Pemberontak Suriah Tambah Frustasi pada Obama
Islam
Times- http://www.islamtimes.org/vdcf1xdm0w6dx1a.,8iw.html
"Orang-orang berharap kepada Amerika untuk menyerang dan baru
kemudian menawarkan solusi, tapi kami juga berharap hal itu tidak akan
terjadi, karena tidak ada solusi untuk Suriah," kata militan lain.
Obama kecewakan pembrontak ??
Kelompok pemberontak Suriah merasa kecewa dan frustrasi hebat dari sebelumnya, karena keputusan Presiden AS Barack Obama yang mempertimbangkan proposal Rusia.
Pada hari Rabu, 11/09/13, beberapa kelompok Takfiri mengungkapkan rasa frustrasi dan kemarahan atas keputusan Washington yang menolak perang dan memberikan kesempatan memcahkan masalah dengan diplomasi.
"Kita sedirian sekarang," kata Mohammad Joud, salah satu kelompok pemberontak di barat laut Aleppo.
"Saya tahu itu, itu berkat perilaku memalukan Obama dan yang lain . . . . "
"Orang-orang berharap kepada Amerika untuk menyerang dan baru kemudian menawarkan solusi, tapi kami juga berharap hal itu tidak akan terjadi, karena tidak ada solusi untuk Suriah," kata militan lain.
Sehari sebelumnya, Koalisi Nasional Suriah (SNC) dalam sebuah pernyataan mengatakan, Washington harus melakukan serangan militer terhadap Suriah dan memberikan kesempatan kepada pemberontak untuk menang melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Atas usulan Rusia, Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem mengatakan, Damaskus siap melaksanakannya.
"Kami ingin bergabung dalam konvensi pelarangan senjata kimia. Kami siap melaksanakan kewajiban kami sesuai konvensi itu, termasuk menyediakan semua informasi mengenai senjata-senjata ini," tutur Muallem.
"Kami siap untuk mengumumkan lokasi senjata-senjata kimia, menghentikan produksi senjata kimia dan memperlihatkan fasilitas produksi ini kepada perwakilan Rusia dan negara-negara anggota PBB lainnya," tandasnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya juga mendesak Amerika Serikat untuk meniadakan opsi penggunaan militer terhadap Suriah. Dengan begitu, Suriah bisa melaksanakan usulan Rusia untuk menempatkan senjata kimianya dalam pengawasan internasional.
"Itu (usulan) hanya bisa berhasil jika kita mendengar bahwa pihak Amerika dan mereka yang mendukung AS, dalam hal ini, menolak penggunaan militer," kata Putin seperti dilansir Press TV, Rabu (11/9/2013).
"Sulit untuk membuat suatu negara -- Suriah atau negara lainnya, negara manapun di dunia -- untuk melucuti secara sepihak jika serangan terhadapnya tengah disiapkan," ujar Putin.
Sebagai tanggapan, presiden AS meminta Kongres untuk menunda pemungutan suara mengenai aksi militer di Suriah dan memberikan usulan kepada Rusia kesempatan untuk bermain keluar. [IT/Onh/Ass]
Perang Suriah
Suriah mengatakan siap menerapkan usulan Rusia untuk menempatkan gudang senjata kimia di bawah pengawasan internasional, sebuah langkah yang membuat AS frustrasi untuk melancarkan serangan militer terhadap Damaskus.
Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem membuat pengumuman itu pada hari Selasa, 10/09/13, sehari setelah Kremlin menawarkan proposal dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Muallem di Moskow.
"Kami ingin ikut konvensi mengenai larangan senjata kimia. Kami siap mengamati kewajiban kami sesuai dengan konvensi itu, termasuk memberikan semua informasi tentang senjata-senjata ini," kata Muallem.
"Kami siap menyatakan lokasi senjata kimia, menghentikan produksi senjata kimia, dan menunjukkan ini (produksi) fasilitas kepada perwakilan Rusia dan negara-negara anggota PBB lainnya," katanya.
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama meminta Kongres menunda pemungutan suara mengenai wewenang aksi militer terhadap Suriah untuk memberikan kesempatan pada usulan Rusia untuk bermain keluar.[IT/Onh/Ass]
AS terus meminta persetujuan kongres untuk penggunaan kekuatan militer di Suriah meskipun Damaskus telah setuju untuk menempatkan senjata kimia di bawah pengawasan internasional.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada sidang kongres pada hari Selasa, 10/09/13, mengatakan, tidak ada yang berubah sehubungan dengan permintaan kami kepada Kongres untuk mengambil tindakan militer di Suriah. Kongres harus menjaga ancaman di atas meja.
"Kapan dan bagaimana, itu adalah sesuatu yang presiden ingin bicarakan dengan pemimpin kongres, kata Kerry.
Gagasan ini diulang oleh Menteri Pertahanan Chuck Hagel yang mengatakan ancaman tindakan militer AS terhadap Suriah harus tetap di atas meja, jika upaya diplomatik untuk mengamankan kendali senjata kimia tidak berhasil.
Untuk keberhasilan opsi diplomatik, ancaman aksi militer AS, harus tetap ada, kata Hagel
Namun, pukulan bagi harapan Gedung Putih adalah keitka Senat Republik Mitch McConnell mengatakan ia tidak akan mendukung resolusi itu dan akan menentang serangan militer.(IT/TGM)
Sebanyak 6 jajak pendapat berbeda dari 6 outlet berbeda menunjukkan bahwa masyarakat Amerika sangat menolak aksi militer Amerika di Suriah meski pemerintah telah melakukan kampanye pro perang selama seminggu ini.
Keenam polling itu adalah:
Polling yang diilakukan :
"Saya pikir ada peristiwa bersejarah yang sedang terjadi di sini dan jika suara ini [penolakan perang] menang yaitu usulan melakukan pendekatan militer ke Suriah kalah, saya pikir hal itu akan bersejarah karena merupakan [hasil] koalisi besar dari Partai Republik yang libertarian dan Demokrat yang progressif," kata Paul.[IT/AAl/NAT]
Suriah Terima Usulan Rusia, AS Tambah Frustasi
Islam
Times-
"Kami ingin ikut konvensi mengenai larangan senjata kimia. Kami
siap mengamati kewajiban kami sesuai dengan konvensi itu, termasuk
memberikan semua informasi tentang senjata-senjata ini," kata Muallem.
Menlu Suriah
http://www.islamtimes.org/vdciwuaprt1auq2.k8ct.html
Suriah mengatakan siap menerapkan usulan Rusia untuk menempatkan gudang senjata kimia di bawah pengawasan internasional, sebuah langkah yang membuat AS frustrasi untuk melancarkan serangan militer terhadap Damaskus.
Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem membuat pengumuman itu pada hari Selasa, 10/09/13, sehari setelah Kremlin menawarkan proposal dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Muallem di Moskow.
"Kami ingin ikut konvensi mengenai larangan senjata kimia. Kami siap mengamati kewajiban kami sesuai dengan konvensi itu, termasuk memberikan semua informasi tentang senjata-senjata ini," kata Muallem.
"Kami siap menyatakan lokasi senjata kimia, menghentikan produksi senjata kimia, dan menunjukkan ini (produksi) fasilitas kepada perwakilan Rusia dan negara-negara anggota PBB lainnya," katanya.
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama meminta Kongres menunda pemungutan suara mengenai wewenang aksi militer terhadap Suriah untuk memberikan kesempatan pada usulan Rusia untuk bermain keluar.[IT/Onh/Ass]
Gedung Putih: Opsi Intervensi Militer, Tetap di Atas Meja
Islam Times-
"Kapan dan bagaimana, itu adalah sesuatu yang presiden ingin bicarakan dengan pemimpin kongres, kata Kerry.
AS terus meminta persetujuan kongres untuk penggunaan kekuatan militer di Suriah meskipun Damaskus telah setuju untuk menempatkan senjata kimia di bawah pengawasan internasional.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada sidang kongres pada hari Selasa, 10/09/13, mengatakan, tidak ada yang berubah sehubungan dengan permintaan kami kepada Kongres untuk mengambil tindakan militer di Suriah. Kongres harus menjaga ancaman di atas meja.
"Kapan dan bagaimana, itu adalah sesuatu yang presiden ingin bicarakan dengan pemimpin kongres, kata Kerry.
Gagasan ini diulang oleh Menteri Pertahanan Chuck Hagel yang mengatakan ancaman tindakan militer AS terhadap Suriah harus tetap di atas meja, jika upaya diplomatik untuk mengamankan kendali senjata kimia tidak berhasil.
Untuk keberhasilan opsi diplomatik, ancaman aksi militer AS, harus tetap ada, kata Hagel
Namun, pukulan bagi harapan Gedung Putih adalah keitka Senat Republik Mitch McConnell mengatakan ia tidak akan mendukung resolusi itu dan akan menentang serangan militer.(IT/TGM)
Hasil 6 Polling : Warga Amerika Sangat Menolak Serangan ke Suriah
Islam
Times - Sedang jajak pendapat yang dilakukan hari Senin (9/9/13)
menunjukkan bahwa mereka yang ragu-ragu antara mendukung atau menolak
perang berubah pikiran dan akhirnya menolak perang.
Demo di depan US Capitol, 7/9/13
Sebanyak 6 jajak pendapat berbeda dari 6 outlet berbeda menunjukkan bahwa masyarakat Amerika sangat menolak aksi militer Amerika di Suriah meski pemerintah telah melakukan kampanye pro perang selama seminggu ini.
Keenam polling itu adalah:
Polling yang diilakukan :
ABC; 64 % menolak, 30 % mendukung
. Associated Press; 61 % menolak, 26 % mendukung
. CNN; 59 % menolak, 39 % mendukung
. NY Times / CBS; 61 % menolak, 30 % mendukung
. Pew Research; 63 % menolak, 28 % mendukung
. USA Today; 63 % menolak, 28 % mendukung
.
Jajak pendapat pekan lalu juga menunjukkan, 50 % lebih warga menolak perang, 20 % mendukung dan sisanya ragu-ragu. Sedang jajak pendapat yang dilakukan hari Senin (9/9/13) menunjukkan bahwa mereka yang ragu-ragu antara mendukung atau menolak perang berubah pikiran dan akhirnya menolak perang.
Oposisi publik tampaknya mampu mengarahkan penolakan Kongres di Amerika Serikat. Mayoritas dari sebagian besar wakil rakyat yang tadinya tetap mendukung perang sekarang telah menolak perang.
Dengan penolakan yang terus tumbuh, ada kemungkinan wakil rakyat yang ragu-ragu juga akan mengambil sikap menolak perang. Dan kekalahan Gedung Putih ini bisa menjadi sebuah sandungan monumental untuk perang Suriah.
Mantan anggota Kongres AS, Ron Paul mengatakan kekalahan Presiden Barack Obama di Kongres terkait rencana perang terhadap Suriah akan menjadi sebuah kekalahan yang bersejarah.
. Associated Press; 61 % menolak, 26 % mendukung
. CNN; 59 % menolak, 39 % mendukung
. NY Times / CBS; 61 % menolak, 30 % mendukung
. Pew Research; 63 % menolak, 28 % mendukung
. USA Today; 63 % menolak, 28 % mendukung
.
Jajak pendapat pekan lalu juga menunjukkan, 50 % lebih warga menolak perang, 20 % mendukung dan sisanya ragu-ragu. Sedang jajak pendapat yang dilakukan hari Senin (9/9/13) menunjukkan bahwa mereka yang ragu-ragu antara mendukung atau menolak perang berubah pikiran dan akhirnya menolak perang.
Oposisi publik tampaknya mampu mengarahkan penolakan Kongres di Amerika Serikat. Mayoritas dari sebagian besar wakil rakyat yang tadinya tetap mendukung perang sekarang telah menolak perang.
Dengan penolakan yang terus tumbuh, ada kemungkinan wakil rakyat yang ragu-ragu juga akan mengambil sikap menolak perang. Dan kekalahan Gedung Putih ini bisa menjadi sebuah sandungan monumental untuk perang Suriah.
Mantan anggota Kongres AS, Ron Paul mengatakan kekalahan Presiden Barack Obama di Kongres terkait rencana perang terhadap Suriah akan menjadi sebuah kekalahan yang bersejarah.
"Saya pikir ada peristiwa bersejarah yang sedang terjadi di sini dan jika suara ini [penolakan perang] menang yaitu usulan melakukan pendekatan militer ke Suriah kalah, saya pikir hal itu akan bersejarah karena merupakan [hasil] koalisi besar dari Partai Republik yang libertarian dan Demokrat yang progressif," kata Paul.[IT/AAl/NAT]
Perang Suriah
Kelompok teroris takfiri al-Qaeda memnbantai setidaknya 12 anggota minoritas Alawit di pusat Suriah setelah menyusup ke desa mereka, kata kelompok pemantau oposisi, pada hari Rabu, 11/09/13, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Pembantaian terakhir ini terjadi setelah kelompok teroris Takfiri Front al-Nusra menyusup dan menyerbu desa Maksar al-Hesan di timur kota Homs pada hari Selasa, demikian Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia berbasis di London mengatakan.
Observatorium yang menjalin jaringan dengan sumber di Suriah itu mengutip pernyataan beberapa warga dan petugas medis dalam laporannya itu.
Dikatakannya, seteleh menyerbu desa mereka, kelompok Takfiri bengis ini kemudian mengeksekusi mati sedikitnya 12 warga sipil Alawit di desa itu, demikian direktur Observatorium Rami Abdelrahman menjelaskan, termasuk korban tewas diantaranya adalah beberapa wanita dan lansia.
Dikatakannya, alasan di balik pembunuhan itu tidak jelas, namun kelompok Takfiri ini mengeksekusinya.
Sebelumnya, kelompok takfiri "Eye for an Eye" melakukan kampanye serangan yang menargetkan desa-desa, terutama wilayah Alawit.
Beberapa jam setelah Front al-Nusra menguasai desa Maksar al-Hesan, pasukan pemerintah merebut kembali desa itu dalam bentrokan sengit yang menewaskan beberapa tentara pemerintah dan puluhan takfiri. Kata Observatorium.
Dalam insiden terpisah pada hari Selasa, sekelompok pemberontak bersenjata tak dikenal membunuh empat keluarga di desa al-Matras, sebuah desa yang dihuni minoritas Turkmen di provinsi pesisir Tartous, terang Observatorium lagi. [IT/Onh/Ass/Reuters]
Pemimpin Jaysh al-Mukhtar Irak, Sheikh Watsiq al-Battat bersumpah akan menyerang instalasi minyak dan pelabuhan Arab Saudi jika AS menyerang Suriah. Hal itu dilakukan dalam upaya menekan perekonomian Barat dengan cara menghentikan aliran minyak mentah ke negara-negara barat.
"Kami akan memotong arteri ekonomi Barat dari Arab Saudi dengan menyerang port dan instalasi minyak Saudi ... , " kata Sheikh al-Battat kepada Fars News Agency, di Baghdad pada hari Rabu, 11/09/13.
Dia juga memperingatkan bahwa serangan AS ke Suriah akan menjadi titik awal berakhirnya kerajaan Arab Saudi karena rezim al-Saud adalah pihak utama yang mendorong dan mendalangi rencana perang melawan Suriah.
Sheikh al-Battat lebih lanjut menunjuk dukungan al-Saud kepada teroris di Suriah dan menyebut," ... keluarga kerajaan Saudi sedang mencoba membangkitkan ketidakstabilan dan ketidakamanan di beberapa negara dengan campur tangan dalam urusan internal mereka ... "
Menurut al-Battat Arab Saudi juga bersumpah bahwa keluarga al-Saud tidak akan kebal dari serangan dan operasi al-Mukhtar. [IT/Onh/Ass]
Front al-Nusra Bantai 12 Minoritas Alawit
http://www.islamtimes.org/vdci3uapwt1au32.k8ct.html
Islam
Times- Dikatakannya, seteleh menyerbu desa mereka, kelompok Takfiri
bengis ini kemudian mengeksekusi mati sedikitnya 12 warga sipil Alawit
di desa itu, demikian direktur Observatorium Rami Abdelrahman
menjelaskan, termasuk korban tewas diantaranya adalah beberapa wanita
dan lansia.
Takfiri Front al-Nusra
Kelompok teroris takfiri al-Qaeda memnbantai setidaknya 12 anggota minoritas Alawit di pusat Suriah setelah menyusup ke desa mereka, kata kelompok pemantau oposisi, pada hari Rabu, 11/09/13, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Pembantaian terakhir ini terjadi setelah kelompok teroris Takfiri Front al-Nusra menyusup dan menyerbu desa Maksar al-Hesan di timur kota Homs pada hari Selasa, demikian Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia berbasis di London mengatakan.
Observatorium yang menjalin jaringan dengan sumber di Suriah itu mengutip pernyataan beberapa warga dan petugas medis dalam laporannya itu.
Dikatakannya, seteleh menyerbu desa mereka, kelompok Takfiri bengis ini kemudian mengeksekusi mati sedikitnya 12 warga sipil Alawit di desa itu, demikian direktur Observatorium Rami Abdelrahman menjelaskan, termasuk korban tewas diantaranya adalah beberapa wanita dan lansia.
Dikatakannya, alasan di balik pembunuhan itu tidak jelas, namun kelompok Takfiri ini mengeksekusinya.
Sebelumnya, kelompok takfiri "Eye for an Eye" melakukan kampanye serangan yang menargetkan desa-desa, terutama wilayah Alawit.
Beberapa jam setelah Front al-Nusra menguasai desa Maksar al-Hesan, pasukan pemerintah merebut kembali desa itu dalam bentrokan sengit yang menewaskan beberapa tentara pemerintah dan puluhan takfiri. Kata Observatorium.
Dalam insiden terpisah pada hari Selasa, sekelompok pemberontak bersenjata tak dikenal membunuh empat keluarga di desa al-Matras, sebuah desa yang dihuni minoritas Turkmen di provinsi pesisir Tartous, terang Observatorium lagi. [IT/Onh/Ass/Reuters]
Thursday 12 September 2013 06:01 |
Jaysh al-Mukhtar: "Serangan AS ke Suriah Awal Hancurnya Saudi"
Islam
Times- http://www.islamtimes.org/vdchwvnxk23nvwd.yrt2.html
Dia juga memperingatkan bahwa serangan AS ke Suriah akan menjadi
titik awal berakhirnya kerajaan Arab Saudi karena rezim al-Saud adalah
pihak utama yang mendorong dan mendalangi rencana perang melawan Suriah.
|
Pemimpin Jaysh Al-Mukhtar Irak, Sheikh Watsiq al-Battat
Pemimpin Jaysh al-Mukhtar Irak, Sheikh Watsiq al-Battat bersumpah akan menyerang instalasi minyak dan pelabuhan Arab Saudi jika AS menyerang Suriah. Hal itu dilakukan dalam upaya menekan perekonomian Barat dengan cara menghentikan aliran minyak mentah ke negara-negara barat.
"Kami akan memotong arteri ekonomi Barat dari Arab Saudi dengan menyerang port dan instalasi minyak Saudi ... , " kata Sheikh al-Battat kepada Fars News Agency, di Baghdad pada hari Rabu, 11/09/13.
Dia juga memperingatkan bahwa serangan AS ke Suriah akan menjadi titik awal berakhirnya kerajaan Arab Saudi karena rezim al-Saud adalah pihak utama yang mendorong dan mendalangi rencana perang melawan Suriah.
Sheikh al-Battat lebih lanjut menunjuk dukungan al-Saud kepada teroris di Suriah dan menyebut," ... keluarga kerajaan Saudi sedang mencoba membangkitkan ketidakstabilan dan ketidakamanan di beberapa negara dengan campur tangan dalam urusan internal mereka ... "
Menurut al-Battat Arab Saudi juga bersumpah bahwa keluarga al-Saud tidak akan kebal dari serangan dan operasi al-Mukhtar. [IT/Onh/Ass]
Gerakan Wahabi Internasional
James Steele adalah seorang yang expert dalam bidang insurgency. Steele punya segudang track record, bintang dan tanda jasa dalam operasi militer. Karier gemilangmya dimulai di perang Vietnam, dan diteruskan dengan melatih pasukan pemerintah El Salvador dalam menghadapi pemberontak, sukses operasi di El Salvador dan penanganan insurgency di Nicaragua menghantarkannya ke puncak lobby dengan pimpinan secara langsung.
Steele mendapat akses langsung ke Menhan Donald Rumsfeld dan Jendral Petraus bahkan ke wapres Dick Chenney, ketika mendapat penugasan di Irak. Dalam penugasan ke Irak tersebut, Steele mendapat penugasan khusus untuk membentuk polisi irak dan melatih sipil menjadi "polisi komando".
Dalam tugasnya melatih polisi Irak, colonel James Steele dibantu oleh Kolonel Coffman dan karena aksesnya pada pimpinan Pentagon dan militer, Steele mempunyai pengaruh dan kekuasaan tak terbatas dilapangan.
Steele masuk ke Irak sebagai sipil dan mengaku sebagai menjabat sebagai Energy expert, dalam proyek rekronstruksi Irak.
Steele diketahui membentuk pasukan paramiliter khusus dari pasukan komando polisi Irak dan diberi nama "Wolf Brigade" yang dia latih dengan tugas menyiksa dan melakukan pembunuhan.
Oleh PBB, pasukan para militer bentukan Steele itu mengenalnya dengan nama "Death Squad". Tugas dari Brigade Wolf adalah menterror insurgent/pemberontak Sunni.
Misi James Steele dan Coffman didukung penuh oleh pimpinan AS. bahkan Coffman sendiri adalah seorang kolonel yang melaporkan langsung kepada panglima tertinggi Jenderal Petraeus. Brigade Wolf bertugas melakukan penyiksaan dan melakukan operasi khusus atas perintah langsung dari Steele. Tujuan dasarnya adalah bagaimana Insurgent Sunni Irak diperiksa dan disiksa oleh orang Irak sendiri, sehingga tangan penjajah AS tetap bersih.
Seperti kita ketahui Ketika Saddam Hussein jatuh karena di invasi AS, pasukan AS menghadapi insurgency minoritas Sunni. Kota Samarra adalah pusat insurgency. dan sudah banyak korban tentara AS karena insurgency Sunni yang aslinya adalah bentukan Steele ini, dan cara menghadapi pemberontak Sunni ini, tentara AS membenturkan dengan pasukan paramiliter yang dibentuk dari golongan Syiah.
Cara tersebut dipandang sangat effective dalam meredam pemberontakan Sunni. Misi penanganan insurgency itu dikenal dengan kode Fargo 22 dari Irak, dimana misi rahasia Steele dengan Death Squadnya memulau konflik sektarian. Bahkan Death Squad sebagai pasukan khusus yang kejam yang terdiri dari kaum Syiah, yang melakukan eksekusi atas sipil Sunni.
Petraus dan Steele meninggalkan Irak pada tahun 2005 dan setahun kemudian Irak jatuh dalam sektarian konflik, konflik yang mengerikan dimana mayat bergelimpangan di jalan-jalan dan masyarakat mengenal sebuah pasukan kejam Death Squad yang mengeksekusi kaum Sunni di Iraq.
Sementara pemerintah Obama, yang mengambil alih pemerintahan menyebut, masa kelam AS di Irak dalam lembaran hitam sejarah amerika, high level government mendiamkan kekejaman-kekejaman dan bahkan memback up pasukan paramiliter ini untuk menyulut konflik sektarian.
Saat ini banyak jendral Irak yang sudah pensiun dan bersedia memberikan kesaksian atas kekejaman Steele dan pasukannya di Irak diantaranya adalah Jenderal Muntaher al-Samari sebagai mendagri Irak pada 2003-2005, sebagaimana yang dilaporkan oleh The Guardian. Bahkan pasukan paramiliter Death Squad inilah yang menyulut konflik sektarian di kawasan Irak dan Timur Tengah, demikian reportase daei al-jazeera.[IT/M/Segaf]
Al-Jazeera:
Konflik Sunni-Syiah ala Kolonel James Steele
Islam
Times- http://www.islamtimes.org/vdcb9gbfwrhbg9p.qnur.html
Steele mendapat akses langsung ke Menhan Donald Rumsfeld dan
Jendral Petraus bahkan ke wapres Dick Chenney, ketika mendapat penugasan
di Irak. Dalam penugasan ke Irak tersebut, Steele mendapat penugasan
khusus untuk membentuk polisi irak dan melatih sipil menjadi "polisi
komando".
Kolonel James Steele
James Steele adalah seorang yang expert dalam bidang insurgency. Steele punya segudang track record, bintang dan tanda jasa dalam operasi militer. Karier gemilangmya dimulai di perang Vietnam, dan diteruskan dengan melatih pasukan pemerintah El Salvador dalam menghadapi pemberontak, sukses operasi di El Salvador dan penanganan insurgency di Nicaragua menghantarkannya ke puncak lobby dengan pimpinan secara langsung.
Steele mendapat akses langsung ke Menhan Donald Rumsfeld dan Jendral Petraus bahkan ke wapres Dick Chenney, ketika mendapat penugasan di Irak. Dalam penugasan ke Irak tersebut, Steele mendapat penugasan khusus untuk membentuk polisi irak dan melatih sipil menjadi "polisi komando".
Dalam tugasnya melatih polisi Irak, colonel James Steele dibantu oleh Kolonel Coffman dan karena aksesnya pada pimpinan Pentagon dan militer, Steele mempunyai pengaruh dan kekuasaan tak terbatas dilapangan.
Steele masuk ke Irak sebagai sipil dan mengaku sebagai menjabat sebagai Energy expert, dalam proyek rekronstruksi Irak.
Steele diketahui membentuk pasukan paramiliter khusus dari pasukan komando polisi Irak dan diberi nama "Wolf Brigade" yang dia latih dengan tugas menyiksa dan melakukan pembunuhan.
Oleh PBB, pasukan para militer bentukan Steele itu mengenalnya dengan nama "Death Squad". Tugas dari Brigade Wolf adalah menterror insurgent/pemberontak Sunni.
Misi James Steele dan Coffman didukung penuh oleh pimpinan AS. bahkan Coffman sendiri adalah seorang kolonel yang melaporkan langsung kepada panglima tertinggi Jenderal Petraeus. Brigade Wolf bertugas melakukan penyiksaan dan melakukan operasi khusus atas perintah langsung dari Steele. Tujuan dasarnya adalah bagaimana Insurgent Sunni Irak diperiksa dan disiksa oleh orang Irak sendiri, sehingga tangan penjajah AS tetap bersih.
Seperti kita ketahui Ketika Saddam Hussein jatuh karena di invasi AS, pasukan AS menghadapi insurgency minoritas Sunni. Kota Samarra adalah pusat insurgency. dan sudah banyak korban tentara AS karena insurgency Sunni yang aslinya adalah bentukan Steele ini, dan cara menghadapi pemberontak Sunni ini, tentara AS membenturkan dengan pasukan paramiliter yang dibentuk dari golongan Syiah.
Cara tersebut dipandang sangat effective dalam meredam pemberontakan Sunni. Misi penanganan insurgency itu dikenal dengan kode Fargo 22 dari Irak, dimana misi rahasia Steele dengan Death Squadnya memulau konflik sektarian. Bahkan Death Squad sebagai pasukan khusus yang kejam yang terdiri dari kaum Syiah, yang melakukan eksekusi atas sipil Sunni.
Petraus dan Steele meninggalkan Irak pada tahun 2005 dan setahun kemudian Irak jatuh dalam sektarian konflik, konflik yang mengerikan dimana mayat bergelimpangan di jalan-jalan dan masyarakat mengenal sebuah pasukan kejam Death Squad yang mengeksekusi kaum Sunni di Iraq.
Sementara pemerintah Obama, yang mengambil alih pemerintahan menyebut, masa kelam AS di Irak dalam lembaran hitam sejarah amerika, high level government mendiamkan kekejaman-kekejaman dan bahkan memback up pasukan paramiliter ini untuk menyulut konflik sektarian.
Saat ini banyak jendral Irak yang sudah pensiun dan bersedia memberikan kesaksian atas kekejaman Steele dan pasukannya di Irak diantaranya adalah Jenderal Muntaher al-Samari sebagai mendagri Irak pada 2003-2005, sebagaimana yang dilaporkan oleh The Guardian. Bahkan pasukan paramiliter Death Squad inilah yang menyulut konflik sektarian di kawasan Irak dan Timur Tengah, demikian reportase daei al-jazeera.[IT/M/Segaf]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar