Ciri Khawarij: Tak Mengamalkan Al Qur’an dan Membunuh Muslim
http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang
yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka
membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka
keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh,
jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti
terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Satu dari ciri kaum Khawarij menurut
Nabi Muhammad adalah mereka membaca Al Qur’an dan Hadits, namun tidak
diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan mereka. Hanya di mulut
saja. Al Qur’an dan Hadits tak sampai ke otak mereka. Tidak dipahami.
Karena taqlid pada Syekh mereka, penafsirannya bertentangan dengan
Jumhur Ulama. Akibatnya selain mencaci sesama Muslim dengan kata-kata
yang menyakitkan seperti Ahli Bid’ah, Kuburiyyun (Penyembah Kuburan),
Musyrik, Sesat, Kafir, dsb, saat kuat, mereka membunuh sesama Muslim.
Khalifah Ali adalah korban pembunuhan Khawarij yang pertama karena
menurut kaum Khawarij Ali sudah sesat/kafir.
Ini karena usia mereka masih muda. Lemah
akal. Banyak yang dari kecil hingga SMA tidak pernah belajar agama
Islam di pengajdian atau masjid, tahu-tahu di universitas belajar Islam
dari kelompok yang ekstrim. Akibatnya saat aliran itu sesat, mereka
keluar dari Islam meski mereka merasa berpegang kepada Al Qur’an dan
Sunnah:
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan keluar di akhir zaman
suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan
sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali
pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam)
sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
يخرج قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم
“Suatu kaum dari umatku akan
keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong
dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai
kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)
يحسنون القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء
“Mereka baik dalam berkata tapi
jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal
mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
Berbagai ayat Al Qur’an dan Hadits
mereka pakai, namun kesimpulan lain yang mereka dapat dan amalkan.
Berbagai larangan Allah dalam Al Qur’an seperti Su’u Zhon (Buruk
Sangka), Mengolok-olok sesama, Mengkafirkan sesama Muslim, dan membunuh
sesama Muslim. Berbagai caci-maki terhadap sesama Muslim seperti Ahlul
Bid’ah, Sesat, Kafir dan sebagainya terlontar dari mulut mereka.
Kaum Khawarij ini merasa paling benar.
Bahkan Khawarij pertama merasa lebih benar dari Nabi sehingga menuduh
Nabi tidak adil. Khawarij masa kini menuduh Jumhur Ulama yang merupakan
Pewaris Nabi sebagai tidak adil. Contohnya ada Khawarij bilang sejumlah
ulama besar adalah sesat atau pembela aliran sesat:
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah saw. di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang itu berkata: Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau bersabda: Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil. Umar bin Khathab ra. berkata: Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1761)
Ciri Khawarij ini adalah gemar membaca
Al Qur’an, mengaku pembela Islam, namun tidak mengamalkannya. Dia
datangi ummat Islam dgn pedang sambil menuduh ummat Islam melakukan
kesyirikan. Padahal Syirik menurut pemahaman Nabi adalah menyembah
berhala. Yang dilakukan Nabi adalah menghancurkan berhala. Bukan
membunuh orang-orang yang dituduh Musyrik:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ
رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ،
وَكَانَ رِدْئًا لِلْإِسْلَامِ، انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ
ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ»،
قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ،
الْمَرْمِيُّ أَمِ الرَّامِي؟ قَالَ: «بَلِ الرَّامِي»
“Sesungguhnya yang paling aku
khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal)
al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân
dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya
di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan
menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh,
siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”.
Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la,
Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah,
no. 3201).
Kafirnya Khawarij bukan karena aqidahnya
sesat atau karena ibadahnya penuh bid’ah. Aqidah dan ibadahnya bersih.
Namun sikap mereka yang mengkafirkan Muslim lain itulah yang
mengakibatkan mereka jadi kafir. Keluar dari Islam. Khawarij artinya
orang-orang yang keluar (dari Islam).
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ
شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ
إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ
لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ
يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Akan keluar suatu kaum dari
umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan
mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu
dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka
membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia
adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak
sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya
anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud)
Bahkan merekapun membawakan hadis-hadis Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, namun dipahami dengan pemahaman yang tidak benar, sabda Nabi,
يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ
قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ
خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ
السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ
“Akan ada di akhir zaman suatu
kaum yang usianya muda, dan pemahamannya dangkal, mereka mengucapkan
perkataan manusia yang paling baik (Rasulullah), mereka lepas dari Islam
sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya, iman mereka tidak sampai
ke tenggorokan..” (HR Bukhari)
Pemikiran takfiri (mudah mengkafirkan) adalah pemikiran yang ditakutkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk
menimpa umatnya, karena ia berakibat yang tidak bagus dan merugikan
Islam dan kaum muslimin bahkan merusak citra Islam dan mengotori
keindahannya. Oleh karena itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengecam keras Khawarij dalam hadis-hadisnya, Abu Ghalib berkata,
رَأَى أَبُو أُمَامَةَ رُءُوسًا
مَنْصُوبَةً عَلَى دَرَجِ مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَقَالَ أَبُو أُمَامَةَ
كِلَابُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ خَيْرُ قَتْلَى
مَنْ قَتَلُوهُ ثُمَّ قَرَأَ { يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ
وُجُوهٌ } إِلَى آخِرِ الْآيَةِ
قُلْتُ لِأَبِي أُمَامَةَ
أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لَوْ لَمْ أَسْمَعْهُ إِلَّا مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ أَوْ
ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا حَتَّى عَدَّ سَبْعًا مَا حَدَّثْتُكُمُوهُ.
“Abu Umamah melihat kepala-kepala (kaum
Khawarij) yang dipancangkan di jalan Masjid Damaskus, Abu Umamah
berkata, “Anjing-anjing neraka, seburuk-buruknya orang yang terbunuh di
kolong langit, dan sebaik-baiknya yang dibunuh adalah orang yang dibunuh
oleh mereka (Khawarij), kemudian beliau membaca Ayat, “Pada hari wajah-wajah menjadi putih dan wajah-wajah lain menjadi hitam..” Sampai akhir ayat.
Aku berkata kepada Abu Umamah, “Engkau mendengarnya dari Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam?”
Beliau menjawab, “Aku mendengarnya sekali, dua kali, tiga kali, empat
kali sampai tujuh kali. Bila aku tidak mendengarnya, aku tidak akan
menyampaikannya kepada kamu.” (HR. At Tirmidzi).
Tempat kaum Khawarij berasal. Nabi menunjuk ke arah Timur:
Hadis riwayat Sahal bin Hunaif ra.:
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)
Saat mengatakan itu, Nabi berada di
Madinah, Hijaz. Ada pun di timur Madinah/Hijaz adalah Najd, tempat
lahirnya Muhammad bin Abdul Wahhab:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa,
‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka
berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam
dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya
Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada
negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga,
‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah,
dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Khawarij ini dengan dalih memurnikan
Islam, menghidupkan Sunnah, dsb ternyata malah memecah belah Islam.
Tetaplah dalam Jama’ah / kelompok terbesar Islam. Jangan mengikuti
firqoh mereka:
Dari Anas berkata : Ada seorang lelaki
pada zaman Rasulullah berperang bersama Rasulullah dan apabila kembali
(dari peperangan) segera turun dari kenderaannya dan berjalan menuju
masjid nabi melakukan shalat dalam waktu yang lama sehingga kami semua
terpesona dengan shalatnya sebab kami merasa shalatnya tersebut melebihi
shalat kami, dan dalam riwayat lain disebutkan kami para sahabat merasa
ta’ajub dengan ibadahnya dan kesungguhannya dalam ibadah, maka kami
ceritakan dan sebutkan namanya kepada Rasulullah, tetapi rasulullah
tidak mengetahuinya, dan kami sifatkan dengan sifat-sifatnya, Rasulullah
juga tidak mengetahuinya, dan tatkala kami sednag menceritakannya
lelaki itu muncul dan kami berkata kepada Rasulullah: Inilah orangnya ya
Rasulullah. Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya kamu menceritakan
kepadaku seseorang yang diwajahnya ada tanduk syetan. Maka datanglah
orang tadi berdiri di hadapan sahabat tanpa memberi salam. Kemudian
Rasulullah bertanya kepada orang tersebut : ” Aku bertanya kepadamu,
apakah engkau merasa bahwa tidak ada orang yang lebih baik daripadamu
sewaktu engkau berada dalam suatu majlis. ” Orang itu menjawab: Benar”.
Kemudian dia segera masuk ke dalam masjid dan melakukan shalat dan dalam
riwayat kemudian dia menuju tepi masjid melakukan shalat, maka berkata
Rasulullah: ”Siapakah yang akan dapat membunuh orang tersebut ? ”.
Abubakar segera berdiri menuju kepada orang tersebut, dan tak lama
kembali. Rasul bertanya : Sudahkah engkau bunuh orang tersebut? Abubakar
menjawab : ”Saya tidak dapat membunuhnya sebab dia sedang bersujud ”.
Rasul bertanya lagi : ”Siapakah yang akan membunuhnya lagi? ”. Umar bin
Khattab berdiri menuju orang tersebut dan tak lama kembali lagi. Rasul
berkata: ”Sudahkah engkau membunuhnya ? Umar menjawab: ”Bagaimana
mungkin saya membunuhnya sedangkan dia sedang sujud”. Rasul berkata lagi
; Siapa yang dapat membunuhnya ?”. Ali segera berdiri menuju ke tempat
orang tersebut, tetapi orang terebut sudah tidak ada ditempat shalatnya,
dan dia kembali ke tempat nabi. Rasul bertanya: Sudahkah engkau
membunuhnya ? Ali menjawab: ”Saya tidak menjumpainya di tempat shalat
dan tidak tahu dimana dia berada. ” Rasulullah saw melanjutkan:
”Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang keluar dari umatku,
seandainya engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan berpecah.
Sesungguhnya Bani Israel berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini akan
terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya di dalam neraka kecuali satu
kelompok ”. Sahabat bertanya : ” Wahai nabi Allah, kelompk manakah yang
satu itu? Rasulullah menjawab : ”Al Jamaah”. (Musnad Abu Ya’la/ 4127,
Majma’ Zawaid/6-229).
.
Rasulullah saw bersabda: ”Nanti pada
akhir zaman akan muncul kaum mereka membaca Al-Quran ttetapi tidak
melebihi kerongkongan, merka memecah Islam sebagaimana keluarnya anak
panah dari busurnya, dan mereka akan terus bermunculan sehingga keluar
yang terakhir daripada mereka bersama Dajjal, maka jika kamu berjumpa
dengan mereka, maka perangilah sebab mereka itu seburuk-buruk makhluk
dan seburuk-buruk khalifah. ” ( Sunan Nasai/4108, Sunan Ahmad/19783 )
Kelompok Khawarij ini tak segan-segan
menista ummat Islam yang berbeda pendapat dengan mereka dengan berbagai
sebutan yang mereka sendiri tidak suka. Padahal itu dilarang oleh Allah
SWT:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.
Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 11-12]
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan
dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97,
Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad
no.3465,3708)
Ayat Al Qur’an dan hadits di atas sering
mereka ucapkan. Namun sering pula mereka langgar sehingga mereka
mengumpat dan bersangka buruk terhadap sesama Muslim.
Jika diingatkan dengan enteng mereka berdalih: “Ah mereka bukan Muslim!”
Tidak pantas bagi seorang Muslim untuk
mudah menganggap sesat atau mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat
dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah
imannya atau mungkin justru tidak punya iman:
Tiga perkara berasal dari iman:
(1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah”
karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam
karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung
semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini
memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau
keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu
Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw,
membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi
menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia
mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia
mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah
saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Lihat hadits di atas saat Usamah
berkilah: “Ah dia berpura2″ Ah dia taqiyah! Ah dia berbohong. Tidak
pantas kita berdalih seperti itu karena kita manusia tidak tahu isi hati
mereka. Kita hanya bisa menilai zahir lisan, tulisan, dan perbuatan
mereka.
Meski mengkafirkan sesama Muslim itu resikonya sangat berat, kaum Khawarij selalu menemukan cara untuk itu.
Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang memanggil orang
lain dengan sebutan kekafiran atau berkata bahwa orang itu musuh Allah,
padahal yang dikatakan sedemikian itu sebenarnya tidak, melainkan
kekafiran itu kembalilah pada dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma,
katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Apabila ada seseorang berkata
kepada saudaranya -sesama Muslimnya-: “Hai orang kafir,” maka salah
seorang dari keduanya -yakni yang berkata atau dikatakan- kembali dengan
membawa kekafiran itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar
sebagaimana yang orang itu mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya
kekafiran, tetapi jikalau tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang
yang mengucapkannya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Mereka gemar berdusta dan mengadu-domba sesama Muslim meski tahu dosanya amat besar:
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk syurga seorang yang
gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu
‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur,
lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang mati ini disiksa, tetapi
tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya
besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang seorang
diantara keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan
melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka
menghabiskan sama sekali dari kencingnya -yakni di waktu kencing kurang
memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih.
Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari. Para ulama
berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu disiksa karena melakukan
kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan
kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan hal besar
-berat- baginya untuk meninggalkannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya
Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar
itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.”
(Riwayat Muslim) Al’adhha dengan fathahnya ‘ain muhmalah dan sukunnya
dhad mu’jamah dan dengan ha’ menurut wazan Alwajhu. Ada yang mengatakan
Al’idhatu dengan kasrahnya ‘ain dan fathahnya dhad mu’jamah menurut
wazan Al’idatu, artinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut
riwayat pertama, maka al’adhhu adalah mashdar, dikatakan: ‘adhahahu
‘adhhan artinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan.
Meski Allah dan RasulNya memerintahkan
ummat Islam bersatu, namun kaum Khawarij ini meski sering mengutip ayat
dan hadits tentang itu selalu memecah-belah persatuan ummat Islam dengan
berbagai dalih. Mereka merasa hanya merekalah yang benar. Yang lain
sesat atau kafir:
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah
agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
Mereka gemar berbantah-bantahan panjang lebar hanya untuk menimbulkan fitnah dan melemahkan kekuatan Islam.
“Dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu
menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” [Al Anfaal 46]
Sebaliknya meski mengaku ingin berpegang
pada sunnah, namun dengan bersahabat dengan kaum Yahudi dan Nasrani dan
menganggap kaum tersebut lebih baik daripada sesama Muslim, mereka
ingkar Al Qur’an. Ingkar kepada Allah.
Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian
yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah
51]
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik)
bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami
takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan
kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.
Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Kita mungkin terkagum-kagum pada
ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi yang dibawakan oleh kaum
Khawarij tersebut, namun itu semua tidak mereka amalkan. Bahkan mereka
injak-injak. Mereka bersikap keras dan zalim terhadap sesama Islam dan
justru lemah-lembut terhadap orang-orang kafir harbi.
Kaum Khawarij ini seperti kaum Yahudi yang akan dilempar masuk neraka karena hanya bicara tanpa melakukan apa yang dia ucapkan:
“Mengapa kamu suruh orang lain
(mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu
sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?” [Al Baqarah 44]
Pada hari kiamat seorang
dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, “Hai Fulan,
mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh
berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar?” Orang tersebut menjawab,
“Ya benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak
melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar sedang aku
sendiri melakukannya.” (HR. Muslim)
Kaum Khawarij ini berpendapat hanya ada 1
kebenaran, yaitu pendapat mereka dan memaksakan kehendaknya kepada yang
lain. Padahal dalam Islam itu ada dikenal Khilafiyah atau beda
pendapat. Oleh karena itulah ada 4 Madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi’ie,
dan Hambali. Semua madzhab itu benar. Tidak ada yang salah. Dan Imam
Malik juga menolak saat Sultan Harun Al Rasyid meminta agar Madzhab
Maliki dipakai sebagai satu-satunya Madzhab di negara Islam. Beliau
khawatir nanti di tempat lain yang memakai madzhab lain bisa berontak.
Di zaman Nabi pun para sahabat biasa berbeda pendapat:
Umar bin Khattab berkata: “Aku mendengar
Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa hidupya Rasulullah
SAW, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa
huruf yang belum pernah Rasulullah SAW membacakannya kepadaku sehingga
aku hampir beranjak dari shalat, kemudian aku menunggunya sampai salam.
Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang
membacakan surat ini kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah SAW yang
membacakannya kepadaku”, aku menyela: “Dusta kau, Demi Allah
sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan surat yang telah kudengar
dari yang kau baca ini”.
Setelah itu aku pergi membawa dia
menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah aku telah
mendengar lelaki ini, ia membaca surat Al-Furqan dengan beberapa huruf
yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri
telah membacakan surat Al-Furqan ini kepadaku”. Rasulullah SAW menjawab:
“Hai Umar! lepaskan dia. “Bacalah Hisyam!”. Kemudian ia membacakan
bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. Rasululllah SAW
bersabda: “Begitulah surat itu diturunkan” sambil menyambung sabdanya:
“Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang
paling mudah!”.
Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa
Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan sahabat Umar r.a. kemudian
beliau bersabda: “Begitulah bacaan itu diturunkan”.
Saat berbeda pun dalam berpuasa di perjalanan para sahabat tidak saling cela. Ada yang berbuka, ada pula yang tetap berpuasa:
Anas bin Maalik berkata: “Kami sedang
bermusafir bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam semasa
Ramadhan dan di kalangan kami ada yang berpuasa, ada yang tidak
berpuasa. Golongan yang berpuasa tidak menyalahkan orang yang tidak
berpuasa dan golongan yang tidak berpuasa tidak menyalahkan orang yang
berpuasa. [ hadist riwayat Bukhari and Muslim]
Dari situ kita tahu bahwa kebenaran itu
KADANG-KADANG tidak hanya satu. Bisa 2 bahkan 7 seperti cara membaca Al
Qur’an di atas. Nabi membenarkan mereka semua dan tidak mencela salah
satu kelompok. Jika dipaksakan hanya satu meski yang lain tidak suka,
maka akan timbul perpecahan.
Ciri Khawarij lainnya adalah akhlak yang
buruk. Nabi dan ummat Islam yang baik memiliki akhlak yang mulia. Penuh
kasih sayang. Bukan kekejian:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ” [Al Anbiyaa' 107]
Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling dekat dengan aku
kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya
dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR.
Ar-Ridha)
Sebaliknya orang yang akhlaknya rendah, keji, dan suka bermusuhan adalah orang yang dibenci Allah:
Sesungguhnya Allah membenci
orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang
meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)
Jadi jika kita ikut pengajian, tapi gurunya akhlaknya buruk dan kita pun jadi kasar, niscaya itu pengajian yang sesat.
Kadang ada orang yang merasa
berjihad/mujahid, namun akhlaknya kasar dan sombong. Tidak punya adab.
Ada yang suka menghina sesama Muslim bahkan ulama. Seolah-olah dia yang
mempunyai surga. Padahal Nabi yang merupakan Mujahid Agung akhlaknya
sangat sempurna.
mam Thabari meriwayatkan dengan sanad
yang shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia menyebutkan
tentang Khawarij dan apa yang ia dapati ketika mereka membaca Al-Qur’an
dengan perkataannya: “Mereka beriman dengan yang muhkam dan binasa dalam ayat mutasyabih“. (Lihat Tafsir Ath-Thabari, III/181).
Pemahaman mereka yang keliru itu
mengantarkan mereka menyelisihi Ijma’ Salaf dalam banyak perkara, hal
itu dikarenakan oleh kebodohan mereka dan kekaguman terhadap pendapat
mereka sendiri, serta tidak bertanya kepada Ahlu Dzikri dalam perkara
yang mereka samar atasnya.
Jadi itulah beberapa ciri kaum Khawarij
yang sebetulnya jika kita tidak taqlid dan membaca Al Qur’an dan Hadits
dengan cerdas, mereka itu meski dalihnya menghidupkan Sunnah, pada
dasarnya Ingkar Al Qur’an dan Ingkar Sunnah.
Keras dan Kasar
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati kaum Khawarij bahwa mereka adalah kaum yang kasar lagi keras perangainya, beliau bersabda,
سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي
أَقْوَامٌ أَشِدَّاءُ أَحِدَّاءُ ذَلِقَةٌ أَلْسِنَتُهُمْ بِالْقُرْآنِ لَا
يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ أَلَا فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ
ثُمَّ إِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ فَالْمَأْجُورُ قَاتِلُهُمْ
“Akan keluar dari umatku beberapa
kaum yang keras lagi kasar, lisan-lisan mereka fasih membaca Alquran,
namun tidak sampai ke tenggorokan mereka.” (HR. Ahmad dan lainnya)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati bahwa mereka adalah kaum yang amat hebat ibadahnya, beliau bersabda,
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ
شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ
إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ
لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ
يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Akan keluar suatu kaum dari umatku,
mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka
tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan
dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka mengira
bahwa Alquran itu hujjah yang membela mereka, padahal ia adalah hujah
yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke
tenggorokan, mereka lepas dari islam sebagaimana melesatnya anak panah
dari buruannya.” (HR. Abu Dawud)
Referensi:
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/
Menghormati dan Mengikuti Ulama Pewaris Nabi
http://media-islam.or.id/2013/05/27/menghormati-dan-mengikuti-ulama-pewaris-nabi/
Kita
tidak bisa belajar Islam langsung dari Al Qur’an dan Hadits. Saat Allah
menurunkan Al Qur’an pun Allah tidak menurunkannya langsung dalam
bentuk buku kepada manusia. Tetapi secara bertahap ayat demi ayat
melalui Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun. Nabi menjelaskan ayat-ayat Al
Qur’an tersebut serta memberi contoh bagaimana cara melaksanakan
perintah Allah seperti Sholat, Puasa, Zakat, dsb.
Firman Allah:
“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui” [An Nahl 43]
Nah kita kalau tak tahu harus bertanya kepada Ulama yang senang berzikir kepada Allah. Bukan ulama Su’ yang lupa kepada Allah.
Allah meninggikan ulama dibanding orang2
awam. Pemahaman Ulama terhadap Al Qur’an dan Hadits atau masalah, itu
lebih baik daripada pemahaman orang-orang awam:
” ….Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: “Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Az-Zumar [39]: 9).
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”. (TQS.Fathir [35]: 28)
„Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar:9)
“Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11)
Kita harus memuliakan apa yang dimuliakan Allah:
“Demikianlah, dan barangsiapa
mengagungkan perkara-perkara yang dihormati oleh Alloh, maka hal itu
lebih baik baginya di sisi Alloh.” [al-Hajj: 30]
“Demikianlah, dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Alloh, maka sesungguhnya hal itu termasuk ketakwaan hati.” [al-Hajj: 32]
Dari Abu Musa r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Setengah daripada cara mengagungkan Allah
Ta’ala ialah dengan jalan memuliakan orang Islam yang sudah beruban
serta orang yang hafal al-Quran yang tidak melampaui batas ketentuan
-dalam membacanya- dan tidak pula meninggalkan membacanya. Demikian pula
memuliakan seorang sultan -penguasa pemerintahan yang adil-.” Hadits
hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.
Dari Amr bin Syu’aib dari
ayahnya dari neneknya r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak
termasuk golongan kita -umat Islam- orang yang tidak belas kasihan
kepada golongan kecil diantara kita -baik usia atau kedudukannya- serta
tidak termasuk golongan kita pula orang yang tidak mengerti kemuliaan
-cara memuliakan- yang tua diantara kita.” hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi. Imam Tirmidzi
mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini
Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)
Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Dalam Kitab Ihya ‚Uluumuddiin susunan
Imam Al Ghazali disebut bahwa Nabi berkata: „Di akhirat nanti tinta
ulama ditimbang dengan darah para syuhada. Ternyata yang lebih berat
adalah tinta ulama!“
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu.
“Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.
Bahkan Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Hilangnya ilmu bukan karena ilmu itu
dicabut oleh Allah. Bukan karena Kitab Al Qur’an dan Hadits menghilang
dari peredaran. Tapi hilang dengan wafatnya para Ulama yang menguasai
ilmu tersebut.
Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan. (Shahih Muslim No.4828)
Sesungguhnya Allah tidak menahan
ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan mewafatkan para
ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian
orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia
memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan.
(Mutafaq’alaih)
Sehingga akhirnya orang-orang bodoh yang tidak faqih lah yang membaca kitab Al Qur’an dan Hadits dengan pemahaman yang keliru.
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 bisa tersesat karena kurangnya ilmu.
“Keutamaan orang ‘alim atas
orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling
rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).
Kelebihan seorang alim (ilmuwan)
terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap
seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)
Duduk bersama para ulama adalah ibadah. (HR. Ad-Dailami)
Termasuk mengagungkan Allah ialah
menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan
para pengemban Al Qur’an dan ahlinya[1], serta penguasa yang adil. (HR.
Abu Dawud dan Aththusi)
Jangan merendahkan ulama:
Janganlah kalian menuntut ilmu
untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di
kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut
ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk
menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka
baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Saat ini ada beberapa “ulama” yang
pendapatnya bukan cuma berbeda. Tapi bertentangan. Bahkan ada yang
saling mengkafirkan satu sama lain. Nah, ulama manakah yang harus kita
ikuti?
Imam Al Ghazali membagi ulama jadi 2: 1. Ulama Akhirat yang lurus, 2. Ulama Su’ / Ulama Dunia yang jahat dan sesat.
Saat itu terjadi, ikutilah Jumhur/Mayoritas Ulama. Karena merekalah yang lurus:
“Untuk golongan kanan, yaitu
segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. dan segolongan besar
pula dari orang-orang yang kemudian.” [Al Waaqi'ah 38-40]
Mungkin ada yang berpendapat dengan
mengutip ayat bahwa sebagian besar MANUSIA sesat. Mereka tidak paham
yang disebut adalah SEBAGIAN BESAR MANUSIA. Bukan SEBAGIAN BESAR MUSLIM.
Kalau Muslim, sebagaimana ayat di atas, sebagian besar adalah lurus.
Justru sebagian kecil/firqoh itulah yang sesat. Ada tambahan dalilnya:
Dua orang lebih baik dari
seorang dan tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih
baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah
Azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk
(hidayah) (HR. Abu Dawud)
Sesungguhnya umatku tidak akan
bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi perselisihan maka
ikutilah suara terbanyak. (HR. Anas bin Malik)
Kekuatan Allah beserta jama’ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke neraka. (HR. Tirmidzi)
Jika ada “ulama akhir zaman” yang
mencaci ulama Salaf misalnya Imam Abu Hasan Al Asy’ari yang hidup di
abad 3 Hijtriyah, maka ulama akhir zaman itulah yang sesat:
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’in), kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’ut tabi’in).”
dalam lafazh lain disebutkan bahwa,
“Sebaik-baik zaman adalah
zamanku (zaman para sahabat), kemudian yang setelahnya (zaman tabi’in),
kemudian yang setelahnya (zaman tabi’ut tabi’in).”
(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir)
(HR. Bukhari no. 6429 dan Muslim no. 2533 hadits ini adalah Mutawatir)
Meski demikian, kita tidak boleh taqlid
buta kepada para ulama. Khususnya para Ulama Firqoh/Sempalan yang
pendapatnya bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits serta Jumhur Ulama:
Mengapa orang-orang alim mereka,
pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan
bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah
mereka kerjakan itu. “ [Al Maa-idah:63]
“Mereka menjadikan orang-orang
alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga
mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. “ [At
Taubah:31]
Hati-hati pula kepada Dai Neraka yang
malah mengajak kita masuk neraka. Saat Allah melarang kita untuk Su’u
Zhon, Ghibah, Fitnah, Mengkafirkan sesama Muslim, membunuh sesama
Muslim, mereka justru mengajak kita melakukan itu meski mereka
mengaku-ngaku sebagai menegakkan Tauhid, Menghidupkan Sunnah, dsb.
Padahal apa yang mereka lakukan bertentangan dengan Al Qur’an:
Dari
Hudzaifah Ibnul Yaman ra berkata: Manusia bertanya kepada Rasulullah
SAW tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang
keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya;
Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliah dan
keburukan, kemudian Alloh mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini
ada keburukan?
Beliau
bersabda: ‘Ada’. Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang
kebaikan? Beliau bersabda: “Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun”.
Aku
bertanya: Apakah dakhanun itu? Beliau menjawab: “Suatu kaum yang
mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain
petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah”.
Aku
bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau bersabda:
“Ya”, dai – dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Barang siapa yang
mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya.
Aku
bertanya: Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau
bersabda: “Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan
bahasa kita”.
Aku
bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya?
Beliau bersabda: “Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan imamnya”.
Aku bertanya: “Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya?”
Beliau
bersabda: “Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok
pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti
itu”. (Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi
dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu
Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404,
406 dan hal. 391-399)
Jadi jika antar firqoh2 itu saling
bermusuhan, bertentangan, bahkan saling bunuh, hindari firqoh2 tersebut
agar kita tidak tersesat. Jauhi Fitnah/Pembunuhan:
Jangan mendekati fitnah jika
sedang membara dan jangan menghadapinya bila sedang timbul, bersabarlah
bila fitnah datang menimpa. (HR. Ath-Thabrani)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Akan terjadi fitnah di mana orang yang duduk (menghindar dari fitnah itu) lebih baik daripada yang berdiri dan orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan dan orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari (yang terlibat dalam fitnah). Orang yang mendekatinya akan dibinasakan. Barang siapa yang mendapatkan tempat berlindung darinya, hendaklah ia berlindung. (Shahih Muslim No.5136)
Fitnah juga akan muncul dari arah Timur (Najd – di antaranya kota Riyadh):
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa,
‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka
berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam
dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya
Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada
negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga,
‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah,
dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
Dari ‘Abdullah dari Abu Sa’id mawla bani hasyim dari Uqbah bin Abi Shahba’ dari Salim dari ‘Abdullah bin Umar berkata:
Rasulullah SAW mengerjakan
shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari
terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini
dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan
sanad shahih]
Ciri-ciri Ulama yang lurus pewaris Nabi adalah memiliki Akhlaq yang mulia seperti Nabi:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” [Al Ahzab 21]
“Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu…” [Ali
'Imran 159]
Nabi berdakwah dengan cara yang baik. Tidak kasar dan menebar kebencian:
Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik…” (QS An-Nahl: 125).
Bahkan terhadap Yahudi yang kafir dan
dilaknat Allah pun Nabi tidak menggeneralisir semuanya kafir dan memaki
mereka dengan kata2 kafir dsb. Tapi mendakwahi mereka dengan lembut
sehingga banyak orang2 Yahudi seperti Abdulllah bin Salam dsb masuk
Islam:
Anas r.a. berkata, “Ada seorang
Yahudi melayani Nabi, kemudian ia jatuh sakit. Maka, Nabi datang
menjenguknya, duduk di dekat kepalanya seraya bersabda kepadanya, ‘Masuk
Islamlah.’ Lalu, ia melihat ayahnya yang ada di sisinya. Ayahnya
berkata kepadanya, ‘Taatilah Abul Qasim saw.’ Lalu ia masuk Islam,
kemudian Nabi keluar seraya mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah yang
telah menyelamatkan ia dari neraka.’
“Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321)
Sebaliknya orang yang kasar dan
kaku/ekstrim dan suka mengadu-domba ummat Islam sehingga saling
berkalahi/bunuh jangan diikuti. Karena itu cuma menyeret kita ke neraka:
“Tidak akan masuk jannah orang yang kasar dan kaku.” (HR. at-Tirmidzi)
Nabi senang mendamaikan sesama Muslim.
Bukan justru mengadu-domba mereka karena tidak akan masuk surga orang
yang gemar mengadu-domba.
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk surga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Begitu pula “Ulama” yang mudah
mengkafirkan sesama Muslim, padahal menurut Jumhur/Mayoritas Ulama
mereka tidak kafir/sesat, jangan diikuti karena bertentangan dengan Al
Qur’an dan Hadits:
“Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan
janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu
(atau mengucapkan Tahlil): “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu
membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia,
karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu
dahulu [dulu juga kafir], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas
kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. ” [An Nisaa' 94]
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak
mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu
dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu
perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah
mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal
tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang
yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
“Muhammad itu adalah utusan
Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka...” [Al Fath 29]
Kalau ada “Ulama” yang memfitnah Muslim lainnya sebagai Musyrik, dialah yang musyrik:
“Sesungguhnya yang paling aku
khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal)
al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân
dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya
di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan
menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh,
siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”.
Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la,
Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah,
no. 3201)
Jauhi juga “Ulama” yang menghasud untuk membunuh sesama Muslim sejalan dengan kepentingan Yahudi dan Nasrani:
“Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik)
bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami
takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan
kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.
Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Referensi:
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/05/27/menghormati-dan-mengikuti-ulama-pewaris-nabi/
KAMI TAKKAN MENINGGALKAN PALESTINA
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/08/kami-takkan-meninggalkan-palestina.html#.UgJIglIxVkh
(KONFLIK TIMUR TENGAH UNTUK MENGALIHKAN MASALAH PALESTINA)
Pada bulan Agustus 1979, atau hanya beberapa bulan setelah Revolusi Iran yang berhasil menumbangkan regim Shah Reza Pahlevi, ketika kondisi negara belum pulih dari revolusi berdarah dan konstalasi politik begitu tinggi antara kelompok-kelompok politik yang ada, pemimpin Iran Ayatollah Khomeini masih tetap memikirkan Palestina dan Al Quds (Jerussalem) yang diduduki Israel. Ia pun mengeluarkan seruan kepada masyarakat dunia untuk memperingati Hari al Quds pada setiap hari Jum'at terakhir di bulan Ramadhan.
Semangat itu pula yang mendasari tekad Hizbollah untuk tetap mendukung perjuangan pembebasan Palestina
"Hizbollah, partai Islam Shiah, tidak akan meninggalkan Palestina, Al Quds, dan tempat-tempat suci di Palestina. Kami lahir dan tumbuh dengan menanggung kewajiban untuk mempertahankan Palestina dan Al Quds. Kami, orang-orang Shiah, tidak akan meninggalkan hal ini selamanya. Silakan tuduh kami sebagai rejeksionis (penolak perdamaian), teroris, kriminal, dan tuduhan apapun seraya membunuhi orang-orang kami di semua medan perang, di pintu semua masjid, kami Shiah (pengikut) Ali bin Abi Taleb tidak akan meninggalkan Palestina,” kata pemimpin Hizbollah dalam sembutannya pada perayaan Hari Al Quds yang digelar di Dahiyeh, Lebanon, Jumat (2/8).
Dalam pidatonya di hadapan ribuan penduduk Lebanon memuji peran yang dijalankan Ayatollah Khomeini sebagai pemprakarsa gerakan pembebasan Palestina melalui peringatan Hari Al Quds.
"Tujuan dari seruan ini (Ayatollah Khomeini) adalah untuk mengingatkan seluruh muslim di dunia tentang masalah Palestina dan menggalang energi demi menyelamatkan Al-Quds dan Palestina dari tangan para zionis serta untuk menunjukkan apa yang dialami rakyat Palestina," kata Nasrallah.
“Palestina yang kita bicarakan adalah seluruh wilayah Palestina dari laut hingga sungainya, yang harus kembali sepenuhnya kepada rakyat Palestina. Tidak ada seorang pun di dunia yang dipimpin oleh para Sheikh atau Sayyed atau Pengaran, atau Raja, atau Presiden, atau pemerintah yang boleh menyerahkan atau meninggalkan segenggam tanah Palestina, atau setetes airnya, minyaknya, atau secuil tanahnya.”
Nasrallah juga mengingatkan pernyataan Khomeini tentang Israel yang disebutnya sebagai tumor kanker pembunuh yang harus dibasmi.
"Israel merupakan ancaman berbahaya yang terus-menerus tidak hanya bagi bangsa Palestina, namun juga ancaman bagi seluruh rakyat dan negeri di seluruh kawasan. Siapapun yang menolak hal ini adalah manusia arogan."
“Sebagian orang mungkin berfikir bahwa hancurnya Israel adalah kepentingan Palestina sendiri. Tidak demikian, ini adalah kepentingan setiap negara adi kawasan ini karena (Israel) adalah ancaman bagi Jordania, Mesir, Syria, dan Lebanon, maka lenyapnya Israel menjadi kepentingan nasional Jordania, Mesir, Syria, dan Lebanon,” tambah Nasrallah.
Nasrallah mengatakan bahwa siapapun yang menghadapi dan melawan zionis di manapun tidak hanya mempertahankan Palestina, namun juga mempertahankan tanah airnya sendiri, rakyatnya, harga dirinya dan masa depan keturunan mereka. Tanggung jawab ini dipikul oleh seluruh rakyat Palestina, juga bangsa-bangsa ARab, Muslim, dan Kristen.
“Mempertahankan Al-Quds adalah tanggungjawab semua orang. Tanggungjawab paling rendah yang akan ditanyakan di Hari Pengadilan adalah dengan tidak mengakui entitas zionis dan legitimasi Israel," kata Nasrallah.
KECAM BEBERAPA PEMIMPIN ARAB
Dalam kesempatan tersebut Sayyed Nasrallah juga mengecam beberapa pemimpin Arab yang telah bekerjasama dengan negara-negara barat untuk mengalihkan perhatian atas masalah Palestina dengan menciptakan berbagai konflik baru.
"Pertama mereka bicara tentang ancaman komunisme dan menghabiskan miliaran untuk masalah itu dan melupakan Palestina. Kemudian mereka bicara tentang ancaman Iran dan perang berbiaya mahal dilancarkan terhadap Iran (Perang Iran-Irak), semua kemampuan militer dimobilisasi untuk menghadapi musuh ini (Iran). Jika saja mereka menghabiskan 10% saja dari biaya itu untuk Palestina, mereka akan dibebaskan."
Selanjutnya, kata Nasrallah, mereka berteriak tentang "ancaman Shiah" yang mereka sebutkan lebih berbahaya dari ancaman Israel. Selanjutnya mereka menciptakan konflik-konflik sektarian yang sangat destruktif dan sangat efektif sebagai senjata penghancur ummat Islam.
Nasrallah menekankan saat ini tengan terjadi kecenderungan munculnya faham takfirisme di berbagai negara Islam yang mendorong pengikutnya melakukan peperangan dan pembunuhan-pembunuhan untuk kepentingan zionisme.
“Bukankah kini kita mengetahui ada yang berupaya menghancurkan kawasan ini dengan seluruh rakyatnya dan membaginya menjadi negara-negara Kristen, Sunni, Shiah, Druze, Ismaeli (Alawi), Persia dan Kurdi? ... Sayangnya kita (negara Lebanon) tidak memiliki ketetapan untuk menunjuk negara-negara yang menjadi pendukung proyek penghancuran ini yang merupakan proyek paling berbahaya bagi kawasan ini.”
Sayyed Nasrallah menganggap konflik yang terjadi di Mesir adalah masalah politik, bukan agama. Demikian juga konflik yang terjadi di Libya, Yaman dan Syria. Namun di negara-negara yang plural, konflik politik bisa berubah menjadi konflik agama, dan hal itulah yang terjadi.
Sayyed Nasrallah menyerukan dilakukannya upaya dialog untuk emecahkan masalah politik di negara-negara tersebut, dan meninggalkan para takfiri yang hanya bisa menimbulkan kekacauan.
"Saat ini, sentimen sektarian disebarluaskan melalui media massa (terutama Al Jazeera, Al Arabia dan beberapa media Arab lainnya yang setiap hari kesibukannya menayangkan pertentangan Sunni-Shiah. Mereka diikuti juga oleh beberapa media Indonesia; blogger) dan media sosial terhadap Shiah, dan mereka yang mendanai itu terkadang mendanai beberapa kelompok Shiah untuk untuk menjalankan misi mereka sehingga terjadilah saling serang dan bunuh, terutama di Irak. Kampanye ini dilancarkan setelah konflik Syria sehingga membuat orang-orang Shiah melupakan Palestina dan mulai membenci orang-orang Palestina. Beberapa kelompok kepentingan menginginkan kaum Shiah untuk menjauhkan diri dari konflik Arab-Israel, yang berarti juga menyingkirkan Iran dari masalah ini."
Keterangan gambar: pejuang remaja Hizbollah bersama sang ibunda terkasih. Dalam segala kesulitannya, para pejuang Hizbollah masih tetap memikirkan saudara-saudaranya di Palestina.
Pada bulan Agustus 1979, atau hanya beberapa bulan setelah Revolusi Iran yang berhasil menumbangkan regim Shah Reza Pahlevi, ketika kondisi negara belum pulih dari revolusi berdarah dan konstalasi politik begitu tinggi antara kelompok-kelompok politik yang ada, pemimpin Iran Ayatollah Khomeini masih tetap memikirkan Palestina dan Al Quds (Jerussalem) yang diduduki Israel. Ia pun mengeluarkan seruan kepada masyarakat dunia untuk memperingati Hari al Quds pada setiap hari Jum'at terakhir di bulan Ramadhan.
Semangat itu pula yang mendasari tekad Hizbollah untuk tetap mendukung perjuangan pembebasan Palestina
"Hizbollah, partai Islam Shiah, tidak akan meninggalkan Palestina, Al Quds, dan tempat-tempat suci di Palestina. Kami lahir dan tumbuh dengan menanggung kewajiban untuk mempertahankan Palestina dan Al Quds. Kami, orang-orang Shiah, tidak akan meninggalkan hal ini selamanya. Silakan tuduh kami sebagai rejeksionis (penolak perdamaian), teroris, kriminal, dan tuduhan apapun seraya membunuhi orang-orang kami di semua medan perang, di pintu semua masjid, kami Shiah (pengikut) Ali bin Abi Taleb tidak akan meninggalkan Palestina,” kata pemimpin Hizbollah dalam sembutannya pada perayaan Hari Al Quds yang digelar di Dahiyeh, Lebanon, Jumat (2/8).
Dalam pidatonya di hadapan ribuan penduduk Lebanon memuji peran yang dijalankan Ayatollah Khomeini sebagai pemprakarsa gerakan pembebasan Palestina melalui peringatan Hari Al Quds.
"Tujuan dari seruan ini (Ayatollah Khomeini) adalah untuk mengingatkan seluruh muslim di dunia tentang masalah Palestina dan menggalang energi demi menyelamatkan Al-Quds dan Palestina dari tangan para zionis serta untuk menunjukkan apa yang dialami rakyat Palestina," kata Nasrallah.
“Palestina yang kita bicarakan adalah seluruh wilayah Palestina dari laut hingga sungainya, yang harus kembali sepenuhnya kepada rakyat Palestina. Tidak ada seorang pun di dunia yang dipimpin oleh para Sheikh atau Sayyed atau Pengaran, atau Raja, atau Presiden, atau pemerintah yang boleh menyerahkan atau meninggalkan segenggam tanah Palestina, atau setetes airnya, minyaknya, atau secuil tanahnya.”
Nasrallah juga mengingatkan pernyataan Khomeini tentang Israel yang disebutnya sebagai tumor kanker pembunuh yang harus dibasmi.
"Israel merupakan ancaman berbahaya yang terus-menerus tidak hanya bagi bangsa Palestina, namun juga ancaman bagi seluruh rakyat dan negeri di seluruh kawasan. Siapapun yang menolak hal ini adalah manusia arogan."
“Sebagian orang mungkin berfikir bahwa hancurnya Israel adalah kepentingan Palestina sendiri. Tidak demikian, ini adalah kepentingan setiap negara adi kawasan ini karena (Israel) adalah ancaman bagi Jordania, Mesir, Syria, dan Lebanon, maka lenyapnya Israel menjadi kepentingan nasional Jordania, Mesir, Syria, dan Lebanon,” tambah Nasrallah.
Nasrallah mengatakan bahwa siapapun yang menghadapi dan melawan zionis di manapun tidak hanya mempertahankan Palestina, namun juga mempertahankan tanah airnya sendiri, rakyatnya, harga dirinya dan masa depan keturunan mereka. Tanggung jawab ini dipikul oleh seluruh rakyat Palestina, juga bangsa-bangsa ARab, Muslim, dan Kristen.
“Mempertahankan Al-Quds adalah tanggungjawab semua orang. Tanggungjawab paling rendah yang akan ditanyakan di Hari Pengadilan adalah dengan tidak mengakui entitas zionis dan legitimasi Israel," kata Nasrallah.
KECAM BEBERAPA PEMIMPIN ARAB
Dalam kesempatan tersebut Sayyed Nasrallah juga mengecam beberapa pemimpin Arab yang telah bekerjasama dengan negara-negara barat untuk mengalihkan perhatian atas masalah Palestina dengan menciptakan berbagai konflik baru.
"Pertama mereka bicara tentang ancaman komunisme dan menghabiskan miliaran untuk masalah itu dan melupakan Palestina. Kemudian mereka bicara tentang ancaman Iran dan perang berbiaya mahal dilancarkan terhadap Iran (Perang Iran-Irak), semua kemampuan militer dimobilisasi untuk menghadapi musuh ini (Iran). Jika saja mereka menghabiskan 10% saja dari biaya itu untuk Palestina, mereka akan dibebaskan."
Selanjutnya, kata Nasrallah, mereka berteriak tentang "ancaman Shiah" yang mereka sebutkan lebih berbahaya dari ancaman Israel. Selanjutnya mereka menciptakan konflik-konflik sektarian yang sangat destruktif dan sangat efektif sebagai senjata penghancur ummat Islam.
Nasrallah menekankan saat ini tengan terjadi kecenderungan munculnya faham takfirisme di berbagai negara Islam yang mendorong pengikutnya melakukan peperangan dan pembunuhan-pembunuhan untuk kepentingan zionisme.
“Bukankah kini kita mengetahui ada yang berupaya menghancurkan kawasan ini dengan seluruh rakyatnya dan membaginya menjadi negara-negara Kristen, Sunni, Shiah, Druze, Ismaeli (Alawi), Persia dan Kurdi? ... Sayangnya kita (negara Lebanon) tidak memiliki ketetapan untuk menunjuk negara-negara yang menjadi pendukung proyek penghancuran ini yang merupakan proyek paling berbahaya bagi kawasan ini.”
Sayyed Nasrallah menganggap konflik yang terjadi di Mesir adalah masalah politik, bukan agama. Demikian juga konflik yang terjadi di Libya, Yaman dan Syria. Namun di negara-negara yang plural, konflik politik bisa berubah menjadi konflik agama, dan hal itulah yang terjadi.
Sayyed Nasrallah menyerukan dilakukannya upaya dialog untuk emecahkan masalah politik di negara-negara tersebut, dan meninggalkan para takfiri yang hanya bisa menimbulkan kekacauan.
"Saat ini, sentimen sektarian disebarluaskan melalui media massa (terutama Al Jazeera, Al Arabia dan beberapa media Arab lainnya yang setiap hari kesibukannya menayangkan pertentangan Sunni-Shiah. Mereka diikuti juga oleh beberapa media Indonesia; blogger) dan media sosial terhadap Shiah, dan mereka yang mendanai itu terkadang mendanai beberapa kelompok Shiah untuk untuk menjalankan misi mereka sehingga terjadilah saling serang dan bunuh, terutama di Irak. Kampanye ini dilancarkan setelah konflik Syria sehingga membuat orang-orang Shiah melupakan Palestina dan mulai membenci orang-orang Palestina. Beberapa kelompok kepentingan menginginkan kaum Shiah untuk menjauhkan diri dari konflik Arab-Israel, yang berarti juga menyingkirkan Iran dari masalah ini."
Keterangan gambar: pejuang remaja Hizbollah bersama sang ibunda terkasih. Dalam segala kesulitannya, para pejuang Hizbollah masih tetap memikirkan saudara-saudaranya di Palestina.
REF:
"Sayyed Nasrallah: We, the Twelver Shia, Won’t Abandon Palestine"; AlManar.com.lb; 2 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar