MENGAPA MOERSI
(LAYAK.??. DIKUDETA) ??
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/07/mengapa-moersi-layak-dikudeta.html#.UfTBC1IxVkg
Bagi kebanyakan orang yang memandang "demokrasi" sebagai konsep ideal,
peristiwa kudeta yang dialami presiden Mesir Mohammad Moersi merupakan
satu kesalahan fatal yang tidak bisa diterima. Namun kebanyakan
idealisme hanya ada di angan-angan dan realitas sangat jauh berbeda
darinya. Maka pandangan yang paling aman menurut saya (blogger) adalah
bersikap realistis tanpa meninggalkan sama sekali nilai-nilai ideal.
Dan marilah kita bersikap realistis. Bagi pendukung Moersi yang berasal dari kalangan Islam, meski konon Moersi adalah seorang penghafal Qur'an tidak ada jaminan baginya untuk tidak berbuat salah. Sheikh al Assir, ulama salafi-wahabi Lebanon terkenal yang kini buron karena melakukan makar, juga seorang penghafal Quran. Namun akhlaknya tidak berbeda jauh dengan preman jalanan dengan memukuli orang yang tak berdaya dengan popor senjata di muka umum (videonya beredar luas di youtube). Seorang ulama Saudi terkenal yang dipenjara karena menyiksa, memperkosa dan membunuh putri ciliknya, tentunya juga seorang panghafal Qur'an.
Apa yang dilakukan Moersi dan juga kelompok Ikhwanul Muslimin-nya di Mesir tidak ada hubungannya dengan Islam. Karena kalau mereka benar-benar Islam tentu akan mengikuti langkah pendahulu mereka Hasan al Banna yang mengirimkan pasukan mujahidin untuk membebaskan Palestina. Alih-alih Moersi justru mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel dan menutup pintu perbatasan dengan Gaza demi memenuhi perintah Israel dan Amerika yang memblokade Gaza. Juga kalau Moersi benar-benar memperjuangkan Islam, ia tidak akan "mengemis" IMF untuk memberikan pinjaman berbunga yang dilarang Islam.
Secara sekilas Moersi memang seorang pemimpin yang dipilih rakyat secara demokratis, namun fakta sebenarnya tidak seperti itu. Moersi hanya mendapat dukungan kurang dari 12 juta pemilih (17%) dari 70 juta penduduk Mesir yang berhak memilih. Dengan suara minim itu Moersi tampil sebagai pemenang karena 65% pemilih memilih tidak menggunakan haknya. Maka ketika pada tgl 30 Juni Gerakan Tamarod berhasil menggalang 22 juta tandatangan menentang pemerintahan Moersi, militer merasa berhak untuk mengkudeta Moersi dengan mengatasnamakan rakyat.
Dengan suara yang sebenarnya minim itu dan di tengah negara yang masih awam dalam demokrasi, semestinya Moersi "tahu diri" bahwa ia adalah presiden dari seluruh rakyat Mesir dan bukan presiden bagi kelompok Ikhwanul Musliminnya. Namun yang dilakukannya jauh dari hal itu. Dengan sangat agresif Moersi berusaha menjadikan Mesir sebagai negara Ikhwanul Muslimin. Ia melancarkan privatisasi di segala lini, termasuk hendak menjual Terusan Suez kepada perusahaan Qatar yang merupakan pendukung utama gerakan Ikhwanul Muslimin. Padahal dahulu Presiden Gamal Abdul Nasser mengangkat senjata ketika Inggris dan Perancis bermaksud menganeksasi terusan itu. Moersi mangangkat seorang mantan teroris yang bertanggungjawab terhadap aksi terorisme yang meneweaskan 60 turis asing di tahun 1997 sebagai gubernur Luxor yang merupakan kawasan wisata internasional. Moersi bahkan berusaha meng-Ikhwanul Muslimin-kan Universitas al Azhar.
Moersi bahkan tidak pernah berusaha berkompromi dengan militer, yang secara de facto merupakan kekuatan politik utama di Mesir. Bahkan Mesir mungkin adalah negara paling militeris di dunia karena sepanjang sejarahnya dipimpin oleh para jendral, dari masa Fir'aun hingga Mubarrak. Sebaliknya Moersi secara kasat mata telah menunjukkan kesetiannya pada negara-negara asing yang selama ini menjadi pendukungnya, yaitu Qatar (yang telah menggelontorkan dananya hingga 8 miliar dolar untuknya), Turki, serta blok Anglo-Saxons (Amerika, Inggris dan Israel)
Lebih jauh Moersi dan Ikhwanul Musliminnya bahkan telah menciptakan lahan subur bagi keterpecah-belahan Mesir, yang oleh orang-orang yang memusuhi dianggap sebagai kebijakan anti-Mesir dan pro-zionis internasional. Misalnya saja pada tgl 15 Juni Moersi dan pendukung-pendukungnya secara terbuka menyatakan kelompok minoritas, baik Shiah maupun Kristen Koptik (keduanya menyumbang 15% populasi Mesir), sebagai "kafir". Pada saat itu Moersi, yang tidak memiliki otoritas atas militer, bahkan menyerukan militer untuk menyerang Syria.
Bagi sebagian besar rakyat Mesir, Syria dianggap sebagai "saudara". Kedua negara pernah tergabung dalam satu negara bernama United Arab Republic dari tahun 1958 hingga 1961. Kedua negara juga pernah saling bahu-membahu melawan agresi Israel, yang terkenal dalam Perang 6 Hari tahun 1967 dan Perang Yom Kippur tahun 1973.
Tidak heran jika militer langsung menolak "perintah" tersebut. Dalam pernyataan resminya sehari kemudian, panglima militer Jendral Abdel Fatah al-Sissi, mengatakan bahwa tugas militer adalah menjaga perbatasan, bukan menyerang negara lain. Hal itu sekaligus meneguhkan pandangan militer bahwa Moersi telah menjadi manusia yang paling membahayakan Mesir. Mereka pun langsung mendukung Gerakan Tamarod yang dalam beberapa hari berhasil menggalang dukungan 22 juta orang untuk menentang pemerintahan Moersi.
Militer dan oposisi Mesir melihat dengan jelas, Moersi telah menjatuhkan Mesir dalam plot zionis internasional untuk menjatuhkan presiden Bashar al Assad, terutama setelah PM Turki Tayyep Erdogan "menyerah" menjalankan peran tersebut setelah 2 tahun mengalami kegagalan serta akibat aksi-aksi demonstrasi rakyat Turki terhadapnya.
Dan bahkan dalam keadaan terdesak setelah ancaman kudeta militer pun Moersi dan para pejabat tertinggi Ikhwanul Muslimin Mesir menolak kompromi. Lebih jauh mereka juga menolak kompromi setelah berada dalam posisi terjepit, setelah militer menurunkan Moersi dan menahannya di tempat yang tidak diketahui. Dengan gegabah mereka memerintahkan pendukung-pendukungnya untuk membebaskan Moersi dari tahanan militer, meski harus berhadapan denngan senjata mesin dan tank-tank. Maka puluhan anggota Ikhwanul Muslimin pun harus "mati konyol".
Tidak heran jika 33 juta orang turun ke jalanan merayakan kejatuhan Moersi. Dan militer mendapat dukungan tidak saja dari Gerakan Tamarod, namun juga Al Azhar dan Gereja Koptik.
Dan marilah kita bersikap realistis. Bagi pendukung Moersi yang berasal dari kalangan Islam, meski konon Moersi adalah seorang penghafal Qur'an tidak ada jaminan baginya untuk tidak berbuat salah. Sheikh al Assir, ulama salafi-wahabi Lebanon terkenal yang kini buron karena melakukan makar, juga seorang penghafal Quran. Namun akhlaknya tidak berbeda jauh dengan preman jalanan dengan memukuli orang yang tak berdaya dengan popor senjata di muka umum (videonya beredar luas di youtube). Seorang ulama Saudi terkenal yang dipenjara karena menyiksa, memperkosa dan membunuh putri ciliknya, tentunya juga seorang panghafal Qur'an.
Apa yang dilakukan Moersi dan juga kelompok Ikhwanul Muslimin-nya di Mesir tidak ada hubungannya dengan Islam. Karena kalau mereka benar-benar Islam tentu akan mengikuti langkah pendahulu mereka Hasan al Banna yang mengirimkan pasukan mujahidin untuk membebaskan Palestina. Alih-alih Moersi justru mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel dan menutup pintu perbatasan dengan Gaza demi memenuhi perintah Israel dan Amerika yang memblokade Gaza. Juga kalau Moersi benar-benar memperjuangkan Islam, ia tidak akan "mengemis" IMF untuk memberikan pinjaman berbunga yang dilarang Islam.
Secara sekilas Moersi memang seorang pemimpin yang dipilih rakyat secara demokratis, namun fakta sebenarnya tidak seperti itu. Moersi hanya mendapat dukungan kurang dari 12 juta pemilih (17%) dari 70 juta penduduk Mesir yang berhak memilih. Dengan suara minim itu Moersi tampil sebagai pemenang karena 65% pemilih memilih tidak menggunakan haknya. Maka ketika pada tgl 30 Juni Gerakan Tamarod berhasil menggalang 22 juta tandatangan menentang pemerintahan Moersi, militer merasa berhak untuk mengkudeta Moersi dengan mengatasnamakan rakyat.
Dengan suara yang sebenarnya minim itu dan di tengah negara yang masih awam dalam demokrasi, semestinya Moersi "tahu diri" bahwa ia adalah presiden dari seluruh rakyat Mesir dan bukan presiden bagi kelompok Ikhwanul Musliminnya. Namun yang dilakukannya jauh dari hal itu. Dengan sangat agresif Moersi berusaha menjadikan Mesir sebagai negara Ikhwanul Muslimin. Ia melancarkan privatisasi di segala lini, termasuk hendak menjual Terusan Suez kepada perusahaan Qatar yang merupakan pendukung utama gerakan Ikhwanul Muslimin. Padahal dahulu Presiden Gamal Abdul Nasser mengangkat senjata ketika Inggris dan Perancis bermaksud menganeksasi terusan itu. Moersi mangangkat seorang mantan teroris yang bertanggungjawab terhadap aksi terorisme yang meneweaskan 60 turis asing di tahun 1997 sebagai gubernur Luxor yang merupakan kawasan wisata internasional. Moersi bahkan berusaha meng-Ikhwanul Muslimin-kan Universitas al Azhar.
Moersi bahkan tidak pernah berusaha berkompromi dengan militer, yang secara de facto merupakan kekuatan politik utama di Mesir. Bahkan Mesir mungkin adalah negara paling militeris di dunia karena sepanjang sejarahnya dipimpin oleh para jendral, dari masa Fir'aun hingga Mubarrak. Sebaliknya Moersi secara kasat mata telah menunjukkan kesetiannya pada negara-negara asing yang selama ini menjadi pendukungnya, yaitu Qatar (yang telah menggelontorkan dananya hingga 8 miliar dolar untuknya), Turki, serta blok Anglo-Saxons (Amerika, Inggris dan Israel)
Lebih jauh Moersi dan Ikhwanul Musliminnya bahkan telah menciptakan lahan subur bagi keterpecah-belahan Mesir, yang oleh orang-orang yang memusuhi dianggap sebagai kebijakan anti-Mesir dan pro-zionis internasional. Misalnya saja pada tgl 15 Juni Moersi dan pendukung-pendukungnya secara terbuka menyatakan kelompok minoritas, baik Shiah maupun Kristen Koptik (keduanya menyumbang 15% populasi Mesir), sebagai "kafir". Pada saat itu Moersi, yang tidak memiliki otoritas atas militer, bahkan menyerukan militer untuk menyerang Syria.
Bagi sebagian besar rakyat Mesir, Syria dianggap sebagai "saudara". Kedua negara pernah tergabung dalam satu negara bernama United Arab Republic dari tahun 1958 hingga 1961. Kedua negara juga pernah saling bahu-membahu melawan agresi Israel, yang terkenal dalam Perang 6 Hari tahun 1967 dan Perang Yom Kippur tahun 1973.
Tidak heran jika militer langsung menolak "perintah" tersebut. Dalam pernyataan resminya sehari kemudian, panglima militer Jendral Abdel Fatah al-Sissi, mengatakan bahwa tugas militer adalah menjaga perbatasan, bukan menyerang negara lain. Hal itu sekaligus meneguhkan pandangan militer bahwa Moersi telah menjadi manusia yang paling membahayakan Mesir. Mereka pun langsung mendukung Gerakan Tamarod yang dalam beberapa hari berhasil menggalang dukungan 22 juta orang untuk menentang pemerintahan Moersi.
Militer dan oposisi Mesir melihat dengan jelas, Moersi telah menjatuhkan Mesir dalam plot zionis internasional untuk menjatuhkan presiden Bashar al Assad, terutama setelah PM Turki Tayyep Erdogan "menyerah" menjalankan peran tersebut setelah 2 tahun mengalami kegagalan serta akibat aksi-aksi demonstrasi rakyat Turki terhadapnya.
Dan bahkan dalam keadaan terdesak setelah ancaman kudeta militer pun Moersi dan para pejabat tertinggi Ikhwanul Muslimin Mesir menolak kompromi. Lebih jauh mereka juga menolak kompromi setelah berada dalam posisi terjepit, setelah militer menurunkan Moersi dan menahannya di tempat yang tidak diketahui. Dengan gegabah mereka memerintahkan pendukung-pendukungnya untuk membebaskan Moersi dari tahanan militer, meski harus berhadapan denngan senjata mesin dan tank-tank. Maka puluhan anggota Ikhwanul Muslimin pun harus "mati konyol".
Tidak heran jika 33 juta orang turun ke jalanan merayakan kejatuhan Moersi. Dan militer mendapat dukungan tidak saja dari Gerakan Tamarod, namun juga Al Azhar dan Gereja Koptik.
2 komentar:
-
saya sependapat dengan anda,
-
itu data 70 juta darimana?ngarang neh..
PERMAINAN SELESAI, SYRIA
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/07/permainan-selesai-syria.html#more
Koran berpengaruh Inggris, The Telegraph hari Selasa lalu (23/7)
membuat laporan tentang berbondong-bondongnya pemberontak Syria
meletakkan senjata untuk menerima tawaran amnesti yang ditawarkan
pemerintah.
“Growing number of rebels are signing up to a negotiated amnesty offered by the Assad regime,” demikian tulis The Telegraph dalam laporan tersebut.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa "para pemberontak telah tertipu oleh pemberontakan" dan "kelelahan setelah lebih dari 2 tahun konflik". Lebih jauh laporan tersebut bahkan menyebutkan bahwa "para pemberontak merasa telah kalah perang".
Laporan seperti ini oleh satu media besar barat tentu tidak akan pernah terjadi satu atau dua bulan lalu ketika "harapan" untuk memenangkan pemberontakan masih ada. Tidak ada yang lain, kecuali barat memang telah merasa kalah dalam konflik yang didukungnya di Syria.
Memang demikian adanya. Pers barat, yang pada awal konflik Syria menggambarkan para pemberontak sebagai "pejuang demokrasi" atau "singa tauhid", secara menyolok mengubah pandangannya dengan menggambarkan mereka sebagai "teroris fanatik yang saling membunuh". Hal ini hanya satu tanda bahwa Amerika telah meninggalkan ide untuk menggulingkan Bashar al Assad dan tengah bersiap-siap memasuki perundingan Genewa II.
Padahal pada tgl 13 Juni lalu jubir National Security Council Amerika menyatakan bahwa regim Syria telah melanggar garis merah dengan menggunakan senjata kimia, sebagaiman tuduhan Perancis dan Inggris sebelumnya. Saat itu para analis telah memastikan bahwa perang akan semakin membesar dengan melibatkan Amerika dan NATO. Apalagi kemudian Amerika mengerahkan pasukan di perbatasan Yordania dan pangkalan komando pun diaktifkan di Izmir (Turki).
Sebulan kemudian media-media massa barat gencar memberitakan bahwa gerombolan pemberontak di Syria ternyata didominasi oleh para teroris yang dibenci oleh mayoritas rakyat Syria. Sementara di medan peperangan para pemberontak dari kelompok Free Syrian Army terlibat pertempuran sengit melawan Al-Nusra Front.
Selain itu, setelah Amerika "menurunkan" ancaman dari intervensi langsung menjadi pemberian senjata ke pemberontak (setelah para jendral Amerika yang realistis menolak), implementasi-nya pun tidak seperti yang diharapkan para pemberontak. Mereka dijanjikan dengan senjata anti-tank, namun ternyata hanya menerima mortar 120 mili. Mereka juga dijanjikan pesawat, namun ternyata hanya menerima Kalashnikov. Senjata-senjata itu memang datang dalam jumlah besar, namun tidak berguna menghadapi senjata berat regim Syria melainkan untuk para pemberontak saling membunuh hingga tidak ada lagi yang tersisa di antara mereka.
Dan inilah yang sebenarnya terjadi sebelum munculnya berita-berita tentang peletakan senjata besar-besaran para pemberontak: Direktur CIA John Brennan dan wapres Joe Biden, melakukan kesepakatan rahasia untuk tidak mengirim senjata mematikan ke pemberontak Syria. Sementara di London dan Paris, para pejabat dan politisi ramai-ramai menurunkan tensinya terhadap semangat memperkuat pemberontak.
Tanpa sungkan-sungkan menlu Perancis Laurent Fabius yang pada akhir tahun lalu memprotes Amerika karena memasukkan kelompok Al Nusra dalam daftar teroris dengan alasan "mereka berguna di lapangan", menuntut PBB untuk memasukkan kelompok yang sama dalam daftar teroris. Dan Manuel Valls, mendagri Perancis kepada televisi France 2 mengatakan dengan tegas bahwa warga Perancis yang turut bertempur di Syria di pihak pemberontak, akan dijerat hukum saat mereka kembali.
Dan pelan namun pasti perhatian internasional pun kini tertuju pada konperensi Geneva II yang sempat ditinggalkan Amerika dan kawan-kawan. Hambatan utamanya adalah National Coalition, kelompok payung pemberontak yang didukung Qatar, serta penolakan Perancis dan Inggris atas keterlibatan Saudi Arabia dan Iran dalam komperensi itu.
Bulan Agustus nanti Iran telah memiliki presiden baru yang lebih moderat dan diterima barat. Sementara Amerika telah mendepak Qatar, negara kecil namun kaya dan ambisius yang menjadi penyandang dana gerakan Ikhwanul Muslimin di Timur Tengah, dari panggung permainan dan menyerahkannya kepada Saudi Arabia. Sejak Qatar "muncul" ke arena politik internasional, Saudi memang memandangnya sebagai saingan. Faktor ini juga yang mungkin menjadi pendorong Amerika mengkudeta Emir Qatar dan menggantinya dengan penguasa baru yang "tahu diri" di hadapan Saudi.
Dalam konperensi Geneva II ini diperkirakan Amerika dan Rusia akan saling "berbagi" pengaruh di kawasan Timur Tengah menjadi 2: negara-negara di bawah pengaruh Saudi Arabia (termasuk Mesir yang presidennya yang berasal dari Ikhwanul Muslimin, dikudeta) dan negara-negara di bawah pengaruh Iran.
Setelah mendepak Emir Qatar dan meninggalkan pemberontak Syria, Amerika juga bakal meninggalkan Perancis, negara yang selama ini menjadi pemain penting di kawasan Timur Tengah terutama Syria dan Lebanon. Inilah harga yang harus dibayar dalam hukum imperalisme.
REF:
"Soon, no more obstacles to the new Sykes-Picot"; Thierry Meyssan; VOLTAIRE.NET; 25 JULI 2013
“Disillusioned” Opposition Militants in Syria Asking Gov’t Amnesty: Report"; ALMANAR.COM.LB; 24 JULI 2013
“Growing number of rebels are signing up to a negotiated amnesty offered by the Assad regime,” demikian tulis The Telegraph dalam laporan tersebut.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa "para pemberontak telah tertipu oleh pemberontakan" dan "kelelahan setelah lebih dari 2 tahun konflik". Lebih jauh laporan tersebut bahkan menyebutkan bahwa "para pemberontak merasa telah kalah perang".
Laporan seperti ini oleh satu media besar barat tentu tidak akan pernah terjadi satu atau dua bulan lalu ketika "harapan" untuk memenangkan pemberontakan masih ada. Tidak ada yang lain, kecuali barat memang telah merasa kalah dalam konflik yang didukungnya di Syria.
Memang demikian adanya. Pers barat, yang pada awal konflik Syria menggambarkan para pemberontak sebagai "pejuang demokrasi" atau "singa tauhid", secara menyolok mengubah pandangannya dengan menggambarkan mereka sebagai "teroris fanatik yang saling membunuh". Hal ini hanya satu tanda bahwa Amerika telah meninggalkan ide untuk menggulingkan Bashar al Assad dan tengah bersiap-siap memasuki perundingan Genewa II.
Padahal pada tgl 13 Juni lalu jubir National Security Council Amerika menyatakan bahwa regim Syria telah melanggar garis merah dengan menggunakan senjata kimia, sebagaiman tuduhan Perancis dan Inggris sebelumnya. Saat itu para analis telah memastikan bahwa perang akan semakin membesar dengan melibatkan Amerika dan NATO. Apalagi kemudian Amerika mengerahkan pasukan di perbatasan Yordania dan pangkalan komando pun diaktifkan di Izmir (Turki).
Sebulan kemudian media-media massa barat gencar memberitakan bahwa gerombolan pemberontak di Syria ternyata didominasi oleh para teroris yang dibenci oleh mayoritas rakyat Syria. Sementara di medan peperangan para pemberontak dari kelompok Free Syrian Army terlibat pertempuran sengit melawan Al-Nusra Front.
Selain itu, setelah Amerika "menurunkan" ancaman dari intervensi langsung menjadi pemberian senjata ke pemberontak (setelah para jendral Amerika yang realistis menolak), implementasi-nya pun tidak seperti yang diharapkan para pemberontak. Mereka dijanjikan dengan senjata anti-tank, namun ternyata hanya menerima mortar 120 mili. Mereka juga dijanjikan pesawat, namun ternyata hanya menerima Kalashnikov. Senjata-senjata itu memang datang dalam jumlah besar, namun tidak berguna menghadapi senjata berat regim Syria melainkan untuk para pemberontak saling membunuh hingga tidak ada lagi yang tersisa di antara mereka.
Dan inilah yang sebenarnya terjadi sebelum munculnya berita-berita tentang peletakan senjata besar-besaran para pemberontak: Direktur CIA John Brennan dan wapres Joe Biden, melakukan kesepakatan rahasia untuk tidak mengirim senjata mematikan ke pemberontak Syria. Sementara di London dan Paris, para pejabat dan politisi ramai-ramai menurunkan tensinya terhadap semangat memperkuat pemberontak.
Tanpa sungkan-sungkan menlu Perancis Laurent Fabius yang pada akhir tahun lalu memprotes Amerika karena memasukkan kelompok Al Nusra dalam daftar teroris dengan alasan "mereka berguna di lapangan", menuntut PBB untuk memasukkan kelompok yang sama dalam daftar teroris. Dan Manuel Valls, mendagri Perancis kepada televisi France 2 mengatakan dengan tegas bahwa warga Perancis yang turut bertempur di Syria di pihak pemberontak, akan dijerat hukum saat mereka kembali.
Dan pelan namun pasti perhatian internasional pun kini tertuju pada konperensi Geneva II yang sempat ditinggalkan Amerika dan kawan-kawan. Hambatan utamanya adalah National Coalition, kelompok payung pemberontak yang didukung Qatar, serta penolakan Perancis dan Inggris atas keterlibatan Saudi Arabia dan Iran dalam komperensi itu.
Bulan Agustus nanti Iran telah memiliki presiden baru yang lebih moderat dan diterima barat. Sementara Amerika telah mendepak Qatar, negara kecil namun kaya dan ambisius yang menjadi penyandang dana gerakan Ikhwanul Muslimin di Timur Tengah, dari panggung permainan dan menyerahkannya kepada Saudi Arabia. Sejak Qatar "muncul" ke arena politik internasional, Saudi memang memandangnya sebagai saingan. Faktor ini juga yang mungkin menjadi pendorong Amerika mengkudeta Emir Qatar dan menggantinya dengan penguasa baru yang "tahu diri" di hadapan Saudi.
Dalam konperensi Geneva II ini diperkirakan Amerika dan Rusia akan saling "berbagi" pengaruh di kawasan Timur Tengah menjadi 2: negara-negara di bawah pengaruh Saudi Arabia (termasuk Mesir yang presidennya yang berasal dari Ikhwanul Muslimin, dikudeta) dan negara-negara di bawah pengaruh Iran.
Setelah mendepak Emir Qatar dan meninggalkan pemberontak Syria, Amerika juga bakal meninggalkan Perancis, negara yang selama ini menjadi pemain penting di kawasan Timur Tengah terutama Syria dan Lebanon. Inilah harga yang harus dibayar dalam hukum imperalisme.
REF:
"Soon, no more obstacles to the new Sykes-Picot"; Thierry Meyssan; VOLTAIRE.NET; 25 JULI 2013
“Disillusioned” Opposition Militants in Syria Asking Gov’t Amnesty: Report"; ALMANAR.COM.LB; 24 JULI 2013
3 komentar:
-
suara-suara di us meminta kerajaan tidak terlibat lagi menumpahkan darah
setelah kalah di irag,afghan, nampaknya tiada pihak yang dapat dilihat
dapat membantu us utk menang perang,yg ada cuma berharap perang dpt
berlansung lebih lama dgn pemain baru iaitu taliban yg dtg membantu
sadara takfiris mereka..seperti kata asad mereka dtg utk dibunuh,jika
berada dlm negera sendiri mereka merosakkan negara sendiri sja..agama
manakah yang mengajar mereka?
-
Tapi kebiadaban mereka masih berlanjut Pak Adi, :'(
http://aisyah-fadiya.blogspot.com/2013/07/takfiri-yang-tak-berhati.html
-
Berita sampah wahai kalian kaum syi'i.
SEKALI LAGI KONSPIRASI PEMBUNUHAN PUTRI DIANA
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/03/sekali-lagi-konspirasi-pembunuhan-putri.html#.UfTFklIxVkg
Pada tahun 2000, James Andanson, seorang paparazzi senior Perancis,
tewas di dalam mobilnya yang terbakar di satu lapangan milik Departemen
Keamanan Perancis di Montpellier. Polisi yang menyidik peristiwa itu
menemukan 2 lubang peluru di kepala Andanson. Selanjutnya polisi
menyimpulkan bahwa Andanson melakukan tindakan bunuh diri.
Menembak kepala sendiri kemudian membakar mobil. Suatu kesimpulan yang sangat aneh bukan?
Andanson adalah orang yang dicurigai berada di dalam mobil Fiat Uno putih yang oleh banyak saksi disebut-sebut berperan dalam peristiwa kecelakaan yang menewaskan Putri Diana di Paris tahun 1997. Sebagai paparazzi senior, ia tentu termasuk dalam barisan paparazzi yang menguber-uber Putri Diana yang tengah berada di Paris kala itu. Bagi mereka, Putri Diana adalah mangsa yang paling dicari-cari karena satu jepretan kamera saja bisa bernilai ribuan dollar. Namun ia tidak termasuk di antara mereka yang menunggui Diana di Hotel Ritz tempatnya menginap bersama pacarnya, Dodi al Fayed.
Mobil Fiat Uno itu sendiri masih menjadi misteri hingga saat ini, 16 tahun setelah tewasnya Diana. Selama bertahu-tahun institusi kepolisian Perancis yang termasuk paling maju di dunia gagal menemukan Fiat Uno putih yang dicari, apalagi melacak siapa pemiliknya, terlebih lagi siapa yang mengemudikannya pada saat kecelakaan Diana. Hingga akhirnya publik hanya bisa mengira-ira keterlibatan Andanson setelah ia ditemukan tewas misterius.
Itu adalah bagian kecil dari misteri besar kematian Putri Diana. Ada sabuk pengaman yang macet yang membuat Diana mengalami luka benturan akibat tabrakan. Ada rekaman kamera CCTV di dalam tempat kejadian yang hilang. Ada ambulan yang memerlukan waktu hampir 1.5 jam untuk membawa Diana ke rumah sakit terdekat, padahal kondisi lalulintas dinihari sangat sepi. Dan paling menarik tentunya adalah pengakuan Putri Diana dalam bentuk surat tertulis bahwa suaminya tengah merencanakan untuk membunuh dirinya melalui insiden kecelakaan mobil.
Dalam surat yang ditulis Diana untuk seorang pembantu dekatnya itu, tertulis tulisan tangan Diana yang berbunyi, "Suami saya (Pangeran Charles) tengah merencanakan satu kecelakaan pada mobil saya. Rem blong dan luka serius di kepala." Keluhan Diana tersebut terwujud 2 tahun kemudian.
Setelah kematian Diana dan Dodi, ayah Dodi Mohammad al-Fayed yang sangat terpukul dengan kematian anaknya dan curiga kematian tersebut adalah kejahatan konspirasi, membayar Keith Allen untuk membuat film dokumenter berbiaya jutaan dollar tentang tewasnya Diana dan Dodi. Film tersebut diberi judul “Unlawful Killing”, sementara Mohammad al-Fayed sendiri adalah seorang miliarder Inggris keturunan Mesir.
Film ini sudah sempat beredar luas, namun kemudian ditarik sendiri oleh al-Fayed, diduga karena tekanan terhadap dirinya. Tidak mungkin ia menarik film yang telah dibiayainya sangat besar itu tanpa alasan jelas. Youtube! juga menghapus film yang sempat beredar di medianya. Dari film inilah berbagai informasi tersembunyi tentang kematian Diana terkuak ke publik.
Mohammad al Fayed sendiri dalam film tersebut membuat pernyataan bahwa kematian Diana dan Dodi adalah "pembunuhan oleh keluarga kerajaan yang kejam dan rasis". Menurut pendapatnya kerajaan Inggris tidak bisa menerima orang-orang muslim seperti Dodi el Fayed dan anak-anaknya untuk menjadi ayah tiri dan saudara-saudara tiri raja Inggris mendatang. El-Fayed juga mengungkapkan bahwa selama 2 minggu liburan bersama Dodi, Diana terus-menerus mengungkapkan kekhawatirannya bahwa ia akan menjadi korban pembunuhan.
Berbagai kejanggalan juga terjadi di persidangan kasus kematian Diana dan Doni. Meski Diana dalam surat tersebut di atas telah menunjuk Pangeran Charles sebagai terduga, ia sama sekali tidak pernah dimintai keterangannya. Pengadilan Kerajaan "Royal Court of Justice" juga berupaya menggelar persidangan tanpa juri, satu hal yang bertentangan dengan sistem dasar hukum di Inggris. Selain itu pengadilan tersebut juga dipimpin oleh hakim yang sumpah setianya diberikan kepada Ratu Inggris. Dalam hal tersangka adalah anggota keluarga kerajaan, tentu saja pengadilan seperti ini sangat bias.
Seandainya saja standar yang sama diterapkan sebagaimana kasus kematian mantan PM Lebanon Rafiq Hariri, tentu akan dibentuk Pengadilan Internasional. Sayang dalam kematian Diana tidak ada benang merah keterlibatan Hizbollah atau inteligen Iran.
Sekedar tambahan, tidak pernah dalam sejarah kasus kematian seorang mantan pejabat publik seperti Hariri harus diadili oleh Pengadilan Internasional. Bahkan kasus kematian misterius seorang pejabat tinggi aktif negara-negara besar pun tidak pernah diadili oleh Pengadilan Internasional. Tidak ada Pengadilan Internasional atas kematian Presiden Amerika John F. Kennedy, Presiden Mesir Anwar Sadat, PM India Indira Gandhi, Presiden Pakistan Zia ul Haq, termasuk beberapa presiden, perdana menteri dan menteri-menteri Lebanon yang meninggal secara misterius. Namun demi menjerat Hizbollah dan Iran, kematian seorang mantan pejabat tinggi negara kecil berpenduduk 4 juta orang seperti Lebanon, PBB membentuk Pengadilan Internasional.
Dalam kematian Diana, media massa mapan juga memegang peran besar demi menutupi kebenaran. Berita pertama yang mereka sebarkan sebagai penyebab kematian Diana adalah sopir Diana yang mabuk. Hal-hal lain yang bertentangan dengan pendapat mereka, seperti keterangan saksi-saksi, langsung mereka cap sebagai "janggal" dan "teori konspiratif". Mereka bahkan tidak tertarik menggali informasi tentang surat Diana tersebut di atas, atau surat ancaman mantan mertua Diana, Pangeran Phillips kepada Diana.
Menurut penyidikan polisi, mobil Mercedez yang ditumpangi Diana berhasil meninggalkan jauh para paparazzi yang mengejarnya sekeluar dari Hotel Ritz. Namun saat memasuki terowongan, mobil Diana dikepung oleh 4 sepeda motor dan satu mobil Fiat Uno putih misterius. Saat itu tiba-tiba terlihat kilatan cahaya kuat yang membuat sopir Diana kehilangan pandangan hingga menabrakkan mobilnya ke tiang beton. Semua kendaraan itu tidak pernah berhasil diidentifikasi pengemudinya, namun media massa "mapan" terus saja mengatakan bahwa pembunuh Diana adalah para paparazzi serta sopir yang mabok.
Kejanggalan tidak berhenti sampai di situ. Sampel darah pengemudi mobil Diana untuk membuktikan apakah dia mabok saat mengendarai, tidak pernah ditemukan meski sebelumnya telah menjalani otopsi oleh Professor Dominique Lecomte, seorang ahli otopsi pemerintah Perancis. Tuduhan sopir mabok sebagai penyebab kecelakaan juga sangat bertentangan dengan fakta bahwa ia terlihat bugar saat meninggalkan hotel sebagaimana terekam dalam kamera CCTV. Ia juga diketahui hanya mengkonsumsi kurang dari 1/4 jumlah alkohol yang bisa dikategorikan mabok, yaitu 2 botol kecil "Ricards".
Selain surat kepada temannya tersebut di atas, Diana juga pernah mengirim surat kepada pengacaranya yang berisi perasaan ketakutannya terhadap ancaman pembunuhan oleh keluarga kerajaan. Oleh pengacaranya surat tersebut diserahkan kepada polisi, namun oleh polisi justru disembunyikan selama bertahun-tahun. Dan sebagai balas jasa, kepala polisi justru mendapat penghargaan gelar bangsawan oleh ratu Inggris.
KERAJAAN INGGRIS
Bagian akhir film “Unlawful Killing” berisi serangan frontal pada keberadaan keluarga kerajaan Inggris dengan berbagai dalih, di antaranya pemboros keuangan negara, sikap rasisme serta dukungan mereka kepada regim Nazi Jerman pada awal perang. Serangan juga ditujukan para para pejabat Inggris yang lebih setia kepada raja daripada rakyat Inggris. Lebih jauh film tersebut juga menuduh keluarga kerajaan Inggris tidak berbeda dengan gangster mafia.
Film tersebut juga mengutip pernyataan Pangeran Philip, mertua Lady Diana dan suami Ratu Elizabeth 2 yang pernah mengatakan jika ia ditakdirkan menjalani reinkarnasi maka ia akan memilih untuk menjadi virus yang akan mengurangi over populasi manusia di bumi. Tidak mengherankan karena Philip adalah anggota persaudaraan freemason yang percaya bahwa jumlah ideal manusia di bumi adalah 500 juta orang, dan selebihnya sekitar 5,5 miliar orang harus dilenyapkan.
Film itu juga menampilkan wawancara dengan ahli psikologi Inggris terkenal Oliver James, yang mendeskripsikan Philip sebagai seseorang yang tidak memiliki kepedulian sama sekali pada sesamanya. James menyebut secara psikologis Philip tidak berbeda dengan pembunuh psikopat.
Namun sayangnya film tersebut tidak menyebutkan bahwa Dinasti Windsor yang kini menguasai tahta Inggris sebenarnya sama sekali bukan orang Inggris. Mereka berasal dari Jerman yang bahkan pendahulunya, Raja George I, tidak bisa berbahasa Inggris saat dilantik sebagai raja. Mereka berhasil merebut tahta dari keluarga kerajaan Inggris yang syah, yaitu Dinasti Stuart, berkat konspirasi penguasa rahasia global, yaitu orang-orang yahudi kaya penyembah berhala. Tentang bangsa Inggris dan konspirasi jahat yang pernah menimpa mereka, silakan lihat di buku "Konspirasi Iblis" yang segera terbit.
Keterangan gambar:
Menembak kepala sendiri kemudian membakar mobil. Suatu kesimpulan yang sangat aneh bukan?
Andanson adalah orang yang dicurigai berada di dalam mobil Fiat Uno putih yang oleh banyak saksi disebut-sebut berperan dalam peristiwa kecelakaan yang menewaskan Putri Diana di Paris tahun 1997. Sebagai paparazzi senior, ia tentu termasuk dalam barisan paparazzi yang menguber-uber Putri Diana yang tengah berada di Paris kala itu. Bagi mereka, Putri Diana adalah mangsa yang paling dicari-cari karena satu jepretan kamera saja bisa bernilai ribuan dollar. Namun ia tidak termasuk di antara mereka yang menunggui Diana di Hotel Ritz tempatnya menginap bersama pacarnya, Dodi al Fayed.
Mobil Fiat Uno itu sendiri masih menjadi misteri hingga saat ini, 16 tahun setelah tewasnya Diana. Selama bertahu-tahun institusi kepolisian Perancis yang termasuk paling maju di dunia gagal menemukan Fiat Uno putih yang dicari, apalagi melacak siapa pemiliknya, terlebih lagi siapa yang mengemudikannya pada saat kecelakaan Diana. Hingga akhirnya publik hanya bisa mengira-ira keterlibatan Andanson setelah ia ditemukan tewas misterius.
Itu adalah bagian kecil dari misteri besar kematian Putri Diana. Ada sabuk pengaman yang macet yang membuat Diana mengalami luka benturan akibat tabrakan. Ada rekaman kamera CCTV di dalam tempat kejadian yang hilang. Ada ambulan yang memerlukan waktu hampir 1.5 jam untuk membawa Diana ke rumah sakit terdekat, padahal kondisi lalulintas dinihari sangat sepi. Dan paling menarik tentunya adalah pengakuan Putri Diana dalam bentuk surat tertulis bahwa suaminya tengah merencanakan untuk membunuh dirinya melalui insiden kecelakaan mobil.
Dalam surat yang ditulis Diana untuk seorang pembantu dekatnya itu, tertulis tulisan tangan Diana yang berbunyi, "Suami saya (Pangeran Charles) tengah merencanakan satu kecelakaan pada mobil saya. Rem blong dan luka serius di kepala." Keluhan Diana tersebut terwujud 2 tahun kemudian.
Setelah kematian Diana dan Dodi, ayah Dodi Mohammad al-Fayed yang sangat terpukul dengan kematian anaknya dan curiga kematian tersebut adalah kejahatan konspirasi, membayar Keith Allen untuk membuat film dokumenter berbiaya jutaan dollar tentang tewasnya Diana dan Dodi. Film tersebut diberi judul “Unlawful Killing”, sementara Mohammad al-Fayed sendiri adalah seorang miliarder Inggris keturunan Mesir.
Film ini sudah sempat beredar luas, namun kemudian ditarik sendiri oleh al-Fayed, diduga karena tekanan terhadap dirinya. Tidak mungkin ia menarik film yang telah dibiayainya sangat besar itu tanpa alasan jelas. Youtube! juga menghapus film yang sempat beredar di medianya. Dari film inilah berbagai informasi tersembunyi tentang kematian Diana terkuak ke publik.
Mohammad al Fayed sendiri dalam film tersebut membuat pernyataan bahwa kematian Diana dan Dodi adalah "pembunuhan oleh keluarga kerajaan yang kejam dan rasis". Menurut pendapatnya kerajaan Inggris tidak bisa menerima orang-orang muslim seperti Dodi el Fayed dan anak-anaknya untuk menjadi ayah tiri dan saudara-saudara tiri raja Inggris mendatang. El-Fayed juga mengungkapkan bahwa selama 2 minggu liburan bersama Dodi, Diana terus-menerus mengungkapkan kekhawatirannya bahwa ia akan menjadi korban pembunuhan.
Berbagai kejanggalan juga terjadi di persidangan kasus kematian Diana dan Doni. Meski Diana dalam surat tersebut di atas telah menunjuk Pangeran Charles sebagai terduga, ia sama sekali tidak pernah dimintai keterangannya. Pengadilan Kerajaan "Royal Court of Justice" juga berupaya menggelar persidangan tanpa juri, satu hal yang bertentangan dengan sistem dasar hukum di Inggris. Selain itu pengadilan tersebut juga dipimpin oleh hakim yang sumpah setianya diberikan kepada Ratu Inggris. Dalam hal tersangka adalah anggota keluarga kerajaan, tentu saja pengadilan seperti ini sangat bias.
Seandainya saja standar yang sama diterapkan sebagaimana kasus kematian mantan PM Lebanon Rafiq Hariri, tentu akan dibentuk Pengadilan Internasional. Sayang dalam kematian Diana tidak ada benang merah keterlibatan Hizbollah atau inteligen Iran.
Sekedar tambahan, tidak pernah dalam sejarah kasus kematian seorang mantan pejabat publik seperti Hariri harus diadili oleh Pengadilan Internasional. Bahkan kasus kematian misterius seorang pejabat tinggi aktif negara-negara besar pun tidak pernah diadili oleh Pengadilan Internasional. Tidak ada Pengadilan Internasional atas kematian Presiden Amerika John F. Kennedy, Presiden Mesir Anwar Sadat, PM India Indira Gandhi, Presiden Pakistan Zia ul Haq, termasuk beberapa presiden, perdana menteri dan menteri-menteri Lebanon yang meninggal secara misterius. Namun demi menjerat Hizbollah dan Iran, kematian seorang mantan pejabat tinggi negara kecil berpenduduk 4 juta orang seperti Lebanon, PBB membentuk Pengadilan Internasional.
Dalam kematian Diana, media massa mapan juga memegang peran besar demi menutupi kebenaran. Berita pertama yang mereka sebarkan sebagai penyebab kematian Diana adalah sopir Diana yang mabuk. Hal-hal lain yang bertentangan dengan pendapat mereka, seperti keterangan saksi-saksi, langsung mereka cap sebagai "janggal" dan "teori konspiratif". Mereka bahkan tidak tertarik menggali informasi tentang surat Diana tersebut di atas, atau surat ancaman mantan mertua Diana, Pangeran Phillips kepada Diana.
Menurut penyidikan polisi, mobil Mercedez yang ditumpangi Diana berhasil meninggalkan jauh para paparazzi yang mengejarnya sekeluar dari Hotel Ritz. Namun saat memasuki terowongan, mobil Diana dikepung oleh 4 sepeda motor dan satu mobil Fiat Uno putih misterius. Saat itu tiba-tiba terlihat kilatan cahaya kuat yang membuat sopir Diana kehilangan pandangan hingga menabrakkan mobilnya ke tiang beton. Semua kendaraan itu tidak pernah berhasil diidentifikasi pengemudinya, namun media massa "mapan" terus saja mengatakan bahwa pembunuh Diana adalah para paparazzi serta sopir yang mabok.
Kejanggalan tidak berhenti sampai di situ. Sampel darah pengemudi mobil Diana untuk membuktikan apakah dia mabok saat mengendarai, tidak pernah ditemukan meski sebelumnya telah menjalani otopsi oleh Professor Dominique Lecomte, seorang ahli otopsi pemerintah Perancis. Tuduhan sopir mabok sebagai penyebab kecelakaan juga sangat bertentangan dengan fakta bahwa ia terlihat bugar saat meninggalkan hotel sebagaimana terekam dalam kamera CCTV. Ia juga diketahui hanya mengkonsumsi kurang dari 1/4 jumlah alkohol yang bisa dikategorikan mabok, yaitu 2 botol kecil "Ricards".
Selain surat kepada temannya tersebut di atas, Diana juga pernah mengirim surat kepada pengacaranya yang berisi perasaan ketakutannya terhadap ancaman pembunuhan oleh keluarga kerajaan. Oleh pengacaranya surat tersebut diserahkan kepada polisi, namun oleh polisi justru disembunyikan selama bertahun-tahun. Dan sebagai balas jasa, kepala polisi justru mendapat penghargaan gelar bangsawan oleh ratu Inggris.
KERAJAAN INGGRIS
Bagian akhir film “Unlawful Killing” berisi serangan frontal pada keberadaan keluarga kerajaan Inggris dengan berbagai dalih, di antaranya pemboros keuangan negara, sikap rasisme serta dukungan mereka kepada regim Nazi Jerman pada awal perang. Serangan juga ditujukan para para pejabat Inggris yang lebih setia kepada raja daripada rakyat Inggris. Lebih jauh film tersebut juga menuduh keluarga kerajaan Inggris tidak berbeda dengan gangster mafia.
Film tersebut juga mengutip pernyataan Pangeran Philip, mertua Lady Diana dan suami Ratu Elizabeth 2 yang pernah mengatakan jika ia ditakdirkan menjalani reinkarnasi maka ia akan memilih untuk menjadi virus yang akan mengurangi over populasi manusia di bumi. Tidak mengherankan karena Philip adalah anggota persaudaraan freemason yang percaya bahwa jumlah ideal manusia di bumi adalah 500 juta orang, dan selebihnya sekitar 5,5 miliar orang harus dilenyapkan.
Film itu juga menampilkan wawancara dengan ahli psikologi Inggris terkenal Oliver James, yang mendeskripsikan Philip sebagai seseorang yang tidak memiliki kepedulian sama sekali pada sesamanya. James menyebut secara psikologis Philip tidak berbeda dengan pembunuh psikopat.
Namun sayangnya film tersebut tidak menyebutkan bahwa Dinasti Windsor yang kini menguasai tahta Inggris sebenarnya sama sekali bukan orang Inggris. Mereka berasal dari Jerman yang bahkan pendahulunya, Raja George I, tidak bisa berbahasa Inggris saat dilantik sebagai raja. Mereka berhasil merebut tahta dari keluarga kerajaan Inggris yang syah, yaitu Dinasti Stuart, berkat konspirasi penguasa rahasia global, yaitu orang-orang yahudi kaya penyembah berhala. Tentang bangsa Inggris dan konspirasi jahat yang pernah menimpa mereka, silakan lihat di buku "Konspirasi Iblis" yang segera terbit.
Keterangan gambar:
Ratu
Elizabeth 2 keluar dari rumah sakit King Edward VII Hospital setelah
menjalani perawatan baru-baru ini. Rumah sakit yang sama dimana seorang
pegawainya akhir tahun lalu menjadi "korban pengorbanan ritual" namun
oleh media disebut sebagai "bunuh diri karena menanggung malu". Lihatlah
emblem pada sabuk yang digunakan perawat di samping ratu, yaitu emblem
persaudaraan rahasia freemason kalau selama ini Anda phobi terhadap
segala hal yang berbau "teori konspirasi". Dan bila Anda juga menganggap
remeh arti sebuah simbol, silakan baca bukunya tokoh psikoanalisis
terkemuka Carl Gustav Jung, "Man and His Symbols".
2 komentar:
-
dimana saya bisa mendapatkan buku konspirasi iblis dan film “Unlawful Killing”..????
dan buku tentang simbol simbol tersebut..??
trms.
-
Buku "konspirasi iblis" insya
Allah segera diterbitkan blogger. Film Unlawful Killing sudah ditarik dari peredaran oleh pembuatnya sendiri, juga ditarik dari youtube! Silakan coba searching sendiri di internet. Buku "Man and His Symbols" bisa dipesan di amazon.com
Hizbullah Dicap Teroris, Ini Reaksi Iran
Rabu, 24 Juli 2013, 03:12 WIB
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/07/24/mqdv6f-hizbullah-dicap-teroris-ini-reaksi-iran
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/07/24/mqdv6f-hizbullah-dicap-teroris-ini-reaksi-iran
AP/Tatan Syuflana
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN---Iran mengecam Uni Eropa karena
memasukkan dalam daftar hitam gerakan Hizbullah Lebanon sebagai kelompok
teror dan menuduhnya bertindak untuk kepentingan Israel, kata media
Iran.
Iran dan Hizbullah adalah musuh Israel dan kelompok Syiah Lebanon itu
mendapat dukungan moral serta bantuan keuangan dan militer Iran sejak
terbentuk. Iran "mengecam keras keputusan EU...dan yakin bahwa itu
sejalan dengan keinginan tidak sah rezim zionis", kata Menteri Luar
Negeri Ali Akbar Salehi yang dikutip media resmi.
"Uni Eropa, karena tidak memiliki penilaian yang benar tentang krisis
regional, membuat keputusan yang salah ini." kata Salehi. Tindakan itu,
tambahnya "bertentangan dengan rakyat Lebanon karena Hizbullah telah
membangun satu pertahanan yang sah menghadapi agresi-agresi Zionis,"
tambahnya.
Hizbullah terlibat perang seru dengan Israel tahun 2006 dan paling
belakang memberikan dukungan militer kepada pemerintah Presiden Suriah
Bashar al-Assad saat berusaha memadamkam satu pemberontakan yang
meningkatkan menjadi perang saudara.
Pernyataan Salehi itu diucapkan setelah Uni Eropa Senin memasukkan
sayap militer Hizbullah dalam organisasi-organisasi terorisnya, satu
tindakan yang disebut oleh gerakan Syiah Lebanon itu sebagai agresif dan
tidak adil. Sayap militer Hizbullah dipersalahkan atas satu serangan
mematikan terhadap wisatawan-wisatawan Israel di Bulgaria tahun lalu.
Redaktur : Endah Hapsari | |||||
Sumber : Antara |
Kabar Mursi dari Tahanan
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/kabar-mursi-dari-tahanan-1.htm#.UfSx3VIxVkg
Selama
tiga minggu Mursi di tempat penahanan rahasia, agen intelijen militer
ekstensif menginterogasinya tentang tugas kepresidenannya dan kaitannya
dengan Ikhwanul Muslimin, Intelijen berusaha membuat makar untuk
membuktikan bahwa ia melakukan kejahatan termasuk menyerahkan data
rahasia negara kepada kelompok Islam, pejabat militer mengatakan kepada
Associated Press (AP).
Hanya Intelijen militer Mesir yang memiliki satu-satunya akses
kepadanya dan menginterogasinya setidaknya sekali sehari, kadang sampai
lima jam dalam sehari, kata para pejabat.
Sepanjang Mursi telah ditolak aksesnya dari media TV dan media
lainnya, kata mereka. Mursi telah dipindahkan lokasinya setidaknya tiga
kali , dari fasilitas Departemen Pertahanan , dalam kendaraan lapis baja
di bawah penjagaan ketat, dan sekarang Mursi berada dalam fasilitas
Militer di luar Kairo, kata mereka, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Militer tampaknya belum memutuskan apa yang harus dilakukan dengan
informasi yang telah mereka kumpulkan. Namun para pejabat mengatakan
data itu bisa digunakan untuk bukti bukti penuntutan sipil nantinya,
menuntut tokoh Ikhwan lain atau bahkan untuk melarang organisasi
Ikhwanul Muslimin itu sendiri.
Kelompok Ikhwan pernah dilarang selama beberapa dekade, tetapi
setelah jatuhnya Mubarak , Ikhwan menjadi kekuatan nyata dan menjadi
kelompok pembuat kebijakan dan keputusan di belakang Mursi selama tahun
jabatannya.
“Kami-lah yang memungkinkan Hosni Mubarak untuk diadili dan Mubarak
adalah salah satu dari kita sendiri, jadi tidak ada yang menghentikan
kita dari melakukan hal ini,” kata seorang pejabat militer akrab dengan
pemikiran kepemimpinan militer.
Mubarak adalah seorang perwira karir dari angkatan udara
disebut-sebut sebagai pahlawan perang sebelum ia menjadi presiden pada
tahun 1981. Setelah tahun 2011, ia diadili karena keterlibatannya dalam
pembunuhan para demonstran.
Kabar Mursi dari Tahanan
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/kabar-mursi-dari-tahanan-1.htm#.UfSx3VIxVkg
Pada
hari Jumat, jaksa sipil mengumumkan mereka telah meluncurkan hasil
investigasi atas Mursi dengan tuduhan pembunuhan dan persekongkolan
dengan kelompok Palestina Hamas. Di kasus tersebut , mereka menuduh
bahwa Mursi dan Ikhwan bekerja sama dengan Hamas untuk melakukan
serangan terhadap penjara yang telah mengeluarkan Mursi dan sekitar 30
anggota Ikhwan lainnya dari penjara selama pemberontakan pada tahun 2011
terhadap Mubarak. Serangan itu menewaskan 14 narapidana.
Penyelidikan adalah langkah pertama sebelum menuju dakwaan dan
pengadilan dengan sanksi terberat hukuman mati. Jaksa memerintahkan
Mursi ditahan selama 15 hari sambil menunggu penyelesaian hasil
penyelidikan dan pejabat keamanan akhir Jumat mengatakan ia akan segera
dipindahkan ke lokasi tahanan sipil, di penjara keamanan tinggi di
selatan Kairo.
Ikhwan dan Hamas menyangkal tuduhan itu , menyebut tuduhan mereka
sangat bermotif politik. Mursi dan tokoh-tokoh Ikhwan terbebaskan
karena serangan warga yang menyerang penjara Wadi el-Natroun untuk
membebaskan keluarga mereka sendiri dan pada saat kekacauan itu Mursi
dan Ikhwan lainnya melarikan diri dari penjara itu.
Langkah untuk menuntut Mursi menunjukkan “kekalahan para pemimpin
kudeta berdarah,” kata juru bicara Ikhwanul Ahmed Aref dalam sebuah
pernyataan. Ia menambahkan, ikhwan akan menolak “kembalinya negara
diktator, Militer, polisi dan semua penindasan , tirani dan korupsi
yang menyertainya.”
Tujuan interogasi terhadap Mursi lebih menunjukkan bahwa militer memiliki tujuan yang lebih ambisius, yaitu untuk melumpuhkan dan membubarkan Ikhwanul Muslimin yang sudah terbentuk sejak 85 tahun yang lalu.
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/kabar-mursi-dari-tahanan-1.htm#.UfSx3VIxVkg
Seorang pejabat Ikhwanul senior, Mohammed el-Beltagy, meremehkan
pentingnya langkah militer tersebut. ”Jika mereka ingin (Bubarkan Ikhwan
). Mereka akan membubarkan seluruh negeri sekarang, “katanya kepada AP.
Anggota Ikhwan lainnya mengatakan bahwa kelompoknya menyadari
sepenuhnya akan ada ancaman larangan terhadap Ikhwan itu ”tidak bisa
dikesampingkan.” Namun dia memperingatkan (bila ikhwan di larang) bahwa
hasilnya akan menjadi “lebih tragis” yang akan “berakhir dengan
jatuhnya el-Sisi.”
Ikhwan telah menyatakan bahwa memang militer bertujuan untuk menghancurkan gerakan Islamis setelah penggulingan Mursi,
Agen
intelijen militer juga menginterogasi Mursi pada tindakannya sebagai
presiden, kata para pejabat. Diantara topik diantaranya adalah
hubungannya dengan para pemimpin asing selama perjalanan ke luar negeri
dan hubungan dengan pemerintahan Turki dan Qatar, serta dengan Hamas,
kata para pejabat.
Mursi dalam penahanannya di saat bulan suci Ramadhan menghabiskan
waktunya untuk sholat dan membaca Al-Qur’an, Dia sering berdoa dengan
suara keras, mengharapkan pertolongan Allah dan membalas kejahatan para
“penindas,” kata beberapa pejabat.
Mursi juga diinterogasi tentang pembebasan puluhan militan Islam
yang dipenjarakan di masa ia menjabat sebagai Presiden Mesir. Para
pejabat militer mengatakan banyak dari mereka (Para mantan tahanan)
pindah ke Sinai dan membentuk sel-sel jihad yang mencakup para ekstrimis
Islam asing.
Selain Mursi, lima tokoh Ikhwanul senior lainnya telah ditahan dan
jaksa mendakwa dengan berbagai tuduhan, termasuk menghasut kekerasan.
Dan lebih dari belasan tokoh ikhwan telah dikeluarkan surat perintah
penangkapannya, namun pihak keamanan masih belum menahan mereka.
(Arby/Dz)
Ikhwanul Muslimin Tantang Ultimatum Militer : Demonstrasi Terus Berlanjut pada Sabtu dan Minggu
Redaksi – Sabtu, 19 Ramadhan 1434 H / 27 Juli 2013 12:40 WIB
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/ikhwanul-muslimin-tantang-ultimatum-militer-demonstrasi-terus-berlanjut-pada-sabtu-dan-minggu.htm#.UfSrA1IxVkg
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/ikhwanul-muslimin-tantang-ultimatum-militer-demonstrasi-terus-berlanjut-pada-sabtu-dan-minggu.htm#.UfSrA1IxVkg
Ikhwanul
Muslimin telah mengumumkan bahwa protes nasional mendukung Presiden
Mesir Mohammed Mursi akan terus dilanjutkan pada hari Sabtu dan Minggu,
walau dibalik ancaman ultimatum pihak militer.
Kelompok Ikhwan mengatakan sedikitnya 31 orang telah gugur pada
Sabtu dinihari ketika pasukan keamanan menyerang massa pendukung Mursi
di Kairo.
Ikhwanul Muslimin menentang keputusan Militer Mesir yang memberikan
ultimatum hingga Sabtu sore kepada ikhwanul Muslimin untuk harus ikuti
roadmap Militer.
Pada hari Jumat, jutaan demonstran pro Mursi turun ke jalan di beberapa kota di seluruh Mesir.
“Mereka tidak menembak untuk membuat luka, tapi mereka menembak
memang untuk membunuh,” kata juru bicara Ikhwanul Muslimin Jihad
El-Haddad kepada kantor berita Reuters, ia menambahkan bahwa korban dari
para demonstran telah terkena tembak terarah pada kepala dan dada.
(Arby/Dz)
Subuh 120 Pendukung Mursi Tewas
EPA/Khaled Elfiqi
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/07/27/mql5o9-diserang-polisi-dan-tentara-saat-shalat-subuh-120-pendukung-mursi-tewas
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/07/27/mql5o9-diserang-polisi-dan-tentara-saat-shalat-subuh-120-pendukung-mursi-tewas
Serangan aparat keamanan dari tentara dan polisi terus dilancarkan ke Bundaran Rabiah Adawiyah di Kairo tempat aksi unjuk rasa pendukung presiden terguling Mohamed Mursi.
Sudah 120 orang tewas dan lebih seribu orang mederita luka, kata Satuan Medis Lapangan di Bundaran Rabiah, Sabtu. Belum ada laporan resmi dari Kementerian kesehatan, namun menurut dokter di lapangan, korban meninggal akan terus bertambah karena banyak korban luka akibat tembakan peluru tajam.
Serangan diawali dengan penembakan gas air mata pada Sabtu menjelang fajar waktu setempat saat massa sedang menjalankan Shalat Subuh.Tembakan gas air mata itu dibalas dengan pelemparan batu oleh massa anak muda berani mati pendukung Mursi yang menyebut dirinya "Pemuda Siap Mati Syahid".
Pola serangan menjelang fajar tersebut mirip dengan serangan serupa terhadap pendukung Mursi di kompleks Garda Republik di Kairo tiga pekan lalu di saat massa sedang Shalat Subuh yang menewaskan 61 orang, kata seorang wartawan Mesir.
Serangan dimulai di Jembatan 6 Oktober di Jalan Nasser, sekitar satu kilometer dari titik Bundaran Rabiah. Bentrokan yang tidak seimbang itu berkecamuk di depan Makam Mendiang Presiden Anwar Saddat di dekat Jembatan 6 Oktober.
Jembatan 6 Oktober adalah jembatan terpanjang di Ibu Kota Mesir melintas dari Kairo timur di Madinat Nasr hingga Dokki di Kairo barat melewati Bundaran Tahrir di pusat kota Kairo.
Ribuan pendukung Mursi sejak Jumat memenuhi Bundaran Rabiah memanjang ke Jalan Nasser hingga Jembatan 6 Oktober. Banyak wanita dan anak dari Ikhwanul Muslimin juga ikut demi di Budnaran Rabiah tersebut.
Selain di Kairo, bentrokan hebat juga dilaporkan terjadi di Iskandariyah, kota terbesar kedua setelah Kairo.
Media massa setempat melaporkan, sekitar 200 pendukung Mursi masih terperangkap di Masjid Agung Qaid Ibrahim di pusat kota Iskandariyah akibat dikepung aparat keamanan sejak Jumat malam.
Saat berita ini dikirim, tembakan gas air mata terus dilancarkan, namun serangan itu belum bisa menembus titik Bundaran Rabiah karena para pemuda bergiliran melawan pasukan tentara dan polisi.
Peristiwa tragedi menjelang fajar ini tidak satu pun televisi Mesir menyiarkannya, dan hanya tampak berulang kali tayang ulang aksi demo pendukung tentara pada Jumat.
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/07/27/mql5o9-diserang-polisi-dan-tentara-saat-shalat-subuh-120-pendukung-mursi-tewas
Serangan aparat keamanan dari tentara dan polisi terus dilancarkan ke Bundaran Rabiah Adawiyah di Kairo tempat aksi unjuk rasa pendukung presiden terguling Mohamed Mursi.
Sudah 120 orang tewas dan lebih seribu orang mederita luka, kata Satuan Medis Lapangan di Bundaran Rabiah, Sabtu. Belum ada laporan resmi dari Kementerian kesehatan, namun menurut dokter di lapangan, korban meninggal akan terus bertambah karena banyak korban luka akibat tembakan peluru tajam.
Serangan diawali dengan penembakan gas air mata pada Sabtu menjelang fajar waktu setempat saat massa sedang menjalankan Shalat Subuh.Tembakan gas air mata itu dibalas dengan pelemparan batu oleh massa anak muda berani mati pendukung Mursi yang menyebut dirinya "Pemuda Siap Mati Syahid".
Pola serangan menjelang fajar tersebut mirip dengan serangan serupa terhadap pendukung Mursi di kompleks Garda Republik di Kairo tiga pekan lalu di saat massa sedang Shalat Subuh yang menewaskan 61 orang, kata seorang wartawan Mesir.
Serangan dimulai di Jembatan 6 Oktober di Jalan Nasser, sekitar satu kilometer dari titik Bundaran Rabiah. Bentrokan yang tidak seimbang itu berkecamuk di depan Makam Mendiang Presiden Anwar Saddat di dekat Jembatan 6 Oktober.
Jembatan 6 Oktober adalah jembatan terpanjang di Ibu Kota Mesir melintas dari Kairo timur di Madinat Nasr hingga Dokki di Kairo barat melewati Bundaran Tahrir di pusat kota Kairo.
Ribuan pendukung Mursi sejak Jumat memenuhi Bundaran Rabiah memanjang ke Jalan Nasser hingga Jembatan 6 Oktober. Banyak wanita dan anak dari Ikhwanul Muslimin juga ikut demi di Budnaran Rabiah tersebut.
Selain di Kairo, bentrokan hebat juga dilaporkan terjadi di Iskandariyah, kota terbesar kedua setelah Kairo.
Media massa setempat melaporkan, sekitar 200 pendukung Mursi masih terperangkap di Masjid Agung Qaid Ibrahim di pusat kota Iskandariyah akibat dikepung aparat keamanan sejak Jumat malam.
Saat berita ini dikirim, tembakan gas air mata terus dilancarkan, namun serangan itu belum bisa menembus titik Bundaran Rabiah karena para pemuda bergiliran melawan pasukan tentara dan polisi.
Peristiwa tragedi menjelang fajar ini tidak satu pun televisi Mesir menyiarkannya, dan hanya tampak berulang kali tayang ulang aksi demo pendukung tentara pada Jumat.
Redaktur : Taufik Rachman |
Sumber : antara |