PERMAINAN SELESAI, MOERSI
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/07/permainan-selesai-moersi.html#.UdpuwayN6So
Tidak seperti biasanya Gordon Duff, seorang kolumnis yang cukup terkenal
untuk beberapa media "independen" dan media "alternatif" internasional
termasuk Press TV Iran, menulis tentang "teori konspirasi".
Biasanya tulisan-tulisannya penuh dengan analisa politik berdasarkan
data-data inteligen akurat.
Namun ketika menulis tentang kudeta militer atas Presiden Mesir Mohammad Moersi berjudul "“Game Over” for Morsi, Israel", ia tidak bisa menghindarkan diri untuk menyinggung tentang keterlibatan Moersi dalam skenario para "penyembah setan internasional" dan “para penguasa dunia”.
"Permainan besar yang ingin dimainkan Moersi adalah menjual Mesir kepada "para penguasa dunia" yang merupakan koalisi dari semangat Ottomanisme Turki yang hanya ada di otak Erdogan yang sakit serta impian Nethanyahu untuk membuktikan kepada dunia bahwa tabiat buruk tidak memiliki batasan, namun kita baru saja mulai.
Hal itu mencakup hal-hal yang sangat luas, sangat dalam dan berlapis-lapis, sebuah rencana besar yang tampak nyata ditujukan untuk menghabisi semua tata nilai kemanusiaan, menggantikannya dengan relativisme baru, segala bentuk barang haram yang diperjual-belikan oleh orang-orang jahat.
Kejahatannya, menjual “perang peradaban” sebagai bentuk “pengalihan dan tipuan” untuk menutup-nutupi kebenaran, mengalihkan perhatian para pencari kebenaran atas realitas sederhana tentang keberadaan kelompok-kelompok rahasia, sebagian telah berumur ratusan tahun, orang-orang yang melayani pimpinan yang tidak terlihat yang lebih tepat disebut sebagai "pengikut setan", yang percaya bahwa mereka telah dipilih untuk mengatur seluruh umat manusia."
Lebih jauh, Gordun Duff menambahkan bahwa orang-orang yang ingin tergabung dalam keanggotaan "kelompok-kelompok rahasia pengikut setan" ini tidak terbatas. Demikian banyak sehingga keberadaan mereka tidak lagi bisa disebut sebagai rahasia.
"Terdengar seperti tidak masuk akal, namun tidak ada manusia rasional yang tidak akan mempercayai, ketika kita semua tenggelam oleh bukti-bukti yang melimpah. Hanya orang-orang bodoh yang tidak bisa melihatnya. Menyebut mereka sebagai predator adalah terlalu umum. Para "elit" itu lebih mirip sebagai bakteri sipilis, dan Moersi ingin tergabung dalam kelompok itu. Jujur saja, saya tidak percaya ia berhasil melakukannya."
Namun ketika menulis tentang kudeta militer atas Presiden Mesir Mohammad Moersi berjudul "“Game Over” for Morsi, Israel", ia tidak bisa menghindarkan diri untuk menyinggung tentang keterlibatan Moersi dalam skenario para "penyembah setan internasional" dan “para penguasa dunia”.
"Permainan besar yang ingin dimainkan Moersi adalah menjual Mesir kepada "para penguasa dunia" yang merupakan koalisi dari semangat Ottomanisme Turki yang hanya ada di otak Erdogan yang sakit serta impian Nethanyahu untuk membuktikan kepada dunia bahwa tabiat buruk tidak memiliki batasan, namun kita baru saja mulai.
Hal itu mencakup hal-hal yang sangat luas, sangat dalam dan berlapis-lapis, sebuah rencana besar yang tampak nyata ditujukan untuk menghabisi semua tata nilai kemanusiaan, menggantikannya dengan relativisme baru, segala bentuk barang haram yang diperjual-belikan oleh orang-orang jahat.
Kejahatannya, menjual “perang peradaban” sebagai bentuk “pengalihan dan tipuan” untuk menutup-nutupi kebenaran, mengalihkan perhatian para pencari kebenaran atas realitas sederhana tentang keberadaan kelompok-kelompok rahasia, sebagian telah berumur ratusan tahun, orang-orang yang melayani pimpinan yang tidak terlihat yang lebih tepat disebut sebagai "pengikut setan", yang percaya bahwa mereka telah dipilih untuk mengatur seluruh umat manusia."
Lebih jauh, Gordun Duff menambahkan bahwa orang-orang yang ingin tergabung dalam keanggotaan "kelompok-kelompok rahasia pengikut setan" ini tidak terbatas. Demikian banyak sehingga keberadaan mereka tidak lagi bisa disebut sebagai rahasia.
"Terdengar seperti tidak masuk akal, namun tidak ada manusia rasional yang tidak akan mempercayai, ketika kita semua tenggelam oleh bukti-bukti yang melimpah. Hanya orang-orang bodoh yang tidak bisa melihatnya. Menyebut mereka sebagai predator adalah terlalu umum. Para "elit" itu lebih mirip sebagai bakteri sipilis, dan Moersi ingin tergabung dalam kelompok itu. Jujur saja, saya tidak percaya ia berhasil melakukannya."
Namun
benarkah Abdullah Moersi memang termasuk dalam kelompok orang-orang yang
rela "menjilat pantat" untuk bisa bergabung dalam kelompok elit?
Langsung saja, memang demikian. Ia telah "menjilat pantat" Direktur IMF Legarde, wanita lesbian asal Perancis yang kini tengah menghadapi masalah korupsi, untuk mendapatkan hutang sebesar $ 3 miliar (Presiden Syria Al Assad telah menerima penawaran beberapa kali lipat jumlah tersebut, namun ditolaknya mentah-mentah). Ia telah "menjilat pantat" Barack Obama dengan mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel. Ia "menjilat pantat" Nethanyahu dengan menenggelamkan terowongan-terowongan bawah tanah Gaza yang digunakan rakyat Palestina untuk mendapatkan bahan makanan dan obat-obatan. Ia "menjilat pantat" Erdogan dan Emir Qatar dengan menyerukan jihad ke Syria. Terakhir ia telah "menjilat pantat" dajjal dengan menyerukan perang kepada orang-orang Shiah yang berujung pada pembantaian seorang ulama besar Shiah Mesir dan beberapa pembantunya oleh orang-orang takfiri (orang yang suka mengkafirkan orang lain yang tidak sepemahanan dengan mereka).
Jika kita melihat spanduk-spanduk yang dibentangkan oleh para penentang Moersi di Lapangan Tahrir, Kairo, kita akan melihat betapa rakyat Mesir mampu melihat dengan jelas permainan jahat yang telah dimainkan Moersi, serta konspirasi besar para "penguasa dunia" yang ditujukan terhadap mereka.
Ini belum termasuk penindasan yang dilakukan Moersi dan kelompok pendukung utamanya, Ikhwanul Muslimin, terhadap lawan-lawan politik mereka.
"I know what you did last summer!" Demikian bunyi salah satu spanduk yang dipasang di Lapangan Tahrir merujuk pada pertemuan rahasia Moersi dengan dubes Amerika tahun lalu.
Namun yang paling banyak disuarakan para demonstran adalah frasa "Game Over".
Ya, permainanmu telah selesai, Moersi!
REF:
"“Game Over” for Morsi, Israel"; Gordon Duff; Press TV; 3 Juli 2013
Langsung saja, memang demikian. Ia telah "menjilat pantat" Direktur IMF Legarde, wanita lesbian asal Perancis yang kini tengah menghadapi masalah korupsi, untuk mendapatkan hutang sebesar $ 3 miliar (Presiden Syria Al Assad telah menerima penawaran beberapa kali lipat jumlah tersebut, namun ditolaknya mentah-mentah). Ia telah "menjilat pantat" Barack Obama dengan mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel. Ia "menjilat pantat" Nethanyahu dengan menenggelamkan terowongan-terowongan bawah tanah Gaza yang digunakan rakyat Palestina untuk mendapatkan bahan makanan dan obat-obatan. Ia "menjilat pantat" Erdogan dan Emir Qatar dengan menyerukan jihad ke Syria. Terakhir ia telah "menjilat pantat" dajjal dengan menyerukan perang kepada orang-orang Shiah yang berujung pada pembantaian seorang ulama besar Shiah Mesir dan beberapa pembantunya oleh orang-orang takfiri (orang yang suka mengkafirkan orang lain yang tidak sepemahanan dengan mereka).
Jika kita melihat spanduk-spanduk yang dibentangkan oleh para penentang Moersi di Lapangan Tahrir, Kairo, kita akan melihat betapa rakyat Mesir mampu melihat dengan jelas permainan jahat yang telah dimainkan Moersi, serta konspirasi besar para "penguasa dunia" yang ditujukan terhadap mereka.
Ini belum termasuk penindasan yang dilakukan Moersi dan kelompok pendukung utamanya, Ikhwanul Muslimin, terhadap lawan-lawan politik mereka.
"I know what you did last summer!" Demikian bunyi salah satu spanduk yang dipasang di Lapangan Tahrir merujuk pada pertemuan rahasia Moersi dengan dubes Amerika tahun lalu.
Namun yang paling banyak disuarakan para demonstran adalah frasa "Game Over".
Ya, permainanmu telah selesai, Moersi!
REF:
"“Game Over” for Morsi, Israel"; Gordon Duff; Press TV; 3 Juli 2013
1 komentar:
- Luar biasa ulasan tentang "Game Over" ini dan pergantian Emir Qatar oleh AS.
Israel to negotiate with al-Qaradawi?
Saturday, 26 February 2011
http://www.alarabiya.net/views/2011/02/26/139355.html
The above title is not meant to arouse excitement, nor is this a
joke currently doing the rounds, but rather this is a proposal put
forward by former Mossad chief Efraim Halevy, who has called on Israeli
Prime Minister Benjamin Netanyahu to open a dialogue with Sheikh Yusuf
al-Qaradawi.
It seems that the Israelis believe that al-Qaradawi has become a decision-maker in Egypt and the Arab world
Halevy proposed this after al-Qaradawi gave his most recent
Friday sermon in Cairo, and perhaps even after al-Qaradawi issued a
fatwa calling on the people of Libya to kill Colonel Gaddafi.
It seems that the Israelis believe that al-Qaradawi has become a decision-maker in Egypt and the Arab world, believing that he has become the Supreme Guide of the [Sunni] Islamic world.
This plays down or indeed ignores the reality of the situation, and the Muslim Brotherhood long ago clarified their position with regards to dealing with Israel, and they only use Israel to mobilize the Arab street, or blackmail Arab regimes, including the former Egyptian regime.
Therefore, how can we explain the Muslim Brotherhood's statements following the ousting of the Hosni Mubarak regime? Commenting on the Camp David Agreement, one Muslim Brotherhood group member stated that there is no disagreement, or criticism of the peace agreement between Egypt and Israel [on the part of the Muslim Brotherhood]. This agreement has been signed and so it is binding. This was the public position of the Muslim Brotherhood after Mubarak stepped down, and this of course, is nothing more than political hypocrisy.
If the Israelis believe that Sheikh Yusuf al-Qaradawi's sermon last Friday in Egypt was evidence of his influence and popularity then they are mistakenly reading the situation in the country, for he is merely jumping on the bandwagon, and this is something that many components of Egyptian society are aware of.
Whereas if the former Mossad chief's call for dialogue with Sheikh al-Qaradawi is based upon the Sheikh's fatwa calling for the death of Colonel Muammar Gaddafi, then this is also impulsive, for what positions has al-Qaradawi taken against Gaddafi over the past decade? For Gaddafi has been a friend of Sheikh al-Qaradawi, and indeed the Al Jazeera television channel, over the years.
Through a simple search of the YouTube video-sharing website, one will find that the Qatari Al Jazeera television channel is the Arab television channel which most broadcasts Gaddafi's speeches and interviews. This is something that Al Jazeera has done for a long period of time; granting Gaddafi air-time to attack whoever he wants, and say whatever he likes. Where was Sheikh Yusuf al-Qaradawi during this period, especially as Colonel Gaddafi is not a new member of the dictator's club, but has ruled Libya for 42 years?
Of course, what has happened in the past does not mean that we reject the issue of Israel opening dialogue with Sheikh Yusuf al-Qaradawi, for first and foremost this is up to him, and he is in the best position to decide this for himself.
Rather, what is meant by this article is to clarify the situation for the readers, for it seems that the disciples of the Muslim Brotherhood and the students of Sheikh al-Qaradawi, have become bolder these days, especially after what happened in Egypt, and following the fatwa of their Sheikh calling for the assassination of Gaddafi. They consider this [the assassination of Gaddafi] to be a moral act, as if the law imposed upon the Arab world is a life for a life, and a crime for a crime!
It is as there are no courts where the accused can be brought to justice, whether we are talking about ordinary people or leaders. We have never heard of cases being brought to court giving people permission to kill somebody, this is a completely new and unprecedented issue!
*Published in the London-based ASHARQ ALAWSAT on Feb. 26, 2011
It seems that the Israelis believe that al-Qaradawi has become a decision-maker in Egypt and the Arab world, believing that he has become the Supreme Guide of the [Sunni] Islamic world.
This plays down or indeed ignores the reality of the situation, and the Muslim Brotherhood long ago clarified their position with regards to dealing with Israel, and they only use Israel to mobilize the Arab street, or blackmail Arab regimes, including the former Egyptian regime.
Therefore, how can we explain the Muslim Brotherhood's statements following the ousting of the Hosni Mubarak regime? Commenting on the Camp David Agreement, one Muslim Brotherhood group member stated that there is no disagreement, or criticism of the peace agreement between Egypt and Israel [on the part of the Muslim Brotherhood]. This agreement has been signed and so it is binding. This was the public position of the Muslim Brotherhood after Mubarak stepped down, and this of course, is nothing more than political hypocrisy.
If the Israelis believe that Sheikh Yusuf al-Qaradawi's sermon last Friday in Egypt was evidence of his influence and popularity then they are mistakenly reading the situation in the country, for he is merely jumping on the bandwagon, and this is something that many components of Egyptian society are aware of.
Whereas if the former Mossad chief's call for dialogue with Sheikh al-Qaradawi is based upon the Sheikh's fatwa calling for the death of Colonel Muammar Gaddafi, then this is also impulsive, for what positions has al-Qaradawi taken against Gaddafi over the past decade? For Gaddafi has been a friend of Sheikh al-Qaradawi, and indeed the Al Jazeera television channel, over the years.
Through a simple search of the YouTube video-sharing website, one will find that the Qatari Al Jazeera television channel is the Arab television channel which most broadcasts Gaddafi's speeches and interviews. This is something that Al Jazeera has done for a long period of time; granting Gaddafi air-time to attack whoever he wants, and say whatever he likes. Where was Sheikh Yusuf al-Qaradawi during this period, especially as Colonel Gaddafi is not a new member of the dictator's club, but has ruled Libya for 42 years?
Of course, what has happened in the past does not mean that we reject the issue of Israel opening dialogue with Sheikh Yusuf al-Qaradawi, for first and foremost this is up to him, and he is in the best position to decide this for himself.
Rather, what is meant by this article is to clarify the situation for the readers, for it seems that the disciples of the Muslim Brotherhood and the students of Sheikh al-Qaradawi, have become bolder these days, especially after what happened in Egypt, and following the fatwa of their Sheikh calling for the assassination of Gaddafi. They consider this [the assassination of Gaddafi] to be a moral act, as if the law imposed upon the Arab world is a life for a life, and a crime for a crime!
It is as there are no courts where the accused can be brought to justice, whether we are talking about ordinary people or leaders. We have never heard of cases being brought to court giving people permission to kill somebody, this is a completely new and unprecedented issue!
*Published in the London-based ASHARQ ALAWSAT on Feb. 26, 2011
SYEKH QARDHAWI AGEN MOSSAD?
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/07/syekh-qardhawi-agen-mossad.html#.UdpeSqyN6So
Ulama Sunni paling terkemuka asal Mesir yang kini tinggal di Qatar,
Syekh Yusuf Qardhawi ternyata fasih berbahasa Ibrani (bahasa orang-orang
yahudi) dan menjalin hubungan rahasia dengan dinas inteligen Israel
Mossad.
Demikian pernyataan Asma Ben Kada, seorang anggota parlemen wanita Aljazair yang juga mantan istri dari Syekh Qardhawi sebagaimana ditulis situs berita online Tunisia, www.tuniscope.com, baru-baru ini.
Menurut Asma, Qardhawi yang kini menjabat sebagai presiden Uni Ulama Muslim Internasional itu pernah berkunjung ke Israel tahun 2010 dan sampai sekarang tetap mengadakan hubungan dengan Mossad. Kedekatannya dengan Israel itulah yang menyebabkan penguasa Qatar Hamad bin Khalifa Al Thani, yang kini telah digantikan putranya, untuk merekrutnya sebagai sekutu. Posisi Qardhawi yang dianggap penting membuat proyek-proyek zionisme di Timur Tengah lebih mudah dijalankan dengan melibatkannya.
Qatar adalah satu dari sedikit negara Islam yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel selain Turki, Mesir dll. Ketiga negara kini aktif dalam proyek zionisme di Syria untuk menggulingkan Presiden Bashar al Assad yang anti-Israel, setelah sebelumnya mereka sukses menggulingkan penguasa Libya Moammar Khadaffi.
Sumber-sumber inteligen juga menyebutkan bahwa Sheikh Qaradhawi telah menerima beberapa penghargaan dari Kongres AS, salah satu lembaga yang dikuasia oleh lobby yahudi. Penghargaan itu diberikan kepada Qaradhawi karena mampu melaksanakan proyek AS-Zionis di dunia Arab dan Islam.
Sumber: http://www.tuniscope.com/index.php/article/15942/actualites/international/qaradawi-mossad-433112
Demikian pernyataan Asma Ben Kada, seorang anggota parlemen wanita Aljazair yang juga mantan istri dari Syekh Qardhawi sebagaimana ditulis situs berita online Tunisia, www.tuniscope.com, baru-baru ini.
Menurut Asma, Qardhawi yang kini menjabat sebagai presiden Uni Ulama Muslim Internasional itu pernah berkunjung ke Israel tahun 2010 dan sampai sekarang tetap mengadakan hubungan dengan Mossad. Kedekatannya dengan Israel itulah yang menyebabkan penguasa Qatar Hamad bin Khalifa Al Thani, yang kini telah digantikan putranya, untuk merekrutnya sebagai sekutu. Posisi Qardhawi yang dianggap penting membuat proyek-proyek zionisme di Timur Tengah lebih mudah dijalankan dengan melibatkannya.
Qatar adalah satu dari sedikit negara Islam yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel selain Turki, Mesir dll. Ketiga negara kini aktif dalam proyek zionisme di Syria untuk menggulingkan Presiden Bashar al Assad yang anti-Israel, setelah sebelumnya mereka sukses menggulingkan penguasa Libya Moammar Khadaffi.
Sumber-sumber inteligen juga menyebutkan bahwa Sheikh Qaradhawi telah menerima beberapa penghargaan dari Kongres AS, salah satu lembaga yang dikuasia oleh lobby yahudi. Penghargaan itu diberikan kepada Qaradhawi karena mampu melaksanakan proyek AS-Zionis di dunia Arab dan Islam.
Sumber: http://www.tuniscope.com/index.php/article/15942/actualites/international/qaradawi-mossad-433112
PENGADILAN TURKI BATALKAN "PROYEK ERDOGAN"
http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/07/pengadilan-turki-batalkan-proyek-erdogan.html#more
Ini adalah berita kekalahan politik yang sangat telak bagi PM Turki
Tayyep Erdogan, namun mungkin juga dengan ini ia bisa bertahan hingga
tahun depan.
Pengadilan Turki akhirnya memerintahkan penghentian
megaproyek penataan Lapangan Taksim, Istanbul, proyek yang dianggap
menguntungkan kroni-kroni Erdogan, yang menjadi pemicu aksi-aksi
kerusuhan dan menimbulkan ketidakstabilan politik di Turki akhir-akhir
ini.
Penyelesaian masalah pembangunan Lapangan Taksim di tangan
pengadilan terjadi setelah Erdogan, demi menghentikan kemarahan publik
terhadap pemerintahannya, memutuskan menyerahkan legalitas proyek
tersebut ke pengadilan. Keputusan pengadilan tersebut tidak bisa
dipungkiri menjadi pukulan politik yang sangat telak bagi regim Erdogan.
Namun Erdogan bisa menjadi "jalan keluar" yang aman baginya dari
tekanan politik publik.
Sejak tgl 31 Mei lalu Turki diguncang oleh berbagai aksi demonstrasi menentang kekuasaan Erdogan. Aksi-aksi tersebut dipicu oleh tindakan keras polisi kepada para pengunjuk rasa damai di Taman Gezi, yang merupakan bagian dari kawasan Lapangan Taksim, yang menentang pembongkaran Taman Gezi untuk diganti menjadi pusat perbelanjaan mewah. Padahal Taman Gezi merupakan kawasan hijau satu-satunya yang masih ada di Istanbul dan selama ini menjadi tempat berkumpul publik dan tempat kunjungan wisata yang terkenal. Proyek pembangunan tersebut melibatkan kroni-kroni dekat Erdogan termasuk menantunya dan walikota Istanbul yang merupakan tokoh pendukung Partai AKP, partai yang dipimpin oleh Erdogan.
Aksi kekerasan polisi terhadap pengunjuk rasa damai itu kontan memicu terjadinya aksi-aksi demonstrasi yang lebih besar di seluruh Turki yang menghancurkan reputasi kekuasaan Erdogan dalam sekejap. Seluruh negara barat, para politisi dan media massanya yang selama ini menjadi sekutu dekat Erdogan, tiba-tiba saja beramai-ramai mengecam Erdogan. Sementara hubungan Erdogan dengan sekutu-sekutu dekatnya sendiri di AKP seperti Presiden Abdullah Gul serta tokoh gerakan Fethullah Gulen, termasuk dengan media massa Zaman, kini menjadi dingin.
Sebanyak 5 orang dikabarkan tewas selama aksi-aksi demonstrasi anti-Erdogan berlangsung. Minggu lalu para seniman, jurnalis dan penulis Turki memasang iklan besar-besaran di beberapa media massa yang isinya mengecam sikap keras Erdogan terhadap aksi-aksi demonstrasi.
PENGADILAN HAM EROPA PERINTAHKAN TURKI BERI GANTI RUGI
Sejak tgl 31 Mei lalu Turki diguncang oleh berbagai aksi demonstrasi menentang kekuasaan Erdogan. Aksi-aksi tersebut dipicu oleh tindakan keras polisi kepada para pengunjuk rasa damai di Taman Gezi, yang merupakan bagian dari kawasan Lapangan Taksim, yang menentang pembongkaran Taman Gezi untuk diganti menjadi pusat perbelanjaan mewah. Padahal Taman Gezi merupakan kawasan hijau satu-satunya yang masih ada di Istanbul dan selama ini menjadi tempat berkumpul publik dan tempat kunjungan wisata yang terkenal. Proyek pembangunan tersebut melibatkan kroni-kroni dekat Erdogan termasuk menantunya dan walikota Istanbul yang merupakan tokoh pendukung Partai AKP, partai yang dipimpin oleh Erdogan.
Aksi kekerasan polisi terhadap pengunjuk rasa damai itu kontan memicu terjadinya aksi-aksi demonstrasi yang lebih besar di seluruh Turki yang menghancurkan reputasi kekuasaan Erdogan dalam sekejap. Seluruh negara barat, para politisi dan media massanya yang selama ini menjadi sekutu dekat Erdogan, tiba-tiba saja beramai-ramai mengecam Erdogan. Sementara hubungan Erdogan dengan sekutu-sekutu dekatnya sendiri di AKP seperti Presiden Abdullah Gul serta tokoh gerakan Fethullah Gulen, termasuk dengan media massa Zaman, kini menjadi dingin.
Sebanyak 5 orang dikabarkan tewas selama aksi-aksi demonstrasi anti-Erdogan berlangsung. Minggu lalu para seniman, jurnalis dan penulis Turki memasang iklan besar-besaran di beberapa media massa yang isinya mengecam sikap keras Erdogan terhadap aksi-aksi demonstrasi.
PENGADILAN HAM EROPA PERINTAHKAN TURKI BERI GANTI RUGI
Sementara itu pengadilan Ham Eropa (European Court of Human Rights (ECHR)) pada hari Selasa (4/7) memerintahkan Turki untuk membayar gantirugi senilai 325,000 euros kepada keluarga 5 remaja Turki yang tewas dalam pertempuran antara tentara Turki dengan pemberontak Kurdi pada bulan Januari 2005. Turki menuduh kelima remaja tersebut adalah anggota Partai Pekerja Kurdistan yang sejak tahun 1980-an melakukan pemberontakan demi mendapatkan status otonomi bagi wilayah Kurdistan di Turki.
Menurut ECHR pemerintah Turki gagal memberikan bukti meyakinkan atas klaim mereka terhadap para korban. ECHR juga menyimpulkan pemerintah Turki gagal melakukan penyidikan atas kasus tersebut.
"Tidak ada penyidikan yang berarti yang dilakukan pada tingkat domestik, yang bisa memberikan bukti-bukti nyata di sekitar pembunuhan tersebut," demikian pernyataan ECHR.
Pada hari Minggu (2/7) polisi Turki menyerang ribuan demonstran Kurdi di kota Diyarbakir, kota utama kawasan Kurdistan Turki yang terletak di sebelah Tenggara Turki. Dalam aksi tersebut para demonstran menuntut pemerintah Turki untuk meningkatkan proses pembicaraan damai dengan Partai Pekerja Kurdistan yang telah dimulai tahun ini.
Konflik antara pemerintah Turki dan pemberontak Kurdi telah menewaskan puluhan ribu jiwa dari kedua belah pihak.
REF:
"Turkish court cancels plan to redevelop Istanbul’s Taksim Square"; Press TV; 3 Juli 2013
"Europe's rights court orders Turkey to compensate parents of clash victims"; Press TV; 3 Juli 2013
artikel sampah
BalasHapusterkadang hati ini tak ingin... melihat yang menyakitkan umat...dan sedih melihat betapa umat Islam telah saling menghinakan dan menghancurkan dirinya sendiri... karena para ulama dan tokoh2 serta penguasa muslim belum mau dan ikhlas sling bersilaturahim dan saling terbuka..untuk bisa bermusayawarah secara tulus... demi untuk kejayaan ummat Islam khususnya..dn membangun amal manfaat sebesar2nya bagi umat manusia...semesta..secara kongkrit...
BalasHapusFakta sejarah yang ada di beberapa negara muslim justru banyak carut marutnya... bukan oleh bangsa lain ...tetapi oleh pemimpin2 umat itu yang tidak mau bersatu...bahkan sepertinya selalu mudah di adu domba..dan issue2 saling hasad atau mendengki satu dengan yang lain...
Lain halnya di Palestina...yang benar2 dijajah Israel sejak 1947...itu yang disponsori Inggris-AS dkk... sehingga negara2 arab yang ingin membantunya selalu dikalahkan .... juga karena adanya pengkhianatan dari bangsa Arab sendiri...??
Konon...kehadiran Israel menjajah Palestina... juga seperti ada kesepakatan terselubung dari raja2 Arab..yang disaat itu...sedang membutuhkan perlindungan Inggris dkk...karena mereka memberontak kepada Khalifah Ustmany..??
membaca sejarah dan melihat apa yg sedang terjadi...tentu..satu dengan lainnya...ada benang merah...yang saling taerkait...
Adakah klarifikasi yang bisa.. kita mendapat informasi lebih jelas..dan bisa kembali menyatu seutuhnya sebagai umat yang membawa kebenaran-dan kemuliaan dan membangun martabat kemanusiaan seutuhnya...??