Minggu, 14 Juli 2013

MOURSI DAN KEBIJAKANNYA....YANG MENYEBABKAN...MILITER BERTIDAK UNTUK KUDETA...??? BENARKAH...???.......>> Mursi dituntut melepaskan legitimasi, inilah yang tidak bisa dia kabulkan. Dia sudah bersumpah di hadapan jutaan rakyat Mesir di Tahrir setahun yang silam bahwa ia akan memikul amanah menyelamatkan revolusi ini dari pihak-pihak yang berniat buruk merampasnya. Rakyat sudah mengangkatnya dengan cara yang sah lewat pemilu demokratis yang diperjuangkan berdarah-darah oleh putra-putri Mesir. Maka apakah hari ini dia akan membiarkan legitimasi itu terlepas dan ia menyerah sementara dia tahu yang tengah dihadapi adalah para penjahat?...>> ......... "Cukup setahun!" katanya malam itu sebagai ujung dari kesabarannya melihat apa yang terjadi di jalanan. Mursi pun mengeluarkan 7 roadmap masa depan guna menyudahi 'permainan' ini. Tujuh kebijakan itu antara lain: Menugaskan Kementrian Dalam Negeri untuk membentuk tim khusus guna menangani para preman Membentuk komite independen yang terdiri dari unsur parpol dan kekuatan politik guna membahas amandemen undang-undang Membentuk komite tinggi untuk rekonsiliasi nasional yang terdiri dari unsur-unsur ormas Mandat langsung dari presiden kepada para menteri kabinet dan gubernur untuk memecat oknum-oknum yang menjadi penyebab krisis Mencabut izin seluruh pom bensin yang melakukan penimbunan bensin Mandat kepada kementrian Sumber Daya & Energi untuk mengambil alih stasiun bahan bakar yang telah dibekukan dan mengalihkan manajemennya kepada pihak berwenang demi kepentingan rakyat Mengharuskan para gubernur dan menteri untuk menunjuk asisten dari kalangan pemuda di bawah 40 tahun dalam tempo 4 minggu dari sekarang...>> ....tergulingnya Mubarak 11 Februari 2011, Mesir sempat dilanda kemelut dan perdebatan, 'kemana arah masa depan Mesir pasca 25 Januari?' Menjadi negara agama kah? Negara madani (sipil) atau negara apa? Lalu undang-undang yang bagaimana yang akan dipakai?..>>> ....revolusi Mesir telah mencatat bahwa Mursi pernah 'mengkudeta' militer. Lagi lagi cerita 'kudeta atas kudeta' . Mursi memecat marsekal Tanthawi. Skenarionya sederhana dan seakan tiba-tiba, yaitu insiden penyerangan OTK di Sinai hingga gugurnya 16 tentara Mesir. Thantawi dipecat dan diganti dengan Sisi, perwira yang tak begitu terkenal sebelumnya. Sisi 'dibesarkan' oleh Mursi, ia diberi kepercayaan. Maka wajar jika kini orang menyebut kudeta ini adalah pengkhianatan....>> ..Tiga 'lelaki gaek' Sabahi, Musa dan Baradei sepakat bahwa revolusi telah dicuri oleh Ikhwan. Mereka tidak percaya dengan kenyataan bangsa Mesir tak mau menerima sistem liberal, sosialis dan sekuler. Sehingga menjelang 100 hari pertama ia sudah menjatuhkan volis gagal kepada Mursi dan Mursi layak berhenti...>> ....seperti Mesir sekarang ini, satu kudeta militer tidak bisa dianggap sebagai hal yang "sepele". Kudeta yang terjadi tentu disebabkan oleh hal-hal yang prinsipil, dan dalam hal ini militer Mesir telah melakukan tindakan pencegahan "penghancuran" negara yang dilakukan Moersi dan orang-orang di sekelilingnya....>> .....oposan Moersi sebenarnya telah cukup bersabar dengan mengajak berdialog Moersi tentang pembagian kekuasaan dan bentuk negara yang ideal bagi Mesir yang melingkupi semua etnis dan golongan. Namun, sebagaimana dituturkan oleh Abdurrahman al Qardhawi dalam suratnya kepada sang ayah, Yusuf Qardhawi, Moersi yang merasa kuat dengan Ikhwanul Musliminnya, menganggap enteng aspirasi oposisi dan dengan gampang mengabaikan suara-suara mereka. Namun yang membuat militer melakukan kudeta adalah ketika Moersi mulai menyerukan retorika "perang" terhadap Ethiopia dan Syria dan memicu perselisihan Sunni-Shiah.....>> ...Gerakan 6 April (Democratic Front) menganggap Moersi sebagai "boneka" kampanye Amerika atas Syria. Dalam salah satu pernyataannya kelompok ini menyebutkan: "Keputusan membuka pintu jihad ke Syria datang dari para sheikh salafi dukungan Amerika." Sementara Gerakan Tamarod (organiser petisi anti-Moersi yang pada tgl 30 Juni berhasil menggalang 22 juta tandatangan dan menjadi pintu bagi kudeta militer, digerakkan oleh para pemuda) menuduh Moersi, "pidato-pidato Moersi membuka fakta bahwa masalah Syria telah diserahkan dari Qatar ke Saudi dan Mesir dan bahwa Moersi menjawab semua instruksi Amerika."...>> ...Bukannya merangkul oposisi dari kalangan nasionalis, sosialis maupun liberal, Moersi justru menabuh genderang perang terhadap mereka dengan merangkul kelompok-kelompok ekstremis Islam. Rapat besar tgl 15 Juni yang dihadiri Moersi didukung oleh kelompok-kelompok salafi dan Ikhwanul Muslimin sendiri. Pendukung lainnya adalah kelompok Gerakan Gama Islamiya....>> .....Militer Mesir, sesuai dengan tradisinya, selalu enggan untuk terlibat dalam konflik di luar negeri. Itulah sebabnya mereka menolak permintaan Amerika untuk mengirim pasukannya ke Afghanistan dan Irak. Namun tiba-tiba saja Moersi mewacanakan operasi militer ke Ethiopia setelah pemerintah Ethiopia mengumumkan rencana pembangunan bendungan Sungai Nil Biru yang dianggap mengamcam suplai air bersih dari Sungai Nil ke Mesir....>> ..konon akan ada operasi yang dinamakan..."false flag" untuk memicu perang, justru semakin menguat. Dengan operasi inteligen itu, kesalahan akan ditimpakan kepada Syria, Hizbollah atau Iran, dan menjadi alasan bagi zionis internasional melakukan serangan....???>>




Mengapa Mursi Dikudeta?

Written By Sinai Mesir on Sabtu, 06 Juli 2013 | 04.23

http://www.sinaimesir.net/2013/07/mengapa-mursi-dikudeta.html

Membaca Episiode Kudeta atas Mursi

Perlu diketahui bahwa rencana kudeta sesungguhnya sudah disiapkan dan dimulai jauh-jauh hari sebelum Mursi menang sebagai presiden. Mursi, IM dan bangsa Mesir yang malam ini berontak telah membaca itu. Makanya mereka jengkel juga pada Mursi dan IM yang masih memilih diam dan menggunakan cara diplomatis.

Ya, selama pemerintahannya Mursi memang lebih banyak memilih cara damai ketimbang balas dendam pada orang-orang Mubarak dan pihak-pihak yang ingin merusak Mesir. Berpengalaman menjadi anggota parlemen terbaik pada tahun 2005 Mursi tentu mengnali satu persatu 'belang' pejabat-pejabat Mubarak. Namun dia masih membuka kesempatan kepada beberapa oknum untuk 'bertaubat'. Sehingga ia sengaja membiarkan beberapa orang yang dipandang berpotensi untuk berubah itu di beberapa lembaga, karena mereka punya pengalaman.

Padahal sudah banyak tekanan dari pendukungnya agar Mursi tegas dan melawan. Namun dia tidak memilih sikap frontal. Inilah 'kesalahan terbesar' Mursi, tidak mau menggunakan cara diktator. Ia hanya menggunakan bahasa sindiran diplomatis kepada oknum yang tidak mau jujur.

Dalam pidatonya 6 Desember 2012 silam Mursi akhirnya perlihatkan kemarahannya dalam pernyataan yang cukup keras ketika itu dan belum pernah sebelumnya ia sekeras itu. "Inilah saatnya menghukum mereka." Dan Mursi beri mereka pelajaran satu persatu lewat jalur undang-undang dan kebijakan yang mematahkan upaya kudeta atas dirinya. Ia mengeluarkan dekrit lebih cepat sebelum MK keluarkan kebijakan. Sehingga kolumnis senior Fahmi Howeidi ketika itu berkomentar, "Kudeta atas kudeta."

Ia juga memecat jaksa agung Abdul Majid karena tidak serius menangani kasus kejahatan rezim lama. Mungkin inilah yang membuat fulul semakin sakit hati.
 
Sejarah perjalanan revolusi Mesir telah mencatat bahwa Mursi pernah 'mengkudeta' militer. Lagi lagi cerita 'kudeta atas kudeta' . Mursi memecat marsekal Tanthawi. Skenarionya sederhana dan seakan tiba-tiba, yaitu insiden penyerangan OTK di Sinai hingga gugurnya 16 tentara Mesir. Thantawi dipecat dan diganti dengan Sisi, perwira yang tak begitu terkenal sebelumnya. Sisi 'dibesarkan' oleh Mursi, ia diberi kepercayaan. Maka wajar jika kini orang menyebut kudeta ini adalah pengkhianatan. Dan ini satu lagi kesalahan fatal Mursi, ia belum sukses 'menguasai' militer secara penuh.

Adapun cerita Baradei dan kawan-kawannya yang kemudian mendirikan komplotan 'Jabhah Inqadz' dan menyerukan percepatan pemilu, ini adalah buah dari ketidakpuasan akibat kekalahan dalam pemilu presiden lalu. Tiga 'lelaki gaek' Sabahi, Musa dan Baradei sepakat bahwa revolusi telah dicuri oleh Ikhwan. Mereka tidak percaya dengan kenyataan bangsa Mesir tak mau menerima sistem liberal, sosialis dan sekuler. Sehingga menjelang 100 hari pertama ia sudah menjatuhkan volis gagal kepada Mursi dan Mursi layak berhenti.

Maka kudeta pemberontakan 30 Juni kemarin adalah akumulasi dari semua kemarahan, dendam dan kekesalan oposisi bersama kroni-kroni Mubarak sehingga mereka serukan pemberontakan, "Jika kita ingin memenangkan revolusi 25 Januari, maka kita harus memberontak..!"

Motivasi sesungguhnya pemberontakan ini adalah politik, perseteruan ideologi dan kekhawatiran pada menguatnya poros Islam. Adapun kelaparan dan keadilan sosial hanyalah cerita untuk merasionalkan alasan tersebut di atas. Pasca 25 Januari ekonomi Mesir memang mengalami koalaps. Disamping faktor krisis yang disebabkan oleh rezim korup Mubarak juka faktor instabilitas Mesir selama kerusuhan 18 hari. Namun kemerosotan ekonomi juga disebabkan karena para pengusaha Mubarak manarik uang-uang mereka dari Mesir dan memindahkannya ke luar negeri. Sehingga Mursi terpaksa 'mengemis' berkeliling ke berbagai negara menawarkan masa depan Mesir dengan harapan para investor bersedia datang ke Mesir.

Dalam pidato laporan tahunannya pada 28 Juni lalu, Mursi berbicara panjang lebar. 2,5 jam full ia berdiri -tanpa rehat atau sekedar minum- melaporkan apa yang terjadi setahun ini dan meluapkan semua yang dia rasakan namun selama ini ditahan. Juga tentang media-media yang tidak adil mencerca dan menfitnahnya, tentang kejahatan para mafia sehingga Mesir mengalami kerugian besar. Bahkan ia tidak lagi segan-segan menyebut beberapa nama oknum yang sengaja menyembunyikan identitasnya di balik semua huru-hara politik setahun ini.

"Cukup setahun!" katanya malam itu sebagai ujung dari kesabarannya melihat apa yang terjadi di jalanan. Mursi pun mengeluarkan 7 roadmap masa depan guna menyudahi 'permainan' ini. Tujuh kebijakan itu antara lain:
  • Menugaskan Kementrian Dalam Negeri untuk membentuk tim khusus guna menangani para preman
  • Membentuk komite independen yang terdiri dari unsur parpol dan kekuatan politik guna membahas amandemen undang-undang
  • Membentuk komite tinggi untuk rekonsiliasi nasional yang terdiri dari unsur-unsur ormas
  • Mandat langsung dari presiden kepada para menteri kabinet dan gubernur untuk memecat oknum-oknum yang menjadi penyebab krisis
  • Mencabut izin seluruh pom bensin yang melakukan penimbunan bensin
  • Mandat kepada kementrian Sumber Daya & Energi untuk mengambil alih stasiun bahan bakar yang telah dibekukan dan mengalihkan manajemennya kepada pihak berwenang demi kepentingan rakyat
  • Mengharuskan para gubernur dan menteri untuk menunjuk asisten dari kalangan pemuda di bawah 40 tahun dalam tempo 4 minggu dari sekarang
Tapi Mursi dituntut melepaskan legitimasi, inilah yang tidak bisa dia kabulkan. Dia sudah bersumpah di hadapan jutaan rakyat Mesir di Tahrir setahun yang silam bahwa ia akan memikul amanah menyelamatkan revolusi ini dari pihak-pihak yang berniat buruk merampasnya. Rakyat sudah mengangkatnya dengan cara yang sah lewat pemilu demokratis yang diperjuangkan berdarah-darah oleh putra-putri Mesir. Maka apakah hari ini dia akan membiarkan legitimasi itu terlepas dan ia menyerah sementara dia tahu yang tengah dihadapi adalah para penjahat?

Wajar jika hari ini puluhan juta rakyat yang mendukungnya siap mati memperjuangkan agar Mursi 'kembali' ke istana setelah tahu dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Revolusi yang telah diperjuangkan 18 hari dan dibayar dengan darah telah dirampas kembali oleh rezim dengan cara paling menyakitkan. Pengkhianatan.

Wajar jika hari ini mereka menuntut hak legitimasi itu karena mereka juga rakyat, memiliki kekuasaan yang sah secara hukum dan undang-undang negara demokrasi. Maka keputusan kudeta ini dengan sendirinya telah menciderai hukum dan melanggar hak sebagian yang lain. Tidak ada maslahatnya, kecuali membuka peperangan terbuka sesama anak bangsa.

Jika kemudian perlawanan ini mengatas namakan jihad politik, maka tidak bisa dipersalahkan. Standarnya bukan kekuasaan dan jabatan, tapi hak dan kebenaran. Jika ini dibiarkan, maka akan menjadi pembuka bagi kezhaliman dan pelanggaran-pelanggaran berikutnya. Apakah ada jaminan kudeta ini akan menghentikan huru-hara? Nyatanya tidak. Tidakpun ada seruan untuk lakukan perlawanan tetap akan ada pihak yang tidak bisa menerima lalu mengambil inisiatif sendiri untuk melawan.

Dan massa gerakan Islam tentu punya alasan tentang seruan pembelaan terhadap Syari'ah. Karena wacana yang paling mendasar sebenarnya adalah perdebatan panjang terkait adopsi dan penerapan Syariat Islam. Cerita ini sudah dibuka jauh sebelum Mursi diangkat sebagai presiden dan berlanjut setelah ia memerintah.

Pasca tergulingnya Mubarak 11 Februari 2011, Mesir sempat dilanda kemelut dan perdebatan, 'kemana arah masa depan Mesir pasca 25 Januari?' Menjadi negara agama kah? Negara madani (sipil) atau negara apa? Lalu undang-undang yang bagaimana yang akan dipakai?

Ketika Islamis memenangkan pemilu parlemen, kubu sekuler, libaral dan yang sejalan dengan mereka mulai gusar. Mereka kemudian menakut-nakuti Koptik akan bahaya Islamisasi dan membumbuinya dengan wacana konflik sektarian.

Catatan lain adalah tentang perlawanan oposisi dalam perdebatan konstitusi. Mereka tidak menerima draft konstitusi karena yang menyusunnya mayoritas dari kubu Islam dan ketika itu disepakati untuk mengadopsi syari'ah sebagai landasan asasi. Semua pihak sudah dilibatkan ketika itu. Tapi mereka mengklaim bahwa konstitusi baru ini hanya akan mendiskriminasikan kelompok-kelompok minoritas dan menguntungkan Islam khususnya Ikhwan. Mereka satu persatu menarik diri dari Konstituante hanya karena alasan ketakutan. Dan cerita ini 'nyambung' ketika memperhatikan tuntutan-tuntutan Tamarrud 30 Juni. Mereka menegaskan bahwa Mesir tidak akan diatur dengan agama.

Ada pandangan lain bahwa ini murni politik, tapi kenyataan di atas sudah cukup menjadi alasan jika perseteruan ini sudah ada di wilayah ideologi. Memang benar unsur politik pasti ada bahkan menjadi panggung utama perseteruan ini. karena tokoh-tokoh oposisi tidak menerima kekalahan terutama antek-antek Mubarak yang tak rela terusik. Tapi benarkah ini Murni 'perang' politik?

Kita akan bisa memahami konflik ini ketika membacanya dengan utuh, sejak awal revolusi. Jika kita memulai dari gerakan 'Tamarrud' memang yang terlihat hanya huru-hara politik. Akan tetapi jika mau teliti lagi membaca realitas lapangan, merunut kembali satu demi satu episode transisi bahkan hingga cerita 30 Juni, kita akan mendengar ungkapan penolakan, "Mesir tidak akan diatur dengan agama".
Kita tidak cukup melihat siapa pemainnya, tapi lihat juga siapa yang berkepentingan. Mari kita cermati kepentingan apa yang sebenarnya lebih besar? Wallahu a'lam

Harun Al Rasyid | Pengamat Timur Tengah di Lembaga Kajian SINAI Mesir
 

FAKTOR SYRIA DALAM KUDETA MESIR (2) 

http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/07/faktor-syria-dalam-kudeta-mesir-2.html#more

 

 
 
Di negara seperti Mesir sekarang ini, satu kudeta militer tidak bisa dianggap sebagai hal yang "sepele". Kudeta yang terjadi tentu disebabkan oleh hal-hal yang prinsipil, dan dalam hal ini militer Mesir telah melakukan tindakan pencegahan "penghancuran" negara yang dilakukan Moersi dan orang-orang di sekelilingnya.

Mesir adalah negara pluralis, religius sekaligus nasionalis dan liberal. Ketika Moersi menggiring Mesir menjadi negara "Islam fundamentalis", hal itu seperti menggergaji pohon di pangkalnya.

Para oposan Moersi sebenarnya telah cukup bersabar dengan mengajak berdialog Moersi tentang pembagian kekuasaan dan bentuk negara yang ideal bagi Mesir yang melingkupi semua etnis dan golongan. Namun, sebagaimana dituturkan oleh Abdurrahman al Qardhawi dalam suratnya kepada sang ayah, Yusuf Qardhawi, Moersi yang merasa kuat dengan Ikhwanul Musliminnya, menganggap enteng aspirasi oposisi dan dengan gampang mengabaikan suara-suara mereka. Namun yang membuat militer melakukan kudeta adalah ketika Moersi mulai menyerukan retorika "perang" terhadap Ethiopia dan Syria dan memicu perselisihan Sunni-Shiah.

Salah satu oposisi, Gerakan 6 April (Democratic Front) menganggap Moersi sebagai "boneka" kampanye Amerika atas Syria. Dalam salah satu pernyataannya kelompok ini menyebutkan:

"Keputusan membuka pintu jihad ke Syria datang dari para sheikh salafi dukungan Amerika."

