Perancis: Rabu Depan Serangan ke Suriah Dimulai
http://www.islamtimes.org/vdcjxae8iuqehyz.bnfu.html
Islam
Times- "Setiap negara bebas memilih apakah akan ambil bagian dalam
operasi semacam itu atau tidak. Itu berlaku untuk Inggris dan Perancis,"
katanya.
Presiden Perancis Francois Hollande
Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan serangan militer terhadap Suriah bisa terjadi pada Rabu mendatang, sementara menurutnya, penolakan Inggris untuk ikut ambil bagian dalam intervensi bersenjata tidak akan mempengaruhi tekad pemerintahannya.
"Perancis menginginkan tindakan tegas dan proporsional terhadap rezim Damaskus," katanya dalam sebuah wawancara dengan harian Le Monde, Jumat, 30/08/13.
Hollande juga mengatakan penolakan parlemen Inggris tidak akan mempengaruhi tindakan Paris yang akan ambil bagian dalam serangan itu.
"Setiap negara bebas memilih apakah akan ambil bagian dalam operasi semacam itu atau tidak. Itu berlaku untuk Inggris dan Perancis," katanya.
Pemimpin Perancis itu sebelumnya telah bersumpah akan "menghukum" rezim Presiden Bashar Assad yang menurutnya telah menggunakan senjata kimia pada tanggal 21 Agustus lalu.
"Pembantaian kimia di Damaskus tidak bisa untuk tidak dihukum," katanya.
"Saya hari ini bertukar pikiran bermakna dengan (Presiden AS) Barack Obama", dan menyebut bahwa serangan itu bisa terjadi pada Rabu mendatang, katanya lagi.
Sementara sebelumnya, Amerika Serikat mengatakan, bahwa Assad telah melintasi "garis merah" dan mengatakan, pihaknya masih mencari dukungan "koalisi internasional" untuk melakukan serangan di Suriah, meski AS siap untuk bertindak sendirian. [IT/Onh/Ass]
Assad: "Sejak Lama Kita Menunggu Musuh Sejati Suriah"
Islam Times- Menurut laporan itu, Presiden Assad mengatakan kepada
pemimpin senior, "Sejak awal krisis di Suriah, Anda tahu, kita menunggu
musuh sejati yang ikut campur tangan."
Assad, singa Arab
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, bangsa Suriah akan menjadi pemenang dalam perang melawan Barat.
Koran Libanon, al-Akhbar pada Kamis, 29/08/13, melaporkan bahwa Presiden Suriah bertemu dengan para pejabat senior negaranya dan para komandan militer untuk mempersiapkan serangan dan gempuran Amerika.
"Saya tahu, semangat Anda sangat baik, dan Anda siap menghadapi serangan apapun dan untuk menyelamatkan tanah air.
"Pertempuran bersejarah ini akan dimenangkan oleh kami." Tegas sisa Singa Arab itu.
Menurut laporan itu, Presiden Assad mengatakan kepada pemimpin senior, "Sejak awal krisis di Suriah, Anda tahu, kita menunggu musuh sejati yang ikut campur tangan."
Assad juga mengatakan, tentara dan rakyat Suriah mempunyai semangat yang kuat untuk membela negaranya. [SC/It/Onh/Ass]
Sumber:
Friksi Tajam Sekutu AS tentang Agresi ke Suriah
Pejabat-pejabat Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir mengumbar ancaman serangan militer terhadap Suriah atas dasar dugaan bahwa pemerintah Damaskus telah menggunakan senjata kimia.
Meskipun retorika perang terhadap Suriah meningkat, namun pada saat yang sama muncul friksi di antara para sekutu AS. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang merupakan aliansi militer terbesar dunia, di mana AS sebagai satu anggota utamanya, menyatakan tidak akan bergabung dalam agresi militer ke Suriah.
Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen pada Jumat (30/8) mengatakan, kemungkinan penggunaan senjata kimia di Suriah memerlukan respon internasional, namun NATO tidak akan berpartisipasi dalam reaksi tersebut. 12 negara anggota NATO menyatakan bahwa mereka menolak operasi militer ke Suriah tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB.
Menurut negara-negara itu, konsekuensi intervensi militer ke Suriah tidak dapat diabaikan dan kemungkinan besar kemenangan oposisi bersenjata Suriah tidak akan mengembalikan perdamaian jangka panjang di negara Arab tersebut. Sementara itu, parlemen Inggris menolak niat pemerintah untuk ikut serta dalam agresi militer ke Suriah. Dalam sidang pada Kamis, 285 anggota parlemen Inggris menentang rencana pemerintah Perdana Menteri David Cameron untuk bergabung dalam intervensi militer ke Suriah, sementara 272 anggota lainnya menyetujuinya.
Dengan situasi seperti itu, Presiden Perancis Francois Hollande tetap bertekad untuk berpartisipasi dalam agresi militer ke Suriah. Sikap Hollande tersebut dinilai aneh bagi sejumlah kalangan, namun kemungkinan langkah tersebut diambil presiden Perancis mengingat peran dan posisi khusus negara itu di Suriah dan Lebanon. Perancis sebagai satu kekuatan imperalis pernah menduduki Suriah sejak berakhirnya Perang Dunia I hingga kemerdekaan negara Arab itu, sehingga sekarang Paris berupaya mencapai kepentingan-kepentingannya kembali di Suriah dengan cara bergabung dalam operasi militer AS.
Dalam sepekan terakhir, kita menyaksikan sikap-sikap berbeda yang ditunjukkan oleh sekutu AS terkait rencana serangan militer ke Suriah. Hal itu lebih disebabkan belum adanya bukti yang meyakinkan dan konkret atas keterlibatan militer Suriah dalam penggunaan senjata kimia. Selain itu, intervensi militer ke Suriah memiliki konsekuensi berbahaya yang dapat mengancam posisi dan kepentingan mereka sendiri mengingat penentangan masyarakat dunia baik di Eropa maupun di Amerika terhadap rencana serangan militer ke Suriah semakin meningkat. Masalah tersebut akan menyulitkan sekutu-sekutu AS.
Padahal sebelumnya, AS sangat berharap kepada sekutunya terutama Inggris untuk dapat bekerjasama dan membantu dalam serangan militer ke Suriah. Namun penolakan parlemen Inggris telah memupus harapan Washington. Penolakan parlemen Inggris terhadap rencana serangan militer ke Suriah juga telah menyulitkan Cameron.
Meskipun Cameron tanpa mengantongi izin parlemen dapat berpartisipasi dalam serangan AS ke Suriah, namun langkah itu tentunya akan melemahkan posisi Partai Konservatif dalam pemilu parlemen Inggris mendatang, bahkan kemungkinan kubu tersebut akan kalah dalam pemilu semakin besar jika PM Inggris tetap nekad bergabung dengan operasi militer AS. Dengan demikian, jika AS ingin menyerang Suriah maka hanya Perancis, Turki dan sekutu Arabnya saja yang akan membantu agresi tersebut. (IRIB Indonesia/RA)
Perang Suriah
Pemimpin Front al-Nusra Bertemu dengan CIA di Yordania
http://www.islamtimes.org/vdcdf50xfyt0nf6.lp2y.html
Islam
Times- Sementara Wakil Menteri Pertahanan Saudi Arabia Pangeran Salman
bin Sultan juga berpartisipasi dalam rapat atas nama saudaranya Bandar
Bin Sultan yang bertugas mensurvei perkembangan Suriah dan operasi licik
dalam hal ini.
Abu-Mohammad al-Jolani pemimpin takfiri Front al-Nusra
Pemimpin kelompok Takfiri didikan Arab Saudi, Qatar, Turki, As dan Israel Front al-Nusra bertemu dengan dua perwira CIA serta Wakil Menteri Pertahanan Saudi Arabia Pangeran Salman bin Sultan di Amman, Yordania.
Menurut mantan Jenderal Austria, Matthias Ghalem, yang memimpin pasukan internasional di wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan, pemimpin Front al-Nusra Abu-Mohammad al-Jolani menandatangani kontrak keuangan militer untuk melawan militer Suriah dan tantangan keamanan di selatan negara itu dalam waktu dekat.
Menurut Ghalem sebagaimana mengutip pernyataan Kolonel Ahmed al-Naameh, pertamuan itu dihadiri oleh Kepala Dewan Militer Revolusioner (pemberontak) di Suriah selatan, dua wakil dari Robert Stephen Ford, dan mantan duta besar AS untuk Suriah.
Sementara Wakil Menteri Pertahanan Saudi Arabia Pangeran Salman bin Sultan juga berpartisipasi dalam rapat atas nama saudaranya Bandar Bin Sultan yang bertugas mensurvei perkembangan Suriah dan operasi licik dalam hal ini.
Dalam pertemuan itu mereka memutuskan, kelompok Takfiri Front al-Nusra akan bergabung dengan Tentara Bebas Suriah (FSA) untuk melawan tentara Suriah.
Sementara sebelumnya, Amerika Serikat mengatakan, bahwa Assad telah melintasi "garis merah" dan mengatakan, pihaknya masih mencari dukungan "koalisi internasional" untuk melakukan serangan di Suriah, meski AS siap untuk bertindak sendirian. [IT/Onh/Ass]
Perang Suriah
Gerakan perlawanan Hizbullah Libanon mengumumkan kondisi siaga dan mulai mengerahkan pasukan di selatan negara itu. Hal ini dilakukan karena kemungkinan serangan pimpinan AS terhadap Suriah akan dimulai.
Menurut surat kabar al-Akhbar pada Jumat, 30/08/13, organisasi Libanon itu mengumumkan peringatan umum di semua unit, termasuk di Suriah.
Hizbullah telah mulai mengambil langkah-langkah "tenang" agar tidak mendapatkan perhatian apapun. Lapor koran itu.
Kelompok perlawanan itu sebelumnya sudah meminta semua anggotanya untuk kembali ke Libanon dalam waktu 24 jam berikutnya.
Hizbullah mobilisasi anggotanya disaat AS dan sekutunya merencanakan serangan sepihak terhadap Suriah atas dasar tuduhan palsu bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di pinggiran kota Damaskus.
Para pejabat tinggi di kepemimpinan Hizbullah dalam beberapa hari ini menggelar diskusi intensif tentang kemungkinan konsekuensi dari serangan terhadap Suriah dan respon yang tepat terhadap Israel, kata laporan media Libanon itu.
Hizbullah tidak mungkin menyerang Israel kecuali serangan Barat di Suriah dimaksudkan untuk menggulingkan Presiden Assad atau merusak kemampuan tentara Suriah, demikian satu sumber senior mengatakan kepada Daily Star, pada Rabu kemarin.
"Jika serangan Barat terbatas pada target-target tertentu di Suriah, maka, Hizbullah tidak akan melakukan intervensi," kata sumber itu.
"Jika AS dan Inggris memutuskan melakukan intervensi militer di Suriah untuk mengubah keseimbangan kekuasaan di Suriah, maka Hizbullah akan berdiri dan tidak akan diam sementara sumbu perlawanan berada dalam bahaya," lanjut sumber Hizbullah itu.
"Setiap reaksi yang dilakukan oleh Hizbullah didasarkan pada nasib yang sama dengan rezim Suriah," katanya.[IT/Onh/Ass]
Gerakan Perlawanan Hizbullah Nyatakan Kondisi Siaga Tinggi
http://www.islamtimes.org/vdcgqu9xtak9yq4.1ira.html
Islam
Times- Kelompok perlawanan itu sebelumnya sudah meminta semua
anggotanya untuk kembali ke Libanon dalam waktu 24 jam berikutnya.
Hizbullah
Gerakan perlawanan Hizbullah Libanon mengumumkan kondisi siaga dan mulai mengerahkan pasukan di selatan negara itu. Hal ini dilakukan karena kemungkinan serangan pimpinan AS terhadap Suriah akan dimulai.
Menurut surat kabar al-Akhbar pada Jumat, 30/08/13, organisasi Libanon itu mengumumkan peringatan umum di semua unit, termasuk di Suriah.
Hizbullah telah mulai mengambil langkah-langkah "tenang" agar tidak mendapatkan perhatian apapun. Lapor koran itu.
Kelompok perlawanan itu sebelumnya sudah meminta semua anggotanya untuk kembali ke Libanon dalam waktu 24 jam berikutnya.
Hizbullah mobilisasi anggotanya disaat AS dan sekutunya merencanakan serangan sepihak terhadap Suriah atas dasar tuduhan palsu bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di pinggiran kota Damaskus.
Para pejabat tinggi di kepemimpinan Hizbullah dalam beberapa hari ini menggelar diskusi intensif tentang kemungkinan konsekuensi dari serangan terhadap Suriah dan respon yang tepat terhadap Israel, kata laporan media Libanon itu.
Hizbullah tidak mungkin menyerang Israel kecuali serangan Barat di Suriah dimaksudkan untuk menggulingkan Presiden Assad atau merusak kemampuan tentara Suriah, demikian satu sumber senior mengatakan kepada Daily Star, pada Rabu kemarin.
"Jika serangan Barat terbatas pada target-target tertentu di Suriah, maka, Hizbullah tidak akan melakukan intervensi," kata sumber itu.
"Jika AS dan Inggris memutuskan melakukan intervensi militer di Suriah untuk mengubah keseimbangan kekuasaan di Suriah, maka Hizbullah akan berdiri dan tidak akan diam sementara sumbu perlawanan berada dalam bahaya," lanjut sumber Hizbullah itu.
"Setiap reaksi yang dilakukan oleh Hizbullah didasarkan pada nasib yang sama dengan rezim Suriah," katanya.[IT/Onh/Ass]
Jika Amerika Serikat Menyerang Suriah
Para analis politik menilai intervensi militer ke Suriah akan membawa dampak-dampak buruk dan membahayakan keamanan seluruh dunia. Pemerintah Damaskus mengancam akan melakukan aksi balasan dan menargetkan rezim Zionis Israel.
Koran Guardian Inggris menulis, serangan Barat ke Suriah tidak akan menghapus ancaman senjata kimia, tapi justru akan memperburuk situasi dan tindakan balas dendam.
Guardian juga menyinggung rentetan serangan Barat ke negara-negara Arab dan Islam seperti, Sudan, Afghanistan, Irak, Libya, Mali dan juga serangan pesawat tanpa awak AS di Yaman, Pakistan dan Somalia dalam 15 tahun terakhir.
"AS dan sekutunya sudah membuat kesimpulan sebelum tim inspektur PBB merilis laporan penyelidikan mereka terkait serangan kimia dan mereka berusaha untuk mengabaikan pandangan-pandangan Dewan Keamanan," tulisnya.
Barat kembali mengangkat isu kemanusiaan untuk menyerang Suriah, sementara mereka gagal dalam memperoleh simpati warganya.
Sampai sekarang belum ada bukti yang memperjelas pihak yang bertanggung jawab atas serangan kimia di Suriah. Kekuatan-kekuatan Barat dan pemberontak menuding militer Suriah menggunakan senjata kimia, sementara pemerintah Damaskus dan para sekutunya percaya bahwa pemberontak Suriah telah menggunakan senjata terlarang terhadap warga sipil.
Banyak negara mengetahui kepemilikan senjata kimia oleh Suriah, tapi sama sekali tidak ada dokumen yang membuktikan keterlibatan pemerintah Damaskus di balik serangan kimia, terlebih tentara Suriah akhir-akhir ini meraih kemenangan beruntun dalam menumpas teroris.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro memperingatkan terhadap konsekuensi serangan militer ke Suriah dan mengatakan, segala bentuk aksi militer akan mengakibatkan perang yang mengerikan. Dia menilai intervensi militer AS dan sekutunya ke negara Arab itu sama saja dengan mengobarkan perang di seluruh dunia.
Kementerian Luar Negeri Rusia juga memperingatkan Barat termasuk AS untuk tidak membuat kesalahan tragis di Suriah. Rusia sangat menentang setiap serangan militer ke Suriah, di mana Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov meyakini langkah tersebut akan mengguncang kawasan.
Dari Iran, Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Hossein Dehqan mengatakan, intervensi militer di Suriah akan memperburuk krisis di negara Arab itu dan akan menyebar ke negara-negara tetangga Suriah. Dia memperingatkan bahwa yang akan menjadi pecundang dari setiap perang di kawasan adalah mereka yang memulainya.
Panglima Korps Garda Revolusi Islam Iran juga mengatakan, rezim Zionis Israel harus tahu bahwa serangan militer ke Suriah bukan saja tidak akan membantu rezim itu lepas dari cengkeraman perlawanan, sebaliknya invasi militer akan berarti kehancuran Israel semakin dekat.
Menurut Jenderal Mohammad Ali Jafari, AS memiliki pengalaman buruk di Afghanistan dan Irak, dan jika melakukan aksi militer ke Suriah, maka ia hanya akan menyempurnakan rangkaian kekalahan bersejarahnya. Suriah akan menjadi zona pembantaian dan medan yang jauh lebih berbahaya dari Vietnam, Suriah akan berubah menjadi Vietnam kedua bagi AS.
Kelompok-kelompok pejuang Syiah di Irak juga tidak tinggal diam dalam menyikapi ancaman AS untuk menggempur Suriah. Mereka mengancam akan menyerang kepentingan AS di Irak dan wilayah Timur Tengah jika Washington nekat membuat keonaran baru.
Di Lebanon, kelompok Hizbullah juga menegaskan akan membalas setiap agresi militer Barat ke Suriah. Wakil Hizbullah di pemerintahan, Hussein El Hajj Hassan mengatakan, Hizbullah memantau perkembangan di Suriah dari dekat dan mengamati serius terhadap ancaman-ancaman NATO untuk menyerang Suriah.
"Para pemimpin Hizbullah Lebanon akan membalas setiap intervensi militer ke Suriah," tegasnya. El Hajj Hassan menjelaskan bahwa porsi serangan balasan Hizbullah akan disesuaikan dengan kapasitas serangan Barat. (IRIB Indonesia/RM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar