14-37 Masehi), sehingga kejadian yang diceritakan Lukas itu berlangsung tahun 75 Julian (29 Masehi).
Informasi Lukas ini dijadikan dasar oleh Dionisius Exiguus, pejabat ngan tahun Anno Domini (AD atau Masehi). Oleh karena menurut Lukas 3:23 usia Jesus saat itu “kira-kira 30 tahun”, maka Dionisius memperkirakan Jesus lahir tahun 47 Julian, yang ditetapkannya sebagai Tahun 1 Anno Domini, dan tahun ketika menetapkan itu, yaitu 572 Julian, diganti angkanya menjadi 526 AD. Sejak tahun 526 kalender Julian—yang pada tahun 1582 dikoreksi dengan dilompatkan 10 hari menjadi kalender Gregorian—mulai memakai hitungan tahun Anno Domini (Masehi) yang berlangsung sampai sekarang.
Tetapi benarkah Nabi Isa Al-Masih a.s. lahir pada tahun 1 Masehi (47 Julian)? Tahun itu hanyalah perkiraan Dionisius. Kenyataannya, baik Injil Lukas (1:5) maupun Injil Matius (2:1) mencatat kelahiran Jesus pada masa Raja Herodes, yang berarti antara tahun 37 SM dan 4 SM (10 sampai 43 Julian). Lukas 2:1-2 juga mengatakan bahwa Jesus lahir ketika gubernur Suriah Quirinius, atas perintah Kaisar Augustus, mengadakan sensus penduduk di Palestina.
Sensus ini tentu berlangsung sesudah pengangkatan Quirinius tahun 6 SM (41 Julian). Maka tidaklah jauh dari kebenaran jika kita memperkirakan Nabi Isa Al-Masih a.s. lahir pada sekitar tahun 5 SM (42 Julian), dan sudah jelas bukan tahun 1 Masehi sebagaimana perkiraan pencipta hitungan tarikh Masehi, Dionisius Exiguus.
Tanggal dan bulan kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. tidak dapat
dipastikan, sebab tidak ada informasi sama sekali mengenai hal itu.
Tetapi kita dapat melakukan educated guess mengenai musim (season) ketika beliau lahir. Injil Lukas 2:8 mencatat suasana malam kelahiran Isa Al-Masih sebagai berikut: Et pastores erant in regione eadem vigilantes et custodientes vigilias noctis super gregem suum
(“Dan para gembala di padang rumput pada daerah itu sedang menjaga dan mengawasi pada waktu malam kawanan ternak mereka”). Ketika berkunjung ke Jerusalem, saya pernah bertanya kepada orang pribumi di sana:
(“Dan para gembala di padang rumput pada daerah itu sedang menjaga dan mengawasi pada waktu malam kawanan ternak mereka”). Ketika berkunjung ke Jerusalem, saya pernah bertanya kepada orang pribumi di sana:
kira-kira pada bulan apa para gembala tinggal di padang rumput sampai malam hari? Dia menjawab bulan April atau bulan Mei pada musim semi (spring season).
Kitab Al-Qur’an pun menceritakan kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s.
dalam Surat Maryam, tetapi tidak dijelaskan kapan beliau lahir. Namun
ada ayat yang memberikan indikasi bahwa Nabi Allah yang mulia itu lahir
pada musim semi. Ketika Siti Maryam r.a. melahirkan putranya yang suci
itu, malaikat Jibril berkata kepadanya, sebagaimana tercantum dalam Surat Maryam ayat 25: Wa huzzi ilaiki bi jidz`i n-nakhlah, tusaqith `alaiki ruthaban janiyya
(“Dan goyanglah ke arahmu pohon kurma itu, ia akan menjatuhkan kepadamu buah masak dan segar”). Jadi kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. terjadi pada saat buah-buah kurma cukup ranum, sehingga akan berjatuhan jika pohonnya digoyang. Sampai sekarang di daerah Timur Tengah panen kurma berlangsung pada musim semi.
(“Dan goyanglah ke arahmu pohon kurma itu, ia akan menjatuhkan kepadamu buah masak dan segar”). Jadi kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. terjadi pada saat buah-buah kurma cukup ranum, sehingga akan berjatuhan jika pohonnya digoyang. Sampai sekarang di daerah Timur Tengah panen kurma berlangsung pada musim semi.
Silsilah Nabi Isa Al-Masih a.s.
Injil
Matius 1:1-17 menelusuri silsilah secara menurun dari Nabi Ibrahim a.s. sampai Nabi Isa Al-Masih a.s., sedangkan Injil Lukas 3:23-38 menelusuri silsilah secara mendaki dari Nabi Isa Al-Masih a.s. sampai Nabi Adam a.s. Baik Matius maupun Lukas berusaha menjelaskan bahwa Nabi Isa Al-Masih a.s. adalah keturunan Nabi Daud a.s.
Matius 1:1-17 menelusuri silsilah secara menurun dari Nabi Ibrahim a.s. sampai Nabi Isa Al-Masih a.s., sedangkan Injil Lukas 3:23-38 menelusuri silsilah secara mendaki dari Nabi Isa Al-Masih a.s. sampai Nabi Adam a.s. Baik Matius maupun Lukas berusaha menjelaskan bahwa Nabi Isa Al-Masih a.s. adalah keturunan Nabi Daud a.s.
Matius menguraikan silsilah Nabi Daud ke bawah dengan menempuh jalur
Solomon bin Daud (Nabi Sulaiman a.s.). Silsilah yang dimulai dari Nabi
Ibrahim itu dikelompokkan Matius menjadi tiga bagian, masing-masing
mencakup 14 generasi. Angka 14 yang ditetapkan Matius ini sudah pasti
diambil dari nama “Daud” (dalam huruf Ibrani menggunakan tiga konsonan
D-W-D atau daleth-waw-daleth), yang dalam numerologi Ibrani (dan juga
Arab) bernilai: daleth(4) + waw(6) + daleth(4) = 14. Apa boleh buat,
banyak nama keturunan Nabi Sulaiman dalam kitab umat Yahudi (Perjanjian
Lama, kata umat Nasrani), yaitu Dibre Hayyamim (Chronicles; Tawarikh)
3:10-20, yang terpaksa dibuang oleh Matius agar tidak melebihi angka 14.
Lukas menempuh jalur berbeda dalam silsilah yang disusunnya. Menurut
Lukas, Isa Al-Masih bukan keturunan Solomon bin Daud seperti kata
Matius, tetapi keturunan Nathan bin Daud, abang Nabi Sulaiman yang
tercantum dalam Dibre Hayyamim 3:5. Nama-nama dari Daud ke bawah yang
disusun Lukas hampir semuanya berlainan dengan yang disusun Matius.
Jumlah generasi pun tidak sama. Dari Daud sampai Isa Al-Masih, Lukas
mencantumkan 42 generasi, sedangkan Matius cuma 27 generasi. Tetapi
kedua penulis Injil ini bertujuan sama: pokoknya Jesus Kristus adalah
keturunan Daud!
Ternyata silsilah yang disusun oleh Matius dan Lukas tidak bersambung
kepada Nabi Isa Al-Masih a.s.! Mereka berdua menguraikan silsilah yang
menurunkan Yusuf suami Maryam, bukan silsilah Maryam sendiri.
Padahal Nabi Isa Al-Masih a.s. adalah putra suci Siti Maryam r.a. yang
perawan (lahir dengan kekuasaan Allah!), dan sama sekali tidak ada
hubungan darah dengan Yusuf. Meskipun Yusuf suami Maryam, Yusuf sama
sekali tidak melakukan hubungan badaniah dengan istrinya sampai utusan
Allah yang mulia itu lahir!
Matius sendiri mengakui hal ini (1:25): Et non cognoscebat eam donec peperit filium suum primogenitum (“Dan tidaklah dia ‘menyatu’ dengannya sampai melahirkan putra laki-lakinya yang sulung itu”).
Matius sendiri mengakui hal ini (1:25): Et non cognoscebat eam donec peperit filium suum primogenitum (“Dan tidaklah dia ‘menyatu’ dengannya sampai melahirkan putra laki-lakinya yang sulung itu”).
Jelaslah bahwa Nabi Isa Al-Masih bukanlah keturunan Nabi Daud,
meskipun Matius dan Lukas jungkir-balik berusaha menjelaskan hal itu
dengan silsilah yang berbeda-beda.
Dengan kata lain, Isa Al-Masih
bukanlah Bani Israil suku Yehuda (Judah). Beliau adalah Bani Israil suku
Lewi, sesuai dengan garis keturunan Siti Maryam r.a. yang serumpun
dengan Nabi Musa dan Nabi Harun. Imam-imam Bani Israil umumnya memang
dari suku Lewi.
Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 33-35, Nabi Isa Al-Masih dan ibu beliau Siti Maryam adalah keturunan Imran, ayahanda Nabi Musa dan Nabi Harun, yang jelas merupakan keluarga Lewi, bukan keluarga Yehuda. Hal ini tercantum dalam We’elleh Shemoth (Exodus; Keluaran) 2:1. Juga dalam Surat Maryam ayat 28, Maryam dikatakan perempuan keluarga Harun (ukhta Harun).
Sebetulnya Lukas pun diam-diam mengakui bahwa Siti Maryam dan
putranya Isa Al-Masih adalah suku Lewi. Dalam Lukas 1:5 tertulis bahwa
Elisabeth istri Nabi Zakaria (ibunda Nabi Yahya) adalah keturunan Nabi
Harun (filiabus Aaron), sedangkan dalam Lukas 1:36 dijelaskan bahwa Elisabeth dan Maryam adalah sekeluarga (cognatus). Juga estimasi Lukas (3:23) bahwa usia Jesus “kira-kira 30 tahun” (quasi annorum triginta)
ketika memulai tugas kerasulan merupakan indikasi bahwa Nabi Isa Al-Masih memang suku Lewi, sebab menurut Bemidbar (Numbers; Bilangan) 4:47 para imam dari suku Lewi baru wajib melakukan tugas imamatnya setelah berusia 30 tahun.
ketika memulai tugas kerasulan merupakan indikasi bahwa Nabi Isa Al-Masih memang suku Lewi, sebab menurut Bemidbar (Numbers; Bilangan) 4:47 para imam dari suku Lewi baru wajib melakukan tugas imamatnya setelah berusia 30 tahun.
Kesimpulan:
(1) Nabi Isa Al-Masih a.s. mustahil lahir pada bulan Desember. Utusan Allah yang mulia itu mungkin
lahir pada musim semi (April atau Mei).
(2) Nabi Isa Al-Masih a.s.
bukanlah keturunan Nabi Daud a.s. (suku Yehuda). Putra suci Siti Maryam
r.a. itu jelas merupakan suku Lewi.
Quod erat demonstrandum!***
Powered by ScribeFire.
Benarkah Nabi Isa Al masih lahir tanggal 25 desember?
http://abudira.wordpress.com/2010/12/27/benarkah-nabi-isa-al-masih-lahir-tanggal-25-desember/
Writed by: Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I
Natal yang dirayakan pada tanggal 25 Desember adalah upacara yang
dilakukan oleh umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus
yang mereka anggap sebagai Tuhan.
Meskipun pada kenyataannya perayaan tersebut dilakukan dengan sangat
meriah, karena selain didengung-dengungkan oleh pemeluk Kristiani
sendiri, kalangan eksternal (luar) Kristen juga turut menyambutnya.
Namun secara nilai perayaan ini mengandung pertanyaan besar, karena
penetapan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember sama sekali tidak
didukung oleh data otentik (asli atau benar). Bibel (Injil) sendiri –
sebagai kitab suci agama Kristen – sama sekali tidak bisa
membuktikannya. Sejarah hanya mencatat bahwa perayaan Natal baru
disahkan pada abad ke-4 Masehi.
Lantas, atas dasar apa kelahiran Yesus disahkan pada tanggal 25 Desember ???
Pertanyaan tersebut adalah persoalan yang akan dipaparkan dengan
gamblang dalam bahasan ini, sekaligus dijawab dengan menampilkan dua
sumber utama, yaitu Alquranul Karim dan Bibel (Injil) serta Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Sejarah Natal
Kata natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Namun secara istilah natal berarti upacara yang dilakukan oleh umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Isa Al_Masih, yang mereka sebut dengan Tuhan Yesus.
Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-254 SM oleh Paus
Liberus yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember, sekaligus sebagai
momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada
tanggal 6 Januari, 28 April, 18 Mei, atau 18 Oktober. Kemudian, oleh
Kaisar Konstantin tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai
hari kelahiran Yesus.
Kelahiran Yesus Menurut Bibel (Injil)
Untuk menyikap tabir Natal yang diperingati pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai hari kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel (injil) tentang kelahiran Yesus, sebagaimana yang dijelaskan dalam Injil Lukas (2): 1-8 dan Injil Matius (2): 1 dan 10-11 (Adapun Injil Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).
Bibel (Injil) Lukas (2): 1-8 berbunyi, ” Pada waktu itu Kaisar
Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh untuk mendaftarkan semua
orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran pertama kali diadakan sewaktu
Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang
mendaftarkan diri masing-masing di kotanya. Demikian juga Yusuf pergi
dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea ke kota Daud yang bernama
Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud, supaya
didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang
mengandung. Ketika mereka di situ, tibalah waktunya bagi Maria untuk
bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung,
lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan,
karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu
ada gembala-gembala yang tinggal di padang sedang menjaga kawanan ternak
mereka pada waktu malam. “
Bibel (Injil) Matius (2): 1 dan 10-11 berbunyi, “Sesudah Yesus
dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus datangalah
orang-orang Majus dari Timur ke Yerussalem. Ketika mereka melihat
bintang itu sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam
rumah itu dan melihat anak itu bersama maria, ibunya.”
Wahai saudaraku, perhatikanlah isi kedua Bibel di atas, terutama kata
atau kalimat yang bergaris bawah dan dicetak tebal. Maka, dapat kita
ketahui bahwa terdapat pertentangan yang cukup jelas antara kedua Bibel
tersebut dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Pada Bibel Lukas dijelaskan
bahwa Yesus lahir pada zaman Kaisar Agustus, sedangkan Bibel Matius pada
zaman Herodus. Mana yang benar Nich??? Kok plin plan…!
Kemudian, kalau kita pahami isi Bibel di atas, maka akan kita ketahui
bahwa pada hakikatnya kedua Bibel tersebut dengan sendirinya telah
menolak mentah-mentah kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Percaya
tidak…!
Untuk membuktikannya, maka kita perlu mempertajam pisau analisa kita
(tetap lihat kata atau kalimat yang bergaris bawah dan dicetak tebal).
Perhatikanlah analisa berikut ini, ” Penggambaran kelahiran yang
ditandai dengan bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang
menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput yang
beratapkan langit dengan bintang-bintangnnya yang gemerlap, menunjukkan
kondisi waktu itu adalah musim panas sehingga gembala berdiam di padang
rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari
sengatan sinar matahari. Sedangkan pada tanggal 25 Desember, tidak ada
satu orang pun yang mengingkari bahwa pada bulan Desember suhu udara di
kawasan Palestina sangat rendah, sehingga salju merupakan hal yang tidak
mustahil turun pada bulan ini.”
Dengan demikian, mana mungkin Isa Al_Masih – yang umat Kristen sebut
Yesus – lahir pada musim dingin (bulan Desember) tetapi Bibel (Injil)
sendiri membantahnya bahwa Isa Al_Masih lahir pada musim panas.
Untuk memperkuat analisa di atas, maka kita kembalikan masalah
tersebut pada kitab suci Alquran sebagai petunjuk manusia, agar kita
memiliki wawasan yang luas, hati terbuka, dan lapang dalam mencari
kebenaran. Aamiin…!
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ” Maka rasa sakit akan
melahirkan memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia
berkata, ’Aduhai, alangkah baik aku mati sebelum ini, dan aku menjadi
sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan.’ Maka Malaikat Jibril
menyerunya dari tempat yang rendah, ’Janganlah kamu bersedih hati,
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.’ Dan
goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan
menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” [QS. Maryam (19): 23-25]
So (jadi), menurut Alquran bahwa Isa Al_Masih dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya.
Saya rasa tidak berlebihan jika kita coba meminjam pendapat sarjana
Kristen bernama Dr. Arthur S. Peak. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya
Yesus lahir dalam bulan Elul (Bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan
Agustus sampai September. [Lihat Sholeh A. Nahdi, Bibel dalam Timbangan,
hal. 32]
Pada Tahun Berapakah Yesus Lahir ???
Ustadz Salim bin Ustman mengatakan bahwa Nabi Isa lahir pada tahun 622 sebelum Hijrah. [Lihat Salim bin Utsman, Sejaran 25 Rasul, hal. 106]
But (tetapi), umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada
tahun 1 (pertama), karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh
Dionysius justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus.
Namun anehnya lagi, mengapa masih ada perbedaan pendapat antara Bibel
Lukas dan Matius – seperti yang telah dijelaskan sebelumnya – tentang
kelahiran Yesus.
Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen
tentang kelahiran Yesus, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bibel
tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga banyak dari
ilmuwan-ilmuwan mereka yang mengatakan bahwa Yesus lahir pada tahnu 8
SM, tahun 6 SM, dan tahun sesudah Masehi. [Lihat Irena Handono, Perayaan
Natal 25 Desember: Antara Dogma dan Toleransi, hal. 25]
Kemudian, tidak salah kalau saya mengutip tulisan Dr. Charles
Franciss Petter yang mengatakan, “…Kesulitan menentukan tanggal
kelahiran Yesus, kehidupannya, kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali
karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam
gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran…” [Lihat Dr.
Charles Franciss Petter, The Lost of Jesus Revealed , hal 119]
Fatwa Majelis Ulama Indonesia
1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan atau
menghormati Nabi Isa bin Maryam, tetapi Natal tidak dapat dipisahkan
dari soal-soal di bawah ini:
* Diperbolehkan bekerjasama antara umat Islam dengan agama lain,
tetapi hanya terbatas dalam urusan keduniawian. [QS. Mumtahanah (60): 8]
* Islam mengajarkan Tuhan itu hanya satu, yaitu Allah. [QS. Al_Ikhlash (112): 1-4]
* Barangasiapa yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Al_Masih itu anak, maka orang itu kafir dan musyrik. [QS. Al_Maidah (5): 72-73]
* Larangan mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain. [QS. Al_Baqarah (2): 42 dan Al_Kafirun (109): 1-6]
* Islam mengakui kenabian dan kerasulan Isa bin Maryam. [QS. Maryam (19): 30-32 dan Al_Maidah (5): 75]
* Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhi diri dari hal-hal yang syubhat dan larangan Allah untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan. [Kaidah Ushul Fikih dan Hadits Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dari Nu’am bin Basyir]
* Islam mengajarkan Tuhan itu hanya satu, yaitu Allah. [QS. Al_Ikhlash (112): 1-4]
* Barangasiapa yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Al_Masih itu anak, maka orang itu kafir dan musyrik. [QS. Al_Maidah (5): 72-73]
* Larangan mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain. [QS. Al_Baqarah (2): 42 dan Al_Kafirun (109): 1-6]
* Islam mengakui kenabian dan kerasulan Isa bin Maryam. [QS. Maryam (19): 30-32 dan Al_Maidah (5): 75]
* Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhi diri dari hal-hal yang syubhat dan larangan Allah untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan. [Kaidah Ushul Fikih dan Hadits Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dari Nu’am bin Basyir]
2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi umat Islam hukumnya Haram.
3. Agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan
Allah, maka dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan
Natal.
Kesimpulan
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas – dari Alquranul Karim,
Bibel (Injil) dan sumber lain serta Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) –
maka dapat disimpulkan bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember
yang diyakini umat Kristen sebagai hari kelahiran Yesus benar-benar
telah menyimpang, karena tidak ada satu pun keterangan yang
membuktikannya.
Malahan yang terbukti bahwa perayaan Natal merupakan upacara adopsi
dari adat istiadat kaum paganis politheisme penyembah Dewa Matahari yang
diperingati pada tanggal 25 Desember.
Mudah-mudahan pembahasan yang sederhana ini menjadi batu loncatan,
agar kita lebih objektif lagi dalam menganalisa suatu informasi atau
ajaran, serta lebih bijaksana dalam berinteraksi dengan pemeluknya.
Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I
Palembang – Sumatera Selatan
15 Dzulhijjah 1428 H / 25 Desember 2007 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar