Minggu, 23 Januari 2011

Negara yang “Tergadai”. Pertama kita telah mengkhianati UUD 1945, dimulai dari zaman Orde Baru dan berlanjut ke Zaman Reformasi kini, rakyat dan pegawai negeri khususnya dan juga mahasiswa dan pelajar telah dijerat dengan slogan2 politik pembangunan yang menjerat bangsa dan melumpuhkan jiwa dan semangat nasionalisme dan semangat patriotik untuk kemajuan dan martabat Bangsa. Bagimana kekuasaan MNC dan Keistimewaan Freeport dan Utang2 Negara telah mejerat Bangsa kepada kekuasaan Asing. Seharusnya kita membangun Kekuatan2 Dasar Negara, Pertahanan Negara, kekuatan pangan, sandang dan papan yang kuat yang bersumber kepada kekuatan sendiri. Ini sangat memungkinkan, karena kita memiliki bahan2 dasar itu semua. Kekuatan Pertahanan Energy yang juga kita memiliki cukup bahan dasar itu, Migas, Panas Bumi, Tenaga air, Tenaga Surya, Nuklir; Uranium, thorium dll, Batubara dan sumber2 energy lainnya. Selanjutnya kita harus membangun dengan kuat Fasilitas transportasi publik yang massal dan untk keperluan barang2 secara massal, murah, aman dam nyaman: darat, laut, udara, sungai2, rawa2, danau2 dll. Kita memilki daya dan manpower yang cukup. Membangun Industri dan bisnis yang menggunakan bahan dasar dan komponen konten dalam negeri. Membangun pendidikan dan program2 lapangan yang meningkatkan kemapuan anak2 bangsa dan masyarakat secara luas. Pembangunan tata negara dan hukum yang adil, benar, lurus, tidak mengandung vested dan tidak mengandung kecenderungan manipulatif, dan memuliakan konten dasar2 moral bangsa sendiri, berdasarkan moral keyakinan dan moral agama, adat istiadat dan wejangan leluhur, keluhuran budi nurani kemanusiaan serta akal budi yang sejati. Insya Allah kita akan semakin jaya. Sayangnya setiap perubahan kita selalu semakin terpuruk, karena kita melupakan dan meinggalkan sejarah kita sendiri. Banyak dari kaum terpelajar kita terperosok dan terbuai oleh godaan para perusak bangsa dan menjadi antek2 kepentingan bangsa lain dan parahnya lagi kalau sudah menjadi pemimpin, mereka mudah menjadi terlena dan terpesona oleh glamour dan semarak gebyar kepalsuan dan tipuan para kapitalis yang menjeratnya dan menaklukannya. Dan kini Negara tergadaikan dan Rakyat dijadikan budak2 dan anak2 bangsa menjadi generasi bangsa bingung dan bengong, semua kekayan negara dan kekayaan bumi nusantara telah sirna dikuasai asing, terjual atau tergadaikan dengan syarat2 berat, Kini kita kehilangan milik kita sendiri, kehilangan milik bangsa kita, dan rakyatnya menjadi kuli2 hina dan dengan nilai2 rendah dan cemooh yang membodohkan.... Inilah Pengkhianatan yang terlalu lama terhadap UUD 1945 dan perjuangan leluhur bangsa yang berkepanjangan, Dari Orba sampai kini Reformasi.... Kita terpuruk, dan terus semakin terpuruk... Hai bangsaku bangkitlah ....Bangsaku... Hayo Bangkitlah...

Negara yang “Tergadai”

Bookmark and Share
Perayaan kemerdekaan yang baru selesai kita lakukan, tidak membuat kita lebih bermartabat di pandangan Negara-negara lain. Kita bangga dengan kehebatan para pejuang, merebut kemerdekaan, merebut hak-hak kita yang dikuasai asing .  Pada awal berdiri negara ini pada 1945, para pemimpin  sudah berani untuk mencanangkan pengelolaan kekayaan alamnya ditangan bangsa sendiri. Sayangnya itu berhenti, dan lama-lama semakin hilang kepercayaan itu kepada bangsa sendiri. 65 tahun setelah kemerdekaan, kita masih berkutat pada persoalan yang sama, walau dengan retorika yang lebih canggih.

Kekayaan yag begitu melimpah, kita obral dengan asumsi bangsa sendiri belum mampu, dan bangsa asing lebih mampu dari kita. Bukan hanya kekayaan alam yang harus di gali dengan tehnologi tinggi yang belum kita kuasai, kebun sawit saja, yang petani saja mampu, apalagi dengan didampingi dengan insinyur-insinyur pertanian dan didukung dengan riset yang terus menerus, seharusnya kita mampu bahkan melebihi atau minimal sama dengan Negara tetangga Malaysia dari produksi, ternyata kita juga begitu lemah, dan saat ini saja hampir 40 % adalah perkebunan sawit asing.
Bila kita arif, sesunguhnya kitalah yang merusak Negara ini, kitalah yang membuat Negara ini tidak punya harganya di pandangan orang. Hampir pada setiap pemerintahan, kita seakan tidak sanggup untuk berkata tidak terhadap kepentingan asing untuk “mengadaikan” kekayaan negeri tercinta ini. Kita selalu bangga Negara ini kaya, tapi untuk siapa?.
Beberapa pakta ini bawah ini barangkali bisa kita lihat, dan jadikan pertimbangan untuk mengukur, kebiasaan pemimpin yang “mengadaikan” apa yang kita punya:
1. BII, Bank Danomon, kita jual murah kita jual ke Temasek singapura pada jaman pemerintahan megawati, BII , bahkan Indosat yang begitu kita banggakan dengan satelit palapanya, kita obral juga ke temasek, dengan tersenyum sekarang pihak temasek menertawakan kebodohan bangsa ini, saat itu saja bila bersabar, sesunguhnnya Negara ini masih bisa bertahan, tapi apa daya, Bu Mega yang di kelilingi tim ekonomi hebat, tidak kuat menahan tekanan IMF, untuk secepatnya menjual aset-aset strategis.

2. Blok cepu, yang jelas-jelas pertamina, sanggup mengeksploitasinya, harus diserahkan kepada Exxon mobil. antara Exxon dan pertamina, karena tekanan Negara asing, pada jaman pemerintahan SBY dan JK. *Tidak sampai 24 jam sebelum Menlu AS, Condoleezza Rice, mendarat di Jakarta, ExxonMobil diumumkan sebagai kepala operator eksplorasi Cepu.
*Dengan menjadi operator, Exxon menentukan perencanaan, pengelolaan keuangan, teknologi yang dipakai, dan SDM yang dibutuhkan.
Menurut teti purwasih, Sebagaimana diketahui, sejumlah ahli geologi yang berkumpul dalam forum yang khusus membahas masalah Cepu pada medio 2005 lalu telah sepakat bahwa tidak ada satu pun alasan-baik secara historis, teknis maupun ekonomis-untuk melepaskan Blok Cepu ini kepada Exxon. Secara historis, minyak di sana ditemukan oleh Prof. Kusumadinata, ahli perminyakan ITB, bukan oleh tenaga ahli EM.Secara teknis, Pertamina yang sudah lebih dulu bekerja di blok bersebelahan tidak akan mengalami kesulitan mengelola Blok Cepu ini karena secara geologis hampir sama kondisinya. Secara ekonomis pun, sejumlah bank sudah menyatakan komitmennya untuk membiayai kegiatan explorasi minyak di sana.Anehnya, meski Pertamina yang dipimpin oleh Dirut Widya Purnama ketika itu-tetapi kemudian diganti karena ngotot tidak mau tunduk pada kemauan Pemerintah-terus berusaha untuk mendapatkan Blok Cepu itu, Pemerintah lebih memilih melepaskannya untuk Exxon.Memang, Pertamina masih dilibatkan. Namun, menilik pejabat yang duduk di kursi puncak perusahaan pengelolaan, yang tidak lain adalah orang-orang dari Exxon, praktis Pertamina seolah hanya menjadi pelengkap belaka.Walhasil, jika sumber-sumber energi seperti minyak, gas, dan batubara banyak dikuasai asing, alamat kita akan banyak kehilangan akses terhadap sumber-sember energi itu, kecuali jika kita sanggup membayarnya dengan harga mahal. http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?isiblog&1136664402&&&1036006250&&1277176241&teti001.

3. Freeport, tambang emas di papua, yang membuat perusahaan kecil menjadi perusahaan tambang raksasa, dengan mengeruk emas, tembaga, terakhir kita dengar dari berita yang beredar, diam-diam Freeport menambang uranium, ternyata, hanya membayar royalti 1%. kontrak karya seri pertama Freeport yang diturunkan dari UU Pertambangan Nomor 11 Tahun 1967, sangat merugikan bangsa Indonesia. Menurut sumber informasi matanews.com, UU ini didiktekan sendiri oleh Rockefeller kepada tim ekonomi pemerintah Indonesia, dalam suatu pertemuan di Swiss untuk memuluskan masuknya Freeport ke Indonesia kala itu. Kontrak karya pertama Freeport sendiri ditandatangani pada 1967 untuk masa 30 tahun, dan berakhir tahun 1997. Namun tahun 1991, Freeport sudah menyodorkan perpajangan kontrak kedua untuk masa 30 tahun berikutnya, dengan dua kali perpanjangan 10 tahun. Kontrak 30 tahun kedua akan habis masaberlakunya pada 2021, yakni sekitar 11 tahun dari sekarang. Pada masa pemerintahan Soeharto.
http://matanews.com/2010/03/17/misi-freeport-dalam-tur-obama/
Tiga kasus diatas, membuat kita, miris, ternyata, pemimpin kita, tidak ada yang berpihak, dan berani membela kepentingan nasional. Semuanya hanya berpikir instan, mendulang dollar demi catatan ekspor yang terus meningkat, tapi rakyat, harus membayar dengan harga internasional. Baik itu melalui subsidi, sebagai bentuk kepedulian pemerintah, katanya!, padahal itu duit rakyat. Tentu terlalu banyak bila harus di muat semua ditulisan ini, untuk mengungkap, betapa Negara ini telah dijual kekayaan alamnya, dan kita hanya bisa gigit jari.
Seminggu terakhir kita lihat, PLN tidak mendapatkan pasokan gas yang cukup, karena gas kita sudah kita jual keluar negeri. Sementara Indonesia mempunyai cadangan gas terbesar di dunia. PLN terpaksa pakai BBM yang lebih mahal, akibatnya, kita sudah tahu, tahun 2011, TDL(tarip dasar listrik), akan naik 11 %.
Lihat singapura sampai sekarang, tidak mau menyerahkan koruptor, yang bersembunyi di Negara itu. Begitu juga Malaysia, selau memainkan Negara kita, karena kita memang layak diperlakukan seperti itu.

Sampai kapan,,,,,,,,,,?, sampai kita berani berkata, berani berbuat, Kekayaan Indonesia buat kesejahteraan Indonesia, dan harus dikelola oleh perusahaan Indonesia, dan kami tidak akan menjual kekayaan alam kami dengan di obral, walau amerika sekalipun yang minta. Bila semua kekayaan SDA sudah digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia, masihkah kita perlu mengirim TKI..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar