Ketua parlemen Republik Islam Iran Ali Larijani mengatakan, ada jejak Zionis dan Amerika Serikat dalam kebanyakan isu-isu dunia Islam.
Sebagaimana dilaporkan IRNA, Ali Larijani, Rabu malam (19/1) ketika bertemu para pejabat kantor perwakilan Iran di Uni Emirat Arab, menyinggung peristiwa-peristiwa terkini yang terjadi di Tunisia, Lebanon dan Palestina. Dikatakannya, dengan mengkaji masalah-masalah yang terjadi di negara tersebut, akan terlihat jelas keberadaan agen-agen provokasi internasional dan anasir-anasir oportunis.
Ia mengingatkan bahwa dengan mengamati peristiwa terkini di Lebanon, kita dapat menyaksikan jejak AS dan rezim Zionis Israel di negara itu. Ditambahkannya, Lebanon setelah relatif kondusif, kembali dilanda krisis akibat konspirasi pihak-pihak tertentu.
Larijani menegaskan, mungkin sebagian mengira bahwa strategi itu dapat merusak supremasi pasukan muqawama, namun langkah mereka akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri. "Skenario yang mereka susun untuk merusak pasukan Hizbullah dan pejuang Islam, telah berubah menjadi sebuah skandal yang memunculkan banyak pertanyaan," jelasnya.
Seraya menyinggung pengadilan internasional hasil rekayasa untuk mengusut pembunuhan Mantan Perdana Menteri Rafiq Hariri, Larijani menandaskan, "Sebagian masalah yang dilontarkan di pengadilan itu, telah memunculkan pertanyaan-pertanyaan serius. Mereka berupaya menciptakan konflik di kawasan untuk jangka panjang, namun para pemimpin muqawama Lebanon akan melakukan langkah-langkah besar dan positif bagi kepentingan dunia Islam."
Menurut Larijani, skandal besar itu merupakan hal yang memalukan bagi AS dan Israel. Ditegaskannya, "Meski Amerika aktif melancarkan propaganda dalam beberapa tahun terakhir, tapi kita menyaksikan gerakan reaksioner di kawasan dan ini tentu saja akan meningkatkan ketahanan dan kesiapan rakyat Palestina. Dan AS kini menghadapi musuh yang kuat di kawasan."
Berbicara tentang revolusi rakyat Tunisia, ketua parlemen Iran ini menuturkan, "Beberapa negara Barat seperti AS, ingin memanfaatkan situasi di negara itu dan berupaya memaksakan proposal alternatif kepada rakyat Tunisia, namun kecil kemungkinan metode ini akan berjalan efektif." Menurutnya, gelombang kebangkitan Islam tengah berhembus dan tipu daya Barat akan gagal. (IRIB/RM/AR)
Antisipasi Perang Meletus, Militer Lebanon Berjaga-jaga!
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=28962&Itemid=18
Militer Lebanon menyatakan memperketat keamanan untuk mencegah potensi ancaman di tengah krisis politik di negara itu menjelang pemilihan perdana menteri baru. Militer Lebanon kemarin (Senin,24/1) menegaskan eskalasi pengerahan pasukan dan meningkatkan keamanan dan stabilitas negara di tengah krisis politik saat ini.
Militer meminta warga Lebanon untuk menunjukkan tanggung jawab nasional dalam tingkat tertinggi.
Militer juga menggarisbawahi akan bersikap tegas terhadap setiap usaha yang membahayakan keamanan, kebebasan dan stabilitas warga Lebanon.
Lebanon bergulat dengan krisis politik terburuk sejak 2008, terutama dipicu provokasi Pengadilan Khusus yang didukung AS (STL).
Kini, berbagai partai politik bernegosiasi untuk memilih perdana menteri baru menyusul bubarnya pemerintahan Saad Hariri.
Presiden Lebanon Michel Sleiman mengadakan pembicaraan dengan parlemen pada hari Senin untuk memutuskan siapa yang harus menunjuk perdana menteri berikutnya.
Sementara itu, Israel dilaporkan mempersiapkan upaya untuk mengambil keuntungan dari kekacauan politik di Lebanon dan memulai lagi serangan militer.
Dalam sebuah wawancara dengan Press TV Lebanon, analis politik Radwan Rizk mengatakan Israel serius mempertimbangkan invasi ke Lebanon selatan di tengah meningkatnya keprihatinan tentang pembentukan pemerintahan yang dipimpin Hizbullah di negara ini.
Rizk menegaskan,"Israel mencari sekutu di dalam negeri Lebanon untuk mengambil alih pemerintahan. Namun ini hanyalah mimpi, karena kita tidak pernah akan membiarkannya terjadi!"(IRIB/PH)
Sekjen Hizbullah Serukan Persatuan Nasional Lebanon!
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=28936&Itemid=18
Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah menyerukan persatuan nasional menjelang konsultasi parlemen untuk memilih perdana menteri baru Lebanon. Nasrullah menyatakan dukungan penuh atas pembentukan pemerintah persatuan nasional.
"Dalam demokrasi, tidak ada yang bisa memaksakan nama calon tertentu supaya yang lain menyetujuinya,"tegas Nasrullah
Nasrullah juga mengatakan bahwa Lebanon sedang berada pada titik kritis, mengacu pada surat dakwaan yang disusun oleh Pengadilan internasional kasus teror mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri (STL) dan lebih dari 20 orang lainnya yang dibunuh pada tanggal 14 Februari 2005, ketika bahan peledak 1.000 kilogram TNT meledak di pusat kota Beirut. STL dibentuk dua tahun lalu dengan sponsor Washington.
Nasrullah mengatakan hari Minggu bahwa dakwaan bertujuan untuk menabur perpecahan di Lebanon dan menekan Hizbullah dalam memberikan konsesi politik.
Saad Hariri baru-baru ini mengatakan, oposisi itu secara politis membunuhnya dengan menolak kembali sebagai perdana menteri.
Hariri menilai pemimpin gerakan muqawama tidak berhak untuk menegakkan kembali pemilihan dengan mengerahkan suara mayoritas di parlemen yang mewakili bloknya.
"Jabatan perdana menteri bukan merupakan pos perwakilan. Ini adalah sebuah posisi kepemimpinan, yang memerlukan kualifikasi tertentu," kata pemimpin Hizbullah.(IRIB/PH)
Ahmadinejad: Penindasan di Muka Bumi Harus Berakhir
Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, bangsa Iran akan berdiri teguh sampai arogansi diberantas di seluruh dunia. "Bangsa Iran akan tetap gigih sampai penindasan di dunia berakhir. Musuh senantiasa berharap Iran akan mengambil langkah mundur dalam hal ini," tegas Ahmadinejad kemarin (Ahad,23/1) seperti dilaporkan IRNA.
Ahmadinejad menandaskan bahwa musuh percaya bisa menghentikan kemajuan Iran, tapi mereka tidak berhasil. Ditambahkannya, "Musuh melakukan berbagai kejahatan dan bahkan melanggar peraturan dan batasan yang mereka buat sendiri."
Sebelumnya, Ahmadinejad menyarankan enam kekuatan dunia untuk tidak mengikuti ambisi rezim Zionis Israel. Ditandaskannya, beberapa kekuatan arogan Barat, termasuk Amerika Serikat, tidak tertarik menyelesaikan berbagai isu dengan Iran.
Dia kembali menyarankan kelompok 5+1 untuk menyingkirkan tekanan Zionis jika ingin perundingan membuahkan hasil. Seraya menekankan bahwa perundingan harus didasarkan pada keadilan dan sikap saling menghormati, Ahmadinejad menandaskan, negosiasi harus mengarah pada pengakuan hak-hak legal bangsa Iran dan bangsa-bangsa lain. (IRIB/RM/SL)
Militer meminta warga Lebanon untuk menunjukkan tanggung jawab nasional dalam tingkat tertinggi.
Militer juga menggarisbawahi akan bersikap tegas terhadap setiap usaha yang membahayakan keamanan, kebebasan dan stabilitas warga Lebanon.
Lebanon bergulat dengan krisis politik terburuk sejak 2008, terutama dipicu provokasi Pengadilan Khusus yang didukung AS (STL).
Kini, berbagai partai politik bernegosiasi untuk memilih perdana menteri baru menyusul bubarnya pemerintahan Saad Hariri.
Presiden Lebanon Michel Sleiman mengadakan pembicaraan dengan parlemen pada hari Senin untuk memutuskan siapa yang harus menunjuk perdana menteri berikutnya.
Sementara itu, Israel dilaporkan mempersiapkan upaya untuk mengambil keuntungan dari kekacauan politik di Lebanon dan memulai lagi serangan militer.
Dalam sebuah wawancara dengan Press TV Lebanon, analis politik Radwan Rizk mengatakan Israel serius mempertimbangkan invasi ke Lebanon selatan di tengah meningkatnya keprihatinan tentang pembentukan pemerintahan yang dipimpin Hizbullah di negara ini.
Rizk menegaskan,"Israel mencari sekutu di dalam negeri Lebanon untuk mengambil alih pemerintahan. Namun ini hanyalah mimpi, karena kita tidak pernah akan membiarkannya terjadi!"(IRIB/PH)
Sekjen Hizbullah Serukan Persatuan Nasional Lebanon!
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=28936&Itemid=18
Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah menyerukan persatuan nasional menjelang konsultasi parlemen untuk memilih perdana menteri baru Lebanon. Nasrullah menyatakan dukungan penuh atas pembentukan pemerintah persatuan nasional.
"Dalam demokrasi, tidak ada yang bisa memaksakan nama calon tertentu supaya yang lain menyetujuinya,"tegas Nasrullah
Nasrullah juga mengatakan bahwa Lebanon sedang berada pada titik kritis, mengacu pada surat dakwaan yang disusun oleh Pengadilan internasional kasus teror mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri (STL) dan lebih dari 20 orang lainnya yang dibunuh pada tanggal 14 Februari 2005, ketika bahan peledak 1.000 kilogram TNT meledak di pusat kota Beirut. STL dibentuk dua tahun lalu dengan sponsor Washington.
Nasrullah mengatakan hari Minggu bahwa dakwaan bertujuan untuk menabur perpecahan di Lebanon dan menekan Hizbullah dalam memberikan konsesi politik.
Saad Hariri baru-baru ini mengatakan, oposisi itu secara politis membunuhnya dengan menolak kembali sebagai perdana menteri.
Hariri menilai pemimpin gerakan muqawama tidak berhak untuk menegakkan kembali pemilihan dengan mengerahkan suara mayoritas di parlemen yang mewakili bloknya.
"Jabatan perdana menteri bukan merupakan pos perwakilan. Ini adalah sebuah posisi kepemimpinan, yang memerlukan kualifikasi tertentu," kata pemimpin Hizbullah.(IRIB/PH)
Ahmadinejad: Penindasan di Muka Bumi Harus Berakhir
Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, bangsa Iran akan berdiri teguh sampai arogansi diberantas di seluruh dunia. "Bangsa Iran akan tetap gigih sampai penindasan di dunia berakhir. Musuh senantiasa berharap Iran akan mengambil langkah mundur dalam hal ini," tegas Ahmadinejad kemarin (Ahad,23/1) seperti dilaporkan IRNA.
Ahmadinejad menandaskan bahwa musuh percaya bisa menghentikan kemajuan Iran, tapi mereka tidak berhasil. Ditambahkannya, "Musuh melakukan berbagai kejahatan dan bahkan melanggar peraturan dan batasan yang mereka buat sendiri."
Sebelumnya, Ahmadinejad menyarankan enam kekuatan dunia untuk tidak mengikuti ambisi rezim Zionis Israel. Ditandaskannya, beberapa kekuatan arogan Barat, termasuk Amerika Serikat, tidak tertarik menyelesaikan berbagai isu dengan Iran.
Dia kembali menyarankan kelompok 5+1 untuk menyingkirkan tekanan Zionis jika ingin perundingan membuahkan hasil. Seraya menekankan bahwa perundingan harus didasarkan pada keadilan dan sikap saling menghormati, Ahmadinejad menandaskan, negosiasi harus mengarah pada pengakuan hak-hak legal bangsa Iran dan bangsa-bangsa lain. (IRIB/RM/SL)
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=28960&Itemid=18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar