Kenapa Obama Harus Berterima Kasih kepada Rusia dalam Krisis Syria?
OPINI
| 18 September 2013 | 08:25
http://politik.kompasiana.com/2013/09/18/kenapa-obama-harus-berterima-kasih-rusia-dalam-krisis-syria--592832.html
Konflik Syria yang bermulai dengan demonstrasi pada tahun 2011
meminta reformasi pemerintah yang kemudian menjadi konflik bersenjata
dan perang saudara yang segera ditumpangi dan didukung oleh Barat
berikut antek-antek Arab di Timur Tengah , telah menelang lebih dari
100.000 jiwa. Bagi mereka yang mengikuti geopolitik Timur Tengah , Anda
tidak harus menjadi pengamat hebat untuk menganalisa mengapa Amerika
dan sekutunya khususnya Saudi Arabia dan raja - raja minyak dari hari
pertama sampai sekarang memberi dukungan uang , senjata , diplomasi ,
media dll. Meskipun mereka tau bahwa banyak , jika tidak manyoritas ,
pemberontak bersenjata yang ingin menjatuhkan rezim president Assad
adalah golongan Islamist Extremist seperti Al-Qaidah dan Jabhatul
Al-Nusroh yang terkenal dengan kebrutalannnya.
Jawabnya adalah musuhnya musuhku adalah temanku . Atau seperti yang dikatakan oleh anggota parlement Inggris George Galloway , ” USA IS IN THE SAME BED WITH AL-QAIDAH IN SYRIA. Amerika tidur satu kasur dengan Al-Qaidah di Syria . ” Kekejaman dan kekejian yang dilakukan oleh pemberontak bersenjata terhadap kaum sipil dan militer yang tertangkap , telah banyak dibongkar dan diexpose oleh Media Barat yang dulu selalu dan sengaja menutupinya untuk kepentingan politik dan opini publik . Minggu lalu Daily Mail Inggris dan New York Times menunjukkan graphic photo anggota pemberontak mengexekusi sandranya dengan pisau dapur di depan umum bahkan anak- anak kecil!
Pakar politikus Mesir Mohammad Hassainen Alhaikal mengatakan bahwa , ” Amerika ingin sampai ke Iran melalui jalan Syria . ” Analisa ini tepat sekali dan sesuai dengan yang dikatakan oleh The chief Think Tank of Israel lobby Andrew Tabler ; Menyerang Syria ialah cara terbaik berdealing dengan Iran .” Dan pada permulaan 2011 Gedung Putih pun menyakini bahwa menumbangkan Assad akan merupakan pukulan keras bagi Tehran.
Poros Resistant yang diwakili Iran , Syria dan Hizbullah adalah factor utama Barat mendukung kaum pemberontak bersenjata . Buktinya kenapa mereka tidak mendukung revolusi Mesir , Tunisia dan Bahrain ?! Karena mereka adalah boneka - boneka Barat. Bukan karena mereka ingin supaya terbentuk system demokratis dan ditegakkannya hak-hak asasi manusia ! Bagaimana mungkin jika negara pendukung seperti Saudi Arabia wanita tidak boleh membawa mobil dan Qatar wanita dilarang menontong sepak bola? Ataukah Barat tiba-tiba jatuh cinta dan belas kasih dengan rakyat Syria? Perlu dicatat bahwa politik Barat tidak dilakukan atas dasar emosi atau tiba-tiba . Semua itu dipikirkan dan diambil sesuai dengan kepentingan nasional dan sekutumya. Bukti tulisan diatas adalah sejak berdirinya Israel 1948 sampai tulisan ini diturunkan , semua kebiadapan dan pembantaian Israel terhadap bangsa Palistina dan tetangga- tetangganya Arab , setiap kali PBB ingin mengeluarkan statemant kecaman saja bukan sangsi hukum, Amerika mengeluarkan Veto untuk menggagalkan itu semua. Standard dan barometer politik Amerika dan Eropa di Timur Tengah hanya dua pertama national interest dan kedua keamanan Israel.
Pada bebrapa bulan terahir ini pasukan militer Assad banyak mewujudkan kemenangan dan mengambil alih wilayah-wilayah yang telah diduduki pemberontak . Dan juga pada waktu yang sama opini publik masyarakat Syria , Bangsa Arab dan bahkan Barat semakin benci dan muak melihat kebrutalan pemberontak . Ini terbukti negara - negara seperti Amerika , Inggris dan Perancis yang telah berjanji akan memberi senjata lebih canggih , tidak menepati janjinya karena takut jatuh di tangan monster-mosnter Islamist.
Pada tanggal 21 Agustus pada hari U.N. inspector datang untuk menginvestigasi serangan gas beracun yang terjadi pada tanggal 19 Maret lalu , terjadilah serangan chemical di Ghouta pinggiran Damaskus. Serangan itu menewaskan ratusan orang termasuk anak-anak kecil. Dan langsung menimbulkan krisis militer dan ancaman dari Amerika . Dari sisi diplomasi dan stratagi hal ini bukan hanya bodoh , tetapi sangat gila jika President Assad melakukan itu ! Karena menggunakan senjata itu akan mengundang reaksi lawan dan menjauhkan kawan seperti Russia . Tentu President Assad tidak sebodoh itu dan mereka tau . Tetapi karena politik Barat dan sekutunya yang bermethode Machiavelli ; tujuan menghalalkan semua cara , dengan satu suara Washington , London , Paris , Riyadh , Nato , Ankara….mengatakan bahwa pasukan Assad yang bertanggung jawab . Tapi sayang tuduhan itu tanpa ditopang dengan bukti yang kuat . Maksimal yang diajukan oleh Paman Sam yaitu American Intellegence Gathering membaca Radio milliter Assad mengeluarkan perintah serangan chemical tersebut . Ingatkah kita dengan yang dipaparkan oleh Menteri Luar Negeri Collin Powel di depan PBB untuk menginvansi Iraq ? sesuai dengan satelit palapa kita bahwa Iraq telah menyembunyikan senjata chemical di sebuah track kontener !
Mass Media CNN , CBS , FOX NEWS , SKY NEWS , BBC , FRENCH24 , ALJAZEERA , ALARABIYA….semuanya serempak menuduh pemerintah Syria yang melakukan serangan gas beracun tanpa bukti kongkrit . Hal ini mengingatkan , juga membingunkan , saya dengan Menteri propaganda Nazi yang diperangi Sekutu pada perang Dunia Kedua , tetapi konsep dan methodenya diterapkan oleh Barat sekarang ini untuk memcipatkan dan mengontrol opini publik . Dia adalah Joseph Goebbles yang terkenal mengatkan , ” Lie and lie make the lie big….eventually they believe you . Bohonglah, bohonglah dan bohonglah yang besar…sampai mereka percaya kamu .”
Tidak cukup media tersebut pendapat para Ullama juga dijadikan sebagai dukungan politik . Di sini diwakili oleh kepala Ullama se Dunia Dr. Yusuf Al-Qordowi yang baru mendapat gelar Mufti Nato , karena selalu meminta Barat mengebom negara - negara Muslim seperti Libia dan Syria . Setiap khotbah Jumat di Dauha Qatar dia selalu memuji dan meminta supaya America menyerang Syria . Mimbar yang seharusnya diisi dengan kata - kata bijak dan nilai - nilai luhur , telah menjadi mimbar puca dan puci peran America yang telah membunuh lebih dari satu juta rakyat Iraq dan mengembalikan negara itu 100 tahun ke belakang . Dan yang lebih ironis lagi dia mengatakan bahwa Amerika dan Israel tidak perlu takut dan kuwatir jika pemberontak menang mengalahkan Assad , mereka tidak akan mengganggu Israel !
Dalam interview dengan PBS Charlie Rose 08 September President Assad mengatakan , ” jika Amerika mempunyai bukti maka mereka pasti telah memaparkannya di depan dunia . Tetapi mereka tidak mempunyainya . ” Argument yang simple tapi padat . Pemerintah Assad , Iran dan Russia sebaliknya menuding pemberontk , karena ini lebih logis dan pantas dengan karakter - karakter mereka yang sadis dan brutal . Kedua untuk memprovokasi Barat supaya interfensi militer .
Tahun lalu President Obama membuat red line yaitu jika Syria menggunakan gas beracun , maka USA akan melancarkan serangan walaupun tanpa persetujuan PBB. Karena sudah tiga kali Russia dan China menveto Barat untuk menggunakan force terhadap Syria . Sesuai dengan janjinya , kali ini tepat sekali Obama harus menepati janjinya untuk menyerang .
Tanpa mempertimbangkan dengan panjang dan cermat , Obama gembar gembor bahwa Amerika segera akan meluncurkan serangan militer ke Syria . Para sekutu Inggris , Prancis , Turki….siap bergabung . Saudi Arabia dan United Arab Emirat mempersilahkan pangkalan - pangkalannya untuk digunakan . Kembali lagi Dr. Qordowi dalam khotbah Jumatnya berkata ,” Allah telah menganugerahkan Amerika sebagai alat untuk menghancurkan Assad dan pasukannya .” Nampaknya doa Ullama besar Mesir itu masih belum terkabulkan…sampai sekarang.
Obama mengetahui jika dia menyerang Syria, langsung atau tidak, sekutunya Iran dan Hizbullah akan pasti terlibat dalam perang itu. Perang yang sulit untuk diperdiksi kehancurannya di Timur Tengah . Dengan kata lain Amerika ingin perang tapi ragu -ragu, sementara Syria- Iran tidak mau perang tapi siap selalu . Lebih dari itu Tehren pun tidak kalah main kartu merah dengan mengatakan jika militer digunakan, maka Timur Tengah akan menjadi bara api ! Ini ganjalan yang pertama .
Kedua Parlement Inggris yang mengejutkan Dunia , telah bersuara tidak akan ikut perang . Merasa kaget dan malu , Obama bergaya demokratis yaitu meminta pendapat Congress, meskipun dari sisi Kontitusi Amerika dia berhak melancarkan serangan, walaupun ini melanggar hukum international .
Ketiga meskipun terkenal sebagai orator Obama hanya bisa mengulang - ulang perkatakan ; ini bukan Afghanistan , ini bukan Iraq , ini hanya serangan terbatas , untuk melemahkan kekuatan Assad….tapi gagal untuk merubah opini publik yang anti perang terhadap Syria .
Keempat yang lebih ironis lagi Congress pun tidak mendukung keputusan perang . Dan jika pemungutan suara dilakukan dan Congress mengatakan TIDAK , maka Obama akan menjadi kecil dan lemah di dalam dan luar Amerika . Bagaimana Anda melakukan perang jika sekutu , rakyat dan congress tidak setuju ?! Tetapi Anda telah terlanjur mengucapkannya .
Dalam film Lord of War ketika pedagang senjata yang menjual senjata ke dua belah pihak Iran dan Iraq ditanya , ” kenapa Anda melakukan itu ? Jawabnya , ” karena aku tidak ingin satu diantaranya cepat menang. Because bullet changes a government faster than ballot ( karena peluru merubah pemerintah lebih cepat dari kotak suara ) . Dan itu benar sekali .
Amerika dan Russia merupakan dua negara adidaya yang mempunyai kekuatan militer terbesar di dunia . Keduanya bertolak belakang dalam menyikapi krisis Syria . President Vladimir Putin tanpa berbahasa diplomasi lagi mengatakan bahwa Amerika ngomong kosong dan bohong menuduh Assad. Lebih lagi dia menambahkan bahwa Amerika seperti monkey yang membawa granat di tangannya di negeri - negeri Muslim ! Tidak cukup itu dia berjanji akan membantu secara militer jika diserang . Segera kapal - kapal perang Russia ditambah jumlahnya menuju laut Syria .
Tanpa dukungan publik dan Congress juga Eropa menolak kecuali Pemerintah Perancis ( 68% rakyatnya menolak ) , ditambah tekat bulat sekutu - sekutu Assad , Obama langsung menjadi lunak dan terpojok .
Meskipun hubungan dua Super Power itu memanas , tapi pertemuan antara dua menteri luar negeri padat sekali untuk mencari solusi . Tanpa berlebihan saya bisa katakan bahwa permainan antara Bangsa ( Nations Games ) ibarat seperti doing business . Menawar, menambah dan mengurangi. Nasib dan masa depan Syria berada di tangan Moscow. Untuk menghindari konflik militer dan juga untuk meredam malu Paman Sam, Russia menawarkan deal kepada Amirika bahwa Syria siap untuk menghancurkan 1000 ton senjata chemicalnya sebelum November 2014. Amerika setuju dengan cepat dan Agreement tersebut terjadi Sabtu lalu 14 September di Geneva
.
Dengan Agreement tersebut President Obama merasa malu tapi juga lega, langsung membatalkan pemungutan suara Congress . Dia menatakan bahwa dengan ancaman militer solusi diplomasi bisa terwujud .Tapi meskipun begitu dua hari yang lalu Obama tetap, untuk menjaga reputasi dan karakter sombong Amirika , mengatakan jika Assad tidak menepati janji kita akan menyerang .
Yang ingin saya katakan ke Obama adalah Anda harus berterima kasih kepada Vladimir Putin yang menjaga mukamu dari jalan buntu . Dan yang terakhir if you want to shoot , you shoot dont talk ! Kalau mau menembak , tembak jangan ngomong !
Jawabnya adalah musuhnya musuhku adalah temanku . Atau seperti yang dikatakan oleh anggota parlement Inggris George Galloway , ” USA IS IN THE SAME BED WITH AL-QAIDAH IN SYRIA. Amerika tidur satu kasur dengan Al-Qaidah di Syria . ” Kekejaman dan kekejian yang dilakukan oleh pemberontak bersenjata terhadap kaum sipil dan militer yang tertangkap , telah banyak dibongkar dan diexpose oleh Media Barat yang dulu selalu dan sengaja menutupinya untuk kepentingan politik dan opini publik . Minggu lalu Daily Mail Inggris dan New York Times menunjukkan graphic photo anggota pemberontak mengexekusi sandranya dengan pisau dapur di depan umum bahkan anak- anak kecil!
Pakar politikus Mesir Mohammad Hassainen Alhaikal mengatakan bahwa , ” Amerika ingin sampai ke Iran melalui jalan Syria . ” Analisa ini tepat sekali dan sesuai dengan yang dikatakan oleh The chief Think Tank of Israel lobby Andrew Tabler ; Menyerang Syria ialah cara terbaik berdealing dengan Iran .” Dan pada permulaan 2011 Gedung Putih pun menyakini bahwa menumbangkan Assad akan merupakan pukulan keras bagi Tehran.
Poros Resistant yang diwakili Iran , Syria dan Hizbullah adalah factor utama Barat mendukung kaum pemberontak bersenjata . Buktinya kenapa mereka tidak mendukung revolusi Mesir , Tunisia dan Bahrain ?! Karena mereka adalah boneka - boneka Barat. Bukan karena mereka ingin supaya terbentuk system demokratis dan ditegakkannya hak-hak asasi manusia ! Bagaimana mungkin jika negara pendukung seperti Saudi Arabia wanita tidak boleh membawa mobil dan Qatar wanita dilarang menontong sepak bola? Ataukah Barat tiba-tiba jatuh cinta dan belas kasih dengan rakyat Syria? Perlu dicatat bahwa politik Barat tidak dilakukan atas dasar emosi atau tiba-tiba . Semua itu dipikirkan dan diambil sesuai dengan kepentingan nasional dan sekutumya. Bukti tulisan diatas adalah sejak berdirinya Israel 1948 sampai tulisan ini diturunkan , semua kebiadapan dan pembantaian Israel terhadap bangsa Palistina dan tetangga- tetangganya Arab , setiap kali PBB ingin mengeluarkan statemant kecaman saja bukan sangsi hukum, Amerika mengeluarkan Veto untuk menggagalkan itu semua. Standard dan barometer politik Amerika dan Eropa di Timur Tengah hanya dua pertama national interest dan kedua keamanan Israel.
Pada bebrapa bulan terahir ini pasukan militer Assad banyak mewujudkan kemenangan dan mengambil alih wilayah-wilayah yang telah diduduki pemberontak . Dan juga pada waktu yang sama opini publik masyarakat Syria , Bangsa Arab dan bahkan Barat semakin benci dan muak melihat kebrutalan pemberontak . Ini terbukti negara - negara seperti Amerika , Inggris dan Perancis yang telah berjanji akan memberi senjata lebih canggih , tidak menepati janjinya karena takut jatuh di tangan monster-mosnter Islamist.
Pada tanggal 21 Agustus pada hari U.N. inspector datang untuk menginvestigasi serangan gas beracun yang terjadi pada tanggal 19 Maret lalu , terjadilah serangan chemical di Ghouta pinggiran Damaskus. Serangan itu menewaskan ratusan orang termasuk anak-anak kecil. Dan langsung menimbulkan krisis militer dan ancaman dari Amerika . Dari sisi diplomasi dan stratagi hal ini bukan hanya bodoh , tetapi sangat gila jika President Assad melakukan itu ! Karena menggunakan senjata itu akan mengundang reaksi lawan dan menjauhkan kawan seperti Russia . Tentu President Assad tidak sebodoh itu dan mereka tau . Tetapi karena politik Barat dan sekutunya yang bermethode Machiavelli ; tujuan menghalalkan semua cara , dengan satu suara Washington , London , Paris , Riyadh , Nato , Ankara….mengatakan bahwa pasukan Assad yang bertanggung jawab . Tapi sayang tuduhan itu tanpa ditopang dengan bukti yang kuat . Maksimal yang diajukan oleh Paman Sam yaitu American Intellegence Gathering membaca Radio milliter Assad mengeluarkan perintah serangan chemical tersebut . Ingatkah kita dengan yang dipaparkan oleh Menteri Luar Negeri Collin Powel di depan PBB untuk menginvansi Iraq ? sesuai dengan satelit palapa kita bahwa Iraq telah menyembunyikan senjata chemical di sebuah track kontener !
Mass Media CNN , CBS , FOX NEWS , SKY NEWS , BBC , FRENCH24 , ALJAZEERA , ALARABIYA….semuanya serempak menuduh pemerintah Syria yang melakukan serangan gas beracun tanpa bukti kongkrit . Hal ini mengingatkan , juga membingunkan , saya dengan Menteri propaganda Nazi yang diperangi Sekutu pada perang Dunia Kedua , tetapi konsep dan methodenya diterapkan oleh Barat sekarang ini untuk memcipatkan dan mengontrol opini publik . Dia adalah Joseph Goebbles yang terkenal mengatkan , ” Lie and lie make the lie big….eventually they believe you . Bohonglah, bohonglah dan bohonglah yang besar…sampai mereka percaya kamu .”
Tidak cukup media tersebut pendapat para Ullama juga dijadikan sebagai dukungan politik . Di sini diwakili oleh kepala Ullama se Dunia Dr. Yusuf Al-Qordowi yang baru mendapat gelar Mufti Nato , karena selalu meminta Barat mengebom negara - negara Muslim seperti Libia dan Syria . Setiap khotbah Jumat di Dauha Qatar dia selalu memuji dan meminta supaya America menyerang Syria . Mimbar yang seharusnya diisi dengan kata - kata bijak dan nilai - nilai luhur , telah menjadi mimbar puca dan puci peran America yang telah membunuh lebih dari satu juta rakyat Iraq dan mengembalikan negara itu 100 tahun ke belakang . Dan yang lebih ironis lagi dia mengatakan bahwa Amerika dan Israel tidak perlu takut dan kuwatir jika pemberontak menang mengalahkan Assad , mereka tidak akan mengganggu Israel !
Dalam interview dengan PBS Charlie Rose 08 September President Assad mengatakan , ” jika Amerika mempunyai bukti maka mereka pasti telah memaparkannya di depan dunia . Tetapi mereka tidak mempunyainya . ” Argument yang simple tapi padat . Pemerintah Assad , Iran dan Russia sebaliknya menuding pemberontk , karena ini lebih logis dan pantas dengan karakter - karakter mereka yang sadis dan brutal . Kedua untuk memprovokasi Barat supaya interfensi militer .
Tahun lalu President Obama membuat red line yaitu jika Syria menggunakan gas beracun , maka USA akan melancarkan serangan walaupun tanpa persetujuan PBB. Karena sudah tiga kali Russia dan China menveto Barat untuk menggunakan force terhadap Syria . Sesuai dengan janjinya , kali ini tepat sekali Obama harus menepati janjinya untuk menyerang .
Tanpa mempertimbangkan dengan panjang dan cermat , Obama gembar gembor bahwa Amerika segera akan meluncurkan serangan militer ke Syria . Para sekutu Inggris , Prancis , Turki….siap bergabung . Saudi Arabia dan United Arab Emirat mempersilahkan pangkalan - pangkalannya untuk digunakan . Kembali lagi Dr. Qordowi dalam khotbah Jumatnya berkata ,” Allah telah menganugerahkan Amerika sebagai alat untuk menghancurkan Assad dan pasukannya .” Nampaknya doa Ullama besar Mesir itu masih belum terkabulkan…sampai sekarang.
Obama mengetahui jika dia menyerang Syria, langsung atau tidak, sekutunya Iran dan Hizbullah akan pasti terlibat dalam perang itu. Perang yang sulit untuk diperdiksi kehancurannya di Timur Tengah . Dengan kata lain Amerika ingin perang tapi ragu -ragu, sementara Syria- Iran tidak mau perang tapi siap selalu . Lebih dari itu Tehren pun tidak kalah main kartu merah dengan mengatakan jika militer digunakan, maka Timur Tengah akan menjadi bara api ! Ini ganjalan yang pertama .
Kedua Parlement Inggris yang mengejutkan Dunia , telah bersuara tidak akan ikut perang . Merasa kaget dan malu , Obama bergaya demokratis yaitu meminta pendapat Congress, meskipun dari sisi Kontitusi Amerika dia berhak melancarkan serangan, walaupun ini melanggar hukum international .
Ketiga meskipun terkenal sebagai orator Obama hanya bisa mengulang - ulang perkatakan ; ini bukan Afghanistan , ini bukan Iraq , ini hanya serangan terbatas , untuk melemahkan kekuatan Assad….tapi gagal untuk merubah opini publik yang anti perang terhadap Syria .
Keempat yang lebih ironis lagi Congress pun tidak mendukung keputusan perang . Dan jika pemungutan suara dilakukan dan Congress mengatakan TIDAK , maka Obama akan menjadi kecil dan lemah di dalam dan luar Amerika . Bagaimana Anda melakukan perang jika sekutu , rakyat dan congress tidak setuju ?! Tetapi Anda telah terlanjur mengucapkannya .
Dalam film Lord of War ketika pedagang senjata yang menjual senjata ke dua belah pihak Iran dan Iraq ditanya , ” kenapa Anda melakukan itu ? Jawabnya , ” karena aku tidak ingin satu diantaranya cepat menang. Because bullet changes a government faster than ballot ( karena peluru merubah pemerintah lebih cepat dari kotak suara ) . Dan itu benar sekali .
Amerika dan Russia merupakan dua negara adidaya yang mempunyai kekuatan militer terbesar di dunia . Keduanya bertolak belakang dalam menyikapi krisis Syria . President Vladimir Putin tanpa berbahasa diplomasi lagi mengatakan bahwa Amerika ngomong kosong dan bohong menuduh Assad. Lebih lagi dia menambahkan bahwa Amerika seperti monkey yang membawa granat di tangannya di negeri - negeri Muslim ! Tidak cukup itu dia berjanji akan membantu secara militer jika diserang . Segera kapal - kapal perang Russia ditambah jumlahnya menuju laut Syria .
Tanpa dukungan publik dan Congress juga Eropa menolak kecuali Pemerintah Perancis ( 68% rakyatnya menolak ) , ditambah tekat bulat sekutu - sekutu Assad , Obama langsung menjadi lunak dan terpojok .
Meskipun hubungan dua Super Power itu memanas , tapi pertemuan antara dua menteri luar negeri padat sekali untuk mencari solusi . Tanpa berlebihan saya bisa katakan bahwa permainan antara Bangsa ( Nations Games ) ibarat seperti doing business . Menawar, menambah dan mengurangi. Nasib dan masa depan Syria berada di tangan Moscow. Untuk menghindari konflik militer dan juga untuk meredam malu Paman Sam, Russia menawarkan deal kepada Amirika bahwa Syria siap untuk menghancurkan 1000 ton senjata chemicalnya sebelum November 2014. Amerika setuju dengan cepat dan Agreement tersebut terjadi Sabtu lalu 14 September di Geneva
.
Dengan Agreement tersebut President Obama merasa malu tapi juga lega, langsung membatalkan pemungutan suara Congress . Dia menatakan bahwa dengan ancaman militer solusi diplomasi bisa terwujud .Tapi meskipun begitu dua hari yang lalu Obama tetap, untuk menjaga reputasi dan karakter sombong Amirika , mengatakan jika Assad tidak menepati janji kita akan menyerang .
Yang ingin saya katakan ke Obama adalah Anda harus berterima kasih kepada Vladimir Putin yang menjaga mukamu dari jalan buntu . Dan yang terakhir if you want to shoot , you shoot dont talk ! Kalau mau menembak , tembak jangan ngomong !
Militer Mesir – Pengkhianat Konstitusi dengan Tampilan Baru
Redaksi – Selasa, 1 Ramadhan 1434 H / 9 Juli 2013 14:24 WIB
http://www3.eramuslim.com/berita/analisa/militer-mesir-penghianat-konstitusi-dengan-tampilan-baru.htm#.UkKnhn-N6So
http://www3.eramuslim.com/berita/analisa/militer-mesir-penghianat-konstitusi-dengan-tampilan-baru.htm#.UkKnhn-N6So
Militer
Mesir kembali ke panggung politik dengan tampilan baru dan pendekatan
baru. Mereka membangun koalisi di balik penggulingan presiden dan
memanfaatkan gelombang dukungan rakyat pro sekuler di Mesir.
Sekarang setelah pasukannya menewaskan sedikitnya 51 pendukung
Mohammed Mursi dalam insiden pembantaian senin subuh, militer akan
menghadapi berbagai pertanyaan tentang bagaimana cara kekerasan
tersebut dapat menggagalkan perjuangan Ikhwanul Muslimin untuk
mengembalikan presiden Mursi , tentunya dengan insiden tersebut militer
hanya merusak citranya sendiri dan melemahkan dukungan dari rakyatnya.
Setelah protes oposisi pada tanggal 30 Juni, ketika jutaan orang
Mesir turun ke jalan untuk menyerukan penggulingan Mursi, Militer
berhasil mengangkat pesonanya saat demo berlangsung, Militer benar
benar memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat sekuler yang meluas atas
presiden dari kalangan Islam dan sentimen pro-militer di kalangan
pendemo.
Untuk mendapatkan sorak-sorai para demonstran, jet tempur sengaja
menukik rendah di atas Kairo, unjuk kekuatan , helikopter terbang di
atas kepala – menyebarkan ribuan bendera nasional Mesir dan
menggambarkan hati di langit dengan asap merah. Jadilah militer meraih
simpati para para demonstran dengan gemuruh teriakan “tentara dan
rakyat di satu tangan,” terdengar membahana di Kairo Tahrir Square.
Kondisi itu sangat jauh dari kebencian kelompok pro-demokrasi
terhadap militer pada saat jatuhnya rezim Hosni Mubarak pada tahun 2011.
Bahkan militer kemudian dituduh bertindak salah kelola pada masa
transisi dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk menyiksa
tahanan dan menahan 10.000 warga sipil tanpa pengadilan.
Militer sekarang mengambil simpati rakyat , yang berbeda cara dengan kepemimpinan yang berbeda pula.
Para perwira militer yang menjadi penguasa Mesir pada tahun 2011
adalah Hussein Tantawi, seorang marshal lapangan di era 70-an yang
menjadi menteri pertahanan Mubarak selama dua dekade. Tantawi berhasil
membuat penampilan yang diperlukan oleh rezim Mubarak saat berkuasa
dengan cara otoriter.
Generasi baru, Abdel-Fattah el-Sissi, mantan kepala intelijen militer
dan diangkat menjadi panglima militer dan menteri pertahanan oleh Mursi
pada Agustus 2012, menggantikan seniornya , Tantawi, mentor lamanya.
El-Sissi secara luas diharapkan Ikhwanul Muslimin untuk mendukung
Mursi, oleh sebab itu Al Sisi diangkat menjadi orang nomor satu di
angkatan bersenjata Mesir. Tapi ternyata dugaan itu menjadi asumsi yang
salah. Perwira infanteri itu mulai memberikan serangkaian tindak tanduk
bahwa ia yang mengatasnamakan militer , tidak senang dengan cara Mursi
dan Ikhwanul Muslimin menjalankan negara.
Ia pandai memposisikan dan mengambil simpati di tempat tempat umum,
seringkali Al-Sissi menampilkan jenderal yang penuh senyum dan lebih
santai dari tampilan petinggi militer biasanya. Penampilan publik
berkaitan acara acara sosial seperti penyantunan anak yatim dan menjadi
ikon seni lokal dan maupun sastra, menjadikan ia telah mengambil
hati rakyat Mesir.
Sementara itu, el-Sissi selalu mengambil peluang pada setiap
kesempatan untuk menyatakan bahwa loyalitas tentara adalah kepada rakyat
dan bukan orang lain – termasuk Mursi dan Ikhwanul Muslimin-nya.
Pembantaian Senin subuh atas pendukung Mursi dan Ihwanul Muslimin
menjadikan sebuah pertanyaan mendasar apakah militer akan selalu
menggunakan kekuatan mematikan yang berlebihan.
“Apa kekuatan yang berlebihan? Kami sedang berurusan dengan orang
yang menembaki kami dengan peluru tajam, “kata jurubicara militer ,
Ahmed Mohammed Ali kepada Associated Press.
Ali berbicara pada konferensi pers yang disiarkan televisi untuk
menunjukkan militer pun berkabung bagi korban yang tewas atas tragedi
tersebut. Kemudian ia menyatakan penyesalan atas hilangnya nyawa, tetapi
tidak menerima bahwa militer menjadi tertuduh atas pembantaian
tersebut.
Namun, militer mengambil serius atas tuduhan itu dengan menggunakan
kekuatan yang berlebihan dan bergerak cepat untuk menghilangkan
prasangka versi Ikhwan: bahwa korban dibantai pada saat sedang sholat
dan korban yang tewas termasuk perempuan dan anak-anak .
Kedua belah pihak saling mensyiarkan dokumentasi video, dengan
masing-masing memproduksi rekaman video yang menunjukkan pihak
lawan-lah yang memulai kekerasan.
Media negara yang pro militer, menyalahkan Ikhwan yang memulai
menyerang tentara dan polisi ketika massa pro Mursi menduduki halaman di
depan barak garda nasional, tempat yang diyakini Mursi sedang ditahan
disana. Sayangnya video yang di sampaikan tentara adalah video yang
hanya menayangkan kejadian pasca pembantaian, yang menunjukkan
pendukung Mursi sedang menyerang dan menargetkan tentara dan polisi
dengan ketapel dan batu.
Ikhwan , sementara itu, menggunakan situs jejaring sosial dan
jaringan TV simpatisan, mendistribusikan rekaman video yang menunjukkan
kondisi puluhan ribu pendukung Mursi di Kairo, beberapanya menangis
histeris, sementara speaker berteriak tentang kesyahidan dan perjuangan
mereka melawan rejim militer yang brutal.
Di satu sisi , Syeikh Al-Azhar , Ahmed el Tayeb, dengan sikapnya
untuk menekan militer Mesir , dengan mengatakan ia akan mengasingkan
diri di rumah saja sebagai protes dan ia tidak akan muncul dari rumahnya
sampai pertumpahan darah berakhir. Dia juga memperingatkan bahaya akan
terjadinya perang saudara.
Militer juga menangkis kritik yang mengatakan penggulingan atas Mursi
adalah kudeta, karena banyak orang Mesir masih percaya, langkah militer
hanyalah mendukung pemberontakan rakyat (rakyat yang mana ?).
“Kematian yang begitu banyak di tangan tentara hanya akan mendukung
persepsi bahwa itu adalah kudeta militer dan bahwa tentara hanya tahunya
: bahasa kekerasan,” kata Gamal Eid, kepala Jaringan Arab yang
berbasis di Kairo untuk Hak Asasi Manusia . ” Bahkan Komentar juru
bicara militer hanya menambah pengertian dan gambaran bahwa militer
dalam kekuasaan adalah kebal dari pertanggungjawaban.” (Arby/Dz)
Dendam ‘Perang Arab’ di Balik Konflik Mesir dan Suriah
Redaksi – Rabu, 23 Ramadhan 1434 H / 31 Juli 2013 14:30 WIB
Setelah
beberapa hari mengikuti perkembangan di Mesir, akhirnya saya memutuskan
menulis tulisan ini. Dorongan itu muncul ketika banyak kalangan pro dan
kontra beradu opini di berbagai media. Suatu fenomena lumrah di era
keterbukaan.
Namun sayangnya ada beberapa gelintir individu maupun kelompok justru
kebablasan – atau sengaja kebablasan – dalam menyajikan opini. Beberapa
diantaranya cenderung melakukan serangan yang sayangnya absurd dan tak
berdasar bahkan jauh dari faktual. Sebut saja saudara kita Zuhairi
Misrawi, analis politik Timur Tengah dan politisi muda yang mengaku
memperjuangkan prinsip demokrasi yang secara serampangan berkicau soal
konflik di Mesir dalam akun twitternya.
Ada juga kandidat Doktor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Dina Y Sulaeman dalam artikelnya Pemetaan Konflik Mesir yang dimuat oleh indonesia.irib.
Salah satu tokoh yang diduga kuat berafiliasi ke Syiah tersebut latah
dengan artikelnya dengan membeberkan beberapa fakta dan mitos yang juga
jauh dari faktual.
Yang lebih menyakitkan lagi adalah salah satu anggota kelompok
pergerakan Islam yang cukup bertaji di negeri ini justru ‘mensyukuri’
kejatuhan Mursi. Dalam sebuah diskusi kecil, beliau menganggap bahwa
demokrasilah biang dari hukuman Allah kepada Mursi dan pengikutnya.
Sebab demokrasilah yang memaksa manusia berhukum pada hukum selain Hukum
Allah. Dan sebagai akibatnya, adzab Allah turun atas mereka. Saya
berharap ini hanya opini individu saja sebagai oknum dari organisasi
yang menaunginya. Walau dalam beberapa kasus ada BBM yang beradar soal
ini yang mengatasnamakan organisasi tersebut.
Ini hanya kasus dalam lingkup Indonesia saja. Tak terhitung tokoh
Islam dan non Islam yang secara terang-terangan mendukung kudeta di
Mesir. Sebut saja Raja Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, bahkan tokoh
sentral Mesir sekelas syaikh di Universitas Al-Azhar Ahmad Thayyib.
Saya sendiri sebetulnya tak terlalu terkejut dengan kejadian-kejadian
di atas. Sebab inilah hasil gemilang sebuah ‘Grand Design’ yang sudah
dipersiapkan sejak ratusan tahun lalu. Sebuah upaya pelemahan dalam
rangka penguasaan untuk memudahkan jalan menuju “Tatanan Dunia Baru”
dengan Palestina sebagai pusatnya. Inilah amanat Tuhan untuk bangsa
Yahudi sebagai mana tercantum dalam Taurat yang disempurnakan oleh
Talmud.
Usaha tersebut dimulai pada tahun 1880-an, tokoh-tokoh Yahudi Rusia
mendirikan organisasi yang bernama Hibbat Zion. Kebanyakan Yahudi Rusia
terkemuka ikut bergabung dalam organisasi ini. Nama penting yang ikut
bergabung dengan Hibbat Zion adalah Leon Pinsker. Pada tahun 1882,
Pinsker menerbitkan buku Auto-Emansipation. Dalam buku tersebut ia
menyatakan bahwa Yahudi harus memiliki negara sendiri, dan untuk itu
para pemimpin Yahudi harus berkumpul untuk membahasnya. Maka pada tahun
1884, Pinsker memimpin konferensi pertama di Kanovitz, Polandia.
Konferensi kedua dilaksanakan pada tahun 1887 di Druskieniki. Dalam
konferensi ini disepakati untuk menyebut gerakan sebagai Hovevei Zion.
Dan Pinsker kembali terpilih untuk memimpin gerakan.
Konferensi-konferensi berikutnya segera menyusul. Dan sebagai
puncaknya, pada tahun 1897, diselenggarakan Konferensi Zionisme Pertama
di Basel, Swiss, di bawah pimpinan Theodore Hertzl seorang yahudi
Austria.
Kongres ini sebagai tindak lanjut dari doktrin-doktrin politik Theodore Herzl yang dituangkan dalam bukunya Der Judenstaat.
Prestasi dari kongres ini adalah sebuah kredo formal yang merupakan
azas Nasionalisme Zionis atau Negara Israel itu sendiri yang berbunyi,
”Bahwa tujuan utama dari zionisme adalah untuk menciptakan rumah bagi
bangsa yahudi di Palestina yang terjamin dengan perundang-undangan.”
Langkah pertama yang dilakukan oleh Herzl adalah mendirikan
organisasi zionis yaitu The Jewish Colonial Trust (1898), The
Colonisation Commision (1898), The Jewish National Fund (1901), dan The
Palestine Land Development Company (1908).
Selain itu, dihasilkan pula poin-poin penting sebagai langkah jangka
panjang yang termuat dalam Protokol Para Tetua Zion atau yang sering
disebut Protokol Zion. Yang merupakan paparan dari 25 langkah menguasai
dunia hasil dari pertemuan Sir Meyer Amschel Rotshchild dengan 12 tokoh
yahudi internasional pada tahun 1773 di kediamannya di Judenstrasse,
Bavaria. Protokol ini merupakan panduan kerja secara umum semacam
AD/ART.
Dalam protokol inilah semua langkah-langkah kerja dirumuskan. Mulai
dari menguasai pemimpin sebuah negara, menciptakan makar, adu domba,
sampai ke penguasaan media massa.
Langkah selanjutnya membujuk Sultan Abdul Hamid agar mengizinkan
kedatangan imigran Yahudi ke Palestina. Usaha ini gagal. Namun dengan
makar, Sultan Abdul Hamid bisa ditaklukkan. Melalui tangan Mustafa Kemal
Attaturk, Zionis berhasil menjinakkan sultan sekaligus menghapus Sistem
Pemerintahan Khilafah.
Saat itu, yahudi sudah mulai menguasai eropa dengan kekuatan ekonomi
melalui dinasti Rothschild. Dimulai oleh Meyer Amschel Rotshchild.
Kemudian dilanjutkan lagi oleh kelima anaknya. Sehingga mereka hanya
perlu menguatkan dan mengarahkan pengaruh yang sudah ada di Inggris dan
di negara-negara Eropa itu demi meraih cita-cita mereka.
Gerakan Zionisme bersama dengan beberapa politisi penting di Inggris,
termasuk A.J. Balfour dan Herbert Samuel bahu membahu dalam
merealisasikan visi gerakan itu. Dan menurut Ilan Pappe, keberhasilan
utama mereka adalah dalam membangun kelompok lobi yang kokoh, terdiri
dari orang Yahudi dan non-Yahudi, yang berpusat pada keluarga
Rothschild. Hasilnya adalah Deklarasi Balfour.
Deklarasi Balfour ini sebagai tonggak awal penguasaan zionis terhadap
palestina. Pada tanggal 11 Desember 1917 Jenderal Allenby berhasil
memasuki Kota Yuresalem dan di dalamnya masuk pula sukarelawan yahudi.
Segera setelah itu, sebagai simbol kembalinya Spirit Judaisme di
palestina, didirikan Hebrew University pada tanggal 24 Juli 1918 di
Mount Scopus. Tempat dimana titus menaklukan Jerusalem pada tahun 69 M.
Zionis benar-benar memanfaatkan Deklarasi Balfour. Setelah Kongres
Zionis Internasional pimpinan Weizmann, imigrasi yahudi ke palestina
semakin digalakan. Langkah ini sebagai upaya memperkuat posisi Yishuv
(komunitas yahudi di palestina). Setahun setelah kongres tersebut,
jumlah yahudi di tanah palestina sudah mencapai 83.794 orang.
Meningkat pesat pada tahun 1931 yang mencapai 174.616 orang. Dan
menjelang pembagian palestina oleh PBB tahun 1947, jumlah yahudi sudah
mencapai 608.255 orang. Jumlah yang cukup banyak jika dibandingkan
dengan penduduk asli palestina yang berjumlah 1.237.332 orang.
Jumlah masyarakat yahudi yang kian hari kian bertambah membuat mereka
semakin berani. Dengan menggunakan taktik kekerasan dan teror, pada
tahun 1939 mereka mengkonsolidasikan pengawasan dan penguasaan seluruh
wilayah palestina dengan kekuatan diplomasi dan militer.
Pada tanggal 29 November 1947, PBB mengeluarkan resolusi PBB No. 181
yang membagi wilayah Palestina sebesar 54% kepada bangsa yahudi yang
pada waktu itu hanya berjumlah 30% dari jumlah rakyat Palestina, dan 45%
kepada bangsa arab, sedangkan 1% yaitu Al-Quds dijadikan wilayah
internasional.
Resolusi mendapat protes keras dari bangsa-bangsa arab. Namun PBB tak
bergeming. Akibatnya, 14 Mei 1948 secara berani dan ilegal Yahudi
memproklamirkan berdirinya negara israel di tanah merdeka dan syah
Palestina.
Sehari kemudian, negara baru yang ilegal tersebut diserbu oleh
bangsa-bangsa arab yang tak terima dengan dijajahnya plestina. Negara
itu diantaranya adalah Iraq, Suriah, Mesir, Yordania, Lebanon, dan
negara arab lainnya.
Selain negara-negara tersebut, terlibat pula di dalamnya organisasi massa. Setidak ada 3 organisasi yang tergabung diantaranya:
1. Pasukan Al-Jihad Al-Muqaddas, Adalah sebuah pasukan yang dibentuk
oleh Lembaga Tinggi Arab untuk Palestina dan dipimpin oleh Abdul Qadir
Al-Husaini yang tewas dalam pertempuran Al-Qasthal pada 8 April 1948.
Pasukan ini terdiri dari kurang lebih 10.000 tentara dengan persenjataan
yang tergolong kurang, karena para pemimpin organisasi-organisasi arab
bersekongkol dengan Lembaga Tinggi Arab untuk tidak menyalurkan bantuan
berupa senjata ataupun uang kepada mereka.
2. Pasukan Al-Inqadz. Pasukan ini berdiri berdasarkan ketetapan dari
Al-Jamiah–Al Arabiyah. Mayoritas pionernya adalah sukarelawan dari
negara-negara arab. Jumlah sukarelawan yang terdaftar dalam pasukan ini
kurang lebih adalah 10.000 orang, akan tetapi yang berhasil masuk
wilayah Mesir hanya sekitar 4.630 tentara.
3. Al-Ikhwan Al-Muslimun. Keikutsertaan Al-Ikhwan Al-Muslimun pada
perang Arab-Israel tahun 1948 menjadi salah satu contoh terbaik bagi
gerakan dan organisasi arab yang memperjuangkan keutuhan umat islam.
Para pengikut gerakan ini bersatu dari berbagai negara seperti Mesir,
Yordania dan Iraq untuk mengadakan mobilisasi masa bersar-besaran dan
mengumpulkan bantuan harta benda juga senjata untuk para tentara di
Palestina.
Sayang bangsa arab harus mengakui kekalahan mereka. Kekalahan dalam
peperangan ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah kondisi
militer yang belum cukup kuat dan berpengalaman serta ekonomi yang
lemah. Di lain pihak bangsa yahudi mendapat bantuan dan dukungan
internasional dari negara-negara yang merasa diuntungkan dengan
berdirinya negara Israel. Selain itu, pihak yahudi berhasil menyusupkan
beberapa utusannya untuk membuat konflik internal di tubuh bangsa arab
dan mengacaukan konsentrasi mereka.
Perang akhirnya berakhir dengan ditandatanganinya gencatan senjata
antara Israel dan Negara-negara arab tetangganya pada tahun 1949. Dalam
perjanjian tersebut juga disepakati batas baru wilayah Negara Israel
(green line) yang diakui secara internasional. Batas baru Negara Israel
yang disepakati ini termasuk wilayah yang berhasil dikuasai Israel daram
perang 1948 (sebagian wilayah yang tadinya diperuntukkan sebagai Negara
palestina merdeka).
Pada tahun 1956, Mesir berulah. Mesir melarang kapal-kapal Israel
melintasi perairan Tiran dan memblokade teluk aqaba. Tindakan yang
dianggap sebagai pelanggaran terhadap konvensi konstantinopel tahun 1888
dan mencederai gencatan senjata 1949 dengan Israel. Pada tanggal 26
Juli 1956 Mesir menasionalisasi terusan suez dan melarang kapal-kapal
Israel melintas.
Pada tanggal 29 Oktober 1956, Israel yang merasa bahwa Mesir
mencederai perjanjian 1949 dan berusaha membunuh perekonomian Israel
meminta bantuan dari Inggris dan Perancis (yang sakit hati atas
nasionalisasi terusan suez) untuk mengeroyok Mesir. Dalam konflik
terusan suez ini Israel berhasil menduduki Gaza (yang dalam perjanjian
49 merupakan wilayah Mesir) dan Sinai.
PBB dan Amerika Serikat turun tangan untuk menghentikan konflik yang
terjadi. Israel bersedia mundur dari wilayah Mesir yang baru diduduki.
Mesir mengijinkan kembali kapal-kapal Israel melintasi terusan suez dan
membuka blokade aqaba serta melakukan demiliterisasi di wilayah Sinai.
Pasukan internasional PBB dengan nama UNEF dibentuk untuk mengawasi
wilayah demiliterisasi.
Namun pada tahun 1967, lagi-lagi mesir berulah. Mesir mengusir
pasukan internasional dan menggelar 100.000 pasukan di semenanjung Sinai
serta kembali melakukan blokade dan pelarangan atas kapal-kapal Israel
untuk melintasi Tiran straits. Mesir mengembalikan keadaan seperti tahun
1956 ketika Israel diblokade.
Tahun 1966-1967 pemimpin Mesir Gamal Abd Nasser melakukan kampanye
mencari dukungan dari pan-Arab untuk menaklukkan Israel dan mengusir
Yahudi. Pada 30 Mei 1967 Jordan masuk dalam pakta pertahanan yang
sebelumnya dibentuk oleh Mesir dan Syria. Dengan persenjataan modern
dari Soviet, Mesir melakukan mobilisasi pasukan di Sinai dan melintasi
batas demiliterisasi yang disepakati (setelah mengusir pasukan PBB) dan
mendekati perbatasan selatan Israel.
Dalam perang yang terkenal dengan sebutan perang enam hari tersebut
Israel berhasil mengalahkan negara-negara arab tetangganya yang
mengepungnya. Ketika perang berakhir, Israel berhasil menguasai West
Bank dan Jerusalem timur (yang tadinya dikuasai Jordan) serta Gaza dan
Sinai (yang dikuasai Mesir) dan dataran tinggi Golan.
Pada tahun 1969 mesir kembali memulai perang dengan tujuan melemahkan
kekuatan Israel di Sinai. Namun perang ini berakhir dengan kematian
Nasser.
Pada 6 Oktober 1973 Mesir dibawah pemimpin baru Anwar Sadat dan Syria
melakukan serangan mendadak dan berhasil mengalahkan Israel. Mesir
berhasil menguasai kembali sinai yang sempat dicaplok Israel.
Ketika pasukan Mesir hendak masuk Israel, Israel meminta bantuan dari
Amerika Serikat (meskipun sejak awal Amerika Serikat merupakan backing
kekuatan Israel). Soviet yang menjadi backing kekuatan Mesir mengancam
akan melakukan intervensi militer jika Amerika terlibat. Karena khawatir
akan terjadinya perang nuklir, Amerika Serikat akhirnya memprakarsai
gencatan senjata pada 25 Oktober 1973.
Pada bulan Maret 1979 Mesir dan Israel akhirnya melakukan perjanjian
damai. Dalam perjanjian juga disebutkan bahwa Sinai kembali menjadi
wilayah kekuasaan Mesir, adapun Gaza tetap berada dibawah kontrol Israel
dan masuk dalam rencana masa depan Palestina. Pada bulan Oktober 1994,
Jordan juga akhirnya melakukan perjanjian damai dengan Israel. Mesir dan
Jordan menjadi dua Negara arab yang mengakui eksistensi Negara Israel
dan memiliki hubungan diplomatik dengannya.
Rangkaian perang beruntun ini jelas telah menghabiskan banyak energi
bagi Israel dalam rangka mempertahankan eksistensinya di Palestina. Oleh
karennya, harus ada tindakan preventif untuk mencegah perang terulang.
Satu-satunya jalan adalah menghancurkan benih-benih perlawanan sebelum mereka terlanjur besar.
Ketika mesir kehilangan tokoh yang bisa diajak berkompromi dengan
israel dan muncul kekuatan baru yang dipolopori Ikhwanul Muslimin,
muncul kekhawatiran israel. Mengingat sejarah berbicara bagaimana mesir
begitu sering mengusik eksistensi israel di Palestina. Terlebih yang
duduk di pucuk pimpinan Mesir adalah seorang hafidz Al-Qur’an yang
berafiliasi langsung dengan Ikwanul Muslimin.
Sejarah juga mencatat bagaimana gencarnya Ikhwanul Muslimin melakukan
perlawanan. Di setiap perang arab, Ikhwanul Muslimin selalu berperan
serta. Inilah mengapa sebelum Mursi memegang tampuk pimpinan Ikhwanul
Muslimin selalu dipersulit. Bahkan Presiden Gamal Abdel Nassar di tahun
1954 telah mencoba menghancurkan Ikhwanul Muslimin. Ia juga memenjarakan
ribuan anggota Ikhwanul Muslimin. Dan ini tak lepas dari lobi Israel di
Mesir.
Kekuatan massif Ikhwanul Muslimin menjadi momok menakutkan bagi
israel. Terlebih kebijakan-kebijakan Mursi yang sangat tidak populer di
mata Israel. Mursi berani menghilangkan ketergantungan atas bantuan
militer AS yang kemudian berinteraksi dengan Rusia dan Jerman. Hasilnya,
dalam dua bulan saja telah dikirim dua kapal selam tercanggih dari
Jerman. Langkah ini diprotes keras oleh Israel.
Selain itu, Mursi juga melakukan revitalisasi Terusan Suez. Ia
mengganti direksi yang mengelola Pelabuhan Suez yang di era Mubarak
menghasilkan pemasukan sebanyak 5,6 miliar dolar AS per tahun. Mursi
menargetkan Suez sebagai hub ekonomi global dengan penghasilan meningkat
100 miliar dolar AS per tahun. Akibatnya mengancam perdagangan di Dubai
dan Kuwait.
Politik cerdas Mursi dicermati betul oleh PM Israel Benyamin
Netanyahu. Menurutnya, “Sikap Mursi jauh lebih berbahaya daripada nuklir
Iran”. Sementara itu pemerintah AS memuji inisiatif Mursi memfasilitasi
gencatan senjata antara Hamas dan Israel, hingga terbukanya perbatasan
Rafah mengakhiri blokade Jalur Gaza.
Karena itulah maka mau tidak mau Mesir harus dihancurkan! Ia harus
menyusul Iraq, Afganistan, Suriah, dan negara-negara arab lainnya.
Karena bagaimanapun, Mesir tidak bisa diajak kompromi selagi Mursi masih
membawa-bawa Ikhwanul Muslimin dalam setiap sikap politiknya.
Setidaknya mayoritas Ikhwanul Muslimin dan warga mesir mendukungnya.
Demikian halnya dengan suriah. Dendam kesumat israel begitu membuncah
pada Masir dan Suriah. Maka keduanya harus diporakporandakan. Di Mesir,
tidak ada golongan yang bisa dipuci untuk konflik. Tidak demikian di
Suriah. Sejak awal Sunni dan Syi’ah memang tidak pernah menyatu. Maka
israel melihat ini sebuah peluang. Dipantiklah konflik antara kedua
golongan ini. Hasilnya? Suriah berdarah-darah sekarang.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari masalah ini adalah: siapa saja
yang berani mengusik eksistensi israel di Palestina, maka bersiaplah
mendapat hukuman.
Kita hanya bisa berharap pada Allah. Selain itu, NO WAY. Isi Protokol
Zion sudah benar-benar dijalankan dengan sempurna. Saat ini hampir
tidak ada lagi sendi yang tidak berafiliasi ke israel.
Tapi bukan tidak mungkin. Masih ada di kolong bumi ini yang masih
memegang teguh Islam. Buktinya masih ada kelompok dan individu yang
berani menyuarakan perlawanan pada hegemoni yahudi.
Semoga kita satu diantaranya. Amiin…
Abu Azizah <azizahazmin@gmail.com>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar