Enam (6) Organisasi Rahasia Paling Berbahaya di Dunia
http://www.akhirzaman.info/secret-societies/skull-and-bones/2178-enam-6-organisasi-rahasia-paling-berbahaya-di-dunia.html
Setiap organisasi dibentuk untuk tujuan
tertentu, tergantung siapa yang mendirikan dan siapa saja anggotanya,
sehingga tak dapat dipungkiri kalau tak semua organisasi memiliki tujuan
yang baik. Di antara organisasi-organisasi jahat itu bahkan ada yang
seperti tak henti-hentinya menebar teror dan pembunuhan demi satu
tujuan. Dan karena tujuannya itu, tak jarang organisasi ini bersifat
sangat rahasia sehingga banyak yang ragu kalau organisasi itu memang
ada. Berikut enam organisasi paling jahat dan berbahaya di dunia yang
datanya dikutip dari berbagai sumber.
1. Freemasonry
Eksistensi
organisasi persaudaraan rahasia kaum elit Yahudi ini berawal dari
dibasminya ordo Ksatria Templar oleh Raja Perancis Philipe le Bel dan
Paus Clemens V pada abad ke-14. Ketika pembasmian berlangsung, para
anggota ordo ini tercerai berai kemana-mana dan di antaranya ada yang
menyamar menjadi tukang batu dan bergabung dengan Serikat Tukang Batu di
Skotlandia yang disebut Mason. Bahkan dari nama inilah nama Freemasonry
berasal. Menurut sejumlah referensi, termasuk buku 'Knight Templar,
Knight Crist', organisasi ini bertujuan untuk menegakkan kembali
kejayaan bangsa Yahudi yang terusir dari Yaruselem pada 70 Masehi
setelah runtuhnya kuil Sulaiman akibat perang Salib. Untuk mencapai
tujuannya ini, mereka melakukan berbagai cara, termasuk menyingkirkan
siapapun yang menghalangi jalannya, bahkan menghancurkan negara yang
dianggap tidak mendukung gerakannya. Kelompok inilah yang berada di
belakang Revolusi Perancis pada 1789, Revolusi Inggris, dan yang
memerdekakan Amerika Serikat 4 Juli 1776 dan kemudian menungganginya
hingga kini. Bahkan mereka pula yang berada di belakang berdirinya
negara Israel. Hingga kini organisasi ini masih terus bekerja untuk
menggenggam dunia dengan berupaya menciptakan Tatanan Dunia Baru dimana
mereka sebagai penguasanya. Bukti salah satu kekuatan mereka tertera
pada uang lembaran satu dolar Amerika yang bergambar piramida dengan
satu mata pada puncaknya.
2. Illuminati
Ini
juga kelompok persaudaraan rahasia kaum elit Yahudi. Semula organisasi
ini berdiri sendiri, namun karena memiliki kesamaan misi dan visi dengan
Freemansonry, organisasi ini bergabung dengan organisasi itu.
Illuminati yang berarti pencerahan, didirikan oleh Adam Weishaupt
(1748-1811) seorang keturunan Yahudi kelahiran Ingolstadt, Jerman, dan
memiliki latar belakang pendidikan sebagai seorang Jesuit. Dia bahkan
pernah menjadi pendeta Katolik, namun karena ajarannya dianggap
menyimpang, dia didepak gereja. Hingga kini organisasi ini terus bahu
membahu untuk menjadikan Israel sebagai penguasa dunia.
3. The Order of Nine Angles (ONA)
Organisasi
pemuja setan ini muncul di Inggris Raya pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Anggota organisasi ini didoktrin sebagai individu yang menjadikan
dirinya sebagai pribadi-pribadi yang unggul dan bijaksana, sehingga
mereka tak segan-segan menghadapi tantangan yang mungkin saja melampaui
kemampuan batas fisik dan mentalnya. Organisasi yang memiliki asosiasi
dan kelompok-kelompok di Amerika Serikat, Eropa, Australia, Selandia
Baru, Kanada, Rusia, dan Islandia ini tak segan-segan mengorbankan nyawa
manusia dengan dalih untuk menghilangkan karakter manusia yang lemah.
4. Thule Society
Sebelum
Nazi berkuasa, kelompok ini berpusat di Munich, Jerman, dan setelah
organisasi yang dipimpin Hitler itu berkuasa, kelompok ini dimasukkan
dalam organisasi bersebut. Thule berasal dari sebuah wilayah misterius
di utara Yunani dimana di situ hidup makhluk yang disebut Hyperboreans
dan dan dipercaya sebagai ras asli bangsa Arya. Organisasi ini dibentuk
pada 17 Agustus 1918 oleh tiga orang, dimana dua di antaranya bernama
Rudolf von Sebottendorff dan Lanz von Liebenfels. Organisasi ini
dicurigai punya kaitan dengan Freemansonry dan Illuminati, karena tujuan
organisasi ini juga untuk menciptakan Tatanan Dunia Baru. Mereka bahkan
tak segan-segan membunuh dengan dalih untuk mengurangi populasi.
Anggota organisasi ini bahkan mempraktekkan Seksual Black Magic dan
Magic yang dicurigai bersumber dari Kaballah, ilmu sihir Yahudi kuno.
Konon, masuknya organisasi ini ke Nazi lah yang membuat Hitler menjadi
memiliki nafsu membunuh yang keji dan impoten. Ini terjadi serelah
Hitler mengikuti ritual-ritual sesatnya itu.
5. Skull and Bones
Organisasi
ini didirikan pada tahun 1832 oleh mahasiswa Yale bernama William
Huntington Russel, seorang pemuda dari keluarga kaya raya yang
mendapatkan hartanya dari bisnis perdagangan opium. Pada awal tahun
1830, Russel pergi ke Jerman untuk belajar selama setahun. Di sana, ia
bertemu dengan pemimpin sebuah perkumpulan rahasia dan segera menjalin
persahabatan dengannya. Perkumpulan ini disebut memiliki keterkaitan
dengan okultisme dan menggunakan kepala orang mati sebagai lambangnya.
Saat itu, di Amerika sedang beredar
sentimen anti Freemasonry yang sangat kuat. Partai anti mason didirikan
dan banyak politikus berkampanye untuk melarang aktifitas Freemasonry.
Dampak dari kampanye ini kemudian mempengaruhi semua organisasi yang
bersifat rahasia, termasuk perkumpulan-perkumpulan mahasiswa.
Ketika Russel kembali ke Yale, ia
menemukan kalau sentimen inipun mempengaruhi perkumpulan-perkumpulan
yang ada di situ, termasuk perkumpulan favoritnya, Phi Betta Kappa, yang
mulai menanggalkan tradisi kerahasiaan mereka.
Melihat situasi ini, Russel menjadi
sangat marah dan bertekad untuk membalas dendam. Lalu ia mengumpulkan
para mahasiswa dari keluarga berpengaruh dan mengajak mereka untuk
mendirikan sebuah perkumpulan rahasia yang diberi nama The Brotherhood
of Death atau The Order of the Skull and Bones yang kemudian berubah
menjadi Skull and Bones saja. Salah satu perkumpulan rahasia paling
berpengaruh di Amerika ini memliki ritual yang mengerikan, karena
setelah 15 anggota baru terpilih, mereka harus menjalani ritual wajib
seperti berbaring di dalam peti mati, bergulat di lumpur, mencium
tengkorak dan memberikan pengakuan mengenai sejarah kehidupan seksual
mereka di hadapan anggota-anggota lain. Namun demikian, dari perkumpulan
ini lahir tokoh-tokoh penting seperti Henry Luce sang pendiri majalah
Time, dan Frederick Smith sang pendiri FedEx.
6. Order of The Assassins
Nama
organisasi ini berasal dari bahasa Arab Hashashin atau Hashashiyyin,
dan didirikan oleh Hasan-i-Sabbah, seorang pengikut sekte Ismailiyah,
sebuah sekte yang berkembang di kawasan Persia, khususnya Kairo, Suriah,
dan sebagian kawasan Timur Tengah. Organisiasi ini merajalela selama
hampir dua abad, tepatnya dari tahun 1090 hingga 1273. Korbannya adalah
orang-orang ternama dan ditakuti oleh raja-raja, pangeran, para syekh,
dan sultan. Organisasi ini bermarkas di Alamut (sekarang di sebelah
barat Iran), dan memiliki anggota yang sangat loyal dan berani mati yang
disebut Fidayeen. Organisasi ini dapat dianggap sebagai organisasi
teroris pertama di dunia.
Sumber: sangpemburuberita
The Act of Settlement
http://www.royal.gov.uk/MonarchUK/HowtheMonarchyworks/TheActofSettlement.aspx
The Act of Settlement of 1701 was
designed to secure the Protestant succession to the throne, and to
strengthen the guarantees for ensuring a parliamentary system of
government.
The Act also strengthened the Bill of Rights (1689), which had previously established the order of succession for Mary II’s heirs.
The Act also strengthened the Bill of Rights (1689), which had previously established the order of succession for Mary II’s heirs.
Mary’s father, James II, had fled England in 1688 during
events described as the ‘Glorious Revolution’. James’s Roman Catholic
sympathies and belief in the divine right of the Crown, resulted in
disgruntled parliamentarians offering the throne to his eldest
Protestant daughter, Mary. She accepted it on condition that she could
reign jointly with her Dutch husband, William of Orange, who became
William III.
From this time onwards the Bill of Rights proved to
be of fundamental importance for the evolution of constitutional
monarchy. The Act of Settlement reinforced the Bill of Rights, in that
it strengthened the principle that government was undertaken by the
Sovereign and his or her constitutional advisers (i.e. his or her
Ministers), not by the Sovereign and any personal advisers whom he or
she happened to choose.
Although the Bill of Rights had
established the order of succession with the heirs of Mary II, Anne and
William III, neither of James II’s daughters had surviving heirs casting
uncertainty on the future of succession. Mary had died of smallpox in
1694, aged 32, and by 1700 William was dying. Anne's only surviving
child (out of 17 children), the Duke of Gloucester, had died that same
year at the age of 11. Without a confirmed heir the decision was made by
parliament to ensure that succession of future sovereigns remained
within the Protestant faith.
According to the 1701 Act,
succession to the throne went to Princess Sophia, Electress of Hanover
(James I's granddaughter) and her Protestant heirs. However, Sophia died
before Queen Anne, therefore the succession passed to her son, George,
Elector of Hanover, who in 1714 became King George I. The act was later
extended to Scotland as a result of the Treaty of Union enacted in the
Acts of Union of 1707.
The Act also laid down the conditions under
which alone the Crown could be held. No Roman Catholic, nor anyone
married to a Roman Catholic, could hold the English Crown. The Sovereign
now had to swear to maintain the Church of England (and after 1707, the
Church of Scotland).
Two examples of members of the current
Royal family being removed from the line of succession are that of The
Earl of St. Andrews and HRH Prince Michael of Kent, who both lost the
right of succession to the throne through marriage to Roman Catholics.
Any children of these marriages remain in the succession provided that
they are in communion with the Church of England.
In 2008 it was
announced that Peter Philips, son of The Princess Royal, would marry
Autumn Kelly. She had been baptised as a Catholic but had been accepted
into the Church of England before her marriage. Therefore Peter Phillips
retained his place in the line of succession.
The Act of
Settlement not only addressed the dynastic and religious aspects of
succession, it also further restricted the powers and prerogatives of
the Crown.
Under the Act, parliamentary consent had to be given for the Sovereign to engage in war or leave the country, and judges were to hold office on good conduct and not at Royal pleasure - thus establishing judicial independence.
Under the Act, parliamentary consent had to be given for the Sovereign to engage in war or leave the country, and judges were to hold office on good conduct and not at Royal pleasure - thus establishing judicial independence.
History and background
The origins of constitutional monarchy in Britain go back a long way. Until the end of the seventeenth century, British monarchs were executive monarchs, which means that they had the right to make and pass legislation.
But even in early times there were occasions when the Sovereign had to act in accordance with the law and take into account the will of his people.
With the signing of the Magna Carta in 1215, for example, the leading noblemen of England succeeded in forcing King John to accept that they and other freemen had rights against the Crown.
In the seventeenth century, the Stuart kings propagated the theory of the divine right of kings, claiming that the Sovereign was subject only to God and not to the law.
Widespread unrest against their rule led to civil war in the second half of the seventeenth century. In 1688-9 Parliamentarians drew up a Bill of Rights, which established basic tenets such as the supremacy of Parliament.
The constitutional monarchy we know today really developed in the eighteenth and nineteenth centuries, as day-to-day power came to be exercised by Ministers in Cabinet, and by Parliaments elected by a steadily-widening electorate.
One of the most important writers on the subject of constitutional monarchy was a Victorian economist and writer called Walter Bagehot (1826-77).
His book, 'The English Constitution', first published in 1867, provided an analysis of the role of monarchy which remains relevant today. For example, Bagehot describes the way in which monarchy symbolises the unity of the national community.
He wrote: "The nation is divided into parties, but the crown is of no party. Its apparent separation from business is that which removes it both from enmities and from desecration, which preserves its mystery, which enables it to combine the affection of conflicting parties ...."
Bagehot also noticed the importance of the Royal Family. "A family on the throne is an interesting idea also. It brings down the pride of sovereignty to the level of petty life."
From the point of view of political power, according to Bagehot, the main influence of the Sovereign was during a political ministry, for the Sovereign had three rights: "the right to be consulted, the right to encourage, the right to warn". According to Bagehot, a Sovereign would, over the course of a long reign, accumulate far more knowledge and experience than any minister.
Bagehot's views of how monarchy works proved influential, and by the reign of King George V, the principle of constitutional monarchy was firmly established in Britain.
The Bill of Rights Act 1689 set out the foundations of constitutional monarchy. Rights obtained by Parliament included:
• Freedom from Royal interference with the law;
• Freedom from taxation by Royal prerogative;
• Freedom to petition the King;
• Freedom to elect members of Parliament without interference from the Sovereign.
Konspirasi Gerakan Penyembah Iblis
Oleh : Faisal Rahman
http://www.akhirzaman.info/yahudi/kabballah/2096-konspirasi-gerakan-penyembah-iblis.html
Pengertian
Secara harafiah Kabbalah (Qabala)
bermakna tradisi lisan. Kata Kabbalah diambil dari bahasa Ibrani: qibil
yang bermakna menerima atau tradisi warisan.
Kabbalah atau Qibil dalam bahasa Ibrani
awalnya adalah istilah yang netral, yang secara harfiah memiliki arti
sebagai ‘lisan’. Namun belakangan, ketika kaum Yahudi menggunakan
istilah ini untuk menyembunyikan dan memelihara kepercayaan
mistis-esoteris kelompok mereka, maka istilah ini menjadi sangat
politis. Encarta Encyclopedia (2005) menuliskan bahwa istilah Kabbalah
berasal dari bahasa Ibrani yang memiliki pengertian luas sebagai ilmu
kebatinan Yahudi atau Judaism dalam bentuk dan rupa yang amat beragam
dan hanya dimengerti oleh sedikit orang.
Kabbalah
adalah kepercayaan Yahudi kuno yang amat rahasia. Kabbalah mempelajari
arti tersembunyi dari Taurat dan naskah-naskah kuno Judaisme, walau
demikian, diyakini bahwa Kabbalah sesungguhnya memiliki akar yang lebih
panjang dan merujuk pada ilmu-ilmu sihir kuno di zaman Fir’aun yang
biasa dikerjakan dan menjadi alat kekuasaan para pendeta tinggi di
sekitar Fir’aun. Ajarannya berupa ilmu sihir dan ritual pemujaan Iblis
yang telah dikembangkan sejak ribuan tahun. Menurut sejarah, Ordo
Kabbalah telah berusia 4.000 tahun, sejak Nabi Ibrahim as meninggalkan
Sumeria, akhirnya menyebar ke Mesir Kuno hingga Ke Palestina. Ordo
Kabbalah dibentuk dan diberi nama Ordo Persaudaraan saat perpindahan
Bani Israil ke Babilonia yakni pada era Dinasti Ur ke-3 (2112 -2004 SM
). Doktrin mistis Kabbalah merupakan induk dari segala ilmu sihir yang
ada di dunia hingga hari ini. Sejatinya merupakan elemen eksternal yang
menyusup ke dalam agama Yahudi.
Doktrin Pemahaman
Menurut ajaran Kabbalah proses
penciptaan dimulai dengan munculnya benda-benda yang disebut Sefiroth
yang artinya lingkaran-lingkaran atau orbit-orbit yang bersifat material
maupun spiritual. Benda tersebut berjumlah 32. Sepuluh yang pertama
beremanasi dengan Tuhan yang gaib di kedalaman yang tak terbatas. Dogma
Kabbalah ada relasinya dengan sistem kepercayaan astrologi kuno. Pada
hakekatnya Kabbalah telah menyimpang jauh dari agama Yahudi. Ajaran
tersebut menjadi doktrin mistis dari keimanan Yahudi yang melenceng dari
Taurat.
Theodore Reinach seorang pakar sejarah
Yahudi mendiskripsikan bahwa Kabbalah adalah racun teramat halus yang
menyusup dan memenuhi nadi agama Yahudi. Doktrin tentang Tuhan mereka,
bertentangan dengan fakta penciptaan dalam Taurat.
Penjelasan kaum Kabbalis tentang Tuhan
direfleksikan sebagai bentuk tertinggi yang tak terlukiskan yang disebut
En Sof. Adapun En Sof telah memanifestasikan dirinya kepada pengikutnya
dalam sepuluh aspek (Sefiroth) realitas ilahiah. Kesepuluh aspek
tersebut yakni: Kether Elyon : Mahkota tertinggi; Hokhmah :
Kebijaksanaan; Binah : Akal; Hesed : Cinta atau pengampunan; Din :
Kekuasaan; Rakhamim: Kasih Sayang; Netsakh : Keabadian; Hod : Kegungan;
Yesod : Fondasi; Malkuth: Kerajaan (Sekhinah).
Tuhan
mereka adalah iblis (Lucifer), mereka meyakini bahwa Iblis adalah
malaikat yang terbuang dari surga karena menolak perintah ALLAH untuk
bersujud kepada Adam. Bagi mereka, penolakan iblis adalah bukti
tingginya tingkat pemahaman "tauhid" iblis, namun selanjutnya mereka
malah mensejajarkan iblis dengan Tuhan itu sendiri.
Kitab suci Kabbalah terbagi dalam dua
buku: Sefer Yetzerah (Kitab Penciptaan) dan Sefer Zohar (Kitab
Kemegahan). Zohar penuh dengan ayat-ayat rahasia. Ayat-ayat tersebut
hanya bisa dipahami melalui kitab yetzerah. Di Eropa beberapa abad
setelah Masehi muncul Sefer Bahir (Kitab Cahaya).
Kitab suci Kabbalah ditulis dalam bahasa
Ibrani, selanjutnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Rujukan
kaum Kabbalis tersebut berisi ajaran suci bagi kultus sesat dan
penyembahan terhadap iblis. Teologi Kabbalah tersusun dari mitologi
paganisme dan menjadi dasar dari kemerosotan agama Yahudi. Klaim
Kabbalah bahwa manusia bertanggung jawab terhadap keberadaannya. Kaum
Kabbalis menyebut iblis sebagai Lucifer (cahaya, pencerahan). Hal
tersebut berkaitan dengan kepercayaan mereka yaitu kekuasaan yang
berasal dari cahaya, api dan matahari yang merupakan perlambang iblis.
Di dalam struktur ajaran mereka terdapat
hirarki kekuasaan: Sefrotim (penyinaran) diasosiasikan sebagai makhuk
supra natural. Dalam bahasa Ibrani disebut : Shedim yang terdiri dari
sejumlah roh. Shedim yang kawin dengan manusia disebut Mazzikim dan anak
hasil perkawinannya disebut: Banim Shovanim (anak haram jadah).
Kabbalah merepresentasikan bahwa manusia menjadi suci setara dengan Tuhan, dalam istilah modern dikenal dengan faham HUMANISME.
Dalam bdang sosial, ajaran ini
membalikan kepercayaan akan hari akhir sebagaimana yang difahami oleh
agama-agama samawi, dimana dalam agama samawi dunia ini dianggap sebagai
sarana menuju kehidupan yang kekal (akhirat). Jadi dalam ajaran
Kabbalah dunia ini dianggap sebagai alam nyata yang sesungguhnya, dimana
kehidupan hanya terjadi sekali, sedangkan akhirat itu sendiri hanyalah
halusinasi. Dari sinilah lahir faham kebebasan serta gaya hidup hedonis
dan materialistis.
Membaca Simbol-simbol Kabbalah
Penganut Kabbalah selalu identik dengan
simbol. Organ lelaki disimbolkan dengan Phallus (Lingga), perlambang
kekuasaan regeneratif. Organ wanita dimanifestasikan oleh Yuna yang
melambangkan kesuburan. Contoh pengaruh simbol Kabbalah dalam bangunan
nampak pada bangunan istana kepresidenan Amerika Serikat yang
melambangkan Yuna yang didepannya terdapat tugu yang melambangkan
Phallus. Ini sama persis dengan istana kepresidenan Indonesia yang tepat
didepannya terdapat bangunan Monas.
Lain halnya untuk menjelaskan struktur
hirarki, mereka menggunakan segitiga dan piramida. Para elit Kabbalis
berada pada puncak piramida yang menguasai massa yang menopang bangunan
tersebut.
Metode Pencerahan
Metode pencerahan ala Kabbalah seperti
layaknya metode psikoanalis masa kini dalam pencarian kebenaran sekuler,
Teologi yang menyimpang ini membebaskan seseorang dari penjara duniawi
membawa menuju ranah ilahiah, dengan cara inilah belenggu jiwa dibuka
hingga ditemukan sumber kekuatan psikis yang mencerahkan serta mengobati
penderitaan. Mistisisme Kabbalis menjustifikasi mampu menerobos ke
dalam pikiran dibanding bentuk-bentuk agama yang ”rasional”. Klaim
mereka “bahwa Tuhan kaum Kabbalis mampu menjawab kebutuhan, ketakutan
dan kecemasan primitif”.
Contoh nyata adalah ketika masyarakat
Barat menilai Tuhan dengan caranya yang kian sekuler. Menganggap bahwa
hidup hanya sekali, setalah itu adalah halusinasi. Sesungguhnya seperti
itulah gambaran tentang pencarian Tuhan oleh para selebritis dunia yang
semakin kebablasan.
Trend Kabbalah di kalangan Selebritis
Di kalangan selebritis, Maddona dianggap
sebagai "ratu" kabbalah, dia sendiri mengatakan "Saya ke gereja
Anglikan, saya ke Sinagog, saya ikut serta dalam semua agama. Dalam
tulang saya, saya adalah Katolik, karena demikianlah saya dibesarkan.
Tapi seluruh hidup saya menyatu dengan Yahudisme (Kabbalah)".
Selain Maddona selebritis penganut "agama" ini adalah Guy Richie, Ashton Kutcher, Demi Moore, Rihhana, Christina Aguillera, Jennifer Aniston, Lindsay Lohan, dan masih banyak lagi. Mereka mencapai puncak kejayaannya dengan menjual diri kepada Iblis dengan menganut Kabbalah. Adapun Michael Jackson dan Britney Spears adalah mantan anggota persaudaraan mereka juga namun mereka telah keluar. Akibatnya karir mereka meredup, bahkan sebagian berakhir tragis.
Selain selebritis banyak pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh dunia yang menjadi penganut ajaran ini, dia bisa dari etnis dan ras apa saja agama apa saja, namun memiliki sesembahan dan tujuan yang sama. Motivasi mereka tentu meraih kejayaan dengan cara instan.
Meski begitu tidak semua politisi dan selebriti menganut faham ini, masih banyak selebriti-selebriti yang saleh yang berpegang teguh pada agamanya dan menjadi penentang ajaran Kabalah ini.
Struktural dan Gerakan
Kabbalah terdiri dari 3 ordo, yaitu : Ordo Hijau, Ordo Kuning, serta Ordo Putih. Ketiga ordo ini adalah satu kesatuan, pembagian ordo bisa dikatakan merupakan hanya sekedar pembagian tugas, namun semua bermuara pada satu ajaran, yakni Kabbalah.
Ordo Hijau lebih menekankan pada aspek
spiritualitas, atau lebih tepatnya penyembahan terhadap Iblis (Lucifer
dalam bahasa Bibel). Dengan kata lain disinilah tempat berkumpulnya
"ulama-ulama" Kabbalah.
Sementara Ordo Kuning lebih bergerak di
bidang sosial dan ekonomi, seperti menanamkan pengaruh di masyarakat
berupa pembentukan pola fikir, selera, dan gaya hidup melalui media
massa dengan memanfaatkan isu globalisasi. Mereka bergerak melalui
media-media televisi, film, lifesyle, dll. Oganisasi-organisasi yang
teridentifikasi dengan Orde Kuning ini diantaranya adalah Lions Club dan
Rotary Club. Di bidang industri pefilman, para penganut
Yahudi-Kabbalah ini menguasai lebih dari 70% rumah produksi di
Hollywood, disamping itu mereka juga menguasai media-media massa,
tenologi, keuangan dan perbankan serta bidang-bidang lainnya yang
strategis.
Sedangkan Ordo putih nyaris tidak
teridentifikasi. Hal ini disebabkan gerakannya sangat rahasia, dan
mereka berkonsentrasi pada misi politik. Ajaran Kabbalah dirumuskan
untuk menentukan jalannya peradaban manusia dengan membentuk satu
pemerintahan dunia (E Pluribus Unum) atau “Tata Dunia Baru" (Novus Ordo
Seclorum - The New World Order) di bawah kendali Yahudi. Namun
sesungguhnya Penciptaan Tata Dunia Baru yang menjadi cita-cita mereka
tidak lain adalah keinginan untuk menguasai dunia.
Bagi
anda yang memegang uang US Dollar tentu tidak asing dengan kata "Novus
Ordo Seclorum" atau The New World Order atau Tata Dunia Baru sebagaimana
kalimat-kalimat itu sering didengungkan oleh Presiden Amerika Serikat
dan negara-negara Barat.
Inilah gerkan politik Kabbalah Ordo
Hijau yang diwakili oleh gerakan "tangan terselubung" berupa
organisasi-organisasi bawah tanah semacam Illuminati dan Freemasonry
yang bermuara pada gerakan Zionisme. Gerakan ini yang menyebarkan faham
Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme. Bahkan gerakan ini pula yang
dituding mendalangi lebih dari 50% pertumpahan darah yang terjadi dalam
sejarah peradaban manusia.
Pembahasan mengenai organisasi-organisasi tersebut akan dibahas pada bagian-bagian selanjutnya.
Pada akhirnya kita perlu mencermati kembali perkataan Benjamin Disraeli (Seorang Yahudi Kabbalah anggota Freemasonry) dalam bukunya "Conningsby (1884), bahwa "Dunia sekrang diperintah oleh orang-orang dengan cara yang berbeda dari apa yang ada dalam benak mereka (non-Yahudi-Kabbalah) yang tidak mengerti sesungguhnya apa yang terjadi. Penguasa sebenarnya bukanlah raja atau presiden, penguasa itu adalah "tangan-tangan terselubung".
Pada akhirnya kita perlu mencermati kembali perkataan Benjamin Disraeli (Seorang Yahudi Kabbalah anggota Freemasonry) dalam bukunya "Conningsby (1884), bahwa "Dunia sekrang diperintah oleh orang-orang dengan cara yang berbeda dari apa yang ada dalam benak mereka (non-Yahudi-Kabbalah) yang tidak mengerti sesungguhnya apa yang terjadi. Penguasa sebenarnya bukanlah raja atau presiden, penguasa itu adalah "tangan-tangan terselubung".
Siapakah tangan-tangan terselubung itu? Mungkinkah dia Dajjal La'natullah atau Anti-Christ menurut bahasa Bibel?
Pola Gerakan
-Menggunakan suap (termasuk bea-siswa),
wanita (sex), dan prospek karier dalam rangka menggaet tokoh-tokoh yang
(potensial) menduduki posisi tinggi di bidang akademik, politik,
ekonomi, sosial, militer, dan lain-lain. Sasarannya adalah mereka yang,
berambisi, yang terpinggirkan, dan atau, yang tengah terbenam dalam
pusaran masalah pribadi, dan sebagainya.
-Freemasonry bekerja dengan memusatkan pada penguasaan media massa. Jaringan kerja ini berada di bawah pengawasan dan kendali jaringan media massa internasional yang dikuasai pemodal Yahudi, seperti Viacom, Turner, Murdoch, dan lain-lain. Media-massa yang dikendalikan oleh “Freemasonry” bekerja dengan pola penyajian berita yang secara sengaja “memelintir” berita, memanipulasi fakta, berita bohong, dan menggunakan metode publikasi repetitif secara terus-menerus untuk membangun opini publik yang dikehendaki tentang sesuatu topik. Tidak hanya itu, media film juga merupakan alat doktrin mereka. Faktanya mereka menguasai lebih dari 70% rumah-rumah produksi di Hollywood.
-Freemasonry bekerja dengan memusatkan pada penguasaan media massa. Jaringan kerja ini berada di bawah pengawasan dan kendali jaringan media massa internasional yang dikuasai pemodal Yahudi, seperti Viacom, Turner, Murdoch, dan lain-lain. Media-massa yang dikendalikan oleh “Freemasonry” bekerja dengan pola penyajian berita yang secara sengaja “memelintir” berita, memanipulasi fakta, berita bohong, dan menggunakan metode publikasi repetitif secara terus-menerus untuk membangun opini publik yang dikehendaki tentang sesuatu topik. Tidak hanya itu, media film juga merupakan alat doktrin mereka. Faktanya mereka menguasai lebih dari 70% rumah-rumah produksi di Hollywood.
Berkaitan adanya hubungan antara Zionis-Freemason-Illuminati dengan Hollywood silahkan buka di (http://www.tcssite.com/video/PBKDZhu-EZw/watch.html)
Misi dan Agenda
Freemasonry dan Illuminati ditengarai
sebagai dalang dari setidaknya 50% pertumpahan darah dan peristiwa besar
dalam sejarah manusia sejak abad pertengahan. Mulai dari Perang Salib,
Revolusi Perancis, Revolusi Industri di Inggris, Perang Dunia I, Perang
Dunia II, Holocaust, krisis ekonomi dunia, peristiwa WTC, terorisme dan
bahkan berdasarkan dokumen-dokumen dan teks-teks yang valid gerakan
mereka memiliki agenda untuk menceburkan negara-negara kedalam Perang
Dunia III.
Perang Dunia sangat penting bagi mereka
dalam rangka menciptakan "Tata Dunia Baru" atau "Novus Ordo Seculum"
atau "Order of The New World". Dengan harapan bahwa katika dan setelah
perang akan semakin banyak negara-negara yang membutuhkan dana, maka
pada saat itulah mereka memainkan pengaruhnya. Belajar dari Perang Dunia
I dan II, para pemilik modal Yahudi akan memberikan pinjaman dengan
syarat yang mengikat. Mereka akan memberikan modal untuk membangun
persenjataan kedua belah pihak agar keduanya saling menghancurkan, dan
setelah negara-negara hancur akibat perang maka negara-negara akan
semakin memiliki ketergantungan kepada para pemilik modal Yahudi.
Memang sulit dipercaya, namun itulah
yang telah terjadi dan tengah berlangsung SAAT INI. Setelah
mengkonsolidasikan cengkeraman atas keuangan sebagian besar dari negara –
negara Eropa pada pertengahan kedua abad-19, para bankir Yahudi mulai
bekerja memperluas lingkungan pengaruhnya ke ujung-ujung dunia dalam
rangka persiapan mereka melakukan serangan terhadap Amerika Serikat.
Pada dasawarsa pertama abad ke-20 agenda mereka kian nyata dalam rangka
mencapai tujuan untuk mendominasi dunia. Mereka merekayasa serangkaian
perang dunia dengan tujuan untuk mengikis dunia lama untuk membangun
suatu “Tata Dunia Baru”.
Rencana
ini digariskan oleh Albert Pike dengan sangat rinci. Ia sendiri tidak
lain adalah ‘The Souvereign Grand Commander of the Ancient and Accepted
Scottish Rite of Freemasonry’, tokoh puncak “Freemasonry” di Amerika
Serikat. Dalam salah satu suratnya kepada Giuiseppe Mazzini pada tanggal
15 Agustus 1871, Albert Pike menguraikan rancangan kelompok
“Freemasonry” yang kedengarannya nyaris tidak masuk akal.
Dalam surat yang ditulis pada penghujung
abad ke-19 itu, Pike menyatakan Perang Dunia I yang “diagendakan” pada
awal abad ke-20 dirancang untuk menghancurkan Czaris Rusia – dan
menempatkan negeri yang luas itu ke bawah kekuasaan para agen
“Freemasonry”, Rusia yang baru itu akan dijadikan “momok” untuk mencapai
tujuan-tujuan “Freemasonry” ke seluruh penjuru dunia.
Perang Dunia II, dirancang untuk dapat
terjadi pada pertengahan abad ke-20 melalui manipulasi terhadap
perbedaan yang ada antara kaum nasionalis Jerman dan politisi Zionis.
Hal ini diharapkan akan menghasilkan perluasan pengaruh Rusia non-Czaris
dan berdirinya Negara Israel di Palestina.
Perang Dunia III, direncanakan akan
dilaksanakan pada awal abad ke-21 yang bersumber dari berbagai bentuk
perbedaan yang menghasilkan kekacauan dan konflik oleh agen-agen
“Freemasonry”, antara kaum Zionis dengan bangsa-bangsa Arab, Konflik itu
dircncanakan akan meluas ke seluruh dunia.
Masih menurut surat Albert Pike yang
bertanggal 15 Agustus 1871 itu, “Freemasonry” merancang melepaskan “kaum
Nihilis dan Atheis untuk memprovokasi suatu pergolakan sosial yang
dahsyat, dimana dengan segala kengeriannya akan diperlihatkan dengan
sangat jelas kepada seluruh dunia pengaruh dari Atheisme mutlak,
kebuasan, yang akan menghasilkan pergolakan yang bergelimang darah”.
“Kemudian
dimana-mana, rakyat akan berhadapan dengan kelompok yang berniat untuk
menghancurkan peradaban, dan mereka dipaksa untuk, mempertahankan diri
menghadapi kelompok minoritas revolusioner. Sementara itu banyak orang
yang merasa tertipu dengan agama Kristen. Sejak itu ummat manusia
kehilangan arah, dan dengan semangat kehendak untuk berketuhanan, mereka
mengidamkan sebuah idealisme, tetapi tidak tahu kemana memberikan
kepasrahan mereka; akhirnya mereka akan menerima cahaya sejati
(Illuminati) melalui manifestasi universal doktrin Lucifer yang sejati,
yang akhirnya dimunculkan secara terbuka, suatu manifestasi yang akan
menghasilkan gerakan reaksioner, yang akan disusul oleh kehancuran agama
Kristen dan Atheisme, keduanya dikalahkan dan dimusnahkan pada masa
yang bersamaan”.
Pada saat Albert Pike menuliskan
suratnya di akhir abad ke-19 itu ada lima ideologi yang berbeda satu
dengan lainnya di panggung dunia yang saling bertentangan dan tengah
berjuang untuk memperebutkan “Liebensraum” masing-masing. Kelima
ideologi itu adalah :
1. Ideologi para bankir Yahudi yang berhimpun di dalam organisasi rahasia “Freemasonry”, mereka terdiri dari penguasa keuangan dunia.
1. Ideologi para bankir Yahudi yang berhimpun di dalam organisasi rahasia “Freemasonry”, mereka terdiri dari penguasa keuangan dunia.
2. Ideologi “Pan Slavik” Rusia yang
aselinya digagas oleh raja William yang Agung. Ideologi ‘Pan-Slavik’
menuntut dihapuskannya Austria dan Jerman, kemudian harus disusul dengan
penaklukan Persia dan India, yang melahirkan perang antara lnggris
dengan Rusia dalam ‘the Great Game’ pada tahun 1848.
3. Ideologi “Asia Timur Raya” digagaskan
oleh Jepang. Ideologi ini menyerukan adanya konfederasi bangsa-bangsa
Asia Timur (’Dai Toa no Senso’), yang dipimpin oleh Jepang, sebagai
“Saudara Tua Asia”.
4. Ideologi “Pan Jermania” yang
mencita-citakan penguasaan politik Jerman atas benua Eropa, bebas dari
supremasi Inggris di lautan, dan mengadopsi kebijakan pasar-bebas bagi
seluruh dunia.
5. Ideologi “Pan Amerika”, atau “Amerika
untuk bangsa-bangsa Amerika”. Ideologi ini menyerukan “perdagangan dan
persahabatan dengan semua, tanpa persekutuan”. Ideologi ini menegaskan
ulang Doktrin Monroe pada tahun 1834.
Yang terlewatkan oleh Albert Pike adalah
ideologi “Pan Islamisme” yang ada pada masa yang sama, yang bertujuan
untuk menghimpun negara-negara Islam di dunia, yang dikumandangkan oleh
Sheikh Jalaludin aI-Afghani. Entah disengaja atau tidak, mungkin saja
ini suatu isyarat bahwa memang untuk menghadapi diperlukan Khilafah
Islamiyah sebagai benteng pertahanan terakhir umat beragama, khususnya
umat Islam.
Jika rencana para bankir Yahudi, atau
“Freemasonry” itu berhasil, maka Rusia, Jerman, Jepang, dan Amerika
Serikat, pada akhirnya akan berada di bawah kekuasaan “Freemasonry”
(kecuali Khilafah Islamiyah), yang sudah lama merencanakan untuk
menaklukkan dunia.
Sebagai Qabalis sejati Albert Pike menyebutnya rencana itu merupakan suatu karya besar Lucifer yang tidak perlu peduli untuk mengorbankan nyawa beratus juta ummat manusia dan menimbulkan kerugian bermilyar-milyar dolar dalam pelaksanaannya. Beberapa di antara agenda “Freemasonry” itu, seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II telah terjadi. Kalau rancangan itu benar, maka Perang Dunia III, menurut Albert Pike akan terjadi pada awal abad ke21, dan akan berawal karena masalah Israel dengan Palestina.
Sebagai Qabalis sejati Albert Pike menyebutnya rencana itu merupakan suatu karya besar Lucifer yang tidak perlu peduli untuk mengorbankan nyawa beratus juta ummat manusia dan menimbulkan kerugian bermilyar-milyar dolar dalam pelaksanaannya. Beberapa di antara agenda “Freemasonry” itu, seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II telah terjadi. Kalau rancangan itu benar, maka Perang Dunia III, menurut Albert Pike akan terjadi pada awal abad ke21, dan akan berawal karena masalah Israel dengan Palestina.
Sasaran pertama “Freemasonry” ialah
membangun “Satu Pemerintahan Dunia” (”E Pluribus Unum”), dan “Tata Dunia
Baru” (“Novus Ordo Seclorum”), dengan cara menyusupi negara-negara
super power. Dimulai mereka dengan menguasai Inggris. Kemudian menguasai
Amerika Serikat dan dengan itu membangun peradaban Barat-Zionis yang
mereka yakini akan mampu mempersatukan ummat manusia, di bawah satu
sistem moneter yang berada di dalam kendali mereka. Thesis Samuel
Huntington tentang ‘the Clash of Civilization’ – perbenturan peradaban
Barat dengan peradaban Islam dan Cina -, yang akan menghasilkan
keluarnya Barat sebagai pemenang, sangat besar kemungkinannya diilhami
oleh gagasan kaum Qabalis membangun ‘Novus Ordo Seclorum’ di atas.
Rencana yang dirancang oleh
“Freemasonry” untuk mencapai tujuan penaklukan dunia oleh kaum Qabalis
bukan sekedar khayalan. Sejarah membuktikan agenda kaum Yahudi itu
ternyata telah berhasil terwujud. Sepanjang garis rencana pencapaian
tujuan akhir mereka, agenda itu diteruskan oleh para bankir Yahudi dan
kawan-kawan mereka di seluruh dunia dengan cara menghimpun kekayaan di
bidang usaha perbankan dan investasi, real estate, dan industri.
Sebagaimana akan terlihat pada implementasinya, rencana itu telah
dilaksanakan sedemikian mulusnya sampai-sampai hal itu mendapatkan
tepuk-tangan justru dari kalangan yang akan mereka hancurkan.
Untuk itu kaum Qabalis-Freemasonry mengatakan, ada tiga jenis manusia di dunia, yaitu :
- Mereka yang menjadikan sesuatu itu terjadi.
- Mereka yang mengamati hal itu terjadi, dan
- Mereka yang terheran-heran tentang apa yang terjadi.
Mereka yang menjadikan sesuatu itu
terjadi, yang dimaksud disini adalah mereka yang bergerak dalam gerakan
terselubung, yang memerintah dunia di balik layar, merekalah kaum
Kabbalis, Zionis, Freemason, Illuminati, dan organisasi-organisasi
sejenis.
Mereka yang mengamati hal itu terjadi,
yaitu mereka yang memperhatikan, meneliti gerak-gerik mereka, memberi
peringatan kepada orang-orang akan bahaya gerakan-gerakan tersebut.
Mereka yang terheran-heran tentang apa yang terjadi (kelak), yaitu mereka yang bersikap masa bodoh, acuh tak acuh terhadap peristiwa yang terjadi, ini karena mereka sudah termakan umpan propaganda kaum Kabbalis, mereka melihat dan mendengar apa yang terjadi, tetapi mereka tidak memikirnya, karena cinta dunia.
Lalu, dimanakah posisi kita?Mereka yang terheran-heran tentang apa yang terjadi (kelak), yaitu mereka yang bersikap masa bodoh, acuh tak acuh terhadap peristiwa yang terjadi, ini karena mereka sudah termakan umpan propaganda kaum Kabbalis, mereka melihat dan mendengar apa yang terjadi, tetapi mereka tidak memikirnya, karena cinta dunia.
Wallahualam...
Referensi:
- -William G Carr. (1991). "Yahudi menggenggam Dunia". Jakarta : Al-Kautsar.
- -Herry Nurdi dalam "Gerakan Theosofy di indonesia"
- -The Diary of Dajjal
- -Artikel2 Ridwan Saidi mengenai Yahudi di indonesia
- -Kajian zionisme Indonesia (KAZI) : Diskusi dua mingguan majalah Sabili
Sumber: masyumicentre
Tidak ada komentar:
Posting Komentar