Sementara Gerakan Tamarod (organiser petisi anti-Moersi yang pada tgl 30 Juni berhasil menggalang 22 juta tandatangan dan menjadi pintu bagi kudeta militer, digerakkan oleh para pemuda) menuduh Moersi, "pidato-pidato Moersi membuka fakta bahwa masalah Syria telah diserahkan dari Qatar ke Saudi dan Mesir dan bahwa Moersi menjawab semua instruksi Amerika."

Bukannya merangkul oposisi dari kalangan nasionalis, sosialis maupun liberal, Moersi justru menabuh genderang perang terhadap mereka dengan merangkul kelompok-kelompok ekstremis Islam. Rapat besar tgl 15 Juni yang dihadiri Moersi didukung oleh kelompok-kelompok salafi dan Ikhwanul Muslimin sendiri. Pendukung lainnya adalah kelompok Gerakan Gama Islamiya.

Di antara tindakan provokatif Moersi adalah mengangkat seorang "mantan teroris" yang bertanggungjawab atas serangan obyek wisata, menjadi gubernur wilayah yang menjadi daerah kunjungan wisata utama, yaitu Luxor. Pada tahun 1997 sebuah serangan teroris membunuh hampir 70 wisatawan asing, dalam satu kampanya ekstremis Islam untuk mencegah "orang-orang kafir" berdatangan ke Mesir. Serangan dilakukan oleh kelompok Gama Islamiya, dan Khayat, aktifis kelompok ini justru diangkat menjadi Gubernur Luxor oleh Moersi.


Kepanikan zionis paska kejatuhan Qusayr

Kejatuhan al Qusayr ke tangan pemerintah Syria tgl 5 Juni lalu membuat para zionis internasional dan antek-anteknya bagaikan kebakaran jenggot. Mereka semua, termasuk PM Inggris David Cameron dan menlunya Hague, Presiden Perancis Hollande dan menlunya Fabius, PM Israel Nethanyahu, menlu Amerika John Kerry langsung bereaksi keras dengan retorika-retorika perangnya.

Pada tgl 12 Juni John Kerry di hadapan rapat White House Principals’ Committee menginginkan Amerika mulai melakukan serangan udara terhadap Syria. Namun sikap realistis para jendral Amerika, termasuk panglima AB Jendral Martin Dempsey, membuat keinginan itu gagal dilakukan dan hanya diganti dengan pemberian bantuan senjat kepada para pemberontak, yang realisasinya masih belum jelas hingga sekarang. Upaya-upaya juga dilakukan untuk membuat Erdogan mengirim tentaranya ke Syria, namun aksi-aksi demo besar-besaran yang melanda Turki membuat Erdogan membuang jauh-jauh ide tersebut.

Namun dengan semua kegagalan itu bahaya adanya satu operasi "false flag" untuk memicu perang, justru semakin menguat. Dengan operasi inteligen itu, kesalahan akan ditimpakan kepada Syria, Hizbollah atau Iran, dan menjadi alasan bagi zionis internasional melakukan serangan.

Militer Mesir, sesuai dengan tradisinya, selalu enggan untuk terlibat dalam konflik di luar negeri. Itulah sebabnya mereka menolak permintaan Amerika untuk mengirim pasukannya ke Afghanistan dan Irak. Namun tiba-tiba saja Moersi mewacanakan operasi militer ke Ethiopia setelah pemerintah Ethiopia mengumumkan rencana pembangunan bendungan Sungai Nil Biru yang dianggap mengamcam suplai air bersih dari Sungai Nil ke Mesir.

Dalam satu rapat keamanan tgl 2 Juni muncul rencana untuk menyabotase proyek pembangunan tersebut yang diikuti dengan serangan udara. Bahkan ketika rencana tersebut bocor ke publik dan muncul suara-suara menentang, Moersi justru mengatakan bahwa "semua pilihan bisa dilakukan."

REF:
"Morsi ousted to stop plan for sending Egypt military to attack Syria’s Assad"; Webster G. Tarpley, Press TV; 9 Juli 2013
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar