Selasa, 27 Agustus 2013

AS-ARAB SAUDI-ISRAEL.... MENUJU PERANG BARU DI SURIAH..??>> ADA APA DENGAN SURIAH..??>> MANA RAJA ARAB SAUDI...DAN PETINGGI NEGERI2 YANG KONON MENGAKU SEBAGAI NEGARA TIMUR TENGAH PRO AS & ISRAEL..??>> BENARKAH SURIAH ADALAH BATU SANDUNGAN AS-ARAB SAUDI ISRAEL DKK...UNTUK MEMBANGUN NWO...??? >> KEMANA RAJA ABDULLAH...?? ...>> ...ARAB SAUDI ITU KERAJAAN NEGARA ISLAM ATAUKAH NEGARA APA... YAH... KOK SEPERTI INGIN PERANG DI SURIAH...?? ......MENGAPA.....???>>> KONON PANGRAN BANDAR BIN SULTAN...ADALAH KEPALA INTELIJEN KERAJAN ARAB SAUDI...YANG TELAH MENGETAHUI ADA PENGGUNAAN SENJATA KIMIA DISURIAH DAN MELAPORKANNYA DI BULAN FEBRUARI 2013....KEPADA AS [CIA] ...??>> KALAU BENAR TELAH DIKETAHUI SEJAK FEBRUARI..2013... LALU MENGAPA KOK AS-DAN ARAB SAUDI..SERTA NEGARA2 BARAT BARU HEBOH SEKARANG...JULI-AGUSTUS...2013...??>> .... ADA APA...??>> INIKAH KONSPIRASI DAN REKAYASA MODEL INTELIJEN... YANG BIASANYA...HANYA PERMAINAN INFO DAN OPINI...SEBAGAI DALIH PERANG BARU...??>> INGATLAH 911 WTC... YANG DIHEBOHKAN ITU... PADAHAL HANYA BEBERAPA JAM KEMUDIAN TOWER KE 3...GEDUNG NO 7 RUBUH JUGA TANPA DISENTUH PESAWAT ATAW MISIL..??? JADI APA YANG SEBENARNYA TERJADI ..DENGAN ISSUE TERORIS...DAN PEMABAJAKAN DLL... ADALAH DUSTA...??>> ....."Phil… kita mendapat tawaran baru. Ini tentang Syria lagi. Orang-orang Qatar mengajukan tawaran menarik dan menjamin bahwa usulan ini telah disetujui Washington (Amerika)." "Kita harus mengirim CW (chemical weapons, senjata-senjata kimia) ke Homs, senjata buatan Soviet asal Libya yang sama dengan senjata yang dimiliki Assad." "Mereka menginginkan kita untuk mengirim personil asal Ukraina yang bisa berbahasa Rusia, dan membuat sebuah rekaman video." "Sejujurnya, saya tidak menganggapnya sebagai ide yang baik, namun jumlah (uang) yang ditawarkan sangat besar. Bagaimana pendapatmu?"...>> ....Beberapa bulan kemudian, tepatnya awal Juli 2013, pasukan Syria berhasil menemukan 281 drum berisi bahan-bahan kimia di sebuah gudang milik pemberontak yang direbut pemerintah di kota Banias, Tartus. Bahan-bahan itu meliputi 79 drum Polyethylene Glycol, 67 drum Monoethylene Glocol, 25 drum monoethanolamine, 68 drum Diethanolamine, dan 42 drum Triethanolamine. Atas penemuan itu dubes Syria di PBB, Bashar Ja´afari mengatakan:...>>> "Pemerintah Syria kemarin telah menemukan di kota Banias, 281 drum bahan-bahan kimia berbahaya yang mampu menghancurkan seluruh kota, jika bukan seluruh negara." (Christian Lehman, NSNBC; 14 Juli 2013) Artinya adalah "konspirasi" serangan senjata kimia itu telah diketahui publik jauh hari sebelum terjadinya. Sekarang mari kita "nikmati" permainan ini...>> ....Seorang hacker asal Malaysia berhasil meng-hack sebuah pesan e-mail yang menghebohkan tentang rencana operasi rahasia untuk menjebak regim Syria dalam tuduhan penggunaan senjata kimia yang tidak bisa dibantah. E-mail tersebut (tertulis di atas) telah beredar luas di media-media massa global bahkan sejak awal tahun ini. Salah satunya adalah laporan Louise Boyle di harian Daily Mail tgl 29 Januari lalu berjudul "Amerika mendukung rencana serangan senjata kimia terhadap Syria dan kesalahannya ditimpakan pada regim Assad" (U.S. ‘backed plan to launch chemical weapon attack on Syria and blame it on Assad’s regime’). Laporan Daily Mail itu sendiri bersumber pada informasi yang dipublis media online Infowars beberapa hari sebelumnya. Media online independen thetruthseeker.co.uk memuat ulang laporan Daily Mail tersebut bulan Juni lalu....>>> ....Kementerian Luar Negeri Iran pada hari Selasa, 27/08/13, sangat menyesalkan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil di daerah pinggiran kota Damaskus, dan mengatakan pemerintah Rusia telah menyajikan dokumen dan bukti pembuktian kepada PBB bahwa kelompok pemberontak menggunakan zat fatal tersebut. "Ada banyak alasan dan dokumen yang menunjukkan, apa yang terjadi di Suriah dilakukan oleh teroris, dan dokumen-dokumen ini telah disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB (DK PBB) oleh pemerintah Rusia," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Sayid Abbas Araqchi kepada wartawan di Tehran, Selasa, 27/08/13.....>>> Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober naik 32 sen menjadi USD 111,05 per barel, sebuah titik tertinggi sejak awal Maret lalu....>>>..Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz gagal menghadiri pertemuan mingguan menteri kabinet negara yang memicu spekulasi tentang kondisi kesehatannya dan masa depan politik kerajaan absolut itu. Dengan tidak adanya raja, Pangeran Muqrin bin Abdulaziz, wakil perdana menteri kedua, memimpin pertemuan yang digelar Dewan Menteri Saudi, pada Senin, 26/08/13......>>> Bandar bin Sultan anak dari budak Afrika itu menurut pejabat itu, pernah menjadi duta Besar Saudi untuk AS selama delapan tahun, dan mempunyai pengaruh besar terhadap lima presiden AS yang berbeda, dan kembali muncul sebagai tokoh penting dalam "perjuangan" Amerika dan sekutunya dalam menyeimbangkan medan perang di Suriah. Diangkat oleh Raja Saudi, mengantikan pamannya, tahun lalu sebagai kepala Umum Badan Intelijen Saudi, Bandar dilaporkan selama berbulan-bulan secara eksklusif memfokuskan penggalangan dukungan internasional, termasuk memasok senjata dan pelatihan kepada kelompok takfiri di Suriah dalam menjatuhkan pemerintah Suriah. Ini adalah tujuan Saudi jangka panjang yang dalam beberapa hari terakhir terserap oleh krisis lebih cepat atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh Damaskus, yang menurut Riyadh, harus di respon keras. Pesan yang sedang disampaikan kepada Presiden Barack Obama oleh Duta Besar Saudi di Washington, Adel al-Jubeir, yang merupakan anak didik Bandar. Bandar pula orang yang pertama kali memberitahu dan memberikan laporan kepada badan intelijen AS (CIA) dan sekutu Baratnya atas dugaan penggunaan gas sarin oleh pemerintah Suriah pada bulan Februari....>> ...."Tidak ada keraguan (siapa) yang bertanggung jawab atas penggunaan keji senjata kimia di Suriah ini: rezim Suriah," kata Biden di Houston, AS pada Selasa, 27/08/13...>>

Konflik Suriah Bawa Puncak Babak Baru Perseteruan Rusia dan Barat

  • Penulis :Palupi Annisa Auliani
  • Selasa, 27 Agustus 2013 | 04:08 WIB
  • http://internasional.kompas.com/read/2013/08/27/0408161/Konflik.Suriah.Bawa.Puncak.Babak.Baru.Perseteruan.Rusia.dan.Barat 
Para korban serangan udara Pemerintah Berkuasa Suriah, Rabu (21/8/2013) dini hari. Tak terlihat darah pada para korban tewas ini. - / SHAAM NEWS NETWORK / AFP | - / SHAAM NEWS NETWORK / AFP
MOSKWA, KOMPAS.com — Perselisihan Rusia dan Barat terkait konflik Suriah pekan ini mencapai puncak. Senin (26/8/2013), Rusia memperingatkan Amerika dan para sekutunya bahwa aksi militer ke Suriah tanpa dukungan penuh Dewan Keamanan PBB akan memunculkan keraguan apakah memang rezim Bashar al Assad menggunakan senjata kimia pada rakyatnya sendiri dalam serangan pada Rabu (21/8/2013) dini hari.
Dugaan penggunaan senjata kimia dalam serangan itu telah membuka babak baru perselisihan Rusia dan Barat. Kedua kutub menawarkan interpretasi yang jauh berbeda soal hal ini. Inggris, Perancis, Turki, dan Amerika Serikat berkeyakinan Assad berada di balik penggunaan senjata kimia dalam serangan ke Damaskus itu, sementara Rusia percaya serangan tersebut merupakan taktik kubu oposisi untuk mendiskreditkan rezim Assad yang menjadi sekutu tradisional Kremlin.
Pembicaraan telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Inggris David Cameron menggarisbawahi jurang perbedaan antara Rusia dan Barat. Putin berpendapat tidak ada bukti bahwa telah terjadi serangan senjata kimia dan siapa yang bertanggung jawab kalaupun ada. Sementara menurut juru bicara kantor Perdana Menteri Inggris di Downing Street London, Cameron bersikeras hanya ada sedikit keraguan terhadap dugaan penggunaan senjata kimia oleh rezim Assad.

Amerika dan negara-negara sekutunya semakin menyuarakan kemungkinan bakal digelarnya aksi militer ke Suriah. Sementara Rusia menyatakan intervensi tersebut akan mengguncang seluruh Timur Tengah dengan alasan yang salah.


Upaya mendorong aksi militer ke Suriah pun kemungkinan besar akan dilakukan tanpa mandat dari Dewan Keamanan PBB. Selain Rusia yang jelas-jelas berbeda kubu, China pun hampir pasti akan memakai hak veto di dewan tersebut untuk mencegah persetujuan.


Inggris bersama sekutu kuatnya yang anti-Assad, Turki, mengangkat kemungkinan terjadinya kembali konfrontasi dengan Rusia seperti pada 2003 dan 1999. Pada 2003, sekutu menginvansi Irak, sementara pada 1999 NATO melakukan serangan udara ke Kosovo, yang keduanya dilakukan tanpa dukungan DK PBB.
"Jika kekerasan digunakan tanpa resolusi PBB, itu akan menyebabkan konsekuensi yang sangat serius dalam hubungan antara Rusia dengan Amerika Serikat dan mitra NATO-nya," kata Alexander Filonik, pakar Timur Tengah di Institut Studi Oriental Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Dalam konferensi pers Senin (26/8/2013), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, penggunaan kekuatan militer terhadap Suriah tanpa persetujuan PBB akan menjadi "pelanggaran yang sangat berat terhadap hukum internasional".

Lavrov pun menyatakan ide Barat untuk menyerang Suriah dengan alasan merobohkan infrastruktur rezim militer dan membantu kubu oposisi sebagai bukan hanya ilusi, melainkan kesalahan besar yang tidak akan membawa perdamaian, tetapi hanya menandai babak berdarah baru di Suriah.
"Moskwa tidak bisa membiarkan hal itu berlalu tanpa jawaban," tegas Lavrov. Dia pun menambahkan Rusia dapat memukul balik aksi militer Barat melalui penguatan kerja sama militer dengan rezim Assad.

Ketegangan ini pun tergambar jelas di media-media Rusia pro-Kremlin, yang terang-terangan memuat wawancara Assad. Salah satunya, Izvestia, mengutip dalam wawancara itu bahwa Assad menyatakan terima kasih pada dukungan Rusia dan mengejek Barat dengan menyebut "omong kosong" untuk tudingan penggunaan senjata kimia. Assad pun memperingatkan Amerika bahwa semua serangan ke Suriah hanya akan menuai kegagalan.
Sementara Kepala Majelis Rendah Parlemen Rusia dari Komite Urusan Luar Negeri Alexei Pushkov membuat pernyataan provokatif melalui jejaring media sosial Twitter. "London dan Washington ... hanya perlu vonis bersalah (untuk Assad). Setiap putusan lainnya akan ditolak," tulisnya.

Para petinggi Rusia pun satu nada mengolok Amerika dengan menyebut rencana serangan ke Suriah tak beda dengan invasi Amerika ke Irak yang disebut Putin dilakukan "berdasarkan kecerdasan yang cacat tentang kepemilikan senjata pemusnah massal oleh rezim Saddam Hussein".


Perang Suriah
Harga Minyak Melonjak atas Kekhawatiran Perang di Suriah
Islam Times- Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober naik 32 sen menjadi USD 111,05 per barel, sebuah titik tertinggi sejak awal Maret lalu.
Harga Minyak Melonjak atas Kekhawatiran Perang di Suriah

Harga minyak global mencapai level baru dekat tertinggi enam bulan di tengah kekhawatiran tentang kemungkinan intervensi militer di Suriah.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober naik 32 sen menjadi USD 111,05 per barel, sebuah titik tertinggi sejak awal Maret lalu.

Sementara Kontrak utama New York, West Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober, melonjak 34 sen menjadi USD 106,26 per barel di perdagangan pada Selasa sore, 27/08/13.

Harga minyak dunia melonjak setelah Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan bahwa pasukannya siap untuk melancarkan serangan terhadap pemerintah Suriah. [It/Onh/Ass]

Suksesi Kerajaan Saudi
Kemana Raja Saudi, Abullah bin Abdul Aziz?
http://www.islamtimes.org/vdchi-nik23nwid.yrt2.html
 
Islam Times- Dewan ini terdiri dari perdana menteri, wakil pertama dan wakil kedua perdana menteri, serta 22 menteri. Dan posisi raja Abdullah adalah perdana menteri kerajaan.
Kesehatan raja uzur berumur 89-tahun memprihatinkan. Press TV
Kesehatan raja uzur berumur 89-tahun memprihatinkan. Press TV

Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz gagal menghadiri pertemuan mingguan menteri kabinet negara yang memicu spekulasi tentang kondisi kesehatannya dan masa depan politik kerajaan absolut itu.

Dengan tidak adanya raja, Pangeran Muqrin bin Abdulaziz, wakil perdana menteri kedua, memimpin pertemuan yang digelar Dewan Menteri Saudi, pada Senin, 26/08/13.


Dewan ini terdiri dari perdana menteri, wakil pertama dan wakil kedua perdana menteri, serta 22 menteri. Dan posisi raja Abdullah adalah perdana menteri kerajaan.

Kesehatan raja uzur berumur 89-tahun itu terus menurun selama beberapa tahun terakhir dan berkali-kali dirawat di rumah sakit untuk mengembalikan kesehatannya.

http://www.islamtimes.org/images/docs/000296/n00296224-t.jpg
Kesehatan raja uzur berumur 89-tahun memprihatinkan. Press TV

Pada bulan Mei lalu, jurnalis untuk Asharq Alawsat milik kerajaan Saudi yang berbasis di London mengatakan, organ-organ vital Raja Abdullah, termasuk hati, ginjal, dan paru-parunya, telah hampir berhenti berfungsi.

Kabar terbaru, Raja belum muncul dihadapan masyarakat dan sebagai gantinya putra mahkota menghadiri pertemuan resmi atas namanya.[It/Onh/Ass]

Perang Suriah
Bandar bin Sultan Komando AS untuk Perang di Suriah
Islam Times- Bandar pula orang yang pertama kali memberitahu dan memberikan laporan kepada badan intelijen AS (CIA) dan sekutu Baratnya atas dugaan penggunaan gas sarin oleh pemerintah Suriah pada bulan Februari.
http://www.islamtimes.org/vdccseqii2bqox8.5fa2.html
Bandar bin Sultan, keturunan afrika yang jadi pangeran Saudi
Bandar bin Sultan, keturunan afrika yang jadi pangeran Saudi
Mantan Duta Besar Arab Saudi untuk Washington Bandar bin Sultan mencoba kembali mendorong para pejabat AS untuk segera menyerang Suriah, laporan media mengatakan.

Saudi adalah mitra AS yang sangat penting di Suriah dan mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran Amerika, kata seorang pejabat senior AS kepada The Wall Street Journal pada hari Minggu, 25/08/13.


Bandar bin Sultan anak dari budak Afrika itu menurut pejabat itu, pernah menjadi duta Besar Saudi untuk AS selama delapan tahun, dan mempunyai pengaruh besar terhadap lima presiden AS yang berbeda, dan kembali muncul sebagai tokoh penting dalam "perjuangan" Amerika dan sekutunya dalam menyeimbangkan medan perang di Suriah.

Diangkat oleh Raja Saudi, mengantikan pamannya, tahun lalu sebagai kepala Umum Badan Intelijen Saudi, Bandar dilaporkan selama berbulan-bulan secara eksklusif memfokuskan penggalangan dukungan internasional, termasuk memasok senjata dan pelatihan kepada kelompok takfiri di Suriah dalam menjatuhkan pemerintah Suriah.

Ini adalah tujuan Saudi jangka panjang yang dalam beberapa hari terakhir terserap oleh krisis lebih cepat atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh Damaskus, yang menurut Riyadh, harus di respon keras. Pesan yang sedang disampaikan kepada Presiden Barack Obama oleh Duta Besar Saudi di Washington, Adel al-Jubeir, yang merupakan anak didik Bandar.

Bandar pula orang yang pertama kali memberitahu dan memberikan laporan kepada badan intelijen AS (CIA) dan sekutu Baratnya atas dugaan penggunaan gas sarin oleh pemerintah Suriah pada bulan Februari.

Sementara perjalanan dia pada awal bulan ini ke Kremlin yang mencoba membujuk Presiden Vladimir Putin untuk menarik kembali dukungannya kepada Presiden Bashar al-Assad dilaporkan gagal. Sebuah perjalanan penting yang paling terakhir dan jarang diiklankan, telah membawanya ke London dan Paris untuk diskusi dengan para pejabat senior negara-negara tersebut.

Sebagai mantan duta, Pangeran Bandar meninggalkan jejak yang masih belum cukup memudar. Suaranya adalah salah satu yang paling keras mendesak Amerika Serikat untuk menyerang Irak pada tahun 2003.

Dia juga yang menerapkan tekanan pada Gedung Putih dan Kongres atas Suriah yang secara perlahan-lahan akan melahirkan buah.

CIA diyakini telah bekerja dengan Pangeran Bandar secara langsung sejak tahun lalu dalam pelatihan kelompok takfiri di pangkalan militer AS di Yordania dekat perbatasan Suriah. [IT/Onh/Ass]

Perang Suriah
Joe Biden Pertegas Serangan Militer AS ke Suriah
Islam Times- "Tidak ada keraguan (siapa) yang bertanggung jawab atas penggunaan keji senjata kimia di Suriah ini: rezim Suriah," kata Biden di Houston, AS pada Selasa, 27/08/13.
http://www.islamtimes.org/vdcb50b5wrhb95p.qnur.html
Wakil Presiden AS Joe Biden
Wakil Presiden AS Joe Biden
Wakil Presiden AS Joe Biden mengatakan, tidak ada keraguan mengenai tanggungjawab pemerintah Suriah atas penggunaan senjata kimia dekat Damaskus. Pernyataan Biden tersebut merupakan tekanan untuk mempercepat serangan militer AS ke Suriah.

"Tidak ada keraguan (siapa) yang bertanggung jawab atas penggunaan keji senjata kimia  di Suriah ini: rezim Suriah," kata Biden di Houston, AS pada Selasa, 27/08/13.

Beberapa hari terakhir, para pejabat AS berulang kali menyebut retorika operasi serangan pada instalasi militer Suriah dan membahas opsi militer AS di negara Arab itu.

Gema retorika untuk aksi militer terhadap Suriah semakin meningkat setelah pasukan oposisi dukungan asing menuduh pemerintah Presiden Bashar al-Assad melancarkan serangan kimia pada markas pemberontak di wilayah pinggiran Damaskus, Rabu, 21/08/13, pekan lalu.

Dalam konferensi pers, Selasa di Damaskus, Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem menantang Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya untuk menyajikan bukti bahwa pemerintah telah menggunakan senjata kimia.

"Kami mendengar genderang perang di sekitar kita. Jika mereka ingin melancarkan serangan terhadap Suriah, saya pikir menggunakan alasan senjata kimia tidak benar sama sekali. Saya tantang mereka untuk menunjukkan apa bukti yang mereka miliki," kata Muallem.

Dia juga menyatakan, setiap aksi militer terhadap Suriah hanya melayani kepentingan Israel dan al-Qaeda dalam melawan pemerintah Suriah.

"Upaya perang yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu mereka akan melayani kepentingan Israel dan kedua, Front al-Nusra," kata menteri luar negeri Suriah.[It/Onh/Ass/ RT]

Rakyat Amerika tolak serbuan ke Suriah


SEBUAH jajak pendapat dikeluarkan lembaga survei Ipsos bersama Reuters menyatakan warga Amerika Serikat menentang campur tangan Negeri Adikuasa itu dalam konflik Suriah, dan percaya Washington seharusnya tidak perlu terlibat bahkan jika laporan menyebutkan bahwa pemerintah Suriah terbukti menggunakan senjata kimia mematikan untuk menyerang warga sipil.
Sekitar 60 persen warga Amerika yang disurvei mengatakan pemerintah tidak perlu ikut campur dalam perang sipil di Suriah. Sementara hanya sembilan persen berpikir bahwa Presiden Barack Hussein Obama harus bertindak, seperti dilansir situs the Huffington Post, Senin (26/8).
Jajak pendapat, yang dilakukan Ipsos bersama Reuters pada 19-23 Agustus, ini juga menemukan fakta bahwa 25 persen warga Amerika akan mendukung intervensi Amerika jika pasukan Presiden Suriah Basyar al-Assad menggunakan bahan kimia untuk menyerang warga sipil. Sementara hanya 46 persen responden menentang tindakan itu.
Namun, sejak 13 Agustus, Ipsos melihat adanya penurunan atas dukungan terhadap keterlibatan Amerika, di mana jajak pendapat menemukan fakta bahwa hanya 30,2 persen warga Amerika mendukung intervensi di Suriah jika bahan kimia telah digunakan. Sedangkan 41,6 persen tidak mendukung hal itu.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa sejauh ini, dengan semakin meningkatnya krisis di Suriah dan gambar-gambar mengerikan korban dugaan serangan senjata kimia di pinggiran Ibu Kota Damaskus pada pekan lalu, memperlihatkan banyak warga Amerika tidak ingin terlibat dalam konflik lain di Timur Tengah.
Beberapa pejabat asing dan Amerika, terutama senator dari Partai Republik, John McCain, menyebut Obama ragu-ragu dalam memutuskan apakah akan bertindak di Suriah. Tetapi beberapa warga Amerika yang disurvei dalam jajak pendapat ini, termasuk Charles Kohls (68 tahun), mantan pejabat militer Amerika dari Maryland, memuji sikap kehati-hatian Obama.
"Amerika seakan menjadi polisi dunia dan kami sudah terlalu banyak terlibat di tempat-tempat yang harusnya menjadi bidang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bukan kita," kata Kohs dalam sebuah wawancara. "Saya berpikir kita tidak harus ikut campur di Suriah."
Namun, Kohls mengatakan kemungkinan adanya serangan kimia tidak mengubah keyakinannya bahwa Amerika tidak harus terlibat di Suriah, atau perang lain untuk masalah itu. | sumber: merdeka.com
- See more at: http://atjeh.co/read/2013/08/26/63952/0/51/Rakyat-Amerika-tolak-serbuan-ke-Suriah#sthash.bwg7viza.dpuf

Rakyat Amerika tolak serbuan ke Suriah


SEBUAH jajak pendapat dikeluarkan lembaga survei Ipsos bersama Reuters menyatakan warga Amerika Serikat menentang campur tangan Negeri Adikuasa itu dalam konflik Suriah, dan percaya Washington seharusnya tidak perlu terlibat bahkan jika laporan menyebutkan bahwa pemerintah Suriah terbukti menggunakan senjata kimia mematikan untuk menyerang warga sipil.
Sekitar 60 persen warga Amerika yang disurvei mengatakan pemerintah tidak perlu ikut campur dalam perang sipil di Suriah. Sementara hanya sembilan persen berpikir bahwa Presiden Barack Hussein Obama harus bertindak, seperti dilansir situs the Huffington Post, Senin (26/8).
Jajak pendapat, yang dilakukan Ipsos bersama Reuters pada 19-23 Agustus, ini juga menemukan fakta bahwa 25 persen warga Amerika akan mendukung intervensi Amerika jika pasukan Presiden Suriah Basyar al-Assad menggunakan bahan kimia untuk menyerang warga sipil. Sementara hanya 46 persen responden menentang tindakan itu.
Namun, sejak 13 Agustus, Ipsos melihat adanya penurunan atas dukungan terhadap keterlibatan Amerika, di mana jajak pendapat menemukan fakta bahwa hanya 30,2 persen warga Amerika mendukung intervensi di Suriah jika bahan kimia telah digunakan. Sedangkan 41,6 persen tidak mendukung hal itu.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa sejauh ini, dengan semakin meningkatnya krisis di Suriah dan gambar-gambar mengerikan korban dugaan serangan senjata kimia di pinggiran Ibu Kota Damaskus pada pekan lalu, memperlihatkan banyak warga Amerika tidak ingin terlibat dalam konflik lain di Timur Tengah.
Beberapa pejabat asing dan Amerika, terutama senator dari Partai Republik, John McCain, menyebut Obama ragu-ragu dalam memutuskan apakah akan bertindak di Suriah. Tetapi beberapa warga Amerika yang disurvei dalam jajak pendapat ini, termasuk Charles Kohls (68 tahun), mantan pejabat militer Amerika dari Maryland, memuji sikap kehati-hatian Obama.
"Amerika seakan menjadi polisi dunia dan kami sudah terlalu banyak terlibat di tempat-tempat yang harusnya menjadi bidang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bukan kita," kata Kohs dalam sebuah wawancara. "Saya berpikir kita tidak harus ikut campur di Suriah."
Namun, Kohls mengatakan kemungkinan adanya serangan kimia tidak mengubah keyakinannya bahwa Amerika tidak harus terlibat di Suriah, atau perang lain untuk masalah itu. | sumber: merdeka.com
- See more at: http://atjeh.co/read/2013/08/26/63952/0/51/Rakyat-Amerika-tolak-serbuan-ke-Suriah#sthash.bwg7viza.dpuf

Rakyat Amerika tolak serbuan ke Suriah


SEBUAH jajak pendapat dikeluarkan lembaga survei Ipsos bersama Reuters menyatakan warga Amerika Serikat menentang campur tangan Negeri Adikuasa itu dalam konflik Suriah, dan percaya Washington seharusnya tidak perlu terlibat bahkan jika laporan menyebutkan bahwa pemerintah Suriah terbukti menggunakan senjata kimia mematikan untuk menyerang warga sipil.
Sekitar 60 persen warga Amerika yang disurvei mengatakan pemerintah tidak perlu ikut campur dalam perang sipil di Suriah. Sementara hanya sembilan persen berpikir bahwa Presiden Barack Hussein Obama harus bertindak, seperti dilansir situs the Huffington Post, Senin (26/8).
Jajak pendapat, yang dilakukan Ipsos bersama Reuters pada 19-23 Agustus, ini juga menemukan fakta bahwa 25 persen warga Amerika akan mendukung intervensi Amerika jika pasukan Presiden Suriah Basyar al-Assad menggunakan bahan kimia untuk menyerang warga sipil. Sementara hanya 46 persen responden menentang tindakan itu.
Namun, sejak 13 Agustus, Ipsos melihat adanya penurunan atas dukungan terhadap keterlibatan Amerika, di mana jajak pendapat menemukan fakta bahwa hanya 30,2 persen warga Amerika mendukung intervensi di Suriah jika bahan kimia telah digunakan. Sedangkan 41,6 persen tidak mendukung hal itu.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa sejauh ini, dengan semakin meningkatnya krisis di Suriah dan gambar-gambar mengerikan korban dugaan serangan senjata kimia di pinggiran Ibu Kota Damaskus pada pekan lalu, memperlihatkan banyak warga Amerika tidak ingin terlibat dalam konflik lain di Timur Tengah.
Beberapa pejabat asing dan Amerika, terutama senator dari Partai Republik, John McCain, menyebut Obama ragu-ragu dalam memutuskan apakah akan bertindak di Suriah. Tetapi beberapa warga Amerika yang disurvei dalam jajak pendapat ini, termasuk Charles Kohls (68 tahun), mantan pejabat militer Amerika dari Maryland, memuji sikap kehati-hatian Obama.
"Amerika seakan menjadi polisi dunia dan kami sudah terlalu banyak terlibat di tempat-tempat yang harusnya menjadi bidang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bukan kita," kata Kohs dalam sebuah wawancara. "Saya berpikir kita tidak harus ikut campur di Suriah."
Namun, Kohls mengatakan kemungkinan adanya serangan kimia tidak mengubah keyakinannya bahwa Amerika tidak harus terlibat di Suriah, atau perang lain untuk masalah itu. | sumber: merdeka.com
- See more at: http://atjeh.co/read/2013/08/26/63952/0/51/Rakyat-Amerika-tolak-serbuan-ke-Suriah#sthash.bwg7viza.dpuf

Rakyat Amerika tolak serbuan ke Suriah

Senin, 26 Agustus 2013 19:10 WIB
MERDEKA | Foto : bocah suriah pegang senjata . ©REUTERS
http://atjeh.co/read/2013/08/26/63952/0/51/Rakyat-Amerika-tolak-serbuan-ke-Suriah

Rusia menentang intervensi militer ke Suriah

Iran kirim 4.000 tentara ke Suriah?

Israel ancam Rusia jika kirimkan anti-rudal ke Suriah

Antisipasi serbuan barat, Rusia kirim anti-rudal ke Suriah


SEBUAH jajak pendapat dikeluarkan lembaga survei Ipsos bersama Reuters menyatakan warga Amerika Serikat menentang campur tangan Negeri Adikuasa itu dalam konflik Suriah, dan percaya Washington seharusnya tidak perlu terlibat bahkan jika laporan menyebutkan bahwa pemerintah Suriah terbukti menggunakan senjata kimia mematikan untuk menyerang warga sipil.
Sekitar 60 persen warga Amerika yang disurvei mengatakan pemerintah tidak perlu ikut campur dalam perang sipil di Suriah. Sementara hanya sembilan persen berpikir bahwa Presiden Barack Hussein Obama harus bertindak, seperti dilansir situs the Huffington Post, Senin (26/8).
Jajak pendapat, yang dilakukan Ipsos bersama Reuters pada 19-23 Agustus, ini juga menemukan fakta bahwa 25 persen warga Amerika akan mendukung intervensi Amerika jika pasukan Presiden Suriah Basyar al-Assad menggunakan bahan kimia untuk menyerang warga sipil. Sementara hanya 46 persen responden menentang tindakan itu.
Namun, sejak 13 Agustus, Ipsos melihat adanya penurunan atas dukungan terhadap keterlibatan Amerika, di mana jajak pendapat menemukan fakta bahwa hanya 30,2 persen warga Amerika mendukung intervensi di Suriah jika bahan kimia telah digunakan. Sedangkan 41,6 persen tidak mendukung hal itu.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa sejauh ini, dengan semakin meningkatnya krisis di Suriah dan gambar-gambar mengerikan korban dugaan serangan senjata kimia di pinggiran Ibu Kota Damaskus pada pekan lalu, memperlihatkan banyak warga Amerika tidak ingin terlibat dalam konflik lain di Timur Tengah.
Beberapa pejabat asing dan Amerika, terutama senator dari Partai Republik, John McCain, menyebut Obama ragu-ragu dalam memutuskan apakah akan bertindak di Suriah. Tetapi beberapa warga Amerika yang disurvei dalam jajak pendapat ini, termasuk Charles Kohls (68 tahun), mantan pejabat militer Amerika dari Maryland, memuji sikap kehati-hatian Obama.
"Amerika seakan menjadi polisi dunia dan kami sudah terlalu banyak terlibat di tempat-tempat yang harusnya menjadi bidang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bukan kita," kata Kohs dalam sebuah wawancara. "Saya berpikir kita tidak harus ikut campur di Suriah."
Namun, Kohls mengatakan kemungkinan adanya serangan kimia tidak mengubah keyakinannya bahwa Amerika tidak harus terlibat di Suriah, atau perang lain untuk masalah itu. | sumber: merdeka.com
- See more at: http://atjeh.co/read/2013/08/26/63952/0/51/Rakyat-Amerika-tolak-serbuan-ke-Suriah#sthash.bwg7viza.dpuf

KONSPIRASI SENJATA KIMIA SYRIA 

http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/08/konspirasi-senjata-kimia-syria.html#more

Gambar: bahan-bahan kimia milik pemberontak Syria yang ditemukan pasukan pemerintah di kota Banias, Tartus, bulan Juli lalu. Sebanyak 281 drum bahan kimia berbahaya yang bisa menghancurkan seisi kota.

"Phil… kita mendapat tawaran baru. Ini tentang Syria lagi. Orang-orang Qatar mengajukan tawaran menarik dan menjamin bahwa usulan ini telah disetujui Washington (Amerika)."

"Kita harus mengirim CW (chemical weapons, senjata-senjata kimia) ke Homs, senjata buatan Soviet asal Libya yang sama dengan senjata yang dimiliki Assad."

"Mereka menginginkan kita untuk mengirim personil asal Ukraina yang bisa berbahasa Rusia, dan membuat sebuah rekaman video."

"Sejujurnya, saya tidak menganggapnya sebagai ide yang baik, namun jumlah (uang) yang ditawarkan sangat besar. Bagaimana pendapatmu?"



----------

Beberapa hari terakhir ini saya mendapat "gangguan" dari seseorang yang menamakan diri sebagai "muslim in suffer" yang menyerang blog dan inbox e-mail saya. Awalnya ia muncul dalam beberapa postingan terakhir blog saya dengan komentar-komentarnya yang tidak sopan dan "ngaco" logika bahasanya. Setelah komentar-komentar tidak pantasnya itu saya hapus, kecuali satu komentar yang masih bisa ditoleransi, ia pun memenuhi inbox e-mail saya dengan berbagai komentar dan tautan yang tidak kalah "ngaco" dan kurang ajar.

Dalam satu e-mailnya ia mempertanyakan berita yang saya postingkan di blog saya tentang keberhasilan Hizbollah menggagalkan upaya penyusupan tentara Israel di perbatasan Lebanon. Ia mempertanyakan kevalidan berita tersebut dengan alasan "tidak diberitakan media-media internasional".

Lihatlah bagaimana seorang wahabi-salafi tidak ubahnya seperti orang-orang "liberal idiot" Amerika yang menganggap satu berita sebagai kebenaran hanya jika diberitakan oleh koran USA Today atau dibahas dalam acara "Oprah Wimfrey Show". Alasan tersebut juga membuktikan bahwa orang-orang wahabi itu tidak pernah melakukan check dan recheck atas segala persoalan dan hanya mengikuti pendapat guru-guru atau sheikh-sheikh mereka bulat-bulat. Berita itu, meski tidak diberitakan USA Today, namun begitu banyak diberitakan oleh media-media masa lain. Itulah sebabnya mereka percaya begitu saja berita di situs arrahmah.com yang menyebutkan Faiz Syakir sebagai jubir Hizbollah, padahal yang bersangkutan adalah aktifis neo-konservatif Amerika.

Oh ya, kemunculan "muslim in suffer" terjadi setelah tulisan-tulisan kritis saya tentang situs berita arrahmah.com. Mungkin yang bersangkutan adalah salah seorang awak redaksinya, atau setidaknya pembaca setianya.

"Serangan" yang lainnya yang saya terima melalui e-mail adalah puluhan tautan tentang berita-berita tentang isu senjata kimia di Syria yang diberitakan sebagian besar media massa dunia. Seolah dengan banyaknya berita-berita tersebut tuduhan regim Syria sebagai pelaku serangan senjata kimia adalah suatu kebenaran. Sekali lagi ini menunjukkan kedangkalan pikiran yang bersangkutan. Bahkan jika sebagian besar media massa di dunia memberitakan suatu "peristiwa", hal itu bukan berarti hal itu benar. Berita tentang "bom penghancur massal Irak" yang sangat massif diberitakan media massa dunia sebelum invasi Amerika dan sekutunya di Irak kini telah terbukti sebagai kebohongan. Apalagi jika berita-berita tersebut tidak menyebutkan secara tegas "regim Syria sebagai pelaku serangan".

Saya sudah mempostingkan tulisan Dina Sulaeman, seorang blogger dan peneliti lembaga kajian Global Future Institute, tentang kebohongan isu senjata kimia di Syria. Namun fakta berikut mungkin lebih menarik lagi.

Seorang hacker asal Malaysia berhasil meng-hack sebuah pesan e-mail yang menghebohkan tentang rencana operasi rahasia untuk menjebak regim Syria dalam tuduhan penggunaan senjata kimia yang tidak bisa dibantah. E-mail tersebut (tertulis di atas) telah beredar luas di media-media massa global bahkan sejak awal tahun ini. Salah satunya adalah laporan Louise Boyle di harian Daily Mail tgl 29 Januari lalu berjudul "Amerika mendukung rencana serangan senjata kimia terhadap Syria dan kesalahannya ditimpakan pada regim Assad" (U.S. ‘backed plan to launch chemical weapon attack on Syria and blame it on Assad’s regime’). Laporan Daily Mail itu sendiri bersumber pada informasi yang dipublis media online Infowars beberapa hari sebelumnya. Media online independen thetruthseeker.co.uk memuat ulang laporan Daily Mail tersebut bulan Juni lalu.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya awal Juli 2013, pasukan Syria berhasil menemukan 281 drum berisi bahan-bahan kimia di sebuah gudang milik pemberontak yang direbut pemerintah di kota Banias, Tartus. Bahan-bahan itu meliputi 79 drum Polyethylene Glycol, 67 drum Monoethylene Glocol, 25 drum monoethanolamine, 68 drum Diethanolamine, dan 42 drum Triethanolamine. Atas penemuan itu dubes Syria di PBB,  Bashar Ja´afari mengatakan:

"Pemerintah Syria kemarin telah menemukan di kota Banias, 281 drum bahan-bahan kimia berbahaya yang mampu menghancurkan seluruh kota, jika bukan seluruh negara." (Christian Lehman, NSNBC; 14 Juli 2013)

Artinya adalah "konspirasi" serangan senjata kimia itu telah diketahui publik jauh hari sebelum terjadinya. Sekarang mari kita "nikmati" permainan ini.

Situs online milik kantor berita terbesar dunia BBC dalam beberapa hari terakhir ini gencar memberitakan isu senjata kimia di Syria dengan gaya yang sama ketika mereka memberitakan isu senjata pemusnah massal Irak tahun 2003 atau sebelum invasi Amerika ke negara tersebut. Dan seperti laporan tentang senjata pemusnah massal Irak, laporan tentang senjata kimia Syria juga sangat tendensius dan ujung-ujungnya adalah kebohongan besar.

Salah satu berita itu, tgl 23 Agustus, berisi tentang "menhan Inggris William Hague yang percaya regim Bashar al Assad telah menggunakan senjata kimia", tanpa sedikit pun membahas bukti-bukti yang mendukung keyakinan William Hague tersebut. Paragraf pertama tulisan tersebut berbunyi:

"Menlu Inggris William Hague mengatakan bahwa ia percaya Presiden Assad berada di balik serangan senjata kimia di Syria."

Kemudian tanpa menyampaikan bukti-bukti pendukung, Hague justru mengatakan, "Saya tahu bahwa sebagian orang di dunia akan berkata bahwa ini adalah semacam konspirasi yang dilakukan oleh oposisi Syria.” Tanpa menyinggung bukti, Hague melanjutkan, "Saya rasa kemungkinan terjadinya konspirasi itu sangatlah kecil, jadi kami percaya bahwa serangan senjata kimia itu dilakukan oleh regim Assad.”

Setidaknya Hague kini percaya bahwa sebagian besar masyarakat di dunia kini telah percaya dengan kebenaran "teori konspirasi". Mungkin bahkan ia telah berfikir bahwa tidak lama lagi ribuan orang akan berdemonstrasi menentang intervensi NATO di Syria sembari meneriakkan kata: "Kami 99% rakyat percaya teori konspirasi. Anda?"

Konspirasi yang dilakukan Hague dan BBC pun berlanjut. Kata Hague: "Saya rasa regim Assad menyembunyikan sesuatu. Mengapa mereka menolak tim pemeriksa PBB pergi ke sana?" Pernyataan semacam juga didengang-dengungkan media massa di seluruh dunia bahwa pemerintah Syria melarang tim pemeriksa PBB untuk bekerja secara bebas. Padahal tidak demikian halnya. Tim pemeriksa PBB gagal melakukan pemeriksaan di lokasi serangan senjata kimia karena dilarang pemberontak yang menguasai wilayah tersebut.

Bahkan Presiden Barack Obama menyebutkan serangan tersebut sebagai "yang dikatakan penggunaan senjata kimia", tidak menyebutkan secara pasti bahwa Bashar al Assad adalah pelakunya.

Hari ini saya melihat berita "running text" di Metro TV yang menyebutkan bahwa "Iran mengakui adanya serangan senjata kimia di Syria". Berita ini sangat menggiring opini publik untuk percaya bahwa "Iran pun percaya tuduhan penggunaan senjata kimia oleh regim Al Assad adalah benar". Padahal Iran, sebagaimana semua negara lain di dunia, hanya mempercayai adanya serangan senjata kimia berdasarkan fakta yang ada. Namun Iran, sebagaimana Rusia, adalah negara yang dengan gigih menolak tuduhan regim Al Assad sebagai pelakunya. Alih-alih, kedua negara teguh dengan tuduhannya bahwa pemberontak-lah yang telah menggunakan senjata kimia dan mengaku memiliki bukti-bukti kuat.

Logika paling sederhana pun membantah tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pasukan regim Al Assad. Mereka tengah berada di jalur kemenangan yang tidak akan mereka hancurkan begitu saja dengan mengundang intervensi asing. Setelah al Qusayr, tentara Al Assad berhasil merebut kembali Homs dan Latakia dan tengah berupaya membersihkan 2 wilayah terakhir yang masih dikuasai pemberontak, yaitu Aleppo dan sekitar Damaskus.

Sama seperti BBC, Metro TV juga turut berpartisipasi dalam konspirasi.
REF:
"U.S. ‘backed plan to launch chemical weapon attack on Syria and blame it on Assad’s regime’"; Louise Boyle; Daily Mail, 29 Januari 2013
"The BBC on Syria and Chemical Weapons"; William Bowles; Dissident Voice; 24 Agustus 2013
"Chemicals and Weapons seized from Insurgents in Damascus"; Christian Lehman, NSNBC; 14 Juli 2013


Perang Suriah
Iran: Dokumen Menunjukkan Teroris Pelaku Serangan Kimia
Islam Times- "Ada banyak alasan dan dokumen yang menunjukkan, apa yang terjadi di Suriah dilakukan oleh teroris, dan dokumen-dokumen ini telah disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB (DK PBB) oleh pemerintah Rusia,"
Zat kimia buatan Saudi Arabia

Zat kimia buatan Saudi Arabia
Kementerian Luar Negeri Iran pada hari Selasa, 27/08/13, sangat menyesalkan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil di daerah pinggiran kota Damaskus, dan mengatakan pemerintah Rusia telah menyajikan dokumen dan bukti pembuktian kepada PBB bahwa kelompok pemberontak menggunakan zat fatal tersebut.

"Ada banyak alasan dan dokumen yang menunjukkan, apa yang terjadi di Suriah dilakukan oleh teroris, dan dokumen-dokumen ini telah disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB (DK PBB) oleh pemerintah Rusia," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Sayid Abbas Araqchi kepada wartawan di Tehran, Selasa, 27/08/13.

Dikatakannya, jika Washington menemukan fakta serangan kimia itu dilakukan pemberotak, maka ia akan diam, tetapi jika tidak, maka akan mencari alasan lain.

"Pejabat Amerika tidak memiliki komitmen yang mendalam atas setiap kriteria, prinsip manusia dan hukum internasional. Mereka baik jika teroris bergerak sesuai dengan kepentingannya, dan jika mereka bertindak melawan kepentingan mereka, maka itu (teroris) buruk," lanjut juru bicara itu.

Araqchi juga menyesalkan penggunaan senjata kimia dalam kondisi apapun dan oleh siapapun, "Republik Islam sebagai korban senjata kimia mengutuk keras penggunaan senjata tersebut."

Sebelumnya, pejabat senior Suriah mengatakan, negaranya akan mempertahankan diri dari setiap serangan militer Barat, dan bukan sasaran empuk Amerika Serikat dan negara-negara lain yang memanaskan retorika perang dalam menanggapi dugaan serangan kimia pekan lalu di dekat ibukota Suriah.

Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press (AP) di Damaskus, pada Senin, 26/08/13, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad mengatakan, serangan udara atau tindakan lain terhadap Suriah akan memicu kekacauan dan mengancam perdamaian dan keamanan di seluruh dunia. [It/Onh/Ass]
Perang Cyber
SEA Robohkan Situs New York Times dan Twitter
Islam Times- SEA berhasil mengubah baik rincian kontak dan server nama domain dari New York Times dan Twitter setelah memiliki akses ke catatan registri yang diperoleh oleh mereka di Melbourne IT. SEA juga mengaku bertanggung jawab atas hacking situs domian Huffington Post UK.
http://www.islamtimes.org/vdcirqarwt1a3r2.k8ct.html
 
Tentara Elektronik Suriah (SEA). Russia Today
Tentara Elektronik Suriah (SEA). Russia Today
Tentara Elektronik Suriah (SEA) mengklaim telah mengakses ke sejumlah domain internasional Twitter tak lama setelah merobohkan website New York Times. Serangan itu tampaknya dibuat melalui Melbourne IT. Demikian Russia Today (RT) melaporkan, Rabu, 28/08/13.

SEA berhasil mengubah baik rincian kontak dan server nama domain dari New York Times dan Twitter setelah memiliki akses ke catatan registri yang diperoleh oleh mereka di Melbourne IT. SEA juga mengaku bertanggung jawab atas hacking situs domain Huffington Post UK.

Akibat serangan yang menghantam website New York Times, situs itu dinonaktifkan untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan. Dalam sebuah pernyataan, surat kabar terbesar AS itu mengatakan, "serangan eksternal berbahaya secara luas diduga berasal dari hacker yang berafiliasi dengan Tentara Elektronik Suriah (SEA).

"Banyak pengguna mengalami kesulitan mengakses New York Times online," tulis koran itu di halaman Facebook-nya.

"Kami sedang bekerja memperbaiki masalah. Penilaian awal kami adalah outage kemungkinan besar hasil dari serangan eksternal berbahaya. Sementara itu kami terus menerbitkan berita utama." Katanya lagi.

http://www.islamtimes.org/images/docs/files/000296/nf00296225-1.jpg

SEA juga mengklaim melakukan serangkaian tweet yang dibajak di beberapa domain Twitter, yang diarahkan melalui lalu lintas media sosial untuk server sendiri, dan membuat situs tidak stabil dan down.

Juru bicara Twitter Jim Prosser mengkonformasi serangan itu kepada jurnalis Matius Keys dan menyebut, teknisi situs sedang melihat akses yang diklaim dari SEA.

Setelah mengklaim mengontrol domain Twitter yang digunakan untuk melayani, gambar, twimg.com, Tentara Elektronik Suriah mengatakan mampu menyuntikkan kode Javascript untuk mengarahkan semua pengguna Twitter ke situs web hacktivists. Namun di tweet berikutnya, SEA mengakui bahwa "sayangnya" server mereka tidak mampu menangani lalu lintas besar tersebut.

SEA, adalah kelompok hacker bayangan yang bersimpati kepada Presiden Suriah Bashar Assad, dan meluncurkan serangan cyber pada sejumlah media dalam beberapa bulan terakhir termasuk Twitter feed. [IT/Onh/Ass/RT]

Rakyat Amerika tolak serbuan ke Suriah


SEBUAH jajak pendapat dikeluarkan lembaga survei Ipsos bersama Reuters menyatakan warga Amerika Serikat menentang campur tangan Negeri Adikuasa itu dalam konflik Suriah, dan percaya Washington seharusnya tidak perlu terlibat bahkan jika laporan menyebutkan bahwa pemerintah Suriah terbukti menggunakan senjata kimia mematikan untuk menyerang warga sipil.
Sekitar 60 persen warga Amerika yang disurvei mengatakan pemerintah tidak perlu ikut campur dalam perang sipil di Suriah. Sementara hanya sembilan persen berpikir bahwa Presiden Barack Hussein Obama harus bertindak, seperti dilansir situs the Huffington Post, Senin (26/8).
Jajak pendapat, yang dilakukan Ipsos bersama Reuters pada 19-23 Agustus, ini juga menemukan fakta bahwa 25 persen warga Amerika akan mendukung intervensi Amerika jika pasukan Presiden Suriah Basyar al-Assad menggunakan bahan kimia untuk menyerang warga sipil. Sementara hanya 46 persen responden menentang tindakan itu.
Namun, sejak 13 Agustus, Ipsos melihat adanya penurunan atas dukungan terhadap keterlibatan Amerika, di mana jajak pendapat menemukan fakta bahwa hanya 30,2 persen warga Amerika mendukung intervensi di Suriah jika bahan kimia telah digunakan. Sedangkan 41,6 persen tidak mendukung hal itu.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa sejauh ini, dengan semakin meningkatnya krisis di Suriah dan gambar-gambar mengerikan korban dugaan serangan senjata kimia di pinggiran Ibu Kota Damaskus pada pekan lalu, memperlihatkan banyak warga Amerika tidak ingin terlibat dalam konflik lain di Timur Tengah.
Beberapa pejabat asing dan Amerika, terutama senator dari Partai Republik, John McCain, menyebut Obama ragu-ragu dalam memutuskan apakah akan bertindak di Suriah. Tetapi beberapa warga Amerika yang disurvei dalam jajak pendapat ini, termasuk Charles Kohls (68 tahun), mantan pejabat militer Amerika dari Maryland, memuji sikap kehati-hatian Obama.
"Amerika seakan menjadi polisi dunia dan kami sudah terlalu banyak terlibat di tempat-tempat yang harusnya menjadi bidang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bukan kita," kata Kohs dalam sebuah wawancara. "Saya berpikir kita tidak harus ikut campur di Suriah."
Namun, Kohls mengatakan kemungkinan adanya serangan kimia tidak mengubah keyakinannya bahwa Amerika tidak harus terlibat di Suriah, atau perang lain untuk masalah itu. | sumber: merdeka.com
- See more at: http://atjeh.co/read/2013/08/26/63952/0/51/Rakyat-Amerika-tolak-serbuan-ke-Suriah#sthash.bwg7viza.dpuf

2 komentar:

  1. hehe orang yang posting ini pasti syiah, heheh tidak kaget kalau amerika serikat tidak jadi menyerang suriah, hanya pura pura belaka dibelakang kerjasama, bahkan iran sekarang bagi bagi kekuasaan dengan amerika di irak
    syiahhh adalah musuh islam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks yah... tanggapannya ... Kalaw hanya menuduh..ini atau.itu.. . ?? Kan seperti mengadu-adu sesama muslim... ? Jangan dmk dong ...!! .. Hayooo ... Coba infokan dengan sejelasnya dan sebenarnya..yah tuan anonim... yahh? sy kan menukil info... kalau bener seperti yg tuan anonim.. sampaikan... coba berikan bukti2 ataw data yg sebenarnya seperti apa... ? kalaw hanya menuduh dan menduga.. kan konon masmedia punya fakta... buktinya ada pengakuan dr tokoh2 kerajaan arab saudi... seperti pangeran bin sultan... dan konon dari pejbt washington juga... ?? yaah.. silahkan berikan tanggapan yg lebih akurat... supaya sy juga dapat info yang benar.. seperti apa?... thnks yaah

      Hapus