Rabu, 11 Mei 2011

Ujian Nasional merusak moral bangsa??? Hmmh.... Tragis... para cendekiawan bangsa ini... Alangkah ...rendahnya jiwa perjuangan mereka...dan sangatlah lemah jiwa2 hidup mereka...dan kerdilnya...semangat mereka... Padahal konon mereka itu adalah pendidik dan menjadi tolok ukur keteladanan visual dinegeri ini... Quo Vadis??? “UN sebagai standar kelulusan, pada akhirnya memicu guru untuk berbuat curang, karena ditekan oleh Bosnya, ya Kepala daerahnya sendiri. Merusak mental para siswa, karena di setiap Ujian Nasional , kecurangan yang dilakukan itu ternyata disepakati, seolah-olah kecurangan seperti mencontek adalah hal lumrah. Kalau curang sudah jadi kewajiban, apa namanya itu kalau bukan perusakan mental,” ungkap Elnino. Menurut Elnino, sebaiknya UN Nasional hanya dijadikan pemetaan tingkat pendidikan saja, sehingga lebih mudah bagi pemerintah untuk menanggulanginya. Dengan pemetaan tersebut, lanjutnya, pemerintah dapat segera mencari jalan keluar, terutama bagi daerah-daerah yang masih tertinggal.>>> Inilah jiwa2 dan mental dari sikap manusia2 Indonesia yang konon katanya terdidik dan pintar2??? Benarkah UN merupakan bagian pemicu berbuat curang???? Ataukah memang mental dan jiwa2 budak dan jiwa2 anak jajahan dan yang "minder wadegheid komplexs", sehingga jauh dari percaya diri dan sikap ksyatria menerima secara jujur dan sportif adanya setiap tantangan zaman...secara realistis >>> Adalah suatu kearifan budi nurani... seperti jiwa2 para santri zaman dulu dan juga zaman semoga hingga sekarang.. Walaupun tanpa ijazah dari para pesanten2.. pengelolanya ...dan terkadang hanya pernyataan gurunya bahwa si Anu itu mampu mengemban tugas dan bahwa kemudian Ki Santri siap ditempatkan dimanapun dengan restu atau tanpa restu sang Guru..>>> Inilah jiwa Merdeka.. >> Keberhasilan adalah dari karya dan keberanian menjalani hidup dengan ilmu dan akal budi..>> Berguru dan belajar adalah tanpa henti dan berguru kepada segenap alam dan siapapun dimana mendapatkan nilai2 manfaat... baik langsung atau pun tidak langsung...>>> Dan guru alam adalah terbuka setiap saat...>>> Dan hati adalah sumber ruh Kehidupan..>>> Majulah Ksyatria2 Bangsa...!!! Janganlah surut barang se-inchi pun demi berjuang untuk Kejayaan Negeri dan Putera Puteri Zaman...!!!>> Anak Zaman adalah kekuatan tanpa tanding...karena mereka telah menyerahkan jiwa dan bahkan nyawanya dalam mengemban tugas dan pesan2 ilmu yang diyakininya...>> Inilah para Ksyatria zaman...>>> Jangan gentar dengan apapun dan terhadap apapun termasuk dalam menghadapi mereka yang membawa kalungan Lambang2 Kesombongan...Keangkuhan dan Trade Mark Kesuksesan ....!!! Bangunlah dengan hati bersih dan jiwa merdeka...>>> Bangkitlah Jiwa2 Muda para Pejuang Bangsa...Kuatkan diri dan sikap jujur ksyatria sejati....Jangan takut dan jangan bimbang... teruskan Perjuanganmu wahai anak2 Zaman...yang berjiwa luhur dan mulia...walaupun tanpa medali2 Keangkuhan2 dan sikap kelabihan yang bergaya materialistik...yang kerap penuh kepalsuan...>>> Ijazah adalah segenggam ..tanda.. dan perlu pembuktian,.>>> Buktikan baktimu dan ketangguhanmu wahai anak zaman...Bukan dengan ijazah ataupun medali...keangkuhan,,,dan trade mark materialistik...yang penuh tipuan..>> Tetapi dengan keyakinan dan Iman taqwamu kepada Ilahi Rabbi... sebagai Kebenaran Hakiki...>> Inilah putera puteri zaman... nan Perkasa... >> Rebutlah Duniamu untuk Akhiratmu... Dan bangunlah Akhiratmu dengan segala upaya Duniamu dan ilmu yang engkau rengkuh dengan segala dayamu... dan hidayah Tuhanmu...>>> Merdeka...

Ujian Nasional merusak moral bangsa

Rasul Arasy
Rabu, 11 Mei 2011 10:30:27
Hits: 553
GORONTALO (Arrahmah.com) –  Banyaknya kasus kebocoran soal, sms jawaban soal, ditangkapnya joki Ujian Nasional (UN), hingga kasus siswa yang bunuh diri karena depresi yang disebabkan UN, membuat UN dinilai tak lagi mampu mencapai tujuan yang diharapkan yakni meningkatkan kualitas belajar siswa namun sebaliknya, UN hanya semakin menurunkan moral bangsa.
Ujian Nasional (UN) sebagai tolok ukur penentu kelulusan, yang pada akhirnya memicu dilumrahkannya perbuatan curang yang dilakukan baik oleh siswa maupun guru. Hal tersebut membuat konsep UN dinilai lebih cenderung merusak mental kalangan guru serta siswa daripada meningkatkan kualitas pendidikan.
Pendapat ini dikemukakan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI utusan Provinsi Gorontalo, Elnino M.Hussein Mohi, Selasa (10/5/2011) seperti yang diberitakan Antara.
“UN sebagai standar kelulusan, pada akhirnya memicu guru untuk berbuat curang, karena ditekan oleh Bosnya, ya Kepala daerahnya sendiri. Merusak mental para siswa, karena di setiap Ujian Nasional , kecurangan yang dilakukan itu ternyata disepakati, seolah-olah kecurangan seperti mencontek adalah hal lumrah. Kalau curang sudah jadi kewajiban, apa namanya itu kalau bukan perusakan mental,” ungkap Elnino.
Menurut Elnino, sebaiknya UN Nasional hanya dijadikan pemetaan tingkat pendidikan saja, sehingga lebih mudah bagi pemerintah untuk menanggulanginya. Dengan pemetaan tersebut, lanjutnya, pemerintah dapat segera mencari jalan keluar, terutama bagi daerah-daerah yang masih tertinggal.
“Jika sudah begini konsepnya, maka pemerataan pendidikan bisa terwujud dengan lebih efisien,” kata dia.
Pria yang sebelumnya dikenal sebagai jurnalis dan kolumnis ini, mengaku cukup prihatin dengan pelaksanaan UN, yang hingga kini masih meninggalkan banyak persoalan yang belum mampu dijawab.
Sebagai contoh, kasus kebocoran soal yang terjadi, termasuk di Gorontalo. Menurutnya hal tersebut merupakan gambaran bahwa pelaksanaan UN tidak bisa lagi jadi penentu kelulusan siswa.
Mungkin ini adalah pekerjaan bagi para pemimpin kita yang bertugas dalam ranah pendidikan. Pergantian kurikulum dan sistem pendidikan yang membuat siswa maupun guru jadi makin bingung namun nyatanya tak berdampak bagi kemajuan pendidikan itu sendiri. Padahal anggaran untuk pendidikan tidak bisa dibilang sedikit. Belum lagi permasalahan kesejahteraan guru yang seolah tak berniat untuk diselesikan.
Kami (rakyat) masih menunggu dan terus menunggu formula pendidikan yang memanusiakan peserta didik, sehingga kelak mereka dapat melangkah di atas bumi Allah dengan kepercayaan dan keyakinan akan tujuan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.  (rasularasy/arrahmah.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar