Lantaran Mobilnya Disalip Mobil Timur Pradopo di Tol Cikampek, Habibie Ngadu ke SBY
HL | 22 September 2013 | 16:55http://regional.kompasiana.com/2013/09/22/lantaran-mobilnya-disalip-mobil-timur-pradopo-di-tol-cikampek-habibie-ngadu-ke-sby-592128.html
Sebuah mobil Camry dengan Plat Nomor B
1525 BAA melesat cepat melaju kencang
di jalan Tol Cikampek. Kondisi
jalan Tol dalam kondisi normal, tak ada kemacetan
yang berarti.
Lampu-lampu Tol baru saja dinyalakan, berpendaran sepanjang ruas
Tol
Cikampek. Mobil sedan Camry itu meliuk-liuk dan zig-zag ugal-ugalan
dijalanan.
Tanpa disadari oleh pengemudi Camry
itu, ada iring-iringan kendaraan mantan
Presiden RI, BJ Habibie, yang
mereka salip dengan cepat. Kendaraan Habibie
dikawal dua unit Toyota
Innova. Satu di depan dan satu dibelakang Sedan Mercedez
Benz dengan
Nopol B 1205 RA yang ditumpangi Habibie.
Habibie saat itu dalam perjalanan
pulang dari Bandung setelah selesai menghadiri
pernikahan putra
koleganya. Ketika iring-iringan hampir mendekati gerbang tol Beka
Habibie dengan meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan didepan rombongan
iring-iringan
kendaraan Habibie.
Melihat gelagat yang tak baik dan
membahayakan keselamatan mantan Presiden itu,
para Pengawal pun mengejar
Camry itu. Aksi kejar-kejaran berhasil, dan para
Pengawal Habibie
segera menghentikan sedan Camry itu. Sang pengawal turun
dari mobilnya
dan mendorong keras pengemudinya. Dengan membentak,
sang pengawal
menjelaskan bahwa kendaraan yang mereka salip dan zig-zag
didepan
iring-iringan itu adalah iring-iringan mantan Presiden Habibie.
Ternyata didalam sedan Camry itu ada
tiga orang pejabat tinggi Polri. Salah satunya
dikenali sebagai Timur
Pradopo yang saat itu berpakaian sipil. Mereka adu mulut
dan bersikukuh
bahwa apa yang baru saja mereka lakukan itu benar.
Kejadian itu terjadi pada tanggal 18
Agustus 2013 lalu pada pukul 18.15 WIB di
Tol Cikampek Km. 12.
Peristiwa ini lalu selesai, ditutup, dan disembunyikan
agar lolos dari
perhatian Media Massa. Namun entah bagaimana, kabar ini
justru bocor ke
Wartawan, apalagi setelah Habibie mengadu ke SBY terkait insiden
yang
tak lucu ini.
Menurut Ajun Kombes Hindarsono, Kasub
Direktorat Penegakan Hukum Direktorat Lalu
Lintas Polda Metro Jaya,
mereka tak pernah
mendapat laporan insiden tersebut. Menurut Polisi,
Camry dengan Plat nomor B 1525 BAA pemiliknya
adalah Paulo Pereira,
bukan milik Petinggi Polri.
Camry tersebut berwarna hitam tahun 2010.
Selain Hindarso, Humas Mabes Polri
Inspektur Jenderal Ronny F. Sompie juga ngeles dengan mempertanyakan apa
benar ada kejadian seperti itu. Jangan hanya berdasarkan pemberitaan
saja, katanya ketus.
Lagi-lagi banyak alasan dan
bertele-tele. Kasus macam begini ini bukanlah kasus yang biasa, akan
tetapi ini kasus serius karena adanya pelanggaran dari pihak Polri
terkait dengan perlindungan terhadap Simbol Negara sebagaimana yang
telah diatur oleh Undang-Undang tentang Perlakukan dan Pengawalan
terhadap Mantan Presiden.
Seperti biasa manakala ada kejadian
yang mencoreng citra Institusi Polri, jawaban yang diterima selalu tak
memuaskan. Dibuat abu-abu dan ngambang, lalu seiring dengan berjalannya
waktu, kasus itu hilang lenyap ditiup angin malam yang mencekam.
Inilah bentuk arogansi Polri. Jika simbol negara mantan Presiden saja tak dihargai, apa lagi rakyat jelata di negeri ini?
Giat Pengawalan Kepolisian selama ini
juga sering dilakukan kepada pihak Swasta. Biasanya beberapa perusahaan
yang menjemput Direkturnya di Bandara, atau ada pertemuan bisnis
penting, mereka memakai jasa pengawalan yang diminta ke pihak
Kepolisian, tentunya dengan bayaran sejumlah uang yang disepakati
sebagai biaya pengganti dana operasional.
Di perusahaan aku dulu, perusahaan
Jepang, ketika ada Presdir atau tamu penting dari kantor pusat di
Jepang, bagian General Affair (GA) perusahaan aku sudah biasa langganan
jasa pengawalan Polisi ini untuk mempercepat waktu kedatangan tamu-tamu
terhormat itu ke kantor.
Kalau anda sudah biasa berlibur
akhir pekan di puncak, coba anda perhatikan dengan teliti dan seksama,
selalu ada kendaraan pengawalan polisi yang mengawal orang-orang kaya
yang akan menghabiskan waktu weekend di puncak agar tak terjebak
kemacetan. Ini bukan hal yang baru, tapi ini sudah lazim dan seringkali
terjadi.
Mengenai insiden Habibie ini,
mungkin saja pada saat itu para petinggi Polri berpikir bahwa mobil
sedan Mercedez Benz itu warga kaya biasa yang minta pengawalan Polisi,
sehingga mereka pun menyalip dan zig-zag dijalanan. Toh, kalau dikejar
tinggal bentak saja, maka Polisi pengawal dengan sigap akan berkata,
“Siap ndan, 86!”
Namun justru sial bagi mereka,
karena iring-iringan itu adalah iring-iringan rombongan kendaraan
Habibie, mantan Presiden RI yang harus dilindungi keselamatannya
sebagaimana telah diatur oleh Undang-Undang yang mengikat.
Dan juga meskipun para Petinggi
Polri itu tahu bahwa iring-iringan itu adalah iring-iringan kendaraan
Habibie, mungkin bagi mereka Habibie hanyalah mantan Presiden, untuk apa
diistimewakan. Presiden SBY yang masih aktif saja instruksinya banyak
kok yang tak dikerjakan oleh Polri.
Andai saja terjadi adu bagong
alias terjadinya tabrakan antara mobil Camry itu dan mobilnya Habibie
di jalan Tol sehingga timbulnya korban jiwa, sudah barang tentu satu
lagi kejadian konyol yang akan bikin malu bangsa ini dimata dunia.
http://www.inilah.com/read/detail/2031147/kapolri-perintahkan-salip-rombongan-mobil-habibie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar