Rabu, 19 Januari 2011

Reaktor Nuklir Israel Penyebab Banyaknya "Kematian" di Tepi Barat. Fakta AS dan Sekutunya dan Badan Nuklir Internasional dan PBB dalam menerapkan Peraturan & Sangsi dengan standar ganda, vested dan manipulatif. Inilah cara2 kezhaliman yang diterapkan oleh mereka didunia Internasional. Apakah sikap dari para pemimpin negeri ini untuk juga mengadopsi sistem dan paham mereka yang leberalis dan kapitalis serta sekuler. Inilah sumber ketidak adilan sebenarnya.

 
 

Reaktor Nuklir Israel Penyebab Banyaknya "Kematian" di Tepi Barat

Meningkatnya warga yang terkena kanker, mengalami kemandulan dan kelahiran abnormal di selatan Tepi Barat dikatakan terkait dengan kebocoran uranium di pembangkit listrik tenaga nuklir Dimona milik Israel.
Di desa-desa yang terletak di bagian selatan Tepi Barat, kasus kanker, kemandulan dan gangguan mental telah melonjak, khususnya di desa Avaria, yang memiliki populasi lebih dari 35.000 orang. Para ilmuwan internasional telah meneliti anomali itu untuk mengetahui alasannya adalah di balik banyaknya kasus tersebut.
"Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan tajam pada gangguan Thyroid, kemandulan, kelahiran abnormal dan kasus kanker," kata Mahmoud Sa'adeh, dari dokter Dokter Internasional untuk Pencegahan Perang Nuklir, dalam sebuah wawancara dengan Press TV.
"Satu kasus adalah seorang anak 11 tahun yang terkena kanker hati. Penyakit ini terjadi pada satu dari seratus juta orang jadi sangat jarang. Anak itu meninggal baru-baru ini," katanya.
Kelompok, dengan bantuan Al-Khalil (Hebron) University, telah mempelajari dampak yang mungkin timbul dari reaktor Dimona Israel, yang terletak di padang pasir Negev sekitar 30km dari desa Avaria.
Gubernur al-Khalil Kamel Hemed berkata, "Tahun lalu kami membunuh lebih dari 2.000 anjing di wilayah kami. Mereka tidak berperilaku tidak normal dan sangat agresif dan besar dalam ukuran. "
"Kami tidak memiliki teknologi yang diperlukan untuk menyelidiki kasus ini dan kami juga dilarang melakukan perjalanan ke daerah perbatasan. Kami telah meminta organisasi internasional untuk campur tangan ", tambahnya.
Uranium di daerah tersebut telah diujicobakan pada sepuluh kali konsentrasi yang diizinkan oleh Al-Khalil University. Unsur-unsur torium dan caesium mengikuti pola hasil yang sama. Cesium hanya muncul dari ledakan nuklir atau kegiatan nuklir dan 12 sampai 30 kali konsentrasi yang diperbolehkan di lima desa lokal Palestina.
"Limbah nuklir dari pembangkit listrik Dimona ditanam di bawah tanah negara Palestina dan dalam beberapa kasus di bawah pemukiman Israel. Dalam sebuah pemukiman di dekatnya, setidaknya ada 20 kasus kanker. Mereka terlalu takut untuk berbicara. Setiap orang di sana mendapat sekitar 20.000 dolar per bulan dari pemerintah Israel agar tetap diam," kata Sa'adeh.
"Israel membayar 11 dolar per barel untuk mengubur limbah dengan cara ini. Biaya mereka akan meningkat lebih dari 5.000 dolar per barel jika limbah secara sah dibuang di negara-negara lain seperti Mauritania atau Somalia," tambahnya.
Juga telah diamati bahwa daerah sekitarnya saat ini memiliki sistem ekologi tidak seimbang dimana reptil dan tanaman hampir menghilang, digantikan oleh peningkatan kecoa, kalajengking dan serangga lain yang dikenal dapat menahan radiasi.
Pemerintah Israel diyakini sepenuhnya menyadari situasi seperti itu pada tahun 2004 dan mulai memberikan tablet radiasi kepada Badui padang pasir.
Reaktor nuklir Dimona pada tahun 1986 dibongkar oleh ilmuwan nuklir Mordechai Vanunu yang memberitahukan dunia bahwa Israel telah memiliki program senjata nuklir rahasia.
Masyarakat internasional selama puluhan tahun menutup mata untuk masalah ini, tetapi para ilmuwan kini khawatir bahwa program Israel menciptakan risiko bencana menjadi Chernobyl kedua. Israel menolak untuk mengizinkan inspektur IAEA untuk memasuki fasilitas nuklir mereka.
Reaktor nuklir Dimona sudah cukup tua setelah 48 tahun, dengan adanya peringatan dari para ahli akan kebocorannya bisa masuk ke dalam beberapa wilayah Israel dan Palestina, mencapai Yordania, Suriah, Mesir hingga Libya. (fq/prtv)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar