Penyesalan Ahli Neraka Karena Masalah Ketaatan
Redaksi – Jumat, 23 Agustus 2013 10:35 WIB
Kitab
Suci Al-Qur’an seringkali menggambarkan berbagai bentuk penyesalan para
penghuni Neraka. Salah satu di antara bentuk penyesalan itu berkaitan
dengan urusan ”ketaatan”. Kelak para penghuni Neraka pada saat
tengah mengalami penyiksaan yang begitu menyengsarakan berkeluh kesah
penuh penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di dunia tidak mentaati
Allah dan RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena telah menyerahkan
kepatuhan kepada para pembesar, pemimpin, Presiden, Imam, Amir, Qiyadah
dan atasan mereka yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan yang
lurus. Akhirnya, karena nasi telah menjadi bubur, mereka hanya
bisa mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu diazab oleh Allah
dua kali lipat daripada azab yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka
akhirnya mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu dikutuk
dengan kutukan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah melindungi kita dari
penyesalan demikian. Na’udzubillahi min dzaalika..!
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا
لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا وَقَالُوا رَبَّنَا
إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا
كَبِيرًا
”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka,
mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan
ta`at (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan
kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)
Gambaran di atas merupakan suatu gambaran yang sungguh mengenaskan.
Bagaimana kumpulan manusia yang sewaktu di dunia begitu menghormati dan
mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah
sama-sama dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka mereka baru sadar
ternyata telah ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik
menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin
tersebut. Mereka terlambat menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan
dari jalan yang benar. Mereka terlambat menyadari bahwa sesungguhnya
para pemimpin dan pembesar itu tidak pernah benar-benar mengajak dan
mengarahkan mereka ke jalan yang mendatangkan keridhaan dan rahmat
Allah.
Itulah sebabnya tatkala Allah menyuruh orang-orang beriman mentaati Allah dan RasulNya serta ”ulil amri minkum” (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu juga Allah menjelaskan kriteria ”ulil amri minkum”
yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam kepemimpinannya bilamana
menghadapi perselisihan pendapat maka Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya
(As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam menyelesaikan dan
memutuskan segenap perkara.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ
تَأْوِيلًا
”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS. An-Nisaa [4] : 59)
Benar, Islam sangat menganjurkan kita semua supaya taat kepada
pemimpin, namun pemimpin yang seperti apa? Apakah patut kita mentaati
para pembesar dan pemimpin bilamana mereka tidak pernah menjadikan
Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai rujukan untuk menyelesaikan berbagai
problema yang muncul? Mereka lebih percaya kepada hukum dan aturan
bikinan manusia, bikinan para legislator, daripada meyakini dan
mengamalkan ketentuan-ketentuan Allah dan RasulNya. Pantaslah bilamana
masyarakat yang sempat menghormati dan mempercayai para pembesar dan
pemimpin seperti ini sewaktu di dunia kelak akan menyesal ketika sudah
masuk Neraka. Bahkan mereka akan berbalik menyerang dan memohon kepada
Allah agar para ulil amri gadungan tersebut diazab dan dikutuk…!
Tetapi kesadaran dan penyesalan di saat itu sudah tidak bermanfaat
sama sekali untuk memperbaiki keadaan. Sehingga Allah menggambarkan
bahwa pada saat mereka semuanya telah divonis menjadi penghuni Neraka
lalu para pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah sewaktu di
Padang Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para
pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau
disalahkan. Para pemimpin saat itu baru mengakui bahwa mereka sendiri
tidak mendapat petunjuk dalam hidupnya sewaktu di dunia, sehingga wajar
bila merekapun tidak sanggup memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat
yang mereka pimpin. Mereka mengatakan bahwa apakah mau berkeluh kesah
ataupun bersabar sama saja bagi mereka. Hal itu tidak akan mengubah
keadaan mereka barang sedikitpun. Baik pemimpin maupun rakyat sama-sama
dimasukkan ke dalam derita Neraka.
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ
اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ
عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ
لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا
مِنْ مَحِيصٍ
”Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap
ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada
orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah
pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab
Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: “Seandainya Allah
memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk
kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar.
Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. (QS. Ibrahim [14] : 21)
Allah menggambarkan bahwa kumpulan pengikut taqlid dan pemimpin sesat ini
adalah kumpulan orang-orang zalim. Para pemimpin sesat akan berlepas
diri dari para pengikut taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal
menyesal dan berandai-andai mereka dapat dihidupkan kembal ke dunia
sehingga mereka pasti berlepas diri, tidak mau loyal dan taat kepada
para pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat.
وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ
أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا
الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ وَقَالَ الَّذِينَ
اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا
تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ
عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
”Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas
diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan
(ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan
berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali
(ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana
mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada
mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali
mereka tidak akan ke luar dari api neraka.” (QS. Al-Baqarah [2] : 165-167)
Era Badai Fitnah Ancaman Dosa Riddah
Ihsan Tandjung – Sabtu, 28 Sya'ban 1432 H / 30 Juli 2011 06:26 WIB
Dalam sebuah hadits shahih Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم
menggambarkan bakal tibanya suatu masa di Akhir Zaman dimana fitnah
datang secara massif sehingga dunia digambarkan menjadi laksana malam
yang gelap gulita. Selanjutnya Nabi صلى الله عليه و سلم menerangkan
betapa di masa itu jenis pelanggaran yang dilakukan kaum muslimin tidak
lagi dapat digolongkan sebagai dosa kecil, bahkan tidak juga dosa besar.
Sebab betapapun besarnya dosa seseorang, namun jika ia masih memiliki
iman-tauhid yang benar dan ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, niscaya
Allah سبحانه و تعالى akan mengampuninya. Di era badai fitnah, kata Nabi
صلى الله عليه و سلم , ancaman terbesar ialah kaum muslimin bakal
melakukan pelanggaran yang tergolong nawaqidh al-iman (pembatal keislaman) alias terjangkiti virus MTS (Murtad Tanpa Sadar).
Pagi hari seorang lelaki masih beriman, tiba-tiba sore harinya ia
telah menjadi kafir. Atau sore hari seseorang masih beriman, tiba-tiba
pagi harinya ia telah menjadi kafir. Nabi صلى الله عليه و سلم tidak
mengatakan “seseorang di pagi hari berbuat kebaikan, lalu di sore harinya berbuat kejahatan”. Tidak..! Tapi secara eksplisit Nabi صلى الله عليه و سلم mengatakan “pagi beriman, sore kafir.” Perbandingannya bukan antara berbuat baik dengan berbuat jahat, tetapi antara beriman dan kafir.
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ
اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا
أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ
الدُّنْيَا
Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda: "Segeralah beramal sebelum
datangnya rangkaian fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari
seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di
sore hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di pagi
harinya. Dia menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia." (Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 169)
Jelas Nabi صلى الله عليه و سلم memperingatkan bahwa ketika dunia
diwarnai oleh badai fitnah, maka ancaman yang muncul bukanlah sekedar
keterlibatan dalam dosa-dosa kecil, bahkan tidak pula dosa-dosa yang
besar, melainkan munculnya gejala riddah (kemurtadan). Bila
seseorang telah terlibat dalam dosa kemurtadan, berarti ia telah
kehilangan iman-tauhidnya. Ia telah kehilangan barang paling berharga
dalam hidupnya. Ia telah kehilangan miftah al-jannah (kunci
pembuka pintu surga). Sehingga bila ia sibuk mengerjakan berbagai amal
seperti sholat, puasa di bulan Ramadhan, sedekah, umrah dan lain
sebagainya, maka semua perbuatan itu menjadi sia-sia. Sebab tanpa iman
segala amal kebaikan seseorang menjadi tidak bernilai di mata Allah
سبحانه و تعالى .
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apa pun.” (QS. An-Nur [24] : 39)
Orang yang asalnya beriman (muslim) lalu terjangkiti virus
kemurtadan, maka ia tidak ada bedanya dengan orang yang kafir. Amal
apapun yang ia kerjakan menjadi laksana fatamorgana, terhapus tanpa
bekas dan penilaian di sisi Allah سبحانه و تعالى .
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ
وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia
mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia
dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 217)
Oleh karena itu, sangat penting sekali bagi muslim yang sadar bahwa
ia sedang hidup di era badai fitnah untuk mempelajari apa saja perkara
yang termasuk nawaqidh al-iman (pembatal keislaman) agar ia dapat
menghindarkan dirinya dari terjangkit virus MTS alias gejala
kemurtadan. Dan perlu diketahui bahwa era badai fitnah ini merupakan
pra-kondisi menjelang hadirnya puncak fitnah. Sebab seluruh fitnah yang
terjadi di dunia pada hakikatnya adalah dalam rangka menyongsong
kehadiran puncak fitnah alias fitnah paling dahsyat sepanjang zaman,
yaitu fitnah Ad-Dajjal. Dan menjelang kehadiran puncak fitnah dunia akan
menyaksikan aneka fitnah bermunculan dan kian mewabah sampai hadirnya
puncak fitnah. Demikian pula, karena Ad-Dajjal merupakan puncak fitnah,
maka ia akan menjadi puncak thaghut penguasa zalim. Dan sebelum
kehadiran Ad-Dajjal sebagai puncak thaghut penguasa zalim, maka dunia
bakal diramaikan oleh hadirnya aneka thaghut penguasa zalim dalam rangka
menyongsong puncak thaghut penguasa zalim yang mereka nantikan
kehadirannya itu. Inilah yang disebut oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه و
سلم di dalam haditsnya mengenai periodisasi perjalanan sejarah ummat
Islam sebagai babak keempat, yaitu babak kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak). Inilah babak yang sedang dijalani ummat Islam dewasa ini. The darkest ages of the Islamic history (era paling kelam dalam sejarah Islam).
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ
أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا
قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ
الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Ad-Dajjal disebut-sebut di dekat Rasulullah صلى الله عليه و سلم
lalu beliau bersabda, "Sungguh fitnah sebagian dari kalian lebih aku
takutkan dari fitnahnya Ad-Dajjal dan tiada seseorang dapat selamat dari
aneka fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal melainkan pasti selamat pula
darinya (fitnah Dajjal) sesudahnya. Dan tiada fitnah yang dibuat sejak
adanya dunia ini —baik kecil ataupun besar— kecuali untuk (menjemput)
fitnah Ad-Dajjal." (Hadits Shahih Riwayat Ahmad No. 22215)
Artinya, barangsiapa yang mengaku muslim dan sanggup menyelamatkan
dirinya menghadapi aneka fitnah sebelum Ad-Dajjal keluar, maka Nabi صلى
الله عليه و سلم menjamin bahwa muslim tersebut bakal selamat menghadapi
puncak fitnah, yaitu Ad-Dajjal ketika ia keluar. Barangsiapa yang
mengaku muslim sanggup menyelamatkan diri menghadapi aneka thaghut
penguasa zalim yang ada sebelum keluarnya Ad-Dajjal, maka Nabi صلى الله
عليه و سلم menjamin bahwa muslim tersebut bakal selamat menghadapi
puncak thaghut penguasa zalim Ad-Dajjal saat ia keluar. Allah سبحانه و
تعالى menggambarkan seorang muslim-muwahhid sejati ialah yang secara
istiqomah beriman kepada Allah سبحانه و تعالى seraya mengingkari
thaghut.
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ
فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا
وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat (La ilaha illa Allah) yang tidak akan putus.” (QS. Al-Baqarah [2] : 256)
Bagaimana seorang muslim dikatakan sebagai muwahhid (ahli tauhid)
sejati bila ia hanya beriman kepada Allah سبحانه و تعالى namun tidak
siap dan rela mengingkari thaghut? Apalagi saat menyadari bahwa kondisi
dunia dewasa ini sedang didominasi oleh para Mulkan Jabriyyan berupa
thaghut penguasa zalim yang menjadi pra-kondisi menjelang keluarnya
puncak thaghut penguasa zalim Ad-Dajjal. Tidak sah, bukan tidak
sempurna, tauhid seorang muslim bila ia sibuk menghamba kepada Allah
سبحانه و تعالى namun ia tidak mau menjauhi dan mengingkari thaghut.
Sikap separuh-separuh dalam ber-tauhid, sangat potensial menyebabkan
seseorang terjangkit virus MTS alias dosa riddah…! Sebab ber-tauhid
dengan dua sisi (beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى dan menjauhi
thaghut) merupakan pesan abadi para Rasul utusan Allah سبحانه و تعالى
sepanjang masa:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. An-Nahl [16] : 36)
Nabi صلى الله عليه و سلم memperingatkan kita bahwa pada saat
Ad-Dajjal kelak keluar, maka Allah سبحانه و تعالى akan izinkan setiap
orang yang iman-tauhidnya benar sanggup mendeteksi dan membaca tulisan
“kafir’ di dahi Ad-Dajjal.
وَإِنَّ الدَّجَّالَ مَمْسُوحُ الْعَيْنِ عَلَيْهَا
ظَفَرَةٌ غَلِيظَةٌ مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ كُلُّ
مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ
“Sesungguhnya Ad-Dajjal buta (sebelah) matanya, di atas matanya
ada kulit tebal, diantara kedua matanya tertulis KAFIR yang bisa dibaca
oleh setiap mu`min yang bisa baca tulis atau pun tidak.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 5223)
Artinya, barangsiapa yang sebelum keluarnya Ad-Dajjal sudah terkena
aneka fitnah yang menyebabkan ancaman dosa riddah, maka jangan harap ia
akan diizinkan Allah سبحانه و تعالى sanggup mendeteksi dan membaca
tulisan kafir di dahi Ad-Dajjal. Malah karena ia tidak sanggup
membacanya akibat raibnya iman-tauhid, maka besar kemungkinan iapun akan
mengagumi Ad-Dajjal sebagaimana kaum kuffar akan mengaguminya. Jadi
alih-alih ia sanggup menjauhi dan mengingkari puncak thaghut penguasa
zalim Ad-Dajjal sebagaimana diperintahkan Allah سبحانه و تعالى , malah
ia segera menyambut, bekerja-sama, mematuhi, mentaati bahkan menghamba
kepada Ad-Dajjal. Na’udzubillahi min dzaalika…!
Semoga Allah سبحانه و تعالى memelihara dan memantapkan iman-tauhid
kita di era badai fitnah menjelang keluarnya puncak fitnah Al-Masih
Ad-Dajjal.
اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ
وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ
شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab jahannam, azab kubur,
fitnah kehidupan dan kematian dan dari jahatnya fitnah Al-Masih
Ad-Dajjal." (HR. Muslim No. 923)
Penganiayaan Merajalela Sebuah Tanda Akhir Zaman
Redaksi – Jumat, 23 Agustus 2013 10:53 WIB
http://www.eramuslim.com/hadits/penganiayaan-merajalela-sebuah-tanda-akhir-zaman.htm#.UhcKg3-N6So
http://www.eramuslim.com/hadits/penganiayaan-merajalela-sebuah-tanda-akhir-zaman.htm#.UhcKg3-N6So
Dalam
hadis berikut ini, Nabi saw menggambarkan bahwa akan datang suatu masa
ketika orang akan memiliki kekuasaan yang begitu besar atas orang lain,
dan akan menggunakan kekuasaan untuk menyengsarakan orang lain.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda ,” Ya Abu
Hurairah, akan datang suatu masa sekiranya kamu hidup sebentar saja
pada saat itu, kamu akan menyaksikan orang yang membawa sesuatu seperti
seekor lembu jantan di tangannya. Maksudnya mereka akan membawa sesuatu
dari kulit di tangan mereka seperti cemeti (cambuk). Mereka akan keluar
pagi-pagi sekali untuk mencelakakan manusia sambil mendurhakai Allah,
dan ia berada dalam kemurkaanNYa. Mereka keluar pada pagi hari dengan
membawa cemeti di tangan mereka seraya membelakangi jalan Allah dan
NabiNya, mendurhakai Allah, dan menentang NabiNya. Ketika mereka kembali
pada malam hari, Alah jijik kepada mereka. Orang-orang itu sendiri
mengaku beragama Islam.
Belasan Abad yang lalu, Nabi SAW memberikan sebuah isyarat kepada Abu
Hurayrah tentang orang-orang seperti itu yang akan datang tidak lama
setelah masanya. Meskipun Nabi SAW tahu bahwa orang-orang itu akan
muncul pada akhir zaman, bertahun-tahun setelah Abu Hurayrah meninggal ,
beliau menekankan bahwa akhir zaman itu tidak akan lama lagi. Sabda
Nabi, sekiranya kamu hidup sebentar saja pada masa itu,” merupakan
pentunjuk bahwa sebenarnya akhir zaman itu sangat dekat. Aku diutus
menjelang kemunculan Hari Kiamat yang jaraknya seumpama dua jari ini.”
Lebih jauh lagi Nabi Saw menunjukkan perhatiannya kepada para sahabatnya
dan semua orang Islam pada semua zaman, bahwa mereka harus
mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi kehidupan setelah kematian,
yang mungkin akan terjadi kapan saja. Ali berkata,” Bekerjalah
untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah
untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok”
Orang-orang yang beriman harus selalu waspada dan ingat bahwa suatu
saaat mereka akan menghadapi hari Pengadilan karena tidak ada yang tahu
kapan mereka akan dipanggil menghadap Penciptanya. Seperti yang
difirmankan Allah :
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun
yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS 31: 34)
Penafsiran lain dari hadis ini menurut Syalabi, adalah bahwa para
pepmimpin akan terlibat dalam penaniayaan yang meraja lela dan
pelanggaran hak asasi manusia untuk mempertahankan kedudukan mereka. Hal
ini berlalu bagi pemimpin apa pun, apakah raja, sultan , presiden,
kepala suku, pemimpin masyarakat, pemimpin politik, pemimpin kelompok
keagamaan, atau imam masjid. Orang-orang tersebut akan menjadi pemimpin
tiran agar tetap memegang tampuk kepemimpinan. Bahkan sekiranya kelompok
itu ternyata dari tiga orang, seorang pemimpin di antara mereka akan
menekan yang lainnya. Setiap orang yang memegang kendali pimpinan akan
berusaha mempertahankan kedudukannya. Pemimpin semacam itu tidak merasa
bersalah untuk berkomplot dengan pihak lain agar kekuasaaannya bisa
bertahan. Mereka akan menempuh segala cara dan metode atau sistem untuk
mempertahankan tampuk kekuasaaannya.
Bisa kita lihat fenomena ini pada zaman sekarang, pemimpin semacam
itu akan mengangkat orang untuk melindungi posisinya . Mereka ditunjuk
untuk menyiksa orang lain, seperti yang digambarkan oleh Nabi SAW,”
Mereka keluar pagi hari dengan diiringi murka Allah dan pulang pada
malam hari dengan disertai laknat Allah..”Bahwa mereka keluar rumah pagi
hari dan kembali malam hari menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang
suruhan. Nabi Saw mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang suruhan.
Nabi Saw mengatakan bahwa orang-orang tersebut akan membawa cemeti di
tangan mereka , dan melakukan berbagai jenis penyiksaan, mulai dari
cemeti hewan hingga setrum listrik. Pada malam hari , para penyiksa
pulang ke rumah dan Allah sangat membenci mereka atas apa yang mereka
lakukan sepanjang hari seperti mencambuk, memukul, menyiksa dan
menjebloskan orang tanpa ampun ke dalam penjara. (Kondisi ini pula lah
yang sekarang terjadi di penjara-penjara yang menahan aktivis-aktivis
Islam dengan penyiksaan yang luar biasa sadis hari ke hari hingga mereka
menemui syahidnya.)
Orang-orang Islam di manapun mengalami kesulitan yang luar biasa
akibat tindakan orang-orang ini. Para pemimpin tidak sudi membiarkan
siapa pun hidup dengan damai, dan para imigran muslim melihat bagaimana
orang-orang di negeri mereka dianiaya. Para pemimpin itu takut pada
orang-orang yang tidak mereka kenal, sehingga mereka memenjarakan orang
tanpa pandang bulu. Karena ulah mereka seoerang muslim tidak bisa
mengenakan kopiyah atau berjanggut , maka ia akan diinterogsi. Bila
seseorang shalat lima waktu sehari, mereka akan ditanya apakah ia
termasuk dalam kelompok tertentu. Kini tidak ada tempat di muka bumi
yang luput dari berbagai bentuk penganiayaan . Empat belas abad yang
lalu Nabi SAW telah meramalkan kondisi memilukan yang begitu merata dan
belum pernah terjadi sebelumnya ini.
Meskipun Nabi Saw dibawa melihat penghuni neraka , ada dua kelompok
penghuni neraka yang tidak diperlihatkan kepada beliau karena mereka
dalah manusia paling buruk dan bertempat di dasar neraka. Allah dan
RasulNya sangat marah kepada orang-orang ini yang menyiksa orang lain
sehingga mereka tidak diperlihatkan kepada Nabi SAW pada malam beliau
mikraj.
Abu Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda;
Ada dua jenis penduduk neraka yang tidak aku kunjungi. Yang
pertama adalah mereka yang membawa cambuk seperti seekor lembu jantan
yang dipakai untuk mencambuk orang…”(Shahih Bukhari, Shahih Muslim, hadis ke 2128, Kitab al –Libas)
Hadits diatas menjelaskan lebih jauh dari hadis sebelumnya yang
menyebutkan bahwa orang-orang tersebut keluar pada pagi hari dan kembali
pada malam hari setelah menghabiskan harinya dengan menyiksa orang
lain. Perilaku keji semacam itu tidak diperkenankan dalam Islam karena
tidak seorangpun punya otoritas untuk memukul dan menyiksa orang lain.
Wallahu’alam bi shawwab.
(Syekh Muhammad Hisayam Kabbani)
Seruan Imam Khomeini
untuk Persatuan Ummat
(Dikutib dan diedit dari Majalah Yaum Al-Quds, Rabiul Awal 1403 H oleh Forum Studi Politik dan Teknologi Nasional — Forum SPTN, Jakarta)
http://jurnalparlemenonline.wordpress.com/2010/01/16/islam-19/
Pengantar Redaksi
“Kita
menyaksikan rakyat dibodohi dengan dicekoki omongan bahwa pembangunan
yang dibiayai dari utang itu wajar, dan utang itu sekarang sudah
menyengsarakan rakyat,” demikian Kwik Kian Gie dalam
pernyataannya pada acara deklarasi pendirian Pernasindo (Perhimpunan
Nasionalis Indonesia). Lebih lanjut, menurut Kwik, untuk melawan
pembodohan tersebut akan dimulai kampanye penyadaran. Kampanye ini akan
mengajak media yang ada. Jika tidak mendapat sambutan, maka akan
membuat media sendiri, misalnya dengan menyebarkan pidato penyadaran
dalam kaset rekaman seperti yang dilakukan Imam Khomeini di Iran
(Kompas, 10 / 6 / 2006).
***
“Dunia
Islam berada dalam keadaan yang buruk disebabkan perpecahan di antara
berbagai kelompok, dan satu-satunya harapan dalam kegelapan ini ialah Imam Khomeini,” demikian Haidir Faruq Maududi (1 / 8 / 1982), seorang ulama Pakistan, putera Maulana Abul A’la Maududi (pendiri Jamaat Islami, Pakistan). Selanjutnya, ia mengatakan bahwa Imam Khomeini telah mampu menolak hegemoni dua super power (Amerika Serikat dan Uni Sovyet), dan telah membuat bangsa Iran menjadi suatu bangsa yang
bebas merdeka. (Dikutib dari majalah Yaum al-Quds, Rabiul Awal 1403 H).
***
“Seandainya iman itu terletak di bintang tsurayya (kejora), orang-orang dari kalangan penduduk Parsi (Iran) akan dapat menggapainya.” (Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Qais bin Sa’ad bin Ubadah; juga lihat riwayat Bukhari dalam kitab Alu’lu Wal Marjan, jilid I).
***
Dijadikannya Imam Khomeini (pencetus
Revolusi Islam di Iran) sebagai inspirator perjuangan oleh banyak tokoh
pejuang pembebasan dan penegakkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan
hakiki menggelitik kita untuk terus menyelami corak dan substansi
perjuangan Sang Imam, termasuk
murid-murid beliau.
***
Dari perspektif Al-Qur’an menarik untuk menyimak ayat sebagai berikut:
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal.”
(Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat, ayat 13)
Bukankah
substansi hakiki dari suku-suku itu adalah adat-istiadat dan
kebudayaannya? Bukankah suatu bangsa terbentuk dari interaksi
(komunikasi) dan kerjasama konstruktif (produktif) antara berbagai
suku-adat yang ada? Bukankah “kerjasama konstruktif dan produktif”
(juga lihat QS 5 : 2) merupakan makna hakiki dari “saling
kenal-mengenal” seperti dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an tersebut?
Sungguh, agama telah memberi ruang yang lapang bagi berbagai
adat-istiadat dan kebudayaan untuk mengartikulasikan dirinya demi
kemaslahatan bersama.
Selain itu, kita juga sepakat bahwa amar ma’ruf wa nahiy munkar merupakan kewajiban religius yang harus diamalkan bagi setiap Muslim. Namun, bila dicermati, al-ma’ruf dapat diartikan sebagai nilai-nilai kebaikan yang akarnya tumbuh dari tradisi masyarakat; sedangkan al-khair
adalah nilai-nilai kebaikan yang bersumber dari wahyu Ilahi. Realitas
ini menunjukkan betapa Islam menghargai pluralitas (beda dengan
pluralisme) dan eksistensi multikultural (beda dengan
multikulturalisme).
Paparan di atas merupakan sari pati yang dapat kami cerna dari pemikiran-pemikiran para murid Imam Khomeini seperti Ayatullah Mutahhari, Ayatullah Ali Khamenei, dan Ayatullah Hashemi Rafsanjani.
Sungguh, mereka telah memperkenalkan indahnya menjalin interaksi
kemanusiaan yang setara atas dasar saling pengertian (beda dengan
toleransi) dalam rangka membangun peradaban universal (lebih luhur dari
globalisasi) yang berkeadilan dan bermartabat.
_________________
Kami
menaruh simpati terhadap rakyat di seluruh dunia, dan kami mendukung
(perjuangan) mereka.Adalah kewajiban mereka untuk memutuskan
tangan-tangan yang sedang bersekongkol untuk merampok sumber-sumber
kekayaan mereka.
Kaum Muslimin harus menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan
pengertian, bukan dengan saling berkonfrontasi. Adalah kewajiban
religius bagi setiap Muslim untuk menyerukan persatuan. Siapa pun yang
mengupayakan perpecahan berarti ia melakukan dosa besar yang tidak akan
diampuni Tuhan.
Kesalahan ummat Islam yang paling mendasar adalah pengabaian mereka
atas nilai-nilai hakiki Al-Qur’an. Padahal, jika mereka mengamalkan
anjuran Allah, “Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”,
niscaya segala kesulitan politik dan kemasyarakatan yang mereka hadapi
akan mudah teratasi, dan tidak ada satu kekuatan pun yang dapat
memperdayai mereka. Wahai ummat, bangkitlah dan bergabunglah di bawah
panji tawhid, lenyapkanlah segala perselisihan karena ambisi pribadi dan golongan, niscaya kalian akan dapat menguasai hak-hak kalian.
Sekiranya kalian telah bersatu dan memelihara hubungan persaudaraan
yang Allah telah tetapkan, maka Afghanistan (juga Irak dan Lebanon — Redaksi) tidak akan menjadi sasaran penyerbuan, dan Palestina tidak akan mungkin dijajah.
***
PARA
ulama dan intelektual Islam telah berusaha mempersatukan ummat — sejak
masa-masa permulaan Islam — dan menjadikan mereka bersatu melawan
kelaliman. Dan di mana pun mereka berada, mereka senantiasa membangun
kerjasama dan saling pengertian.
***
ORANG-orang yang hendak memperdayai negeri-negeri kaum Muslimin untuk
keuntungan mereka sendiri, menebarkan perselisihan dan perpecahan di
kalangan kaum Muslimin. Anasir-anasir beberapa negara Barat sangat tidak
menginginkan terjadinya persatuan Sunni dan Syiah.
Anda saksikan, setelah deklarasi Pekan Persatuan Islam (yang waktunya
bertepatan dengan peringatan Maulid Rasulullah SAW) oleh Ayatullah
Montazeri, segera terdengar dari Hijaz (Saudi Arabia) bahwa merayakan
Maulid Nabi SAW adalah syirik. Maka, apa yang terjadi jika Iran
merayakannya? Apakah bangsa Iran kemudian menjadi musyrik?
Apabila kaum Muslimin sedunia bersatu, mereka tidak akan dapat
ditaklukkan di bawah dominasi negara-negara neo-imperialis. Sayangnya,
pemerintah-pemerintah mereka menyepelekan nilai-nilai Al-Qur’an.
Tidakkah mereka memerhatikan Iran — dengan persatuannya — mampu
mengalahkan satu imperium yang didukung oleh kekuatan lengkap? Tidakkah
mereka melihat bahwa Iran mampu menentang dominasi neo-imperialis Barat
(AS) maupun Timur (Uni Sovyet)? Apabila kaum Muslimin — dengan
penduduk hampir satu milyar — bersatu, Timur dan Barat tidak akan dapat
berbuat apa-apa.
Mengapa pemerintahan tertentu di kawasan Timur Tengah telah melupakan
kejahatan Israel dan menyerang Iran, padahal Iran sedang membela Islam
dan nilai-nilai Al-Qur’an? Kini, bahan bakar minyak (BBM) — yang
menjadi nadi hidup negara-negara hegemonik — berada dalam kontrol kaum
Muslimin. Maka, mengapa mereka melayani dan bertindak sebagai pasar bagi
Amerika Serikat dan Uni Sovyet (sekarang sudah bubar — Redaksi)? Itu karena mereka tidak memiliki pertumbuhan politik yang sehat. Alhamdulillah, sekarang Iran telah merdeka (secara konstitusi, politik, ekonomi, kebudayaan, militer maupun ideologi — Redaksi) dan tidak ada kekuatan asing yang campur tangan di sini.
Segala kecemasan dan frustrasi kekuatan-kekuatan congkak itu bersumber
dari kenyataan bahwa mereka tidak sanggup mencampuri urusan-urusan Iran.
Mereka tidak akan sanggup berbuat begitu hingga kapan pun. Insya Allah.
***
PADA saat ini, ketika kekuatan-kekuatan hegemonik dunia telah
dimobilisasi untuk memerangi Islam (dan Iran), penguasa-penguasa
tertentu di negeri-negeri Muslim — dengan bantuan kaum Zionis sedunia
dan kekuatan-kekuatan neo-imperialiastik — sedang menebarkan perpecahan
di kalangan kaum Muslimin, sehingga kaum Muslimin harus memperkokoh
persatuan dengan berpegang teguh pada kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa,
dan harus terus maju dengan semangat revolusioner.
Kaum Muslimin dan seluruh rakyat yang tertindas jangan sampai tertipu dengan manufer licik mereka, dan agar menyelamatkan diri dari cengkeraman mereka.
Berbahagialah di suatu masa ketika seluruh pemerintahan akan bersatu
padu bersama rakyat, dan bangkit bersama, sehingga tangan-tangan superpower (?) terputus dari negara-negara mereka.
Apabila kita bersatu tidak akan ada lagi masalah Al-Quds (Masjid al-Aqsa), dan juga kerumitan-kerumitan lainnya. [**]
RENUNGAN MAULID NABI
oleh
Drs. H. Irfan Anshory
http://jurnalparlemenonline.wordpress.com/2010/01/16/islam-19/
oleh
Drs. H. Irfan Anshory
http://jurnalparlemenonline.wordpress.com/2010/01/16/islam-19/
SEBAGAI pembuka wacana, ada baiknya kita kutip amanat Presiden Sukarno pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, tanggal 6 Agustus 1963 (Penerbitan Sekretariat Negara No.618/1963):
Sore-sore saya dibawa oleh Presiden Suriah Sukri al-Kuwatly ke makam Salahuddin. Lantas Presiden Kuwatly bertanya kepada saya, apakah Presiden Sukarno mengetahui siapa yang dimakamkan di sini? Saya berkata, saya tahu, of course I know. This is Salahuddin, the great warrior, kataku. Presiden Kuwatly berkata, tetapi ada satu jasa Salahuddin yang barangkali Presiden Sukarno belum mengetahui. What is that, saya bertanya. Jawab Presiden Kuwatly, Salahuddin inilah yang mengobarkan Api Semangat Islam, Api Perjuangan Islam dengan cara memerintahkan kepada umat Islam supaya tiap tahun diadakan perayaan Maulid Nabi.
Jadi Salahuddin, saudara-saudara, sejak Salahuddin tiap-tiap tahun umat Islam memperingati lahirnya, dan dikatakan oleh Pak Mulyadi tadi, juga wafatnya Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi ini oleh Salahuddin dipergunakan untuk membangkitkan Semangat Islam, sebab pada waktu itu umat Islam sedang berjuang mempertahankan diri terhadap serangan-serangan dari luar pada Perang Salib. Sebagai strateeg besar, saudara-saudara, bahkan sebagai massapsycholoog besar, artinya orang yang mengetahui ilmu jiwa dari rakyat jelata, Salahuddin memerintahkan tiap tahun peringatilah Maulid Nabi.
Sebagaimana dijelaskan dalam amanat Bung Karno di atas, peringatan Maulid Nabi untuk pertama kalinya dilaksanakan atas prakarsa Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (memerintah tahun 1174-1193 Masehi atau 570-590 Hijriyah) dari Dinasti Bani Ayyub, yang dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama “Saladin”. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.
Pada masa itu Dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang demi gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Perancis, Jerman, Inggris). Inilah yang dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 laskar Eropa merebut Jerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja! Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun Khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Baghdad, sebagai lambang persatuan spiritual.
Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Dia menghimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabi`ul-Awwal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi yang permanen bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syi`ar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Baghdad, ternyata Khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa haramain (dua tanah suci Makkah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriyah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabi`ul-Awwal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriyah) Jerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi mesjid kembali sampai hari ini.
Jika kita membuka lembaran sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa, perayaan Maulid Nabi dimanfaatkan oleh para Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga, Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang ‘pengampunan’ yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, “Dia mengampuni”).
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata gerebeg artinya ‘mengikuti’, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju mesjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Idul Adha).
Keunikan suku Quraisy
Hal yang menarik untuk kita kaji adalah mengapa Nabi dan Rasul Terakhir bagi umat manusia dibangkitkan Allah dari kalangan suku Quraisy di Semenanjung Arabia? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh Allah sendiri dalam Al-Qur’an Surat Quraisy ayat pertama dan kedua yang berbunyi: “Karena tradisi suku Quraisy. Tradisi mereka mengembara di musim dingin dan di musim panas”.
Kota suci Makkah pada mulanya bernama Baka atau Bakkah, sebagaimana tercantum dalam Ali Imran 96. Dalam bahasa Arab, kata baka mempunyai dua arti: ‘berderai air mata’ dan ‘pohon balsam’. Arti yang pertama berhubungan dengan gersangnya daerah itu sehingga seakan-akan tidak memberikan harapan, dan arti yang kedua berhubungan dengan banyaknya pohon balsam (genus Commiphora) yang tumbuh di sana. Oleh karena huruf mim dan ba sama-sama huruf bilabial (bibir), nama Bakkah lama-kelamaan berubah menjadi Makkah.
Oleh karena kota Makkah sangat gersang, orang-orang Quraisy penghuni kota itu tidak mungkin hidup dari sektor agraris (pertanian), melainkan harus mengembangkan sektor bisnis (perdagangan). Dibandingkan dengan suku-suku lain di Semenanjung Arabia, suku Quraisy memiliki watak istimewa: tahan segala cuaca! Mereka memiliki tradisi (ilaf) gemar mengembara baik di musim dingin maupun di musim panas untuk berniaga.
Pada mulanya sebagian besar suku Quraisy memusuhi Islam sehingga Nabi Muhammad SAW dan para pengikut beliau harus meninggalkan kampung halaman berhijrah ke Madinah. Akan tetapi akhirnya seluruh orang Quraisy memeluk agama Islam, terutama setelah Rasulullah menguasai Makkah. Tradisi gemar mengembara dari suku Quraisy merupakan salah satu faktor yang ikut mempercepat penyebaran agama Islam. Hanya satu abad sesudah Nabi wafat, pada pertengahan abad ke-8 kekuasaan Islam membentang dari Spanyol sampai Xinjiang.
Rupanya sudah menjadi Sunnatullah (Hukum Ilahi) bahwa suatu ide atau ajaran akan cepat berkembang luas apabila disebarkan oleh orang-orang yang gemar mengembara. Dalam sejarah tanah air kita, organisasi Muhammadiyah memiliki pengalaman serupa. Pada zaman pendirinya, K.H.Ahmad Dahlan, organisasi dakwah yang lahir di Yogyakarta ini baru tersebar di Pulau Jawa. Muhammadiyah segera berkembang cepat ke seluruh Nusantara setelah disebarkan oleh dua suku pengembara: orang-orang Minangkabau dan orang-orang Bugis.
Gersangnya daerah Makkah membawa hikmah lain: dua kekuatan adikuasa pada zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu Romawi dan Persia, tidak berminat untuk menguasai Makkah. Demikian pula ketika pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 kolonial Inggris dan Perancis berbagi kekuasaan di Timur Tengah, daerah Makkah sama sekali tidaklah mereka jamah. Dari zaman Nabi sampai sekarang, Ka`bah (Rumah Allah) tidak pernah berada di bawah dominasi kekuasaan kelompok non-Muslim.
Ketika Nabi Ibrahim a.s. dan putra beliau Nabi Isma`il a.s. mendirikan Rumah Allah, yaitu Ka`bah sekarang, Nabi Ibrahim a.s. berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman sentosa, dan anugerahkanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Akhirat.” (Surat Al-Baqarah 126). Doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut dikabulkan oleh Allah secara kontinyu sampai hari ini! Meskipun tanah Makkah gersang dan tidak memproduksi buah-buahan, para jemaah haji dapat menyaksikan sendiri bahwa buah-buahan apa pun jenisnya dapat kita jumpai di Makkah, mulai dari anggur Perancis sampai pisang Ekuador.
Air pun kini berlimpah di Makkah. Di samping sumber telaga Zamzam yang tidak pernah kering, pemerintah Arab Saudi menggunakan teknologi modern dalam menyediakan air bersih dari hasil penyulingan (destilasi) air laut. Dengan teknologi tinggi yang disebut flash distillation, tekanan diturunkan sedemikian rupa sehingga air laut mendidih pada suhu 50 derajat C, lalu uap air yang sudah terpisah dari garam-garam dilewatkan melalui alat pengembun (kondensor) supaya cair kembali. Proses ini cukup murah sebab hemat energi. Di Jeddah pabrik penyulingan air laut semacam ini memproduksi 50 juta liter air bersih per hari, dan sebagian besar disalurkan ke kota Makkah untuk keperluan para jemaah haji.
Sebagai penutup uraian, ada tiga kesimpulan yang patut kita petik. Pertama, perayaan Maulid Nabi kita selenggarakan untuk meningkatkan semangat juang dan sebagai alat dakwah. Kedua, Nabi dan Rasul Terakhir Muhammad SAW sengaja dibangkitkan Allah dari kota Makkah yang gersang, agar penduduknya bersifat gemar mengembara, untuk efektivitas penyebaran agama Allah. Ketiga, Allah senantiasa menganugerahi Makkah bahan makanan dan air yang berlimpah, serta melindungi kota suci itu dari dominasi kekuasaan kelompok lain.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Friday, February 26, 2010
SBY & BUNG KARNO : Peringati MAULID NABI MUHAMMAD SAW
SBY & BUNG KARNO
Pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabi’ul Awal 1431 H, bertepatan pada Jumat Kliwon 26 Februari 2010, diperingati oleh kaum muslim di berbagai penjuru negeri dengan berbagai cara dan tradisinya masing masing. Pula di negeri ini, dari Istana Negara hingga pelosok negeri. Tadi malam, secara kenegaraan, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW telah dilakukan di Istana Negara yang dihadiri Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono, menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu serta duta-duta besar negara Islam.
Dalam pidatonya pada peringatan kenegaraan itu, Presiden SBY mengingatkan kesantunan dan etika yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan demokrasi dan politik. SBY mengatakan, pelajaran yang ditinggalkan Nabi besar itu dalam bidang demokrasi dan kehidupan politik adalah contoh yang arif bijaksana serta menjunjung tinggi harmoni.
"Demokrasi yang dibangun adalah demokrasi disertai amanah penuh etika, kesantunan, serta menjunjung tinggi akhlakul karimah. Bukan demokrasi yang dilandasi permusuhan dan saling menjatuhkan," jelasnya. Demokrasi yang dibangun di Indonesia, lanjut Presiden SBY, juga harus menjauhkan diri dari tirani kekuasaan golongan kuat serta pemaksaan kehendak yang dapat merusak keadilan. "Demokrasi harus santun, beretika, dan berakhlak sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah," tegas SBY.
Sementara Jumat pagi 26 Feberuari 2010, bertempat di Taman Silang Monas, SBY kembali menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diisi dengan Dzikir Nasional dan dihadiri berbagai majelis dzikir di Jakarta.
Mencermati, sisipan pidato SBY pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini, rasanya sang kepala Negara ingin agar Warga Negara-nya utamanya kaum muslimin memahami bagaimana “posisi SBY” sebagai Kepala Negara, yang akhir akhir ini negeri-nya tengah banyak “diuji”.
Jadi teringat dengan dengan pidato kenegaran yang disampaikan oleh Bung Karno pada moment yang sama , Maulid Nabi Muhammad SAW pada tahun 1963. Bedanya, SBY “curhat” dan “kembali mengingatkan” agar senantiasa menjaga semangat berdemokrasi yang tetap harus santun, ber-etika dan berakhlak mulia. Sedang Bung Karno kala itu banyak menyampaikan gemblengan kepada rakyatnya, agar tetap semangat dan bangga sebagai Bangsa Indonesia yang memiliki perekat Pancasila yang kala itu diakui ke-kuat-annya oleh bangsa bangsa lain. Bung Karno juga tak segan segan mengingatkan kepada rakyatnya agar menauladani Nabi Besar Muhammad SAW.
BAGI SAYA
Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini, saya lebih memilih kembali menyimak dan mendengarkan pidato-nya Bung Karno. Isinya tidak datar, dan menyemangati anak negeri yang rindu akan sosok pemimpin yang mampu menyemangati dikala gonjang ganjing perjalanan bangsa yang tertatih tatih ini. Bangsa ini butuh pemimpin yang mampu mendengar dan merasakan “curhat” nya rakyat daripada “curhat” nya pemimpin kepada rakyatnya.
Pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabi’ul Awal 1431 H, bertepatan pada Jumat Kliwon 26 Februari 2010, diperingati oleh kaum muslim di berbagai penjuru negeri dengan berbagai cara dan tradisinya masing masing. Pula di negeri ini, dari Istana Negara hingga pelosok negeri. Tadi malam, secara kenegaraan, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW telah dilakukan di Istana Negara yang dihadiri Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono, menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu serta duta-duta besar negara Islam.
Dalam pidatonya pada peringatan kenegaraan itu, Presiden SBY mengingatkan kesantunan dan etika yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan demokrasi dan politik. SBY mengatakan, pelajaran yang ditinggalkan Nabi besar itu dalam bidang demokrasi dan kehidupan politik adalah contoh yang arif bijaksana serta menjunjung tinggi harmoni.
"Demokrasi yang dibangun adalah demokrasi disertai amanah penuh etika, kesantunan, serta menjunjung tinggi akhlakul karimah. Bukan demokrasi yang dilandasi permusuhan dan saling menjatuhkan," jelasnya. Demokrasi yang dibangun di Indonesia, lanjut Presiden SBY, juga harus menjauhkan diri dari tirani kekuasaan golongan kuat serta pemaksaan kehendak yang dapat merusak keadilan. "Demokrasi harus santun, beretika, dan berakhlak sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah," tegas SBY.
Sementara Jumat pagi 26 Feberuari 2010, bertempat di Taman Silang Monas, SBY kembali menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diisi dengan Dzikir Nasional dan dihadiri berbagai majelis dzikir di Jakarta.
Mencermati, sisipan pidato SBY pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini, rasanya sang kepala Negara ingin agar Warga Negara-nya utamanya kaum muslimin memahami bagaimana “posisi SBY” sebagai Kepala Negara, yang akhir akhir ini negeri-nya tengah banyak “diuji”.
Jadi teringat dengan dengan pidato kenegaran yang disampaikan oleh Bung Karno pada moment yang sama , Maulid Nabi Muhammad SAW pada tahun 1963. Bedanya, SBY “curhat” dan “kembali mengingatkan” agar senantiasa menjaga semangat berdemokrasi yang tetap harus santun, ber-etika dan berakhlak mulia. Sedang Bung Karno kala itu banyak menyampaikan gemblengan kepada rakyatnya, agar tetap semangat dan bangga sebagai Bangsa Indonesia yang memiliki perekat Pancasila yang kala itu diakui ke-kuat-annya oleh bangsa bangsa lain. Bung Karno juga tak segan segan mengingatkan kepada rakyatnya agar menauladani Nabi Besar Muhammad SAW.
BAGI SAYA
Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini, saya lebih memilih kembali menyimak dan mendengarkan pidato-nya Bung Karno. Isinya tidak datar, dan menyemangati anak negeri yang rindu akan sosok pemimpin yang mampu menyemangati dikala gonjang ganjing perjalanan bangsa yang tertatih tatih ini. Bangsa ini butuh pemimpin yang mampu mendengar dan merasakan “curhat” nya rakyat daripada “curhat” nya pemimpin kepada rakyatnya.
Berikut telah saya unggah/upload lengkap pidato kenegaraan Bung Karno pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang sangat inspiratif itu. Anda bisa mengunduhnya. Terbagi dalam empat file berdurasi rata rata sekitar sepuluh menit-an.
Selamat memaknai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Senantiasa-lah tauladan-i kebesaran sifat, sikap dan akhlaknya. Link unduh lengkap pidato Bung Karno, Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara Jakarta 1963 : http://www.megaupload.com/?d=OU42Q9N0
(Catatan : untuk unduh, setelah masuk di megaupload, di refresh dulu, lalu masukkan kode kanan atas [huruf & angka], klik download here)
atau link lain :
http://www.4shared.com/file/230691531/4d88c8c2/PIDATO_BUNG_KARNO_-_MAULID_NAB.html
Bung Karno
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil
Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di
Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan
ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri
dan dikaruniai
delapan
anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati,
Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu,
sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli
Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.. Masa kecil Soekarno hanya
beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga
tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said
Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian
melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS
itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS
tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische
Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia
berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan
ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4
Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda,
memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.
Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul
Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang
mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah.
Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun
1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya.
Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores,
tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Setelah
melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Dalam sidang
BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang
dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi
sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Sebelumnya, beliau
juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar
(ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya
mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun
bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia
Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non
Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang
menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR
mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus
memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di
RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar,
Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah
menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”. (Dari Berbagai Sumber)
Diambil dari : http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/?box=detail&presiden_id=1&presiden=sukarno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar