Senin, 23 September 2013

....Mantan Menteri Luar Negeri AS Collin Powell mendesak Washington untuk menjauh dari konflik di Suriah dan tidak memihak salah satu pihak yang bertikai. Berbicara pada CBS News pada hari Minggu, 25/08/13, Powell mengatakan situasi di Suriah berada di luar kemampuan AS untuk bisa mempengaruhi secara signifikan sehingga Washington harus beretorika mengenai perang terhadap Damaskus. "Kita tidak harus berputar untuk berpikir bahwa kita benar-benar dapat membuat sesuatu hal bisa terjadi," kata Powell...>>> ..."Apa yang mereka wakili? Bahkan mereka akan menjadi lebih radikal dari al-Qaeda dimasa mendatang? Dan apa yang akan nampak jika mereka menang, dan apakah Assad pergi? Saya tidak tahu, "katanya. Pernyataan Powell itu diutarakannya setelah para pejabat AS mendemonstrasikan retorika perang di Suriah menyusul klaim oleh oposisi dukungan asing Suriah bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia terhadap markas pemberontak. Suatu klaim tak mendasar yang ditolak oleh pemerintah Suriah. Sementara tentara dengan tegas menolak tuduhan itu dan mengatakan pemberontak dukungan asing telah melakukan serangan itu...>>>



Rusia akan Mengunci Udara Suriah dengan Rudal Canggih
https://www.facebook.com/pages/Military-Defence-of-Indonesia/151954038286552



Dalam konferensi pers setelah mengikuti pertemuan puncak KTT G8 di Irlandia Utara yang dilaksanakan tanggal 17-18 Juni 2013, Presiden Rusia Putin menyindir negara Barat dan PM Inggris David Cameron. Putin menyatakan bahwa mempersenjatai pemberontak Suriah bisa seperti memberikan senjata ke tangan jenis orang-orang yang membunuh Drummer Lee Rigby di London baru-baru ini. Rigby adalah anggota dari 2nd Battalion The Royal Regiment of Fusiliers yang dibunuh oleh dua warga Inggris keturunan Nigeria, Michael Adebolajo, 28, dan Michael Adebowale, 22. Keduanya menyatakan pembunuhan korban sebagai tentangan mereka atas tindakan pasukan Inggris di negara-negara muslim.




Putin mengatakan jelas oposisi bukanlah seperti itu, tetapi banyak dari mereka yang persis sama dengan orang-orang yang melakukan pembunuhan di London itu. Jika kita membekali orang-orang seperti ini, jika kita mempersenjatai mereka, siapa yang akan mengontrol dan memverifikasi pemilik senjata tersebut. Karena itu keputusan Barat mempersenjatai pemberontak sangatlah berbahaya tegas Putin.




Saat ditanya tentang keputusannya untuk terus memasok senjata kepada pemerintah Suriah, Putin menjelaskan langkah Rusia tidak lebih dari hanya menyelesaikan kontrak hukum pembelian senjata pemerintah Suriah Bashar al-Assad beberapa tahun yang lalu yang belum dipenuhi.




Para pejabat AS mengumumkan pada hari Kamis (20/6) bahwa Presiden Obama telah menyetujui pengiriman senjata kepada kelompok militan di Suriah untuk pertama kalinya. Deputi penasehat keamanan nasional Presiden AS, Benjamin J. Rhodes mengatakan bahwa AS mampu memberikan persenjataan "tidak hanya ke negara itu," tapi "ke tangan yang tepat" kata Rhodes.




AS akan mengirimkan peralatan tempur ke kelompok militan Suriah melalui Pangkalan AU Turki Incirlik , yang secara teknis adalah sebuah pangkalan udara NATO, disamping melalui Yordania. Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan bahwa tentara AS akan menempatkan di Yordania jet tempur F-16 disamping mendislokasikan rudal Patriot.




Menhan AS menjelaskan, "Salah satu kargo ini terdiri dari alat-alat militer ringan dan semi-berat, peralatan dan senjata tentara AS telah dikumpulkan dan dikumpulkan di Kandahar Base dan direncanakan akan dikirim untuk pejuang pemberontak di Suriah melalui udara dan kargo laut dari Turki dan Jordan." Senjata-senjata dan sistem senjata yang akan dikirim termasuk senjata anti tank dan sistem rudal, peluncur roket dan roket serta puluhan Humvee lapis baja. Ahli strategi perang senior di Pentagon percaya bahwa mereka dapat mengubah adegan perang di Suriah untuk kepentingan kelompok pemberontak dengan bantuan kargo tersebut, khususnya dengan diberikannya sistem rudal panggul dan kendaraan Humvee multiguna.




Para ahli militer mengatakan, tampaknya AS telah memutuskan mengubah strategi perang di Suriah dan membuka front baru di negara tersebut. Para analis juga mengatakan bahwa Perancis juga telah memasok pemberontak di Suriah dengan peluru kendali (rudal) anti pesawat udara Igla buatan Rusia, dan bahkan melatih mereka bagaimana menggunakan sistem tersebut.




Para pemimpin negara-negara Barat serta khususnya Israel disatu sisi kini menjadi sangat khawatir dengan keputusan Rusia yang akan mengirimkan peluru kendali canggih S-300 kepada pemerintahan Bashar al-Assad. Pemerintahan Obama memperingatkan Rusia pada hari Jumat (14/6/2013) agar Rusia tidak merusak upaya perdamaian di Suriah dengan mengirimkan rudal tersebut. Dengan mengirim S-300 akan memperpanjang perang sipil dan mungkin memperluas konflik dan akan melibatkan Israel.




Amerika Serikat dan sekutunya mendukung para pemberontak, sementara Rusia adalah sekutu lama dan pemasok senjata ke Assad. Meskipun Assad telah lama sangat menginginkan rudal canggih S-300, nampaknya proses akan tetap berjalan. Rusia tetap bertekad mengirimkan S-300 ke Suriah, walaupun pada saat lalu membatalkan pengiriman S-300 ke Iran sebagai hasil perundingannya dengan AS. Rusia sebelumnya telah mengirimkan versi rudal Yakhonts, ke Suriah. Baru-baru ini rudal tersebut telah dilengkapi dengan radar canggih yang membuatnya lebih efektif, demikian laporan pejabat intelijen AS seperti diberitakan media.




Tidak seperti Scud dan rudal permukaan-ke-permukaan, sistem rudal Yakhont anti kapal memberikan militer Suriah senjata yang tangguh untuk melawan setiap upaya oleh pasukan internasional untuk memperkuat pemberontak Suriah dengan menerapkan embargo angkatan laut, membangun zona larangan terbang atau melakukan serangan udara terbatas.




Kontrak sistem rudal Yakhont ditandatangani dengan Rusia pada tahun 2007 dan Suriah menerima baterai pertama pada awal tahun 2011. Menurut Jane's, terdiri dari 72 rudal, 36 kendaraan peluncur, dan peralatan pendukungnya. Panjang rudal sekitar 22 kaki panjang, membawa hulu ledak tinggi atau armor-piercing, dan memiliki jangkauan sekitar 180 kilometer.




Para pejabat Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa dalam menjual senjata ke Suriah, mereka hanya memenuhi kontrak-kontrak lama. Tetapi beberapa pejabat Amerika khawatir bahwa pengiriman dimaksudkan untuk membatasi opsi Amerika Serikat yang harus memilih untuk campur tangan dalam membantu pemberontak. Saat sebelumnya, pengiriman rudal SA-17 permukaan-ke-udara dari Rusia ke Suriah telah diserang oleh Israel melalui serangan udara terhadap truk yang mengangkut senjata di dekat Damaskus pada bulan Januari tahun ini. Israel belum secara resmi mengakui serangan itu tetapi mengatakan pihaknya siap untuk melakukan intervensi militer untuk mencegah pengiriman senjata canggih dari Rusia. Israel lebih khawatir apabila rudal jatuh ketangan kelompok Hizbullah di Lebanon yang merupakan sekutu Assad dan juga menjadi musuh abadinya.




Memang para pemberontak Suriah tidak memiliki pesawat tempur, sistem rudal S-300 terutama ditujukan uintuk menetralisir ancaman dari Barat atau Arab yang mungkin mencoba untuk memberlakukan zona larangan terbang di Suriah. Ataupun juga dimaksudkan untuk menghadang pesawat tempur Israel yang mungkin akan menyerang depo senjata kimia Suriah.




Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle mengatakan transfer S-300 rudal dari Rusia ke Suriah akan memperpanjang perang saudara di negara itu. Sebuah upaya yang membahayakan untuk membentuk pemerintahan transisi melalui negosiasi , disamping juga akan melukai melukai kepentingan strategis Israel sebagai sekutu terdekatnya.




Nampaknya memang AS dan sekutunya, negara-negara Arab dan Israel sangat mengkhawatirkan apabila Suriah memiliki Rudal S-300. Rudal ini memiliki jangkauan hingga 200 kilometer (125 mil) dan mempunyai kemampuan untuk melacak dan menyerang beberapa sasaran secara bersamaan dengan presisi yang mematikan. Para pejabat Rusia mengatakan S-300 juga mampu menembak jatuh hulu ledak rudal balistik jarak pendek dan menengah. Rusia menegaskan bahwa S-300 lebih unggul dibandingkan dengan sistem rudal Patriot AS. Presiden Rusia, Putin pada Selasa (11/6) menggambarkannya sebagai "mungkin senjata tersebut terbaik di dunia."



S-300 memang belum teruji karena belum pernah digunakan dalam pertempuran. Sementara sistem Patriot telah terbukti hebat, karena telah teruji saat digunakan dalam Perang Teluk 1991 dan perang di Irak 2003. Tetapi walaupun demikian teknologi perang peralatan tempur buatan Rusia semakin hari dinilai Barat semakin canggih dan bukan tidak mungkin mampu mengungguli peralatan buatan Barat. Oleh karena itu dengan beberapa kombinasi kepemilikan sistem Hanud (Pertahanan Udara), laut dan darat Suriah yang terintegrasikan dalam sebuah sistem pertahanan dari Rusia, nampaknya wilayah udara Suriah akan dikunci dengan alutsista Rusia dan negara-negara Barat tidak bisa menyepelekannya lagi. Disinilah peran kunci sebuah teknologi persenjataan yang terintegrasi.



Perang yang telah berlangsung selama 26 bulan masih belum jelas kapan akan selesainya. Korban yang menurut PBB telah mencapai 93.000 jiwa, bahkan menurut Menteri Luar Negeri John F. Kerry telah jatuh diatas 100.000 jiwa. Memprihatinkan memang perang saudara Suriah yang akhirnya hanya menjadi ajang persaingan kepentingan negara-negara besar. Disinilah kita bangsa Indonesia dapat memetik pelajaran, sebaiknya waspada dan hati-hati, betapa mengerikannya akibat dari sebuah perang saudara itu.
— with Sugie Freedom and 4 others.
 Rusia Tampilkan Sistem Pertahanan Udara S-350 di MAKS 2013
https://www.facebook.com/pages/Military-Defence-of-Indonesia/151954038286552

Pada pameran kedirgantaraan MAKS 2013 yang berlangsung di Moskow, perusahaan pertahanan Rusia Almaz-Antey untuk pertama kalinya menampilkan sistem pertahanan udara jarak menengah baru "S-350E" kepada publik.

Sistem rudal baru S-350E ini dirancang untuk melindungi objek terhadap serangan besar-besaran dari udara termasuk alutsista musuh yang berteknologi siluman, serta rudal balistik taktis dan operasional taktis, baik untuk masa sekarang maupun di masa mendatang.

Sebelumnya Almaz-Antey memang berjanji akan menghadirkan sebuah sistem pertahanan udara jarak menengah baru, lalu muncullah S-350E yang juga dikenal sebagai Vityaz (Ksatria). Sistem rudal S-350E ini sebelumnya juga ditampilkan di hadapan Presiden Rusia Vladimir Putin saat kunjungannya ke pabrik Obukhov di St Petersburg, Rusia beberapa waktu lalu.

Dari informasi yang diperoleh, kinerja S-350E diklaim jauh lebih unggul dari sistem pertahanan udara S-300. Negara-negara mitra Rusia juga disarankan untuk mengganti sistem S-300-nya karena sistem itu masih menggunakan teknologi usang jaman Uni Soviet.

Peluncur vertikal 50P6E TEL dari sistem S-350E yang terkombinasi dengan radar multi fungsi dengan tampilan melingkar menjadikan sistem rudal ini efektif untuk mengatasi serangan dari segala arah. Inilah yang membuatnya berbeda dari sistem-sistem rudal pesaingnya yang peluncurnya cenderung condong (seperti sistem pertahanan udara Patriot buatan AS). Karena desain barunya dan penggunaan rudal canggih 9M96, jumlah amunisi juga meningkat secara dramatis yaitu satu peluncur terdiri dari 12 rudal, bukan 4.

Faktor kunci yang menjadi penentu efektivitas sistem rudal baru ini adalah kemampuannya untuk secara bersamaan (dalam satu waktu) mengatasi serangan pesawat dari berbagai tipe, dari segala arah, di semua ketinggian penerbangan, di semua kondisi cuaca, siang atau malam, dan dalam kondisi padat sinyal. Semua ini karena penggunaan alat informasi fundamental baru yaitu radar multifungsinya. Fitur ini baru kali ini digunakan dalan sistem pertahanan udara Rusia.

Selain itu, S-350E memiliki mobilitas dan daya tahan yang tinggi. Hanya dibutuhkan waktu lima menit saja untuk menjadikan sistem ini dalam status waspada.

Pameran kedirgantaraan MAKS merupakan momen penting bagi bisnis Rusia. Awalnya hanya sebagai acara hiburan belaka, namun kemudian berubah menjadi pasar di mana produsen-produsen pertahanan Rusia mencari pembeli. Pameran ini menjadi penting bagi negara-negara CIS dan tetangga, karena kesamaan pasar. Sejak pameran pertama pada 1992, selanjutnya MAKS selalu diadakan pada tahun-tahun ganjil hingga saat ini. MAKS 2013 sendiri berlangsung dari tanggal 27 Agustus 2013 hingga 1 September 2013 dan dibuka untuk umum mulai tanggal 30 Agustus hingga 1 September 2013.

http://www.artileri.org/
— with Rancid Chayank Hera and 4 others.
Perang Suriah
Collin Powel Desak Washington Menjauh dari Konflik Suriah
Islam Times- 
"Kita tidak harus berputar untuk berpikir bahwa kita benar-benar dapat membuat sesuatu hal bisa terjadi," kata Powell.
Mantan Menteri Luar Negeri AS Collin Powell , Press TV
Mantan Menteri Luar Negeri AS Collin Powell , Press TV

Mantan Menteri Luar Negeri AS Collin Powell mendesak Washington untuk menjauh dari konflik di Suriah dan tidak memihak salah satu pihak yang bertikai.

Berbicara pada CBS News pada hari Minggu, 25/08/13, Powell mengatakan situasi di Suriah berada di luar kemampuan AS untuk bisa mempengaruhi secara signifikan sehingga Washington harus beretorika mengenai perang terhadap Damaskus.

"Kita tidak harus berputar untuk berpikir bahwa kita benar-benar dapat membuat sesuatu hal bisa terjadi," kata Powell.

Powell juga mengakui, dirinya tidak mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, namun dikatakannya, tampaknya pasukan oposisi yang didukung asing di Suriah bukan pilihan bagi Washington.

"Apa yang mereka wakili? Bahkan mereka akan menjadi lebih radikal dari al-Qaeda dimasa mendatang? Dan apa yang akan nampak jika mereka menang, dan apakah Assad pergi? Saya tidak tahu, "katanya.

Pernyataan Powell itu diutarakannya setelah para pejabat AS mendemonstrasikan retorika perang di Suriah menyusul klaim oleh oposisi dukungan asing Suriah bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia terhadap markas pemberontak.

Suatu klaim tak mendasar yang ditolak oleh pemerintah Suriah. Sementara tentara dengan tegas menolak tuduhan itu dan mengatakan pemberontak dukungan asing telah melakukan serangan itu.


Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan Pentagon telah menyiapkan "pilihan untuk semua opsi" di Suriah dan siap untuk menggunakan kekuatan jika Presiden Barack Obama memberikan lampu hijau.

Sementara itu, Obama bertemu dengan tim keamanan nasionalnya di Gedung Putih pada hari Sabtu untuk membahas laporan mengenai serangan kimia di Suriah dan menguraikan jawabannya. [IT/Onh/Ass]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar